Of
Therapy
KRITERIA DX.
Anamnesis : subjektif, sering asimptomatik. terdapat faktor predisposisi
berupa hiperhidrosis, higiene buruk, malnutrisi, dan sering terdapat pada
bersama- sama dengan miliaria
UKK : nodul eritematosa, soliter maupun multipel, berbentuk kubah, tidak
nyeri kalau ditekan, dan tidak terdapat mata
Distribusi : di daerah yang banyak keringat seperti pantat, batang tubuh bagian
atas dan kulit kepala
Px. penunjang : bila kasus rekurens, perlu diselidiki penyakit sistemik yang
mendasari
DD
Furunkel : lesi ditembus oleh rambut dan memiliki mata
TATALAKSANA :
a. Umum : mengatasi faktor predisposisi yaitu dengan memperbaiki higiene,
memakai pakaian yang menyerap keringat, menghindari panas yang
berlebihan
b. Medikamentosa :
mempercepat drainase dengan kompres air hangat atau dengan povidon
iodine yang diencerkan 10 x, 2 kali sehari selama 10-15 menit, baru setelah
itu dioleskan antibiotik
kausatif dengan antibiotik, terutama topikal, yang efektif terhadap
R
stafilokokus misalnya gentamisin atau neomisin sulfat(Cicatrin ) dengan
BSO cream atau losion, 3-4 kali sehari selama 7-10 hari (ingat risiko
ototoksik bila digunakan pada area yang luas). Antibiotik sistemik
3
A
r
t
digunakan bila lesi Ilmu Penyakit Kulit dan
33
Art
Of
Therapy
Folikulitis
DEFINISI
Radang folikel rambut, terutama disebabkan oleh S.aureus. Terdapat 2 jenis yaitu
folikulitis superfisialis yaitu bila lesi hanya sampai di epidermis dan folikulitis
profunda bila lesi mencapai dermis.
KRITERIA DX. :
Anamnesis : subjektif, terasa gatal dan terbakar terutama pada folikulitis
profunda. Terdapat riwayat trauma, gigitan serangga, bekas goresan atau
gorekan di kulit yang terinfeksi. Dijumpai terutama pada anak-anak. Faktor
predisposisi yaitu higiene yang jelek, udara yang lembab dan panas, malnutrisi.
oklusi, maserasi, dan friksi.
UKK : papul dan pustula eritematosa, ditembus oleh rambut, multipel dan
pada folikulitis profunda dapat teraba benjolan subkutan.
Distribusi : didapatkan pada daerah berambut dimana pada folikulitis
superfisialis terutama di wajah dan ekstremitas bawah sedangkan folikulitis
profunda lebih banyak ditemui di dagu, daerah kumis, alis, aksila, pubis, dan
paha
Px. penunjang : px. Gram didapatkan kokus gram positif
DD
Akne vulgaris : predileksi terutama di wajah dan punggung, terdapat komedo,
dan pustula (bila terinfeksi) tidak ditembus oleh rambut
3
A
r
t
TATALAKSANA :
a. Umum : atasi faktor predisposisi
b. Medikamentosa
Kausatif dengan antibiotik, terutama topikal, yang efektif terhadap
R
stafilokokus misalnya gentamisin atau neomisin sulfat(Cicatrin ) dengan
BSO cream atau losion, 3-4 kali sehari selama 7-10 hari (ingat risiko
ototoksik bila digunakan pada area yang luas). Antibiotik sistemik
digunakan bila lesi berjumlah banyak dan pada pasien
immunocompromissed, digunakan dari golongan aminopenisilin
(amoksisilin dengan dosis dewasa 3X250-500 mg,anak < 10 tahun 3X125-
250 mg, diminum sesudah makan,atau ampisilin 4X250-500 mg, anak < 10
tahun dosisnya setengah dosis dewasa diminum 30 menit sebelum
makan) atau eritromisin dengan dosis dewasa 4X500 mg, anak 2-8 thn
4X250 mg, anak < 2 tahun 4X125 mg, sesudah makan. Selain itu, anjurkan
pasien membersihkan lesi dengan sabun antiseptik 2 kali sehari
R
(Betadine )
Untuk mempercepat drainase, kompres dengan air hangat atau povidon
iodine 1% (encerkan 1:10) 2 kali sehari selama 10-15 menit, setelah itu baru
dioleskan antibiotik
Simptomatik diberikan bila terasa sangat gatal, dapat diberikan
antipruritus oral yaitu antihistamin sedatif dan atau topikal yaitu
hidrokortison cream 1% dioleskan tipis di atas antibiotik 2 kali sehari.
Furunkel/Karbunkel
DEFINISI :
Dikenal awam dengan sebutan bisul, merupakan penyakit infeksi akut pada folikel
rambut dan perifolikuler di lapisan dermis. Furunkel umumnya berkembang dari
suatu folikulitis dan bila terdapat lebih dari satu furunkel disebut dengan
furunkulosis. Karbunkel adalah beberapa furunkel yang konfluens, dipisahkan oleh
3
A
r
t
2
A
r
t
Diagnosis Banding
Akne kistika : lesi multipel terdistribusi di daerah wajah dan batang tubuh,
selain itu juga dapat ditemukan lesi akneiformis lainnya seperti komedo,
papul, dan pustul.
Hidradenitis supuratif : nodul juga ditemukan di daerah ketiak, inguinal, dan
perineum.
TATALAKSANA :
a. Umum : atasi faktor predisposisi
b. Medikamentosa
Untuk mempercepat drainase, kompres dengan air hangat atau povidon
iodine 1% (encerkan 1:10) 2 kali sehari selama 10-15 menit, setelah itu baru
dioleskan antibiotik
Simptomatik diberikan bila terasa sangat gatal, dapat diberikan
antipruritus oral yaitu antihistamin sedatif dan atau topikal yaitu
hidrokortison cream 1% dioleskan tipis di atas antibiotik 2 kali sehari.
Kausatif dengan antibiotik, terutama topikal, yang efektif terhadap
R
stafilokokus misalnya gentamisin atau neomisin sulfat(Cicatrin ) dengan
BSO cream atau losion, 3-4 kali sehari selama 7-10 hari (ingat risiko
ototoksik bila digunakan pada area yang luas). Antibiotik sistemik
digunakan bila lesi berjumlah banyak dan pada pasien
3
A
r
t
2
A
r
t
Selulitis
DEFINISI
Infeksi supuratif akut menyebar sampai ke jaringan dermis dan subkutan, biasanya
disebabkan oleh S.aureus atau Streptococcus beta hemolitikus grup A
KRITERIA DIAGNOSIS
Anamnesis : gejala konstitusi berupa malaise, menggigil, dan demam yang
dapat timbul mendadak sebelum timbulnya lesi. Demam tinggi dan meriang
biasanya disebabkan infeksi Streptococcus beta hemolitikus Grup A. Lesi
terasa nyeri dan terdapat nyeri pada perabaan. Adanya riwayat trauma atau
penyakit kulit lain yang mendasari.
UKK : lesi eritematosa difus dengan indurasi dan nyeri serta hangat pada
perabaan, batas tidak tegas dan meninggi serta dijumpai tanda-tanda radang
akut. Bisa tampak vesikel, bula, erosi, abses, maupun nekrosis di daerah lesi.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan limfonodi regional dapat membesar dan
nyeri pada penekanan.
Distribusi : paling banyak pada tungkai bawah
Pemeriksaan Penunjang :
- Darah rutin didapatkan leukositosis dan peningkatan laju enap darah
- Pengecatan Gram dan kalau perlu kultur baik dari lesi maupun dari darah
untuk mengetahui jenis organisme yang menginfeksi. Spesimen diambil
dari tepi lesi yang paling aktif dengan cara diaspirasi dengan 0,5 ml
nonbakteriostatik saline.
3
A
r
t
MANAJEMEN :
a. Umum : istirahatkan ekstremitas yang terkena dan ditinggikan
b. Simptomatik : bila membasah kompres hangat dengan antiseptik KMnO4
1/5000 (tersedia adalam konsentrasi 0,1% sehingga harus dicampur air dengan
perbandingan 1: 5 atau dengan Povidon Iodine 1%, kalau tidak minimal dengan
air hangat selama 10-15 menit, 2 kali sehari. Berikan analgesik bila perlu. Untuk
membersihkan jaringan nekrotik, irigasi dengan saline steril
c. Kausatif : Antibiotik oral digunakan pada pasien yang tidak menunjukkan
gejala sistemik yang parah. Antibiotik yang dapat diberikan adalah yang efektif
terhadap kokus gram positif, yaitu penisilin seperti amoksisilin atau ampisilin
namun karena sekarang ini terdapat kecendrungan resistensi sehingga dapat
dipilih golongan penisilin yang tahan penisilinase seperti flukoksasilin (dosis
dewasa 500 mg tiap 6 jam, 30 menit sebelum makan, dosis anak 2-10 tahun,
setengah dari dosis dewasa, dan pada anak <2 tahun berikan dosis
seperempat dosis dewasa, diminum 30 menit sebelum makan atau golongan
seftriakson seperti sefaleksin (dosis 500 mg tiap 6 jam sesudah makan), yang
harganya relatif mahal dan bila pasien memiliki alergi terhadap derivat
penisilin dapat dicoba eritromisin 4X500 mg sesudah makan. Durasi terapi
selama 7-10 hari. Umumnya perbaikan gejala seperti demam didapatkan dalam
24 jam terapi, bila tidak terjadi pertimbangkan melakukan kultur. Bila selulitis
menyebar dengan cepat, gejala sistemik parah, dan terdapat faktor penyulit
seperti pada pasien immunocompromised, berikan antibiotik intravena dan
rujuk pasien ke rumah sakit.
