NAMA : SULISTIANI
NIM : 041706714
Model QuantityDiscount
Potongan harga sering diberikan perusahaan kepada para pelanggannya agar dapat
meningkatkan penjualan. Quantity Discount ini merupakan pengurangan harga (P)
untuk barang yang dibeli dengan jumlah yang lebih besar. Potongan harga ini
kadangkala bervariasi untuk pembelian dalam jumlah yang besar.
Apabila kita memasukkan biaya produk maka biaya totalnya menjadi :
Kerja Lembur
Apabila perusahaan sedang menghadapi tekanan berat untuk
menyelesaikan/memenuhi target produksi tertentu maka dapat ditebak bahwa
karyawan perlu bekerja lembur. Dengan memiliki karyawan yang bersedia bekerja
lembur maka organisasi dapat menghindari biaya perekrutan dan sekaligus memiliki
tambahan karyawan. Kerja lembur dapat memberikan pendapatan tambahan bagi
karyawan. Namun, terdapat beberapa masalah potensial berkaitan dengan kerja
lembur, yaitu timbulnya masalah kelelahan, meningkatnya kecelakaan, dan
meningkatnya tingkat ketidakhadiran karyawan.
Oleh karena itu, kerja lembur dianggap sebagai alternative rekrutmen hanya dalam
pengertian bahwa karena terpaksa dilakukan dan dalam waktu yang relative pendek.
Kerja lembur yang berlangsung secara terus-menerus seringkali mengakibatkan biaya
tenaga kerja yang lebih tinggi dan mengurangi produktivitas.
Leasing Karyawan
Praktik leasing karyawan banyak terjadi di Amerika Serikat. Praktik ini berkembang
pesat setelah diterimanya Undang-Undang tentang Pajak Kekayaan dan Tanggung
Jawab Fiskal di Amerika Serikat tahun 1982 (Snell dan Bohlander, 2007). Leasing
karyawan dilakukan oleh organisasi pengusaha professional (PEOs). Pada dasarnya
PEO mengambil alih manajemen dari tugas-tugas SDM perusahaan yang lebih kecil
dan menjadi pendamping pengusaha dalam urusan karyawannya. Perusahaan yang
menggunakan jasa leasing ini membayar fee kepada perusahaan leasing yang
melaksanakan keseluruhan aktivitas perekrutan, penempatan, pelatihan,
pengompensasian, dan pengevaluasian. Karyawan perusahaan leasing digaji untuk
menyediakan pool tenaga kerja yang telah siap bekerja. Perusahaan-perusahaankecil-
menengah menemukan keuntungan dalam manajemen leasing karyawan karena
mereka t idak perlu terlibat dalam aktivitas-aktivitas manajemen sumber daya
manusia dan administrasi lainnya. Leasing karyawan mirip dengan bantuan dalam
pengaturan karyawan sementara, meskipun dibawah perusahaan leasing itu sendiri
karyawan menjadi karyawan tetap, tidaksementara.
Secara sederhana, Mejia, Balkin, dan Cardy (2007), mengemukakan bahwa proses
penilaian kinerja mencakup 3 kegiatan, yaitu pengidentifikasian, pengukuran,dan
manajemen. Proses penilaian kinerja dimulai dari pengidentifikasian sasaran spesifik
penilaian kinerja. Ada kemungkinan bahwa suatu sistem penilaian kinerja tertentu tidak
dapat memenuhi setiap tujuan yang ingin dicapai oleh manajemen,oleh karena itu,
manajemen harus memilih secara spesifik sasaran mana yang diyakini sangat penting dan
realistis untuk dicapai. Contohnya, manajemen bisa memilih bahwa sasaran dari sistem
penilaian kinerja ditekankan untuk pengembangan karyawan atau sebaliknya sistem
penilaian kinerja ditekankan untuk pengambilan keputusan administratif, seperti
penyesuaian gaji/upah karyawan. Terlalu banyak harapan dari suatu metode penilaian
kinerja dapat menjadikan sistem penilaian kinerja tersebut tidak efektif atau bahkangagal.
Cara lain untuk menetapkan sasaran spesifik penilaian kinerja adalah melalui pendekatan
kompetensi (Mejia, Balkin, dan Cardy, 2007), yaitu karakteristik yang mudah diamati yang
dibawa oleh karyawan masuk kedalam perusahaan / organisasi dan akan muncul ketika
yang bersangkutan berusaha menyukseskan tugas pekerjaannya. Dengan kata lain,
kompetensi adalah karakteristik seseorang yang dikaitkan dengan kinerjasukses.
Setelah menetapkan sasaran spesifik kinerja atau model kompetensi, kemudian adalah
menyusun kriteria kinerja atau standar kinerja dan mengomunikasikan kinerja yang
diharapkan tersebut kepada pihak yang berkepentingan. Langkah berikutnya, yaitu setelah
pekerjaan dilaksanakan, dilakukan penilaian kinerja oleh para supervise. Terakhir, yaitu
pada akhir suatu periode penilaian kinerja, diadakanlah reviu bersama-sama antara penilai
dengan karyawan yang dinilai terhadap hasil pelaksanaan kerja karyawan dengan mengacu
pada standar kinerja yang telah disusun sebelumnya. Kegiatan reviu tersebut akan dapat
membantu dalam menentukan seberapa baik karyawan yang bersangkutan telah memenuhi
standar, membantu menentukan penyebab ketidaktercapaian, dan membantu
mengembangkan rencana perbaikan terhadap kekurangan yang ada. Di samping itu, dalam
pertemuan itu juga ditetapkan sasaran kinerja untuk periode evaluasi berikutnya.