Anda di halaman 1dari 20

Laporan Praktikum

Genetika

PERCOBAAN I

IMITASI PERBANDINGAN GENETIS

NAMA : NUNIK SUPRAPTI

NIM : H041211049

HARI/TANGGAL : RABU/30 MARET 2022

KELOMPOK : IV (EMPAT) A

ASISTEN : NOER ZAKIAH DERAJAT SAM

LABOLATORIUM GENETIKA
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
BAB 1
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Seiring perkembangan zaman ilmu genetika mengalami perkembangan.

Pada tahap awal, genetika hanya sebatas persilangan tanaman yang dilakukan oleh

bapak gentika, George Mendel pada tahun 1800-an. Proses awal tersebut disebut

dengan perkembangan ilmu genetika klasik yang menghasilkan Hukum Mendel I

dan Hukum Mendel II. Saat ini, genetika telah memasuki tahap genetika modern.

Genetika modern diawali dengan penemuan struktur rantai ganda pada DNA oleh

Watson dan Crick. Selanjutnya, genetika modern berorientasi pada injeksi asam

nukleat ke dalam sel atau organel (Suryo, 2008).

Apabila kita menghadapi suatu peristiwa atau kejadian yang tidak dapat

dipastikan akan kebenarannya biasanya digunakan berbagai macam istilah seperti

kemungkinan atau peluang dan sebagainya. Misalnya, mahasiswa yang menantikan

hasil ujian tentunya menghadapi kemungkinan apakah ia lulus atau tidak. Seorang

pemain bulu tangkis diwaktu bertanding tentunya menghadapi kemungkinan

apakah ia akan menang ataukah kalah. Jika seseorang melempar mata uang logam

ke atas, maka kemungkinan yang dihadapinya ialah apakah uang itu akan jatuh

terlentang atau tertelungkup di lantai (Suryo, 2008).

Berdasarkan hal tersebutlah kemudian dilakukan percobaan untuk

membuktikan teori Mendel dengan rasio fenotip F2 yang diperoleh 9:3:3:1 melalui

imitasi perbandingan genetis dan untuk mendapatkan gambaran tentang

kemungkinan gen-gen yang dibawa oleh gamet-gamet tertentu sehingga akan

bertemu secara acak atau random.


I.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang

kemungkinan gen-gen yang dibawa oleh gamet-gamet tertentu dan akan bertemu

secara acak atau random.

I.3 Waktu dan Tempat Percobaan

Percobaan ini dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 30 Maret 2022 pukul

14 :00-17 :00 WITA. Bertempat di Labolatorium Genetika Departemen Biologi

Dasar, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin

Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Imitasi Perbandingan Genetis

Imitasi perbandingan genetis adalah cara untuk membedakan individu satu

dengan individu yang lain dalam pewarisan sifat dari orang tua kepada

keturunannya yang akan menghasilkan perbandingan yang signifikan. Hal ini bisa

juga disebut dengan adanya variasi genetik. Variasi genetik ini ditandai dengan

adanya variasi DNA (deoxyribonucleic acid).

Imitasi perbandingan genetis membuat satu makhluk berbeda dengan

makhluk lainnya. Adanya DNA sebagai cetak biru yang memastikan karakteristik

biologis seorang individu, sangat dipengaruhi oleh urutan nukleotida yang disandi

dalam struktur DNA-nya. Bila seorang individu mempunyai kekerabatan dekat

dengan seorang individu lain atau kelompok individu di suatu wilayah dengan

wilayah lain, bisa berupa suatu politipisme dan polimorfisme, maka tingkat

persamaan informasi genetiknya akan tinggi pula. Variasi ini tentu saja sangat

ditentukan oleh mutasi, rekombinasi dan migrasi gen dari satu lokasi ke lokasi

lainnya. Dapat disimpulkan bahwa setiap individu berbeda karena

memperhitungkan adanya sifat genetik (Koesbardiati dkk., 2013).

