Anda di halaman 1dari 7

Referensi:

Boediono. 2018. Ekonomi Moneter. Yogyakarta: BPFE.


Nopirin. 2018. Ekonomi Moneter Buku 1. Yogyakarta: BPFE.

RUANG LINGKUP MONETER PERBANKAN MELIPUTI KONSEP DASAR PASAR UANG

Ekonomi moneter merupakan bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari tentang sifat fungsi
serta pengaruh uang terhadap kegiatan ekonomi. Secara umum, kegiatan ekonomi dapat
diartikan sebagai suatu kegiatan yang mempengaruhi tingkat pengangguran produksi; harga
dan hubungan perdagangan/pembayaran internasional. Oleh karena itu ekonomi moneter
mencakup/mempelajari beberapa hal diantaranya:
a. Peranan dan fungsi uang dalam perekonomian;
b. Sistem moneter serta pengaruhnya terhadap jumlah uang dan kredit;
c. Struktur dan fungsi dari bank sentral;
d. Pengaruh jumlah uang dan kredit terhadap kegiatan ekonomi;
e. Pembayaran serta sistem moneter internasional.
Pertanyaan yang sering muncul adalah: mengapa kita mempelajari ekonomi moneter? Ada dua
alasan/pertimbangan, yakni:
1. Dengan mempelajari ekonomi moneter dapatlah diketahui secara mendalam bagaimana
mekanisme penciptaan uang, tingkat bunga, pasar uang, sistem dan kebijaksanaan
moneter, serta pembayaran internasional;
2. Disamping itu, dapat mengetahui serta menganalisis beberapa fenomena moneter
dalam kaitannya dengan efek kebijaksanaan moneter terhadap kegiatan ekonomi.
Dengan demikian dapat menambah pengetahuan kita tentang beberapa lembaga serta konsep
yang berkaitan dengan uang, bank dan kegiatan ekonomi yang dijumpai/dihadapi sehari-hari.
Efek daripada kebijaksanaan moneter terhadap pekerjaan serta pendapatan kita perlu
dipahami dengan seksama agar supaya arah kebijaksanaan tersebut dapat sejalan dengan
keinginan kita. Untuk pemahaman ini diperlukan pengetahuan tentang ekonomi moneter,
khususnya kebijaksanaan moneter, yakni pengaturan tentang uang dan perbankan untuk
mencapai tujuan pembangunan ekonomi.
A. Pasar Uang
Definisi yang paling singkat dari teori moneter adalah teori mengenai bekerjanya “pasar
uang”. Apa yang dimaksud dengan “pasar uang”?. “Pasar” diartikan sebagai pertemuan
antara permintaan dan penawaran. Apabila permintaan bertemu penawaran di “pasar”,
maka akan terjadi transaksi. Tranksasi merupakan kesepakatan antara apa yang diinginkan
pembeli dan apa yang diinginkan penjual. Dalam transaksi seperti itu kedua belah pihak
mencapai kesepakatan mengenai dua hal, yaitu “harga” dan “volume” dari apa yang
ditransaksikan. Dalam hal pasar uang, yang ditransaksikan adalah hak untuk menggunakan
uang (untuk dibelanjakan barang dan jasa) untuk jangka waktu tertentu. Jadi di pasar
tersebut terjadi transaksi pinjam-meminjam dana, yang selanjutnya menimbulkan hubungan
hutang-piutang. “Barang” yang ditransaksikan adalah secarik kertas berupa “surat hutang”
(atau janji untuk membayar sejumlah uang tertentu pada suatu waktu nanti). Dalam
transaksi pinjam-meminjam, maka orang yang meminjam atau debitur menjual surat
hutangnya kepada orang yang meminjamkan atau kreditur, debitur menerima uang tunai
dan kreditur menerima surat hutang.

