Ketika membuat sebuah rencana agregat, manajer produksi harus menjawab beberapa
pertanyaan:perlukah persediaan digunakan untuk mengantisipasi perubahan permintaan selama
perioda perencanaan? Perlukah perubahan diakomodasi dengan memvariasikan jumlah tenaga
kerja? Perlukah para pekerja paruh waktu dikaryakan, atau perlukah lembur dan waktu kosong
menyerap fluktuasi? Perlukah para subkontraktor digunakan pada pesanan yang berubah-ubah
sehingga kestabilan tenaga kerja dapat terjaga? Perlukah harga atau faktor lain diubah untuk
mempengaruhi permintaan? Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas akan berkaitan
dengan strategi perencanaan agregat. Berikut adalah jenis-jenis strategi perencanaan agregat:
1. Srategi Murni
Strategi yang disusun dengan hanya memanipulasi salah satu variabel. Strategi inii terdiri dari dua
golongan yakni (1) pilihan kapasitas dimana perusahaan berusaha untuk mengubah permintaan
tetapi untuk menyerap fluktuasi dalam permintaan dan (2) pilihan permintaan. di mana perusahaan
berusaha untuk memuluskan perubahan pola permintaan selama perioda perencanaan Beberapa
tipe strategi yang termasuk strategi murni adalah sebagai berikut.
Mengubah tingkat persediaan. Para manajer dapat meningkatkan persediaan selama perioda
permintaan rendah untuk memenuhi permintaan yang tinggi di masa datang. Jika strategi tersebut
dipilih, maka biaya-biaya yang berkaitan dengan penyimpanan, asuransi, penanganan, keusangan,
pencurian, dan modal yang diinvestasikan akan meningkat. Biaya-biaya tersebut pada umumnya
berkisar 15% hingga 40% dari nilai sebuah barang setiap tahunnya. Pada sisi lain, ketika perusahaan
memasuki masa di mana permintaan terus meningkat, maka kekurangan yang terjadi dapat
mengakibatkan penjualan yang hilang disebabkan lead-time yang lebih panjang dan pelayanan
pelanggan yang lebih buruk.
Meragamkan ukuran tenaga kerja dengan cara mengkaryakan atau memberhentikan. Salah satu cara
untuk memenuhi permintaan adalah dengan mengkaryakan atau memberhentikan para pekerja
untuk menyesuaikan tingkat produksi. Bagaimanapun, sering karyawan baru memerlukan pelatihan,
dan rata-rata produktivitas menurun untuk sementara sehingga mereka menjadi terbiasa.
Pemberhentian atau PHK, tentu saja, menurunkan moral semua pekerja dan dapat mendorong ke
arah produktivitas yang lebih rendah.
Meragamkan tingkat produksi melalui lembur atau waktu kosong. Terkadang tenaga kerja dapat
dijaga tetap konstan dengan meragamkan waktu kerja yang bermacam-macam, mengurangi
banyaknya jam kerja ketika permintaan rendah dan menambah jam kerja pada saat permintaan naik.
Sekalipun begitu ketika permintaan sedang tinggi, terdapat keterbatasan seberapa banyak lembur
yang dapat dilakukan. Upah lembur memerlukan lebih banyak uang, dan terlalu banyak lembur
dapat membuat titik produktivitas pekerja secara keseluruhan merosot. Lembur juga dapat
menyiratkan naiknya biaya overhead yang diperlukan untuk menjaga agar fasilitas dapat tetap
berjalan. Pada sisi lain, pada saat permintaan menurun, perusahaan harus menyerap waktu kosong
pekerja—yang biasanya merupakan proses yang sulit.
Penggunaan karyawan paruh waktu. Karyawan paruh waktu dapat mengisi kebutuhan tenaga kerja
tidak terampil.
Mempengaruhi permintaan. Ketika permintaan rendah, sebuah perusahaan dapat mencoba untuk
meningkatkan permintaan melalui iklan, promosi, kewiraniagaan, dan potongan harga. Contoh – AC
pendingin udara paling murah dijual pada waktu musim dingin. Bagaimanapun, bahkan iklan khusus,
promosi, penjualan, dan penetapan harga tidak selalu mampu menyeimbangkan permintaan dengan
kapasitas produksi.
