Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Neonatus

a. Pengertian

Neonatus normal adalah neonatus yang lahir dari kehamilan 37

minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai

dengan 4000 gram (Maryanti, Sujianti dan Budiarti, 2011).

Neonatus (bayi baru lahir) normal adalah bayi yang lahir dari

kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500

gram sampai dengan 4000 gram ( Sudarti dan Khoirunnisa, 2009)

b. Tahapan Neonatus

Bayi baru lahir adalah sebagai hasil konsepsi ovum dan

spermatozoon dengan masa gestasi memungkinkan hidup diluar

kandungan (Dewi, 2010). Bayi baru lahir disebut dengan neonatus,

dengan tahapan:

1) Umur 0-7 hari disebut neonatal dini

2) Umur 8- 28 hari disebut neonatal lanjut

10
11

c. Kelainan pada Neonatus

Resiko tinggi menyatakan bahwa bayi harus mendapat

pengawasan ketat oleh dokter dan perawat yang telah

berpengalaman. Lama masa pengawasan biasanya beberapa hari

tetapi dapat berkisar dari beberapa jam sampai beberapa minggu.

Jenis-jenis resiko tinggi pada neonatus menurut Kosim (2010)

adalah :

1) BBLR

BBLR yaitu bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari

2500 gram

2) Hiperbilirubinemia

Merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir dimana kadar

bilirubin seru total lebih dari 10 mg % pada minggu pertama

dengan ditandai ikterus.

3) Asfiksia Neonaturum

Merupakan keadaan dimana bayi tidak dapat bernafas spontan

dan teratur setelah lahir, yang dapat disertai dengan hipoksia.

4) Tetanus neonaturum

Merupakan tetanus yang terjadi pada bayi yang dapat

disebabkan adanya infeksi melalui tali pusat, Yang dipicu oleh

kuman clostridium tetani yang bersifat anarerob dimana kuman

tersebut berkembang tanpa adanya oksigen.


12

5) Respiratory Distress Sindrom

Merupakan kumpulan gejala yang terdiri dari dispneo, frekwensi

pernapasan yang lebih dari 60 kali permenit, adanya sianosis,

adanya rintihan, pada saat ekspirasi adanya rektraksi

suprasternal.

2. Berat Badan Lahir Rendah

a. Pengertian

Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir

yang berat badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram

(Maryanti, Sujianti dan Budiarti, 2011). Bayi BBLR adalah bayi

yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa

memperhatikan usia gestasi (Maryuani, 2013), sedangkan menurut

Pantiawati (2010) BBLR adalah bayi dengan berat badan lahir

kurang dari 2500 gram. Dahulu bayi baru lahir yang berat badan

lahir kurang atau sama dengan 2500 gram disebut prematur.

Bayi BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang

dari 2500 gram tanpa memandang masa kehamilan. Dahulu neonatus

dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram atau sama dengan

2500 gram disebut prematur . Pembagian menurut berat badan ini

sangat mudah tetapi tidak memuaskan. Sehingga lambat laun

diketahui bahwa tingkat morbiditas dan mortalitas pada neonatus

tidak hanya bergantung pada berat badan saja, tetapi juga pada

tingkat maturitas bayi itu sendiri (Proverawati dan Ismawati, 2010).


13

b. Klasifikasi BBLR

Ada beberapa cara dalam mengelompokkan BBLR

(Proverawati, 2010) :

1) Menurut harapan hidupnya

a) Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-

2500 gram.

b) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir

1000-1500 gram.

c) Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan berat lahir

kurang dari 1000 gram.

2) Menurut masa gestasinya

a) Prematuritas murni (SMK)

Prematuritas murni yaitu masa gestasinya kurang dari 37

minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan

untuk masa gestasi atau biasa disebut neonatus kurang

bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK)

(Proverawati, 2010)

b) Dismaturitas (KMK)

Dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang

dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Bayi

mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan

merupakan bayi kecil untuk masa kehamilannya (KMK).


