Anda di halaman 1dari 88

Kegawatan

Perinatal

dr. Rivai Koesen, SpA


Kematian Bayi di Jawa Tengah

• Angka kematian bayi (AKB) :  : 2011 : 10,34/1000


2012 : 10,75/1000
2013: 10,41/1000
2014: 10,08/1000

• Angka kematian neonatal 2/3 dari jumlah kematian


bayi
Kematian Neonatal
80-90% penyebab kematian neonatus dan
neonatus dini adalah penyakit yang dapat
ditangani dengan teknologi kedokteran
SEDERHANA yang terseedia di
Puskesmas dan jaringannya
10-20% kasus rujukan memerlukan
biaya mahal dan teknologi tinggi
Asfiksia
neonata
rum
Asfiksia
DEFINISI :
GAGAL NAPAS SPONTAN & TERATUR
SAAT/BBRP SAAT STLH LAHIR
DITANDAI HIPOKSEMIA, HIPERKARBIA &
ASIDOSIS
90 % BBL  TANPA RESUSITASI
10 % BBL  RESUSITASI
 1%  RESUSITASI LENGKAP
Penyebab asfiksia
KEADAAN IBU
ALIRAN DARAH IBU KE PLASENTA 

ALIRAN O2 KE JANIN 

GAWAT JANIN

ASFIKSIA
KEADAAN IBU

• PREEKLAMPSIA & EKLAMPSIA


• PERDARAHAN ABNORMAL
(PLASENTA PREVIA, SOL. PLASENTA)
• PARTUS LAMA ATAU PARTUS MACET
• DEMAM SELAMA PERSALINAN
• INFEKSI BERAT (MALARIA, SIFILIS,TBC,HIV)
• PERSALINAN POST MATUR
KEADAAN TALI PUSAT
ALIRAN DARAH & O2 TALI
PUSATBAYI 

ASFIKSIA
• LILITAN TALI PUSAT
• TALI PUSAT PENDEK
• SIMPUL TALI PUSAT
• PROLAPSUS TALI PUSAT
KEADAAN BAYI
(tanpa tanda gawat janin)

• BAYI PREMATUR (< 37 mgg)

• PERSALINAN SULIT (letsu, gemeli, distokia bahu,


VE, forsep)

• KELAINAN KONGENITAL

• AIR KETUBAN CAMPUR MEKONEUM (kehijauan)


Persiapan
Resusitasi
TIAP KELAHIRAN
 HARUS SIAP RESUSITASI !!
Ada delapan tanda gejala
yang harus diwaspadai
1. Kejang
2. Gangguan napas
3. Gangguan saluran cerna
4. Kemungkinan infeksi
5. Hipotermi
6. Kuning/ikterus
7. Diare
8. Bayi berat rendah dan gangguan pemberian
ASI

18
Kejang
19
KEJANG

• Keadaan emergensi atau tanda bahaya


• Dapat mengakibatkan hipoksia otak yang
cukup berbahaya
– Kematian
– Sekuele di kemudian hari.
• Termasuk dalam kelompok ini
– Spasme (akibat asfiksia neonatorum)
– hipoglikemia dan gangguan metabolic lain
– masalah susunan syaraf atau tanda
meningitis
Diagnosis Banding

1. Kejang metabolik : Hipoglikemia, Hiponatremia,


Hipokalsemia, Hipernatremia
2. Kejang karena infeksi : Meningitis pada neonatus
3. Spasme : Tetanus neonatorum
4. Kejang pasca asfiksia : Ensefalopati hipoksik
iskemik

21
Pemeriksaan Fisis
• Kejang
• Gerakan abnormal pada wajah, mata, mulut, lidah dan
ekstrimitas
• Ekstensi atau fleksi tonik ekstremitas, gerakan seperti
mengayuh sepeda, mata berkedip,berputar, juling.
• Tangisan melengking dengan nada tinggi, sukar berhenti.
• Perubahan status kesadaran, apnea, ikterus, ubun-ubun
besar membonjol, suhu tubuh tidak normal.
• Spasme:
• Bayi tetap sadar, menangis kesakitan
• Trismus, kekakuan otot mulut , rahang kaku, mulut tidak
dapat dibuka, bibir mencucu.
• Opistotonus, kekakuan pada ekstremitas, perut, kontraksi
otot tidak terkendali.Dipicu oleh kebisingan, cahaya, atau
prosedur diagnostik.
• Infeksi tali pusat.

