Anda di halaman 1dari 14

NAMA : Ni Putu Yudantari

NIM : 041330445

Soal :

1. Jelaskan prinsip persediaan JIT!!!


2. Jelaskan hambatan dalam pengelolaan karyawan!
3. Jelaskan fungsi penjadwalan jangka pendek untuk industri, produksi, proyek dan
produksi berdasarkan pesanan!

Jawaban :

1. Prinsip dasar JIT adalah meningkatkan kemampuan secara terusmenerus


untuk merespon perubahan dengan meminimalisasi pemborosan. Ada empat aspek pokok
dalam sistim JIT yaitu :
a) Menghilangkan semua aktivitas atau sumber-sumber yang tidak
memberikan nilai tambah terhadap produk.
b) Komitmen terhadap kualitas prima.
c) Mendorong perbaikan berkesinambungan untuk meningkatkan
efisiensi.
d) Memberikan tekanan pada
penyederhanaan aktivitas dan peningkatan visibilitas yang memberikan nilai tambah. Just In
Time adalah:
Suatu sistem keseluruhan filosofi operasi manajemen dimana segenap sumber daya,
termasuk bahan baku dan suku cadang, personalia, dan fasilitas dipakai sebatas dibutuhkan.
Tujuannya adalah,
untuk mengangkat produktifitas dan mengurangi pemborosan. Just In Time didasarkan pada
konsep arus produksi yang berkelanjutan dan mensyaratkan setiap bagian proses produksi
bekerja sama dengan komponen-komponen lainnya. Tenaga kerja langsung dalam lingkungan
Just In Time dipertangguh dengan perluasan tanggung jawab yang berkontribusi pada
pemangkasan pemborosan biaya tenaga kerja, ruang dan waktu produksi. Perusahaan-
perusahaan pabrikasi menyimpan tiga jenis persediaan : bahan baku, barang dalam proses,
dan barang jadi. Persediaan-persediaan ini dirancang untuk bertindak sebagai penyangga
sehingga kegiatan-kegiatan perusahaan tetap dapat
berjalan mulus kendatipun para pemasok terlambat melakukan pengiriman atau bilamana
sebuah departemen tidak mampu beroperasi selama beberapa waktu karena sesuatu atau hal
lainnya.
Persediaan- persediaan ini dirancang untuk bertindak sebagai penyangga sehingga kegiatan-
kegiatan perusahaan tetap dapat berjalan mulus kendatipun para pemasok terlambat
melakukan pengiriman atau bilamana sebuah departemen tidak mampu beroperasi selama
beberapa waktu karena sesuatu atau hal lainnya. Namun penyimpanan persediaan-persediaan
itu sudah barang tentu memakan biaya besar. Sistem Just In Time (JIT) merupakan upaya
untuk mengurangi atau menghilangkan persedian. Perusahaan yang mengadopsi system Just
In Time (JIT) ke proses produksinya pastilah merancang kembali fasilitas-fasilitas
pabrikasinya dan kejadian-kejadian yang memicu proses produksi berdasarkan prediksi
terhadap masa yang akan datang dalam sistem tradisional memiliki resiko kerugian yang
lebih besar karena over produksi dari pada produksi berdasarkan permintaan
yang sesungguhnya oleh karena itu munculah ide Just In Time (JIT) yang memproduksi
apabila ada permintaan. Suatu proses produksi hanya akan memproduksi apabila diisyaratkan
oleh proses berikutnya. Sebagai akibatnya pemborosoan dapat dihilangkan dalam skala besar,
yaitu berupa :
perbaikan kualitas dan biaya produksi yang lebih rendah kedua hal tersebut menjadikan
perusahaan lebih kooperatif karena tujuan utama Just In Time (JIT) adalah untuk
meningkatkan laba dan posisi.