II.2 Hukum Mendel I

Hukum mendel I juga dikenal dengan hukum segregasi (pemisahan).

Hukum Mendel I berusaha menjelaskan pemisahan pasangan alel secara bebas pada

saat pembelahan meiosis pada saat pembentukkan gamet. Segregasi diikuti dengan

perubahan jumlah kromosom diploid menjadi haploid. Hukum Mendel I berlaku


untuk persilangan Monohibrid atau persilangan dengan satuu sifat benda

(Wahyuningsih, 2019).

Hukum mendel I menyatakan bahwa pewarisan sifat dari kedua gen induk

yang berupa pasangan alel yang akan mengalami pemisahan. Pemisahan tersebut

akan diterima oleh setiap gamet dengan jumlah satu gen induk yang diterimanya.

Hukum Mendel I dapat disebut dengan hukum segregasi bebas yang menyatakan

pewarisan sifat induk pada pembentukan gamet keturunan akan melalui

pembelahan gen induk yakni terjadi pada persilangan monohibrid. Monohibrid

adalah persilangan antar dua individu dengan spesies yang sama tetapi memiliki

satu sifat yang berbeda. Monohibrid menghasilkan keturunan pertama (F1)

monohibrid mempunyai fenotip yang serupa dengan induknya yang dominan jika

dominansi tampak sepenuhnya. Pemisahan alel terjadi saat keturunan pertama (F1)

heterozigot membentuk gamet- gamet yang akan menyebabkan gamet hanya

memiliki salah satu alel saja (Effendi, 2020).

II.3 Hukum Mendel II

Mendel memperoleh hukum segregasi dari eksperimen dimana ia hanya

mengikuti satu karakter, seperti warna bunga. Semua keturunan F1 yang dihasilkan

dalam persilangan dari orang tua yang benar-benar berkembang biak adalah

monohibrid, yang berarti bahwa mereka heterozigot untuk satu karakter tertentu

yang diikuti dalam salib. Mendel kemudian menyusun hukum waris kedua dengan

menyilangkan dua karakter sacara bersamaan, seperti warna biji dan bentuk biji.

Biji (kacang polong) bisa berwarna kuning atau hijau dan biji berbentuk bulat

(halus) atau berkerut. Dari persilangan karakter tunggal, Mendel tahu bahwa alel

untuk biji kuning dominan (Y), dan alel untuk biji hijau resesif (y). Untuk karakter
berbentuk biji, alel untuk bulat dominan (R), dan alel untuk keriput bersifat resesif

(r) (Reece, 2017).

Ketika Mendel melakukan percobaan dan mengklasifikasikan keturunan F2,

hasilnya dekat dengan rasio fenotip 9:3:3:1 yang diprediksi, mendukung hipotesis

bahwa alel untuk satu gen mengendalikan warna benih, misalnya memisahkan

menjadi gamet sacara terpisah dari alel gen lain, seperti bentuk biji. Mendel

menguji tujuh karakter kacang polongnya dalam berbagai kombinasi dihibrid dan

selalu mengamati rasio fenotip 9:3:3:1 pada generasi F2. Hasil percobaan dihibrid

Mendel adalah dasar untuk apa yang sekarang kita sebut hukum Asortasi bebas atau

Hukum Mendel II.

Hukum ini hanya berlaku untuk gen (pasangan alel) yang terletak pada

kromosom yang berbeda yaitu, kromosom yang tidak homolog atau alternatif,

untuk gen yang sangat berjauhan pada kromosom yang sama. Situasi ini sangat

menyederhanakan interprestasi persilangan multi karakter kacang polong. Semua

contoh yang di pertimbangkan melibatkan gen yang terletak pada kromosom yang

berbeda (Effendi, 2020).

Mendel dapat mengambil kesimpulan bahwa anggota dari sepasang gen

memisah secara bebas (tidak saling mempengaruhi) ketika berlangsung meiosis

selama pembentukan gamet-gamet. Prinsip ini dirumuskan sebagai Hukum Mendel

II yang berbunyi: "The Law of Independent Assortment of Genes" (Hukum

Pengelompokan Gen Secara Bebas) (Suryo, 2008).