22
“ Jitteriness “

 tidak disertai dengan gerakan abnormal


 mudah terjadi akibat rangsangan
 ditandai dengan gerakan seperti tremor
 dapat dihentikan dengan menfleksikan ekstremitas
yang terlibat
 tidak ada perubahan pada tanda vital dan saturasi
oksigen

23
Manajemen Kejang

1. Medikamentosa untuk memotong


kejang
2. Bebaskan jalan napas dan Oksigenasi
3. Memasang jalur infus intravena
4. Pengobatan sesuai dengan penyebab

24
Medikamentosa untuk memotong kejang

• Fenobarbital 20 mg/kg BB i.v. --- vena dalam waktu 5


menit
• Jika kejang tidak berhenti dapat diulang dengan dosis
10 mg/kg berat badan sebanyak 2 kali dengan selang
waktu 30 menit.
• Jika tidak tersedia jalur intravena, dapat diberikan
intramuskuler dengan dosis ditingkatkan 10-15%.
– Bila kejang berlanjut diberikan fenitoin 20 mg/kg
berat badan intravena dalam larutan garam fisiologis
dengan kecepatan 1mg/kgberat badan / menit.

25
MEDIKAMENTOSA POTONG KEJANG

FENOBARBITAL 20 mg/kgBB (iv,im5 menit)

30 menit

FENOBARBITAL 10 mg/kgBB (iv,im)

30 menit

FENOBARBITAL 10 mg/kgBB (iv,im)

FENITOIN 20 mg/kg (iv) dalam 15 mL NaCl (kecepatan 0,5


mL/menit dlm 30 menit)

RUMATAN  sampai 7 hr bebas kejang


FENOBARBITAL 3-5 mg/kgBB/hari (tunggal/terbagi tiap 12 jam)
FENITOIN 4-8 mg/kgBB/hari iv/oral (terbagi 2-3 kali)
TETANUS NEONATORUM

• Salah satu penyebab utama kematian neonatus


• Angka kematian sangat tinggi (50% atau lebih)
• Sangat berhubungan dengan :
– Aspek pelayanan kesehatan neonatal, terutama
pelayanan persalinan (persalinan yang bersih dan
aman)
– Khususnya perawatan talipusat.
• Komplikasi atau penyulit yang ditakutkan adalah
spasme otot diafragma

27
Pencegahan Tetanus neonatorum  :

• Pelaksanaan Pelayanan Neonatal Esensial,


terutama pemotongan talipusat dengan alat
yang steril
• Perawatan pasca natal, tidak mengoles atau
menabur sesuatu yang tidak higienis pada
talipusat
• Bila sudah terjadi infeksi talipusat , dilakukan
pengobatan yang tepat dengan antibiotika
lokal dan sistemik ( bila diperlukan )

28
Pemeriksaan fisis

• Bayi sadar, terjadi spasme otot berulang


• Mulut “ mencucu “seperti mulut ikan ( carper
mouth )
• Trismus ( mulut sukar dibuka )
• Perut teraba keras (perut papan )
• Opistotonus ( ada sela antara punggung bayi
dengan alas, saat bayi ditidurkan )
• Tali pusat biasanya kotor dan berbau
• Anggota gerak spastik ( boxing position)

29
Manajemen

• Bersihkan dan jaga patensi jalan napas


• Pasang jalur IV dan beri cairan dengan dosis rumatan.
• Berikan diazepam 10 mg/kg/hari secara IV dalam 24 jam
atau dengan bolus IV setiap 3 jam (dengan dosis 0,5
mL/kg per kali pemberian), maksimum 40 mg/kg/hari.
• Bila jalur IV tidak terpasang, pasang pipa lambung dan
berikan diazepam melalui pipa atau melalui rectum;
• Bila perlu, beri tambahan dosis 10 mg/kg tiap 6 jam;
• Bila frekuensi napas kurang 30 kali/menit, obat
dihentikan, meskipun bayi masih mengalami spasme.
• Rujuk bila spasme terus menerus

30
GANGGUAN NAPAS

31
GANGGUAN NAPAS

• Frekuensi napas bayi lebih 60 kali/menit,


• Frekuensi napas bayi kurang 30
kali/menit.
• Bayi dengan sianosis sentral (biru pada
lidah dan bibir).
• Bayi apnea (napas berhenti lebih 20 detik).

