Anda di halaman 1dari 6

STUDI KASUS PROSES ASUHAN GIZI PADA PEMBERIAN MAKAN BAYI DAN

ANAK (PMBA)
MATA KULIAH DETEKSI DINI MASALAH GIZI MAKRO & MIKRO

OLEH:

NI PUTU EMI
NIM: P07131219029
SEMESTER: V
KELAS: A

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN GIZI PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA
2020/2021
SOAL KASUS :

Data di Puskemas Kecamatan Banjarangkan II pada tahun 2020 menunjukkan bahwa


60% dari bayi usia 6-9 bulan mengalami penurunan BB bahkan 10% bayi tergolong kurus.
Dalam bulan ini, sebagian besar dari mereka sering mengalami diare selama 3-5 hari. Mereka
nampak lemas dan kurang nafsu makan. Sebagian besar kepala rumah tangga di Desa
Banjarangkan bekerja sebagai buruh di pabrik pembuatan batu bata.

Sebagian besar Ibu berpendidikan SD dan SMP. Ibu-ibu di Desa ini biasanya hanya
menyusui bayinya sebanyak 2-3 kali pada pagi dan malam hari dan itupun tidak lama.
Sebagian dari mereka juga memberikan susu formula. Rata-rata bayi mengonsumsi bubur
dalam mangkuk kecil sebanyak 2-3 sdm dan susu formula sebanyak 1 botol (100 cc).

Kebiasan ibu–ibu di Desa tersebut tidak mencuci tangan ketika membuat susu
formula dan menyiapkan makanan lainnya. Dari data lainnya terlihat bahwa jumlah ibu hamil
KEK di Desa Banjarangkan cukup tinggi dan kunjungan ANC rendah.

Buatlah Proses Asuhan Gizi berdasarkan kasus diatas untuk tingkat masyarakat.
PENYELESAIAN :

1. Pengkajian Gizi

Kajian Data Standar Rujukan Masalah

Antropometri  Proporsi bayi usia 6-9 Nilai batas pravelensi untuk  Pravelensi bayi usia 6-9
bulan mengalami balita gizi kurang dan gizi bulan yang mengalami
penurunan BB = 60% buruk berdasarkan indikator penurunan BB tergolong
 Proporsi bayi usia 6-9 BB/U : sangat tinggi
bulan kurus = 10% < 10% = pravelensi rendah  Pravelensi bayi usia 6-9
10-19% = pravelensi sedang bulan kurus tergolong
20-29% = pravelensi tinggi sedang
≥30% = pravelensi sangat
tinggi
Labroratorium -
Fisik/Klinis  Bayi nampak lemas dan  Bayi tampak lemas dan
kurang nafsu makan kurang nafsu makan
Riwayat Gizi  Ibu biasanya hanya  Pemberian ASI :  Frekuensi pemberian
menyusui bayinya - Bayi disusui sesering ASI pada bayi kurang
sebanyak 2-3 kali pada yang diinginkan  Frekuensi pemberian
pagi dan malam hari dan - Apaliba masih bisa MP-ASI sangat kurang
itupun tidak lama memberikan ASI  Penerapan PHBS Ibu
 Sebagian dari mereka maka pemberian susu kurang
juga memberikan susu formula tidak
formula dianjurkan
 Rata-rata bayi  Rekomendasi Pemberian
mengonsumsi bubur MP-ASI dari usia 6-9
dalam mangkuk kecil bulan :
sebanyak 2-3 sdm dan - Frekuensi 2-3 kali
susu formula sebanyak 1 makan ditambah ASI
botol (100 cc). - 1-2 kali makanan
selingan
 Kebiasan ibu–ibu di Desa - 2-3 sendok makan
tersebut tidak mencuci penuh setiap kali
tangan ketika membuat makan
susu formula dan - Tekstur berupa bubur
menyiapkan makanan kental/ makanan
lainnya keluarga yang
dilumatkan

