Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

ASUHAN KEPERAWATAN PADA OASTEOARTRITIS

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 :

Rico Padli Ramadan Sinur Liani


Rini Juanda Siti Nabila
Rahmi Rahayu Silvi Febriani Putri
Resty Sanara Sylvi Deputrianda Murni
Riri Febrikasary Taufiqqurahman
Roby Suhendra Tika Sari
Reza Khoiro Ummah Tria Ayuni Wulandari
Rohadatul Nadhifah Ulfi Fadilah Budiyanti
Roni Trio Finesya Viona Anisa Sabilla
Sherly Fadhilah Yudhi Ariesandi Rauf

Dosen Pembimbing :

Ns. Ida Suryati,.M.kep

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya makalah ini. Makalah ini
kami buat dalam memenuhi tugas mata kuliah ”Keperawatan Medikal Bedah II”. Makalah ini
kami buat untuk membantu memahami tentang “Asuhan Keperawatan pada Pasien
Osteoartritis” baik teori maupun Asuhan Keperawatan yang di buat berdasarkan contoh
kasus.

Dengan adanya makalah ini, para pembaca diharapkan mampu mengembangkan dan
menambah pengetahuan mereka disamping adanya buku– buku referensi dan makalah yang
lain, makalah ini bukan suatu hasil yang sempurna, dengan adanya waktu - waktu yang akan
datang diperlukan proses perbaikan dan penyempurnaan.

Apabila Makalah ini terdapat kekurangan - kekurangan, maka kami sebagai penyusun
makalah ini mengharapkan kritikan dan saran dari para pembaca.

Harapan kami semoga makalah ini berguna bagi semua pembaca. Kritik dan saran
yang membangun sangat kami harapkan untuk pembelajaran berikutnya.

Terima kasih.

Bukittinggi, 02 April 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER.................................................................................................................................i
KAT APENGANTAR..........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang............................................................................................................4
B. Rumusan masalah......................................................................................................5
C. Tujuan........................................................................................................................5

BAB II
PEMBAHASAN
A. anatomi fisiologi dari penyakit osteoartritis..............................................................6
B. definisi dari oateoartritis............................................................................................6
C. epidemiology osteoartritis..........................................................................................7
D. klasifikasi dari osteoartritis........................................................................................8
E. penyebab dari oateoartritis.........................................................................................8
F. patofosiology dari osteoartritis..................................................................................10
G. pemeriksaan penunjang dari osteoartritis...................................................................11
H. manifestasi klinis dari osteoartritis............................................................................11
I. penatalaksanaan dari oateoartritis..............................................................................12
J. Asuhan keperawatan..................................................................................................13

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................................23
B. Saran..........................................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................24

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Osteoartritis adalah penyakit pada sendi yang paling sering mengakibatkan


disabilitas pada usia lanjut. Osteoartritis merupakan suatu penyakit degeneratif
sendi.Salah satu sendi yang paling sering mengalami osteoartritis adalah sendi lutut.
Osteoartritis berdampak buruk terhadap aspek sosial ekonomi. Osteoartritis
menurunkan produk domestik bruto negara maju sebesar 1%-2,5%. Prevalensi
osteoartritis sendi lutut di Indonesia sebesar 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita
yang berusia di antara 40-60 tahun. Penelitian di klinik reumatologi RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung pada tahun 2007 dan 2010 mendapatkan bahwa osteoartritis
merupakan 74,48% dari seluruh kasus nyeri sendi pada tahun 2007, dan 87% dari
kasus osteoartritis merupakan osteoartritis sendi lutut. Osteoartritis jika tidak
ditangani dapat menyebabkan 80% lansia kesulitan untuk berjalan, membungkuk,
ataupun berdiri, sedangkan 20% lansia bahkan tidak melakukan kegiatan
sehariharinya. Hal ini menyebabkan penurunan kualitas hidup lansia (WHO, 2016)
Menurut World Health Organizatin (WHO), prevalensi OA di seluruh dunia
termasuk dalam kategori tinggi berkisar 40% penduduk yang berusia >70 tahun. Di
Amerika Serikat, prevalensinya meningkat sekitar 60%-100% pada tahun 2020
(Triyono, 2018). Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 penyakit
sendi merupakan gangguan nyeri sendi yang disertai dengan kekakuan, kemerahan,
dan bengkak bukan karena benturan/ kecelakaan. Penyakit sendi yang dimaksud
antara lain OA, nyeri akibat asam urat yang tinggi/ hiperurisemia akut maupun kronis,
dan rheumatoid arthritis.
Berdasarkan dari data Riskesdas tahun 2018, prevalensi penyakit sendi atau
rematik secara nasional di Indonesia tercatat sebesar 7,3% dan penyakit sendi terjadi
pada masyarakat di rentang usia 15 – 24 tahun (angka prevalensi sekitar 1,3%), angka
prevalensi terus meningkat pada rentang usia 24 – 35 tahun (3,1%) dan rentang usia
35 – 44 tahun (6,3%). Di Jawa Timur pada tahun 2018 jumlah prevalensi pasien
osteoarthritis sebanyak 6,72% (RI, 2018).

