PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kesehatan Ibu dan anak. Status kesehatan ibu dan anak tersebut ditunjukkan
dengan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi (AKI & AKB).
terjadi dalam kehamilan atau selama dan sesudah persalinan serta kelahiran,
obstetrik yang jika tidak segera ditangani akan mengakibatkan kematian ibu
dan janinnya, kasus itu lah yang menjadi penyebab utama kematian ibu janin
dan bayi baru lahir (Kasus kompleks maternal & neonatal, 2019).
1
2
1.
sedangkan pre eklamsi menyumbang angka kematian ibu 24%, infeksi 11%,
kematian berkisar 24% pre eklamsi yang dialami oleh ibu hamil dan bersalin.
diprofil Kesehatan Riau terkait AKI di Provinsi Riau dilihat bahwa AKI pada
tahun 2012 jumlah angka kematian ibu ada 112,70 per 100.000 kelahiran
hidup, ditahun 2013 terjadi 118 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2014
penurunan 108,90 per kelahiran hidup dan terakhir tahun 2016 mengalami
kematian ibu yang berasal dari Laporan Rutin Fasilitas Kesehatan pada Tahun
7,8% per 100.000 kelahiran hidup (laporan rutin faskes riau, 2016).
3
1.
meningkatnya cakupan pelayanan Ante Natal Care (ANC) pada ibu hamil dan
Dari data kematian ibu harus di perhatikan juga apa yang menjadi penyebab
kematian ibu tersebut, hal ini di perlukan dalam rangka menentukan arah
Tabel 1.1 Presentase penyebab kematian ibu di Provinsi Riau Tahun 2016.
Provinsi Riau pada Tahun 2016 yang tertinggi karena perdarahan 40%, pre
eklamsi 32%, infeksi 20%, gangguan sistem peredaran darah ada 8%,
dengan riwayat kematian disebab oleh perdarahan. Pada tahun 2017 ada 6
2018, pada Tahun 2016 kematian pada bayi terjadi sebanyak 46 bayi, Tahun
2017 ada 43 bayi dan Tahun 2018 disebabkan oleh Penyebab kematian di
4
1.
gejala yang timbul pada kehamilan, persalinan, dan nifas yang terdiri dari
hipertensi, protein uria, dan oedema. Pre eklamsia dibagi dua kelompok
ibu hamil dan perinatal yang tertinggi terutama dinegara berkembang. Sampai
saat ini pre eklamsi dan eklamsi masih merupakan “the disease of theories”
karena kejadian pre eklamsi tetap tinggi dan mengakibatkan angka morbiditas
angka kejadian pre eklamsia diseluruh dunia sebanyak 6,6 juta jiwa,
134.890 kasus dari seluruh kehamilan atau sekitar 5,6% hal tersebut sesuai
5
1.
dengan pre eklamsia yang terjadi dinegara berkembang lainnya yaitu sekitar
Kejadian pre eklamsi di rumah sakit efarina ditahun 2018 ada 98 orang
persalinan dengan pre eklamsi justru terjadi pada usia reproduktif, terdapat 68
orang kejadian pre eklamsi pada ibu hamil usia 20 sampai 35 tahun dimana
usia yang tidak beresiko, sedangkan ibu hamil dengan usia beresiko hanya
terjadi 28 orang. Kejadian pre eklamsi terjadi pada usia tidak beresiko,
meskipun secara teoritis di jelaskan bahwa ada hubungan usia dan paritas
hasil yang bertentangan dengan teori yang ada. Dari hasil penelitian itu lah
beberapa faktor resiko di antaranya adalah faktor usia dan faktor paritas
pre eklamsia di tahun 2018 dapat dilihat dari tabel 1.2 berikut :
sebanyak 98 kasus preeklamsia (9,6%) dari 1019 persalinan, dari ke tiga jenis
penyakit obstetrik ini pre eklamsi penyumbang angka kesakitan dan kematian
6
1.
karena diketahui pre eklampsia merupakan salah satu faktor risiko kesakitan
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Chichi Hafifah
Transyah Pada Tahun 2015 dengan judul penelitian Umur Dan Paritas Ibu
umur dan paritas ibu bersalin dengan kejadian pre eklamsi (p=0,014 dan
terjadinya pre-eklamsi lebih banyak disebabkan oleh paritas <3 (57,6%) dan
umur <35 tahun (60,6%) dan tekanan darah 160/110 mmHg (39,4%).
eklamsi ini disebabkan karna hipertensi dengan TTD 160 mmHg disertai
darah.
Kejadian pre eklamsi terdiri dari dua, yaitu pre eklamsi ringan dengan
gejala timbulnya hipertensi disertai dengan protein uria atau oedema pada
umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas dan kejadian pre eklamsi
berat yang di tandai dengan meningkat nya tekanan darah sistolik melebihi
160 mmHg dan diastole 110 dan disertai adanya gejala sakit kepala, nyeri
epigastrium, penglihatan kabur, mual dan muntah (Feriyanto, 2012). Apa bila
7
1.
pre eklamsi tidak ditangani secara cepat dan tepat akan berdampak ke
eklamsi.
hipertensi, oedema dan protein urin hal ini dapat merugikan penderita karena
tiap tanda merupakan bahaya, kendati pun ditemukan tersendiri, oleh karena
kejang dan koma (Marisjoer, 2000). Efek dari pre eklamsia berat yang tidak
komplikasi pada ibu dan bayinya, komplikasi preeklamsia dan eklamsia bagi
ibu bisa terjadi atonia uteri, sindrom HELLP (sindrom Hemolysis, Elevated
liver enzim, Low Plateled count), gagal ginjal, perdarahan otak, syok, dan
berakhir kematian.
sebesar 30% kejadian dan atonia uteri akibat dari pre eklamsi itu sendiri
oksigen dan nutrisi. Jika pre eklamsia yang diderita ibu hamil cukup parah
8
1.
komplikasi serius seperti kesulitan bernafas bisa di derita bayi yang lahir
pada wanita dibawah usia 20 tahun dan diatas 35 tahun tidak dianjurkan
untuk hamil dan melahirkan dikarenakan pada usia tersebut memiliki resiko
tinggi salah satunya yaitu terjadinya keguguran, pre eklamsia bahkan juga bisa
Angka kematian ibu lebih tinggi pada wanita yang memiliki usia-usia
ekstrim yaitu <20 dan >35 tahun (Curningham, 2006). Usia aman untuk
kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun, kematian maternal pada wanita
hamil dan bersalin pada usia dibawah 20 tahun dan setelah 35 tahun
meningkat karena wanita yang memiliki usia tersebut dianggap lebih rentan
baik untuk hamil karena organ-organ reproduksi belum sempurna. Hal ini
paling sering mengenai wanita yang lebih tua, yaitu bertambahnya usia
9
1.
dengan usia kurang dari 20 tahun insiden 3 kali lipat. Pada wanita hamil
berusia lebih dari 35 tahun dapat terjadi hipertensi laten oleh karna ity
semakin lanjut usia maka kualitas sel telur berkurang sehingga berakibat
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yunirman pada
Tahun (2013) dengan judul penelitian gambaran umur dan paritas ibu bersalin
Penelitian ini juga dilakukan oleh pada Tahun (2015) dengan judul
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2019.
2. Tujuan Khusus
b. Menganalisa hubungan usia ibu dan kejadian pre eklampsia pada ibu
D. Manfaat Penelitian
1. Aspek Teoritis
2. Aspek Praktis