B. Peranan dan Fungsi Uang


Uang tidak lain adalah segala sesuatu yang dapat dipakai/diterima untuk melakukan
pembayaran baik barang, jasa maupun utang. Dalam sejarah uang, beberapa jenis barang telah
pernah dipakai sebagai uang (misalnya kerrang, emas, gigi binatang, kulit, perak dan
sebagainya). Dengan demikian uang dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang secara
umum mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Sebagai Satuan Pengukur Nilai
Dengan fungsi ini maka nilai suatu barang dapat diukur dan diperbandingkan. Misalnya, di
Indonesia rupiah adalah dasar pengukur nilai dari barang-barang dan jasa yang
diperdagangkan di pasar. Seseorang dapat mengukur nilai sebuah mobil atau rumah dengan
rupiah, bahkan dengan diketahuinya nilai rupiah dari mobil dan rumah, maka dapat
diketahui pula perbandingan nilai antara mobil dan rumah. Bayangkan kalua suatu
perekonomian yang tanpa uang, mungkin harga sepeda dinilai 1/20 mobil.
2. Sebagai Alat Tukar Menukar
Fungsi ini memisahkan antara keputusan membeli dengan keputusan menjual. Adanya uang
sebegai alat di dalam tukar-menukar dapat menghilangkan perlunya ada kesamaan
keinginan sebelum terjadinya pertukaran. Kesamaan keinginan harus ada lebih dahulu untuk
terjadinya tukar-menukar barang dengan barang (barter). Dengan adanya uang keharusan
adanya kesamaan keinginan ini tidak perlu ada untuk terjadinya pertukaran. Prosesnya,
barang ditukar dengan uang, dan dengan uang ini dapat membeli/menukarkan dengan
barang lain.
3. Sebagai Alat Penimbun/Penyimpan Kekayaan
Kekayaan seseorang dapat berupa barang atau uang. Dalam bentuk barang misalnya: rumah,
mobil, perhiasan dan sebagainya, sedang dalam bentuk uang misalnya: uang kas dan surat-
surat berharga. Dengan demikian seseorang dapat menyimpan kekayaannya dalam bentuk
uang kas. Dalam pengertian inilah uang berfungsi sebagai alat penimbun kekayaan.

C. Definisi Uang
Ada beberapa definisi daripada uang, masing-masing berbeda sesuai dengan tingkat
likuiditasnya. Biasanya uang didefinisikan:
M1 adalah uang kertas dan logam ditambah simpanan dalam bentuk rekening koran (demand
deposit).
M2 adalah M1 + tabungan + deposito berjangka (time deposit) pada bank-bank umum.
M3 adalah M2 + tabungan + deposito berjangka pada Lembaga-lembaga tabungan nonbank.
M1 adalah yang paling likuid, sebab proses menjadikannya uang kas sangat cepat dan tanpa
adanya kerugian nilai (artinya satu rupiah menjadi juga satu rupiah).
Sedang M2 karena mencakup deposito berjangka maka likuiditasnya lebih rendah. Untuk
menjadikannya uang kas, deposito berjangka perlu waktu (3, 6 atau 12 bulan). Dan apabila
dijadikan uang kas sebelum jangka waktu tersebut karena penalty/denda (jadi tidak satu rupiah
menjadi satu rupiah, tetapi lebih kecil karena denda tersebut).

D. Nilai dari Uang


Nilai dari uang diukur dengan kemampuannya untuk dapat membeli (ditukarkan dengan)
barang dan jasa (internal value) serta valuta asing (external value). Dengan demikian besarnya
nilai uang ditentukan oleh harga barang dan jasa. Apabila harga barang ini naik (turun) maka
nilai uang akna turun (naik).
Biasanya ada tiga metode untuk mengukur nilai uang, yakni dengan menggunakan: indeks
biaya hidup, indeks harga barang-barang perdagangan besar atau GNP deflator.
Indeks biaya hidup umumnya banyak dipakai sebagai ukuran nilai uang. Indeks ini mencakup
harga beberapa barang kebutuhan hidup. Di Indonesia kita kenal indeks harga 9 (Sembilan)
bahan pokok, indeks harga 62 macam barang dan sebagainya. Sedangkan indeks harga
perdagangan besar merupakan indeks harga barang-barang yang dipakai oleh perusahaan
untuk menghasilkan barang lain. GNP deflator mencakup harga barang-barang yang lebih
luas/banyak dibanding dengan indeks biaya hidup maupun indeks harga perdagangan besar.