14

Dismaturitas yaitu berat bayi yang lahir dengan berat badan

kurang dari semestinya untuk masa gestasi, dengan

batasan yang diajukan oleh Battaglia dan Lubhenco

(1967) yakni dibawah percentil ke 10 dilihat dari kurva

pertumbuhan dan perkembangan yang dapat merupakan

bayi preterm, aterm, atau postterm. Istilah lain yang

digunakan adalah Small for Gestational Age (SGA).

Penyebab dismaturitas ialah janin mengalami gangguan

pertumbuhan didalam uterus atau Intra Uterine Growth

Retardation (IUGR) sehingga pertumbuhan janin

mengalami hambatan.

KMK dibagi atas :

(1) Simetri, adalah janin yang menderita distres yang

lama, dimana gangguan pertumbuhan terjadi

berminggu-minggu sampai berbulan-bulan sebelum

lahir sehingga tampak pertumbuhan otak dan tulang

rangka terganggu dan seringkali berkaitan dengan

hasil akhir perkembangan syaraf yang buruk (Kosim,

2010)

(2) Asimetri, terjadi akibat distres sub-akut. Gangguan

terjadi beberapa minggu sampai beberapa hari

sebelum janin lahir. Pertumbuhan jantung, otak dan

tulang rangka tampak paling sedikit terpengaruh,


15

sedangkan ukuran hati, limpa, timus sangat berkurang

dan berat tidak sesuai dengan masa gestasi (Kosim,

2010).

Pertumbuhan alat-alat dalam tubuh bayi prematur

kurang sempurna, karena itu bayi sangat peka terhadap

gangguan pernapasan, infeksi, trauma kelahiran,

hipotermi dan sebagainya. Sedangkan bayi dismatur dapat

lebih mudah hidup setelah berada di luar rahim karena

alat-alat tubuh lebih berkembang dibandingkan bayi

prematur dengan berat badan yang sama. Dalam jangka

panjang bayi BBLR dapat mengalami gangguan

pertumbuhan, perkembangan, penglihatan, pendengaran

serta penyakit paru kronik (Maryunani, Anik &

Nurhayati, 2009).

c. Etiologi

Menurut Maryanti, Sujianti dan Budiarti (2011), faktor-faktor

yang mempengaruhi kelahiran bayi BBLR yaitu:

1) Faktor ibu: umur, paritas, ras, infertilitas, riwayat kehamilan

tidak baik, lahir abnormal, jarak kelahiran terlalu dekat, BBLR

pada anak sebelumnya, penyakit akut dan kronik, kebiasaan

tidak baik seperti merokok dan minum alkohol, preeklamsi, dll.

2) Faktor plasenta tumor, kehamilan ganda.

3) Faktor janin infeksi bawaan, kelainan kromosom.


16

d. Manifestasi klinis

Secara umum gambaran klinis dari bayi BBLR adalah sebagai

berikut (Proverawati dan Ismawati, 2010):

1) Berat kurang dari 2500 gram

2) Panjang kurang dari 45 cm

3) Lingkar dada kurang dari 30 cm

4) Lingkar kepala kurang dari 33 cm

5) Umur kehamilan kurang dari 37 minggu

6) Kepala lebih besar

7) Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang

8) Otot hipotonik lemah

9) Pernapasan tak teratur dapat terjadi apneu

10) Ekstremitas: paha abduksi, sendi lutut/kaki fleksi-lurus

11) Kepala tidak mampu tegak

12) Pernapasan 40-50 kali/menit

13) Nadi 100-140 kali/menit

e. Komplikasi BBLR

Komplikasi BBLR menurut Pantiawati (2010) adalah :

1) Hipotermia

Dalam kandungan, bayi berada dalam suhu lingkungan

yang normal dan stabil yaitu 36o C, segera setelah lahir bayi

dihadapkan pada suhu lingkungan yang umumnya lebih rendah.


