Anda di halaman 1dari 20

RANCANGAN PEMBELAJARAN IPA UNTUK PESERTA DIDIK

BERKEBUTUHAN KHUSUS (PDBK) DI SMP NEGERI 3 MAOSPATI


SEBAGAI SEKOLAH INKLUSI

Oleh

SUGENG RIJADI, M.Pd.


Guru IPA SMP Negeri 3 Maospati Kabupaten Magetan

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Maospati sejak tahun 2016.
Sebagai lembaga pendidikan yang dipercaya menyelenggarakan pembelajaran
inklusi tentunya banyak hal yang harus disiapkan baik sumber daya manusia
maupun sarana dan prasarana pendukungnya. Sumber daya manusia yang
dimaksud adalah guru dan tenaga kependidikan. Sedangkan sarana prasarana
meliputi ruang belajar, lingkungan sekolah, buku pelajaran, media belajar dn
sebagainya.
Lokasi SMP Negeri 3 Maospati sangat strategis sebagai tempat belajar
terutama ditinjau dari letak gegrafisnya. Beralamat di jalan Raya I/17 Maospati
Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan berdekatan dengan fasiltas umum yang
sangat dibutuhkan antara lain akses jalan raya dari berbagai penjuru yang dekat
dengan terminal bus, berdampingan dengan Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas) Maospati dan fasilitas umum lainnya.
Hakikat pembelajaran IPA SMP adalahsuatu proses memperoleh kebenaran
tentang fakta dan fenomena alam yang meliputi aspek biologi, fisis dan khemis.
Sedangkan hakikat IPA dapat dipandang sebagai sikap, proses, produk serta aplikasi
pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari yang keseluruhannya saling terkait secara erat.
Peserta didik berkebutuhan khusus pada dasarnya juga berhak memperoleh
pengalaman belajar IPA seperti halnya peserta didik yang lain. Peserta didik

iv
berkebutuhan khusus jua mempunyai hak yang sama untuk matapelajaran yang lain.
Dengan demikian diperlukan perangkat pembelajaran secara khusus yang dapat
diterapkan pada peserta didik berkebutuhan khusus untuk mencapai tujuan yang
diharapkan.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas terdapat beberapa
pemasalahan antara lain :
a. Bagaimana cara mengetahui karakteristik peserta didik SMP Negeri 3
Maospati yang termasuk dalam peserta didik berkebutuhan khusus ?
b. Bagaimana Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) pelajaran IPA yang diterapkan
pada peserta didik berkebutuhan khusus ?
c. Bagaimana hasil yang dicapai dalam penerapan KBM pelajaran IPA pada
peserta didik berkebutuhan khusus ?

3. Tujuan
Tujuan dari pemaparan ini adalah untuk :
a. Mengetahui cara mengetahui karakteristik peserta didik SMP Negeri 3
Maospati yang termasuk dalam peserta didik berkebutuhan khusus.
b. Mengetahui Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) pelajaran IPA yang
diterapkan pada peserta didik berkebutuhan khusus.
c. Mengetahui hasil yang dicapai dalam penerapan KBM pelajaran IPA pada
peserta didik berkebutuhan khusus.

4. Manfaat
a. Manfaat untuk Kepala Sekolah
Sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan untuk meningkatan
Mutu Pendidikan di SMP Negeri 3 Maospati khususnya pada Standar Proses
dan standar Sarana dan Prasara.

b. Manfaat untuk Guru


Sebagai masukkan untuk mengembangkan pembelajaran sesuai dengan jenis
dan karakter ABK yang menjadi asuhannya di sekolah secara optimal,

iv
melalui berbagai metode pembelajaran dan pendekatan yang sesuai dengan
materi yang disampaikan.

c. Manfaat untuk Peserta Didik


Sebagai peserta didik berkebutuhan khusus dapat belajar dengan nyaman dan
menyenangkan dengan harapan memperoleh hasil prestasi belajar yang
membanggakan.

