Yah ....itulah saya Robb ... seorang istri yang haus kasih sayang suami ...
Aku tak kan mengeluh di depannya
Cukup di depan-Mu saja
Apalah daya ku,
Gadis desa yang polos .... lugu ....
Yang hanya bisa menangis bila masalah menerpa
Zahra terus terisak, jilbabnya basah, karena jajaran pasukan air mata menembus kain putih itu ....
***
Suasana Rumah sakit Syaiful Anwar di pertengahan kota Malang itu hiruk pikuk sekali. Zahra menunggu antrian
di jok belakang. Dia di sana bersama Marni, pembantu yang baru saja diperolehnya 2 hari yang lalu. Mas Rival sendiri
yang mendatangkannya. Dengan tujuan, untuk menamani Zahra di saat dia ke kantor.
Zahro merasa badannya tak fit lagi. Tiap pagi, sore, malam dia selalu mual, bahkan sampai muntah. Tapi kali dia
makan, selalu ingin kembali, Marni menyarankannya untuk ke dokter.
Ni, kalau ini hanya meriang biasa, kenapa mesti ke dokter kandungan? Zahra bertanya sambil
mengambil tissue dari tasnya
Meriang gimana Nya? Nyonyakan pengantin baru. Kalau gejala-gejala aneh seperti ini, harus cepat-cepat
dibawa ke dokter kandungan.
Apa kamu yakin?
Marni mengangguk
Kalau nggak? Malu dong?!
Aduh ...Nya! percaya sama Marni. Dugaan marni pasti benar!
Zahra terpaksa meng-iya-kan
Tak lama kemudian, Zahra dipanggil dari dalam pengeras. Bergegas ia masuk. Sedangkan Marni menunggu di
luar.
Duh Nyonya! Aku yakin, pasti tamu tak diundang itu ada diperutmu kini ....baitn Marni berkata.
Sekitar 20 menit, barulah Zahra keluar
Hasilnya seminggu lagi nih!
Marni berdiri, Wah, pasti positif, Nya!
Hush! Ya kalau iya, kalau nggak?
Marni nyengir, giginya yang putih besar itu tampak
Jangan bilang sama Mas Rival ya Ni, ini rahasia... Bisik Zahra
Marni mengangguk
Yuk pulang, Pak Bakri pasti nunggu di luar Zahra dan Marni beranjak pergi
***
Malam ......
Kau tahu gundahku?
Atas jabang yang masih abstrak di perutku?
Apakah Dzat ini memang ada?
Malam .....
Kalau toh ada,
Bagaimana harus kukatakan pada Sang Pangeran?
Aku malu...!!
Tak bisa kubayangkan,
Betapa bahagianya dia ...
Tapi, oh, tidak!
Aku takut malam!
Dia tak kan menanggapi Kebahagiaan ini....
Robb ....
Aku hanyalah seorang ratu
Yang hanya bisa bergerak atas perintah sang raja
Maka jadikanlah segalanya mudah....
Dibalik tirai sebuah ruangan ...
Zahra, sang istri yang tengah bermunajat dengan balutan mukena berenda ... dia kencan dengan Sang Kholiq,
sembari menunggu sang suami.
Deru mobil terdengar, Zahra tetap khusuk dengan dialognya bersama sang Maha Aziz. Rival datang.
Keadaannya payah sekali. Setelah mengunci pagar rapat-rapat, dia masuk ke dalam rumah. Dan bisa ditebak dia
merebahkan tubuhnya di sofa ruang tamu.
Setelah selesai, Zahra berdiri dan berjalan menuju ruang depan. Menatap sang pujaan hati lekat-lekat.
Langkahnya terhenti di depannya tepat
Seperti bayi yang baru dilahirkan
Dia tampak lugu bila terlelap
HP-nya terletak di meja. Tiba-tiba bunyi, dan Zahra mengambilnya cepat-cepat, takut suaminya terbangun.
Rangkaian beberapa huruf terjajar di persegi telekomunikasi itu, sebuah SMS
Mas Rival yang ganteng, sudah sampai rumah apa belum? Dari rumah pasti istrimu ngomel-ngomel. Ha ... ha ... ha...,
kachian deh lo. Oh ya thanks for your price to me last day -Silvy.
