Anda di halaman 1dari 26

PROSES IMUNITAS

Dosen Pengampu : Windy Astuti C., S.Kep. Ns. M. Kep

Disusun Oleh :

Kelompok 1
1. Abel Finalya A. (20021001) 9. Dodi Windrajaya (20021010)
2. Aldi Ansa (20021002) 10. Elsa Dwi Prawesti (20021011)
3. Ayu Niara Kaiwa (20021004) 11. Erilia (20021012)
4. Cyndy Hasendra (20021005) 12. Feby Adelia Putri (20021013)
5. Dea Amanda Putri (20021006) 13. Gevin Ariska A. (20021014)
6. Dela Sintia (20021007) 14. Hadianti (20021015)
7. Dien Septyarlen D. (20021008) 15. Helmalia (20021016)
8. Difa Khansa Okavia (20021009) 16. Kemas Dzaid A.F. (20021017)
17. Luk Luil Maknun (20021018)

PRORAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
IkesT MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sebab atas segala rahmat,
karunia, serta taufik hidayahnya penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah
ini dengan baik guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Patofisiolofi dengan
judul Proses Imunitas.
Dalam penyusunan materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.
Namun, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat
bantuan dan dorongan orang tua dan referensi-referensi sehingga kendala-kendala
yang penulis hadapi dapat teratasi.
Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih
luas kepada pembaca khusunya para mahasiswa IKesT Muhammadiyah
Palembang. Penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak kesalahan dan
kekuranganya. Oleh sebab itu, kepada dosen pengampu kami meminta kritik dan
saran yang membangun dan kami berharap hal tersebut mampu menjadikan
cambuk untuk kami lebih mengutamakan kualitas makalah di masa yang akan
datang.

Penulis,
Palembang, 08 Maret 2022

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii

BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 2
1.3 Tujuan................................................................................................... 2

BAB II Tinjauan Pustaka


2.1 Pengertian Sistem Imunitas................................................................... 4
2.2 Anatomi dan Fisiologi Sistem Imun..................................................... 4
2.3 Fungsi Sistem Imun ............................................................................ 5
2.4 Komponen-Komponen Sistem Kekebalan Tubuh................................ 6
2.5 Mekanisme Sistem Kekebalan Tubuh.................................................. 11
2.6 Faktor yang Mempengaruhi Sistem Imun............................................. 18
2.7 Gangguan Sistem Kekebalan Tubuh .................................................... 19

BAB III Penutup


3.1 Kesimpulan........................................................................................... 22
3.2 Saran..................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 23

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Corona atau COVID-19, kasusnya dimulai dengan pneumonia atau
radang paruparu misterius pada Desember 2019. Kemungkinan hal ini
berkaitan dengan adanya pasar hewan Huanan di kota Wuhan yang
melakukan transaksi jual beli berbagai jenis daging binatang, salah satunya
daging yang tidak bisa dikonsumsi seperti ular, kelelawar dan berbagai
jenis tikus. Kasus ini paling banyak ditemukan di pasar hewan Huanan di
kota Wuhan.
Virus ini di duga berasal dari kelelawar dan hewan lain yang
dikonsumsi manusia sehingga menular kepada orang lain. Virus corona
pada dasarnya sudah tidak asing di dunia kesehatan hewan, ada beberapa
jenis yang mampu menginfeksi manusia sehingga menjadi penyakit radang
paru. Jauh sebelum pandemic covid-19, dunia sempat heboh dengan
penyakit Sars dan Mars yang punya kaitan dengan virus corona.
Informasi seputar sistem imunitas banyak beredar di sosial media,
semenjak virus COVID-19 menyebar ke seluruh dunia (Putra et al., 2021;
Suriadi et al., 2021). Sistem imunitas menjadi isu sentral infeksi virus
COVID-19 yang berkembang di masyarakat, tidak lain adalah agar
masyarakat memiliki sistem daya tahan tubuh yang kuat. Akan tetapi,
tanpa pemahaman yang baik tentang sistem imun, sebuah informasi yang
keliru dapat saja menyesatkan masyarakat (Putri & Supriansyah, 2021).
Sehingga dari kasus diatas menandakan virus corona bukan hal
yang pertama kali terjadi. Gejala yang di timbulkan hampir sama dengan
flu tetapi virus corona lebih cepat berkembang sehingga akibatnya
menimbulkan infeksi yang lebih parah dan berdampak pada gagal organ.
Salah satunya mencegah penyakit yang disebabkan virus corona
adalah dengan cara meningkatkan sistem imun atau daya tahan tubuh. Cara
yang bisa dilakukan untuk meningkatkan imunitas tubuh dengan