II.4 Uji Chi-Square

Pada kenyataannya, perbandingan teoritis yang merupakan peluang

diperolehnya suatu hasil percobaan persilangan tidak akan selalu terpenuhi.


Penyimpangan (deviasi) yang terjadi bukanlah sekedar modifikasi terhadap

perbandingan Mendel, melainkan sesuatu yang ada kalanya tidak dapat diterangkan

secara teori. Berhubungan dengan itu, adanya penyimpangan antara hasil yang

didapat dengan hasil yang diharapkan secara teoritis sangat perlu untuk dilakukan

evaluasi. Suatu cara untuk mengadakan evaluasi itu adalah dengan melakukan tes

X2 (chi square test).

Rumus yang digunakan yakni:

𝑑2
𝒳 2= ∑ ………………………….(2.1)
𝑒

Keterangan:

𝑑 = Deviasi/penyimpangan, yakni selisih antarahasil yang diperoleh dan hasil yang

diramal.

𝑒 = Hasil yang diramal atau diharapkan

o = Observasi

∑ = Sigma

Dalam perhitungan nanti harus diperhatikan pula besarnya derajat

kebebasan, yang nilainya sama dengan jumlah kelas fenotip dikurangi dengan satu.

Jadi, andaikan perkawinan monohibrid menghasilkan perkawinan dengan

perbandingan fenotip 3:1 (ada dominasi penuh), berarti ada 2 kelas fenotip sehingga

derajat kebebasannya = 2 − 1 = 1. Jika terdapat sifat intermedier, keturunannya

memperlihatkan perbandingan 1:2:1. Berarti disini ada 3 fenotip, sehingga derajat

kebebasannya = 3 − 1 = 2. Pada perkawinan dihibrid didapatkan keturunan

dengan perbandingan 9:3:3:1. Berarti ada 4 kelas fenotip, sehingga derajat

kebebasannya = 4 − 1 = 3 (Suryo, 2011).


Menurut para ahli statistik, apabila nilai X2 yang didapat bawah kolom Chi

Square nilai kemungkinan 0,05, itu berarti bahwa data yang diperoleh dari

percobaan itu buruk. Ini disebabkan karena penyimpangan sangat berarti dan ada

faktor lain di luar faktor kemungkinan berperanan di situ. Kalau nilai X2 yang

didapat berada di dalam kolom nilai kemungkinan 0,01 berarti data yang diperoleh

dari percobaan buruk sekali. Nilai X2 itu disebut sangat berarti highly significant.

Ini disebabkan karena penyimpangan sangat berarti dan faktor di luar faktor

kemungkinan besar peranannya. Jadi, data hasil percobaan dapat dianggap baik

apabila nilai X2 yang didapat berada di dalam kolom nilai kemungkinan 0,05 atau

di dalam kolom sebelah kirinya (Suryo, 2008).

II.5 Penyimpangan Hukum Mendel

Penyimpangan semu hukum Mendel dikenalkan oleh Gregor Johan Mendel,

bapak genetika dunia. Istilah penyimpangan ini berawal dari ditemukannya sifat-

sifat menyimpang dari persilangan yang seharusnya. Ada penyimpangan semu

hukum Mendel dan penyimpangan hukum Mendel. Sebelumnya, Mendel mampu

merumuskan perbandingan keturunan hasil persilangan monohibrid (satu sifat

beda) dan dihibrid (dua sifat beda), yaitu sebagai berikut:

1. Filia 2 (F2) monohibrid memiliki perbandingan 3:1.

2. Filia 2 (F2) dihibrid memiliki perbandingan 9:3:3:1.

Tetapi dari perbandingan tersebut ternyata muncul satu permasalahan yang

melatarbelakangi tercetusnya penyimpanagan Hukum Mendel. Hasil persilangan

yang masih mengacu pada perbandingan Mendel disebut sebagai penyimpangan

semu hukum Mendel, sedangkan hasil persilangan yang jauh berbeda dengan hasil
perbandingan Mendel disebut sebagai penyimpangan hukum Mendel. Tapi,

keduanya masuk dalam penyimpangan hukum Mendel.

