Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENYAKIT HERPES
Dibuat untuk memenuhi syarat salah satu tugas Mata Kuliah
Pendidikan dan promosi kesehatan

Dosen pengampu : Mumpuni,SST.,M,Psi

Disusun Oleh:
Tara Deranica Tefa Cahya Ayu
Utomo
(211601038)

Program studi Sarjana


Keperawatan
STIKES PEMKAB JOMBANG
TAHUN
2021/2022 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Herpes genital termasuk penyakit menular seksual yang ditakuti oleh setiap orang. Torres
melaporkan bahwa HSV-II telah menginfeksi lebih dari 40% penduduk dunia. Syahputra, dkk, di
Amerika, Inggris, dan Australia ditemukan kurang lebih 50% wanita dengan HSV-II positif. Di
Eropa, HSV-II berkisar antara 7-16%, Afrika 30-40%, oleh karena itu dikatakan bahwa saat ini
herpes genitalis sudah merupakan endemik di banyak negara. Di Indonesia sampai saat ini
belum ada angka yang pasti, dari 13 rumah sakit, disebutkan bahwa herpes genitalis merupakan
penyakit menular seksual dengan gejala ulkus genital adalah kasus yang sering dijumpai.
Kelompok resiko yang rentan terinfeksi tentunya adalah seseorang dengan perilaku yang tidak
sehat.
Untuk mengatasi peningkatan prevalensi penderita herpes genetalis diperlukan adanya
pendidikan terhadap pasien tentang bahaya PMS dan komplikasinya, pentingnya mematuhi
pengobatan yang diberikan, cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan
seks tetapnya, dan cara-cara menghindari infeksi PMS di masa dating. Selain itu untuk wanita
hamil dengan infeksi herpes genitalis harus melaksanakan kultur virus tiap minggu dari serviks
dan genitalia eksterna sebagai jalan lahir. Persalinan secara sectio caesaria direkomendasikan
untuk mencegah infeksi bayi baru lahir. Herpes genitalis merupakan salah satu penyakit
menular seksual yang masih sering di jumpai di Indonesia. Setiap orang dewasa mempunyai
kesempatan untuk terjangkit penyakit ini dan penularannya pun sangat mudah, yaitu kontak
langsung atau melalui hubungan seksual, maka dari itu penulis tertarik untuk menulis tentang
penatalaksaan herpes genitalis.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Definisi herpes ?
1.2.2 Apa saja klarifikasi herpes ?
1.2.3 Bagaimana gejala herpes ?
1.2.4 Bagaimana cara pencegahan herpes ?
1.2.5 Bagaimana pengobatan herpes ?