4
Berdasarkan Provinsi di Indonesia, prevalensi penyakit sendi tertinggi dijumpai di
Provinsi Aceh (13,26%) dan terendah di Sulawesi Barat (3,16%). Prevalensi penyakit
sendi menurut pekerjaan di Indonesia cenderung lebih tinggi pada pekerja buruh tani
yaitu 9,86%. Prevalensi penyakit sendi berdasarkan jenis kelamin di Indonesia
cenderung lebih tinggi pada perempuan daripada pria. Di Indonesia OA genu
prevalensinya cukup tinggi yaitu 6,13% pada pria dan 8,46% pada wanita (RI, 2018).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana anatomi fisiologi dari penyakit osteoartritis?
2. Apa definisi dari oateoartritis ?
3. Bagaimana epidemiology osteoartritis ?
4. Apa saja klasifikasi dari osteoartritis?
5. Apa saja penyebab dari oateoartritis?
6. Bagaimana patofosiology dari osteoartritis ?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang dari osteoartritis ?
8. Bagaimana manifestasi klinis dari osteoartritis ?
9. Bagaimana penatalaksanaan dari oateoartritis ?
10. Bagaimana asuhan keperawatannya ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui Bagaimana anatomi fisiologi dari penyakit osteoartritis
2. Untuk mengetahui Apa definisi dari oateoartritis
3. Untuk mengetahui Bagaimana epidemiology osteoartritis
4. Untuk mengetahui Apa saja klasifikasi dari osteoartritis
5. Untuk mengetahui Apa saja penyebab dari oateoartritis
6. Untuk mengetahui Bagaimana patofosiology dari osteoartritis
7. Untuk mengetahui Apa saja pemeriksaan penunjang dari osteoartritis
8. Untuk mengetahui Bagaimana manifestasi klinis dari osteoartritis
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari oateoartritis
10. Untuk mengetahui asuhan keperawatan

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. ANATOMI FISIOLOGY
Anatomi merupakan ilmu yang mempelajari struktur tubuh dan hubungan
antara struktur tubuh tersebut, sedangkan ilmu yang mempelajari tentang fungsi tubuh
dan cara kerja tubuh adalah fisiologi (Dafriani & Prima, 2019).

Pertemuan antara dua tulang atau lebih disebut sendi. Sendi genu merupakan
bagian dari ekstremitas inferior yang menghubungkan antara tungkai atas dengan
tungkai bawah. Sendi genu adalah sendi paling besar dalam tubuh yang terdiri dari 4
tulang yaitu tulang femur, tibia, patella dan fibula. Patella merupakan suatu tulang
sesamoid besar yang terdapat di dalam tendon M. quadricephs femoris (Pratama,
2019).

Sendi genu mempunyai otot fleksor dan ekstensor yang kuat serta mempunyai
ligament yang kuat. Yang mengatur pergerakan kaki ialah fungsi dari sendi genu.
Tulang tersebut di hubungkan dengan berbagai cara misalnya dengan kapsul sendi,
ligament, tendon, fasia, atau otot (Schunke et al., 2015).