Zahra terkejut mendadak hatinya berdebum kencang. Seperti ada sebuah pisau yang mengiris hatinya dan
mengincangnya sampai lembut. HP-nya terjatuh dan pecah.
Hal itu membuat Rival terjaga
Zahra, kenapa? tanyanya terkejut saat mendapati HP-nya pecah berkeping-keping.
Tida ... tida ... dak...
Sekuat mungkin ia menahan air matanya. Dipaksanya kedua sudut bibir mungil itu untuk tersenyum.
M ... m ... maaf t...t.... tadi .... s.. saya tidak tahu... s...sa...saya...saya.... sungguh-sungguh ...tak ...tak
....saya ....saya...
Tanpa sadar air matanya jatuh. Bibirnya gemetar.... dan pipinya memerah.
Zahra ketakutan. Bukan HP itu, tapi Zahra takut akan deretan tulisan yang baru saja dibacanya.
Kau menangis?
Zahra tetap tak bergeming. Matanya semakin lapuk karena air matanya.
Ah, Zahra, tak apa, toh ya saya bisa membelinya lagi. Sudahlah ... tak perlu menangis. Aku ini bukan monster
jahat yang akan marah oleh hal sepele seperti ini. Aku suamimu... sudahlah..
Tangannya meraih pundah Zahra, dan memeluknya
Hal yang tak pernah dilakukannya selama 2 bulan lamanya
Pelukannya tak sehangat dulu... pelukannya dingin...
Mendadak hidung Zahra mencium parfum wanita dari baju lelaki yang memeluknya itu. Zahra mundur beberapa
langah
Kenapa? Tanya Rival bingung
Zahra tak tahan lagi. Ingin rasanya ia berlari meninggalkan sosok asing di depannya itu.
Tenang .... tenang Zahra ... tenang ..
Zahra menarik nafas panjang.
Tak apa, aku Cuma lupa, ini waktu tahajjud, kau bisa melakukannya sekarang! suaranya bergetar datar.
Seperti ada puluhan batu menyumbat tenggorokannya.
Aku belum ber-Isya ... Rival tampak malu. Zahra terkejut,
Sudah 3 malam ... bergegaslah..
Zahra meninggalkan suaminya. Tentu saja dengan menahan emosinya. Sehingga ia tetap tampak biasa saja.
Padahal dalam ahtinya, samudra air mata mengucur tanpa hentinya.
Aku takut, suamiku diambil orang ....
***
Nya ...sudahlah... kata Marni sambil membelai rambut Nyonyanya. Zahra tak hentinya menangis.
Aku takut Marni... sekarang aku merasa, dia asing untukku, dia serasa ada yang menjamahnya. Aku tak tahu,
apa ini benar apa salah. Mungkin ini hanya perasaan saya saja...srrrk...
perasaan bagaimana Nya ?! itu benar-benar kenyataan. SMS, bau farfum, pulang malam !! Nyonya harus
tegas!!
Tegas bagaimana Ni ?!? apalah dayaku ?!? aku Cuma gadis desa yang beruntung menarik hati seorang
eskutif muda walau sesaat ...
Iya Nya, tapi Nyonya harus tegas !! ceraikan Tuan, Nya!!.
Marni apa maksudmu ?? bagaimana dengan bayi yang ku kandung ini ??
Marni bengong. Terpaku dengan kata-kata Zahra.
Nyonya hamil ??
Zahra mengangguk, Ya, sebulan, kemarin ke RS, dakter bilang kalau aku positif...
Marni menghambur ke pelukan Nyonyanya. Matanya menyemburatkan air mata yang deras.
Selamat ya Nya ...?? Alhamdulillah... selamat Nyonya..
Bagaiman aku bisa menentangnya sementara anak dalam kandungan ini membutuhkannya... Zahra
menangis tersedu-sedu,
Duh Rabb... apa yang mesti ku lakukan sekarang ?Bantulah aku berikan yang terbaik
untuk anakku juga suamiku...