17

Perbedaan suhu ini memberi pengaruh pada kehilangan panas

tubuh bayi (Pantiawati, 2010)

2) Hipoglikemia

Penyelidikan kadar gula darah pada 12 jam pertama

menunjukkan bahwa hipoglikemia dapat terjadi sebanyak 50%

pada bayi matur. Glukosa merupakan sumber utama energi

selama masa janin. Kecepatan glukosa yang diambil janin

tergantung dari kadar gula darah ibu karena terputusnya

hubungan plasenta dan janin menyebabkan terhentinya

pemberian glukosa (Pantiawati, 2010).

3) Perdarahan intracranial

Perdarahan intracranial dapat terjadi karena trauma lahir,

disseminated intravascular coagulopathy atau trombositopenia

idiopatik. Matriks germinal epidimal yang kaya pembuluh darah

merupakan wilayah yang sangat rentan terhadap perdarahan

selama minggu pertama kehidupan (Pantiawati, 2010).

f. Penatalaksanaan Umum pada BBLR

1) Mempertahankan Suhu Tubuh

Bayi prematur akan cepat mengalami kehilangan panas badan

dan menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan

belum berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah, dan

permukaan tubuh yang relatif luas. Oleh karena itu bayi

prematur harus dirawat di dalam inkubator sehingga panas


18

badannya mendekati dalam rahim. Bila belum memiliki

inkubator, bayi prematur dapat dibungkus dengan kain dan

disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas atau

menggunakan metode kanguru yaitu perawatan bayi baru lahir

seperti bayi kanguru dalam kantung ibunya (Proverawati dan

Ismawati, 2010).

Bila bayi dirawat di inkubator maka suhu bayi dengan berat

badan, 2 kg adalah 35 derajat celcius dan untuk bayi dengan

berat badan 2-2,5 kg adalah 33-34 derajat celcius (Maryanti,

Sujianti dan Budiarti, 2011).

Tabel 2.1 Temperatur yang dibutuhkan menurut umur dan


berat badan neonatus

Berat Badan Neonatus


Umur
<1200 gr 1201-1500 gr 1501-2500 gr > 2500 gr
0-24 jam 34-35,4 0C 33,3-34,4 31,8-33,8 31-33,8
24-48 jam 34-35 33-34,4 31,4-33,6 30,5-33
48-72 jam 34-35 33-34 31,2-33,4 30,1-33,2
72-96 jam 34-35 33-34 31,1-33,2 29,8-32,8
4-14 hari 32,6-34 31-33,2 29
2-3 minggu 32,2-34 30,5-33
3-4 minggu 31,6-33,6 30-32,2
4-5 minggu 31,2-33 29,5-32,2
5-6 minggu 30,6-32,3 29-31,831,4-33,6
Sumber: Maryanti, dkk (2011)

2) Pengaturan dan Pengawasan Intake Nutrisi

Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi dalam hal ini

adalah menentukan pilihan susu, cara pemberian, dan jadwal

pemberian yang sesuai dengan kebutuhan bayi BBLR

(Proverawati dan Ismawati, 2010).


19

ASI merupakan pilihan pertama jika bayi mampu

menghisap. ASI merupakan makanan yang paling utama,

sehingga ASI adalah pilihan yang harus didahulukan untuk

diberikan. ASI juga dapat dikeluarkan dan diberikan pada bayi

yang tidak cukup menghisap. Bila faktor menghisapnya kurang

maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok

perlahan-lahan atau dengan memasang sonde ke lambung.

Permulaan cairan yang diberikan sekitar 200 cc/kg/hari. Jika

ASI tidak ada atau tidak mencukupi khususnya pada bayi BBLR

dapat digunakan susu formula yang komposisinya mirip ASI

atau susu formula khusus bayi BBLR (Proverawati dan

Ismawati, 2010).

Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan

didahului dengan menghisap cairan lambung. Reflek menghisap

masih lemah, sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit

demi sedikit, tetapi frekuensi yang lebih sering (Maryanti,

Sujianti dan Budiarti, 2011).