B. DEFINISI
Osteoartritis adalah suatu penyakit kronis yang mengenai sendi dan tulang
disekitar sendi tersebut. Osteoartritis (OA) juga disebut sebagai penyakit sendi

6
degeneratif yang ditandai oleh degenerasi tulang rawan yang mengakibatkan
kegagalan fungsi dan struktur sendi sinovial.
Osteoarthritis berasal dari bahasa yunani yang berarti osteo itu tulang, arthro
yang berarti sendi, itis yang berarti inflamasi atau peradangan. Osteoarthritis (OA)
merupakan penyakit kronis jangka panjang yang ditandai dengan degradasi atau
kemunduran tulang rawan (kartilago) dimana sendi ini menyebabkan tulang saling
bergesekan dan menyebabkan timbulnya kekakuan, nyeri, bengkak, gerak terbatas dan
gangguan aktivitas sehari-hari (Ismaningsih & Selviani, 2018).
Osteoarthritis menurut American College of Rheumatology merupakan
sekelompok penyakit heterogen yang menyebabkan tanda dan gejala sendi.
Osteoarthritis adalah penyakit sendi degenerasi non inflamasi yang terjadi pada sendi
yang dapat digerakkan dan sendi yang menahan berat badan, dan ditandai dengan
kerusakan tulang rawan sendi serta pembentukan tulang baru (osteofit) di tepi tulang,
karena perubahan biokimia, metabolisme, fisiologis dan patologis pada tulang rawan
sendi dan tulang subkondral (Pratama, 2019).
Ada defini lain bahwa Osteoartritis (OA) adalah gangguan kronis sendi
sinovial dimana terjadi pelunakan progersif dan disintegrasi dari tulang rawan
artikular yang disertai dengan pertumbuhan baru dari tulang rawan pada margin sendi
(0steofit), pembentukan kista, dan sklerosis pada tulang subkondral, sinovitis ringna
dan fibrosis kapsular.

C. EPIDEMIOLOGY
Di Indonesia, prevalensi osteoartritis mencapai 5% pada usia 61 tahun.
Menurut Riskesdas tahun 2013, prevalensi penyakit sendi berdasarkan diagnosa
tenaga kesehatan di Indonesia 11,9% dan berdasarkan gejala 24,7%. Prevalensi
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan tertinggi di Bali 19,3% sedangkan
berdasarkan gejala tertinggi di Nusa Tenggara Timur 33,1%, Jawa Barat 32,1%, Bali
30%, DKI Jakarta 21,8%. Jika dilihat dari karakteristik umur, prevalensi tertinggi
pada umur ≥ 75 tahun (54, 8 %). Penderita wanita juga lebih banyak (27,5%)
dibandingkan dengan pria (21,8%).
Prevalensi OA lebih banyak pada wanita dibandingkan pada pria. Secara
keseluruhan usia di bawah 45 tahun frekuensi OA kurang lebih sama pada laki-laki
dan wanita. Tetapi diatas 50 tahun (setelah menopause) frekuensi OA lebih banyak
pada wanita daripada pria. Osteoarthritis (OA) adalah gangguan sendi yang paling

7
umum di Amerika Serikat. OA lutut simtomatik terjadi pada 10% pria dan 13% pada
wanita berusia 60 tahun atau lebih. Jumlah orang yang terkena OA simtomatik
kemungkinan akan meningkat karena penuaan populasi dan epidemi obesitas.

D. KLASIFIKASI
Osteoartritis dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Tipe primer (idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya yang
berhubungan dengan osteoartritis.
2. Tipe sekunder seperti akibat trauma, infeksi dan pernah fraktur

E. ETIOLOGY
Beberapa penyebab dan faktor predisposisi dari penyakit osteoartritis adalah sebagai
berikut:
1. Umur
Perubahan fisis dan biokimia yag terjadi sejalan dengan bertambahnya umur
dengan bertambahnya umur dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar air dan
endapannya berbentuk pigmen yang berwarna kuning.
2. Pengausan (wear and tear)
Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan sendi
melalui dua mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenarasi karena bahan yang
harus dikandungnya.

8
3. Kegemukan
Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang berat badan,
sebaliknya nyeri atau cacat yang disebabkan oleh osteoartritis mengakibatkan
seseorang menjadi tidak aktif dan menambah kegemukan.
4. Trauma
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma yang
menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi tersebut.
5. Keturunan
Heberden node merupakan salah satu bentuk osteoartritis yang biasanya
ditemukan pada pria yang kedua orangtuanya terkena osteoartritis, sedangkan
wanita hanya salah satu dari orangtunya yang terkena.
6. Akibat penyakit radang sendi lain
Infeksi (artritis remotord, infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan reaksi
peradangan dan pengeluaran enzim perusak matriks rawan sendi oleh membran
sinovial dan sel-sel radang.
7. Joint mallignment
Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, maka rawan sendi akan
membal dan menyebabkan sendi menjadi tidak stabil/seimbang sehingga
mempercepat proses degenarasi.
8. Penyakit endokrin
Pada hipertiroidisme terjadi produksi air dan garam-garam proteglikan yang
berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehingga merusak sifat fisik rawan
sendi, ligamen, tendon, sinovial, dan kulit. Pada diabetes melitus glukosa akan
menyebabkan produksi proteaglikan menurun.