2. Kurangnya rasa percaya diri Dalam strruktur organisasi di perusahaan secara umum
berlaku sistem piramida. Semakin tinggi jabatan maka jumlah jabatan yang tersedia semakin
sedikit sehingga semakin kompetitif. Menghadapi kompetisi untuk mengisi jabatan yang
lebih tinggi memerlukan kepercayaan diri yang tinggi. Rasa tidak yakin akan kompetensi diri
ini membuat kurang optimalnya dalam proses seleksi pengisian jabatan.

a).Kebiasaan dan perilaku buruk Penilaian-penilaian informal yang beredar di lingkungan


kantor juga banyak mempengaruhi keputusan manajemen dalam menentukan pejabat yang
tepat. Adakalanya seseorang memiliki kompetensi yang mumpuni, namun tidak diimbangi
dengan sikap kerja yang baik seperti kurangnya rasa tanggung jawab, sering tidak ada di
tempat, malas, suka terlambat, dll.

b. Kurangnya informasi untuk mengembangkan karir.

Seseorang kadang tidak memahami jalur karir di perusahaan sehingga kurang focus untuk
mempersiapkan kompetensi pribadinya menuju jalur karir berikutnya yang lebih tinggi.
Selain itu, kriteria-kriteria dan persyaratan untuk mendapatkan promosi jabatan sering tidak
dipahami. Apakah suatu jabatan yang lebih tinggi memerlukan persyaratan-persyaratan
semacam sertifikasi, pelatihan khusus, lamanya masa kerja, dll.

c.Tujuan karir dan nilai-nilai diri yang tidak selaras

Apa yang kita inginkan dalam 5 tahun ke depan? Nilai-nilai apa yang anda hargai dalam
hidup? Apakah yang dianggap penting dalam hidup? Apakah selaras, mendukung tujuan
karir? Jika selaras maka akan memberikan daya dorong yang kuat untuk sukses mencapai
tujuan yang diinginkan.

d.Kurangnya Kesadaran Diri tentang Kekuatan-kekuatan diri, Pengetahuan, keterampilan diri

Hal ini menghambat seseorang untuk menemukan tujuan kariri yang cocok untuk dirinya.
Kecocokan dengan aspirasi dan kemampuan diri ini sangat penting, menentukan apakah
dalam menjalani karirnya seseorang akan mencurahkan energi secara maksimal atau tidak.

e.Ketidakmampuan Berkomunikasi Secara Efektif

Masalah terbesar dalam lingkungan serba cepat, beban kerja yang tinggi dan informasi yang
membludak adalah adalah ketidakmampuan berkomunikasi secara efektif. Kesalahan dalam
komunikasi terletak pada tidak jelasnya pesan seperti yang dimaksudkan pemberi pesan.
Solusinya adalah luangkan waktu untuk mengkomunikasikan pesan Anda dengan jelas dan
efektif.

f.Kurangnya Jaringan yang mendukung

Dalam buku 7 Keajaiban Rezeki karya Ippho Santosa, salah satu yang mentukan kesuksesan
kita adalah apa yang disebut sebagai sepasang bidadari, yaitu keberadaan keluarga yang
member dukungan terhadap karir kita.Tak kalah pentingnya juga adalah jejaring di
lingkungan Kantor.Tak jarang keputusan diambil berdasarkan rekomendasi teman atau atasan
yang “mengenal” kita.

