Walaupun teorema ekuipartisi memberikan prediksi yang sangat akurat pada kondisi-kondisi
tertentu, teorema ini menjadi tidak akurat ketika efek-efek kuantum menjadi signifikan, misalnya
pada temperatur yang sangat rendah. Ketika energi termal kBT lebih kecil daripada perjarakan
energi kuantum pada suatu derajat kebebasan, energi rata-rata dan kapasitas kalor dari derajat
kebebasan ini akan lebih kecil daripada nilai energi yang diprediksi oleh teorema ekuipartisi.
Derajat kebebasan ini dikatakan menjadi "beku" ketika energi termal lebih kecil daripada
perjarakan energi kuantum ini. Contohnya, kapasitas kalor suatu benda padat akan menurun pada
temperatur rendah seiring dengan membekunya berbagai jenis gerak yang dimungkinkan. Hal ini
berlawanan dengan prediksi teorema ekuipartisi yang memprediksikan nilai kapasitas kalor yang
konstan. Fenomena menurunnya kapasitas kalor ini memberikan tanda awal bagi para fisikawan
abad ke-19 bahwa fisika klasik tidaklah benar dan diperlukan model ilmiah baru yang lebih
akurat dalam menjelaskan fenomena ini. Selain itu, teorema ekuipartisi juga gagal dalam
memodelkan radiasi benda hitam (juga dikenal sebagai bencana ultraviolet). Hal ini
mendorong Max Planck untuk mencetuskan gagasan bahwa energi yang dipancarkan oleh suatu
objek terpancarkan dalam bentuk terkuantisasi. Hipotesis revolusioner ini kemudian memacu
perkembangan mekanika kuantum dan teori medan kuantum.
Kata "ekuipartisi" berarti "terbagi secara merata". Kata ini diturunkan dari bahasa Latin æquus
("setara atau sama rata"), dan partitionem ("pembagian, porsi").[1][2] Konsep awal ekuipartisi
adalah bahwa energi kinetik total suatu sistem akan terdistribusikan secara merata ke semua
bentuk-bentuk energinya (dilihat secara rata-rata), seketika sistem tersebut telah mencapai
kesetimbangan termal. Teorema ekuipartisi juga memberikan prediksi kuantitatif bentuk-bentuk
energi ini. Contohnya, teorema ini memprediksikan bahwa tiap atom gas mulia yang berada
dalam kesetimbangan termal T memiliki energi kinetik translasi sebesar (3/2)kBT,
dengan kB adalah tetapan Boltzmann. Sebagai konsekuensinya, oleh karena energi kinetik sama
dengan 1/2*mass*kecepatan^2, atom yang lebih berat seperti xenon akan memiliki kecepatan
rata-rata yang lebih lambat daripada atom yang lebih ringan seperti helium pada temperatur yang
sama. Gambar di samping menunjukkan distribusi Maxwell-Boltzmann kecepatan atom dari
keempat gas mulia tersebut.