Erisipelas
DEFINISI :
Bentuk selulitis yang lebih superfisial, disebabkan oleh Streptokokus beta
hemolitikus grup A dan Haemofillus influenza (pada anak-anak)
3
A
r
t
DD
Dermatitis fotokontak
Dermatitis kontak alergika
Selulitis
TATALAKSANA
a. Umum : bedrest
b. Medikamentosa :
Simptomatik : berikan analgesik sekaligus antipiretik bila terdapat nyeri
R
dan demam (Ibuprofen ), kompres hangat dengan air atau dengan
larutan antiseptik.
Kausatif dengan antibiotik sistemik seperti penisilin V (phenoxymethyl
penicillin) 500 mg tiap 6 jam diminum 1 jam sebelum makan atau
eritromisin 500 mg tiap 6 jam sesudah makan. Kalau keadaan umum
pasien jelek, diperlukan antibiotik intravena dan rawat inap
Ektima
DEFINISI
Infeksi kulit oleh S.aureus dan Streptokokus beta hemolitikus Grup A yang meluas
sampai ke dermis, membentuk ulkus superfisial
3
A
r
t
TATALAKSANA
a. Umum : jaga kebersihan kulit, anjurkan pasien mandi memakai sabun antiseptic
b. Medikamentosa:
Simptomatik : berikan analgesik
Kausatif : antibiotik sistemik selama 7-10 hari dengan golongan penisilin
seperti amoksisilin atau ampisilin dan eritromisin
Staphylococcal Scalded
Skin Syndrome
(SSSS)
DEFINISI :
infeksi kulit yang disebabkan oleh eksotoksin S.aureus tipe tertentu dengan ciri
khas berupa epidermolisis ( lepasnya lapisan superfisial epidermis ). Paling sering
terjadi pada neonatus dan anak< 2 tahun. Jarang pada orang dewasa.
KRITERIA DIAGNOSIS :
Anamnesis : riwayat infeksi saluran nafas/konjungtivitis/otitis media
sebelumnya, demam tinggi mendadak, dan kulit lembek pada perabaan, anak
rewel
UKK : awalnya eritema mendadak di muka, leher, ketiak, dan lipat paha
kemudian dalam 24-48 jam timbul bula berdinding kendor (Nikolsky sign
3
A
r
t
3
A
r
t
DD: TEN
TATALAKSANA
a. Umum : Atasi kegawatdaruratan dan pasang infus untuk menjaga
keseimbangan cairan dan elektrolit dan jalur obat.
b. Medikamentosa : berikan antibiotik sistemik eritromisin dengan dosis dewasa
4X500 mg, anak 2-8 thn 4X250 mg, anak < 2 tahun 4X125 mg atau kloksasilin 4x
500 mg (dosis anak setengahnuya dan dibawah 2 tahun berikan
seperempatnya) selama 14-21 hari dan bila terdapat tanda-tanda sepsis berikan
antibiotik intravena.Kortikosteroid adalah kontraindikasi. Rawat inap.
Impetigo
DEFINISI
infeksi bakterial yang terbatas pada lapisan epidermis, terdapat 2 bentuk yaitu :
impetigo bullosa dan impetigo krustosa.
KRITERIA DIAGNOSIS
Anamnesis : subjektif, terasa gatal
UKK : impetigo bullosa : vesikel dan bula yang berisi caira kuning jernih atau
sedikit keruh, tanpa daerah eritema di sekitarnya, bila atap bula dipecah
meninggalkan erosi dangkal, predileksi di daerah lipatan tubuh Impetigo
krustosa : vesikel maupun pustul kecil yang cepat ruptur dan menjadi erosi
yang kemudian ditutupi oleh krusta, distribusi lesi menyebar dengan beragam
bentuk, tanpa terapi yang memadai maka lesi bisa menyatu
Distribusi : bullosa di daerah intertrigo dan yang krustosa di daerah wajah
Px Penunjang : gram terdapat kokus gram positif
3
A
r
t
TATA LAKSANA
a. Umum : jaga kebersihan
b. Medikamentosa : antibiotik sistemik yaitu amoksisilin, kloksasilin atau
eritromisin selama 14 hari. Bersihkan krusta dengan menggunakan kompres
hangat 2 kali sehari selama 10-15 menit dan anjurkan pasien untuk mandi
memakai sabun antiseptik
Eritrasma
DEFINISI
Infeksi bakteri kronik yang disebabkan oleh C. minutissimum, biasa terjadi pada
daerah lipatan tubuh
KRITERIA DIAGNOSIS
Anamnesis :didapatkan faktor risiko seperti kelembapan, pakaian yang ketat,
obesitas, dan hiperhidrosis.
UKK : makula berbatas tegas berwarna merah atau merah kecoklatan
Distribusi : daerah sela-sela jari kaki, lipat paha, dan di daerah aksilla.
Px penunjang : woods lamp menunjukkan fluoresensi merah
TATALAKSANA
a. Umum : atasi faktor predisposisi
R
b. Medikamentosa berikan salep eritromisin (Erymed ) 2 kali sehari sampai
dengan 7 hari dan kalau lesi luas berikan antibiotik sistemik yaitu eritromisin
4X500 mg selama 7-10 hari. Sarankan pasien untuk mandi memakai sabun
R
antiseptik (Betadine )
3
A
r
t
Intertrigo
DEFINISI
Peradangan non spesifik pada daerah lipatan tubuh (intertriginosa). Faktor
predisposisi terjadinya intertrigo adalah udara yang panas, lembab, dan friksi,
sehingga menyebabkan terjadinya maserasi. Terutama terjadi pada orang yang
gemuk dan pada musim hujan.
KRITERIA DX :
Anamnesis : subjektif, gatal, rasa terbakar, dan rasa tertusuk-tusuk
UKK : eritema, membasah, disertai dengan eksudasi
Distribusi : daerah lipatan yaitu leher, payudara, ketiak, paha, dan bokong
Px penunjang : dilakukan kalau terdapat tanda-tanda infeksi
TATALAKSANA :
a. Umum : mengatasi faktor predisposisi yaitu dengan memperbaiki higiene,
mengurangi kelembaban misalnya dengan memakai pakaian yang tidak terlalu
ketat dan menyerap keringat, dan mengurangi friksi misalnya dengan
mengurangi berat badan
b. Medikamentosa :
Kompres hangat dengan air hangat atau dengan larutan antiseptik seperti
povidon iodine atau KMnO4 1/5000 pada lesi yang bersifat membasah
Krim kortikosteroid topikal dengan potensi ringan (karena digunakan di
daerah lipatan) seperti hidrokortison 1% dioleskan di atas lesi tipis-tipis
Bedak tabur yang mengandung antipruritus dan antiradang terutama
R
pada orang gemuk untuk mengurangi friksi (Rodeca )
40
A
r
t
Pityriasis Rosea
DEFINISI
Erupsi kulit yang bersifat self limited ditandai oleh makula, papula, dan plak
eritematosa berbentuk oval dengan skuama halus di daerah tepi.
KRITERIA DX. :
Anamnesis : subjektif, terasa gatal bersifat ringan sampai dengan sedang,
UKK : lesi awal berupa patch eritematosa, soliter, berdiameter 2-6 cm, bentuk
oval, dengan skuama halus di pinggirannya, predileksi terutama di badan, atau
disebut juga dengan Herald Patch. Dalam 4-10 hari setelah munculnya lesi
pertama, muncul ruam kulit serupa, ukuran lebih kecil, multipel, tersebar
dengan pola tipikal yaitu Christmas Tree Appereance, yaitu sumbu panjang lesi
oval akan sejajar dengan lipatan kulit.
Distribusi : daerah yang tidak terkena sinar matahari yaitu badan, lengan atas
bagian proksimal, dan paha bagian proksimal.
DD
Tinea korporis : makula eritematosa berbatas tegas dengan lesi satelit, tidak
didapatkan erupsi, jumlah ruam lebih sedikit, KOH (-)
Sifilis sekunder : sering disertai dengan gambaran sistemik, terdapat faktor
risiko sifilis, px. serologis (bila perlu)
Erupsi obat : riwayat pemakaian obat yang dicurigai menyebabkan erupsi kulit,
subjektif lebih gatal, warna lesi merah terang, skuama lebih sedikit, dan ruam
sering konfluen
Psoriasis guttatae : skuama lebih tebal dan perjalanan penyakit lebih lama
TATALAKSANA :
Terapi medikamentosa diberikan bila terdapat keluhan gatal yang mengganggu.