E. Klasifikasi Uang
Uang dapat diklasifikasikan atas beberapa dasar yang berbeda-beda, seperti misalnya:
1. Sifat fisik dan bahan yang dipakai untuk membuat uang;
2. Yang mengeluarkan/mengedarkan, yakni pemerintah, bank sentral atau bank komersial;
3. Hubungan antara nilai uang sebagai uang dengan nilai uang sebagai barang.
Uraian disini akan didasarkan atas ketiga klasifikasi tersebut di atas, namun untuk mudahnya
akan dimulai dengan yang ketiga. Berikut menunjukkan beberapa tipe uang atas dasar
klasifikasi ini.
1. Full bodied money
2. Representative full bodied money
3. Credit money

Yang dikeluarkan oleh pemerintah:


1. Token koins
2. Representative token money
3. uang kertas yang dikeluarkan oleh pemerintah
yang dikeluarkan oleh bank:
1. Uang kertas yang dikeluarkan bank sentral;
2. Demand deposit (uang giral).
Dari tiga jenis uang tersebut, yang berlaku saat ini adalah credit money, sedang yang
pertama dan kedua tinggal kenangan.
Credit money adalah jenis uang yang mana nilainya sebagai uang lebih besar daripada nilai
sebagai barang. Dalam keadaan tertentu nilai sebagai barang tidak penting, seperti uang kertas
yang kita lihat sehari-hari. Pertanyaan yang timbul: bagaimana memeilhara nilai sebagai barang
ini lebih rendah dari nilai sebagai uang (tenaga beli)? Caranya dengan membatasi
pembentukan/pencetakan uang. Biasanya penguasa menentukan sejumlah tertentu uang yang
akan dibuat, kemudian penguasa hanya membeli bahan (barang yang digunakan untuk uang)
itu sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan untuk membuat uang tersebut. Jumlah bahan yang
tersisa dapat digunakan untuk tujuan lain. Jumlah sisa ini pada umumnya cukup besar sehingga
harganya relative rendah. Dengan demikian harga sebagai bahan lebih rendah daripada nilai
sebagai uang.
Cara lain adalah pemerintah membeli semua bahan untuk membuat uang yang ditawarkan
dengan harga lebih rendah daripada nilainya sebagai uang yang nantinya akan diciptakan.
Misalnya, penguasa ingin menciptakan uang dolar, masing-masing unit terdiri dari ½ gram
perak, dan membeli perak dengan harga 1 dolar per gramnya. Dalam hal ini penguasa moneter
memperoleh keuntungan, karena membeli perak per gramnya seharga 1 dolar, yang kemudian
dijadikan uang dengan nilai 2 dolar. Keuntungan ini sering disebut dengan: seigniorage. Yang
penting disini bukanlah mencari keuntungan, tetapi memelihara adanya kelebihan nilai uang
diatas nilai sebagai barang. Nilai setiap gram perak dalam bentuk uang sebesar 2 dolar, tetapi
harganya per gram perak sebagai barang dipasar hanya sebesar 1 dolar.