B. KAJIAN PUSTAKA
1. Karakteristik ABK
Ketika anak mulai belajar di lingkungan sekolah maka mau tak mau dia harus
patuh dan taat pada peraturan sekolah dengan pantauan bapak ibu guru. Namun
terkadang para guru menemui kesulitan dalam mendidik siswa. Ada saja yang
membuat guru kewalahan. Apalagi sekolah-sekolah umum tak boleh menolak
apabila ada orang tua yang akan mendaftarkan anaknya meski punya kelainan atau
ABK. Sekolah diharapkan memiliki program inklusi untuk menerima siswa ABK.
Karena tak semua ABK disekolahkan di SLB (www.kompasiana).
Tantangan sangat berat ketika menerima ABK menjadi salah satu anak didik
di sekolah melalui program inklusi. Siswa ABK dan siswa normal lainnya harus
dibina dan dididik dalam satu waktu. ABK membutuhkan bantuan khusus dan
intensif untuk membantu mereka agar kelak di kemudian hari mereka bisa hidup
normal seperti anak lainnya. Sementara siswa normal harus mengejar materi
sesuai kurikulum yang berlaku di sekolah (Suyadi, 2009)..
Menurut Munawir Yusuf, 2003. Pendidikan khusus untuk ABK dilakukan
secara berbarengan dalam satu kelas dengan anak normal lainnya ketika masuk di
sekolah umum. Ada 4 (empat) hal yang harus dipahami dalam penerapan sekolah
inklusi : 1)Pendidikan khusus merupakan suatu konsep relatif yang didefinisikan
sebagai program yang membutuhkan sumber untuk menyajikan pendidikanyang
memadai bagi semua siswa ABK. ilmu pengetahuan diberikan sesuai kemampuan
akademik siswa. Guru merupakan pelayan bagi siswa, orangtua mereka ketika di
sekolah sehingga mereka wajib dididik sesuai dengan karakternya masing-
masing.  2) Pendidikan khusus merupakan istilah yang umum dan merujuk pada

iv
sekelompok program atau pelayanan yang didesain untuk memenuhi kebutuhan
siswa yang khusus atau berkelainan. Pendidikan khusus bagi ABK sudah
disosialisasikan beberapa tahun terakhir. dari persiapan pembelajaran,
administrasi pembelajaran, kegiatan pembelajaran sampai evaluasi sengaja
dirancang sesuai kemampuan ABK di kelas yang bersangkutan. 3) Pendidikan
khusus menjadi pengkajian dan landasan bagi strategi dan teknik pembelajaran.
Strategi dan teknik pembelajaran harus lebih bervariasi. jangan monoton karena
pembelajaran yang strategi atau tekniknya monoton akan membuat jenuh para
siswa, tak terkecuali siswa ABK. 4) Pendidikan khusus memiliki karakter ekonomi
dan politik yang unik. Biayanya sangat tinggi dan sangat sarat politik dalam dunia
pendidikan.

2. Pendekatan, Strategi, Metode, Taktik/Teknik dan Model Pembelajaran


Pendekatan pembelajarandapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan
tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya
mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran
dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran
terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2)
pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher
centered approach).
Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan
ke dalam Strategi Pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin
Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu:
1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan
sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan
selera masyarakat yang memerlukannya.
2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang
paling efektif untuk mencapai sasaran.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan
dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.

iv
4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran
(standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement)
usaha.
Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan
profil perilaku dan pribadi peserta didik.
2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang
dipandang paling efektif.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode
dan teknik pembelajaran.
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau
kriteria dan ukuran baku keberhasilan.
Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi
pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan
siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008)
menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan.
Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang
keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatupelaksanaan pembelajaran.
Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua
bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual
learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan
cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi
pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif. Strategi
pembelajaransifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya
digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi
merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah
“a way in achieving something” (Wina Senjaya (2008).
Metode pembelajaran di sini dapat diartikan sebagai cara yang digunakan
untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan
nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode
pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi

iv
pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi;
(5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9)
simposium, dan sebagainya.
Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknikdantaktik
pembelajaran.Dengan demikian, teknik pembelajarandapat diatikan sebagai cara
yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara
spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa
yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis
akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah
siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu
digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan
kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti
teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.
Sementara taktik pembelajaranmerupakan gaya seseorang dalam
melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual.
Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi
mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam
penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena
memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi
kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu
elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya
pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru,
sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang
bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu
sekalkigus juga seni (kiat)
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik
pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah
apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada
dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir
yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran
merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan
teknik pembelajaran.

iv
Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil
(Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat)
kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model
pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi
tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model
pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut, kiranya
dapat divisualisasikan sebagai berikut:

Gambar 1. Visualisasi hierarki rancangan pemberlajaran

Di luar istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal juga


istilah desain pembelajaran.  Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan
pola umum dan prosedur umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain
pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem
lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu. Jika
dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan tentang berbagai
kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah
gadang, rumah modern, dan sebagainya), masing-masing akan menampilkan
kesan dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan desain adalah menetapkan
cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang

iv
diperlukan dan urutan-urutan langkah konstruksinya, maupun kriteria
penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai dengan tahap akhir, setelah
ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya
secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki
keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model
pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan.
Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di
Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka
pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian
(penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit menermukan
sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat
memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses
(beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka
pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan
model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat
kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model
pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya
khazanah model pembelajaran yang telah ada.

3. Mata Pelajaran IPA di SMP


Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)  merupakan suatu kumpulan pengetahuan
yang tersusun secara sistematis, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas
pada gejala-gejala alam. Perkembangan IPA selanjutnya tidak hanya ditandai oleh
adanya kumpulan fakta saja, tetapi juga munculnya “metode ilmiah” (scientific
methods) yang terwujud melalui suatu rangkaian ”kerja ilmiah” (working
scientifically), nilai dan “sikap ilmiah” (scientific attitudes). Sejalan dengan
pengertian tersebut, IPA merupakan suatu rangkaian konsep yang saling berkaitan
dengan bagan-bagan konsep yang telah berkembang sebagai suatu hasil
eksperimen dan observasi, dan selanjutnya akan bermanfaat untuk eksperimentasi
dan observasi lebih lanjut.  

iv
Merujuk pada pengertian IPA di atas, maka hakikat IPA meliputi empat
unsur, yaitu: (1) produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum; (2) proses: yaitu
prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi
pengamatan, penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen, percobaan atau
penyelidikan, pengujian hipotesis melalui eksperimentasi; evaluasi, pengukuran,
dan penarikan kesimpulan; (3) aplikasi: merupakan penerapan metode atau kerja
ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari; (4) sikap: yang terwujud
melalui rasa ingin tahu tentang obyek, fenomena alam, makhluk hidup, serta
hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru namun dapat dipecahkan
melalui prosedur yang benar. Oleh karena ituIPA bersifat open ended  karena
selalu berkembang mengikuti pola perubahan dinamika dalam masyarakat.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang
alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat
menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam
sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam
kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian
pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri 
dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh
pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan
manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasi-kan. 
Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana untuk menjaga dan memelihara
kelestarian lingkungan.  Di tingkat SMP diharapkan ada penekanan pembelajaran
Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) secara terpadu yang
diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya
melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. 
Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific
inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah
serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh

iv
karena itu pembelajaran IPA di SMP menekankan pada pemberian pengalaman
belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan
proses dan sikap ilmiah.
4. Sekolah Inklusi
Pendidikan Inklusif adalah sebuah layanan pendidikan yang
mempersyaratkan agar semua anak berkelainan dilayani di sekolah – sekolah
terdekat, di kelas reguler bersama – sama teman seusianya (Mervyn Hyde, dalam
Triworo, 2019)
Menurut Permendiknas No. 70 tahun 2009 pendidikan inklusif didefinisikan
sebagai sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada
semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan
dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam
lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya.
Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif, dikaji dengan Pendekatan Sistem,
meliputi input, proses, dan out-put, aspeknya meliputi: a) Kesiapan Sekolah
(warga sekolah, guru, personil dan siswa); b) Sistem penerimaan siswa/anak
berkebutuhan khusus (ABK); c) Proses layanan pendidikan, termasuk sarana
prasarana, guru, personil lainnya: d) Hasil lulusan siswanya (out-come).
Dalam pelaksanaannya, pendidikan inklusif bertujuan untuk memberikan
kesempatan yang seluas- luasnya dan mewujudkan penyelenggaraan pendidikan
yang menghargai keanekaragaman, dan tidak diskriminatif kepada semua peserta
didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial, atau memiliki
potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan yang
bermutu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya(Nancy wardon, dalam
Triworo, 2019).
Dengan demikian, inklusi adalah sebuah filosofi pendidikan dan sosial. Dalam
inklusi, semua orang adalah bagian yang berharga dalam kebersamaan, apapun
perbedaan mereka. Dalam pendidikan ini berarti bahwa semua anak, terlepas dari
kemampuan maupun ketidakmampuan mereka, jenis kelamin, status sosial-
ekonomi, suku, latar belakang budaya atau bahasa dan agama menyatu dalam
komunitas sekolah yang sama(David smith,2015).

iv
Dalam sekolah inklusif, sekolah harus mampu mengembangkan kurikulum
sesuai dengan tingkat, perkembangan, dan karakteristik peserta didik agar lulusan
memiliki kompetensi untuk bekal hidup (life skill) (wiley,2011). Salah satu tujuan
pendidikan inklusif, yaitu menciptakan dan menjaga komunitas kelas yang hangat,
menerima keanekaragaman, dan menghargai perbedaaan. Guru mempunyai
tanggung jawab menciptakan suasana kelas yang menampung semua anak secara
penuh dengan menekankan suasana dan perilaku sosial yang menghargai
perbedaan, mencakup perbedaan kemampuan,. Kondisi fisik, sosial, ekonomi,
suku, agama, dan sebagainya. Pendidikan inklusif berarti penerapan kurikulum
yang multilevel dan multimodalitas.
Program kebutuhan khusus berbeda-beda untuk setiap Peserta Didik
Berkebutuhan Khusus (PDBK), bergantung kepada jenis hambatannya. ( POS
Sekolah Inklusif, 2018). Tabel 1. Menyajikan gambaran tentang program
kebutuhan khusus untuk masing-masing kategori PDBK.
Tabel 1. Contoh Program kevutuhan Khusus
Jenis Hambatan Program Kebutuhan Khusus
Hambatan Gerak Pengembangan Kemampuan Gerak
Pengembangan kemamuan bina diri
Autis Pengembangan komunikasi , interaksi sosial dan perilaku.
Hambatan Perilaku Pengembangan pribadi dan sosial, emosi perilaku.
Hambatan kecerdasan Pengembangan kemampuan diri
Inteletual

Penggunaan alat dan media pembejaran juga berbeda-beda untuk setiap


Peserta Dididk Berebutuhan Khusus (PDBK), bergantung kepada jenis
hambatanna (POS Sekolah Inklusif, 20018). Tabel 2. Menyajikan gambaran
tentang pemanfaatan alat dan media untuk PDBK.
Tabel 2. Contoh Alat dan Media Belajar
Jenis Hambatan Alat Belajar Media Belajar
Hambatan Tape recorder. Talking book, Benda asli, benda tiruan,
Pengelihatan buku braille, computer bicara globe, peta timbul dan
berbagai objek timbul lainnya.
Hambatan Video player, TV monitor, Benda asli, benda tiruan,
Pendengaran projector, computer, papan video, foto, gambar.
tulis.
Hambatan Gerak Tape recorder. Video player, Benda asli, benda tiruan,
TV monitor, projector, dan video, foto, gambar.
peralatan adaptif yang
mencakup meja, kursi, alat
tulis, computer, papan tulism
alat terapi, alat music, alat

iv
keterampilan.
Autis Tape recorder, video player, Benda aslim benda tiruan,
TV monitor, projector, video. Foto, gambar/
computer, papan tulis, alat
terapi, alat music, alat
keterampilan.