• Gangguan Napas Ringan


• Gangguan Napas Sedang
• Gangguan Napas Berat
32
Klasifikasi Gangguan Napas

Frekuensi Gejala tambahan Klasifikasi


napas gangguan napas

> 60 DENGAN Sianosis sentral DAN Gangguan napas


kali/menit tarikan dinding dada berat
atau merintih saat
ekspirasi.
ATAU > 90 DENGAN Sianosis sentral ATAU
kali/ menit tarikan dinding dada
ATAU merintih saat
ekspirasi.
ATAU < 30 DENGAN Gejala lain dari
kali/ menit atau gangguan napas.
TANPA
33
Klasifikasi Gangguan Napas

60-90 DENGAN Tarikan dinding Gangguan napas


kali/menit tetapi dada ATAU sedang
merintih saat
ekspirasi
TANPA Sianosis sentral

ATAU > 90 TANPA Tarikan dinding


kali/ menit dada atau merintih
saat ekspirasi atau
sianosis sentral.

34
Klasifikasi Gangguan Napas

60-90 TANPA Tarikan dinding dada Gangguan napas


kali/menit atau merintih saat ringan
ekspirasi atau sianosis
sentral.

60-90 DENGAN Sianosis sentral Kelainan


kali/menit jantung
kongenital
tetapi
TANPA Tarikan dinding dada
atau merintih.

35
Etiologi/Penyebab

• Pulmonal :
– Asfiksia yang berlanjut
– Aspirasi menonium
– Penyakit membrana Hialin
– TTN ( Transient Tachypnea of The
Newborn
– Hernia Diafragmatika
– Pneumonia

Ekstra Pulmonal :
Metabolik
Infeksi Sistemik
Infeksi Intrakranial
Penyakit Jantung/ Kelainan Jantung Bawaan

36
MANAJEMEN

• Manajemen umum
• Jaga patensi dan bersihkan jalan napas
• Oksigen kecepatan sedang ( Bila tersedia)
• Bayi apnea:
– Rangsang taktil
– VTP ,
• Bila resusitasi berhasil dan bayi napas spontan dan teratur dapat
dilakukan perawatan di Puskesmas
• Bila resusitasi tidak berhasil dalam waktu 2 – 3 menit segera
disiapkan rujukan
• Bila tersedia fasilitas :
– Periksa kadar glukose darah.
– Bila kadar glukose kurang dari 45 mg/dL (2,6 mmol/L),
tangani sebagai hipoglikemia.

37
KELAINAN JANTUNG KONGENITAL

• Sering mengalami sianosis sentral ( mendapat


O2 100%)
• Mungkin tanpa tanda gangguan napas selain
napas cepat
• Suara bising dapat terdengar
• Berikan O2 pada kecepatan aliran maksimal.
• Berikan ASI eksklusif atau ASI peras
• Rujuk ke Rumah Sakit Rujukan

38
Hipotermi
Merupakan tanda bahaya pada neonatus
Angka kematian ↑ dua kali

Suhu normal
36,5 0 C-37,50 C. (rektal)
Hipotermi : < 36,5 0 C

Neonatus  hipotermi
Produksi panas terbatas
Aktifitas fisik masih terbatas
Mudah Kehilangan panas
Luas permukaan tubuh, lemak subkutan
Kontrol suhu di sentral

Gejala dari penyakit


MEKANISME KEHILANGAN PANAS

1. Radiasi : dari bayi ke lingkungan dingin terdekat.


2. Konduksi : langsung dari bayi ke sesuatu yang kontak dg bayi
3. Konveksi : kehilangan panas dari bayi ke udara sekitar
4. Evaporasi : penguapan air dari kulit bayi
KONSEKUENSI  

1. Peningkatan konsumsi O2 hipoksia 


2. Metabolisme meningkat Hipoglikema
3. Vasokonstriksi+ hipoksia  Asidosis metabolik karena
hipokesa
4. Penurunan berat badan
5. Apnea
6. Hipertensi pulmoner akibat asidosis dan hipoksia

AKIBATKAN :
Gangguan pembekuan, pendarahan, syok, bradikardi
 
Manifestasi klinis

• Suhu 32- 36,4 0 C ( Hipotermi sedang/stres dingin)


Kesulitan bernafas, Denyut jantung < 100 x/menit
Kurang aktif-Letargi, malas minum, cutis mamorata

• Suhu kurang dari 32 0 C ( Hipotermi berat/cedera dingin)


Sama dengan diatas ditambah
Pernafasan lambat dan tak teratur, hipoglikemi, asidosis,
Bibir dan kuku kebiruan.