Dapat berupa antihistamin sedatif disertai pemberian obat topikal yaitu steroid
potensi sedang atau bedak/lotion mengandung asam salisilat dicampur dengan
R R
sediaan antipruritus seperti mentol atau camphora (Caladine , Rodeca )
40
A
r
t
Miliaria
DEFINISI
Kelainan kulit akibat tertutupnya saluran kelenjar keringat yang menyebabkan
retensi keringat. Di masyarakat dikenal sebagai biang keringat. Lebih banyak
dijumpai pada musim kering serta lingkungan yang panas dan lembab.
KRITERIA DIAGNOSIS :
Anamnesis : gatal terutama saat berkeringat, anak rewel terutama pada
keadaan panas dan lembab
UKK : vesikel atau papulovesikel dengan dasar kemerahan berukuran kecil-
kecil dan berjumlah banyak. Bila serangan miliaria berlangsung lama, vesikel
dapat mengalami infeksi sekunder dan menjadi pustula
40
A
r
t
TATALAKSANA :
a. Umum : dengan mengatasi faktor predisposisi, yaitu hindari panas berlebihan,
usahakan ventilasi yang baik, gunakan pakaian yang tipis dan menyerap
keringat
b. Medikamentosa :
- Losio Faberi
R/ Ac. salicyl 0,5 %
Talc.venetum 5%
Oxid zinci 5%
Amyl orizae 5 %
Spir.dil.ad. 100%
m.f.l.a.lot. g..
S.2 d.d.u.e. atau
R R
- Losio Calamin (Caladine , Caladryl ) atau
- Bedak Salisil 2 %, s 2 d.d.u.e.
c. Bila ada infeksi sekunder, berikan antibiotik dengan BSO cream
40
A
r
t
DD
Uretritis/ Servisitis Gonorea
TERAPI
Azithromycin 1 g oral dosis tunggal
Doxycycline 2X100MGselama 7 hari
Alternatif
Eritromisin basa 4X500MGatau eritromisin etilsuksinat 4x800mg per oral (7 hari)
Ofloksasin 2X300MG per oral selama 7 hari (ex: sediaan 200 dan 400 mg
Ethiflox®, Floxan®, Pharflox®)
Levofloksasin 1x500 mg per oral selama 7 hari (ex: sediaan 250 dan 500 mg
Levovid®, Cravit®, Volequin®)
Infeksiyangrekurendanpersisten
Metronidazol 1 g oral dosis tunggal (ex: sediaan 250 dan 500 mg Gravazol®,
33
A
r
t
INFEKSI GONOCOCCUS
DEFINISI
Peradangan uretra/ serviks dengan penyebab kuman Neisseriagonorrhoeae
KRITERIA DIAGNOSIS
Anamnesis/ Klinis:
Anamnesis terdapat koitus suspek
Masa inkubasi kebanyakan : 1-7 hari
Pada uretritis : gatal/ nyeri pada ujung kemaluan, BAK sakit/ pedih, keluar
cairan dari kemaluan terutama pagi makin lama makin banyak (komplikasi:
demam, skrotum dan inguinal bengkak)
Pada servisitis : biasanya asimtomatik atau keputihan warna kuning
Pemeriksaan Fisik:
Pada uretritis : tampak mukosa uretra eritem, edema, discharge mukopurulen
(kuning kehijauan, ektropion
Pada servisitis : vulva tenang; dinding vagina eritem/ normal; endoserviks
eritem, edema, ektopi, swabbleeding, discharge mukopurulen
Pemeriksaan Penunjang:
Pemeriksaan Gram dari urethral smear : leukosit pmn 5, DGNI (+) atau dari
spesimen FPU (first pass urine) : leukosit pmn 10
DD
Uretritis/ Servisitis Non Gonorea
TERAPI
Uncomplicated
Ceftriakson 125 mg IM dosis tunggal
Cefixim 400 mg/ Siprofloksasin 500 mg/ Ofloksasin 400 mg/ Levofloksasin 250
3
A
r
t
VAGINOSIS BAKTERIAL
DEFINISI
Sindroma klinik pada vagina tanpa peradangan akibat perubahan lingkungan lokal/
mikro maupun perubahan endogen yang mengakibatkan pergantian flora normal
Lactobacillus sp oleh bakteri anaerob terutama G. Vaginalis, Prevotella sp,
Mycoplasmahomini.
KRITERIA DIAGNOSIS
Anamnesis/ Klinis:
Biasanya asimtomatik (> 50%) atau keluhan iritasi/ gatal ringan
Vagina berbau seperti ikan (fishyodor)
Kadang dijumpai discharge vagina, homogen, putih keabuan atau kuning,
melekat pada dinding vagina
Pemeriksaan Fisik:
Discharge vagina, homogen, putih keabuan atau kuning, melekat pada dinding
vagina
3
A
r
t
DD
Candidiasis vulvovaginal
Vaginitis Trikomonal
TERAPI
Metronidazol 500 mg atau Klindamisin 300 mgperoral 2 kali sehari (7 hari)
Topikal : Metronidazol gel 0,75% intravagina 1x sehari selama 5 hari atau
Klindamisin cream 2% intravaginal 1x sehari selama 7 hari
TRIKOMONIASIS/ VAGINITIS
TRIKOMONAL
DEFINISI
Infeksi protozoa pada vagina oleh Trichomonasvaginalis.
KRITERIA DIAGNOSIS
Anamnesis/ Klinis:
Keluhan panas/ iritasi di vagina
Keputihan yang banyak, berbau busuk, discharge kuning atau hijau, kadang
berbuih
2
A
r
t
Pemeriksaan Penunjang:
Pemeriksaan lab dengan NaCl 0,9% ditemukan T. Vaginalis motil (bahan
pemeriksaan diambil dari forniks posterior)
PH vagina biasanya > 4,5
DD
Vaginosis bakterial
Candidiasis Vulvovaginal
TERAPI
Metronidazol 2 g per oral dosis tunggal atau dosis 500 mg per oral 2X sehari (7
hari)
Tinidazole 2 g per oral dosis tunggal
CANDIDIASIS VULVOVAGINAL
DEFINISI
Infeksi vagina dan atau vulva oleh kandida, terutama Candida albicans (80-92%).
KRITERIA DIAGNOSIS
Anamnesis/ Klinis:
Keluhan gatal (dominan), panas/ iritasi di vagina dan atau vulva
Keputihan putih kental seperti susu/ keju, banyak, tidak bau/ kadang berbau
masam
BAK sakit, dyspareunia
Dapat bersifat asimtomatik
Pemeriksaan Fisik:
Iritasi/ eritem, edema, ekskoriasi, fisura di vagina dan atau vulva
Pembengkakan pada labia minora
3
A
r
t
TERAPI
Topikal
Klotrimazol 1% cream (7-14 hari) atau Mikonazol 2% cream (7 hari) atau
Mikonazol/ klotrimazol 200 mg intravagina setiap hari selama 3 hari
atau Klotrimazol 500 mg intravagina dosis tunggal atau
Ora
l
Flukonazol 150 mg per oral dosis tunggal (ex: sediaan 150MG Diflucan®,
Fludis®, Govazol®) atau
Ketokonazol 400 mg/ hari per oral selama 5 hari (ex: sediaan 200MG
Fungasol®, Grazol®, Mycoderm®) atau
Itrakonazol 2X200 mg per oral dosis tunggal atau 100 mg/ hari selama 3 hari
(ex: sediaan 200MG Furolnok®, Igrazol®, Nufatrac®)
Herpes Simpleks
DEFINISI
Infeksi akut oleh virus HSV tipe I yang ditandai oleh adanya vesikel berkelompok di
atas kulit yang eritematosa di daerah mukokutan.
KRITERIA DIAGNOSIS
Anamnesis : didahului oleh perasaan gatal, rasa terbakar dan eritema selama
beberapa menit sampai beberapa jam, kadang-kadang timbul nyeri saraf. Pada
Infeksi primer, biasanya didahului oleh gejala prodromal berupa demama,
3
A
r
t
DD
:
Impetigo : cairan serosa dan krustosa yang
menonjol Herpes Zoster : distribusi dermatomal
Dermatitis kontak : riwayat kontak
Erupsi obat : riwayat lesi serupa di tempat serupa setelah meminum obat
tertentu
MANAJEMEN :
Roboransia saraf (vit B kompleks) 1x1
Vitamin C untuk meningkatkan daya tahan tubuh diberikan 1- 2 kali sehari @
500 mg. Atau dapat diberikan kombinasi vitamin Bkompleks dan Vitamin C
R
dalam 1 tablet (Enervon C )
Antiviral per oral berupa Acyclovir 200 mg 5 kali sehari atau Valacyclovir 400
mg 2 kali sehari diberikan selama 7 hari untuk pasien yang mengalami
serangan untuk pertama kali. Untuk pasien dengan rekurensi diberikan
Acyclovir 400 mg 3 kali sehari selama 5 hari atau 800 mg 2 kali sehari selama 5
hari, bisa juga diberikan Valacyclovir 500 mg 2 kali sehari untuk 5 hari atau 2
gram 2 kali sehari untuk hari pertama dilanjutkan 1 gram 2 kali sehari untuk hari
ke dua. Untuk herpes pada neonatal dapat diberikan 20 mg/kg IV setiap 8 jam
selama 14 s/d 21 hari.