9
9. Deposit pada rawan sendi
Hemokromasis, penyakit wilson, akronotis, kalsium pirofosfat dapat
mengendapkan hemosiderin, ada ligamen atau adanya perubahan metabolisme
sendi yang pad akhirnya mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi dan
kehancuran, tulang menjad tebal dan terjadi penyempitan rongga sendi yang
menyebabkan nyeri, kaki krippitasi, deformitas adanya hipertropi atau nodulus.

F. PATOFISILOGY
Lesi OA berasal dari degenerasi tulang rawan sendi dan perbaikan yang tidak
sesuai. Tulang rawan sendi merupakan permukaan dengan gesekan rendah yang
meneruskan beban pada tulang dibawahnya. Tulang rawan menahan kompresi melalui
bagian viskoelastis dari matriks ekstraseluler yang disekresi oleh kondrosit. Stres
biokimia yang berulang berperan dalam perkembangan OA, tetapi faktor genetik,
termasuk gen yang menyandi komponen matriks dan molekul persinyalan juga
berperan. Faktor-faktor tersebut diduga predisposisi penyebab kerusakan kondrosit,
yang selanjutnya menyebabkan perubahan matriks ekstraseluler.
Walaupun terjadi proliferasi yang menyintesis dan menyesekresi proteoglikan,
degradasi akhirnya melampaui sintesis dan komposisi proteoglikan berubah dalam
perjalanan penyakit. Sementara itu MMP yang disekresi oleh kondrosit mendegrdasi
anyaman kolagen tipe II. Sitokin dan faktor-faktor yang dikeluarkan oleh kondrosit
dan sel sinovium terutama TGF-β (yang menginduksi MMP), TNF, prostaglandin,
nitrit oksida, terlibat pada OA. Inflamsai ringan dan kronis berperan pada progresi
penyakit. Sebagai puncaknya hilangnya kondrosit dan matriks yang mengalami
degradasi keras menandai tahap lanjut penyakit

10
(1) pada pasien yang secara genetik (2) walaupun kondrosit dapat berproliferasi
mempunyai predisposisi, menyebabkan dan berusaha untuk memperbaiki matriks
perubahan pada matriks ekstraseluler. yang rusak, degradasi yang terus terjadi
melampuai perbaikan pada OA awal.

(3) OA lanjut ditandai oleh hilangnya


baik matriks maupun kondrosit dengan
kerusakan tulang subkondral.

Gambar diatas merupakan gambaran skematik osteoartritis (OA).

G. MANIFESTASI KLINIS
1. Rasa nyeri pada sendi
Merupakan gambaran primer pada osteoartritis,nyeri akan bertambah apabila
sedang melakukan sesuatu kegiatan fisik.
2. Kekakuan dan keterbatasan gerak
Biasanya akan berlangsung 15-30 menit dan timbul setelah istirah atau saat
memulai kegiatan fisik.

11
3. Peradangan
Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan dalam ruang
sendi akan menimbulkan pembengkakan dan peregangan simpai sendi yang
semua ini akan menimbulkan rasa nyaeri,
4. Mekanik
Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas fisik lama dan
akan berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada hubungannya dengan keadaan
penyakit yang telah lanjut dimana rawan sendi telah rusak berat.
Nyeri biasanya berlokasi pada sendi yang trekenan tetapi akan dapat menjalar,
misalnya pada osteoartritis coxae, nyeri dapat timbul atau diarasakan dilutut,
bokong sebelah lateril dan tungkai atas. Nyeri dapat timbul pada waktu dingin,
akan tetapi hal ini belum dapat diketahhui penyebabnya.
5. Pembengkakan sendi
Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan karena pengumpulan cairan
dalam ruang sendi biasanya teraba panas tanpa adanya pemerahan.
6. Deformitas
Disebabkan oleh distraksi lakal rawan sendi
7. Gangguan fungsi
Timbul akibat ketidakseraian antara tulang pembentuk sendi
8. Muscle arthropy (otot mengecil)
Lutut jarang digerakkan akibat dari respon patologi atau inhibisi nyeri, sehingga
terjadi kelemahan otot yang menyebabkan muscle arthropy
9. Krepitasi (bunyi “krek”)
Kerepitasi pada sendi lutut disebabkan oleh permukaan sendi yang kasar karena
degrdasi rawan sendi dan karena adanya penekanan pada kartilago yang
mengindikasikan sinovitis
10. Pemeriksaan penunjang
a. Foto rentgent menunjukkan penurunan progresif massa kartilago sendi sebagai
penyempitan rongga sendi
b. Serologi dan cairan sinovial dalam batas normal
11. Penatalaksanaan
a. Tindakan preventif, penurunan berat badan, pencegahan cedera, screening
sendi paha, pendekatan ergonomik untuk memodifikasi stress akibat kerja.
b. Farmakologi , obat NSAID bila nyeri muncul