3 Kepentingan strategis penjadwalan adalah,

a. Penjadwalan yang efektif berarti pergerakan barang dan jasa pada sebuah fasilitas
menjadi lebuh cepat. Ini juga berarti perusahaan menggunakan asset secara lebih
efektif sehingga menciptakan kapasitas yang lebih besar untuk setiap dolar yang
ditanamkan, yang selanjutnya menghasilkan biaya yang lebih rendah.
b. Kapasitas tambahan, pergerakan yang lebih cepat, dan fleksibilitaas terkait
menghasilkan pengiriman yang lebih cepat sehingga memberikan pelayanan
pelanggan yang lbih baik.
c. Penjadwalan yang baik juga berperan pada komitmen yang realistis sehingga
menghasilkan pengiriman yang dapat diandalkan.
Penjadwalan jangka pendek menerjemahkan keputusan kapasitas, perencanaan agregat
(jangka menengah) serta jadwal induk ke dalam urutan pekerjaan dan penugasan tertentu atas
keryawan, material, dan permesinan. Isu penjadwalan barang dan jasa dalam jangka pendek
yaitu, memenuhi permintaan karyawan dan peralatan tertentu dalam basis harian atau jam.
Tujuan penjadwalan adalah mengalokasikan dan memprioritaaskan permintaanyang
dihasilkan oleh perkiraan atau pesanan pelanggan pada fasilitas yang ada. Dua factor penting
dalam melakukan alokasi dan prioritas ini adalah (1) jenis penjadwalan, maju atau mundur,
dan (2) kriteria prioritas.

Penjadwalan Maju Dan Mundur

Penjadwalan mencakup penugasan batas waktu pada pekerjaan tertentu, tetapi banyak
pekerjaan yang bersaing secara bersamaan dengan menggunakan sumber daya yang sama.
Untuk membantu mengatasi berbagai kesulitan dalam penjadwalan, teknik penjadwalan dapat
digolongkan sebagai (1) penjadwalan maju dan (2) penjadwalan mundur.

-Penjadwalan Maju
Penjadwalan mauju (forward scheduling) memulai jadwal persyaratan setelah suatu
pekerjaan diketahui. Penjadwalan maju digunakan dalan berbagai organisasi, seperti rumah
sakit, klinik, rumah makan mewah, dan produsen peralatan mesin.dalam fasilitas ini,
pekerjaan dilakukan sesuai dengan pesanan pelanggan, dan biasanya minta dikirim sesegera
mungkin. Penjadwalan maju umumnya dirancang untuk menghasilkan sebuah jadwal yang
dapat dipenuhi, sekalipun hal ini berarti batas waktunya tidak dapat dipenuhi. Dalam banyak
kejadian, penjadwalan maju menyebabkan penumpukan barang setengah jadi.

-Penjadwalan Mundur
Penjadwalan mundur (backward scheduling) dimulai dari batas waktu, dan menjadwalkan
operasi yang terakhir terlebih dahulu. Kemudian, urutan pekerjaan dijadwalkan satu demi
satu dalam susunan terbalik. Dengan mengurangi waktu tunggu (lead time) untuk setiap
barang, diperoleh waktu mulai. Bagaimana pun juga, sumber daya yang diperlukan untuk
mrmrnuhi jadwal mungkin tidak ada. Penjadwalan mundur digunakan dalam banyak
lingkungan manufaktur, seperti hal nya dalam lingkungan jasa yang menyajikan sebuah
perjamuan atau penjadwalan operasi pembedahan. Dalam praktiknya, suatu kombinasi dari
penjadwalan maju dan mundur sering digunakan untuk menemukan titik temu antara yang
dapat dipenuh dan batas waktu pelanggan.

KRITERIA PENJADWALAN

Teknik penjadwalan yang benar bergantung pada volume pesanan, sifat alami operasi, dan
kompleksitas pekerjaan secara keseluruhan, serta kepentingan dari keempat kriteria. Berikut
keempat kriteria tersebut.

a.Meminimalkan waktu penyelesaian. Kriteria ini dievaluasi dengan menentukan waktu


penyelesaian rata-rata untuk setiap pekerjaan.
b.Memaksimalkan utilisasi. Kriteria ini dievaluasi dengan menghitung persentase waktu suatu
fasilitas digunakan.
c.Meminimalkan waktu persediaan barang setengah jadi ( work in process – WIP ). Kriteria
ini dievaluasi dengan menentukan jumlah pekerjaan rata-rata dalam sistem. Hubungan antara
banyaknya pekerjaan dalam sistem dan persediaan WIP akan tinggi. Oleh karena itu, jika
terdapat lebih sedikit pekerjaan dalam sistem, maka persediaan yang ada lebih rendah.
d.Meminimalkan waktu tunggu pelanggan. Kriteria ini dievaluasi dengan menentukan jumlah
keterlambatan rata-rata.
Keempat kriteria di atas digunakan dalam bab ini; sebagaimana dalam industri, untuk
mengevaluasi kinerja penjadwalan. Selain itu, pendekatan penjadwalan yang baik harus
sederhana, jelas, mudah dipahami, mudah dilakukan, fleksibel, dan realistis. Proses berbeda
membutuhkan pendekatan penjadwalan yang berbeda :