3) Pencegahan Infeksi

Infeksi adalah masuknya bibit penyakit atau kuman ke

dalam tubuh khususnya mikroba. Bayi BBLR sangat mudah

mendapat infeksi. Infeksi terutama disebabkan oleh infeksi

nosokomial. Rentan terhadap infeksi ini disebabkan oleh kadar

immunoglobulin serum pada bayi BBLR masih rendah, aktivitas


20

bakterisidal neotrofil, efek sitotoksik limfosit juga masih rendah

dan fungsi imun belum berpengalaman (Proverawati dan

Ismawati, 2010).

4) Penimbangan Berat Badan

Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau

nutrisi bayi dan erat kaitanya dengan daya tahan tubuh, oleh

sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan dengan

ketat (Proverawati dan Ismawati, 2010).

5) Pemberian Oksigen

Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi

bayi preterm BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan.

Konsentrasi O2 yang diberikan sekitar 30-35% dengan

menggunakan head box, konsentrasi O2 yang tinggi dalam masa

yang panjang akan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina

bayi yang dapat menimbulkan kebutaan (Proverawati dan

Ismawati, 2010).

6) Pengawasan Jalan Napas

Jalan napas merupakan jalan udara melalui hidung, pharing,

trachea, brobchiolus, bronchioles respiratorius, dan duktus

alveoleris ke alveoli. Terhambatnya jalan napas dapat

menimbulkan asfiksia, hipoksia dan akhirnya kematian. Selain

itu bayi BBLR tidak dapat beradaptasi dengan asfiksia yang

terjadi selama proses kelahiran sehingga dapat lahir dengan


21

asfiksia perinatal. Bayi BBLR berisiko mengalami serangan

apneu dan defisiensi surfakatan, sehingga tidak dapat

memperoleh oksigen yang cukup yang sebelumnya diperoleh

dari plasenta. Dalam kondisi seperti ini diperlukan pembersihan

jalan napas segera setelah lahir, dibaringkan pada posisi miring,

merangsang pernapasan dengan menepuk atau menjentik tumit

(Proverawati dan Ismawati, 2010).

3. Thermoregulasi

a. Pengertian

Termoregulasi adalah kemampuan untuk menjaga

keseimbangan antara pembentukan panas dan kehilangan panas agar

dapat mempertahankan suhu tubuh di dalam batas batas normal

(Sulistyawati, dkk. 2010).

Termoregulasi adalah kemampuan untuk menjaga

keseimbangan antara pembentukan panas dan kehilangan panas agar

dapat mempertahankan suhu tubuh didalam  batas-batas normal

(Sarwono, 2009)

Pada bayi-baru lahir, akan memiliki mekanisme pengaturan

suhu tubuh yang belum efisien dan masih lemah, sehingga penting

untuk mempertahankan suhu tubuh agar tidak terjadi hipotermi.

Proses kehilangan panas pada bayi dapat melalui proses konveksi,

evaporasi, radiasi dan konduksi. Hal ini dapat dihindari bila bayi

dilahirkan dalam lingkungan dengan suhu sekitar 25-28 0C,


22

dikeringkan dan dibungkus dengan hangat. Simpanan lemak yang

tersedia dapat digunakan sebagai produksi panas (Sulistyawati, dkk.

2010).

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Thermoregulasi pada BBLR

Banyak faktor yang mempengaruhi suhu tubuh. Perubahan

pada suhu tubuh dalam rentang normal terjadi ketika hubungan

antara produksi panas dan kehilangan panas diganggu oleh variabel

fisiologis atau prilaku. Berikut adalah faktor yang mempengaruhi

suhu tubuh BBLR :

1) Usia

Pada saat lahir, bayi meninggalkan lingkungan yang

hangat, yang relatif konstan, masuk dalam lingkungan yang

suhunya berfluktuasi dengan cepat.suhu tubuh bayi dapat

berespon secara drastis terhadap perubahan suhu lingkungan.

