Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH MANAJEMEN OPERASIONAL

“PERENCANAAN AGREGAT”

Kelompok 2 – Kelas A Manajemen Pagi


Nama :
1. I MADE DIPA ARIGATA (1802612010014/14)
2. I LUH PUTU LINDA WIDYANTARI (1802612010029/29)
3. NURUL FAUZEH ROFIATIN (1802612010035/35)
4. PUTU DIAH UTARI (1802612010038/38)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
DENPASAR
2019
PERENCANAAN AGREGAT

A. Pengertian Perencanaan Agregat

Aggregate Planning (AP) adalah suatu aktivitas operasional untuk menentukan jumlah dan
waktu produksi pada waktu dimasa yang akan datang. AP juga didefinisikan sebagai usaha untuk
menyamakan antara supply dan demand dari suatu produk atau jasa dengan jalan menentukan
jumlah dan waktu input, transformasi, dan output yang tepat. Dimana keputusan AP dibuat untuk
produksi, staffing, inventory, dan backorder level.

Perencanaan Agregat (agregat planning) juga dikenal sebagai Penjadwalan Agregat adalah
Suatu pendekatan yang biasanya dilakukan oleh para manajer operasi untuk menentukan
kuantitas dan waktu produksi pada jangka menengah. Perencanaan agregat dapat digunakan
dalam menentukan jalan terbaik untuk memenuhi permintaan yang diprediksi dengan
menyesuaikan nilai produksi, tingkat tenaga kerja, tingkat persediaan, pekerjaan lembur, tingkat
subkontrak, dan variabel lain yang dapat dikendalikan. Keputusan Penjadwalan menyangkut
perumusan rencana bulanan dan kuartalan yang mengutamakan masalah mencocokkan
produktifitas dengan permintaan yang fluktuatif. Oleh karenanya perencanaan Agregat termasuk
dalam rencana jangka menengah.

Schreder (2003:243)
Menurut Schreder, Perencanaan Agregat berkenaan dengan penyesuaian tingkat penawaran
dan tingkatr permintaan atas output selama jangka waktu menengan yait sampai 12 bulan ke
depan.

Render (2004:114)
Menurut Render, Perencanaan agregat atau penjadwalan agregat adalah suatu pendekatan
untuk menentukan kuantitas dan waktu produksi pada jangka menengah (3 hingga 18 bulan ke
depan)

Wikipedia
Menurut Wikipedia, Perencanaan agregat adalah aktivitas operasional yang memiliki
rencana agregat untuk proses produksi untuk jangka waktu 3 sampai 18 bulan ke depan dan
untuk memunculkan ide terhadao manajemen seperti berapa kuantitas sumber daya material atau
lainnya yang harus diproduksi dan kapan harus diproduksi agar suapaya total biaya operasional
organisasi tetap berada pada tingkat minimum pada periode tersebut.
B. Proses Perencanaan Agregat

Terdapat beberapa proses dalam perencanaan agregat sebagai berikut :

1. Long Range Plans


Merupakan perencanaan lebih dari setahun yang menyangkut perencanaan produk baru, biaya
perluasan dan sebagainya. Long Range Plans ditetapkan oleh manajer puncak.

2. Intermediete Range Plans


Merupakan rencana atara 3 sampai 18 bulan, menyangkut rencana penjualan, rencana
produksi, rencana inventory, anggaran tenaga kerja dan sebagainya. Intermediate range
plans ditetapkan oleh Manajer Operasi.

3. Short Range Plans


Merupakan rencana kurang dari tiga bulan yang menyangkut job assignment, ordering, Job
scheduling. Short Range Plans ditetapkan oeh Manajer Operasi bersama dengan supervisor
dan operator.

Dalam tiga tingkatan proses perencanaan tersebut, perencanaan agregat berada pada
tingkatan kedua yaitu Intermediate plans yang menyangkut rencana produksi / operasi
perusahaan. Perencanaan agregat membentuk keterkaitan antara perencanaan fasilitas di satu
pihak dan penjadwalan dipihak lain. Perencanaan fasilitas membatasi keputusan perencanaan
agregat.penjadwalan berkenaan dengan jangka waktu yang pendek (beberapa bulan atau kurang)
dan dibatasi oleh keputusan perencanaan agregat. Perencanaan agregat berkaitan dengan
perolehan sumber daya, sedangkan penjadwalan berkaitan denngan pengalokasian sumber daya
yang tersedia terhadap pekerjaan dan pesanan tertentu. Jadi perbedaan dasar harus dilakukan
antara perolehan sumber daya melalui penjadwalan.

