Anda di halaman 1dari 6

Senin, 17 Januari 2011

AIR MATA ZAHRA


Wajahnya dingin dan terlukis capek sekali. Dia meletakkan koper hitam ke sofa, kemudian mengendorkan tali dasi yang
mulanya rapi. Rambutnya agak acak, dan tubuhnya merebah di kursi panjang ruang keluarga. Kemudian matanya terpejam.
Selalu seperti itu ...
Zahra menatap tubuh yang merenta kelelahan dalam balik pintu kamarnya
Dia adalah raja dihidupku ...
Takseharusnya aku mengeluh akan apa yang dilakukannya ...
Siapalah aku?
Hanya seorang istri yang baru ber-teken di-KUA sebulan yang lalu....
Sungguh tak etis,
Bila ku protes ke kecuekannya padaku...
Terlalu angkuhkah aku?
Selembar selimut dibeberkannya menutupi tubuh suaminya yang terendam di alam bawah sadar. Ah, selamat
malam sayang! Semoga kau mimpikan aku, walau hanya dalam tokoh piguran saja...
***
Nanti, pulang jam berapa Mas? Zahra mencoba bertanya sembari memberi nasi di piring lelaki pendamping
hidupnya pagi ini.
Seperti biasa ...!! mungkin kau tak akan melihatku pulang. Kenapa? Apa kau takut? Dia mengambil piring dari tangan
Zahra.
Bukan takut, Cuma .... Zahra tak meneruskannya. Dia takut.
Tiba-tiba ponsel Rival suaminya berbunyi
Hallo, oh ... ya...ya...baik... apa? 30 menit lagi? Baik ... baik .... aku akan segera ke sana, ya.... ya .... terimakasih.
Jarinya mematikan ponsel dan meneguk air, Zahra, aku harus pergi.
Tubuhnya yang atletis berdiri, mengambil koper dan segera memasang sepatunya.Zahra hanya diam di meja
makan. Sekali lagi ... kepedihan itu melanda.
Aku berangkat ya Zah... kalau ada apa-apa, telpon aku, Assalamualaikum ...
Jasad itu menghilang di balik pintu begitu saja. Kemudian disusul deru mobil yang perlahan mulai tak terdengar
lagi.
Tanpa kecupan di kening
Juga tanpa belaian di kepala
Zahra menangis, air matanya masuk ke dalam makanannya. Wajah putihnya memerah perlahan, senggukan dan isakan itu
semakin keras saja.
Billahi Robbb ....
Bukan maksudku protes karena tidak diperhatikan
Bukan maksudku demo karena tidak digubris. Atau apalah!
Aku bukan wanita egois yang dengan angkuhnya minta jatah kasih dan cinta pada suami....
Bukan !!!
Aku paham Robb ....
Mas Rival sibuk.
Dan kesibukan itu ia lakukan untuk menafkahiku ...
Namun Robb ... kemesraan itu hanya berlangsung 2 minggu
Pertama di pernikahan kami ...
Setelah itu ia meninggalkanku ...
Wanita mana yang tak ingin mendapat hangatnya pelukan sang suami tercinta?
Wanita mana yang tak senang bila sang suami berada di sampingnya dalam satu putaran waktu??

Yah ....itulah saya Robb ... seorang istri yang haus kasih sayang suami ...
Aku tak kan mengeluh di depannya
Cukup di depan-Mu saja
Apalah daya ku,
Gadis desa yang polos .... lugu ....
Yang hanya bisa menangis bila masalah menerpa
Zahra terus terisak, jilbabnya basah, karena jajaran pasukan air mata menembus kain putih itu ....
***

