Resume Manajemen Perubahan Modul 3
Resume Manajemen Perubahan Modul 3
Manajemen 6B
MODUL 3
Kegiatan Belajar 1
Produk Jasa
Menurut Kotler dan Keller (2010) ada lima macam kategori penawaran produk yaitu:
1. Barang berwujud murni (pure tangible product), penawaran berupa sabun, pasta gigi, di mana tidak
ada jasa yang menyertai produk.
2. Barang berwujud yang disertai jasa pendukung yang menjadi daya tarik dan memenuhi aspek
kenyamanan (tangible goods with accompanying services). Contohnya industri mobil, dan komputer
yang menawarkan jasa reparasi dan pemeliharaan.
3. Hibrida (Hybrid), penawaran terdiri dari bagian antara jasa dan produk yang sama proporsinya.
Contohnya: restoran
4. Jasa utama yang disertai barang dan jasa minor (major service with accompanying minor services and
goods), penawaran jasa terdiri dari jasa utama beserta tambahan barang atau jasa pendukung.
Contohnya, pada perusahaan penerbangan, walaupun jasa yang ditawarkan adalah transportasi, namun
produk fisik seperti pesawat, layanan pramugari, makanan dan minuman juga penting bagi konsumen.
5. Jasa murni (pure service), penawaran yang hampir seluruhnya adalah Jasa, contohnya: jasa
pengacara, konsultan, dan pengasuh bayi.
Lovelock dan Writz (2011) mengembangkan konsep "the flower of service", untuk menjelaskan konsep
jasa yang terdiri dari dua bagian penting yaitu: 1) fasilitasi jasa pendukung (facilitating supplementary
services) yang diperlukan untuk produk inti dan penghantaran jasa, 2) peningkatan jasa pendukung
(enhancing supplementary services) yang memberikan extra nilai kepada konsumen.
• Informasi (Information) Pemenuhan kebutuhan dan keinginan pada sektor jasa memerlukan informasi
yang relevan.
• Penerimaan Pesanan (Order Taking) Pada saat konsumen siap untuk membeli atau menggunakan jasa
maka satu elemen pendukung penting adalah penerimaan pesanan dan reservasi.
• Penagihan (Billing) Tagihan Ketidakakuratan, ketidaksempurnaan, atau kerumitan cara pembayaran
akan menyebabkan konsumen kecewa dan dapat menimbulkan ketidakpuasan. adalah suatu dokumen
penting bagi konsumen.
• Pembayaran (Payment) Setiap konsumen selalu mengharapkan cara pembayaran yang mudah dan
nyaman, seperti pembayaran menggunakan credit card pada saat liburan tanpa mengalami hambatan.
• Konsultasi (Consultation) Berbeda dengan informasi yang dapat menjawab pertanyaan konsumen
secara sederhana. Konsultasi terkait dengan dialog untuk memecahkan permasalahan konsumen secara
situasional.
• Keramahan (Hospitality) Keramahan merupakan hal penting pada jasa, karena keramahan akan
membuat konsumen merasa nyaman.
• Menjaga Rasa Aman (Safe Keeping) Pada saat menggunakan jasa, maka penyedia jasa harus peduli
terhadap keamanan konsumen yang mengunjungi fasilitas jasanya.
• Pengecualian (Exception) Pemberian jasa pendukung ini berada di luar rutinitas penyerahan jasa biasa,
terkadang konsumen memerlukan bantuan khusus.
• Implikasi Terhadap Penyedia Jasa Supplementary service yang digambarkan pada flower of service
untuk merespon keinginan konsumen.
AAker menjelaskan tiga karakteristik penting agar strategi diferensiasi dapat berhasil yaitu: 1)
memberikan nilai kepada konsumen (generate customer value; 2) memberikan nilai yang diperlukan
konsumen (provide perceive value) dan 3) sulit untuk ditiru (be difficult to copy). Dalam konteks service
offering, diferensiasi dapat diciptakan penyedia jasa dengan menambah nilai dari supplementary
services karena akan memberikan dampak yang lebih besar dibandingkan dengan menambah nilai pada
produk inti.