C. Sifat Perencanaan Agregat

Menurut Heizer dan Render (2010,p150) Sebagaimana tersirat pada istilah agregat, suatu
perencanaan agregat berarti menggabungkan sumber daya yang tepat ke dalam jangka waktu
umum atau keseluruhan. Dengan prediksi permintaan,kapasitas fasilitas, tingkat persediaan,
unkuran tenaga kerja, dan input yang saling berhubungan, perencana harus memilih tingkat
output untuk sebuah fasilitas selama 3 hingga 18 bulan mendatang. Perencanaan agregat
merupakan bagian dari sistem perencanaan produksi yang lebih besar. Oleh karena itu, sangatlah
bermanfaat untuk dapat memahami hubungan antara rencana serta beberapa factor internal dan
eksternal.
Dalam lingkungan manufaktur, proses menguraikan rencana agregat secara lebihterperinci
disebut disagregasi (disaggregation). Disagregasi menghasilkan jadwal produksi induk yang
menyediakan input bagi sistem perencanaan kebutuhan bahanbaku (MRP system). Jadwal
produksi induk menangani pembelian atau produksibagian atau komponen yang diperlukan
untuk membuat produk akhir. Jadwal kerjayang terperinci bagi orang-orang dan prioritas
penjadwalan untuk produkmenghasilkan thap akhir dari sistem perencanaan produksi.

Dalam perencanaan agregat, rencana produksi tidak menguraikan per produk namun
menyangkut berapa banyak produk yang akan dihasilkan tanpa mempermasalahkan jenis produk
tersebut. Sebagai contohnya yaitu pada perusahaan pembuat mobil, hanya memperhitungkan
berapa banyak mobil yang akan dibuat, namu bukan berapa banyak mobil dua pintu atau empat
pintu atau berapa banyak mobil berwarna merah atau biru.

D. Metode Perencanaan Agregat

Ada beberapa tehnik yang digunakan manajer operasi untuk mengembangkan rencana agregat
yang lebih bermanfaat dan lebih tepat, diantaranya:

1. Metode Pembuatan Grafis Dan Diagram ( Graphical and Charting methods ).


Metode ini sangat sering dipakai karena mudah dipahami. Pada dasarnya, rencana
rencana dengan grafis dan diagram ini menangani variabel sedikit demi sedikit agar perencana
dapat membandingkan proyeksi permintaan dengan kapasitas yang ada. Pendekatan yang
digunakan adalah “ trial and error “ yang tidak menjamin terciptanya rencana produksi yang
optimal, tatapi penghitungan yang dibutuhkan hanya sedikit dan dapat dilakukan oleh staf
yang paling dasar pekerjaannya. Tahapan dalam metode ini adalah:

1. Tentukan permintaan pada tiap periode.


2. Tentukan berapa kapasitas pada waktu biasa, waktu lembur, dan tindakan subkontrak
untuk tiap periode.
3. Tentukan biaya tenaga kerja, biaya rekrutmen dan biaya pemberhentian karyawan serta
biaya penahanan persediaan.
4. Pertimbangkan kebijakan perusahaan yang dapat diterapkan pada para pekerja dan
tingkatan persediaan.
5. Kembangkan rencana alternatif dan amati biaya totalnya.
 Contoh :

PT. Gemah Ripah dalam periode Januari-Juni memiliki prakiraan permintaan dan data-
data produksi sbb :

Bulan Prakiraan Permintaan Jumlah Hari Kerja

Januari 900 22

Februari 700 18

Maret 800 21

April 1200 21

Mei 1500 22

Juni 1100 20

Jumlah 6200 124

 Biaya tenaga kerja per orang / hari : Rp 20.000,00


 Biaya penyimpanan persediaan per unit / bulan : Rp 1.000,00
 Biaya sub kontrak : Rp 5.000,00 / unit
 Biaya tambahan tenaga kerja : Rp 50.000,00 / orang
 Biaya pengurangan tenaga kerja : Rp 100.000,00 / orang
 Jam kerja : 8 jam / hari
 Rata-rata waktu produksi : 1,6 jam / unit / orang
 Persediaan awal : 0

Ada 3 alternatif strategi yang akan dipilih manajemen, yaitu :