Suasana Rumah sakit Syaiful Anwar di pertengahan kota Malang itu hiruk pikuk sekali. Zahra menunggu antrian
di jok belakang. Dia di sana bersama Marni, pembantu yang baru saja diperolehnya 2 hari yang lalu. Mas Rival sendiri
yang mendatangkannya. Dengan tujuan, untuk menamani Zahra di saat dia ke kantor.
Zahro merasa badannya tak fit lagi. Tiap pagi, sore, malam dia selalu mual, bahkan sampai muntah. Tapi kali dia
makan, selalu ingin kembali, Marni menyarankannya untuk ke dokter.
Ni, kalau ini hanya meriang biasa, kenapa mesti ke dokter kandungan? Zahra bertanya sambil
mengambil tissue dari tasnya
Meriang gimana Nya? Nyonyakan pengantin baru. Kalau gejala-gejala aneh seperti ini, harus cepat-cepat
dibawa ke dokter kandungan.
Apa kamu yakin?
Marni mengangguk
Kalau nggak? Malu dong?!
Aduh ...Nya! percaya sama Marni. Dugaan marni pasti benar!
Zahra terpaksa meng-iya-kan
Tak lama kemudian, Zahra dipanggil dari dalam pengeras. Bergegas ia masuk. Sedangkan Marni menunggu di
luar.
Duh Nyonya! Aku yakin, pasti tamu tak diundang itu ada diperutmu kini ....baitn Marni berkata.
Sekitar 20 menit, barulah Zahra keluar
Hasilnya seminggu lagi nih!
Marni berdiri, Wah, pasti positif, Nya!
Hush! Ya kalau iya, kalau nggak?
Marni nyengir, giginya yang putih besar itu tampak
Jangan bilang sama Mas Rival ya Ni, ini rahasia... Bisik Zahra
Marni mengangguk
Yuk pulang, Pak Bakri pasti nunggu di luar Zahra dan Marni beranjak pergi
***
Malam ......
Kau tahu gundahku?
Atas jabang yang masih abstrak di perutku?
Apakah Dzat ini memang ada?
Malam .....
Kalau toh ada,
Bagaimana harus kukatakan pada Sang Pangeran?
Aku malu...!!
Tak bisa kubayangkan,
Betapa bahagianya dia ...
Tapi, oh, tidak!
Aku takut malam!
Dia tak kan menanggapi Kebahagiaan ini....
Robb ....
Aku hanyalah seorang ratu
Yang hanya bisa bergerak atas perintah sang raja
Maka jadikanlah segalanya mudah....
Dibalik tirai sebuah ruangan ...
Zahra, sang istri yang tengah bermunajat dengan balutan mukena berenda ... dia kencan dengan Sang Kholiq,
sembari menunggu sang suami.
Deru mobil terdengar, Zahra tetap khusuk dengan dialognya bersama sang Maha Aziz. Rival datang.
Keadaannya payah sekali. Setelah mengunci pagar rapat-rapat, dia masuk ke dalam rumah. Dan bisa ditebak dia
merebahkan tubuhnya di sofa ruang tamu.
Setelah selesai, Zahra berdiri dan berjalan menuju ruang depan. Menatap sang pujaan hati lekat-lekat.
Langkahnya terhenti di depannya tepat
Seperti bayi yang baru dilahirkan
Dia tampak lugu bila terlelap
HP-nya terletak di meja. Tiba-tiba bunyi, dan Zahra mengambilnya cepat-cepat, takut suaminya terbangun.
Rangkaian beberapa huruf terjajar di persegi telekomunikasi itu, sebuah SMS