Kompres antiseptik Sol. Betadine 1% atau Sol. KMnO4 1/5000 selama 15 menit 2
kali sehari bila vesikel pecah . Kompres juga dilakukan untuk mempercepat
erupsi.
Kurangi rasa nyeri dengan pemberian analgesik seperti asam mefenamat
3X500 mg
3
A
r
t
Herpes Zooster
DEFINISI
Penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisella zoster yang menyerang kulit dan
mukosa. Infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi primer.
KRITERIA DX :
Ax : demam dan nyeri lokal pada dermatom saraf mendahului atau bersamaan
dengan timbulnya lesi. Nyeri bisa ringan, sampai berat, bersifat tajam,
membakar, atau tumpul.
Px. fisik : vesikel bergerombol monomorfik dengan dasar eritem dan edem
sesuai distribusi dermatomal berisi cairan jernih, kemudian mengeruh dapat
menjadi pustula dan krustosa dengan lokalisasi unilateral, paling sering
mengenai saraf torakal, lumbal, sacral, dan oftalmik. Bisa terdapat
limfadenopati lokal.
Px. penunjang : Px Tzanck
DD
- Herpes simpleks : distribusi lesi tidak sesuai dengan dermatomal
- Varicella : lesi menyebar sentrifugal, selalu disertai demam
- Impetigo vesikobullosa : lebih sering pada anak-anak, distribusinya tidak sesuai
dengan dermatomal
TATALAKSANA :
Bedrest dan tingkatkan ketahanan tubuh dengan vitamin C dosis tinggi 2X500
mg
Untuk neuralgianya diberikan analgesik seperti asam mefenamat S.P.R.N.3X500
mg sesudah makan. Jangan berikan golongan salisilat karena dapat
menyebabkan sindroma salisilat
Pencegahan nyeri paska herpetik dilakukan selama fase eruptif dan terutama
diberikan pada orang lanjut usia (di atas 40 tahun) dengan prednison 40
mg/hari selama 5 hari, kemudian ditaper dengan prednison 20 mg/hari selama
5 hari, dan dilanjutkan dengan prednison 10 mg/hari selama 5 hari
3
A
r
t
Varisella
DEFINISI
Penyakit yang disebabkan oleh virus varisela dengan gejala di kulit dan selapu lender
berupa vesikula dan disertai dengan gejala konstitusi.
KRITERIA DIAGNOSIS
Anamnesis : gejala prodromal ringan selama 1-2 hari. Penderita demam dan
mengalami malaise lalu pada kulit muncul bintik –bintik merah yang kemudian
menjadi bintil-bintil.
UKK : vesikel berukuran miliar sampai lentikular di sekitarnya terdapat daerah
eritematosa. Dapat ditemukan beberapa stadium perkembangan vesikel mulai
dari eritema, vesikel, pustula, skuama, hingga sikatriks
Distribusi : badan, tapi bisa juga di wajah dan ekstremitas
TATALAKSANA
a. Umum : istirahat, perbaiki sistem imun dengan menggunakan vitamin C 3x 500
mg
b. Medikamentosa: berikan analgesik sekaliigus antipruritus seperti asetaminofen
dengan dosis sprn 4X250 mg (dibawah 1 tahun dosisnya 60-120MG) dan bedak
salisil 2% untuk mengurangi rasa gatal
3
A
r
t
Moluskum kontagiosum
DEFINISI
Penyakit yang disebabkan virus poks
KRITERIA DIAGNOSIS
Anamnesis :
UKK: papula miliar atau lentikuler bulat, putih seperti lilin dengan lekukan kecil
di atasnya yang khas serta dasar eritematosa
Distribusi : muka, badan, dan genitalia
TATALAKSANA
Pemilihan cara pengobatan bergantung pada besar, lokalisasi, jenis, dan jumlah
lesi. Dapat dilakukan operasi atau dengan kemoterapi. Operasi dapat dilakukan
dengan cryosurgery menggunakan nitrogen cair selama 5-15 detik atau dengan
kuretase materi moluskum dilanjutkan dengan kauter. Kemoterapi dapat
dengan tingtur podofilin 15-20% tidak lebih dari 0,3 cc dan dibiarkan selama 4-6
jam dan kemudian dicuci. Daerah sekitar lesi dioleskan vaselin supaya tidak iritasi.
Jika belum sembuh dapat diulang setelah 3 hari . Kontraindikasi pada wanita
hamil.. Obat lainnya adalah trikloroasetatasid 50% tingtur dioleskan seminggu
sekali.
Kondiloma Akuminata
DEFINISI
Pertumbuhan yang bersifat jinak dan superfisial yang disebabkan oleh virus papova
KRITERIA DIAGNOSIS
Anamnesis : subjetif, penderita merasa alat kelaminnya berbau
UKK: vevegetasi bertangkai dan berwarna kemerahan. Jika telah terjadi agak
2
A
r
t
3
A
r
t
TATALAKSANA
Pemilihan cara pengobatan bergantung pada besar, lokalisasi, jenis, dan jumlah
lesi. Dapat dilakukan operasi atau dengan kemoterapi. Operasi dapat dilakukan
dengan kauterisasi, cryosurgery atau dengan laser. Kemoterapi dapat
dengan tingtur podofilin 15-20% tidak lebih dari 0,3 cc dan dibiarkan selama 4-6
jam dan kemudian dicuci. Daerah sekitar lesi dioleskan vaselin supaya tidak iritasi.
Jika belum sembuh dapat diulang setelah 3 hari . Kontraindikasi pada wanita
hamil.. Obat lainnya adalah trikloroasetatasid 50% tingtur dioleskan seminggu
sekali.
Pityriasis versicolor
DEFINISI
Infeksi jamur pada lapisan kulit superfisial, kronik, yang disebabkan oleh
pertumbuhan berlebihan dari jamur Mallasezzia furfur
KRITERIA DX :
Anamnesis : Subjektif terasa gatal tapi sifatnya ringan. Pasien umumnya
datang dengan keluhan gangguan kosmetis.
UKK : makula kecoklatan atau kekuningan pada kulit yang pucat dan
hipopigmentasi pada kulit berwarna, batas tegas, bentuk bulat atau oval,
ukuran bervariasi dengan skuama halus di atasnya.
Distribusi : dapat terjadi di mana saja di permukaan kulit terutama di daerah
dada dan punggung, serta daerah berminyak seperti wajah.
Px. penunjang :
- Finger nail sign (+)
- KOH 20% dari kerokan skuama : gambaran hifa pendek dan spora bulat
berkelompok (spaghetti and meatball)
3
A
r
t
DD
:
Vitiligo : makula depigmentasi (putih), batas tegas, tanpa skuama
-
Pityriasis alba : lebih sering terjadi pada orang berkulit gelap, terutama pada
-
anak-anak dengan predileksi di daerah wajah, makula hipopigmentasi dengan
batas tidak tegas, KOH (-)
Hipopigmentasi paska inflamasi : terdapat riwayat peradangan terutama paska
-
dermatitis kronik di daerah yang mengalami hipopigmentasi, tanpa skuama,
KOH (-)
Dermatitis seborrhoik : lesi eritema dengan skuama
-
berminyak Paska psoriasis
-
TATALAKSANA :
a. Umum : atasi faktor predisposisi yaitu kelembaban, keringat berlebihan, gizi
buruk, dan obat-obatan kortikosteroid
b. Medikamentosa :
Topikal, digunakan bila lesi sedikit :
R/ As.salisil 3-6%
As. benzoat 6-12%
Spir.dil. ad. q.s.
Gunakan konsentrasi yang tinggi pada daerah yang tebal seperti dada dan
punggung. Untuk wajah dan juga daerah lipatan lebih baik menggunakan krim
R/ Myconazole cr tube I
S.U.E.2 d.d.(sehabis mandi)
atau R/ Na thiosulfas 20
Aqua ad. q.s.
m.f.l.a.sol. mL….
s.u.e.
3
A
r
t
3
A
r
t
Kandidiasis Kutis
DEFINISI
Infeksi jamur pada kulit, akut atau subakut, yang disebabkan oleh spesies Candida.
KRITERIA DX :
Anamnesis : Subjektif berupa rasa gatal, kemerahan pada kulit, dan nyeri yang
membakar. Pada anak dengan diaper dermatitis terdapat keluhan rewel dan
gangguan BAB maupun BAK. Terdapat faktor predisposisi berupa kelembaban
yang berlebihan seperti pada pemakaian diaper, pemakaian gips, atau pada
pasien yang harus tirah baring lama, adanya maserasi pada kulit, pasien
dengan status immunocompromise, riwayat diabetes mellitus, obesitas,
hiperhidrosis, dan pada pemakai glukokortikoid topikal maupun sistemik
dalam jangka waktu lama.