Bayi baru lahir mengeluaran lebih dari 30% panas tubuhnya

melalui kepala oleh karena itu perlu menggunakan penutup

kepala untuk mencegah pengeluaran panas. Bila terlindung dari

ingkungan yang ektrem, suhu tubuh bayi dipertahankan pada

35,5 ºC sampai 39,5ºC. Produksi panas akan meningkat seiring

dengan pertumbuhan bayi memasuki anak-anak. Perbedaan

secara individu 0,25ºC sampai 0,55 ºC adalah normal (Whaley

and Wong, 2010)


23

2) Lingkungan

Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Jika suhu dikaji

dalam ruangan yang sangat hangat, klien mungkin tidak mampu

meregulasi suhu tubuh melalui mekanisme pengluaran-panas

dan suhu tubuh akan naik. Jika kien berada di lingkungan tanpa

baju hangat, suhu tubh mungkin rendah karena penyebaran yang

efektif dan pengeluaran panas yang konduktif. Bayi paling

sering dipengaruhi oleh suhu lingkungan karena mekanisme

suhu mereka kurang efisien.

c. Thermoregulasi Tidak Efetif

Thermoregulasi tidak efektif adalah fluktuasi suhu tubuh

antara hipotemi dan hipertermi (Nanda, 2012). Bayi baru lahir belum

dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan cenderung mengalami

stress fisik akibat adanya perubahan suhu di luar uterus. Fluktuasi

(naik turunya) suhu di dalam uterus minimal, rentang maksimal

hanya 0,6ºC karena cairan ketuban dalam uterus suhunya relatif

tetap. Suhu di dalam uterus sekitar 36ºC-37ºC sedangkan suhu

ruangan sekitar 24ºC-32ºC maka bayi segera setelah lahir akan

menyesuaikan diri terhadap lingkungan di luar uterus yang sangat

berbeda dengan kondisi dalam uterus (Sulistyawati, dkk. 2010).

Semakin kecil tubuh neonatus, semakin sedikit cadangan

lemaknya. Semakin kecil tubuh neonatus juga semakin tinggi rasio

permukaan tubuh dengan massanya. Suhu permukaan kulit


24

meningkat atau turun sejalan dengan perubahan suhu lingkungan.

Sedangkan suhu inti tubuh diatur oleh hipotalamus. Namun pada

pediatrik, pengaturan tersebut masih belum matang dan belum

efisien. Oleh sebab itu pada pediatrik ada lapisan yang penting yang

dapat membantu untuk mempertahankan suhu tubuhnya serta

mencegah kehilangan panas tubuh yaitu rambut, kulit dan lapisan

lemak bawah kulit. Ketiga lapisan tersebut dapat berfungsi dengan

baik dan efisien atau tidak bergantung pada ketebalannya.

Sayangnya sebagian besar pediatrik tidak mempunyai lapisan yang

tebal pada ketiga unsur tersebut. Transfer panas melalui lapisan

pelindung tersebut dengan lingkungan berlangsung dalam dua tahap.

Tahap pertama panas inti tubuh disalurkan menuju kulit. Tahap

kedua panas tubuh hilang melalui radiasi, konduksi, konveksi atau

evaporasi.

1) Evaporasi: Kehilangan panas ke udara ruangan melalui kulit

yang basah atau selaput mukosa.

2) Konduksi: Terjadi jika bayi diletakkan pada permukaan yang

dingin dan padat.

3) Radiasi: Terjadi jika panas berpindah dari bayi ke benda padat

lainnya tanpa melalui kontak langsung.

4) Konveksi: Kehilangan panas dari kulit bayi ke udara bergerak.

Suhu normal neonatus yaitu 36,5-37,5°C, suhu neonatus yang

mengalami hipotermi < 36,5°C dan yang mengalami hipertermi


25

>37,5°C. Neonatus sakit/prematur tidak mempunyai kemampuan

untuk meningkatkan suhu tubuhnya dengan cara meningkatkan laju

metabolik. Selain itu, simpanan lemak coklat & subkutan lebih

sedikit dibandingkan dengan neonatus cukup bulan, pemeriksaan

suhu dilakukan di aksila bayi, pemeriksaan suhu melalui rektal tidak

dianjurkan.