Mas Rival yang ganteng, sudah sampai rumah apa belum? Dari rumah pasti istrimu ngomel-ngomel. Ha ... ha ... ha...,
kachian deh lo. Oh ya thanks for your price to me last day -Silvy.
Zahra terkejut mendadak hatinya berdebum kencang. Seperti ada sebuah pisau yang mengiris hatinya dan
mengincangnya sampai lembut. HP-nya terjatuh dan pecah.
Hal itu membuat Rival terjaga
Zahra, kenapa? tanyanya terkejut saat mendapati HP-nya pecah berkeping-keping.
Tida ... tida ... dak...
Sekuat mungkin ia menahan air matanya. Dipaksanya kedua sudut bibir mungil itu untuk tersenyum.
M ... m ... maaf t...t.... tadi .... s.. saya tidak tahu... s...sa...saya...saya.... sungguh-sungguh ...tak ...tak
....saya ....saya...
Tanpa sadar air matanya jatuh. Bibirnya gemetar.... dan pipinya memerah.
Zahra ketakutan. Bukan HP itu, tapi Zahra takut akan deretan tulisan yang baru saja dibacanya.
Kau menangis?
Zahra tetap tak bergeming. Matanya semakin lapuk karena air matanya.
Ah, Zahra, tak apa, toh ya saya bisa membelinya lagi. Sudahlah ... tak perlu menangis. Aku ini bukan monster
jahat yang akan marah oleh hal sepele seperti ini. Aku suamimu... sudahlah..
Tangannya meraih pundah Zahra, dan memeluknya
Hal yang tak pernah dilakukannya selama 2 bulan lamanya
Pelukannya tak sehangat dulu... pelukannya dingin...
Mendadak hidung Zahra mencium parfum wanita dari baju lelaki yang memeluknya itu. Zahra mundur beberapa
langah
Kenapa? Tanya Rival bingung
Zahra tak tahan lagi. Ingin rasanya ia berlari meninggalkan sosok asing di depannya itu.
Tenang .... tenang Zahra ... tenang ..
Zahra menarik nafas panjang.
Tak apa, aku Cuma lupa, ini waktu tahajjud, kau bisa melakukannya sekarang! suaranya bergetar datar.
Seperti ada puluhan batu menyumbat tenggorokannya.
Aku belum ber-Isya ... Rival tampak malu. Zahra terkejut,
Sudah 3 malam ... bergegaslah..
Zahra meninggalkan suaminya. Tentu saja dengan menahan emosinya. Sehingga ia tetap tampak biasa saja.
Padahal dalam ahtinya, samudra air mata mengucur tanpa hentinya.
Aku takut, suamiku diambil orang ....
***
Nya ...sudahlah... kata Marni sambil membelai rambut Nyonyanya. Zahra tak hentinya menangis.
Aku takut Marni... sekarang aku merasa, dia asing untukku, dia serasa ada yang menjamahnya. Aku tak tahu,
apa ini benar apa salah. Mungkin ini hanya perasaan saya saja...srrrk...
perasaan bagaimana Nya ?! itu benar-benar kenyataan. SMS, bau farfum, pulang malam !! Nyonya harus
tegas!!
Tegas bagaimana Ni ?!? apalah dayaku ?!? aku Cuma gadis desa yang beruntung menarik hati seorang
eskutif muda walau sesaat ...
Iya Nya, tapi Nyonya harus tegas !! ceraikan Tuan, Nya!!.
Marni apa maksudmu ?? bagaimana dengan bayi yang ku kandung ini ??
Marni bengong. Terpaku dengan kata-kata Zahra.
Nyonya hamil ??
Zahra mengangguk, Ya, sebulan, kemarin ke RS, dakter bilang kalau aku positif...
Marni menghambur ke pelukan Nyonyanya. Matanya menyemburatkan air mata yang deras.
Selamat ya Nya ...?? Alhamdulillah... selamat Nyonya..
Bagaiman aku bisa menentangnya sementara anak dalam kandungan ini membutuhkannya... Zahra
menangis tersedu-sedu,

Duh Rabb... apa yang mesti ku lakukan sekarang ?Bantulah aku berikan yang terbaik
untuk anakku juga suamiku...
***
zahra menurunkan alisnya beberapa senti. Mata bulatnya membidik sosok berbaju enjoyrapi hendak pergi.
Mas Rival ? mau ke mana?
Rival berhenti kemudian mengangkat suara.
Ada meeting dengan relasi kerja.

Tapi hari ini kan hari minggu Mas??