Tunggakan pesanan selama perioda permintaan tinggi. Tunggakan pesanan adalah pesanan yang
diterima perusahaan tetapi tidak mampu (secara sengaja atau kebetulan) untuk dipenuhi pada saat
itu. Jika pelanggan mau menunggu tanpa kehilangan kehendak baik mereka ataupun pesanannya,
tunggakan pesanan adalah strategi mungkin untuk dijalankan. Banyak perusahaan melakukan
tunggakan pesanan, tetapi pendekatan tersebut sering mengakibatkan hilangnya penjualan.
Bauran produk yang counterseasonal. Suatu teknik penghalusan yang secara luas digunakan para
manufaktur adalah mengembangkan sebuah bauran produk yang terdiri dari barang
counterseasonal. Contoh - perusahaan yang membuat keduanya: tungku perapian dan alat
pendingin atau mesin pemotong rumput dan peniup salju. Bagaimanapun, perusahaan yang
mengikuti pendekatan tersebut dapat mendapati diri mereka terlibat dengan produk di luar area
keahlian mereka atau di luar target pasar mereka.
2. Strategi hibrid
Gabungan beberapa strategi murni dimana lebih dari satu variabel yang dimanipulasi. Pendek
kata, strategi hibrid merupakan strategi dengan mengkombinasi berbagai pilihan untuk
mengembangkan sebuah rencana.Walaupun setiap pilihan dari lima pilihan kapasitas dan tiga pilihan
permintaan dapat menghasilkan sebuah perencanaan agregat yang efektif, beberapa kombinasi di
antara pilihan kapasitas dan pilihan permintaan mungkin lebih baik.
Banyak manufaktur berasumsi bahwa penggunaan pilihan permintaan telah diteliti benar oleh
bagian pemasaran dan pilihan yang layak itu digabungkan dengan peramalan permintaan. Kemudian
manajer produksi membuat rencana agregat berdasarkan pada peramalan itu. Bagaimanapun,
dengan menggunakan lima pilihan kapasitas dalam otoritasnya, manajer produksi masih memiliki
banyak kemungkinan rencana. Rencana tersebut dapat terdiri, pada satu sisi, sebuah strategi
perburuan dan di sisi lainnya, sebuah strategi penjadwalan bertingkat. Tentu saja bisa berada di
antara keduanya.
Sebuah strategi perburuan mencoba untuk mencapai tingkat output bagi setiap perioda yang
memenuhi peramalan permintaan untuk perioda tersebut. Strategi tersebut dapat terpenuhi dengan
berbagai jalan. Contoh - manajer produksi dapat memvariasikan tingkat tenaga kerja dengan
merekrut atau menghentikan karyawan, atau dapat memvariasikan produksi dengan mengubah
waktu lembur, waktu kosong, karyawan paruh waktu, atau subkontrak.
Sebuah strategi bertingkat (atau penjadwalan bertingkat) adalah sebuah rencana agregat di mana
produksi sehari-hari tetap sama dari perioda ke perioda. Contoh -Perusahaan seperti Toyota dan
Nissan mempertahankan tingkat produksi pada tingkatan yang seragam dan mungkin (1)
membiarkan persediaan barang naik atau turun sebagai penyangga di antara produksi dan
permintaan atau (2) menemukan pekerjaan alternatif bagi karyawan. Filosofi mereka adalah bahwa
tenaga kerja yang stabil menuju ke produk yang lebih bermutu, lebih sedikit ketidakhadiran dan
perputaran karyawan, dan karyawan yang lebih memiliki komitmen pada tujuan perusahaan.
Penghematan lain mencakup karyawan yang lebih berpengalaman, pengawasan dan penjadwalan
yang lebih mudah, dan lebih sedikit startups dan shutdowns yang dramatis. Penjadwalan bertingkat
akan bekerja dengan baik ketika permintaan stabil.
Ada beberapa metoda yang biasa digunakan dalam perencanaan agregat antara lain :
Metoda ini populer karena mudah dimengerti dan gampang penggunaannya sehingga mudah
dilaksanakan oleh staf. Pendekatannya dilakukan dengan cara Trial and Error tetapi metoda ini
belum menjamin diperoleh perencanaan produksi yang optimal. Ada 6 tahapan yang harus dilakukan
dalam metoda Tabel dan Grafik yaitu :
Menentukan kapasitas, waktu normal, lembur, dan sub kontrak pada setiap periode.