A.Aker (2010) menjelaskan bahwa ekuitas merek adalah brand asset' dan 'liability' yang berhubungan
dengan sebuah merek tertentu. Konsep dasar ekuitas merek (Aaker 1998) bisa dikelompokkan dalam
empat dimensi yaitu:
1 Kesadaran merek (brand awareness), merupakan kesanggupan calon pembeli untuk mengenali atau
mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk/jasa tertentu.
2. Kesan kualitas (perceived quality), sebagai persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau
keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkenaan dengan maksud yang diharapkan.
3. Identitas merek (brand association), adalah segala hal yang berkaitan dengan ingatan mengenai
sebuah merek.
4. Loyalitas merek (brand loyalty), kesetiaan pelanggan terhadap merek ertentu.
C. Inovasi Jasa
Lovelock dan writz (2011) menjelaskan beberapa cara yang dapat dilakukan oleh penyedia jasa untuk
melakukan inovasi dari mulai yang sederhana sampai yang kompleks yaitu:
Kotler, John T dan James C (2010), menjelaskan tahapan utama dalam pengembangan produk/jasa
g. Commercialization (komersialisasi)
Kegiatan Belajar 2
Menurut Lupiyoadi (2013) saluran distribusi mencakup pihak-pihak yang berpartisipasi dalam
menyampaikan jasa yaitu penyedia jasa, perantara (intermediary) dan konsumen. Secara tradisional,
penjualan langsung yang banyak dilakukan oleh jasa profesional (pengacara, konsultan, pengajar,
akuntan). Pilihan saluran untuk jasa yaitu
1) Menggunakan agen atau broker yang biasanya digunakan oleh perusahaan asuransi dan travel.
Agen, adalah perantara yang bertindak atas nama perusahaan induk dan mempunyai kewenangan untuk
membuat perjanjian antara konsumen dengan perusahan induk tersebut.
Waralaba, merupakan bentuk pemberian izin membuka outlet-outlet jasa melalui pemberian lisensi dari
suatu perusahaan induk untuk menyajikan konsep jasa yang unik yang telah diciptakan atau
dipopulerkan oleh perusahaan induknya. Contoh: Mc Donald, KFC, Starbuck Cafe.
Selain saluran fisik, sebagian besar penyedia jasa memanfaatkan saluran elektronik untuk
mendistribusikan jasanya. Distribusi ini tidak melibatkan interaksi manusia secara langsung karena lebih
mengutamakan penggunaan media yaitu internet. Perkembangan internet memberikan ruang pasar
bagi penyedia jasa, di mana antara konsumen dan perantara serta penyedia sendiri dapat melakukan
transaksi secara elektronik. Sebagai contoh e-tiket dan e-travel.
Kegiatan Belajar 3
2. Tujuan berorientasi kapasitas, berusaha menyelaraskan permintaan dan penawaran guna mencapai
tingkat pemanfaatan kapasitas produktif secara optimal pada waktu tertentu ,
Lovelock dan Writz (2014) menjelaskan strategi penetapan harga menggunakan metode Tripod.
Penetapan harga menggunakan Tripod mendasarkan pada tiga hal yaitu persaingan, biaya dan nilai.
1. Penetapan harga berdasarkan biaya, mengkaitkan antara harga yang dikenakan dan biaya produksi,
penyerahan serta pemasaran suatu produk.
2. Penetapan harga berdasarkan persaingan, yang membandingkan dengan harga yang dikenakan
kompetitor.
3. Penetapan harga berdasarkan nilai, merupakan praktik penetapan harga yang mengacu pada berapa
yang ingin dibayar pelanggan dengan pilai yang mereka yakini akan mereka dapatkan.
Pertanyaan :
1.
Jawab :
2.
Jawab :
3.
Jawab :
4.
Jawab :
5.
Jawab :