4. Thermoregulasi kaitanya dengan perubahan berat badan BBLR

Tujuan dari thermoregulasi pada BBLR yaitu untuk

mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal (36,5-37,5°C). Masalah

thermoregulasi pada bayi BBLR dapat mengakibatkan terjadinya

hipothermi mau pun hiperthermi. Suhu lingkungan netral (Neutral

Thermal Environment ) yaitu rentang suhu lingkungan di sekitar bayi

dimana bayi dapat mempertahankan suhu tubuh dengan konsumsi

oksigen yang minimal (Sudarti dan Fauziah, 2013)

Bayi baru lahir tidak dapat mengatur temperatur tubuhnya secara

memadai, dan dapat dengan cepat kedinginan jika kehilangan panas tidak

segera dicegah. Bayi yang mengalami kehilangan panas (hipotermia)

berisiko tinggi untuk jatuh sakit atau meninggal. Jika bayi dalam keadaan

basah dan tidak diselimuti, mungkin akan mengalami hipotermia,

meskipun berada dalam ruangan yang relatif hangat. Bayi prematur atau

berat badan rendah sangat rentan terhadap terjadinya hipotermia

(Sarwono, 2009).
26

Bayi prematuritas/BBLR dengan cepat akan kehilangan panas badan

dan menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum

berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah dan permukaan berat

badan relative luas oleh karena itu bayi prematur harus dirawat di dalam

inkubator sehingga panas badanya mendekati dalam rahim (Proverawati

dan Ismawati, 2010).

Tabel 2.2 Pengaturan Suhu Inkubator

Suhu Inkubator (°C) menurut umur


Berat Bayi
35°C 34°C 33°C 32°C
<1500 gr 1-10 hari 11 hari-3 minggu 3-5 minggu >5 minggu
1500-2000 gr 1-10 hari 11 hari-4 minggu >4 minggu
2100-2500 gr 1-2 hari 3 hari-3 minggu >3 minggu
>2500 gr 1-2 hari >3minggu
Sumber: Sudarti dan Fauziah (2013)

Tanda dan gejala BBLR yang mengalami hipotermia antara lain:

vasokonstriksi perifer, depresi susunan saraf pusat, penurunan

metabolism, dan penurunan tekanan arteri pulmonal (distress, takipnea,

tanda-tanda kronis, penurunan BB, BB sulit naik). Efek hipotermia

sendiri salah satunya dapat menyebabkan bayi gagal tumbuh (Sudarti dan

Fauziah, 2013).

Hipertermia juga dapat terjadi pada BBLR karena paparan panas

yang berlebihan dari inkubator atau alat pemancar panas. Salah satu

tanda dan gejalanya yaitu terjadinya tanda dehidrasi dan malas minum

(Sudarti dan Fauziah, 2013).

Pada bayi-baru lahir, akan memiliki mekanisme pengaturan suhu

tubuh yang belum efisien dan masih lemah, sehingga penting untuk
27

mempertahankan suhu tubuh agar tidak terjadi hipotermi. Proses

kehilangan panas pada bayi dapat melalui proses konveksi, evaporasi,

radiasi dan konduksi. Hal ini dapat dihindari bila bayi dilahirkan dalam

lingkungan dengan suhu sekitar 25-28oC, dikeringkan dan dibungkus

dengan hangat.Simpanan lemak yang tersedia dapat digunakan sebagai

produksi panas (Sarwono, 2009).

Bayi prematur umumnya relatif kurang mampu untuk bertahan

hidup karena struktur anatomi atau fisiologi yang imatur dan fungsi

biokimianya belum bekerja seperti bayi yang belih tua. Bayi prematur

dan imatur tidak dapat mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal,

karena pusat pengatur suhu pada otak yang belum matur, kurangnya

cadangan glikogen dan lemak coklat sebagai sumber kalori, sehingga

termoregulasi yang tidak efektif dapat menurunkan berat badan bayi

(Surasmi, 2010).