1
melakukan pola hidup sehat seperti lebih banyak mengkonsumsi sayur dan
buah, karena seseorang tidak mudah sakit jika lebih banyak mengonsumsi
2 jenis makanan tersebut. Cukup waktu istirahat bisa memelihara daya
tahan tubuh, karena apabila kurang waktu istirahat dapat menurunkan
sistem imunitas tubuh seseorang.
Kekebalan tubuh bersifat dinamis, dapat naik turun. Usia, nutrisi,
vitamin, mineral, hormon, olahraga dan emosi mempengaruhi imunitas
tubuh. Kuatnya anti bodi menandakan seseorang tersebut semakin dewasa.
Tetapi, dengan bertambahnya usia bisa juga antibodi melemah. Melakukan
pola hidup sehat dapat menjaga dan memperbaiki sistem imun tubuh. Hal
ini berarti sehat dengan mengkonsumsi makanan bernutrisi dan
berolahraga.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian Sistem Imunitas ?
2. Bagaimana Anatomi dan Fisiologi Sistem Imun?
3. Apa Fungsi sistem imun?
4. Apa Komponen-Komponen Sistem Kekebalan Tubuh ?
5. Bagaimana Mekanisme Sistem Kekebalan Tubuh ?
6. Apa Faktor yang Mempengaruhi Sistem Imun ?
7. Apa Gangguan Sistem Kekebalan Tubuh ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Sistem Imunitas
2. Mengetahui Anatomi dan Fisiologi Sistem Imun
3. Mengetahui Fungsi sistem imun
4. Mengetahui Komponen-Komponen Sistem Kekebalan Tubuh
5. Mengetahui Mekanisme Sistem Kekebalan Tubuh
6. Mengetahui Faktor yang Mempengaruhi Sistem Imun
7. Mengetahui Gangguan Sistem Kekebalan Tubuh

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sistem Imunitas


Sistem imun merupakan sistem pertahanan yang dapat
mengenali antigen yang masuk ke dalam tubuh dan menghasilkan
antibodi untuk melawan antigen (Jee, 2020).
Imunitas adalah semua peristiwa pertahanan tubuh terhadap
serangan benda asing (kuman, penyakit kuman dan bakteri), sistem
kekebalan tubuh juga merupakan kemampuan tubuh untuk melawan
infeksi meniadakan kerja toksindan faktor virulensi lainnya yang
bersifat antigenik dan imunogenik (Wardhani, 2019). Sistem kekebalan
tubuh atau sistem imun adalah sel atau organ khusus suatu organisme yang
membantu dalam pertahanan tubuh agar tidak mudah terkena penyakit.
Ketika system bekerja dengan baik maka akan melindung tubuh dari
bakteri dan virus sehingga tidah mudah terkena penyakit, dan juga dapat
menghancurkan sel kanker dan zat asing lainnya, tetapi jika system
tersebut tidak bekerja dengan baik maka tubuh akan sangat mudah terkena
penyakit virus dan bakteri akan sangat mudah masuk kedalam tubuh
(Rizkia, 2019).

2.2 Anatomi dan Fisiologi Sistem Imun


Sumsum tulang menghasilkan stem cell yang mampu menghasilkan
semua jenis sel darah (sel darah putih, sel darah erah, dan trombosit), yang
kemudin berdiferensiasi (memperoleh karakteristik individu) ke dlan sel-
sel sistem hemtologi dan imunitas. Limfosit B diproduksi dan matang
disumsum tulang dan memainkan peran penting dalam respon imun
humoral.
1. Kelenjar timus, terletak di belakang tulang dada, tempat limfosit T
matang dan dilepaskan ke aliran darah.

3
2. Kelenjar getah bening dan pembuluh darah mengeluarkan cairan yang
disebut getah bening. mengandung nutrisi seperti protein, glukosa,
monosit, dan limfosit terpapar antigen asing seperti bakteri, jamur, dan
virus.
3. Pembuluh getah bening terletak di dekat pembuluh darah dan kapiler.
Sistem kelenjar geta bening membantu dalam kliringg jaringan infektif
organisme, racun, dan lain-lain.
4. Cairan getah bening mengalirr ke pembuluh darah besar, berampur
dengan plasma yang bersirkulasi di aliran arah.
5. Amandel dan kelenjar gondok adalah jaringan getah bening yang
melindungi jalan napas dari mikroba yang terhirup.
6. Limpa menyaring darah, yang memungkikan limfosit bersentuhan
dengan organisme apa pun yang bersikulasi, sehingga mengaktifkan
respon limfosit yyang sesuai. Selin itu ug menyaring sel darah merah
yang rusak atau tua, mendaur ulang hemoglobin untuk produksi
bilirubin.
7. Patch peyer adalah jaringan limfoid yang biasanya ditemukan di
bagian ileum usus halus, membantu bertahan dari patogen yang
tertelan.

2.3 Fungsi Sistem Imun


Fungsi sistem kekebalan tubuh (Purnamasar,2020)
1. Mempertahankan tubuh dari patogen invasif (dapat masuk ke dalam
sel inang), misalnya virus dan bakteri.
2. Melindungi tubuh terhadap suatu agen dari lingkungan eksternal yang
berasal dari tumbuhan dan hewan (makanan tertentu, serbuk sari, dan
rambut binatang) serta zat kimia (obat-obatan dan polutan).
3. Menyingkirkan sel-sel yang sudah rusak akibat suatu penyakit atau
cedera, sehingga memudahkan penyembuhan luka dan perbaikan
jaringan.