Menentukan biaya tenaga kerja, biaya penambahan dan pengurangan tenaga kerja, biaya
penyimpanan persediaan dan biaya kekurangan persediaan.
Contoh :
PT. Gemah Ripah dalam periode Januari-Juni memiliki prakiraan permintaan dan data-data produksi
sbb :
Januari 900 22
Februari 700 18
Maret 800 21
April 1200 21
Mei 1500 22
Juni 1100 20
Dengan cara mempertahankan rata-rata tingkat produksi yang tetap, kelebihan produksi disimpan
untuk digunakan saat kekurangan produksi. Dalam alternatif ini tidak ada lembur, penambahan/
pengurangan tenaga kerja atau sub kontrak dengan pihak lain.
Dengan cara menambah/mengurangi jumlah tenaga kerja sesuai kebutuhan. Alternatif ini
membatasi diri untuk tidak lembur dan melakukan sub kontrak.
Mempertahankan jumlah tenaga kerja pada tingkat permintaan terendah dan memenuhi kebutuhan
permintaan selebihnya dengan sub kontrak. Alternatif ini juga tidak ada lembur dan kerja paruh
waktu (part time).
Pertanyaan : Tentukan alternatif strategi yang mesti dipilih oleh manajemen PT. Gemah Ripah
tersebut !
Pembahasan:
Produksi rata-rata / hari = 6200 / 124 = 50 unit/hari, 1 unit produk perlu waktu 1,6 jam, sedang jam
kerja per hari 8 jam, sehingga 1 karyawan menghasilkan produk 8 / 1,6 = 5 unit/hari, sehingga untuk
menghasilkan 50 unit/hari perlu tenaga kerja 50 / 5 = 10 orang.
Jumlah = Rp 26.650.000,00
Asumsinya pada awal periode jumlah tenaga kerja = 10 orang, sehingga jumlah tenaga kerja yang
diperlukan pada bulan Januari = 900 / 22 / 5 = 8 orang. Biaya tenaga kerja = 22 X 8 X Rp 20.000,00 =
Rp 3.520.000,00 dan seterusnya.
Jumlah = Rp 27.200.000,00
Alternatif 3. Strategi Sub Kontrak
Tenaga kerja ditetapkan sesuai permintaan terendah yaitu permintaan bulan Februari = 700, rata-
rata produksi per hari = 700 / 18 = 38,8 unit = 39 unit. Tenaga kerja yang diperlukan = 39 / 5 = 7,8
orang = 8 orang. Jumlah tenaga kerja selama Januari-Juni dipertahankan tetap 8 orang.
Jumlah produksi per bulan diperoleh dari perkalian antara jumlah hari kerja dengan jumlah tenaga
kerja dengan rata-rata produksi TK / hari. Contoh jumlah produksi bulan Januari = 22 X 8 X 5 = 880
unit dan seterusnya. Kekurangan produksi 20 unit dipenuhi dengan Sub kontrak.
Jumlah = Rp 26.400.000,00
Kesimpulan :
Manajemen sebaiknya memilih alternatif 3 yaitu Strategi Sub kontrak dengan menggunakan TK tetap
sebanyak 8 orang karena biayanya termurah.
2. Metoda Matematika.
Penjadwalan merupakan pengaturan waktu dalam kegiatan operasi yang mencakup kegiatan
mengalokasikan fasilitas, peralatan, tenaga kerja serta urutan pelaksanaan dalam kegiatan operasi.
Kegiatan operasi dimulai dari perencanaan jangka panjang (long-term) meliputi perencanaan fasilitas
dan kebutuhan peralatan kemudian dilakuakn perencanaan jangka menengah (intermediate-term)
yang membuat keputusan yang menyangkut penggunaan fasilitas, tenaga kerja, dan sub kontraktor.
Dari perencanaan jangka menengah atau biasa disebut perencanaan agregatedisusun Master skedul
yang merinci rencana agregat an mengembangkan jadwal menyeluruh untuk produk yang akan
dibuat. Master skedul menjabarkan kedalam rencana jangka pendek (Short-term) yang meliputi,
pembebanan pusat kerja (work center) dan urut-urutan pekerjaan (job sequencing).
1. Jenis Penjadwalan
Jadwal disusun berdasar dari operasi pertama sampai operasi terakhir untuk tanggal permulaan
operasi yang diketahui dan bergerak kedepan menetapkan tanggal penyelesaian.