1. Melakukan variasi tingkat persediaan.


Dengan cara mempertahankan rata-rata tingkat produksi yang tetap, kelebihan produksi
disimpan untuk digunakan saat kekurangan produksi.
2. Dalam alternatif ini tidak ada lembur, penambahan/ pengurangan tenaga kerja atau sub
kontrak dengan pihak lain. Melakukan variasi jumlah tenaga kerja.
Dengan cara menambah/mengurangi jumlah tenaga kerja sesuai kebutuhan. Alternatif ini
membatasi diri untuk tidak lembur dan melakukan sub kontrak.
3. Mempertahankan jumlah tenaga kerja.
Mempertahankan jumlah tenaga kerja pada tingkat permintaan terendah dan memenuhi
kebutuhan permintaan selebihnya dengan sub kontrak. Alternatif ini juga tidak ada
lembur dan kerja paruh waktu (part time).

Pertanyaan :

Tentukan alternatif strategi yang mesti dipilih oleh manajemen PT. Gemah Ripah tersebut !

Pembahasan:

Alternatif 1. Variasi tingkat persediaan


Produksi rata-rata / hari = 6200 / 124 = 50 unit/hari, 1 unit produk perlu waktu 1,6 jam, sedang
jam kerja per hari 8 jam, sehingga 1 karyawan menghasilkan produk 8 / 1,6 = 5 unit/hari,
sehingga untuk menghasilkan 50 unit/hari perlu tenaga kerja 50 / 5 = 10 orang.

Jumlah produksi yang dihasilkan dapat dihitung seperti tabel berikut :

Prakiraan Jumlah hari Jumlah Perubahan Akumulasi


Bulan
permintaan kerja Produksi persediaan persediaan
Jan 900 22 1100 200 200
Feb 700 18 900 200 400
Maret 800 21 1050 250 650
April 1200 21 1050 -150 500
Mei 1500 22 1100 -400 100
Juni 1100 20 1000 -100 0
Jumlah 6200 124 6200 0 1850

Biaya yang timbul :


a. Biaya Tenaga Kerja = 10 X 124 X Rp 20.000,00 = Rp 24.800.000,00
b. Biaya Persediaan = 1.850 X Rp 1.000,00 = Rp1.850.000,0
Jumlah = Rp 26.650.000,00
Alternatif 2. Variasi Jumlah Tenaga Kerja
Asumsinya pada awal periode jumlah tenaga kerja = 10 orang, sehingga jumlah tenaga kerja
yang diperlukan pada bulan Januari = 900 / 22 / 5 = 8 orang. Biaya tenaga kerja = 22 X 8 X Rp
20.000,00 = Rp 3.520.000,00 dan seterusnya.

Perhitungan lengkap alternatif ini sebagai berikut :

Prakiraan Jumlah hari Kebutuhan Tambahan Pengurangan


Bulan Biaya TK
permintaan kerja TK TK TK
Jan 900 22 8 3.520.000 - 2
Feb 700 18 8 2.880.000 - -
Maret 800 21 8 3.360.000 - -
April 1200 21 11 4.620.000 3 -
Mei 1500 22 14 6.160.000 3 -
Juni 1100 20 11 4.400.000 - 3
Jumlah 6200 124 60 26.400.000 6 5

 Biaya yang timbul :


a. Biaya Tenaga Kerja = Rp 26.400.000,00
b. Biaya Tambahan TK = 6 X Rp 50.000,00 = Rp300.000,00
c. Biaya Pengurangan TK = 5 X Rp 100.000,00 = Rp500.000,00
Jumlah = Rp 27.200.000,00

Alternatif 3. Strategi Sub Kontrak


Tenaga kerja ditetapkan sesuai permintaan terendah yaitu permintaan bulan Februari = 700, rata-
rata produksi per hari = 700 / 18 = 38,8 unit = 39 unit. Tenaga kerja yang diperlukan = 39 / 5 =
7,8 orang = 8 orang. Jumlah tenaga kerja selama Januari-Juni dipertahankan tetap 8 orang.
Perhitungan lengkap strategi ini sebagai berikut :

Prakiraan Jumlah hari Jumlah Jumlah


Bulan Persediaan
permintaan kerja Produksi SubKontrak
Jan 900 22 880 - 20
Feb 700 18 720 20 -
Maret 800 21 840 40 -
April 1200 21 840 - 360
Mei 1500 22 880 - 620
Juni 1100 20 800 - 300
Jumlah 6200 124 4960 60 1300
Jumlah produksi per bulan diperoleh dari perkalian antara jumlah hari kerja dengan jumlah
tenaga kerja dengan rata-rata produksi TK / hari. Contoh jumlah produksi bulan Januari = 22 X 8
X 5 = 880 unit dan seterusnya. Kekurangan produksi 20 unit dipenuhi dengan Sub kontrak.