4
4. Mengenali dan menghancurkan sel abnormal (mutan) seperti kanker.
(Purnamasari:2020)
Sistem imun tubuh memiliki fungsi membantu perbaikan DNA dan
mencegah infeksi di dalam tubuh yang disebabkan oleh jamur, bakteri, dan
virus, serta menghasilkan antibodi. Limfosit ialah salah satu jenis dari
leukosit yang berfungsi sebagai sistem imun. Fungsi imunostimulan dapat
meningkatkan pertahanan alamiah tubuh dalam mengatasi berbagai infeksi
virus dan bakteri serta penyakit lainnya yang dapat menurunkan atau
menekan sistem imun.
Fungsi sistem imun bagi tubuh adalah sebagai pertahanan tubuh
yakni menangkal benda asing, sebagai keseimbangan fungsi tubuh, dan
berfungsi sebagai suatu pengintai untuk menghancurkan sel-sel yang

bermutasi. (Afkar:2017)

2.4 Komponen-Komponen Sistem Kekebalan Tubuh


Kemampuan sistem imun dalam memberikan respon pada penyakit
tergantung pada interaksi yang komplek antara komponen sistem imun dan
antigen yang merupakan agen-agen patogen atau agen penyebab penyakit.
Antigen merupakan bahan-bahan asing yang masuk ke dalam tubuh.
Jaringan dan organ yang berperan dalam sistem imun berada di bagian
seluruh tubuh. Pada manusia dan mamalia lain, organ-organ pusat sistem
imun adalah sumsum tulang. Komponen-komponen sistem kekebalan
tubuh terdiri atas:
1. Makrofag
Makrofag merupakan komponen sel darah putih yang yang
membantu dalam pertahanan tubuh dengan melakukan fagositosis
seperti virus yang masuk kedalam tubuh. Proses fagositosis dengan
cara menghancurkan antigen proses ini merupakan salah satu reaksi
peradangan Ketika makrofag terkena infeksi maka akan berhubungan
dengan limfosit.

5
Peranan Makrofag sangat penting dalam imunitas adaptif,
komponen-kompnen lain dalam system imun adaftif akan
menghancurkan antigen yang dibawa oleh Makrofag, dapat
mengonsumsi partikel asing, partikel asbes, dan bakteri. Makrofag
berada ditempat seperti daerah paru-paru yang menerima udara dari
luar.
2. Limfosit
Antigen penyerbu akan diidentifikasi serta dihancurkan oleh sel
darah putih. Limfosit-limfosit tersebut akan dibentuk di dalam sumsum
tulang, ketika mereka mengalami pendewasaan terjadi di dua tempat
yang berbeda. Limfosit B (sel B) mengalami pendewasaan di sum-sum
tulang belakang, limfosit T (sel T) di timus. Limfosit dibagi menjadi
dua tipe, yaitu:
a. Sel B
Sel B merupakan organ yang unik bagi unggas tempat sel B,
Unggas ini akan menglami fase pematangan dan ditemukan di
limfosit B. Pada sumsum tulang (bone marrow) sel B akan
berkembang, pembentukan kekebalan humoral dibantu oleh Sel
B untuk membentuk antibodi. Terdapat tiga jenis sel B, yaitu:
1) Sel B pembelah memiliki fungsi dalam pembentukan “sel B
plasma dan sel B pengingat (memori)”.
2) Antibodi dibentuk oleh “sel B plasma”
3) Antigen yang masuk kedalam tubuh akan diingat oleh Sel B
pengingat (memori), serta melindungi pembentukan sel B
plasma jika terjadi infeksi kedua (Campbell et al).
b. Sel T
Sel T memiliki fungsi dalam pembentukan kekebalan seluler
dengan cara menyerang sel penghasil antigen secara langsung,
dalam pengerjaannya sel T ikut dalam membantu produksi
antibodi oleh sel B plasma sel T diproduksi disumsusm tulang
belakang "T" berasal dari kata timus, yaitu suatu kelenjar

6
dalam rongga dada di atas jantung yang berperan dalam
pematangan limfosit. Sel T dapat dibedakan menjadi tiga jenis
berikut:
1) Sel T Sitotoksik, memiliki fungsi menyerang untuk patogen
yang masuk ke tubuh.
2) Sel T Helper, memiliki fungsi untuk menstimulasi
pembentukan jenis sel T lainnya dan sel B plasma serta
mengaktivasi makrofag untuk melakukan fagositosis.
3) Sel T Supresor, memiliki fungsi untuk menurunkan dan
menghentikan respon imun dengan cara menurunkan
produksi antibodi dan mengurangi aktivitas sel T sitotoksik.
Sel T supresor akan bekerja setelah infeksi berhasil
ditangani (Campbell et al).
3. Reseptor Antigen
Kekhususan spesifikasi merupakan ciri imunitas. Spesifikasi
merupakan antigen tertentu yang mampu dilawan oleh zat antibodi.
Ketika umur dewasa limfosit akan memproduksi satu reseptor antigen
saja. Struktur pada reseptor antigen sangat spesifik seperti pada kunci
dan gemboknya reseptor antigen dapat di produksi banyak oleh
limfosit
4. Sel-Sel Pengangkut Antigen
Antigen akan dibawa oleh molekul-molekul pengangkut
kepermukaan sel dan dibawa ke sel limfosit T. Molekul-molekul
pengangkut antigen disebut Major Histocompatability Complex
(MHC). Molekul MHC (Major Histocompatability Complex)
terdiri atas dua kelas. Antigen sel T pembunuh akan dikenal oleh
MHC kelas 1, sedangkan antigen sel T pembantu dikenal MHC
kelas II (Agustina).
a. Protein MHC kelas I ditemukan pada semua permukaan sel
berinti. Protein ini bertugas mempresentasikan antigen peptida