Riwayat Klien  Sebagian bayi sering  Bayi sering mengalami


mengalami diare selama penyakit infeksi (diare)
3-5 hari  Jumlah ibu hamil KEK
 Sebagian besar kepala cukup tinggi
rumah tangga di Desa  Kunjungan ANC rendah
Banjarangkan bekerja
sebagai buruh di pabrik
pembuatan batu bata
 Sebagian besar Ibu
berpendidikan SD dan
SMP
 Jumlah ibu hamil KEK di
Desa Banjarangkan
cukup tinggi dan
kunjungan ANC rendah.

2. Diagnosis Gizi

Diagnosis Gizi

Problem Tingginya proporsi bayi usia 6-9 bulan yang mengalami penurunana BB di wilayah
kerja Puskesmas Banjarangkan II Tahun 2020
Etiologi  Kurangnya pengetahuan ibu bayi tentang pemberian MP-ASI dan pemberian
ASI hingga usia 2 tahun
 Kurangnya penerapan PHBS Ibu bayi
 Keterbatasan daya beli untuk menyediakan MP-ASI yang berkualitas
Sign/Symtom  Proporsi bayi usia 6-9 bulan mengalami penurunan BB = 60%
 Proporsi bayi usia 6-9 bulan kurus = 10%
 Bayi nampak lemas dan kurang nafsu makan
 Ibu hanya menyusui bayinya sebanyak 2-3 kali pada pagi dan malam hari dan
itupun tidak lama
 Rata-rata bayi mengonsumsi bubur dalam mangkuk kecil sebanyak 2-3 sdm
dan susu formula sebanyak 1 botol (100 cc).
 Kebiasan ibu–ibu di Desa tersebut tidak mencuci tangan ketika membuat susu
formula dan menyiapkan makanan lainnya
 Sebagian bayi sering mengalami diare selama 3-5 hari

3. Intervensi Gizi

Tujuan Intervensi

Tujuan  Menurunkan proporsi bayi usia 6-9 bulan yang mengalami penurunan BB dari
60% pada tahun 2020 menjadi 10% pada tahun 2023
 Menurunkan proporsi bayi usia 6-9 bulan kurus dari 10% pada tahun 2020
menjadi 5% pada tahun 2021

Implementasi Intervensi
Pemberian Makanan  Pemberian PMT Penyuluhan berbasis pangan lokal bagi bayi usia 6-9 bulan di
Posyandu
Edukasi Gizi  Peningkatan pengetahuan dan keterampilan Ibu dalam penyediaan MP-ASI
adekuat serta meningkatkan penerapan PHBS Ibu dengan cara penyuluhan dan
demo masak
Koordinasi Asuhan  Melakukan kolaborasi atau Kerjasama dengan dokter atau tenaga kesehatan
Gizi lainnya untuk pengobatan bayi usia 6-9 bulan yang sakit

4. Monitoring dan Evaluasi

Monitoring Evaluasi
Pemberian Makanan  Tersedianya PMT untuk bayi usia 6-9 bulan
 Turunnya proporsi bayi usia 6-9 bulan yang mengalami
penurunan BB
 Turunnya proporsi bayi kurus usia 6-9 bulan
 Proporsi bayi usia 6-9 bulan yang mengalami kanaikan
berat badan
Edukasi Gizi  Terselenggaranya penyuluhan dan demo masak tentang
penyiapan atau pemberian MP ASI yang adekuat
 Tersedianya sarana KIE
 Meningkatnya pengetahuan ibu tentang PMBA
 Meningkatnya pemberian ASI pada bayi
 Meningkatnya penerapan PHBS
Koordinasi Asuhan Gizi  Terjalinnya koordinasi dengan dokter atau tenaga
kesehatan lainnya dalam penanganan bayi usia 6-9
 Turunnya frekuensi bayi mengalami penyakit infeksi

Anda mungkin juga menyukai