Fasilitas yang terfokus pada proses (bengkel kerja)

Fokus penjadwalan adalah menghasilkan sebuah penjadwalan maju yang awalnya dicapai
dengan batas waktu MRP dan diperbaiki dengan teknik penjadwalan kapasitas terbatas yang
dibahas pada bab ini. Fsilitas ini meliputi sebagian besar produksi dunia. Contohnya adalah
pengecoran logam, perusahaan mesin, lemari kabinet, percetakan, sejumlah restoran, dan
industri pakaian. Sel kerja ( work cell – terfokus pada fasilitas yang mengelola serangkaian
komponen yang serupa )Fokus penjadwalan adalah menghasilkan sebuah penjadwalan maju.
MRP menghasilkan batas waktu, dan penjadwalan/pengiriman perincian selanjutnya dibuat
pada sel kerja dengan aturan kanban dan prioritas. Contohnya adalah sel kerja pada
perusahaan manufaktur ambulans Wheeled Coach, pembuat mesin pesawat Standard Aero,
dan pembuat kartu ucapan Hallmark.

Fasilitas berulang (lini perakitan)

Fokus penjadwalannya adalah menghasilkan penjadwalan maju yang dicapai dengan


menyeimbangkan lini dengan teknik lini perakitan traditional. Teknik tarikan, seperti JIT dan
kanban, memberikan isyarat agar komponen dijadwalkan untuk menunjang lini perakitan.
Fasilitas berulang mencakup lini perakitan bagi ragam produk yang luas dari mobil hingga
peralatan rumah tangga dan komputer. Masalah penjadwalan ini merupakan tantangan, tetapi
biasanya terjadi hanya pada proses yang beru atau ketika terjadi perubahan produk atau
model.

Fasilitas yang terfokus pada produk (terus-menerus)

Fasilitas ini menghasilkan produk dengan jumlah sangat besar dan ragam yang terbatas,
seperti kertas pada mesin besar di International Paper, bir pada tempat pembuatan bir Di
Anheuser-Busch, atau baja gulungan di pabrik Nucor. Penjadwalan menghasilkan sebuah
penjadwalan maju yang dapat memenuhi permintaan konstan yang layak dengan kapasitas
tetap yang ada. Kapasitas di sejumlah fasilitas biasanya dibatasi oleh investasi modal jangka
panjang. Kapasitas fasilitas ini biasanya diketahui, sekaligus waktu penyetelan dan waktu
operasi untuk produk dengan jangkauan tebatas. Hal ini menyebabkan penjadwalan lebih
mudah dilakukan.

Penjadwalan Pusat Kerja Yang Terfokus Pada Proses

Fasilitas yang terfokus pada proses (fasilitas intermitten atau bengkel kerja) merupakan
sistem dengan variasi tinggi atau volume rendah yang biasanya dijumpai ada organisasi
manufaktur dan jasa. Untuk menjalankan sebuah fasilitas secara seimbang dan efisien,
manajer memerlukan sebuah sistem perencanaan dan pengendalian produksi.