12
c. Terapi konsertif, kompres hangat, mengistirahatkan sendi, pemakaian alat-alat
ortotik untuk menyangga sendi yang mengalami inflamasi.
d. Irigasi tidal (pembasuhan debris dari rongga sendi), debridemen artroscopik.
e. Pembedahan, artroplasti
12. Pencegahan
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya osteoartritis
yaitu :
a. Jaga berat badan
Untuk mencegah perkembangan osteoarthritis di kemudian hari, Anda
disarankan untuk senantiasa menjaga berat badan ideal. Kelebihan berat badan
dapat menempatkan tekanan berat pada bantalan sendi, seperti lutut atau
pinggul, dan meningkatkan keausan serta perpercahan pada tulang rawan.
b. Lindungi persendian dari cedera
Luka ringan berulang karena sering berlutut, berjongkok, atau postur lain yang
menempatkan tekanan pada sendi lutut dapat menyebabkan kerusakan tulang
rawan.
c. Olahraga Melakukan olahraga tertentu yang rendah impak, seperti bersepeda,
berjalan, dan berenang dapat memberikan manfaat pencegahan osteoarthritis,
seperti:
1) Membantu mengurangi nyeri
2) Menjaga fleksibilitas sendi
3) Meningkatkan kekuatan otot
4) Menguatkan tulang dan sendi
5) Mencegah deformitas sendi
6) Meningkatkan kebugaran

H. ASUHAN KEPERAWATAN PADA OSTEOARTHRITIS


1. Pengkajian
a. Identitas
Identitas pasien yang biasa dikaji pada penyakit sistem muskuloskeletal adalah
usia, karena ada beberapa penyakit muskuloskeletal banyak terjadi pada klien
diatas usia 60 tahun.
b. Keluhan utama

13
Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien dengan penyakit
muskuloskeletal seperti osteoarthritis klien mengeluh nyeri pada persendian
yang terkena, adanya keterbatasan gerak yang menyebabkan keterbatasan
mobilitas.
c. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat kesehatan ini berupa uraian mengenai penyakit yang diderita oleh
klien dari mulai timbulnya keluhan yang dirasakan sampai klien dibawa ke
Rumah sakit, dan apakah pernah memeriksa diri ke tempat lain selain rumah
sakit umum serta pengobatan apa yang pernah diberikan dan bagaimana
perubahannya dan data yang didapatkan saat pengkajian.
d. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat kesehatan yang lalu seperti riwayat penyakit muskuloskeletal
sebelumnya, riwayat pekerjaan pada pekerja yang berhubungan dengan
adanya penyakit muskuloskeletal, penggunaan obat-obatan, riwayat
mengkonsumsi alkohol dan merokok.
e. Riwayat penyakit keluarga
Yang perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit yang
sama karena faktor genetic atau keturunan.
Pemeriksaan fisik
a. Keadan umum
Keadaan umum klien lansia yang mengalami gangguan muskuloskeletal
biasanya lemah.
b. Kesadaran
Keadaan klien biasanya Composmetis dan Apatis.
c. Tanda-tanda vital
1) Suhu meningkat (>37˚C).
2) Nadi meningkat (N : 70-82x/menit).
3) Tekanan darah meningkat atau dalam batas normal.
4) Pernafasan biasanya mengalami meningkat atau normal.
Pemeriksaan Review Of System (ROS)
a. Sistem pernafasan
Dapat ditemukan peningkatan frekuensi nafas atau masih dalam batas normal.
b. Sistem sirkulasi