Keadaan lanjut
Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang, bagian
tubuh lain pucat.
Kulit mengeras merah, edem pada punggung, kaki dan tangan
sklerema
Mencegah hipotermi
• Mengeringkan segera setelah lahir
Keringkan dengan kain hangat,kering dan bersih.
Dibungkus selimut, topi/ tutup kepala, kaos tangan/kaki.

• Menunda memandikan bayi.


• Lingkungan yang hangat.
Menangani hipotermi

• Skin to skin contact


• Boks/ kotak penghangat
• Radian warmer
• Inkubator (peningkatan suhu bayi 0,50C-1/Jam)
• Minum frekuen
• Atasi komplikasi.
• Antisipasi kemungkinan sepsis
Tindakan
Menghangatkan bayi
Kontak kulit  Metode kanguru
R. hangat/boks  26 -28 – 30 o C
Pemancar panas  BB> 1,5 kg
Inkubator  BB< 1,5 kg, sakit berat.

Beri ASI sedikit – sering


Bila bayi tidak dapat menghisap,
infus glukosa 10% 60-80 ml/kgBB per hari.
Pantau tanda kegawatan
Metode kanguru :

• Kehangatan tubuh ibu


 sumber panas efektif
BCB/ BBLR

• Kontak lgs kulit ibu- bayi,


dini, lama, terus menerus

• Syarat :
bayi dan ibu tidak sakit
berat
Bagaimana Melakukan Metode Kanguru

 Posisi Bayi
- Dipeluk dalam posisi berdiri (atau diagonal) dan menempel ke

kulit ibu, di antara kedua payudara ibu


- Kepala menoleh ke sisi di bawah dagu ibu, dan kepala, leher
serta tubuhnya tempatkan dengan baik untuk menghindari
terhalangnya jalan nafas
 Baju yang dipakai bayi
- Biasanya telanjang kecuali popok dan topi
- Boleh mengenakan baju yang tipis
- Ibu menyelimuti bayinya dengan bajunya sendiri dan
menambahkan selimut atau syal
Radiant warmer
Inkubator
Hipoglikemi
HIPOGLIKEMIA
DEFINISI :
KADAR GLUKOSA DARAH
(KGD)<45 mg/dL
HIPOGLIKEMIA TIDAK
TERTANGANI

KEMATIAN
KERUSAKAN SYARAF PERMANEN
TANDA DAN GEJALA

• GERAKAN GELISAH ATAU TREMOR


• APATIS,LETARGIS, LEMAH
• KEJANG, SIANOSIS
• TANGIS LEMAH MERINTIH/MELENGKING
• APNEU/ NAPAS LAMBAT,TDK TERATUR
• MASALAH MINUM
• KERINGAT DINGIN
• HIPOTONI
• NISTAGMUS
MANAJEMEN HIPOGLIKEMIA

PASANG INFUS
(BILA BELUM  NGT (DOSIS Tx SAMA)

GLUKOSA 10% 2 ml/kg

GLUKOSA 10% SESUAI


RUMATAN

CEK ULANG 2 JAM


LANJUTKAN ASI
INFEKSI BAKTERI
Pembagian

• Lokal/ ringan: Kulit, mata


• Sistemik
Diare
Pneumonia
Sepsis  morbiditas & mortalitas 
FAKTOR RISIKO
Faktor Ibu
1. Infeksi ibu Intrapartum
- Purulent
- Fever (>380C)
- Leucytosis (WBC >18000 / mm3)
2. Ketuban pecah dini > 12 hours
3. Persalinan Premature (<37 weeks)
4. ISK

Faktor Neonatus
1. BBLR;
2. Asfiksia
GEJALA KLINIS
 Tidak spesifik
Umum: kurang aktif, malas minum, BB 
hipotermi / hipertermi

Sesak napas, sianosis, apnu, merintih


Iritabel, hipotoni, kejang
Kembung, muntah, diare, hepatomegali, splenomegali
Purpura, eritema, pustula, perdarahan, ikterus,
sklerema, edema
Pucat, sianosis, takikardi, hipotensi.
SEPSIS NEONATORUM

• Sindroma klinis dari penyakit sistemik akibat infeksi


selama satu bulan pertama kehidupan
• Penyebab :. Bakteri, virus, jamur dan protozoa
• Tanda awal sepsis pada bayi baru lahir tidak
spesifik,
• Skrining sepsis dan pengelolaan terhadap faktor
risiko perlu dilakukan.
• Terapi awal pada neonatus yang mengalami sepsis
harus segera dilakukan tanpa menunggu hasil kultur.