C. PEMBAHASAN
1. Karakeristik Peserta Didik Berkebutuan Khusus
Peserta Didik Berkebutuhan Khusus dalam Fisik. Karakter umum yang
dialami ABK dilihat dari fisik meliputi: 1) kesulitan memproses. Hal ini terjadi
karena gangguan suara yang menghambat diterimanya informasi atau untuk
mengungkapkan sesuatu secara memadai. 2) kesulitan dalam motivasi dalam
berinteraksi. 3) kesulitan berpartisipasi karena gangguan fisik yang menghambat
kemampuan anak untuk bergabung dalam kegiatan kelas.
Sementara itu, jenis-jenis kelainan fisik antara lain 1) Cerebral Palsy yaitu
ketidaknormalan gerakan dan postur karena gangguan atau ketidakmatangan otak.
Epilepsi termasuk bagian dari Cerebral Palsy ini. 2) Spina Bifida yaitu gangguan
saraf yang terpusat. Gangguan ini akan menyebabkan kelumpuhan kaki dan
kekurangmampuan mengontrol buang air kecil.. 3) Epilepsi yaitu gangguan saraf
yang masuk pada Cerebral Palsy. Gangguan saraf yang menyebabkan kehilangan
kendali atas satu atau lebih aspek- aspek kegiatan tubuh, stilahnya Convulsion.
Peserta Didik Berkebutuhan Khusus dalam Psikisnya. Keterbelakangan mental
menggambarkan orang yang memiliki kesulitan dalam mengatasi masalah,
memahami pemikiran dan konsep dan dalam mempelajari keterampilan-
keterampilan akademik seperti calistung. Untuk mengungkapkan keterbelakangan
mental bisa dikaji dengan IQ dan EQ. IQ hanya mengungkapkan sedikit tentang
bagaimana seseorang bisa mengatasi dan menghadapi permasalahan keseharian.
Kemudian EQ mengungkapkan bagaimana seseorang menyikapi permasalahan
kesehariannya.

2. RancanganPembelajaran IPA Peserta Didik Berkebutuhan Khusus


(PDBK) pada Sekolah Inklusi
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana pembelakaran yang
dibuat untuk satu atau beberapa kali pertemuan dalam mata pelajaran IPA. RPP

iv
merupakan penjabaran lebih rinci dan operasional dari silabus. RPP di kelas
inklusi nrsifat klasikal, artinya dibuat dan diperumtukkan nagi semua peserta
didik secara bersama, baik Peserta Didik Berkebutuham khusus (PDBK) maupun
peserta didik umum. Oleh karena itu, RPP di kelas inklusid pada dasarnya sama
dengan rencana pembelajaran yang umum (regular), baik berkaitan dengan
elemen yang terkandung di dalamnya, struktur, maupun cara pengembangannya.
Untuk mewadahi pengaturan pelaksanaan pembelajaran PDBK, maka perlu
dibuatkan catatan tambahan pada RPP umum yang dibuat. Catatan tambahan
ditulis pada setiap komponen RPP yang dianggap memerlukan penyesuaian bagi
PDBK tertentu.
Mata Pelajaran IPA Kelas VII Kompetensi Dasar 3.3. Menjelaskan konsep
campuran dan zat tunggal (unsur dan senyawa), sifat fisika dan kimia, perubahan
fisika dan kimia dalam kehidupan sehari-hari. 4.3. Menyajikan hasil penyeledikan
atau kara tentang sifat larutan, perubahan fisika dan perubahan kimia, atau
pemisahan campuran.Alternatif rancangan pembelajaran bisa dilahat pada tabel 3
berikut.
Tabel 3. Rancangan Pembelajaran untuk Materi Pengukuran kelas VII
RANCANGAN PESERTA DIDIK UMUM PESERTA DIDIK KHUSUS
(Hambatan Kecerdasan Intelektual)
Pendekatan Student Centered Teacher Centered
Strategi Discovery Discovery
Motode Eksperimen Demonstrasi
Teknik / Taktik Specifik Individual
Model Emperikal Konseptual