C. Tujuan penelitian
1.3.1 Dapat mengetahui definisi herpes

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI UMUM
Herpes merupakan infeksi kulit kelamin yang disebabkan oleh virus yang ditularkan
melalui hubungan seks. Terkadang ditemukan juga pada mulut penderita karena yang
bersangkutan melakukan oral seks dengan penderita herpes.
Ada beberapa jenis herpes adalah sebagai berikut:
1.    Herpes Simpleks
2.    Herpes Genitalis
3.    Herpes Zoster
4.    Herpes Zoster Oftalmik
B. MACAM-MACAM HERPES
1.      HERPES SIMPLEKS
a.       Definisi
Herpes simpleks adalah infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes simpleks
(virus herpes hominis) tipe I atau tipe II yang ditandai oleh adanya vesikel yang
berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah dekat
mukokutan, sedangkan infeksi dapat berlangsung baik primer maupun rekurens.
b.      Etiologi
Berdasarkan struktur antigeniknya dikenal 2 tipe virus herpes simpleks:
1 ) Virus Herpes Simpleks Tipe I (HSV I)
Penyakit kulit/selaput lendir yang ditimbulkan biasanya disebut herpes
simpleks saja, atau dengan nama lain herpes labialis, herpesfebrilis. Biasanya
penderita terinfeksi virus ini pada usia kanak-kanak melalui udara dan sebagian
kecil melalui kontak langsung seperti ciuman, sentuhan atau memakai
baju/handuk mandi bersama. Lesi umumnya dijumpai pada tubuh bagian atas
termasuk mata
dengan rongga mulut, hidung dan pipi; selain itu, dapat juga dijumpai di
daerah genitalia, yang penularannya lewat koitusoro genital (oral sex).
2 ) Virus Herpes Simpleks Tipe II (HSV II)
5
Penyakit ditularkan melalui hubungan seksual, tetapi dapat juga terjadi tanpa
koitus, misalnya dapat terjadi pada dokter gigi dan tenaga medik. Lokalisasi lesi
umumnya adalah bagian tubuh di bawah pusar, terutama daerah genitalia lesi
ekstra-genital dapat pula terjadi akibat hubungan seksualorogenital.
c.   Patofisiologi
Virus herpes simpleks disebarkan melalui kontak langsung antara virus dengan
mukosa atau setiap kerusaka n di kulit. Virus herpes simpleks tidak dapat hidup
di luar lingkungan yang lembab dan penyebaran infeksi melalui cara selain
kontak langsung kecil kemungkinannya terjadi. Virus herpes simpleks memiliki
kemampuan untuk menginvasi beragam sel melalui fusi langsung dengan
membran sel. Pada infeksi aktif primer, virus menginvasi sel pejamu dan cepat
berkembang dengan biak, menghancurkan sel pejamu dan melepaskan lebih
banyak virion untuk menginfeksi sel-sel disekitarnya. Pada infeksi aktif primer,
virus menyebar melalui saluran limfe ke kelenjar limfe regional dan
menyebabkan limfadenopati. Tubuh melakukan respon imun seluler dan humoral
yang menahan infeksi tetapi tidak dapat mencegah kekambuhan infeksi aktif.
Setelah infeksi awal timbul fase laten. Selama masa ini virus masuk ke dalam
sel-sel sensorik yang mempersarafi daerah yang terinfeksi dan bermigrasi
disepanjang akson untuk bersembunyi di dalam ganglion radiksdorsalis tempat
virus berdiam tanpa menimbulkan sitotoksisitas atau gejala pada manusia.
d. Manifestasi Klinis
1.   Inokulasi kompl e k s pri m e r (primary inoculation complex)
Infeksi primer herpes simpleks pada penderita usia muda yang baru pertama kali
terinfeksi virus ini dapat menyebabkan reaksi lokal dan sistemik yang hebat.
Manifestasinya dapat berupa herpes labialis. Dalam waktu 24 jam saja, penderita
sudah mengalami panas tinggi (39-40 oC ), disusul o leh pembesaran kelenjar
limfe submentalis, pembengkakan bibir, dan lekositosis di atas 12.000/mm3,
yang 75-80%nya berupa sel polimorfonuklear. Terakhir, bentuk ini diikuti rasa
sakit pada tenggorokan. Insidens tertinggi terjadi pada usia antara 1-5 tahun.
Waktu inkubasinya 3-10 hari. Kelainan akan sembuh sp ontan setelah 2-6
minggu.
6
2. herpes gingivostomatiti s
Kebanyakan bentuk ini terjadi pada anak-anak dan orang dewasa muda.
Manifestasi klinis berupa panas tinggi, limfadenopati regional dan malaise. Lesi
berupa vesikel yang memecah dan terlihat sebagai bercak putih atau ulkus.
Kelainan ini dapat meluas ke mukosa bukal, lidah, dan tonsil, sehingga
mengakibatkan rasa sakit, bau nafas yang busuk, dan penurunan nafsu makan.
Pada anak-anak dapat terjadi dehidrasi dan asid osis. Kelainan ini berlangsung
antara 2-4 minggu.
3. Infeksi herpes kompleks di seminata
Bentuk herpes ini terjadi pada anak-anak usia 6 bulan sampai 3 tahun,
dimulai dengan herpes gingivostomatitis berat. Jenis ini dapat mengenai paru-paru
dan menimbulkan viremia masif, yang berakibat gastroenteritis disfungsi ginjal
dan kelenjar adrenal, serta ensefalitis. Kematian banyak terjadi pada stadium
viremia yang berat.
4. Herpes genitalis (proge nital i s )
Infeksi primer terjadi setelah melalui masa tunas 3-5 hari. Penularan dapat
melalui hubungan seksual secara genito-genital, orogenital, maupun anogenital.
Erupsinya juga berupa vesikel tunggal atau menggerombol, bilateral, pada dasar
kulit yang eritematus, kemudian berkonfluensi, memecah, membentuk erosi atau
ulkus yang dangkal disertai rasa nyeri. 31% penderita mengalami gejala k onstitusi
berupa demam, malaise, mialgia, dan sakit kepala; dan 50% mengalami
limfadenopati inguinal.