7
ke sel T sitotoksik (Tc) yang secara langsung akan
menghancurkan sel yang mengandung antigen asing tersebut.
b. Protein MHC kelas II terdapat pada permukaan sel B,
makrofag, sel dendritik, dan beberapa sel penampil antigen
(Antigen Presenting Cell atau APC) khusus. Melalui protein
MHC kelas II inilah, APC dapat mempresentasikan antigen ke
sel-T penolong (Th) yang akan menstimulasi reaksi inflamatori.
5. Antibodi
Sel limfosit B hanya dibuat oleh antibodi. Antibodi merupakan
protein yang bekerja sebagai respon antigen, antibodi merupakan
protein jenis imunoglobulin (Ig) atau serum protein globulin. Rantai
berat dan rantai ringan pada akhirnya ditempatkan diantigen spesifik.
Antibodi dikatakan jenis immunoglobin (Ig) atau serum protein
karena memiliki fungsi sebagai pelindung tubuh melalui proses
kekebalan. Terdapat lima macam immunoglobulin, yaitu “IgG, IgM,
IgA, IgE, dan IgD” (Campbell et al). Antibodi bertempat pada cairan
tubuh atau didalam darah sebagai bentuk respon system kekebalan
tubuh terhadap antigen asing Sel akan cepat merespon ketika
pembentukan antibodi. Yang dapat merangsang pelesan pelepasan
antobodi kedalam darah yaitu limfosit B, limfosit T, dan makrofag lalu
pembentukan antibodi lain IgG, IgA, AgD, dan IgE.
a. Immunoglobulin G (IgG)
Setelah infeksi menyerang IgG baru akan terbentuk 2-3 bulan,
dalam 1 bulan kedepan kadar akan meninggi dan akan menurun
secara perlahan, dan seterusnya sampe beberapa tahun dengan
kadar yang rendah. Pada darah terdapat banyak IgG yang beredar.
Aliran darah akan membawa senyawa menuju antigen dan
menghambat pertumbuhan pada virus, mampu menetralkan racun.
IgG akan menyelinap masuk kedalam sel-sel dan kulit untuk
membunuh mikroorganisme dengan ukurannya yang kecil IgG
dapat dipindah melalui plasenta dari ibu hamil ke janin sebagai

8
pelindung janin dari terserangnya infeksi yang akan menyebabkan
pada bayi sebelum lahir serta bayi tersebut mampu menghasilkan
antibodi sendiri.
b. Immunoglobulin A (IgA)
Pada selaput lendir ditemukan Immunoglobulin A atau IgA,
terdapat pada bagian mata, hidung, atau paru-paru atau juga pada
bagian darah, Janin akan dilindungi oleh antibody, serta dapat
melindungi penyakit yang terdapat dalam ASI , melindungi sisstem
pencernaan bayi dari mikroba.
c. Immunoglobulin M (IgM)
Immunuglobin M (IgM) terdapat pada permukaan sel-sel B,
darah, dan getah bening. Immunuglobin M (IgM) akan menjadi
antibodi pertama yang melawan antigen masuk kedalam tubuh.
Pada waktu 1-3 bulan IgM akan menetap setelah terjadinya infeksi
lalu lambat laun akan menghilang dengan sendirinya.
Pada usia kehamilan enam bulan janin dalam Rahim akan
mampu memproduksi IgM. Ciri janin yang terkena infeksi kuman
akan meningkat banyak IgM didalam darah. Ketika tubuh dalam
keadaan normal maka tidak akan ditrmukan IgM dalam organ
ataupun dalam jaringan, ciri janin yang terkena infeksi maka dapat
dilihat dari IgM dalam kadar.
d. Immunoglobulin D (IgD)
Immunoglobulin D atau IgD melakukan tugasnya dengan
menempelkan diri pada bagian permukaan sel T dan membantu sel
T dalam menangkap antigen hal ini dikarenakan jumlah IgD yang
sangat sedikit. IgD dapat ditemukan pada getah bening, dalam
darah.
e. Immunoglobulin E (IgE)
Immunglobulin E atau IgE adalah antibodi yang menimbukan
reaksi alergi, Ketika seseorang sedang mengalami alergi maka

9
kadar Ig Enya sedang tinggi, IgE mampu melawan infeksi parasite,
seperti skistosomiasis.

2.5 Mekanisme Sistem Kekebalan Tubuh


Sistem ketahanan tubuh mencakup semua mekanisme yang
membantu individu untuk mengenal berbagai benda asing yang ada di
lingkungannya. Mekanisrne pertahanan tubuh ini berfungsi untuk
menetralkan. rnenghilangkan, maupun memetabolisasi benda asing agar
terhindar dari kerusakan pada sistem jaringan tubuh itu sendiri.
Sistem ketahanan tubuh dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu
respons ketahanan tubuh non-spesifik, dan respons ketahanan tubuh
spesifik. Mekanisme kerja respons ketahanan tubuh non-spesifik tidak
bergantung pada pengenalan spesifik. Sebaliknya, mekanisme kerja
respons ketahanan tubuh spesifik amat bergantung pada kemampuan
memaparkan benda asing oleh tubuh individu. Untuk itu, respons
ketahanan tubuh spesifik ini memerlukan waktu yang relatif lama, di mana
ia memerlukan sebuah pemaparan awal dan kemudian dilanjutkan detail
pemaparan selanjutnya terhadap benda asing tersebut.
Melalui mekanisme kerja ini, respons ketahanan tubuh spesifik
mengakibatkan terjadinya diferensiasi selektif-self dan non-self. Secara
umum, respons ketahanan tubuh mempunyai tiga fungsi, yaitu fungsi
ketahanan (defense), fungsi homeostasis, dan fungsi pengawasan
(survillance).
1. Pertahanan Tubuh Nonspesifik
Respon imun nonspesifik adalah imunitas bawaan meskipun tubuh
belum terinfeksi zat asing tetapi tubuh masih dapat merespon za tasing
tersebut. Respon imun nonspesifik akan melindungi tubuh dari
kerusakan yang diakibatkannya, meskipun respon imun nonspesifik
mampu merespon za tasing yang masuk dan melindungi dari kerusakan
tetapi tidak mampu mengingat zat asing apa saja yang masuk kedalam
tubuh.