***
zahra menurunkan alisnya beberapa senti. Mata bulatnya membidik sosok berbaju enjoyrapi hendak pergi.
Mas Rival ? mau ke mana?
Rival berhenti kemudian mengangkat suara.
Ada meeting dengan relasi kerja.
Amiiin...
***
Sebulan berlalu.
Zahra semakin yakin kalau di balik tirai rumahnya Rival mempunyai gadis. Dan mungkin namanya Silvy. Karena sering
kali saat Zahra meneiepon suaminya di kantor; saat jam makan siang, petugas kantor mengatakan ia bersama Silvi, sekretaris
peribadinya. Sampai-sampai ia pernah menangkap suara petugas itu.
Halah ... paling-paling dia lagi nempel-nempelan sama Si Silvi yang gatel itu.
Sehingga terpaksan Zahra menutup gagang telepon dan menangis
Emak dan Bapak di kampung selalu Tanya, bagaimana keadaannya dengan suaminya. Maka dengan berat hati, Zahra harus
membohongi mereka,
:Oh ... kami baik-baik saja
Yah .. itulah Zahra. Istri yang sebenar-benarnya. Ia tak pernah memaksa, egois, manja, dan uring-uringan. Walaupun sang
suami berselingkuh, namun Zahra tetap bijak.
Mas.. Zahra membuka pembicaraan. Malam itu amat sangat tumben sekali. Sang suaminya pulang jam 23.00 malam hari
Hmmm....Rival yang asyik nonton TV menoleh
Mas jujur. Apa Mas bosan dengan saya?
Rival tertegun
Bosan ...?.... aku ...aku....
Aku paham Mas, Mas pasti bosan dengan saya. Yah ... lha wong aku ini Cuma gadis desa yang ada artinya...
Rival diam. Tersentak kata-kata Zahra.
Zahra menarik nafas panjang
Mas , Zahra tak semuah itu dibohongi, Zahra tahu, kalau mas punya wanita lain...
Rival diam lagi, tak tahu harus berkata apa....
Zahra .... Zahra ... kecewa Mas ... Mas, kalau memang Mas ingin bersamanya, kenapa tak nikahi saja dia? Dari pada
sembunmyi-sembunyi seperti ini .... mendekati zina itu dilarang... apa Masa sudah tidur bareng wanita itu?
Rival menunduk, Belum ...
Berarti hanya sekedar kencan?
Rival ragu, namun akhirnya ia mengangguk. Zahra menarik nafas berkali-kali namun air matanya tak bisa dihentikan
Mas ... Mas kalau memang mencintainya, Mas boleh menikahinya
Rival menatap istrinya yang cantik itu tengah menangis
Kau ....
Ya ... Mas, aku rela. Siti Khadijah rela ia dimadu dengan Siti Aiysah, kenapa saya harus tak rela?
Rival menengdah ... menahan butiran yang akan ia keluarkan.
Dari pada setiap hari Mas berbuat dosa, lebih baik Mas meresmikannya dalam pernikahan...
Tapi, Zahra ...
Jangan takut, aku ikhlas Mas ..
Rival menyentuh dagu Zahra dan mendalami wajahnya
Kau sudah tahu aku menghianatimu, kenapa kau masih mau menjadi istriku?
Karena ... karena .... karena ....Rival menuggu, apa yang akan dikatakannya.
Karena anak di perutku ini membutuhkan ayahnya...
Zahra menangis lebih keras lagi.
Anak? Maksudmu?
Rival memukul keningnya, serta merta ia memeluk tubuh istrinya itu ...
Kenapa tak bilang?
Karena Mas pasti tak suka mendengarnya...
Rival lebih erat memeluk istrinya.
Waktu,
Kau menjawab semuanya
Di putaran detakanmu kini
Sang raja mendapati cinta yang
Lebih kuat dan dalam ....
Sang Permaisuri yang lembut itu mampu
Menabur bubuk cinta
Lewat kebaikan hatinya ...
Hingga sang raja mendekapnya erat,
Seakan tak ingin kehilangan