Iya ini nggak resmi kok. Cuma sekedar breakfast bareng. Apa ada yang salah ?
Zahra bangkit menghampiri suaminya.
Mas...Zahra tak pernah melalui hari-hari Zahra dengan Mas. Mas selalu keluar. Apa tak sebaiknya hari ini
dibuat untuk keluarga ? suara Zahra bijak sekali.
Aku sudah janji Zahra...
Sebegitu pentingnyakah ?
Ya, sangat penting !!
Lebih pentingkah dari istri Mas yang tak pernah di gubris ini ?
Rival lalu menarik nafas panjang.
Tak biasanya kau menginterogasiku seperti ini !!
Oh... apa Mas merasa diinterogasi ?
Lumayan!!
Zahra tersanyum, Kalau begitu saya minta maaf !!. kata-kata itu seperti kata kekalahan. Tak ada kuasa untuik terus
menyambung pertanyaan-pertanyaan yang nantinya bisa memperpanas keadaan. Zahra sadar kalau dirinya hanyalah seorang istri.
Tapi entah kenap? Tanpa ada perintah Zahra berlari ke westafel dekat ruang makan. Perutnya kambuh, mual-mual. Dia
ingin muntah. Sementara Marni yang melihat Nyonyanya muntah itu, segera mengambilkan segelas air putih.
Setelah tenang, Zahra meneguknya. Rival mengerenyit.
Kenapa Zahra ?? wajahnya pucat.
Kau sakit Zahra ?? Tanya Rival.
Oh.. sakit biasa, tak perlu di piker . Zahra mencoba menutupi kebenaran.
Tuan, Nyonya ini sekarang sedang ...
MERIANG yah, MERIANG... Zahra memandang Marni dengan melotot. Memberinya isyarat agar tidak mengatakan
apapun. Rival menarika nafas. Baiklah aku pergi sekarang!!
Ta..tapi ..apa ..kau..
Ah, ayolah Zahra, Silvy menungguku. Rival mulai capek dengan belitan-belitan Zahra yang mencoba menghalangi
kepergiannya.
Silvy ?? Silvy siapa Mas? Zahra menatap suaminya tajam. Hatinya bergemuruh dengan rasa curiga yang benar-benar
dahsyat.
Rival gelagapan. Wajahnya mendadak bingungdan pucat.
Oh.. dia adalah rekan kerjaku. Naiklah Zahra aku pergi ...
tubuh tegap itu berjalan dan hilang di balik pintu...
Kau dengar itu Marni ? Tanya Zahra Ia lebih mengutamakan Silvy daripada istrinya. Perlahan Zahra terisak. Marni
mengelus rambutnya.
Duh Nyonya kau benar-benar istri yang sempurna. Kau ini bukannya marah, atau memata-matainya saat ini, melainkan
kau menangis pasrah.
***
Rabb ...
Sang Raja punya Ratu baru di luar istana.
Bahkan Dia lebih mencintai Ratu barunya daripada permaisuri,
Mungkin.
Apalah daya sang permaisuri Rabb.
Dengan jabang bayi yang baru berusia satu bulan ini ??
Apa sang permaisuri akan kehilangan Sang Raja ??
Lalu bagaimana dengan pangerannya ??
Apakah Sang permaisuri rela di madu ??
Sedangkan hatinya begitu mencintai sang Raja.
Rabb ...
Aku paham, wanita yang ikhlas dirinya di madudalam satu bahtera Rumah Tangga, maka kau menjanjikan nirwana atasnya,
Haruskah aku seperti itu ??
Rabb ...
Aku tak ingin melewati hari-hariku dengan pertengkaran ...
Anakku inipun masih terlalu keci. Bahkan amat sangat kecil.
Kalau aku harus menjalani kesengsaraan hidup karena keegoisanku ...
Lalu .. apa yang harus aku lakukan ??
Berilah aku petunjuk-Mu...