62
Keadaan umum

– Malas minum sebelumnya minum dengan baik


– Suhu tubuh tidak normal
– Letargi atau lunglai, mengantuk, aktivitas
berkurang
– Iritabel atau rewel
– Kondisi memburuk secara cepat dan dramatis
PENGOBATAN

• Mulai dg pengobatan AB, IV :

– Bayi Cukup Bulan : CSS normal


• Ampisilin 100mg/kgBB /12 jam
• Gentamisin 2,5 mg/kgBB/12 jam

– Bayi Cukup bulan CSS ab normal


atau LP tidak berhasil :
• Ampisilin 150 mg/kgBB/ 12 jam
• Sefotaksim 50 mg/kgBB/12 jam
Ikterus
HIPERBILIRUBINEMIA

meningkatnya kadar bilirubin total pada minggu


pertamakelahiran.

Kadar normal maksimal adalah 12-13 mg%

• Bayi prematur
Ensefalopati
• Hari I
• Kadar Bilirubin
sangat tinggi

66
Pemeriksaan fisik
• Bayi kelihatan berwarna kuning.
• Amati ikterus pada siang hari dengan sinar lampu
yang cukup.
• Ikterus akan terlihat lebih berat bila dilihat
dengan sinar lampu dan bisa tidak terlihat dengan
penerangan yang kurang.
• Tekan kulit dengan ringan memakai jari tangan
untuk memastikan warna kulit dan jaringan
subkutan:
– Hari 1, tekan pada ujung hidung atau dahi
– Hari 2, tekan pada lengan atau tungkai
– Hari 3 dan seterusnya, tekan pada tangan dan
kaki.

67
PEMERIKSAAN
• TEKAN RINGAN KULIT DGN JARI :
UJUNG HIDUNG/DAHI (HR 1),
LENGAN/TUNGKAI (HR 2),
TANGAN/KAKI (HR 3-) 
SIANG HARI, SINAR LAMPU CUKUP
Tabel Perkiraan Klinis Derajat Ikterus
Usia Ikterus terlihat pada Klasifikasi

Hari 1 Setiap ikterus yang


terlihat­

Hari 2 Lengan dan tungkai Ikterus berat


Hari 3 dan seterusnya Tangan dan kaki

69
PEMBAGIAN IKTERUS MENURUT METODE
KREMER
1

2
4
4

3
5 5

5
Manajemen

• Mulai dg terapi sinar


• Cari faktor risiko :
– Prematuritas, BBLR
– Infeksi, Sepis
• Bila kadar Bilirubin total turun di bwh kadar
harus di terapi sinar ----- hentikan
• Perhatikan kebutuhan cairan dan elektrolit
selama terapi sinar
• Rujuk bila ikterus berat dan tdk respons thd
terapi sinar

71
Pedoman Penanganan Ikterus neonatal
Konsentrasi Saat timbulnya ikterus
Bil. Indirek serum (mg%)
24 jam petama 24 jam kedua > 24 jam kedua

1. 0 – 9,9 Observasi Observasi Observasi


** ** **
2. 10 – 14,9 Terapi sinar Terapi sinar Terapi sinar
** ** **
Transfusi tukar Terapi sinar Terapi sinar
3. 15 – 19,9 ** ** **
*** *** ***
Transfusi tukar Transfusi tukar Transfusi tukar
** ** **
4. 20- lebih + *** *** ***
Terapi sinar Terapi sinar Terapi sinar
** ** **
Keterangan *** *** ***
* Bila gagal, terapi dirubah menurut kadar bilirubin lebih tinggi
5. 20- lebih ++
Bila berat lahir < 2000 gratau asidosis, hipoksia, trauma serebral, atau infeksi sistemik
terapi dirubah menurut kadar bilirubin lebih tinggi
** Perbaikan keadaan umum
*** Pemberian albumin 1 g/kgbb secara intravena.
+ Disertai faktor risiko kerusakan darah otak
++ Tidak ada faktor risiko kerusakan darah otak
DIARE
DIARE
• Banyak penyebab diare selain infeksi, tetapi
sepsis merupakan penyebab yang paling
sering selama periode neonatal
• Masalah :
– Bayi berak cair lebih sering dari biasanya.
– Tinja berwarna hijau dan mengandung
lendir atau darah.
– Kehilangan banyak cairan hingga
menyebabkan dehidrasi.