7
e.  Penatalaksanaan Medis
Karena infeksi HSV tidak dapat disembuhkan, maka terapi ditujukan untuk
mengendalikan gejala dan menurunkan pengeluaran virus. Obat antivirus
analognukleosida merupakan terapi yang dianjurkan. Obat-obatan ini bekerja
dengan menyebabkan deaktivasi atau mengantagonisasi DNA polymerase HSV
yang pada gilirannya menghentikan sintesis DNA dan replikasi virus. Tiga obat
antivirus yang dianjurkan oleh petunjuk CDC 1998 adalak asiklovir, famsiklovir,
dan valasiklovir. Obat antivirus harus dimulai sejak awal tanda kekambuhan untuk
mengurangi dan mempersingkat gejala. Apabila obat tertunda sampai lesi kulit
muncul, maka gejala hanya memendek 1 hari. Pasien yang mengalami kekambuh6
kali atau lebih setahun sebaiknya ditawari terapi supresif setiap hari yang dapat
mengurangi frekuensi kekambuhan sebesar 75%. Terapi topical dengan krim atau
salep antivirus tidak terbukti efektif. Terapi supresif atau profilaksis dianjurkan
untuk mengurangi resiko infeksi perinatal dan keharusan melakukan seksioses area
pada wanita yang positif HSV. Vaksin untuk mencegah infeksi HSV-2 sekarang
sedang diteliti.
f.   Pencegahan
Karena kemungkinan tertular penyakit ini meningkat dengan jumlah pasangan
seksual seseorang, membatasi jumlah pasangan adalah langkah pertama menuju
pencegahan. Untuk menjaga dari penyebaran herpes, kontak intim harus dihindari ketika
luka pada tubuh. Gatal, terbakar atau kesemutan mungkin terjadi sebelum luka
berkembang. Hubungan seksual harus dihindari selama waktu ini. Herpes bahkan dapat
menyebar ketika tidak ada luka atau gejala. Untuk meminimalkan risiko penyebaran
herpes, kondom lateks harus digunakan selama semua kontak seksual. Busa spermisida
dan jeli mungkin menawarkan perlindungan tambahan meskipun bukti mengenai hal ini
kontroversial. Virus herpes juga dapat menyebar dengan menyentuh luka dan kemudian
menyentuh bagian lain dari tubuh. Jika Anda menyentuh luka, cuci tangan Anda dengan
sabun dan air sesegera mungkin. Juga, tidak berbagi handuk atau pakaian dengan siapa
pun.

2.     HERPES GENITALIS


a.  Definisi
Herpes genitalis adalah suatu penyakit menular seksual di daerah kelamin, kulit di
sekeliling rektum atau daerah disekitarnya yang disebabkan oleh virus herpes
simpleks.
b.   Etiologi
Penyebabnya adalah virus herpes simpleks. Ada 2 jenis virus herpes simpleks yaitu
HSV-1 dan HSV-2. HSV-2 biasanya ditularkan melalui hubungan seksual, sedangkan
HSV-1 biasanya menginfeksi mulut. Kedua jenis virus herpes simpleks tersebut bisa
menginfeksi kelamin, kulit di sekeliling rektum atau tangan (terutama bantalan kuku)
dan bisa ditularkan kebagian tubuh lainnya (misalnya permukaan mata). Luka herpes
bisanya tidak terinfeksi oleh bakteri, tetapi beberapa penderita juga memiliki
organisme lainnya pada luka tersebut yang ditularkan secara seksual (misalnya sifilis
atau cangkroid).
c.   Patofisiologi
Gejala awalnya mulai timbul pada hari ke 4-7 setelah terinfeksi. Gejala awal
biasanya berupa gatal, kesemutann dan sakit. Lalu akan muncul bercak kemerahan
yang kecil, yang diikuti oleh sekumpulan lepuhan kecil yang terasa nyeri. Lepuhan ini
pecah dan bergabung membentuk luka yang melingkar. Luka yang terbentuk biasanya
menimbulkan nyeri dan membentuk keropeng. Penderita bisa mengalami kesulitan
dalam berkemih dan ketika berjalan akan timbul nyeri.
Luka akan membaik dalam waktu 10 hari tetapi bisa meninggalkan jaringan parut.
Kelenjar getah bening selangkangan biasanya agak membesar.
Gejala awal ini sifatnya lebih nyeri, lebih lama dan lebih meluas dibandingkan gejala
berikutnya dan mungkin disertai dengan demam dan tidak enak badan.
Pada pria, lepuhan dan luka bisa terbentuk di setiap bagian penis, termasuk kulit depan
pada penis yang tidak disunat. Pada wanita, lepuhan dan luka bisa terbentuk di vulva
dan leher rahim. Jika penderita melakukan hubungan seksual melalui anus, maka
lepuhan dan luka bisa terbentuk di sekitar anus atau di dalam rektum.