Amiiin...
***
Sebulan berlalu.
Zahra semakin yakin kalau di balik tirai rumahnya Rival mempunyai gadis. Dan mungkin namanya Silvy. Karena sering
kali saat Zahra meneiepon suaminya di kantor; saat jam makan siang, petugas kantor mengatakan ia bersama Silvi, sekretaris
peribadinya. Sampai-sampai ia pernah menangkap suara petugas itu.
Halah ... paling-paling dia lagi nempel-nempelan sama Si Silvi yang gatel itu.
Sehingga terpaksan Zahra menutup gagang telepon dan menangis
Emak dan Bapak di kampung selalu Tanya, bagaimana keadaannya dengan suaminya. Maka dengan berat hati, Zahra harus
membohongi mereka,
:Oh ... kami baik-baik saja
Yah .. itulah Zahra. Istri yang sebenar-benarnya. Ia tak pernah memaksa, egois, manja, dan uring-uringan. Walaupun sang
suami berselingkuh, namun Zahra tetap bijak.
Mas.. Zahra membuka pembicaraan. Malam itu amat sangat tumben sekali. Sang suaminya pulang jam 23.00 malam hari
Hmmm....Rival yang asyik nonton TV menoleh
Mas jujur. Apa Mas bosan dengan saya?
Rival tertegun
Bosan ...?.... aku ...aku....
Aku paham Mas, Mas pasti bosan dengan saya. Yah ... lha wong aku ini Cuma gadis desa yang ada artinya...
Rival diam. Tersentak kata-kata Zahra.
Zahra menarik nafas panjang
Mas , Zahra tak semuah itu dibohongi, Zahra tahu, kalau mas punya wanita lain...
Rival diam lagi, tak tahu harus berkata apa....
Zahra .... Zahra ... kecewa Mas ... Mas, kalau memang Mas ingin bersamanya, kenapa tak nikahi saja dia? Dari pada
sembunmyi-sembunyi seperti ini .... mendekati zina itu dilarang... apa Masa sudah tidur bareng wanita itu?
Rival menunduk, Belum ...
Berarti hanya sekedar kencan?
Rival ragu, namun akhirnya ia mengangguk. Zahra menarik nafas berkali-kali namun air matanya tak bisa dihentikan
Mas ... Mas kalau memang mencintainya, Mas boleh menikahinya
Rival menatap istrinya yang cantik itu tengah menangis
Kau ....
Ya ... Mas, aku rela. Siti Khadijah rela ia dimadu dengan Siti Aiysah, kenapa saya harus tak rela?
Rival menengdah ... menahan butiran yang akan ia keluarkan.
Dari pada setiap hari Mas berbuat dosa, lebih baik Mas meresmikannya dalam pernikahan...
Tapi, Zahra ...
Jangan takut, aku ikhlas Mas ..
Rival menyentuh dagu Zahra dan mendalami wajahnya
Kau sudah tahu aku menghianatimu, kenapa kau masih mau menjadi istriku?
Karena ... karena .... karena ....Rival menuggu, apa yang akan dikatakannya.
Karena anak di perutku ini membutuhkan ayahnya...
Zahra menangis lebih keras lagi.
Anak? Maksudmu?
Rival memukul keningnya, serta merta ia memeluk tubuh istrinya itu ...
Kenapa tak bilang?
Karena Mas pasti tak suka mendengarnya...
Rival lebih erat memeluk istrinya.
Waktu,
Kau menjawab semuanya
Di putaran detakanmu kini
Sang raja mendapati cinta yang
Lebih kuat dan dalam ....
Sang Permaisuri yang lembut itu mampu
Menabur bubuk cinta
Lewat kebaikan hatinya ...
Hingga sang raja mendekapnya erat,
Seakan tak ingin kehilangan

Ratu berhati emas ini ....


Dia merasakan bahwa ratunya itu
Sungguh indah ...
Kau bisa menikahi Silvi Mas, asalkan anak di perutku masih bisa memanggilmu ayah nanti... suara Zahra berat karena
isakan.
Tidak Zahra ...aku tak kan menikah dengan siapapun. Cukup kau ... bodohnya aku, yang tidak menyadari bahwa
pendamping hidupku berhati mulia sekali. Tak ada Silvi ... tak ada poligam, cukup kau, sayang.
Keduanya terisak ...dalam ... hiangga alam raya pun turut haru mendengarnya
Benar!
Dilema rumah tangga,
Mampu diselesaikan dengan keikhlasan
Zahra berhasil meraih hati suaminya
Membuatnya mencintai dirinya ...
Rival mencium perut istrinya, disusul dengan ciuman di kening
Maafkan aku, Zahra...
Zahra tersenyum, mengangguk.

Anda mungkin juga menyukai