Intake makanan yang adekuat merupakan suatu hal yang penting

untuk mempertahankan suhu tubuh. Jika suhu bayi menurun, lebih

banyak energi yang digunakan untuk memproduksi panas daripada untuk

pertumbuhan dan terjadi peningkatan penggunaan O2, Bayi yang

kedinginan akan terlihat kurang aktif dan akan mempertahankan panas

tubuhnya dengan posisi fleksi dan meningkatkan pernafasannya secara

menangis, sehingga terjadi peningkatan penggunaan kalori yang

mengakibatkan hipoglikemi yang timbul dari efek hipotermi, begitu juga

hipoksia dan hiperbilirubinemia (Sarwono, 2009).


28

Semakin kecil tubuh neonatus, semakin sedikit cadangan

lemaknya. Semakin kecil tubuh neonatus juga semakin tinggi rasio

permukaan tubuh dengan massanya.Suhu permukaan kulit meningkat

atau turun sejalan dengan perubahan suhu lingkungan. Sedangkan suhu

inti tubuh diatur oleh hipotalamus. Namun pada pediatrik, pengaturan

tersebut masih belum matang dan belum efisien (Sarwono, 2009).

Pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa

mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi yang

kedinginan untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan

suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak coklat

terdapat di seluruh tubuh, dan mereka mampu meningkatkan panas tubuh

sampai 100 %. Untuk membakar lemak coklat, seorang bayi harus

menggunakan glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah

lemak menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh

bayi baru lahir dan cadangan lemak coklat ini akan habis dalam waktu

singkat dengan adanya stress dingin (Guyton, 2007).

Oleh sebab itu pada pediatrik ada lapisan yang penting yang dapat

membantu untuk mempertahankan suhu tubuhnya serta mencegah

kehilangan panas tubuh yaitu rambut, kulit dan lapisan lemak bawah

kulit. Ketiga lapisan tersebut dapat berfungsi dengan baik dan efisien

atau tidak bergantung pada ketebalannya. Sayangnya sebagian besar

pediatrik tidak mempunyai lapisan yang tebal pada ketiga unsur tersebut.

Transfer panas melalui lapisan pelindung tersebut dengan lingkungan


29

berlangsung dalam dua tahap. Tahap pertama panas inti tubuh disalurkan

menuju kulit. Tahap kedua panas tubuh hilang melalui radiasi, konduksi,

konveksi atau evaporasi (Sarwono, 2009).


30

B. Kerangka teori Intake makanan


dan BB ↑
Masalah yang timbul pada
bayi BBLR:
1. Hipoglikemia Tidak
2. Hipotermia kehilangan panas
3. Perdarahan intracranial tubuh
BBLR
Thermoregulasi
efektif
Pentalaksanaan umum bayi
BBLR:
1. Mempertahankan suhu Penimbangan
tubuh bayi BB
2. Pengaturan dan
pengawasan intake Thermoregulasi
nutrisi tidak efektif
3. Pencegahan infeksi
4. Pemberian oksigen
5. Pengawasan jalan Kehilangan
napas panas tubuh

Faktor-faktor yang Mengambil


mempengaruhi cadangan lemak
thermoregulasi BBLR : tubuh
1. Usia
2. Lingkungan BB ↓

Gambar 2.1 Kerangka teori


Proverawati dan Ismawati (2010), Maryanti, Sujianti dan Budiarti (2011)

C. Kerangka Konsep

Thermoregulasi efektif
Perubahan berat
badan bayi BBLR
Thermoregulasi tidak
efektif

Gambar 2.2 Kerangka Konsep


31

D. Hipotesis penelitian

Hipotesis adalah jawaban mengarahkan kepada hasil penelitian, maka di

dalam perencanaan penelitian perlu dirumuskan jawaban sementara dari

penelitian (Notoatmodjo, 2012).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ha : Ada pengaruh thermoregulasi terhadap perubahan berat badan pada

pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Ruang Perinatal

RSUD Dr.H. Soewondo Kendal

Ho : Tidak ada pengaruh thermoregulasi terhadap perubahan berat badan

pada pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Ruang

Perinatal RSUD Dr.H. Soewondo Kendal

Anda mungkin juga menyukai