9
Pada penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita infeksi HIV),
luka herpes bisa sangat berat, menyebar ke bagian tubuh lainnya, menetap selama
beberapa minggu atau lebih dan resisten terhadap pengobatan dengan asiklovir.
Gejala-gejalanya cenderung kambuh kembali di daerah yang sama atau di
sekitarnya, karena virus menetap di saraf panggul terdekat dan kembali aktif untuk
kembali menginfeksi kulit. HSV-2 mengalami pengaktivan kembali di dalam saraf
panggul. HSV-1 mengalami pengaktivan kembali di dalam saraf wajah dan
menyebabkan fever blister atau herpes labialis. Tetapi kedua virus bisa menimbulkan
penyakit di kedua daerah tersebut. Infeksi awal oleh salah satu virus akan memberikan
kekebalan parsial terhadap virus lainnya, sehingga gejala dari virus kedua tidak terlalu
berat.

d.      Manifestasi Klinis


Manifestasi klinik dari infeksi HSV tergantung pada tempat infeksi, dan status
imunitas host. Infeksi primer dengan HSV berkembang pada orang yang belum punya
kekebalan sebelumnya terhadap HSV-1 atau HSV-2, yang biasanya menjadi lebih
berat, dengan gejala dan tanda sistemik dan sering menyebabkan komplikasi.
Berbagai macam manifestasi klinis:
1. infeksi oro-fasial
2. infeksi genital
3. infeksi kulit lainnya
4. infeksi okular
5. kelainan neurologist
6. penurunan imunitas
7. herpes. neonatal

10
e.  Penatalaksanaan
Sampai sekarang belum ada obat yang memuaskan untuk terapi herpes genitalis,
namun pengobatan secara umum perlu diperhatikan, seperti:
a) menjaga kebersihan lokal, b) menghindari trauma atau faktor pencetus.
Penggunaan idoxuridine mengobati lesi herpes simpleks secara lokal sebesar 5% sampai
40% dalam dimethyl sulphoxide sangat bermanfaat. Namun, pengobatan ini memiliki
beberapa efek samping, di antaranya pasien akan mengalami rasa nyeri hebat, maserasi
kulit dapat juga terjadi. Meskipun tidak ada obat herpes genital, penyediaan layanan
kesehatan anda akan meresepkan obat anti viral untuk menangani gejala dan membantu
mencegah terjadinya outbreaks. Hal ini akan mengurangi resiko menularnya herpes
pada partner seksual. Obat-obatan untuk menangani herpes genital adalah:
a)  Asiklovir (Zovirus)
Pada infeksi HVS genitalis primer, asiklovir intravena (5 mg/kg BB/8 jam selama
5 hari), asiklovir oral 200 mg (5 kali/hari saelama 10-14 hari) dan asiklovir topikal (5%
dalam salf propilen glikol) dsapat mengurangi lamanya gejala dan ekskresi virus serta
mempercepat penyembuhan.
b)   Famsiklovir
Adalah jenis pensiklovir, suatu analog nukleosida yang efektif menghambat
replikasi HSV-1 dan HSV-2.
c)      Valasiklovir (Valtres)
adalah suatu ester dari asiklovir yang secara cepat dan hampir lengkap berubah
menjadi asiklovir oleh enzim hepar dan meningkatkan bioavaibilitas asiklovir sampai
54%. Oleh karena itu dosis oral 1000 mg valasiklovir menghasilkan kadar obat dalam
darah yang sama dengan asiklovir intravena. Valasiklovir 1000 mg telah dibandingkan
asiklovir 200 mg 5 kali sehari selama 10 hari untuk terapi herpes genitalis episode awal.