10
Pertahanan fisik, kimiawi, humoral dan seluler merupakan
komponen utama dari respon imun nonspesifik. Pertahanan ini
meliputi epitel dan juga zat-zat antimikroba yang dihasilkan pada
permukaannya, termasuk sistem komplemen, mediator, sel-sel
polimorfonuklear, dan sel natural killer (NK).
a. Pertahanan Tubuh Nonspesifik Eksternal
Kulit dapat dikatakan sebagai jalan utama yang harus dihadapi
patogen sebelum masuk kedalam tubuh, pelindungan utama pada
kulit dilihat dari sel mati yang merupakan bagian terluar kulit.
Pembentukan sel baru yang dihasilkan dari pembelahan sel akan
menuuju ke permuukaan kulit.
Protein yang sangat kuat juga dihasilkan oleh kulit, Pada kulit
terdapat senyawa keratin sehingga mikroorganisme patogen sulit
untuk masuk karena senyawa kerati bersifat keras. Kelenjar minyak
dan keringat yang diihasilkan oleh kulit juga dapat mencegah
kolonisasi oleh mikroba karena memberikan pH kulit yang berkisar
3-5 sehingga cukup asam.
b. Pertahanan Tubuh Nonspesifik Internal
Pertahanan tubuh yang dapat ditembus oleh mikroba maka
akan menghadapi fase garis kedua, fagositosis mampu melakukan
penyingkiran terhadap mikroorganisme yang menyerang tubuh,
Natural Killer (NK) juga membantu dalam pertahanan tubuh
nonspesifik internal.
1) Fagositosis
Setelah adanya sinyal kimiawi sel yang akan diserang oleh
mikroba lalu akan didekati oleh neotrofil, Jaringan yang
terinfeksi akan segera di tolong oleh neutrofil dan membunuh
mikroba yang menyebabkan infeksi.
Sel monosit akan bersikulasi dalam beberapa jam didalam
darah lalu akan menuju jaringan dan berubah menjadi
makrofag, dengan keahliannya yang mampu memanjangkan

11
pseudopodia yang dapat menarik mikroba lalu akan
dihancurkan oleh enzim Namun beberapa mikroba telah
merubah diri dalam tubuh.
Ada juga sosinofil yang berperan dalam system pertahanan
tubuh, keterbatasan eosinophil pada aktivitas fagositosis sangat
terbatas, Pada tubuh cacing parasit eosinophil sangat berperan
penting, pada permukaan cacing eosinophil akan
menyekresikan enzim dari granul untuk menghancurkan
cacing.
Peristiwa-peristiwa didalam penelanan dan penghancuran
mikroba oleh selsel fagositik yaitu:
a) Pseudopodia dari sel fagositik mengelilingi mikroba-
mikroba.
b) Mikroba-mikroba kemudian ditelan didalam sel.
c) Akibatnya terbentuk vakuola-vakuola yang berisi mikroba.
d) Vakuola dan lisosom berdifusi.
e) Senyawa-senyawa raun dan enzim lisosom menghancurkan
mikrobamikroba.
f) Sisa-sisa mikroba kemudian dilepaskan melalui eksositosis.
2) Sel Natural Killer (NK)
Mikroorganisme tidak diserang langsung oleh sel NK atau
disebut sel, mereka akan merusak sel tubuh yang diserang oleh
virus dan sel-sel abnormal yang dapat menyebabkan tumor. Sel
NK tidak bersifat fagositik; melainkang menyerang membran
sel sehingga sel tersebut lisis (pecah). Mekanisme kerja sel NK
adalah sebagai berikut:
a) Sel NK bekerja berkeliling mengikuti saluran limfosit
menuju seluruh bagian tubuh.
b) Sel NK akan membaca dan mengidentifikasi sinyal
mengenai sel-sel asing yang dijumpainya.

12
c) Sel NK akan mendekati sel asing dan membaca nukleus
dari sel asing tersebut.
d) Jika DNA sel asing berbeda dengan DNA dari sel tubuh
manusia maka sel NK akan membentuk koloni untuk
menyerang membran dari sel asing tersebut.
e) Serangan dikhususkan pada nukleus sel asing hingga
selnya meledak dan hancur.
3) Respon Peradangan Inflamasi
Respon peradangan inflamasi merupakan respon tubuh
terhadap kerusakan jaringan, misalnya akibat tergores atau
benturan keras. Pada proses ini dipengaruhi oleh Histamin dan
prostaglandin.
Histamin yang dihasilkan oleh sel tubuh berperan untuk
meningkatkan konsentrasi otot dan permeabilitas dinding
pembuluh darah kapiler di sekitar area yang terinfeksi. Berikut
ini merupakan mekanisme respon peradangan yang terjadi
ketika tubuh mengalami yaitu:
a) Magrofag yang teraktivasi dan sel-sel tiang di tempat luka
melepaskan molekul-molekul persinyalan yang bekerja
pada kapiler-kapiler di dekatnya.
b) Kapiler-kapiler melebar dan menjadi lebih permeable,
memungkinkan cairan yang mengandung peptide peptide
anti mikroba merasuki jaringan. Molekulmolekul
persinyalan yang dilepaskan oleh sel-sel kekebalan
menarik sel-sel fagositik tambahan.
c) Sel-sel fagositik mencerna pathogen-patogen dan sisa-sisa
sel ditempat tersebut, dan jaringan akan sembuh.
4) Protein Antimikroba
Di dalam pertahan tubuh protein sangat berperan penting
yang mampu membunuh mikroorganisme secara langsung, ada
kurang lebih 20 jenis protein yang dikategorikan kedalam