UKK : lesi eritematosa berbatas tegas, bersisik atau basah dikelilingi satelit
berupa papul eritematosa, vesikel, atau pustula yang bila pecah akan
meninggalkan daerah erosif dengan pinggir kasar dan berkembang seperti lesi
primer.
Distribusi : daerah dengan kelembaban tinggi yaitu daerah intertrigo ( aksila,
intergluteal, lipat payudara, interdigital ), lipat kulit kuku, daerah perineum
pada pemakai diaper, dan di daerah punggung pada pasien dengan tirah
baring lama
Px. penunjang : KOH 10% dari pustula atau sisik di tepi lesi dimana terdapat
gambaran hifa dan pseudohifa
TATALAKSANA
3
A
r
t
2
A
r
t
Medikamentosa
Topikal, bila lesi sedikit
R/ Myconazole cr tube I
S.U.E.2 d.d.(oles tipis-tipis, sehabis mandi)
Sistemik bila lesi luas, berat, persisten, rekurens, dan pada pasien
immunocompromised
R/ Ketokonazol tab mg 200 no X
s.1 d.d. tab.I d.c.
Tinea Korporis
DEFINISI
Penyakit kulit yang disebabkan infeksi jamur dermatofita yang menyerang daerah
kulit berbulu halus. Tinea ini meliputi semua dermatofitosis yang tidak termasuk
bentuk tinea kapitis, fasialis, barbae, kruris, pedis et manuum, dan unguium.
KRITERIA DX. :
Anamnesis : Subjektif, terasa gatal terutama saat berkeringat. Perjalanan
penyakit berlangsung kronik atau subkronik.
UKK : Makula atau plak eritematosa berbatas tegas, sedikit skuama, dengan
tepi meninggi/aktif dan penyembuhan sentral. Pada tepi-tepi lesi dijumpai
papul- papul eritematosa atau vesikel. Gambaran lesi dapat polisiklis, anular,
atau geografis dan berukuran numuler sampai dengan plakat. Pada perjalanan
penyakit yang kronik dapat dijumpai likenifikasi.
Distribusi : Daerah tidak berbulu yaitu leher, ekstremitas atas dan bawah,
dada, dan punggung.
Px. penunjang : KOH 20% dari tepi lesi yang aktif dimana terdapat gambaran
hifa yaitu batang-batang pita panjang, beruas, dan bercabang.
DD
- Pityrisis rosea : makula eritematosa, distribusi
- Psoriasis : makula eritematosa
3
A
r
t
TATALAKSANA :
a. Umum : atasi faktor predisposisi yaitu kelembaban, keringat berlebihan, gizi
buruk, dan obat-obatan kortikosteroid
b. Medikamentosa :
Topikal, digunakan bila lesi sedikit :
R/ As.salisil 3-6%
As. benzoat 6-12%
Spir.dil. ad. q.s.
Gunakan konsentrasi yang tinggi pada daerah yang tebal seperti dada dan
punggung. Untuk wajah dan juga daerah lipatan lebih baik menggunakan krim
R/ Myconazole cr tube I
S.U.E.2 d.d.(sehabis mandi)
atau R/ Na thiosulfas 20
Aqua ad. q.s.
m.f.l.a.sol. mL….
s.u.e.
Kerugiannya adalah bau yang tidak enak
Sistemik, apabila lesi luas dan sulit sembuh dengan obat
topikal R/ Ketokonazol tab mg 200 no X
s.1 d.d. tab.I d.c.
3
A
r
t
Kandidiasis Kutis
DEFINISI
Infeksi jamur pada kulit, akut atau subakut, yang disebabkan oleh spesies Candida.
KRITERIA DX :
Anamnesis : Subjektif berupa rasa gatal, kemerahan pada kulit, dan nyeri yang
membakar. Pada anak dengan diaper dermatitis terdapat keluhan rewel dan
gangguan BAB maupun BAK. Terdapat faktor predisposisi berupa kelembaban
yang berlebihan seperti pada pemakaian diaper, pemakaian gips, atau pada
pasien yang harus tirah baring lama, adanya maserasi pada kulit, pasien
dengan status immunocompromise, riwayat diabetes mellitus, obesitas,
hiperhidrosis, dan pada pemakai glukokortikoid topikal maupun sistemik
dalam jangka waktu lama.
UKK : lesi eritematosa berbatas tegas, bersisik atau basah dikelilingi satelit
berupa papul eritematosa, vesikel, atau pustula yang bila pecah akan
meninggalkan daerah erosif dengan pinggir kasar dan berkembang seperti lesi
primer.
Distribusi : daerah dengan kelembaban tinggi yaitu daerah intertrigo ( aksila,
intergluteal, lipat payudara, interdigital ), lipat kulit kuku, daerah perineum
pada pemakai diaper, dan di daerah punggung pada pasien dengan tirah
baring lama
Px. penunjang : KOH 10% dari pustula atau sisik di tepi lesi dimana terdapat
gambaran hifa dan pseudohifa
TATALAKSANA
Umum : Atasi faktor predisposisi
Medikamentosa
Topikal, bila lesi sedikit
R/ Myconazole cr tube I
S.U.E.2 d.d.(oles tipis-tipis, sehabis mandi)
3
A
r
t
3
A
r
t
Tinea Korporis
DEFINISI
Penyakit kulit yang disebabkan infeksi jamur dermatofita yang menyerang daerah
kulit berbulu halus. Tinea ini meliputi semua dermatofitosis yang tidak termasuk
bentuk tinea kapitis, fasialis, barbae, kruris, pedis et manuum, dan unguium.
KRITERIA DX. :
Anamnesis : Subjektif, terasa gatal terutama saat berkeringat. Perjalanan
penyakit berlangsung kronik atau subkronik.
UKK : Makula atau plak eritematosa berbatas tegas, sedikit skuama, dengan
tepi meninggi/aktif dan penyembuhan sentral. Pada tepi-tepi lesi dijumpai
papul- papul eritematosa atau vesikel. Gambaran lesi dapat polisiklis, anular,
atau geografis dan berukuran numuler sampai dengan plakat. Pada perjalanan
penyakit yang kronik dapat dijumpai likenifikasi.
Distribusi : Daerah tidak berbulu yaitu leher, ekstremitas atas dan bawah,
dada, dan punggung.
Px. penunjang : KOH 20% dari tepi lesi yang aktif dimana terdapat gambaran
hifa yaitu batang-batang pita panjang, beruas, dan bercabang.
DD
- Pityrisis rosea : makula eritematosa, distribusi
- Psoriasis : makula eritematosa
- Morbus Hansen : makula eritematosa, anestesi, dengan tepi sedikit meninggi,
KOH negatif
- Dermatitis numuler : makula eritematosa berbatas tegas tanpa central healing
dengan predileksi di daerah tengkuk, lipat lutut, dan lipat siku. KOH negatif.
3
A
r
t
TATALAKSANA :
a. Umum :
Memperbaiki higiene.
Mengatasi faktor predisposisi yaitu kelembaban (anjurkan memakai
pakaian yang mneyerap keringat seperti dari bahan katun), friksi (pada
orang gemuk, kalau perlu dengan memakai bedak di daerah lipatan), dan
gangguan imunologi (karena penyulit atau pengobatan misalnya
kortikosteroid).
Edukasi/motivasi pasien bahwa menjaga higiene dan mengatasi faktor
predisposisi sangat penting untuk kesembuhan dan mencegah
kekumatan.
b. Medikamentosa : edukasi pasien untuk meneruskan terapi sampai seminggu
setelah lesi menyembuh untuk mencegah rekurensi
Topikal
R/ As.salisil 3%
As. benzoat 6%
Vas.alb. q.s.
m.f.l.a.ungt. g…
S.U.E.2 d.d. (sehabis mandi),
atau R/ As.salisil 3%
As. benzoat 6%
Spir.dil. ad. q.s.
m.f.l.a.sol. ml…
S.U.E.2 d.d. (sehabis mandi)Digunakan untuk lesi yang bersifat akut.
Kerugiannya adalah bersifat iritatif, jadi hindarkan pemakaiannya pada kulit yang
tipis seperti di daerah lipat leher. Selain itu, kurang efektif dibandingkan golongan
azol tetapi lebih murah.
R/ As.undesilenat 5%
Zn undesilenat
20% Biocream q.s.
m.f.l.a.cream.g…
S.U.E.2 d.d. (sehabis mandi), atau
3
A
r
t
Kedua obat di atas lebih tidak iritatif dibandingkan dengan Whittfield namun
kurang efektif dibandingkan golongan azol.
R/ Myconazole cr tube I
S.U.E.2 d.d.(oles tipis-tipis sehabis mandi)
Durasi terapi rata-rata 3 minggu dan diteruskan 1 minggu setelah lesi membaik
untuk mencegah kekambuhan. Pengolesan krim jangan hanya pada lesi tapi 3 cm
dari batas lesi.
R/ As.salisil 6%
As. benzoat 12%
Vas.alb. q.s.
m.f.l.a.ungt. g…
S.U.E.2 d.d. (sehabis mandi)
Gunakan untuk lesi yang bersifat kronik. BSO salep baik untuk lesi kronik karena
penetrasinya tinggi namun jangan digunakan di daerah berambut karena sifat yang
oklusif.