Jadwal dimulai dengan menetapkan tanggal penyelesaian dan bergerak kebelakang untuk
menentukan tanggal permulaan operasi yang dibutuhkan.
2. Tujuan Penjadwalan
• Penggunaan yang efektif dan efisien atas fasilitas, personil dan peralatan.
3. Pembebanan ( Loading )
Merupakan pengalokasian pekerjaan pada pusat-pusat kerja (work centers) sehingga biaya
proses dapat diminimalkan, waktu kosong dapat ditekan dan pemenuhan waktu dapat dilakukan
sebaik mungkin. Metoda yang biasa dipakai untuk membagi pekerjaan pada pusat-pusat kerja, salah
satunya adalah Gantt Chart (bagan Gantt) berasal dari Henry Gantt penemu tehnik ini. Bagan ini
dapat menunjukkan beban kerja maupun waktu kosong dari tiap bagian atau mesin sehingga
personil dari pusat kerja yang bebannya longgar dapat membantu pusat kerja yang bebannya
berlebihan.
Penjadwalan merupakan proses pentuan waktu mulai dan selesainya pekerjaan sedang
pengurutan kerja mencakup urut-urutan pekerjaan yang akan diproses. Penentuan prioritas dalam
urutan pekerjaan biasa disebut Priority Dispatch Rules dengan pedoman umum sebagai berikut :
FCFS ( First Come First Served ). Pekerjaan yang datang lebih dulu diproses lebih dulu pula.
SPT ( Shortest Processing Time ). Pekerjaan yang selesainya cepat diproses lebih dulu.
EDD ( Earliest Due Date ). Pekerjaan yang harus selesai paling awal diproses lebih dulu.
LPT ( Longest Processing Time ). Pekerjaan yang memrlukan waktu proses yang lama dan penting
diproses lebih dulu.
Perencanaan Agregat perusahaan jasa prinsipnya hampir sama dengan perusahaan manufaktur
yaitu mencari pemecahan yang optimal menyangkut biaya yang minimal dan keuntungan yang
maksimal. Perencanaan Agregat perusahaan jasa lebih terbatas dibanding perusahaan manufaktur
karena perusahaan jasa tidak bisa mengatur persediaan sebagai sumber kapasitas (jasa tidak
memiliki persediaan).
Strategi perencanaan dalam perusahaan jasa lebih diarahkan pada pengendalian permintaan dan
pengendalian tenaga kerja. Pengendalian permintaan dilakukan dengan cara :
pricing policy (pengaturan harga) sedang pengendalian tenaga kerja dilakukan dengan mengatur
jumlah tenaga kerja dan jumlah jam kerja.
Dalam beberapa hal scheduling perusahaan jasa berbeda dengan scheduling manufaktur, misalnya :
Titik berat skeduling perusahaan jasa pada pengaturan tenaga kerja (SDM) sedang perusahaan
manufaktur pada bahan (material.
Perusahaan Jasa tidak memiliki persediaan, sedang manufaktur mutlak perlu persediaan.
Perusahaan Jasa merupakan labor intensif dan permintaan tenaga kerjanya memiliki variabel yang
tinggi.
Sistem layanan jasa mencoba membandingkan antara fluktuasi permintaan pelanggan dengan
kemampuan yang dimiliki untuk melayani permintaan tersebut. Dalam usaha jasa masing-masing
menerapkan skedul yang berbeda dalam melayani pelanggannya, misalnya :
Dokter dan kantor pengacara menggunakan sistem perjanjian (appoinment) dalam melayani
pelanggan.
Kantor pos, bank, fast food restoran, menggunakan sistem datang pertama dilayani pertama (first
come first served) dalam melayani pelanggan.
Hotel, penerbangan, dan persewaan mobil menggunakan sistem reservasi dlam melayani
pelanggannya. Dan sebagainya.
Hal tersebut dapat diartikan sebagai usaha meminimalkan waktu tunggu pelanggan (waiting
time) dan menghindari pembatalan janji (disappointment) dari pelanggan sehingga jasa yang tidak
terisi (kosong) tidak berlebihan. (Hendra Poerwanto G)
Sangat berterimakasih bila bersedia mencantumkan alamat link halaman ini sebagai sumber
https://sites.google.com/site/operasiproduksi/strategi-perencanaan-agregat