Anda di halaman 1dari 13

Makalah Kelompok 7

“HUKUM EKONOMI SYARIAH DAN FIQH MUAMALAH


DALAM PERBANKAN”

Mata Kuliah: Fikih Ekonomi & Bisnis Kontemporer

Dosen Pengampu: Muhammad Amin, S.Hi., M.H.

DISUSUN OLEH

NUR NOVA DILLA


( 1902130029)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI PALANGKA RAYA

FAKULTAS SYARIAH

HUKUM EKONOMI SYARIAH

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT dan atas

segala limpahan Rahmat, karunia, taufik, dan hidayahnya sehingga saya dapat

menyelesaikan penyusanan makalah ini yang berjudul “Hukum Ekonomi

Syariah dan Fiqh Muamalah Dalam Perbankan” dalam bentuk maupun isinya.

Saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih

banyak kekurangan, karena pengalaman yang saya miliki masih sangat kurang,

oleh karena itu saya membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun

kesempurnaan makalah ini.

Dengan selesainya makalah ini saya berharap semoga makalah ini

bermanfaat bagi teman-teman pembaca yang ingin mengetahui lebih jauh tentang

“Hukum Ekonomi Syariah dan Fiqh Muamalah Dalam Perbankan” dan

menjadikan amal sholeh bagi penulis Amin Ya Robbal Allamin.

Palangka Raya, April 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2

C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Perbankan Syariah.............................................................. 3

B. Dasar Hukum Perbankan Syariah ........................................................ 4

C. Implementasi Hukum Ekonomi Syariah Dalam Produk Perbankan .... 5

D. Implementasi Fiqh Muamalah Dalam Produk Perbankan ................... 6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................... 8

B. Saran ..................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam sejarah perekonomian umat Islam, pembiayaan yang dilakukan

dengan akad sesuai syariah telah menjadi bagian dari tradisi umat Islam

sejak zaman Rasulullah SAW. Praktik-praktik seperti menerima titipan

harta, meminjamkan uang untuk keperluan konsumsi dan untuk keperluan

bisnis, serta melakukan pengiriman uang, telah lazim dilakukan sejak zaman

Rasulullah SAW. Fungsi-fungsi utama perbankan modern, yaitu menerima

deposit, menyalurkan dana, dan melakukan transfer dana telah menjadi

bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan umat Islam, bahkan

sejak zaman Rasulullah SAW. Seperti penggunaan cek juga telah dikenal

luas sejalan dengan meningkatnya perdagangan antara negeri Syam dan

Yaman, yang tidak berlangsung dua kali dalam setahun. Bahkan pada masa

pemerintahannya, Khalifah Umar bin al-Khattab menggunakan cek untuk

membayar tunjangan kepada mereka yang berhak. Dengan menggunakan

cek ini, mereka mengambil modal untuk modal kerja berbasis bagi hasil,

seperti mudharabah, muzara’ah, musaqah, telah dikenal sejak awal di

antara kaum Muhajirin dan kaum Anshar.

Dengan demikian, jelas bahwa terdapat individu individu yang telah

melaksanakan fungsi perbankan di zaman Rasulullah, meskipun individu

tersebut tidak melaksanakan seluruh fungsi perbankan. Beberapa istilah

1
perbankan modern bahkan berasal dari khazanah ilmu fiqih, seperti istilah

kredit (Inggris: credit; Romawi: credo) yang diambil dari istilah Qard.

Begitu pula dengan istilah cek (Inggris: check; Prancis: cheque) yang

diambil dari istilah suq. Suq dalam bahasa Arab berarti pasar, sedangkan cek

adalah alat bayar yang biasa digunakan di pasar. Bank islam atau

selanjutnya disebut Bank syariah, adalah Bank yang beroperasi dengan tidak

mengandalkan pada bunga.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah pengertian dari perbankan syariah?

2. Bagaimanakah dasar hukum perbankan syariah?

3. Bagaimanakah implementasi hukum ekonomi syariah dalam produk

perbankan?

4. Bagaimanakah implementasi fiqh muamalah dalam produk perbankan?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui dan memahami pengertian dari perbankan syariah.

2. Mengetahui dan memahami dasar hukum perbankan syariah.

3. Mengetahui dan memahami implementasi hukum ekonomi syariah dalam

produk perbankan.

4. Mengetahui dan memahami implementasi fiqh muamalah dalam produk

perbankan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perbankan Syariah.

Bank islam atau selanjutnya disebut Bank syariah, adalah Bank yang

beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank islam atau disebut

Bank tanpa bunga, adalah lembaga keungan/ perbankan yang operasional

dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al- Qur’an dan Hadist

Nabi SAW. Bank yang beroperasi sesuai prinsip syari’ah islam adalah bank

yang dalam beroperasinya itu mengikuti ketentuan-ketentuan syari’ah islam.