Sistem tersebut adalah sebagai berikut:

a.Menjadwalkan pesanan yang datang tanpa melampaui keterbatasn kapasitas pusat kerja
masing-masing.
b.Memeriksa ketersediaan peralatan dan bahan sebelum mengeluarkan pesanan ke suatU
departemen.

c.Menentukan batas waktu untuk setiap pekerjaan dan memeriksa kemajuan pekerjaan
terhadap batas waktu dan waktu tunggu dari pemesanan.
d.Memeriksa bahan setengah jadi selagi pekerjaan dilakukan.
e.Memberikan umpan balik pada aktivitas pabrik dan produksi.
f.Memberikan statistik efisien pekerjaan dan mengawasi operator untuk kepentingan analisis
pengupahan dan distribusi tenaga kerja.
Pembebanan Pekerjaan

Pembebanan (loading) berarti penugasan pekerjaan pada pusat kerja atau pusat pemrosesan.
Para manager operasi menugaskan pekerjaan pada pusat kerja sedemikian hingga biaya,
waktu luang atau waktu penyelesaian dijaga tetap minimal. Pusat kerja dapat berupa dua
bentuk. Pertama, berorientasi pada kapasitas; kedua, berkaitan dengan penugasan pekerjaan
tertentu bagi pusat-pusat kerja.

Pertama, pembebanan akan diuji dari segi kapasitas melalui sebuah teknik yang dikenal
sebagai pengendalian input-output. Kemudian akan disajikan dua pendekatan yang
digunakaan dalam pembebanan : diagram Gantt dan metode penugasan pemrograman linier.
Pengendalian Input-Output

Pengendalian input-output adalah sebuah teknik yang membuat karyawan operasi dapat
mengelola aliran fasilitas kerja. Jika pekerjaan tiba lebih cepat daripada yang sedang
diproses, maka fasilitas tersebut dibebani secara berlebihan dan terjadi backlog. Pembebanan
yang berlebihan menyebabkan kepadatan dalam fasilitas yang mengakibatkan timbulnya
masalah inefisiensi dan kualitas. Jika pekerjaan tiba lebih lambat daripada yang sedang
diproses, fasilitasyang kurang terbebani menghasilkan kapasitas yang kosong dan
pemborosan sumber daya.

Pengendalian input-output dapat dilakukan dengan sebuah sistem kartu ConWIP yang
mengendalikan jumlah pekerja dalam suatu pusat kerja. ConWIP adalah singkatan
untuk constan work in process. Kartu ConWIP berjalan bersama suatu pekerjaan melalui
pusat kerja. Ketika pekerjaan selesai, kartu dikeluarkan dan dikembalikan ke stasiun kerja
awal, mengotorisasi masuknya batch baru ke dalam pusat kerja. Secara efektif, kartu
ConWIP membatasi jumlah kerja dalam pusat kerja, mengendalikan waktu tunggu dan
memantau backlog.

Pilihan yang tersedia bagi karyawan bagian operasi untuk mengatur aliran fasilitas kerja
mencakup:

a.Memperbaiki kinerja
b.Meningkatkan kapasitas
c.Meningkatkan atau mengurangi input pada pusat kerja dengan cara (a) mengalihkan
pekerjaan ke atau dari pusat kerja lainnya, (b) meningkatkan atau mengurangi subkontrak, (c)
memproduksi lebih sedikit atau lebih banyak.
Memproduksi lebih sedikit bukanlah solusi yang disenangi para manager tetapi keuntungan
yang didapatkan sangat berarti. pertama, tingkat pelayanan pelanggan bisa meningkat karena
barang dapat diproduksi tepat waktu. Kedua, efisiensi dapat benar-benar meningkat karena
terdapat lebih sedikit WIP yang bertebaran dalam pusat kerja yang menambahkan biaya rutin.
Ketiga, kualitas dapat meningkat karena lebih sedikit WIP berarti lebih sedikit permalahan
yang tersembunyi.
Diagram Gantt

Diagram Gantt (Gantt chart) merupakan alat peraga visual yang bermanfaat dalam
pembebanan dan penjadwalan. Nama diagram tersebut berasal dari Henry Gantt, yang
ditemukan pada akhir tahun 1800-an. Diagram Gantt menunjukkan penggunaan sumber daya,
seperti pusat kerja dan tenaga kerja.