 Biaya yang timbul :


a. Biaya Tenaga Kerja = 8 X 124 X Rp 20.000,00 = Rp 19.840.000,00
b. Biaya Persediaan = 60 X Rp 1.000,00 = Rp 60.000,00
c. Biaya Sub kontrak = 1300 X Rp 5.000,00 = Rp 6.500.000,00
Jumlah = Rp 26.400.000,00

Kesimpulan :
Manajemen sebaiknya memilih alternatif 3 yaitu Strategi Sub kontrak dengan menggunakan TK
tetap sebanyak 8 orang karena biayanya termurah.

2. Pendekatan Matematis Dalam Perencanaan


Beberapa pendekatan matematis terhadap perencanaan agregat telah banyak
dikembangkan diantaranya:

a) Metode Transportasi Dalam Program Linear


Jika masalah perencanaan agregat dipandang sebagai masalah alokasi kapasitas operasi
untuk memenuhi permintaan yang diperkirakan, maka rencana agregat dapat dirumuskan
dalam format program linear.

b) Linear Decision Rule


Merupakan model perenxcanaan agregat yang berupaya untuk mengoptimalkan tingkat
produksi dan tingkat jumlah tenaga kerja sepanjang periode tertentu.Model ini
meminimisasi biaya total dari biaya gaji, rekrutmen, PHK, lembur, dan persediaan
melalui serangkaian kurva biaya kuadrat.

c) Management Coefficient Model


Dikembangkan oleh E.H Bowman yang membangun suatu model keputusan formal di
seputar pengalaman dan kinerja manajer. Teori yang mendasari adalah pengalaman masa
lalu manajer cukup baik, sehingga dapat digunakan sebagai dasar menetapkan keputusan
di masa depan. Teknik ini menggunakan analisa regresi terhadap keputusan produksi
yang diambil manajer di masa lalu.

d) Simulasi
Suatu model computer yang dinamakan “ Penjadwalan lewat simulasi” yang
dikembangakan tahun 1966 di R.C Vergin. Pendekatan simulasi ini menggunakan
prosedur pencarian kombinasi nilai yang biayanya minimal untuk ukuran jumlah tenaga
kerja dan tingkat produksi.

E. Perencanaan Agregat di Bidang Jasa

Perecanaan agregat di bidang jasa lebih menekankan pada peran manajemen permintaan dan
tenaga kerja. Perencanaan agregat di bidang jasa pada umumnya dilakukan dengan mencari
kombinasidari delapan pilihan.

Pengendalian biaya tenaga kerja dalam perusahaan jasa menjadi sangat penting. Upaya
pengendalian dilakukan dengan teknik yang dianggap sukses yaitu :

1. Melakukan penjadwalan jam kerja yang ketat untuk memastikan respons cepat terhadap
permintaan pelanggan
2. Merekrut atau memberhentikan tenaga kerja siap dipanggil untuk memenuhi
permintaanyang tidak terduga
3. Fleksibilitas keterampilan pekerja individu yang memungkinkanalokasi ulang tenagakerja
yang tersedia
4. Fleksibilitas tingkat output atau jam kerja karyawan untuk memenuhi permintaan yang
meningkat.

Lima scenario perencanaan agregat di bidang jasa :

1. Restoran
 Perencanaan agregat ditujukan untuk :
a. Memperlancar tingkat produksi.
b. Menentukan jumlah tenaga kerja untuk dipekerjakan.
 Pendekatan : Memerlukan penumpukkan persediaan selama periode puncak, tetapi
menggunakan tenaga kerja untuk mengakomodasi hamper seluruh perubahan permintaan.

2. Rumah Sakit
Rumah sakit menghadapi permasalahan perencanaan agregat dalam pengalokasian dana,
karyawan, dan pasokan untuk memenuhi permintaan pasien. Perencanaan yang terfokus pada
karyawan telah mendorong terciptanya kumpulan staf perawat mengambang yang baru.

3. Rantai Nasional Perusahaan Jasa Kecil


Bentuk usaha ini contohnya jasa rumah duka, bengkel mobil, toko fotokopi/
percetakan,dan pusat komputer. Permasalahan: perencanaan agregat vs perencanaan mandiri
di awal penetapan bisnis. Baik output maupun pembelian direncanakan secara terpusat ketika
permintaan dapat dipengaruhi melalui promosi khusus. Pendekatan pada penjadwalan agregat
ini sangat menguntungkan karena mengurangi biaya pembelian dan promosi, serta membantu
mengelola arus uang secara mandiri.