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP) Mata Pelajaran IPA Kelas Inklusi


pada dasarnya seperti RPP untuk peserta didik regular / umum yang termodifikasi,
mengingat materi yang akan disampaikan sama antara peserta didik regular dan
berkebutuhan khusus.Contoh indikator dan tujuan pembejaran RPP termodifikasi
dapat dilihat pada tabel 4 dan tabel 5 di bawah ini. Adapun contoh RPP
termodifikasi secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 1.
Tabel 4. Indikator RPP termodifikasi
Peserta Didik Umum ABK  (Tunagrahita)
Memberi contoh benda zat padat, cair dan gas Memberi contoh benda zat padat, cair dan gas
Menjelaskan perbedaan sifat-sifat zat padat, cair Menyebutkan sifat-sifat zat padat, cair dan
dan gas. gas.
Terampil mengelompokkan macam-macam zat Menyebutkan 2 benda contoh dari zat padat,
padat, cair dan gas. cair dan gas

iv
Menjelaskan perubahan pada zat padat, cair dan Memberi contoh perubahan pada zat padat,
gas cair dan gas

Tabel 5. Tujuan Pembelajaran RPP termodifikasi


Peserta Didik Umum ABK  (Tunagrahita)
Setelah membaca buku materi, siswa dapat Setelah membaca buku materi, siswa dapat
memberi contoh benda zat padat, cair dan gas. memberi contoh benda zat padat, cair dan gas.
Dengan mengamati benda di sekitar, siswa Dengan mengamati benda di sekitar, siswa
dapat mengidentifikasi kelompok benda. dapat menyebutkan sifat-sifat benda padat,
(padat, cair, gas) cair, gas.
Dengan mengamati benda sekitar, siswa dapat Dengan mengamati benda sekitar, siswa dapat
mengelompokan macam-macam zat padat, menyebutkan 2 contoh benda zat padat, cair
cair dan gas. dan gas.
Dengan mengamati benda sekitar, siswa dapat Dengan mengamati benda sekitar, siswa dapat
menjelaskan perubahan pada zat padat, cair memberi contohperubahan pada zat padat, cair
dan gas. dan gas.

3. Dampak yang diharapkan


Pelaksanaan pembelajaran pada sekolah inklusi dengan mencermati karakter
Peserta didik berkebutuhan khusus dengan rancangan yang sesuai mulai dari
pendekatan, strategi, metode, teknik/taktik dan model pembelajaran yang tepat
akan berdampak positif pada semua peserta didik untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai.
Guru profesional pada sekolah inklusi berperan sebagai Guru Berkebutuhan
Khusus (GBK) dituntut memiliki kopetensi yang memadai dalam perannya.
Kegiatan peningkatan kompetensi melalui pendidikan dan pelatihan, workshop
dan latihan secara mandiri harus selalu dilakakuan secara berkesinambungan.
Keberhasilan pembelajaran dapat dilihat dari alat ukur evaluasi yang sudah
disiapkan. Alat evaluasi yang dimaksud tidak hanya untuk mengukur keberhasilan
peserta didik regular maupun peserta didik bekebutuhan khusus tetapi dapat juga
untuk mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran pada sekolah inklusi.

C. PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan gagasan di atas dapat disimpulkan sebagai
berikut :

iv
a. Peserta Didik Berkebutuhan Khusus dalam Fisik. Karakter umum yang dialami
PDBK dilihat dari fisik meliputi: 1) kesulitan memproses. Hal ini terjadi karena
gangguan suara yang menghambat diterimanya informasi atau untuk
mengungkapkan sesuatu secara memadai. 2) kesulitan dalam motivasi dalam
berinteraksi. 3) kesulitan berpartisipasi karena gangguan fisik yang
menghambat kemampuan anak untuk bergabung dalam kegiatan kelas.
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Mata Pelajaran IPA Kelas Inklusi
pada dasarnya seperti RPP untuk peserta didik regular / umum yang
termodifikasi, mengingat materi yang akan disampaikan sama antara peserta
didik regular dan berkebutuhan khusus..
c. Guru profesional pada sekolah inklusi berperan sebagai Guru Berkebutuhan
Khusus (GBK) dituntut memiliki kopetensi yang memadai dalam perannya.
Kegiatan peningkatan kompetensi melalui pendidikan dan pelatihan, workshop
dan latihan secara mandiri harus selalu dilakakuan secara berkesinambungan.
Keberhasilan pembelajaran dapat dilihat dari alat ukur evaluasi yang sudah
disiapkan. Alat evaluasi yang dimaksud tidak hanya untuk mengukur
keberhasilan peserta didik regular maupun peserta didik bekebutuhan khusus
tetapi dapat juga untuk mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran pada sekolah
inklusi.
d. Prestasi peserta didik sebagai hasil akhir semua upaya dapat diperoleh melalui
kondisi pembelajaran yang kompetitif sehat, prestasi yang dimaksud meliputi
aspek koqnitif, afektif dan psikomotor.

2. Saran
SMP Negeri 3 Maospati sebagai sekolah inklusi mempunyai kewajiban
menyediakan sumber daya manusia baik tenaga pendidik maupun tenaga
kependidikan yang terampil untu membimbing dan melayani PDBK, demikian
juga pemenuhi sarana dan prasarana untuk sekolah inklusi.
Guru kelas inklusi diharapkan terampil dalam menyusun rancangan
pembelajaran yang sesuai dengan PDBK meliputi pendekatan, strategi, metode,
teknik/taktik dan model pembelajaran. Guru harus selalui aktif meningkatkan
kompetensi melalui berbagai macam cara yang memungkinkan dapat diikuti.

iv
Peserta didik diharapkan aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran,
prestasi belajar sebagai hasil akhir melalui pembelajaran yang kompetitif perlu
terus dikembangkan. Aspek sikap akan mempunyai peran penting mendampingi
prestasi belajar koqnitif maupun psikomotor.

DAFTAR PUSTAKA

________, 2018. Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaran


Pendidikan Inklusif di Sekolah Dasar, Dinas Pendidikan
Propinsi jawa Timur : Surabaya.

Abin Syamsuddin Makmun, 2003,Psikologi Pendidikan,Rosda Karya Remaja :


Bandung.

Dasim Budimasyah, 2010, PAKEM Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan


Menyenangkan, Genesindo : Bandung.

David J. Smith, 2015, Sekolah untuk Semua teori dan implememtasi inklusi,
Nuansa Cendekia : Jakarta

Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990,Strategi Belajar Mengajar,


(Diktat Kuliah), FPTK-IKIP Bandung : Bandung.

Erlin Rosalin, 2009, Bagaimana Menjadi Guru Inspiratif ?, Karsa Mandiri


Persada : Bandung.

http://smacepiring.wordpress.com/, Beda Strategi, Model, Pendekatan, Metode,


dan Teknik Pembelajaran.

https://idarianawaty.wordpress.com/2013/10/16/mata-pelajaran-ilmu-
pengetahuan-alam-ipa-smpmts-menurut-kurikulum-2013/

https://www.kompasiana.com/jora5074/5c258314c112fe4d8758de88/karakter-
dan-kenutuhan-pendidikan-bagi-anak-berkebutuhan-khusus-
yang-harus-dipahami-pendidik, : Magetan.