Ketika digunakan dalam pembebanan, diagram Gantt menunjukkan pembebanan dan waktu
luang pada beberapa departemen, mesin atau fasilitas. Diagram Gantt menunjukkan beban
kerja dalam sistem sedemikian rupa sehingga manager mengetahui penyesuaian yang tepat.
Sebagai contoh, ketika sebuah pusat kerja dibebani secara berlebihan maka karyawan dari
pusat kerja yang memiliki beban rendah dapat dipindahkan sementara agar dapat
meningkatkan jumlah tenaga kerja.

Metode Penugasan

Metode Penugasan (assigment method) mencakup proses pelimpahan tugas atau pekerjaan
pada sumber daya. Contohnya adalah penugasan pekerjaan pada mesin, kontrak pada pemberi
penawaran, karyawan pada proyek, dan karyawan pemasaran pada wilayah tertentu. Metode
penugasan ini paling sering bertujuan meminimalkan biaya total atau waktu yang diperlukan
untuk melaksanakan tugas yang ada. Satu karakteristik permasalahan penugasan yang penting
adalah hanya ada satu pekerjaan yang ditugaskan untuk satu mesin.

Pengurutan Pekerjaan

Penjadwalan memberikan dasar untuk membebankan pekerjaan pada pusat kerja.


Pembebanan adalah sebuah teknik pengendalian kapasitas yang menyoroti masalah
pemberian beban yang terlalu berat dan ringan.Pengurutan ( sequencing – disebut
pembagian tugas atau dispatching ) menentukan urutan pekerjaan yang harus dilakukan pada
setiap pusat kerja.

Aturan Prioritas untuk Membagikan Tugas

Aturan prioritas ( priority rule ) memberikan panduan untuk mengurutkan pekerjaan yang
harus dilakukan. Aturan ini terutama diterapkan untuk aturan fasilitas yang terfokus pada
proses, seperti klinik, percetakan, dan bengkel kerja. Beberapa aturan prioritas yang paling
terkenal akan dibahas. Aturan prioritas mencoba untuk meminimalkan waktu penyelesaian,
jumlah pekerjaan dalam sistem, dan keterlambatan pekerjaan seraya memaksimalkan
penggunaan fasilitas.

Berikut aturan prioritas yang paling populer.

a.FCFS ( first come, first served ): yang pertama datang, yang pertama dilayani. Pekerjaan
pertama yang datang di sebuah pusat kerja diproses terlebih dahulu.
b.SPT ( shortest processing time ): waktu pemrosesan terpendek. Pekerjaan yang memiliki
waktu pemrosesan terpendek ditangani dan diselesaikan terlebih dahulu.
c.EDD ( earliest due date ): batas waktu paling awal. Pekerjaan dengan batas waktu yang
paling awal dikerjakan terlebih dahulu.
d.LPT ( longest processing time ): waktu pemrosesan terpanjang. Pekerjaan yang memiliki
waktu pemrosesan lebih panjang, lebih besar biasanya sangat penting dan diutamakan
terlebih dahulu.
Tidak ada satu pun aturan pengurutan yang unggul dalam semua kriteria. Pengalaman
menunjukkan hal berikut.

a.SPT biasanya merupakan teknik terbaik untuk meminimalkan aliran pekerjaan dan
meminimalkan jumlah pekerjaan rata-rata dalam sistem. Kelemahan utamanya adalah
pekerjaan yang memiliki waktu pemrosesan panjang dapat tidak dikerjakan secara terus
menerus, karena pekerjaan yang memiliki waktu pemrosesan pendek selalu didahulukan.
Pelanggan dapat melihat hal ini secara samar, dan penyesuaian berkalal untuk pekerjaan yang
panjang harus dilakukan.
b.FCFS tidak menghasilkan kinerja yang baik pada hampir semua kriteria ( tetapi juga tidak
begitu buruk ). Bagaimanapun, FCFS memiliki kelebihan karena terlihat adil oleh pelanggan;
suatu hal yang sangat penting dalam sistem jasa.
c.EDD meminimalkan keterlambatan maksimal yang mungkin perlu untuk pekerjaan yang
memiliki penalti setelah tanggal tertentu. Secara umum, EDD bekerja baik ketika
keterlambatan menjadi sebuah isu.