4. Layanan Lain-lain
Bentuk usaha ini seperti keuangan, transportasi, jasa komunukasi dan rekreasi.
Kebanyakan usaha jasa ini memberikan output yang intangible (tidak terlihat). Perencanaan
agregat ditujukan berkaitan dengan kebutuhan sumber daya manusia dan mengelola
permintaan. Tujuannya menentukan puncak permintaan dan merancang metode secara penuh
memanfaatkan sumber daya tenaga kerja selama periode permintaan rendah.

5. Industri Penerbangan
Industri Penerbangan Perencanaan agregat pada industri penerbangan akan terdiri dari
tabel atau jadwal mengenai:

1. Jumlah penerbangan yang keluar-masuk dari setiap pusat kegiatan.


2. Jumlah penerbangan pada semua jalur
3. Jumlah penumpang yang akan dilayani pada semua penerbangan
4. Jumlah awak pesawat dan landasan yang diperlukan pada setiap pusat kegiatan dan
bandara
5. Penentuan jumah tempat duduk untuk dialokasikan keberbagai kelas biaya.

Teknik untuk membuat alokasi ini disebut manajemen imbal hasil.

F. Manajemen Imbal Hasil

Manjemen imbal hasil atau pendapatan (yield or revenue management) merupakan proses
perencanaan agregat dalam mengalokasika sumber daya bagi pelanggan pada harga yang akan
memaksimalkan imbal hasil atau pendapatan. Gagasannya adalah menyesuiakan kurva
permintaan dengan membebankan biaya berdasarkan kesediaan pelanggan untuk membayar.
(Manajemen Operasi Jay Heizer & Barry Render hal 171).

Contoh penerapan manajemen imbal hasil adalah rantai usaha perhotelan Dellas Omni yang
menetapkan harga termahalnya (sekitar $279) pada hari kerja, tetapi memberikan diskon besar
pada akhir pekan. Ini berhubungan, apabila pada akhir pekan, pengunjung hotel akan meningkat
sehingga untuk menarik jumlah pelanggan ditawarkan harga diskon yang tinggi. Hotel Omni di
San Antonio, yang lebih merupakan tujuan wisatawan, menawarkan harga lebih rendah bagi
konsumennya di hari kerja. Ini berhungan, apabila di hari kerja maka kunjungan wisatawan akan
menurun karena bukan hari libur. Untuk mengantisipasi penurunan keuntungan maka di hari
kerja Hotel Omni menawarkan harga lebih rendah di hari kerja untuk menekan menurunnya
pengunjung di hari kerja
Supaya manajemen imbal hasil dapat berfungsi, perusahaan baru harus dapat mengelola tiga
persoalan berikut:

1. Struktur harga majemuk. Berbagai penetapan harga harus dapat diterapkan dan adil
kepada pelanggan. Seperti, harga kursi kelas VIP di kereta berbeda dengan harga kursi
kelas ekonomi dan tentunya berbeda pula kualitasnya.
2. Prediksi penggunaan dan jangka waktu. Manajer harus mempertimbangkan berapa
persediaan kursi kelas ekonomi yang disediakan di akhir pekan dan di hari kerja. Manajer
mempertimbangkan berapa banyak baju lebaran akan diproduksi di hari lebaran
dibandingkan di hari biasa.
3. Perubahan permintaan. Hal ini berarti mengelola penggunaan yang meningkat sejalan
dengan lebih banyaknya kapasitas yang terjual. Hal ini juga berarti berurusan dengan
permasalahn yang terjadi karena penetapan struktur harga mungkin tidak terlihat adil dan
logis bagi semua pelanggan. Pada akhirnya, hal ini berarti mengelola persediaan baru,
seperti kelebihan pemesanan.
DAFTAR PUSTAKA

https://nafaaa.blogspot.com/2015/06/perencanaan-agregat-di-bidang-jasa.html

https://www.pelajaran.co.id/2018/22/pengertian-ciri-sifat-fungsi-tujuan-dan-strategi-
perencanaan-agregat.html

https://maydafridayanthi.wordpress.com/2015/12/14/perencanaan-agregat-manajemen-
operasional/

http://maalikghaisan.blogspot.com/2018/03/perencanaan-agregat.html

Anda mungkin juga menyukai