Sistemik
Digunakan apabila lesi luas, pengobatan topikal tidak berhasil, dan bila lesi
mengenai daerah berambut dengan kemungkinan jamur berada pada folikel
rambut dapat digunakan griseofulvin sebagai pilihan utama.
R/ Griseofulvin tab. mg 500 no XIV
s.1.d.d. tab. I d.c.(atau diminum dengan susu)
Dosis anak 10 mg/kg BB/hari. Durasi terapi selama rata-rata 3-4 minggu.
Kontraindikasi pada wanita hamil. Dapat juga digunakan:
R
R/ Terbinafine (Lamisil ) tab. mg 250 no XIV
s.1 d.d. tab. I p.c.
Pada anak-anak tidak dianjurkan. Durasi terapi rata-rata selama 2-3 minggu.
Bila selama waktu terapi rata-rata tidak didapatkan perbaikan, dapat
digunakan golongan azol.
40
A
r
t
Dosis anak 3 mg/kg BB/hari. Durasi terapi rata-rata selama 3-4 minggu.
Kontraindikasi pada pasien dengan gangguan fungsi hati. Cek fungsi hepar setelah
pemakaian selama sebulan atau minimal melihat klinis pasien.
Tinea Fasialis
DEFINISI
Penyakit kulit yang disebabkan infeksi jamur dermatofita yang menyerang wajah.
KRITERIA DX. :
Anamnesis : gatal terutama saat berkeringat
UKK : makula atau plak eritematosa berbatas tegas, skuama sedikit, tepi
meninggi/aktif dengan central healing, biasanya tidak simetris
Px. penunjang : KOH 10% didapatkan gambaran hifa
DD
- Dermatitis seborhoik : batas tidak tegas dan biasanya simetris, KOH (-)
- Dermatitis fotokontak : biasanya simetris, KOH (-)
- Dermatitis kontak : terdapat riwayat kontak dengan bahan alergenik, skuama
sedikit, KOH (-)
TATALAKSANA :
a. Umum
Memperbaiki hygiene
Mengatasi faktor predisposisi yaitu kelembaban, hiperhidrosis,
pemakaian salep kortikosteroid
b. Medikamentosa
R/ Myconazole cr tube I
S.U.E.2 d.d.(oles tipis-tipis sehabis
mandi) Sistemik
40
A
r
t
Dosis anak 3 mg/kg BB/hari. Durasi terapi rata-rata selama 3-4 minggu.
Kontraindikasi pada pasien dengan gangguan fungsi hati. Cek fungsi hepar
setelah pemakaian selama sebulan atau minimal melihat klinis pasien.
Tinea Kapitis
DEFINISI
Infeksi dermatofita pada kulit kepala
KRITERIA DX :
Anamnesis : gatal terutama saat berkeringat
UKK : gambaran klinis bervariasi mulai dari skuama ringan sampai dengan
alopesia luas. Gambaran klinis dapat berupa :
1. Grey patch ringworm : lesi dimulai dari papul eritematosa kecil di sekitar
rambut yang melebar dan membentuk bercak yang menjadi pucat dan
bersisik. Warna rambut abu-abu dan tidak berkilat. Rambut mudah patah
(bebrapa millimeter dari akarnya) sehingga mudah dicabut tanpa rasa
nyeri. Dapat alopesia setempat dengan batas tidak tegas.
40
A
r
t
TATALAKSANA
a. Umum : menjaga hygiene
b. Medikamentosa :
- Simptomatik : sampo selama 3 hari berturut-turut dengan selenium
R
sulfide (Selsun ) 1,8% dan dilanjutkan 2 kali seminggu selama 3 bulan
- Kausatif :
R/ Griseofulvin tab. mg 500 no XIV
s.1.d.d. tab. I d.c.(atau diminum dengan susu)
Dosis anak 10 mg/kg BB/hari. Durasi terapi selama rata-rata 6-8 minggu.
Kontraindikasi pada wanita hamil. Dapat juga digunakan:
R
R/ Terbinafine (Lamisil ) tab. mg 250 no XIV
s.1 d.d. tab. I p.c.
Pada anak-anak tidak dianjurkan. Durasi terapi rata-rata selama 6-8 minggu.
Bila selama waktu terapi rata-rata tidak didapatkan perbaikan, dapat
digunakan golongan azol.
R/ Ketokonazol tab. mg 200 no XIV
s. 1d.d. tab. I. d.c. (atau diminum dengan susu)
Dosis anak 3 mg/kg BB/hari. Durasi terapi rata-rata selama 6-8 minggu.
Kontraindikasi pada pasien dengan gangguan fungsi hati. Cek fungsi hepar
40
A
r
t
40
A
r
t
Tinea Kruris
DEFINISI
Infeksi dermatofita yang menyerang daerah lipat paha, daerah perineum, dan
sekitar anus
KRITERIA DIAGNOSIS :
Anamnesis: subjektif terasa gatal terutama saat berkeringat, kadang disertai
rasa panas.
UKK : makula atau plak eritematosa berbatas tegasdengan tepi aktif ditutupi
oleh skuama dan meluas ke bawah sampai di daerah paha medial. Biasanya
bilateral namun tidak selalu simetris. Pada bentuk kronis, lesi kulit hanya
berupa bercak hiperpigmentasi dengan sedikit skuama. Erosi dan keluarnya
cairan biasanya akibat garukan.
Distribusi : daerah lipat paha, daerah perineum, dan selitar anus
Px Penunjang : KOH 10% didapatkan gambaran hifa
TATALAKSANA
a. Umum : menjaga hygiene
b. Medikamentosa :
- Simptomatik : untuk mengurangi gatal dapat diberikan antihistamin
sedatif seperti CTM sprn 3x1
- Kausatif :
Untuk kasus yang ringan dapat digunakan krim antijamur dengan durasi
terapi
R/ Myconazole cr tube I
S.U.E.2 d.d.(oles tipis-tipis sehabis mandi)
2
A
r
t
KRITERIA DX. :
Anamnesis : Riwayat lesi kulit yang serupa di tempat yang sama setelah minum
obat tertentu dimana lesi muncul dalam beberapa jam setelah meminum obat.
Pada paparan pertama terhadap obat tersebut, lesi baru muncul dalam 1-2 hari
dan paparan berulang terhadap obat yang sama akan menyebabkan lesi
muncul juga di tempat yang sama dalam hitungan jam. Subjektif, terasa nyeri,
gatal, membakar dan disertai gejala penyerta seperti sakit kepala pada
pemakaian barbiturat dicampur dengan anlgesik dan konstipasi pada
pemakaian phenolftalein. Obat yang sering menyebabkan FDE adalah
golongan NSAIDs, tetrasiklin, sulfonamid, barbiturat, dan phenolftalein
(laksatif).
UKK : Lesi awal berupa makula eritematosa berbatas tegas, bentuk bulat
maupun oval, muncul dalam beberapa jam setelah meminum obat, kemudian
3
A
r
t
TATALAKSANA :
a. Umum : identifikasi obat yang dicurigai menyebabkan FDE dan hentikan
pemakaiannya
b. Medikamentosa
Untuk lesi kecil dan tidak mengalami erosi, digunakan salep kortikosteroid
dengan potensi sedang
R
R/ Locoid cream tube I ( 1 tube = 10 gram)
s.2 d.d.u.e. (oles tipis di atas lesi)
Untuk lesi yang mengalami erosi, kompres dengan antiseptik dan di atasnya
dioleskan kortikosteroiud krim potensi ringan seperti hidrokortison 0,1%. Kalau
ada tanda-tanda infeksi, berikan salep antibiotik seperti eritromisin atau
mupirosin 3-4 kali sehari.
Untuk lesi yang luas dan generalisata, kompres untuk menghindari penguapan
air denagn antiseptik atau dengan air hangat kemudian berikan steroid
sistemik, 30-40 mg dan ditaper 1-2 minggu dengan 5-10 mg
Dermatitis Atopik
DEFINISI
Penyakit eczematous kronik, ditandai oleh rasa gatal dan kulit kering, berhubungan
dengan riwayat pribadi maupun riwayat keluarga menderita penyakit atopik ( asma
alergik, rhinitis alergik, maupun dermatitis atopik ). Penyebabnya belum diketahui
namun terdapat predisposisi genetik yang dieksaserbasi oleh sejumlah faktor
seperti
2
A
r
t
dehidrasi, infeksi kulit, perubahan iklim, maupun emosi. Onset biasanya dimulai sejak
umur 2 bulan dan jarang onset dermatitis atopik baru dimulai pada saat dewasa.
KRITERIA DX :
Kriteria Hanifin & Razka, yaitu bila didapatkan 3 kriteria mayor dan 3 kriteria minor.
Kriteria mayor :
Pruritus
Morfologi Dan Distribusi Lesi Yang Khas
Dermatitis Kronik Yang Sering Kambuh
Riwayat Atopik Pada Penderita Maupun Pada Keluarganya.