Rasio Kritis

Jenis aturan pengurutan yang lain adalah rasio kritis. Rasio Kritis (critical ratio-CR)
merupakan sebuah angka indeks yang dihitung dengan membagi waktu yang tersisa hingga
batas waktu pekerjaan dengan waktu pekerjaan yang tersisa. Berlawanan dengan aturan
prioritas, rasio kritis sangat dinamis dan mudah diperbarui. CR cenderung memiliki kinerja
yang lebih baik daripada FCFS, SPT, EDD atau LPT pada kriteria keterlambatan pekerjaan
rata-rata.

Rasio kritis memberikan prioritas pada pekerjaan yang harus dilakukan agar tetap menepati
jadwal. Sebuah pekerjaan dengan rasio kritis yang rendah ( kurang dari 1,0 ) berarti telambat
dari jadwal. Jika CR tepat 1,0; berarti pekerjaan sesuai dengan jadwal. CR yang lebih besar
dari 1,0 berarti pekerjaannya mendahului jadwal dan punya waktu luang.

Rumus rasio kritis adalah

Pada kebanyakan sistem penjadwalan produksi, aturan CR membantu melaksanakan hal


berikut.

a.Menentukan status pekerjaan tertentu


b.Menerapkan prioritas relatif di antara pekerjaan dengan dasar kesamaan.
c.Menghubungkan persediaan dan pekerjaan berdasarkan pesanan dengan dasar kesamaan.
d.Menyesuaikan prioritas (dan memperbaiki jadwal) secara otomatis terhadap adanya
perubahan baik dalam hal permintaan maupun status kemajuan pekerjaan.
e.Menelusuri kemajuan pekerjaan secara dinamis.
Aturan Johnson

Aturan Johnson bisa digunakan untuk meminimalkan waktu pemrosesan untuk mengurutkan
suatu kelompok pekerjaan melalui dua fasilitas.

Tahap Aturan Johnson:

a.Semua pekerjaan harus dicantumkan dan masingmasing waktu yg dibutuhkan oleh sebuah
mesin harus ditunjukkan

b.Pilih pekerjaan dg waktu aktifitas yg paling pendek


c.Sekali suatu pekerjaan telah dijadwalkan, sisihkanlah pekerjaan itu
d.Terapkan tahap 2 dan tahab 3 ke perkerjaan yg tersisa, bekerja kea rah pusat urutan itu
Keterbatasan Aturan Yg Berbasis Sistem:

e.Penjadwalan adalah dinamis dengan demikian aturan perlu untuk direvisi menyesuaikan
perubahan-perubahan dalam proses, peralatan, bauran produk dst

a.Aturan tidak melihat ke hulu atau ke hilir, sumber daya yg menganggur dan kemampatan
sumber daya di departemen yg lain mungkin saja tidak diakui
b. Aturan tidak melihat lewatnya dari tanggal jatuh tempo
Penjadwalan Kapasitas Terbatas

Penjadwalan kapasitas terbatas (finite capacity scheduling) adalah penjadwalan jangka


pendek yang terkomputerisasi untuk mengatasi kelemahan sistem yang berdasarkan aturan
tertentu dengan menyajikan perhitungan interaktif secara grafis kepada pengguna data
(users).

Selain pilihan aturan prioritas saat ini sejumlah sistem FCS juga mengkombinasikan “sistem
pakar” atau teknik simulasi dan memungkinkan penjadwal untuk membebankan biaya pada
berbagai pilihan yang berbeda. Penjadwal memiliki fleksibilitas untuk menangani situasi
apapun termasuk perubahan pesanan, pekerja, ataupun mesin.