Penyimpangan semu hukum mendel merupakan suatu bentuk persilangan

yang dapat menghasilkan rasio fenotip yang berbeda dengan dasar dihibrid

berdasarkan hukum Mendel. Fenotip sendiri merupakan suatu karakteristik yang

bisa diamati dari suatu organisme yang dapat diatur oleh genotip dengan lingkungan

atau interaksi antar keduanya. Karakteristik dari fenotip mencakup biokimia,

struktural, perilaku, dan fisiologis serta dari berbagai tingkat gen dari suatu

organisme. Disebut penyimpangan semu karena sebenarnya hukum Mendel masih

berlaku dalam pola pewarisan tersebut, hanya terdapat sedikit kelainan akibat sifat

gen-gen yang unik. Penyimpangan semu hukum mendel dapat diamati pada kasus

kodominan, interaksi gen, kriptomeri, polimeri, epistasis, hipotasis, gen

komplementer, atavisme, dan gen dominan rangkap (Effendi,2020).

Kesimpulan penyimpangan hukum Mendel terjadi jika adanya dua pasang

gen atau lebih yang saling memengaruhi. Gen akan memberikan fenotip pada suatu

individu. Namun pada peristiwa ini masih menggunakan hukum-hukum

perbandingan genotip pada hukum Mendel (Astarini, 2018).


BAB III
METODE PERCOBAAN

III.1 Alat dan Bahan

III.1.1 Alat

Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah alat tulis menulis dan

kalkulator (handphone).

III.1.2 Bahan

Bahan yang diperlukan untuk percobaan ini adalah biji genetik dari berbagai

warna.

III.2 Cara Kerja

Setiap parktikan menerima 40 biji genetik dan dimasukkan pada 2 kantong,

masing-masing kantong berisi 20 biji genetik. Terdiri dari 5 kuning merah, 5 kuning

hitam, 5 putih merah, 5 putih hitam. Lalu diambil 1 biji genetik dari kantong kanan

dengan tangan kanan dan satu biji genetik dari kantong kiri dengan tangan kiri

dengan waktu yang bersamaan dan akan dihasilkan sebuah kombinasi genetik.

Dicatat hasil yang diperoleh, setelah dicatat hasilnya, kembalikan kombinasi biji

genetik itu ke kantong asalnya dan kocoklah supaya teracak kembali. Kemudian,

diulangi pengambilan biji genetik sampai 16 kali dan dibuat tabel dari hasil

percobaan.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil

IV.1.1 Tabel Kelompok

a) Data Kelompok
K_B_ K_bb kkB_ Kkbb
Ke (Kuning (Kuning (Putih
(Putih Kisut)
Bernas) Kisut) Bernas)
1 ✓
2 ✓
3 ✓
4 ✓
5 ✓
6 ✓
7 ✓
8 ✓
9 ✓
10 ✓
11 ✓
12 ✓
13 ✓
14 ✓
15 ✓
16 ✓
Σ 10 3 2 1
Keterangan: K=Kuning, k=Putih, B=Bernas, b=Kisut

b) Tabel X2 (Chi Square) Data Kelompok


K_B_ K_bb kkB_ Kkbb
(Kuning (Kuning (Putih
(Putih Kisut)
Bernas) Kisut) Bernas)
O 10 3 2 1
e 9 3 3 1
d 1 0 -1 0