74
Pemeriksaan fisik

• Tanda adehidrasi
– Mata cekung, ubun-ubung cekung,
elastisitas kulit turun, lidah dan mukosa
kering).
– Secara umum sulit mencari tanda dehidrasi
pada neonatus; dicurigai bila berat badan
turun > 10% dan/atau jumlah kencing
menurun.
• Tanda-tanda sepsis
75
Manajemen Umum

• Dukungan pada ibu untuk menyusui.


• Jika bayi tidak dapat menyusu, berikan ASI peras

Berikan rehidrasi oral


• Setiap kali diare: sebanyak 20 mL
• Beri ASI sesering mungkin,
• Pasang pipa lambung bila bayi tdk bs
menyusu
.

76
Bila ada tanda dehidrasi :
– Pasang jalur IV
– ASI teruskan bila memungkinkan
– Beri Larutan Ringer Laktat/NaCL 0,9% 30 mL/kg
berat badan dalam 1 jam;
– Lakukan penilaian setelah 1 jam

•Tidak membaik : nadi melemah


• Jika membaik : lanjutkan
dengan 70mL/kg berat • Ulangi pemberian cairan RL 30
badan dalam 5 jam; mL/kg BB dalam 1 jam,
• Lanjutkan dengan 70 mL/kgBB
dalam 5 jam

Rujuk bila tdk membaik

77
BBLR
BAYI BERAT LAHIR RENDAH

• Bayi berat lahir rendah (BBLR) < 2500 g


tanpa memandang masa getasi

Penyebab terbanyak :
• Faktor ibu dengan kelahiran
prematur, umur, jumlah paritas
• Faktor plasenta seperti penyakit
vaskuler, kehamilan ganda
• Faktor janin juga merupakan
penyebab terjadinya bayi dengan
berat lahir rendah.
79
TANDA – TANDA PREMATURITAS
• BB : < 2500 gr, PB < 45 cm. LD < 30 cm, LK < 33 cm
• Masa gestasi : < 37 minggu
• Bayi kecil,
• Kulit : tipis,transparan, pd kulit&peristaltik usus
tampak, Lanugo banyak, lemak sub kutan <
• Kepala : Relatif > badan; UUB & sutura (lebar); rambut
(tipis,halus,teranyam)
• Telinga : tlg rawan belum cukup (elastisitas < )
• Mammae : jar. dan putting susu belum sempurna.
• Pernapasan belum teratur, kadang apneu
• Otot hipotoni: posisi lengan / tungkai abduksi, kepala
menghadap satu jurusan,reflek moro,hisap ( lemah )
• Edema anggota gerak : pitting edema(kulit mengkilat)
Masalah-masalah
BBLR

 Asfiksia
 Gangguan Napas
 Hipotermi
 Hipoglikemi
 Masalah pemberian ASI
 Infeksi
 Ikterus
 Masalah perdarahan
Manajemen Puskesmas BB 1750 gram atau lebih tanpa penyulit
RS < 1750 gram

• Mempertahankan suhu tubuh normal


– Hangat kan bayi dg segala cara : selimut,topi,kaos kaki
kaos tangan.
– Dengan menggunakan Kangaroo Mother Care (KMC) :
Cara Kanguru
– Buka bagian tubuh yang diperlukan untuk pemantauan
atau tindakan.
– Rawat bayi kecil di ruang yang hangat (tidak kurang 25C
dan bebas dari aliran angin).
– Jangan meletakkan bayi dekat dengan benda yang dingin
(misal dinding dingin atau jendela) walaupun bayi dalam
inkubator atau di bawah pemancar panas.
– Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan
dingin.

82
• Pemberian minum
– ASI merupakan pilihan utama , pastikan
bayi menerima jumlah yang cukup
dengan cara apapun:
– Pantau kenaikan berat badan , bila tidak
adekuat, tangani sebagai Masalah
kenaikan berat badan tidak adekuat.
• Menimbang bayi minmal 2 kali seminggu

83
Berat lahir 1750 - 2500 gram

– Bayi sehat
• Menyusu ASI semaunya.
• Bayi kecil lebih mudah merasa letih dan malas
minum,
• Anjurkan bayi menyusu lebih sering (misal
setiap 2 jam) bila perlu.
• Pantau pemberian minum dan kenaikan berat
badan untuk menilai efektivitas menyusui.
• Apabila bayi kurang dapat mengisap,
tambahkan ASI peras
84

Anda mungkin juga menyukai