13
system pertahanan ini, protein ini dapat bersirkulasi dalam
darah yang tidak aktif, ada beberapa komplemen molekul yang
diaktifkan juga, pengaktifan komplemen terjadi Ketika protein
tersebut berikatan dengan antigen.
Pembentukan protein komplemen dapat menyebabkan sel
patogen mati, ada beberapa protein yang menyebabkan
pertahanan tubuh nonspesifik atau disebut juga system
peradangan, lalu menraik sel fagosit menuju jaringan yang
rusak. Mekanisme kerja sistem limfatik dalam membentuk
pertahanan tubuh pada manusia adalah:
a. Cairan interestisial yang merendam jaringan, bersama
dengan sel-sel darah putih yang dikandungnya, terus
menerus memasuki pembuluh limfatik.
b. Cairan didalam sistem limfatik (disebut limfe) mengalir
melalui pembuluh limfatik ke seluruh tubuh.
c. Didalam nodus limfe, mikroba dan partikel-ppartikel asing
yang ada didalam limfe yang bersirkulasi bertemu dengan
makrofag dan sel-sel lain yangmelakukan aksi pertahanan.
d. Pembuluh-pembuluh limfatik mengembalikan limfe ke
darah melalui dua saluran besar yang mengalir ke dalam
vena didekat bahu.
2. Pertahanan Tubuh Spesifik
Sistem pertahanan tubuh spesifik ialah pertahanan tubuh terhadap
patogen tertentu yang akan masuk ke dalam tubuh. Pertahanan tubuh
akan mulai bekerja Ketika patogen sudah melewati system pertahan
tubuh nonspesifik. Adanya antigen dan antibodi akan membentuk
system kekebalan tubuh.
1. Kekebalan Humoral
Aktivitas Sel Byang beredar dalam cairan darah dan limfe
terlibat didalam kekebelan humoral. Respon humoral pada
antibody yang berfungsi untuk melwan bakteri bebas racun, serta

14
mikroorganisme yang lain yang berada pada cairan tubuh.
Susunan patogen ini disebut juga kekebalan primer, kekebalan
primer antara lain:
b. Virus akan dinetralkan oleh antibody dengan cara melekatkan
virus untuk menginveksi keinangnya disebut netralisasi. Cara
tersebut dapat mentralkan racun.
c. Aglutinasi (penggumpalan) adalah tahap perkumpulan virus
yang telah dilewati oleh antibody yang nantinya akan
dinetralkan oleh mikroorganisme. Hal ini dapat terjadi karena
antibody memiliki kurang lebih 2 tempat mengikatnya antigen,
Kompleks yang telah melewati tahap aglutinasi akan
mempermudah fagositosis makrofag.
d. Molekul antigen yang telah mengendap dalam cairan oleh
antibody dapat disebut sebagai presipitasi atau pengendapan.
Proses yang terjadi akan membantu fagositosis dalam
pembuangan antigen.
e. Fiksasi komplemen (aktivasi) keberadaan antigen dan antibody
dapat mengaktivasikan komplemen-komplemen, Ketika infeksi
menyerang maka Protein akan diaktifkan, reaksi tersebut dapat
mengakibatkan banyak jenis virus patogen.
2. Kekebalan Seluler
Sel T terlibat dalam kekebalan, suatu jaringan tuubuh yang
telah terinfeksi maka sel T akan melakukan tugasnya untuk
menyerang sel asing tanpa penghambat.
3. Kekebalan Aktif
Kekebalan aktif merupakan kekebalan yang dihasilkan oleh
tubuh itu sendiri, Tubuh membentuk antibodi sendiri karena
infeksi antigen. Kekebalan ini dapat diperoleh secara alami dan
buatan.
4. Kekebalan Pasif

15
Kekebalan pasif adalah setelah antibodi dari luar diterima
kekebalan akan diperoleh. Cara alami yang dapat dilakukan oleh
kekebalan ini yaitu pemberian ASI, sedangkan cara buatannya
yaitu bisa dengan menyuntikan antiserum yang didalamnya
mengandung immunoglobin lainnya tetapi cara buatan ini hanya
mampu bertahan tidak lama bisa terhitung hanya bertahan
beberapa minggu karena penguraian yang terjadi membuat
kekebalan tersebut tidak dapat bertahan lama dalam tubuh.
Kekebalan diperoleh berdasarkan pada respon kekebalan
homoral maupun kekebalan diperantarai sel. Berdasarkan gambar
8, berikut penjelasannya:
a. Respon kekebalan humoral melibatkan aktivasi dan seleksi
klonal se-sel B efektor yang menyekresikan antibodi yang
bersirkulasi dalam darah dan limfe. Sedangkan respon
kekebalan yang diperantarai sel melibatkan aktivasi dan
seleksi klonal sel-sel T sitotoksik.
b. Diaktivasi melalui perjumpaan dengan dengan sel-sel penyaji
antigen.
c. Sel-sel T penolong memainkan peran sentral dalam
meningkatkan respon humoral dan respon diperantai sel, lalu
sel T penolong berproliferasi setelah berinteraksi dengan
fragmen-fragmen antigen.
d. Sel-sel yang dihasilkan diubah menjadi sel-sel T penolong
yang teraktivasi dan sel-sel T penolong ingatan, lalu sel T
penolong yang teraktivasi menyekresikan sitokin yang
merangsang aktivitas sel-sel B dan sel-sel T sitotoksik
didekatnya.
e. Sel T penolong berkembang menjadi sel T penolong ingatan
yang merangsang sel B ingatan dan sel T sitotoksik ingatan
pada antigen.

