B. Labor Planning
Perencanaan tenaga kerja adalah menentukan kebijakan kepegawaian yang berhubungan
dengan:
2. Jadwal Kerja
Meskipun jadwal kerja standar di Indonesia masih lima 8 jam sehari, namun
banyak variasi yang ada. Variasi yang populer adalah jadwal kerja yang disebut
flextime.waktu fleksibel memungkinkan karyawan, dalam batas-batas, untuk menentukan
jadwal mereka sendiri.
1. Kebijakan waktu fleksibel memungkinkan seorang karyawan (dengan
pemberitahuan yang tepat) untuk bekerja pada jam 8 pagi plus atau minus 2 jam.
Kebijakan ini memungkinkan lebih banyak otonomi dan kemandirian di pihak karyawan.
Beberapa perusahaan telah menemukan flextime sebagai keuntungan berbiaya rendah
yang meningkatkan kepuasan kerja.
2. Pilihan lainnya adalah minggu kerja yang fleksibel. Rencana ini sering
membutuhkan hari yang lebih sedikit tetapi lebih lama, seperti empat hari 10 jam atau,
seperti dalam kasus pabrik perakitan ringan, shift 12 jam. Bekerja shift 12 jam biasanya
berarti bekerja 3 hari satu minggu dan 4 hari berikutnya. Pergeseran seperti itu kadang-
kadang disebut minggu kerja terkompresi. Jadwal ini dapat diterapkan untuk banyak
fungsi operasi— selama pemasok dan pelanggan dapat diakomodasi.
3. Pilihan lain adalah hari yang lebih pendek daripada hari yang lebih panjang.
Rencana ini sering menggerakkan karyawan untuk status paruh waktu. Pilihan seperti itu
sangat menarik di industri jasa, di mana staf untuk beban puncak diperlukan. Bank dan
restoran sering mempekerjakan pekerja paruh waktu. Juga, banyak perusahaan
mengurangi biaya tenaga kerja dengan mengurangi tunjangan untuk karyawan paruh
waktu.
3. Klasifikasi Pekerjaan dan Aturan Kerja
Banyak organisasi memiliki klasifikasi pekerjaan yang ketat dan aturan kerja yang
menentukan siapa yang dapat melakukan apa, kapan mereka dapat melakukannya, dan
dalam kondisi apa mereka dapat melakukannya, seringkali sebagai akibat dari tekanan
serikat pekerja.
Klasifikasi pekerjaan dan aturan kerja ini membatasi fleksibilitas karyawan pada
pekerjaan, yang pada gilirannya mengurangi fleksibilitas fungsi operasi. Namun bagian
dari tugas manajer operasi adalah mengelola hal-hal yang tidak terduga.
Oleh karena itu, semakin banyak fleksibilitas yang dimiliki perusahaan ketika
mengatur staf dan menetapkan jadwal kerja, semakin efisien dan responsif bisa menjadi.
Hal ini terutama berlaku dalam organisasi jasa, di mana kapasitas ekstra sering berada
pada staf ekstra atau fleksibel.
Membangun moral dan memenuhi persyaratan staf yang menghasilkan operasi
yang efisien dan responsif lebih mudah jika manajer memiliki lebih sedikit klasifikasi
pekerjaan dan batasan aturan kerja. Jika strateginya adalah untuk mencapai keunggulan
kompetitif dengan merespons pelanggan dengan cepat, tenaga kerja yang fleksibel
mungkin menjadi prasyarat.