Data awal untuk sistem penjadwalan terbatas biasanya merupakan output dari sistem MRP.
Sistem ini seketika memberikan informasi kepada perencana ketika material dibutuhkan,
mengabaikan masalah dalam hal kapasitas. Dan output dari MRP dikombinasikan dengan
perputaran arsip, batas waktu, kapasitas pusat kerja, peralatan, dan ketersediaan sumber daya
lainnya untuk akhirnya menghasilkan data yang dibutuhkan oleh FCS secara efektif.

Teori Batasan

Teori batasan adalah suatu ilmu yang berkaitan dengan segala sesuatu yang membatasi
kemampuan organisasi untuk mencapai tujuannya. Batasannya dapat berupa bentuk fisik
(ketersediaan proses produksi atau karyawan dan bahan baku atau persediaan). Throughtput
atau volume adalah suatu konsep penting dalam sistem operasi yang dimana jumlah unit yang
diproses melalui fasilitas dan terjual.

Mengelola batasan-batasan, yaitu :

a.Mengidentifikasi batasan.
b.Membuat rencana mengatasi batasan.
c.Memusatkan tujuan pada sumberdaya setelah membuat rencana batasan.
d.Mengurangi dampak selanjutnya dari batasan yang telah dituju.
e.Setelah batasan telah teratasi dengan baik, lakukan identifikasi batasan baru.
Batasan-batasan ini digunakan dalam perusahaan manufaktur dan perusahaan jasa.

Sistem kerja pada bottleneck adalah batasan yang membatasi output produksi dan memiliki
kapasitas yang lebih sedikit dibandingkan pusat kerja sebelumnya atau berikutnya nanti.
Dikarenakan bottleneck mengahambat laju volume dalam produksi. Dan pada
konsekuensinya sistem ini terdapat dalam proses, sebagai contoh terdapat pada rumah sakit,
rumah makan, hingga ke dalam sebuah pabrik.

Beberapa teknik menghadapi sistem bottleneck :

1) Meningkatkan kapasitas pada batasan.

2) Memperhatikan SDM yang digunakan dan memusatkan kerja yang menyebabkan


terjadinya suatu batasan.

3) Membuat perputaran berulang, prosedur pemrosesan, atau subkontraktor


alternatif yang lebih baik.

4) Memindahkan pemeriksaan dan pemgujian ketempat lain sebelum terjadi bottleneck,


guna mengurangi cacat potensial.

5) Menjadwalkan throughtput untuk menyesuaikan kapasitas saat terjadinya bottleneck,


yakni mengurangi pemusatan kerja pada kegiatan yang berisiko terjadinya bottleneck.

2.7 Penjadwalan Produksi Berulang

Produsen berulang ingin memenuhi permintaan pelanggan, mengurangi investasi persediaan,


mengurangi ukuran lot dengan peralatan dan proses yang ada. Sebuah teknik untuk mencapai
tujuan ini adalah menggunakan sebuah jadwal penggunaan material bertingkat. Penggunaan
material bertingkat berarti penggunaan lot yang lebih sering, berkualitas tinggi, dan
berukuran kecil yang berperan untuk produksi just-in-time.

Kelebihan penggunaan material secara bertingkat

a.Mengurangi tingkat persediaan yang membebaskan modal untuk penggunaan yang lain.
b.Mempercepat volume produksi.
c.Memperbaiki kualitas komponen sehingga meningkat kualitas produk
d.Mengurangi kebutuhan luas lantai
e.Memperbaiki komunikasi pekerja sebab mereka menjadi semakin berdekatan.
f.Melancarkan proses produksi karena lot yang besar tidak “menyembunyikan”
permasalahan.
Anggap sebuah produsen berjalan menjalankan batch bulanan yang berukuran besar: Dengan
menggunakan jadwal penggunaan material bertingkat, manajemen akan dapat memendekkan
siklus bulanan ini menjadi siklusn mingguan, harian, bahkan siklus per jam

Anda mungkin juga menyukai