Dalam tata cara bermuamalat itu dijahui praktek-praktek yank

dikhawatirkan mengandung unsurunsur riba untuk diisi dengan kegiatan-

kegiatan invetasi atas dasar bagi hasil dan pembiyaan perdagangan.1

Pengertian Perbankan menurut pasal 1 butir 1 Undang-undang nomor

7 tahun 1992 adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam

rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sedangkan dalam Undang-

undang nomor 21 tahun 2008 pasal 1 memberikan pengertian sebagai

berikut: “Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut

tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan,

kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan

usahanya”.2

1
Zulkifli Rusby, Manajemen Perbankan Syariah (Pekanbaru: Pusat Kajian Pendidikan Islam
FAI UIR, 2017). 2-3
2
Wiroso, Produk Perbankan Syariah (Jakarta: LPFE USAKTI, 2011). 44-45

3
B. Dasar Hukum Perbankan Syariah.

Dasar hukum mengenai bank syariah mengacu pada Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana diubah dengan

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan ("UU 10/1998") dan

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah ("UU

21/2008"). Dasar hukum perbankan syariah nasional dapat dilihat secara

umum dan secara khusus.3 Dasar hukum secara umum artinya segala bentuk

peraturan perundang-undangan yang terkait dengan aspek hukum perbankan

syariah yang secara hierarkhi antara lain:

1. UUD 1945 dalam ketentuan yang mengatur tentang Perekonomian

Negara dan Prinsip Demokrasi Ekonomi;

2. Undang-undang RI No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana

telah diubah dengan Undang-undang RI No. 10 Tahun 1998 tentang

Perbankan;

3. Undang-undang RI No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia

sebagaimana telah diubah dengan Undang undang RI No. 3 Tahun 2004

tentang Bank Indonesia;

4. Undang-undang RI No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas;

5. Undang-undang RI No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah;

6. Undang-undang RI No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan;

dan
3
“Dasar Hukum Prinsip Bagi Hasil Dalam Perbankan Syariah - Klinik Hukumonline,”
accessed April 7, 2022, https://www.hukumonline.com/klinik/a/dasar-hukum-prinsip-
bagi-hasil-dalam-perbankan-syariah-lt598a6c8192ed4.

4
7. Peraturan Bank Indonesia (PBI) dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan

(P-OJK) sebagai peraturan pelaksanaan Undang-undang.

Dasar hukum perbankan syariah secara khusus secara hierarkhi antara

lain:

1. Undang-undang RI No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah; dan

2. Peraturan Bank Indonesia (PBI) dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan

(P-OJK) sebagai peraturan pelaksanaan Undang-undang.4

C. Implementasi Hukum Ekonomi Syariah Dalam Produk Perbankan.

Dalam produk perbankan, hukum ekonomi syariah berimplementasi di

dalam lembaga keuangan syariah. Dengan prinsip syariah merupakan

alternatif positif bagi sebagian masyarakat karena prinsip agama atau

kepercayaan tidak bersedia memanfaatkan jasa-jasa bank atau lembaga

konvensional yang memiliki prinsip sistem bunga yang dianggap

merupakan pelanggaran terhadap syariah agama Islam karena tidak sesuai

dengan konsep Islam yaitu perjanjian/akad yang tidak mengandung gharar

(ketidak jelasan), maisir (perjudian) dan riba (bunga uang). LKS dalam

melaksanakan transaksi muamalah dibangun atas asas maslahat. Hukum

Islam tidak melarang bentuk transaksi kecuali terdapat unsur kezaliman di

dalamnya, seperti riba, penimbunan (ihtikâr), penipuan dan lainnya, atau

diindikasikan transaksi tersebut dapat menimbulkan perselisihan atau

permusuhan di antara manusia, seperti adanya gharar atau bersifat spekulasi.

Permasalahan pokok dalam muamalah adalah unsur kemaslahatan. Jika

4
Muammar Arafat Yusmad, ASPEK HUKUM PERBANKAN SYARIAH Dari Teori Ke Praktik
(Yogyakarta: DEEPUBLISH, 2018). 13-14

5
terdapat maslahah, maka sangat dimungkinkan transaksi tersebut

diperbolehkan. Seperti halnya diperbolehkannya akad istishna, padahal ia

merupakan jual beli/bai‘al-ma’dûm (obyek tidak ada saat akad), karena

adanya kebutuhan dan maslahah yang akan didapatkan, tidak menimbulkan

perselisihan dan sudah menjadi kebiasaan masyarakat.5

D. Implementasi Fiqh Muamalah Dalam Produk Perbankan.

Implementasi fiqih muamalah dalam akad murabahah pada produk

pembiayaan bank syariah berupa perjanjian yang dibuat oleh pihak bank

syariah sebagai penjual dan pihak nasabah sebagai pembeli dalam produk

pembiayaan akad murabahah telah memenuhi dengan rukun dan syarat akad

jual beli yang diatur dalam fiqih muamalah yaitu diharuskan adanya penjual,

musytari (pembeli), shighat (ijab dan qabul), dan benda atau barang. Inovasi

produk menjadi kunci perbankan syariah untuk lebih kompetitif dan lebih

berkembang dengan cepat sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Inovasi