14
Kaji adanya penyakit jantung, frekuensi nadi apical, sirkulasi perifer, warna
dan kehangatan.
c. Sistem persarafan
Kaji adanya hilangnya gerakan/sensasi, spasme otot, terlihat kelemahan/hilang
fungsi. Pergerakan mata/kejelasan melihat, dilatasi pupi, agitasi (mungkin
berhubungan dengan nyeri/ansietas).
d. Sistem perkemihan
Perubahan pola berkemih, seperti inkontinensia urin, disuria, distesi kandung
kemih, warna dan bau urin, dan kebersihannya.
e. Sistem pencernaan
Konstipasi, konsisten feses, frekuensi eliminasi, auskultasi bising usus,
anoreksia, adanya distensi abdomen, adnya nyeri tekan abdomen.
f. Sistem musculoskeletal
Kaji adanya nyeri berat tiba-tiba atau mungkin terlokalisasi pada area jaringan,
dapat berkurang pada imobilisasi, kekuatan otot, kontraktur, Atrofi otot,
laserasi kulit dan perubahan warna.
Pola fungsi kesehatan
Yang perlu dikaji adalah aktivitas apa saja yang biasanya dilakukan sehubungan
dengan adanya nyeri pada persendian, ketidakmampuan mobilisasi.
a. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Menggambarkan persepsi, pemeliharaan, dan penanganan kesehatan.
b. Pola nutrisi
Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan dan elektrolit, nafsu makan,
diet, kesulitan menelan, ,mual/muntah, dan makanan kesukaan.
c. Pola eliminasi
Menjelaskan pola ekskresi, kandung kemih, defekasi, ada tidaknya masalah
defekasi, masalah nutrisi, dan pengguanaan kateter.
d. Pola tidur dan istirahat
Menggambarkan pola tidur, istirahat, dan persepsi terhadap energy, jumlah
jam tidur pada siang dan malam, masalah tidur, dan insomnia.
e. Pola aktivitas dan latihan
Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan dan sirkulasi,
riwayat penyakit jantung, frekuensi, irama, dan kedalaman pernafasan.
f. Pola hubungan dan peran

15
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien terhadap anggota
keluarga dan masyarakat sebagai tempat tinggal, pekerjaan, tidak punya
rumah, dan masalah keuangan.
g. Pola sensori dan kognitif
Menjelaskan persepsi sensori dan kognitif. Pola persepsi sensori meliputi
pengkajian penglihatan, pendengaran,perasaan dan pembau. Pada klien
katarak dapat ditemukan gejala gangguan penglihatan perifer, kesulitan
memfokuskan kerja mata dan merasa diruang gelap.
h. Pola konsep diri
Menggambarkan tentang sikap diri sendiri dan persepsi terhadap kemampuan
konsep diri. Konsep diri menggambarkan gambaran diri, harga diri, peran diri
dan identitas diri.
i. Pola seksual dan reproduksi
Menggambarkan kepuasan/masalah terhadap seksualitas.
j. Pola mekanisme koping
Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Menggambarkan dan menjelaskan pola, nilai keyakinan termasuk spiritual.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b.d agen pencederaan fisiologis (inflamasi)
b. Defisit perawatan diri b.d gangguan psikologis dan atau psikotik (kelemahan)
c. Resiko cedera b.d perubahan fungsi psikomotor (penurunan fungsi tulang)

3. Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa
NO SIKI SLKI
Keperawatan

1 Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nyeri


pencederaan fisiologis keperawatan selama ... x24 Tindakan
(inflamasi) jam maka tingkat nyeri Observasi :
menurun dengan kriteria  Identifikasi skala nyeri
hasil :  Identifikasi lokasi,
 Kemampuan karakteristik, durasi,

16
menuntaskan aktifitas frekuensi, intensitas
meningkat nyeri
 Keluhan nyeri menurun
 Meringis menurun Terapeutik :