𝑑2 1 0 1 0
𝑒 9 3 3 1

𝑥2 0,444
Keterangan:

o = Hasil yang diperoleh

𝑒 = Hasil yang diramal atau diharapkan

𝑑 = Penyimpangan

𝑥 2 = Nilai Chi Square

I.1.2 Tabel Pengamatan Kelas

a)Data Kelas
K_B_ K_bb kkB_ Kkbb
Kelp. (Kuning (Kuning (Putih
(Putih Kisut)
Bernas) Kisut) Bernas)
10 3 2 1
II 11 3 2 0
III 10 3 3 0
IV 10 3 2 1
V 10 4 2 0
∑ 51 16 11 2
Keterangan: K=Kuning, k=Putih, B=Bernas, b=Kisut

b) Tabel X2 (Chi Square) Data Kelas


K_B_ K_bb kkB_ Kkbb
(Kuning (Kuning (Putih
(Putih Kisut)
Bernas) Kisut) Bernas)
O 51 16 11 2
9 3 3 1
e 16
x 80 = 45 16
x 80 = 15 16
x 80 = 15 16
x 80 = 5
d 6 1 -4 -3
36 1 16 9
𝑑2 45
= 0,80 15
= 0,06 15
= 1,06 5
= 1,80
𝑒
𝑥2 3,72
Keterangan:

o = Hasil yang diperoleh

𝑒 = Hasil yang diramal atau diharapkan

𝑑 = Penyimpangan

𝑥 2 = Nilai Chi Square


IV.2 Pembahasan

Percobaan Imitasi Perbandingan Genetis adalah percobaan yang didasarkan

pada teori Mendel mengenai hukum persilangan dihibrid. Dalam praktikum,

dilakukan pengambilan secara acak dari 40 biji genetik berbagai warna. Untuk

mengevaluasi kebenaran data, maka dilakukan uji chi square berdasarkan

perbandingan yang diperoleh dengan perbandingan yang didapatkan secara teoritis.

Dalam tabel data kelompok, diperoleh nisbah O untuk genotip KB, K-bb,

kk-B, dan kk-bb adalah 10:3:2:1, sedangkan untuk 𝑒, yakni nisbah teoritis

berdasarkan Hukum Mendel II, memiliki perbandingan 9:3:3:1. Dari kedua nisbah,

maka nisbah O dikurangkan dengan nisbah 𝑒 untuk mendapatkan nilai dari 𝑑. Dari

nilai 𝑑 yang diperoleh, disubsitusikan ke rumus 𝑑 2/𝑒. Untuk mendapatkan nilai chi-

square, keempat nilai diakumulasikan dan diperoleh 0,444. Nilai kemudian

dikonversikan kedalam tabel chi-square. Dengan menarik garis chi-square 0,444

dengan derajat kebebasan 3, maka nilai tersebut berada diantara 0,90 − 0,99.

Dalam tabel data kelas, diperoleh nisbah O untuk genotip yang sama adalah

51:16:11:2. Nisbah O merupakan hasil akumulasi nilai yang didapatkan dari kelima

kelompok. Sedangkan untuk memiliki perbandingan 45:15:15:5. Nilai 𝑑 yang

didapatkan dari pengurangan O dan 𝑒, disubsitusikan kerumus 𝑑 2/𝑒 untuk

kemudian diakumulasikan sehingga diperoleh 3,72. Nilai kemudian dikonversikan

kedalam tabel chi-square. Dengan menarik garis chi-square dengan derajat

kebebasan 3, maka tampak bahwa nilai tersebut berada diantara nilai kemungkinan

0,20 − 0,30.

Menurut teori, jika nilai X2 yang diperoleh berada dibawah kolom nilai

kemungkinan 0,05, maka data yang diperoleh dari percobaan itu buruk. Sedangkan
apabila X2 yang diperoleh dalam kolom nilai kemungkinan 0,01 berarti data yang

diperoleh buruk sekali. Data hasil percobaan dapat dianggap baik apabilanilai X2

yang didapat berada didalam kolom nilai kemungkinan 0,05 atau didalam kolom

sebelah kirinya. Dari percobaan, diperoleh nilai kemungkinan data kelompok antara

0,90 − 0,99 sementara nilai kemungkinan data kelas adalah diantara 0,20 − 0,30.