tersebut harus menjadi strategi prioritas bagi bank-bank syari’ah sebab

inovasi memiliki peran penting di tengah pasar yang kompetitif, karena itu

industri perbankan syariah harus dapat terus melakukan inovasi-inovasi

baru. Produk- produk bank syari’ah saat sekarang masih terbatas di

tabungan, deposito, giro, pembiayaan murabahah, mudharabah, syirkah dan

itu masih belum dalam jumlah yang banyak. Keberhasilan sistem perbankan

syariah di masa depan akan banyak tergantung kepada pengembangan

inovasi tersebut. Hal ini di tandai dengan kemampuan bank-bank syari’ah

5
Ahmad Fahmil Ulumi, “IMPLEMENTASI HUKUM EKONOMI SYARI’AH PADA
LEMBAGA KEUANGAN SYARI’AH,” Tahkim Vol. XV (2019).

6
menyajikan produk-produk yang menarik, kompetitif dan memberikan

kemudahan transaksi, sesuai dengan kebutuhan masyarakat.6

6
Yosi Aryanti, “Reformulasi Fiqh Muamalah Terhadap Pengembangan Produk Perbankan
Syariah,” JURIS (Jurnal Ilmiah Syariah) 16, no. 2 (2017): 149.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bank islam atau selanjutnya disebut Bank syariah, adalah Bank yang

beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank islam atau disebut

Bank tanpa bunga, adalah lembaga keungan/ perbankan yang operasional

dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al- Qur’an dan Hadist

Nabi SAW.

Dasar hukum mengenai bank syariah mengacu pada Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana diubah dengan

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan ("UU 10/1998") dan

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah ("UU

21/2008"). Dasar hukum perbankan syariah nasional dapat dilihat secara

umum dan secara khusus.

Dalam produk perbankan, hukum ekonomi syariah berimplementasi di

dalam lembaga keuangan syariah. Dengan prinsip syariah merupakan

alternatif positif bagi sebagian masyarakat karena prinsip agama atau

kepercayaan tidak bersedia memanfaatkan jasa-jasa bank atau lembaga

konvensional.

Implementasi fiqih muamalah dalam akad murabahah pada produk

pembiayaan bank syariah berupa perjanjian yang dibuat oleh pihak bank

syariah sebagai penjual dan pihak nasabah sebagai pembeli dalam produk

8
pembiayaan akad murabahah telah memenuhi dengan rukun dan syarat akad

jual beli yang diatur dalam fiqih muamalah yaitu diharuskan adanya penjual,

musytari (pembeli), shighat (ijab dan qabul), dan benda atau barang.

B. Saran

Tentunya penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di

atas masih terdapat banyak kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun

nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan susunan makalah ini

dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa

membangun dari para pembaca.

9
DAFTAR PUSTAKA

Aryanti, Yosi. “Reformulasi Fiqh Muamalah Terhadap Pengembangan Produk

Perbankan Syariah.” JURIS (Jurnal Ilmiah Syariah) 16, no. 2 (2017).

“Dasar Hukum Prinsip Bagi Hasil Dalam Perbankan Syariah - Klinik

Hukumonline.” Accessed April 7, 2022.

https://www.hukumonline.com/klinik/a/dasar-hukum-prinsip-bagi-hasil-

dalam-perbankan-syariah-lt598a6c8192ed4.

Rusby, Zulkifli. Manajemen Perbankan Syariah. Pekanbaru: Pusat Kajian

Pendidikan Islam FAI UIR, 2017.

Ulumi, Ahmad Fahmil. “IMPLEMENTASI HUKUM EKONOMI SYARI’AH

PADA LEMBAGA KEUANGAN SYARI’AH.” Tahkim Vol. XV (2019).

Wiroso. Produk Perbankan Syariah. Jakarta: LPFE USAKTI, 2011.

Yusmad, Muammar Arafat. ASPEK HUKUM PERBANKAN SYARIAH Dari Teori

Ke Praktik. Yogyakarta: DEEPUBLISH, 2018.

10

Anda mungkin juga menyukai