 Ikap protektif menurun  Berikan terknik non

 Gelisah menurun farmakologis untuk


mengurangi nyeri
 Kesulitan tidur menurun
 Sediakn materi dan
 Menarik diri menurun
media pendidian
 Berfokus pada diri
keehatan
sendiri menurun
 Jadwalkan pendidikan
 Diaforesis menurun
kesehatan sesuai yang
 Perasaan depresi
disepakati
menurun
 Berikan kesempatan
 Perasaan takut
untuk bertanya
mengalami cidera ulang
menurun
Edukasi :
 Anoreksia menurun
 Ajarkan teknik
 Perineum terasa terasa
nonfarmakologis untuk
tertekan menurun
mengurangi nyeri
 Keteganggan otot
 Jelaskan
menurun
penyebab,periode, dan
 Muntah menurun
pemicu nyeri
 Mual menurun  Anjrkan mamonitor
 Frekuensi nadi membaik nyeri secara mandiri
 Pola napas membaik
Anjurkan menggunakan
 Tekanan darah membaik
anaalgetik secara tepat
 Proes berfikir membaik
 Fokus membaik
 Proses berkemih
membaik
 Nafsu makan membaik

17
 Pola tidur membaik

2 Defisit perawatan diri Setelah dilakukan intervensi Dukungan Perawatan


b.d gangguan keperawatan selama ... x24 Diri
psikologis dan atau jam maka perawatan diri Tindakan
psikotik (kelemahan) meningkat dengan kriteria Observasi :
hasil :  Identifikasi kebiaasaan
 Kemampuan mandi aktivitas perawatan diri
meningkat sesuai usia
 Kemampuan  Monitor tingkat
mengganakan pakaian kemandirian
meningkat  Identifikasi kebutuhan
 Kemampuan makan alat bantu kebersihan
meningkat diri,berpakaian ,berhias
 Kemampuan ke toilet ,dan makan
(BAK/BAB)meningkat
 Verbalisasi keinginan Terapeutik :
melakukan perawatan
 Sediakan lingkungan
diri meningkat
yang terapeutik
 Minat melakukan
 Siapkan keperluan
perwatan diri meningkat
pribadi
 Mempertahankan
 Dampingi dalam
kebersihan diri
melakukan perawatan
meningkat
diri sampai mandiri
 Mempertahankan
 Fasilitassi untuk
kebersihan mulut
menerima keadaan
meningkat
ketergantungan
 Fasilitasi
kemandirian ,bantu jika
tidak mampu
melakukan perawatan
diri
 Jadwalkan rutinits

18
perawatan diri

Edukasi :

Anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai
kemampuan

3 Resiko cedera b.d Setelah dilakukan intervensi Pencegahan Cedera


perubahan fungsi keperawatan selama ... x24 Tindakan
psikomotor (penurunan jam maka tingkat cedera Observasi :
fungsi tulang) menurun dengan kriteria  Identifikasi area
hasil : lingkungan yang
 Toleransi aktivitas berpotensi
meningkat menyebabkan cedera
 Nafsu makan meningkat  Identikfikasi obat yang
 Toleransi makanan berpotensi
meningkat menyebabkan cedera
 Kejadian cedera  Identifikasi kesesuaian
menurun alas kakiatau stoking
 Luka/lecet menurun elastis pada eksremitas

 Ketegangan otot bawah

menurun
 Fraktur menurun Terapeutik :
 Pendarahan menurun
 Sediakan pencahayaan
 Ekspresi wajah
yang memadai
kesakitan menurun
 Gunakan lampu tidur
 Agitasi menurun
selama jam tidur
 Iritabilitas menurun
 Sosialisasikan pasien
 Gangguan mobilitas
dan keluarga dengan
menurun
lingkungan ruang
 Gangguan kognitif rawat (misal :

19
menurun penggunaan
 Tekanan darah membaik telepon,tempat
 Frekuensi nadi membaik tidur,penerangan

 Frekuensi nafas ruangan dan lokasi

membaik kamar mandi)

 Denyut jantung apical  Gunakan alas lantai

membaik jika berisiko

 Denyut jantung radialis mengalami cedera

membaik serius
 Sediakan alas kaki anti
Pola istirahat/tidur membaik
slip
 Sediakan pispot atau
urinal untuk eliminasi
di tempat tidur,jika
perlu
 Pastikan bel panggilan
atau telepon mjudah
dijangkau
 Pastikan barang-barang
[ribadi mudah
dijangkau
 Pertahankan posisi
tempat tidur di posisi
terendah saat
digunakan
 Pastikan roda tempat
tidur atau kursi roda
dalam posisi terkunci
 Gunakan pengaman
tempat tidur sesuai
dengan kebijakan
fasilitas pelayanan