F. Para Pelaku dalam Pasar Uang


Dalam pembahasan kita mengenai pasar uang di atas kita telah menyinggung bahwa ada 2
kelompok pelaku utama di pasar uang, yaitu kelompok kreditur (yang menawarkan dana) dan
kelompok debitur (yang mencari dana). Cara lain untuk mengelompokkan para pelaku pasar
uang adalah dengan melihat peranannya dalam penciptaan uang beredar. Atas dasar ini kita
mempunyai tiga pelaku utama, yaitu:
1. Otoritas Moneter (Bank Sentral dan Pemerintah)
Otoritas moneter mempunyai peran utama sebagai sumber awal dari terciptanya uang
beredar. Kelompok pelaku ini merupakan sumber “penawaran” (suplai) uang kartal (C) untuk
memenuhi “permintaan” akan uang tersebut dari masyarakat dan sumber “penawaran” uang
yang dibutuhkan oleh Lembaga-lembaga keuangan, yang untuk singkatnya disebut “cadangan
bank” atau bank reserves (R). Uang kartal dan cadangan bank merupakan sumber atau
“benih” bagi terciptanya semua unsur dari uang beredar, dan keduanya bersama-sama
disebut sebagai “uang inti” atau “uang primer” (primary money).
B= C + R
B= uang primer
2. Lembaga Keuangan
Lembaga keuangan yang terdiri dari bank-bank dan Lembaga-lembaga keuangan lain yang
tidak berstatus bank (kantor giro pos, Lembaga investasi, perusahaan asuransi dan sebagainya).
Peran utama dari Lembaga-lembaga ini adalah sebagai sumber “penawaran” uang giral (DD),
deposito berjangka (TD), simpanan tabungan (SD) dan aktiva-aktiva keuangan lain yang
“diminta” (dipegang) oleh masyarakat. Otorita moneter bersama-sama dengan Lembaga
keuangan merupakan apa yang disebut sistem moneter. Sistem moneter adalah supplier
seluruh kebutuhan uang bagi masyarakat: otorita moneter menyediakan uang primer (uang
kartal) langsung kepada masyarakat, sedangkan Lembaga keuangan menyediakan “uang
sekunder” (DD, TD, SD dan lain-lain) kepada masyarakat. Uang sekunder diciptakan oleh bank
atas dasar uang primer yang dipegang bank (R).
3. Masyarakat
Masyarakat adalah konsumen akhir dari uang yang tercipta, yang mereka gunakan untuk
memperlancar kegiatan-kegiatan produksi, konsumsi dan pertukaran mereka. Uang beredar
tercipta melalui proses interaksi antara “penawaran” dan “permintaan”. Dengan lain perkataan
proses penciptaan uang digambarkan sebagai suatu “proses pasar”. Jumlah uang beredar bias
naik atau turun tergantung hasil Tarik menarik antara permintaan dan penawaran uang yang
tercermin pada perilaku para pelaku utama pasar uang tersebut.

Uang yang bernilai penuh (full bodied money) merupakan uang yang nilai terkandungnya
(intrinsik) sama dengan nilai nominalnya atau dapat diartikan juga sebagai uang yang nilainya
sebagai suatu barang untuk tujuan-tujuan yang bersifat moneter sama besarnya dengan
nilainya sebagai barang biasa (nonmoneter). Sedangkan uang yang bernilai tidak penuh
(representative full bodied money) atau yang dikenal juga dengan token money atau uang yang
bertanda merupakan uang yang nilai intrinsiknya lebih kecil daripada nilai nominalnya dimana
uang ini sendiri tidak mempunyai nilai yang berarti sebagai suatu barang (nonmoneter), tetapi
uang ini dalam peredaran mewakili”sejumlah logam tertentu dengan nilai barangnya sama
dengan nilai nominal uangnya.
Uang yang bernilai penuh (full bodied money) biasanya timbul pada pembuatan uang yang
bahannya dari logam, biasanya emas dan perak sedangkan uang yang bernilai tidak penuh
(representative full bodied money) berupa uang kertas dimana penggunaan uang kertas
sebagai uang yang tidak bernilai penuh sangat bermanfaat sekali dikarenakan dalam
penggunaan uang kertas ini dapat dilakukan pembayaran-pembayaran atau penyelesaian
transaksi-transaksi dalam jumlah yang besar dengan mudah tanpa mengalami kesulitan.

Anda mungkin juga menyukai