Kriteria minor :
Xerosis
Keratosis Pilaris
Hiperlinearis Palmaris ( Garisgaris Yang Dalam Pada Palmar)
Dermatitis Pada Tangan Dan Kaki
Dermatitis Pada Areola Mammae
Konjungtivitis
Dermatografisme Putih
Kecenderungan Mendapat Infeksi Kulit Yang Berulang
Dennie Morgan Sign : Lipatan Pada Kelopak Mata Bawah Pad Bayi Atau Anak
Pytiriasis Alba
Facial Pallor
Penggelapan Pada Daerah Periorbital
Dermatitis Pada Lipatan Leher Anterior
Keratokonus Anterior
Ax : subjektif selalu terasa gatal, terdapat riwayat dermatitis pada masa anak-anak,
terdapat riwayat atopi pada penderita maupun keluarganya, Morfologi dan
distribusi lesi bersifat khas sesuai umur. Secara klinis diklasifikasikan ke dalam 3
kelompok :
1. Bentuk bayi/infantil (2 bulan s/d 2 tahun) : lesi muncul di pipi, diaper area, dan
pada permukaan ekstensor, dengan ukk berupa eritema berbatas tegas, papul
vesikel miliar disertai erosi, eksudasi, dan krusta.
2. Bentuk anak-anak ( 2 tahun s/d 12 tahun) : predileksi di daerah fleksural ( lipat
3
A
r
t
DD
Pada bentuk akut harus dibedakan dengan DKA, DKI, dan impetigo
Pada bentuk kronik dengan skuama harus dibedakan dengan dermatitis seboroik
dan psoriasis.
Pada orang dewasa juga harus dibedakan dengan dermatitis numularis.
TATALAKSANA :
a. Umum : anjurkan pasien untuk menjaga kelembaban dan tidak menggaruk lesi
b. Medikamentosa : berikan kompres hangat pada lesi yang bersifat akut
kemudian kortikosteroid topikal potensi sedang (Locoid) 2 kali sehari, oles
tipis di atas lesi dengan sediaan krim. Untuk lesi subakut atau kronis, gunakan
kortikosteroid topikal potensi sedang sampai dengan kuat (Esperson) dengan
bso krim atau salep(kronik). Untuk keluhan yang sangat gatal berikan
antihistamin seperti loratadine atau CTM 3x1. Prednison oral diberikan bila lesi
cukup parah, dosis awal 30-40 mg, dan ditaper off setiap 1-2 minggu sebanyak
5-10 mg.
65
A
r
t
KRITERIA DX :
Anamnesis : adanya riwayat kontak dengan bahan tersebut di atas, pekerjaan
atau hobi, subjektif terasa gatal, panas, dan nyeri.. Pada yang akut, lesi muncul
segera setelah kontak dengan iritan, umumnya iritan kuat seperti asam atau
alkali.
Px.fisik : pada lesi yang akut dijumpai lesi eritematosa berbatas tegas dengan
edema superfisial yaitu timbulnya vesikulasi atau bulla, terbatas pada tempat
kontak, rasanya gatal dan nyeri. Pada dermatitis kontak iritan dengan iritan
yang bersifat keras atau kuat, dapat menyebabkan timbulnya erosi sampai
dengan nekrosis tanpa papula dengan konfigurasi bizarre atau linear. Pada lesi
yang kronik, didapatkan kulit yang kering, eritema, skuama, hiperkeratosis,
likenifikasi, dengan batas kelainan tidak tegas. Bila kontak terus-menerus, kulit
dapat retak seperti fissure misalnya pada tangan dan kaki.
Px Penunjang : Patch dan prick test
DD
- Dermatofitosis : batas tegas, tepi aktif, dan baguan tengah menyembuh
- Selulitis : lebih didominasi rasa nyeri dan disertai gejala konstitusional (demam
dll)
TATALAKSANA
- Hindari kontak dengan bahan iritan
- Pemakaian bahan pelindung seperti sarung tangan sewaktu bekerja
- Pada fase akut, kompres dengan kompres basah, dapat dilakukan dengan air
matang selama 5-15 menit, 2X sehari. Tujuannya untuk membersihkan,
mengeringkan, dan mengurangi perdangan. Dapat juga dengan larutan
burrowi atau larutan kalium permanganate 1/5000
- Pada fase subakut, gunakan steroid topikal dengan basis krim dan salep untuk
fase kronik.. Lihat lokasi lesi untuk menentukan jenis steroid yang digunakan
misalnya pada daerah lipatan dan wajah gunakan steroid topikal yang lemah
sedangkan di daerah plantar atau ekstensor gunakan steroid yang cukup kuat,
sedangkan untuk lesi yang luas dan berat gunakan steroid sistemik.
- Berikan antihistamin sistemik sedatif 3x1 bila terdapat gatal yang cukup berat.
65
A
r
t
KRITERIA DX :
- Anamnesis : adanya riwayat penyakit serupa karena DKA hanya terjadi pada
orang yang sudah tersensitisasi., riwayat pekerjaan atau hobi, subjektif terasa
gatal, panas, dan nyeri.. Pada yang akut, lesi muncul lambat 24-48 jam setelah
kontak
- Px.fisik : pada lesi yang akut terdapat eritem berbatas tegas, terdapat edema,
di atasnya terdapat vesekel dan papul. Pada lesi akut yang parah, terdapat
bula, erosi, dan krusta. Pada lesi subkronik didapatkan plak eritem dengan
skuama, kadang terdapat papul-papul eritem kecil-kecildi sekitarnya. Pada lesi
yang kroniuk terdapat plak likenifikasi dengan skuama, ekskoriasi,eritema, dan
pigmentasi
- Px Penunjang : Patch dan prick test
DD
- Dermatofitosis : batas tegas, tepi aktif, dan baguan tengah menyembuh
- Selulitis : lebih didominasi rasa nyeri dan disertai gejala konstitusional (demam
dll)
TATALAKSANA
- Hindari kontak dengan bahan allergen
- Pada fase akut, kompres dengan kompres basah, dapat dilakukan dengan air
matang selama 5-15 menit, 2X sehari. Tujuannya untuk membersihkan,
mengeringkan, dan mengurangi perdangan. Dapat juga dengan larutan
burrowi atau larutan kalium permanganate 1/5000
- Pada fase subakut, gunakan steroid topikal dengan basis krim dan salep untuk
fase kronik.. Lihat lokasi lesi untuk menentukan jenis steroid yang digunakan
misalnya pada daerah lipatan dan wajah gunakan steroid topikal yang lemah
65
A
r
t
Dermatitis Seborrhoik
DEFINISI
Dermatitis yang terjadi di daerah seborrhoik (daerah yang memiliki banyak kelenjar
keringat)
KRITERIA DX :
- Anamnesis : Subjektif, terasa gatal terutama saat berkeringat, perjalanan
penyakit bersifat kronik residif
- UKK : biasanya berupa eritema dengan skuama berminyak. Klinis dibagi ke
dalam 2 tipe yaitu tipe infant dengan puncaknya pada umur 6-8 minggu
terutama pada kepala dan wajah. Terjadi skuama kekuningan dan kumpulan
debris epitel yang melekat pada kulit. Tipe adult dengan puncaknya pada umur
18-40 tahun. Bentuk yang ringan adalah pitiriais sika yang hanya mengenai
kulit kepala berupa skuama halus dan kasar. Bentuk yang berminyak disebut
pitiriasis steatoides, dapat disertai eritema dan krusta tebal. Rambut pada
tempat tersebut mempunyaikecenderungan rontok, mulai dari bagian verteks
dan frontal, disebut alopesia seboroika. Pada bentuk yang berat terdapat
bercak-bercak berskuama dan berminyak disertai eksudasi dan krusta tebal,
meluas ke dahi dan retroaurikuler. Pada bentuk yang lebih berat lagi, seluruh
kepala tertutup krusta kotor dan berbau tidak sedap. Pada daerah
supraorbital, skuama halus dapat terlihat di alis mata, kulit di bawahnya
eritematosa dan gatal disertai bercak kekuningan. Dapat pula terjadi blefaritis.
Pada daerah pipi, hidung, dan dahi, kelainan dapat berupa papul.
- Distribusi : kulit kepala, wajah, badan, daerah intertrigo, dan daerah genitalia
DD
- Psoriasis vulgaris di daerah kulit kepala
65
A
r
t
TATALAKSANA
- Lesi di kulit kepala : pada orang dewasa dapat digunakan shampoo yang
mengandung zinc pyrithione (Selsun), dikeramaskan dan didiamkan selama 10-
15 menit kemudian baru dibilas. Bisa juga dipakai shampoo ketokonazol
(Zoloral) dipakai semalaman sebelum tidur lalu dibilas keesokan paginya.
- Lesi di wajah : krim hidrokortison 1% sampai lesi membaik kemudian ditaper
menjadi 1 kali sehari selama 1 minggu lalu minggu berikutnya dioles selang
seling hari selama 1 minggu lalu dihentikan bisa juga dipakai krim ketokonazol
(Zoloral) 2 kali sehari serlama 2-4 minggu.