11
f.    Pencegahan
Untuk mencegah herpes genitalis adalah sama dengan mencegah penyakit
menular seksual lainnya. Kuncinya adalah untuk menghindari terinfeksi dengan HSV
yang sangat menular pada waktu lesi ada. Cara terbaik untuk mencegah infeksi adalah
menjauhkan diri dari aktivitas seksual atau membatasi hubungan seksual dengan hanya
satu orang yang bebas infeksi.

3.   HERPES ZOSTER


a. Definisi
Herpes zoster disebut juga shingles. Di kalangan awam populer atau lebih dikenal
dengan sebutan “dampa” atau “cacar air”. Herpes zoster merupakan infeksi virus yang
akut pada bagian dermatoma (terutama dada dan leher) dan saraf. Disebabkan oleh virus
varicella zoster (virus yang juga menyebabkan penyakit varicella atau cacar/chickenpox.
b. Etiologi
Herpes zoster disebabkan oleh virus varicella zoster . virus varicella zoster terdiri
dari kapsid berbentuk ikosahedral dengan diameter 100 nm. Kapsid tersusun atas 162
sub unit protein–virion yang lengkap dengan diameternya 150–200 nm, dan hanya
virion yang terselubung yang bersifat infeksius. Infeksiositas virus ini dengan cepat
dihancurkan oleh bahan organic, deterjen, enzim proteolitik, panas dan suasana Ph yang
tinggi. Masa inkubasinya 14–21 hari.
c. Patofisiologi
Pada episode infeksi primer, virus dari luar masuk ke tubuh hospes (penerima virus).
Selanjutnya, terjadilah penggabungan virus dengan DNA hospes, mengadakan
multiplikasi atau replikasi sehingga menimbulkan kelainan pada kulit. Virua akan
menjalar melalui serabut saraf sensorik ke ganglion saraf dan berdiam secara permanen
dan bersifat laten. Infeksi hasil reaktivasi virus varicella yang menetap di ganglion
sensori setelah infeksi chickenpox pada masa anak – anak. Sekitar 20% orang yang
menderita cacar akan menderita shingles selama hidupnya dan biasanya hanya terjadi
sekali. Ketika reaktivasi virus berjalan dari ganglion ke kulit area dermatom.

12
d. Manifestasi Klinis
a.       Pengobatan

1)      Pengobatan topical


 Pada stadium vesicular diberi bedak salicyl 2% atau bedak kocok kalamin untuk
mencegah vesikel pecah
 Bila vesikel pecah dan basah, diberikan kompres terbuka dengan larutan antiseptik
atau kompres dingin dengan larutan burrow 3x sehari selama 20  menit
 Apabila lesi berkrusta dan agak basah dapat diberikan salep antibiotik        (basitrasin /
polysporin )    untuk mencegah infeksi sekunder selama 3x sehari.
2)       Pengobatan sistemik
Drug of choice-nya adalah acyclovir yang dapat mengintervensi sintesis virus dan
replikasinya. Meski tidak menyembuhkan infeksi herpes namun dapat menurunkan
keparahan penyakit dan nyeri. Dapat diberikan secara oral, topical atau parenteral.
Pemberian lebih efektif pada hari pertama dan kedua pasca kemunculan vesikel. Namun
hanya memiliki efek yang kecil terhadap postherpetic neuralgia. Antiviral lain yang
dianjurkan adalah vidarabine (Ara–A, Vira–A) dapat diberikan lewat infus intravena atau
salep mata. Kortikosteroid dapat digunakan untuk menurunkan respon inflamasi dan
efektif namun penggunaannya masih kontroversi karena dapat menurunkan penyembuhan
dan menekan respon immune. Analgesik non narkotik dan narkotik diresepkan untuk
manajemen nyeri dan antihistamin diberikan untuk menyembuhkan priritus.
b.  Penderita dengan keluhan mata
Keterlibatan seluruh mata atau ujung hidung yang menunjukan hubungan dengan
cabang nasosiliaris nervus optalmikus, harus ditangani dengan konsultasi opthamologis.
Dapat diobati dengan salaep mata steroid topical dan mydriatik, anti virus dapat diberikan