MGMP IPA SMP Kabupaten Magetan, 2019, Buku Pendamping Ilmu


Pengetauan AlamKelas VII,

Munawir Yusuf, 2003, Pendidikan bagi Anak dengan Problema Belajar, Tiga
Serangkai : Solo.

Permendiknas nomor 70tahun2009tentangPendidikan inklusif bagi peserta


didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan

iv
dan/atau bakat istimewa, Kementerian Pendidikan Nasional :
Jakarta.

Suryadi, 2009. Managemen Mutu Berbasis Sekolah – Konsep dan Aplikasi.


Sarana Panca Karya : Bandung

Triworo Parnoningrum, 2019, Manajemen Pendidikan Inklusi Melalui


Penerapan Indek Inklusi, CV. Mazda Media : Bojonegoro

Udin S. Winataputra, 2003,Strategi Belajar Mengajar, Pusat Penerbitan


Universitas Terbuka : Jakarta.

Undang Undang Nomor 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional,


Depdiknas : Jakarta.

Wahono Wibowo, 2017, Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VII semester 1,


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, CV. Smart Consulting
Indonesia : Karanganyar.

Wina Senjaya, 2008,Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses


Pendidikan, Kencana Prenada Media Group : Jakarta

Wina Sanjaya, 2012, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Kencana :


Jakarta

iv
iv
ABSTRAK

Sugeng Rijadi, 196912102005011011 “Rancangan Pembelajaran IPA


Untuk Peserta Didik Berkebutuhan Khusus (PDBK) di SMP Negeri 3
Maospati sebagai Sekolah Inkliusi” . Makalah Pendidikan.

Tujuan dari pemaparan gagasan ini adalah untuk : a) Mengetahui cara


mengetahui karakteristik peserta didik SMP Negeri 3 Maospati yang termasuk
dalam peserta didik berkebutuhan khusus. b) Mengetahui Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM) pelajaran IPA yang diterapkan pada peserta didik berkebutuhan
khusus. c) Mengetahui hasil yang dicapai dalam penerapan KBM pelajaran IPA
pada peserta didik berkebutuhan khusus.
Peserta Didik Berkebutuhan Khusus dalam Fisik. Karakter umum yang
dialami ABK dilihat dari fisik meliputi: 1) kesulitan memproses. Hal ini terjadi
karena gangguan suara yang menghambat diterimanya informasi atau untuk
mengungkapkan sesuatu secara memadai. 2) kesulitan dalam motivasi dalam
berinteraksi. 3) kesulitan berpartisipasi karena gangguan fisik yang menghambat
kemampuan anak untuk bergabung dalam kegiatan kelas.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Mata Pelajaran IPA Kelas
Inklusi pada dasarnya seperti RPP untuk peserta didik regular / umum yang
termodifikasi, mengingat materi yang akan disampaikan sama antara peserta didik
regular dan berkebutuhan khusus.Guru profesional pada sekolah inklusi berperan
sebagai Guru Berkebutuhan Khusus (GBK) dituntut memiliki kopetensi yang
memadai dalam perannya. Kegiatan peningkatan kompetensi melalui pendidikan
dan pelatihan, workshop dan latihan secara mandiri harus selalu dilakakuan secara
berkesinambungan. Keberhasilan pembelajaran dapat dilihat dari alat ukur
evaluasi yang sudah disiapkan. Alat evaluasi yang dimaksud tidak hanya untuk
mengukur keberhasilan peserta didik regular maupun peserta didik bekebutuhan
khusus tetapi dapat juga untuk mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran pada
sekolah inklusi.Prestasi peserta didik sebagai hasil akhir semua upaya dapat
diperoleh melalui kondisi pembelajaran yang kompetitif sehat, prestasi yang
dimaksud meliputi aspek koqnitif, afektif dan psikomotor.

Kata Kunci : Rancangan Pembelajaran, PDBK

iv
iv

Anda mungkin juga menyukai