Kedua data tersebut lebih besar daripada nilai 0,55 sehingga dapat dikatakan bahwa

hasil yang diperoleh sudah baik atau signifikan. Deviasi yang didapatkan dari

nisbah merupakan angka tidak berarti, maka nisbah teoritis 9:3:3:1 telah terpenuhi.
BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang diperoleh dari percobaan Imitasi Perbandingan

Genetis adalah bahwa nisbah yang diperoleh, yakni 10:3:2:1 untuk data kelompok

dengan probabilitas 0,90 − 0,99 dan 45:15:15:5 untuk data kelas dengan

probabilitas 0,20 − 0,30. Karena kedua nilai probabilitas yang didapatkan berada

dibawah kolom 0,50, maka hipotesis diterima.

V.2 Saran

Sebaiknya pada saat praktikum selanjutnya, asisten tidak menghalangi

praktikan dari jangkauan papan tulis agar praktikan bisa memperhatikan penjelasan

pemateri dengan lebih baik lagi.


DAFTAR PUSTAKA

Astarini, D., 2018. Peningkatan Pemahaman Materi Penyimpangan Semu Hukum


Mendel Melalui Alat Bantu Baling-Baling Genetika Pada Siswa Kelas
Xii Ips 2 Sma N 1 Baturetno Tahun Pelajaran 2017/2018. Jurnal
JARLITBANG Pendidikan. 2(3): 441-442.

Effendi, Y. 2020. Buku Ajar Genetika Dasar. Pustaka Rumah Clnta. Magelang,
Jawa Tengah.

Koesbardiati, T., Yudianto, A., Murti, B, D., Suriyanto, R, A., 2013. Loci Str Codis
(Tho1,Tpox) Genetic Variation On Gilimanuk Man (Bali Islands).
Jurnal Berkala Arkeologi. 34(2): 135.

Reece, J. B. et al. 2017. Campbell biology. 11th edn, Campbell Biology. 11th edn.
New York: Pearson, doi.

Suryo, 2008. Genetika Manusia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Suryo, 2011. Genetika Manusia. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Wahyuningsih, T. 2019. Peningkatan Hasil Belajar Ipa Materi Proses Persilangan


Dengan Metode Tutor Sebaya Di SMP Negeri 3 Trenggalek.
Education Journal: Journal Educational Research and Development,
3(1): 1-12.
Lampiran 1. Tabel X2 (Chi-Square)
Degree of Probability

Freedom 0,95 0,90 0,80 0,70 0,50 0,30 0,20 0,10 0,05 0,01 0,001

1 0,004 0,02 0,06 0,015 0,46 1,07 1,64 2,71 3,84 6,64 10,83

2 0,10 0,21 0,45 0,71 1,39 2,41 3,22 4,60 5,99 9,21 13,82

3 0,35 0,58 1,10 1,42 2,37 3,66 4,64 6,25 7,82 11,34 16,27

4 0,71 1,06 1,65 2,20 3,36 4,88 5,99 7,78 9,49 13,28 18,47

5 1,14 1,61 2,34 3,00 4,35 6,06 7,29 9,24 11,07 15,09 20,52

6 1,63 2,20 3,07 3,83 5,53 7,23 8,56 10,64 12,59 16,81 22,46

7 2,17 2,83 3,82 4,67 6,35 8,38 9,80 12,02 14,07 18,48 24,32

8 2,73 3’49 4,59 5,53 7,34 9,52 11,03 13,36 15,51 20,09 26,12

9 3,32 4,17 5,38 6,39 8,34 10,66 12,24 14,68 16,92 21,67 27,88

10 3,94 4,86 6,18 7,27 9,34 11,78 13,44 15,99 18,31 23,21 29,59
Lampiran 2. Referensi

Anda mungkin juga menyukai