16
f. Sel B ingatan dan sel plasma dikembangkan dari sel B,
berkembang menjadi antibodi yang disekresi untuk melawan
patogen ekstraseluler dan berikatan dengan antigen sehingga
menetralisasi patogen atau menjadikan patogen tersebut target
yang lebih baik bagi fagosit dan protein komplemen.
g. Sel T penolong yang merangsang sel T sitotoksik berkembang
menjadi sel T sitotoksik ingatan dan sel T sitotoksik aktif
untuk melawan patogen intraseluler dan kanker dengan
berikatan dan melisiskan sel-sel yang terinfeksi atau sel-sel
kanker.

2.6 Faktor yang Mempengaruhi Sistem Imun


Faktor yang mepengaruhi sitem imun tubuh terdiri dari 2 hal, faktor
internal dan faktor ekternal dari tubuh.
1. Faktor Internal tubuh diantaranya nya disebabkan oleh kelelahan,
stress dan nutrisi.
Selama tubuh mengalami kelelahan dan stress sistem imun
mengaktifkan selsel imunitas untuk menghasilkan sitokin pro-dan anti-
inflamasi, yang menjadi indikator dan mengkoordinasikan pertahanan
terhadap berbagai agen infeksi dari golongan patogen atau antigen.
Respon system imun tubuh yang paling umum terhadap stres
adalah tubuh akan melepaskan hormon kortisol ke dalam darah.
Kortisol merupakan hormon steroid, peningkatan kadar kortisol dalam
darah dapat menekan proses transkripsi sitokin, dalam berbagai jenis
sel sebagai respons terhadap imunostimulan.
Efek yang dimunculkan dari proses tersebut dapat memperlemah
respon pro-inflamasi dari sistem imun tubuh terhadap patogen
sehingga memperbesar resiko terjadinya infeksi pada tubuh (Yasa,
2019).
2. Faktor Eksternal tubuh diantaranya disebabkan oleh cuaca dan iklim

17
Dalam lingkungan dingin, tubuh lebih cepat melepaskan panas
daripada yang dihasilkan, sehingga tubuh akan menggunakan energi
yang tersimpan di dalam tubuh, hal tersebut dapat menyebabkan
hipotermia.
Suhu tubuh yang rendah menyebabkan pembuluh vena dan arteri
menyempit dan kekentalan darah meningkat, sehingga dapat
meningkatkan frekuensi kerja jantung serta menyebabkan tingginya
tekanan kardiovaskular. Jumlah produksi katekolamin akan meningkat,
sedangkan konsentrasi kortisol dalam plasma tetap sama atau bahkan
menurun dan berdampak pada supresi aktivasi sistem imun tubuh.
Suhu lingkungan yang dingin akan memicu aktivasi fagosit
mononuklear (makrofag), hal ini berkaitan dengan pelepasan berbagai
macam mediator, terutama sitokin dimana berujung pada penurunan
aktivitas dalam merespon agen infeksi dari golongan patogen atau
antigen.
Sebaliknya suhu tubuh yang tinggi disebabkan cuaca panas
dihubungkan dengan peningkatan detak jantung dan pernapasan, serta
pada kondisi cuaca yang ekstrim, mampu memicu kerusakan pada
otak, jantung, paru-paru, ginjal, dan hati. Pada kondisi paparan cuaca
panas berlebih, mampu memicu terjadinya heat stroke pada tubuh.

2.7 Gangguan Sistem Kekebalan Tubuh


Terdapat berbagai gangguan pada sistem kekebalan tubuh seperti
alergi sampai yang serius seperti penolakan pencangkokan organ,
difisiensi kekebalan, serta penyakit autoimun.
1. Alergi
Penyebab terjadinya alergi oleh respon kebal terhadap beberapa
antigen-antigen yang dapat menimbulkan suatu tanggapan alergi
disebut sebagai alergen (penyebab terjadinya alergi). Alergi yang
paling umum melibatkan antibodi dari kelas IgE yang spesifik
terhadap antigen dipermukaan serbuk polen