13
c.       Neuralgia Pasca Herpes zoster
1) Bila nyeri masih terasa meskipun sudah diberikan acyclovir pada fase akut, maka dapat
diberikan anti depresan trisiklik ( misalnya: amitriptilin 10–75 mg/hari)
2) Tindak lanjut ketat bagi penanganan nyeri dan dukungan emosional merupakan bagian
terpenting perawatan
3) Intervensi bedah atau rujukan ke klinik nyeri diperlukan pada neuralgi berat yang tidak
teratasi.
e.  Pencegahan
Untuk mencegah herper zoster, salah satu cara yang dapat ditempuh adalah pemberian
vaksinasi. Vaksin berfungsi untuk meningkatkan respon spesifik limfosit sitotoksik
terhadap virus tersebut pada pasien seropositif usia lanjut. Vaksin herpes zoster dapat
berupa virus herpes zoster yang telah dilemahkan atau komponen selular virus tersebut
yang berperan sebagai antigen. Penggunaan virus yang telah dilemahkan telah terbukti
dapat mencegah atau mengurangi risiko terkena penyakit tersebut pada pasien yang
rentan, yaitu orang lanjut usia dan penderita imunokompeten, serta imunosupres

14
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Herpes simpleks adalah infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes simpleks
(virus herpes hominis) tipe I atau tipe II yang ditandai oleh adanya vesikel yang
berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah dekat mukokutan,
sedangkan infeksi dapat berlangsung baik primer maupun rekurens.
Herpes genitalis adalah suatu penyakit menular seksual di daerah kelamin, kulit di
sekeliling rektum atau daerah disekitarnya yang disebabkan oleh virus herpes simpleks.
Herpes zoster disebut juga shingles. Di kalangan awam populer atau lebih dikenal dengan
sebutan “dampa” atau “cacar air”. Herpes zoster merupakan infeksi virus yang akut pada
bagian dermatoma (terutama dada dan leher) dan saraf. Disebabkan oleh virus varicella zoster
(virus yang juga menyebabkan penyakit varicella atau cacar/chickenpox.

B. Saran
Lebih baik mencegah daripada mengobati. Oleh karena itu jagalah kesehatan dengan cara
pola hidup sehat, dan segeralah periksa jika ada tanda-tanda yang mengarah pada penyakit
herpes.
15

DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/39580178/ASKEP-HERPES-DAN-TINEA
http://www.indonesiaindonesia.com/f/11323-herpes-genitalis/
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.healthscout.com/
ency/68/162/main.html
http://medicastore.com/penyakit/230/Herpes_Genitalis.html

16
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur mari kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Pendidikan Dan Promosi
Kesehatan dengan judul “Penyakit Herpes” dengan tepat pada waktunya. Sholawat serta salam
senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW. keluarga, para
sahabat dan pengikutnya yang senantiasa bertasbih sepanjang masa.

Makalah ini berisikan tentang pembahasan penyakit Herpes. Diharapkan makalah ini
dapat memberikan informasi dengan benar.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Akhir kata, saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT. Senantiasa
meridhoi segala usaha kita. Aamiin.

Jombang, 21 April 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………. 2

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………… 3

BAB I (PENDAHULUAN)

1.1. Latar Belakang………………………………………………………………..


4
1.2. Rumusan Masalah…………………………………………………………….
4
1.3. Tujuan Penulisan……………………………………………………………...
4

BAB II (PEMBAHASAN)

2.1. Definisi Herpes……………………………………………………………….


5
2.2 Apa saja klarifikasi herpes……………………………………………………. 5

BAB III (PENUTUP)

KESIMPULAN…………………………………………………………………… 15

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….. 16

Anda mungkin juga menyukai