1, Maret 2012
Abstract
The dynamics of regional economy development that all this time is moved by
domestic consumption needs to be pushed by investment and export. For that
reason, conducive investment climate is needed. It is a climate that
encourages someone to do investment with cost and risk as low as possible
and produces high and long term profit. There are some factors which
influence the investment, namely politic and social stability, base
infrastructure condition, financing sector, labor market, regulation, taxation,
bureaucracy, corruption, consistency and policy assurance.
A. Pengantar
Tingkat pengangguran terbuka di Indonesia sampai tahun 2010 masih
tinggi dan diperkirakan tahun 2012 terus meningkat. Tingginya tingkat
pengangguran ini disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi Indonesia
yang belum dapat menciptakan lapangan kerja baru. Hal ini
mengakibatkan upaya menciptakan kesempatan kerja seluas-luasnya
tidak sepenuhnya dapat dicapai. Jika pada tahun 2009 pengangguran
terbuka berjumlah 10,3 juta orang atau 9,9% dari jumlah angkatan kerja,
maka pada tahun 2011 jumlahnya telah menjadi 10,9 juta orang atau
10,3% dari jumlah angkatan kerja. Pengangguran terbuka di Indonesia
juga masih diwarnai oleh besarnya kelompok usia muda dan
berpendidikan sangat rendah. Pada tahun 2011 pengangguran terbuka
pada kelompok usia muda (15-24 tahun) berjumlah 6,6 juta orang atau
10
Andi Sopandi dan Nandang Nazmulmunir – Pengembangan Iklim Investasi Daerah
11
Jurnal Kybernan, Vol. 3, No. 1, Maret 2012
12
Andi Sopandi dan Nandang Nazmulmunir – Pengembangan Iklim Investasi Daerah
13
Jurnal Kybernan, Vol. 3, No. 1, Maret 2012
14
Andi Sopandi dan Nandang Nazmulmunir – Pengembangan Iklim Investasi Daerah
pasca krisis, peran PMA jauh lebih penting daripada PMDN. Namun
demikian, dilihat dari nilai netonya (arus investasi masuk – arus keluar),
gambarannya setelah krisis lebih memprihatinkan; walaupun pada tahun
2002 dan 2004 sempat kembali positif . Lebih banyaknya arus PMA keluar
daripada masuk mencerminkan buruknya iklim investasi di Indonesia.
Terutama perusahaan-perusahaan asing di industri-industri yang sifat
produksinya footloose seperti elektronik, tekstil dan pakaian jadi, sepatu,
dan lainnya, yakni yang tidak terlalu tergantung pada sumber daya alam
atau bahan baku lokal di Indonesia akan dengan mudahnya pindah ke
negara-negara tetangga jika melakukan produksi di dalam negeri sudah
tidak lagi menguntungkan.
Buruknya daya saing Indonesia dalam menarik PMA lebih nyata lagi
jika dibandingkan dengan perkembangan PMA di negara-negara lain.
Misalnya dalam kelompok ASEAN, Indonesia satu-satu negara yang
mengalami arus PMA negatif sejak krisis ekonomi 1998; walaupun nilai
negatifnya cenderung mengecil sejak tahun 2000. Hal ini ada kaitannya
dengan iklim politik yang semakin baik dibandingkan pada periode 1998-
1999, yang memperkecil keraguan calon-calon investor untuk menanam
modal mereka di Indonesia.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa iklim investasi
mencerminkan sejumlah faktor yang berkaitan dengan lokasi tertentu
yang membentuk kesempatan dan insentif bagi pemilik modal untuk
melakukan usaha atau investasi secara produktif dan berkembang. Lebih
konkritnya lagi, iklim usaha atau investasi yang kondusif adalah iklim
yang mendorong seseorang melakukan investasi dengan biaya dan resiko
serendah mungkin di satu sisi, dan bisa menghasilkan keuntungan jangka
panjang setinggi mungkin, di sisi lain (Stern, 2002). Sebagai contoh,
beberapa studi menunjukkan bahwa di China dan India, sebagai hasil
dari perbaikan-perbaikan iklim investasi pada dekade 80-an dan 90-an
yang menurunkan biaya dan risiko investasi sangat drastis, maka
investasi swasta sebagai bagian dari produk domestik bruto (PDB)
meningkat hampir 200 persen.
Ada sejumlah faktor yang sangat berpengaruh pada baik-tidaknya
iklim berinvestasi di Indonesia. Faktor-faktor tersebut tidak hanya
menyangkut stabilitas politik dan sosial, tetapi juga stabilitas ekonomi,
kondisi infrastruktur dasar (listrik, telekomunikasi dan prasarana jalan
dan pelabuhan), berfungsinya sektor pembiayaan dan pasar tenaga kerja
15
Jurnal Kybernan, Vol. 3, No. 1, Maret 2012
16
Andi Sopandi dan Nandang Nazmulmunir – Pengembangan Iklim Investasi Daerah
17
Jurnal Kybernan, Vol. 3, No. 1, Maret 2012
18
Andi Sopandi dan Nandang Nazmulmunir – Pengembangan Iklim Investasi Daerah
KETENAGAKERJAAN
Pasal 10
(1) Perusahaan penanaman modal dalam
memenuhi kebutuhan tenaga kerja harus
mengutamakan tenaga kerja warga negara
Indonesia.
(2) Perusahaan penanaman modal berhak
menggunakan tenaga ahli warga negara asing
untuk jabatan dan keahlian tertentu sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(3) Perusahaan penanaman modal wajib
meningkatkan kompetensi tenaga kerja warga
negara Indonesia melalui pelatihan kerja sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
19
Jurnal Kybernan, Vol. 3, No. 1, Maret 2012
20
Andi Sopandi dan Nandang Nazmulmunir – Pengembangan Iklim Investasi Daerah
21
Jurnal Kybernan, Vol. 3, No. 1, Maret 2012
Gambar 1
Sinergitas Lingkungan Luas dan Langsung Bagi Peningkatan Investasi
di Daerah
22
Andi Sopandi dan Nandang Nazmulmunir – Pengembangan Iklim Investasi Daerah
Daftar Pusataka
23
Jurnal Kybernan, Vol. 3, No. 1, Maret 2012
24