20
kesehatan
 Pertimbangkan
penggunaan alarm
elektronik pribadi atau
alarm sensor pada
tempat tidur atau kursi
 Diskusikan mengenai
latihan dan terapi fisik
yang diperlukan
 Diskusikan mengenai
alat bantu mobilitas
yang sesuai (misal:
tongkat atau alat bantu
jalan)
 Diskusikan bersama
anggota keluarga yang
dapat mendampingi
pasien
 Tingkatkan frekuensi
observasi dan
pengawasan
pasien,sesuai
kebutuhuan

Edukasi :
 Jelaskan alasan
intervensi pencegahan
jatuh ke pasien dan
keluarga

Anjurkan berganti posisi


secara perlahan dan duduk
selama beberapa menit

21
sebelum berdiri

4. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan bagian dari proses keperawatan. Tujuan
implementasi adalah mengatasi masalah yang terjadi pada manusia. Setelah
rencana keperawatan disusun, maka rencana tersebut diharapkan dalam tindakan
nyata untuk mencapai tujuan yang diharapkan, tindakan tersebut harus terperinci
sehingga dapat diharapkan tenaga pelaksanaan keperawatan dengan baik dan
sesuai dengan waktu yang ditentukan Implementasi ini juga dilakukan oleh
perawat dan harus menjunjung tinggi harkat dan martabat sebagai manusia yang
unik (Djuanda Adhi, 2010).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahapan akhir dari proses keperawatan. Evaluasi menyediakan
nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah direncanakan dan
merupakan perbandingan dari hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang telah
dibuat pada tahap perencanaan (Elizabeth,2009).
Menurut Mansjoer Arif (2005), evaluasi keperawatan ada 2 yaitu:
a. Evaluasi proses (formatif)
b. Evaluasi hasil (sumatif)

22
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Osteoartritis adalah penyakit pada sendi yang paling sering mengakibatkan
disabilitas pada usia lanjut. Osteoartritis merupakan suatu penyakit degeneratif sendi.
Salah satu sendi yang paling sering mengalami osteoartritis adalah sendi lutut.
Osteoartritis berdampak buruk terhadap aspek sosial ekonomi. Osteoarthtritis dapat
terjadi pada sendi manapun, namun yang paling sering terjadi yaitu osteoarthritis pada
sendi lutut. Tanda dan gejala Osteoarthritis lutut antara lain, nyeri disekitar lutut,
kelemahan otot, keterbatasan lingkup gerak sendi lutut, krepitasi pembengkakan sendi
dan ketidakstabilan sendi lutut. Hal tersebut menyebabkan gangguan gerak dan fungsi
dalam pemenuhan kebutuhan serta aktivitas sehari – hari.

A. SARAN
Dalam penyusun makalah ini sangat jauh dari penyempurnaan maka saran,
kritikal, idea dari mahasiswa atau mahasiswi yang bersifat menambah dan
membangun maka penulis sangat mengharapkan demi penyempurnaan makalah ini.

23
DAFTAR PUSTAKA

Tavip Dwi Wahyuni. (2021). Asuhan Keperawatan Gangguan Muskuloskeletal. Penerbit


NEM. Jawa Tengah.

Vinay Kumar. Abdul K.Abbas.Jon C. Aster.(2019) Buku Ajar Patologi Dasar Robbins.
Elsevier Health Sciences.

Jimmy Kuncoro dr. (2022). Buku Ajar Blok Muskuloskeletal-Aspek Orthopaedi Edisi 1.
Airlangga University Press. Surabaya.

Yuqing Zhang & Joanne M. Jordan.MD.MPH. (2010). Epidemiology Of Osteoartritis.


Disitasi dari : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2920533/

Jonathan J Sibarani1.,Atta Kuntara dkk.(2021) Korelasi Usia dan Derajat Osteoartritis


Sendi Lutut Berdasarkan Sistem Klasifikasi Kellgren-Lawrence di RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung Tahun 2019-2020. Universitas Padjajaran. Bandung. Disitasi dari :
https://journal.maranatha.edu/index.php/jmh/article/download/3218/1764/

Isnaini Via Zuraiyahya & Harmayetty Harmayetty,.dkk (2020) Pengaruh Intervensi


Alevum Plester (Zibinger Officinale dan Allium Sativum) Terhadap Nyeri sendi Pada
Lansia dengan Osteoartritis. Universitas Airlangga. Surabaya. Indonesia. Disitasi
dari : https://e-journal.unair.ac.id/IJCHN/article/download/19059/pdf

24

Anda mungkin juga menyukai