- Lesi di daerah badan : gunakan kortikosteroid krim potensi sedang sampai
kuat (Locoid atau Esperson) 2 kali sehari untuk seminggu kemudian diganti
dengan hidrokortison krim 1% sampai lesi sembuh.
- Lesi di intertrigo : gunakan kortikosteroid potensi ringan (hidrokortison krim
1%)bersamaan dengan antijamur topikal dalam sediaan krim (Nizoral) 2 kali
sehari selama 2 minggu.
- Lesi di bulu mata : cuci dengan air biasa atau dengan Johnson Baby Shampoo.
KRITERIADIAGNOSIS
Cardinal Sign:
1. Lesi kulit (hipopigmentasi /eritematosa) yang mati rasa (anesthesia).
2. Penebalan saraf tepi disertai gangguan fungsi saraf (bisa berupa gangguan
sensorik, motorik ataupun otonom)
65
A
r
t
65
A
r
t
3
A
r
t
Pengobatan Lepra
1. Penderita PB (dewasa)
Pengobatan bulanan : hari pertama (dosis yang diminum di depan petugas)
2 kaps Rifampicin @300mg, total 600mg
1 tab dapsone/DDS 100mg
Pengobatan hari ke 2-28: 1 tab dapsone/DDS 100mg
1 blister 1 bulan, total pengobatan 6 blister selama 6-9 bulan.
2. Penderita MB (dewasa)
Pengobatan bulanan : hari pertama (dosis yang diminum di depan petugas)
2 kaps Rifampicin @300mg(600mg)
3 tab Lamprene/Clofazimin @100mg(300mg)
1 tab dapsone/DDS 100mg
Pengobatan hari ke 2-28: 1 tab dapsone/DDS 100mg dan 1 tab Lamprene
50MG. 1 blister 1 bulan, total pengobatan 12 blister selama 12-18 bulan.
*Dosis anak disesuaikan dengan berat badan:
Rifampicin 10mg/kgBB
DDS 2 mg/kgBB
Clofazimin 1 mg/kgBB
Dapsone/DDS/ diamino diphenyl sulfone, tablet warna putih, bakteriostatik
Lamprene/B663/Clofazimin, kapsul coklat, bakteriostatik, anti reaksi,
2
A
r
t
Komplikasi
Komplikasi Imunologis: reaksi lepra tipe 1 (reversal) dan reaksi tipe 2 (ENL)
Komplikasi neurologist: ulkus, claw hand, drop hand, drop foot, kontraktur,
mutilasi, resorbsi.
Reaksi Kusta
Reaksi kusta adalah suatu episode dalam perjalanan kronis penyakit kusta yang
merupakan suatu reaksi kekebalan (respon seluler) atau reaksi antigen-antibodi
(respon humoral) yang berakibat merugikan penderita, terutama bila mengenai
saraf tepi karena dapat menimbulkan kecacatan.
Reaksi kusta terjadi terutama selama atau setelah pengobatan, namun dapat juga
terjadi sebelum pengobatan. Penyebab pasti terjadinya reaksi masih belum jelas.
Beberapa faktor pencetus terjadinya reaksi adalah:
Kondisi stress fisik : hamil, setelah melahirkan, sesudah imunisasi, penyakit
infeksi, anemia, kurang gizi, kelelahan.
Kondisi stress mental : malu, takut.
Pemakaian obat yang meningkatkan kekebalan tubuh.
Ditinjau dari proses terjadinya, reaksi kusta dapat dibagi menjadi 2 yaitu reaksi tipe
1 (reaksi reversal) dan reaksi tipe 2 (erythema nodosum leprosum).
3
A
r
t
Keadaan umum Umumnya baik, demam ringan atau Ringan sampai berat disertai kelemahan
tanpa demam umum dan demam tinggi
Peradangan di kulit Bercak kulit lama menjadi lebih Nodul kemerahan, lunak dan nyeri
meradang, dapat timbul bercak baru tekan,dapat pecah (ulserasi). Biasanya pada
lengan dan tungkai.
Peradangan pada organ lain Hampir tidak ada Terjadi pada mata, kelenjar getah bening,
sendi, ginjal, testis, dll
Waktu timbul Biasanya segera setelah pengobatan Biasanya setelah pengobatan yang lama (>
6 bulan)
Tipe kusta Dapat terjadi pada tipe PB maupun Hanya pada kusta tipe MB
MB
Pengobatan ENL
Obat yang paling sering dipakai adalah kortikosteroid, antara lain
prednison. Dosisnya bergantung pada berat ringannya reaksi, biasanya prednison
15-30 mg/hari, kadang lebih. Makin berat reaksinya makin tinggi dosisnya. Dengan
perbaikan reaksi, dosisnya diturunkan secara bertahap sampai berhenti
sama sekali. Dapat ditambahkan obat analgetik-antipiretik atau bila berat,
penderita dapat menjalani rawat inap.
Klofazimin kecuali sebagai obat antikusta dapat juga dipakai sebagai anti reaksi
ENL, tetapi dengan dosis yang lebih tinggi, biasanya antara 200-300 mg
sehari. Khasiatnya lebih lambat daripada kortikosteroid. Juga dosisnya diturunkan
secara bertahap disesuaikan dengan perbaikan ENL.
Pemberian Prednison
3
A
r
t
KRITERIA DIAGNOSIS
- Anamnesis: terdapat riwayat pemakaian obat tertentu yang dapat
menimbulkan erupsi kulit. Obat yang sering menimbulkan SJS adalah
antibiotik seperti penisilin dan derivat semisintetiknya, golongan sulfa,
streptomisin, tetrasiklin, NSAID, karbamazepin, klorpromazin dan kinin.
Meskipun tidak selalu dikarenakan alergi terhadap obat.
- Trias diagnostik SJS :
1. Kelainan kulit berupa eritema, papul, vesikel, lesi iris, dan bula yang
kemudian pecah hingga terjadi erosi luas. Dapat disertai purpura. Lesi
timbul akut, tersebar simetris, dan generalisata
2. Kelainan mukosaterutama di mulut dan lubang genital, kadang di hidung
dan anus. Berupa vesikel, bula, erosi, ekskoriasi, krusta hitam
3. Kelainan mata dengan bentuk yang paling sering adalah konjungtivitis
kataralis
DD : TEN
3
A
r
t
TATALAKSANA
Umum : hentikan obat yang dicurigai, atasi keadaan gawat darurat (ABC),
pasang infus untuk keseimbangan cairan dan elektrolit juga untuk
memasukkan obat.
Medikamentosa : Berikan deksametason 4-6 x 5 mg iv untuk orang dewasa
dan pada anak berikan bolus iv 1 mg/kg BB. Antibiotik sistemik bila terdapat
tanda- tanda infeksi. Rawat inap.
Salah satu cara praktis untuk memperkirakan jumlah steroid topikal yang
diresepkan adalah dengan Fingertip Unit, yaitu jumlah obat yang dikeluarkan
sampai sepanjang jari tangan bagian distal, seperti diperlihatkan dalam gambar y
dilampiran d.
Jumlah krim yang digunakan disesuaikan dengan bagian tubuh yang akan diobati :
Satu tangan : 1 FU
Satu lengan: 3 FU
3
A
r
t
Contoh : Wanita dengan lesi di kedua lengannya akan membutuhkan krim steroid
sebanyak 2 (lengan) x 3 FU x 0,4 gram x 2(PEMAKAIAN 2 kali sehari) x 7(hari) = 33,6
gram untuk seminggu.
Hitungan kasar lainnya dalam mamperkirakan jumlah steroid topikal yang diresepkan
: Daerah yang akan diobati Krim dan salep
Wajah dan leher 15-30 gram
Tangan 15-30 gram
Kulit kepala 15-30 gram
Lengan 30-60 gram
Kaki 100 gram
Badan 100 gram
Selangkangan dan alat kelamin 15-30 gram
Jumlah ini sesuai untuk peresepan sebanyak 2 kali sehari selama seminggu
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2000. Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000, Depkes RI Dirjen Pengawasan
Obat dan Makanan
Anonim, 1993. Pedoman pemberantasan penyakit Kusta Depkes, FKUI, Jakarta
Canizares S, 2005 .Dermatology in Developing Country, Lange
st
Edward EB, Jegasothy BV, Lazarus GS, 1991. Dermatology: Diagnosis and Therapy 1 ed.
PrenticeHall International Inc., Philadelphia
Etnawati K, Soedarmadi, 1991. Pengobatan penyakit kulit dan kelamin. FK-UGM
Mansjoer A, dkk, 2002. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3, jilid 2, Media Aesculapius FKUI
Siregar RS, 1994. Atlas berwarna saripati penyakit kulit dan kelamin, EGC, Jakarta.
Spm IDI, 2002, Pengurus Besar IDI:Jakarta
Standar Prosedur Medis IDI, Depkes
Wolff K, Johnson RA, Suurmond D, 2007. Fitzpatrick Color Atlas & Synopsis of Clinical
th
Dermatology 5 ed. McGrawHill
www.cdc.gov
www.dermnetNZ.com
Etnawati K, Soedarmadi, 1991. Pengobatan penyakit kulit dan kelamin. FK-UGM