18
2. Penolakan Transplantasi
Penolakan transplantasi terjadi ketika jaringan yang ditransplantasi
ditolak oleh sistem imun penerimanya, sehingga jaringan yang
ditransplantasi menjadi rusak.
Sistem kekebalan mengenali dan menyerang apapun yang secara
normal berbeda dengan unsur yang ada di dalam tubuh seseorang,
bahkan unsur yang hanya sedikit berbeda, seperti organ dan jaringan
yang dicangkokkan. Penolakan transplantasi dapat dibagi menjadi tiga
kategori, yaitu penolakan hiperakut, akut, dan kronis.
3. AIDS (Acquired Immunodeficiencyn Syndrome)
HIV (Human Immunodefiency Virus) bisa disebut sebagai suatu
penyebab infeksi yang menurunkan kekebalan secara drastis. Sel-sel T
penolong akan mudah rusak dengan cara menginfeksi menyebabkan
AIDS.
Menurunnya sindrom pada kekebalan tubuh dapat diartikan
sebagai AID AIDS, penyakit AIDS sangat berbahaya karena penyakit
tersebut merupakan penyakit yang menular.
4. Defisiensi Imun
Defisiensi imun dapat dilihat dari keturunan atau dapat juga
diperoleh dari faktor eksternal seperti pada usia lanjut dan kekurangna
nutrisi. Defisiensi imun yang dilihat dari keturunan tersebut umumnya
mencerminkan kegagalan penurunan suatu gen kepada generasi
selanjutnya sehingga dihasilkan makrofag yang tidak dapat mencerna
dan menghancurkan organisme penyerbu.
5. Penyakit Autoimun
Pusdatin Kemenkes RI (2017) menjelaskan bahwa penyakit
autoimun adalah kondisi ketika sistem imunitas atau kekebalan tubuh
seseorang menyerang tubuhnya sendiri. Penyakit autoimun adalah
penyakit yang terjadi akibat sistem kekebalan tubuh atau sistem imun
menyerang sel-sel sehat dalam tubuh sendiri.

19
Penyakit ini berkembang ketika sistem kekebalan tubuh salah
dalam menilai sel sehat yang ada dalam tubuh dan malah
menganggapnya sebagai zat asing. Akibatnya, tubuh mulai
memproduksi antibodi yang akan menyerang dan merusak sel sehat
dalam tubuh. (Siloam:2021)

20
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sistem kekebalan tubuh atau sistem imun adalah sel atau organ khusus
suatu organisme yang membantu dalam pertahanan tubuh agar tidak
mudah terkena penyakit. Komponen-komponen sistem kekebalan tubuh
terdiri atas, makrofag, limfosit, reseptor antigen, sel-sel pengangkut,
antigen, dan antibodi.
Fungsi sistem imun yaitu sebagai elawan kuman (patogen) yang
membawa penyakit seperti bakteri, virus, parasit atau jamur, dan
mengeluarkannya dari tubuh kita, mengenali dan menetralisir zat-zat
berbahaya di lingkungan sekitar kitam, melawan penyakit yang dapat
merubah tubuh kita secara keseluruhan seperti sel kanker, memperbaiki

jaringan tubuh yang rusak.

3.2 Saran
Dengan mempelajari materi ini mahasiswa yang nantinya menjadi
seorang perawat agar professional dan dapat lebih peka terhadap sistem
imun ata kekebalan tubuh pada manusia.

21
DAFTAR PUSTAKA

Adijaya, O., & Bakti, A. P. (2021). PENINGKATAN SISTEM IMUNITAS


TUBUH DALAM MENGHADAPI PANDEMI COVID-19 Okta Adijaya
Ananda Perwira Bakti. Jurnal Kesehatan Olahraga, 51–60.

Fitri, W. E., & Putra, A. (2021). Peranan Senyawa Flavonoid Dalam


Meningkatkan Sistem Imun Di Masa Pandemi Covid-19. SEMINAR
NASIONAL SYEDZA SAINTIKA Prosiding Seminar Nasional STIKES
Syedza Saintika 61, 61–72.

Isnaini, P. G., Nuriah, N., Zulaika, A., Siregar, N. M. R. S., Azizy, O. A., Rizky,
R. A., & Meilani, M. (2022). Analisis Kesehatan Mental dalam
Meningakatkan Imunitas Tubuh untuk Menghadapi COVID-19 Kota Kisaran
Barat, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara. Jurnal Penelitian Inovatif, 2(1),
1–4. https://doi.org/10.54082/jupin.27

Munasir, Z., & Immunity, I. (2001). Respons Imun Terhadap Infeksi Bakteri. 2(4),
193–197.

Persada, A. Y., & Ismida, Y. (2021). HERBAL UNTUK MENINGKATKAN


SISTEM IMUN TUBUH DI. 4, 240–245.

Rahmawati, S., Khaerunnisa, I., Nugraheni, N. I., & Ariyani, R. (2018). Sistem
Kekebalan Tubuh Ditinjau dari Pandangan Islam dan Sains. 1(September),
189–192.

Rsup, H., Kandou, P. R. D., & Moeis, E. S. (n.d.). Hubungan antara Status Gizi
dan Sistem Imun Seluler pada Subyek Penyakit Ginjal Kronik Stadium V
Hemodialisis di Instalasi Tindakan. Hubungan Antara Status Gizi Dan
Sistem Imun Seluler Pada Subyek Penyakit Ginjal Kronik Stadium V
Hemodialisis Di Instalasi Tindakan Hemodialisis RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado 1Julyan.

Soetrisno, D., & Yoku, O. (2019). 肖沉 1, 2, 孙莉 1, 2∆, 曹杉杉 1, 2, 梁浩 1, 2,

22
程 焱 1, 2. Tjyybjb.Ac.Cn, 3(2), 58–66.
http://www.tjyybjb.ac.cn/CN/article/downloadArticleFile.do?
attachType=PDF&id=9987

Ung, F. O. K. (2020). KEKEBALAN TUBUH UNTUK MENCEGAH PENYAKIT


COVID-19 Analysis of Clinical Symptoms and Immune Enhancement to
Prevent COVID-19 Disease. 2(2).

23

Anda mungkin juga menyukai