Anda di halaman 1dari 26

REFERAT

Ketuban Pecah Dini (KPD)

Disusun oleh:
Josephine Angelia S.
406172114
Pembimbing:
dr. Ajeng Normala, Sp.OG

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara


Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan
Rumah Sakit Umum Daerah Ciawi Bogor
Periode 13 Agustus – 21 Oktober 2018
Definisi

 Ketuban pecah dini (KPD) : pecahnya selaput ketuban


sebelum terjadinya persalinan
 KPD pada kehamilan aterm (PROM) : pecahnya ketuban
sebelum waktunya yg terbukti dng vaginal pooling, tes
nitrazin, & tes fern (+) atau, IGFBP-1 (+) pada usia
kehamilan ≥37 minggu
 KPD preterm (PPROM) : pecah ketuban yg terbukti dng
vaginal pooling, tes nitrazin, & tes fern (+) atau IGFBP-1
(+) pada usia kehamilan <37 minggu sebelum onset
persalinan
 KPD sangat preterm : usia kehamilan 24 - <34 minggu

 KPD preterm : usia kehamilan 34 - <37 minggu


Epidemiologi

 KPD aterm terjadi pada sekitar 6,46 – 15,6% kehamilan


aterm
 PPROM terjadi pada sekitar 2 – 3 % dari semua kehamilan
tunggal & 7,4% dari kehamilan kembar
 PPROM merupakan komplikasi pada sekitar 1/3 dari semua
kelahiran prematur
Faktor Risiko

 Faktor maternal :  Merokok


 KPD preterm pada  Obat-obatan terlarang
kehamilan sebelumnya (contoh : kokain)
(risiko rekuren 16 – 32%)  Anemia
 Perdarahan antepartum  BMI < 19.8kg/m2
 Terapi steroid lama  Defisiensi Cu (tembaga)
 Kelainan kolagen dan Vit C (asam askorbat)
vaskular (contoh : SLE)  Status sosioekonomi
 Trauma abdomen rendah
 Persalinan prematur
Faktor Risiko

 Faktor uteroplasenta :
 Anomali uterus (contoh : septum uterus)

 Abruptio plasenta

 Insufisiensi serviks

 Overdistensi uterus (contoh : polihidramnion)

 Faktor fetal :
 Kehamilan multipel (7 – 10% pada kehamilan kembar
terjadi PPROM)
Patofisiologi

 Ketuban pecah dalam persalinan umum disebabkan o/


kontraksi uterus & peregangan berulang
 Patogenesis KPD berkaitan dng ↑ apoptosis komponen
selular membran & ↑ kadar protease spesifik di membran
& cairan amnion
 Kekuatan regang membran dihasilkan o/ matriks
ekstrasel di dalam amnion
 Kelompok metaloproteinase matriks (MMP) berperan
dalam remodeling jaringan normal & degradasi kolagen
 MMP-2, MMP-3, & MMP-9 ↑ konsentrasinya dalam
cairan amnion dari kehamilan dng PPROM
Lapisan Selaput Ketuban
Patofisiologi

 Inhibitor metaloproteinase matriks di jaringan (TIMP)


mengatur aktivitas MMP
 Inhibitor ini dibuktikan ↓ konsentrasinya dalam cairan
amnion dari wanita dng PPROM
 Ekspresi MMP ↑ dng pemberian IL-1, TNF-α, & IL-6 
induksi MMP mungkin merupakan bagian dari proses
peradangan
Patofisiologi

 Kultur bakteri atas cairan amnion menunjang peran infeksi


pada banyak kasus PPROM
 Sebuah ulasan terhadap 18 penelitian yang mencakup
hampir 150 wanita dng PPROM  1/3 kasus, bakteri dapat
ditemukan dari cairan amnion
 Karena temuan ini, maka sebagian orang memberi
antibiotik profilaktik untuk mencegah PPROM
Anamnesis

 Kuantitas dari cairan yang keluar


 Sejak kapan
 Usia gestasi
 Taksiran persalinan
 Riwayat KPD aterm sebelumnya
 Faktor risiko
Pemeriksaan Fisik

 Pemeriksaan digital vagina yg terlalu sering sebaiknya


dihindari  ↑ risiko infeksi neonatus
 Spekulum yg digunakan dilubrikasi terlebih dahulu
 Menilai adanya servisitis

 Prolaps tali pusat atau prolaps bagian terbawah janin


(pada presentasi bukan kepala)
 Menilai dilatasi & pendataran serviks

 Mendapatkan sampel & mendiagnosis KPD aterm secara


visual
Tes nitrazin

 Tes nitrazin : menggunakan swab steril u/ kumpulkan cairan


dari fornix posterior & uji dng kertas nitrazin
(phenaphthazine)
 Jika cairan tersebut merupakan cairan amnion  kertas
nitrazin berubah menjadi biru  menunjukan pH alkalis
(7.1-7.3), sedangkan sekret vagina pH 4.5-6
Tes fern

 Ferning: cairan dari fornix posterior diletakan pada slide &


keringkan pada udara kering  mikroskop
 Cairan amnion akan berubah menjadi bentuk bekuan dari
kristalisasi
Pemeriksaan Laboratorium

 Digunakan u/ menyingkirkan kemungkinan lain keluarnya


cairan/ duh dari vagina/ perineum
 Jika diagnosis KPD aterm masih belum jelas setelah
menjalani PF, tes nitrazin & tes fern  insulin-like growth
factor binding protein 1 (IGFBP-1) sebagai penanda dari
persalinan preterm, kebocoran cairan amnion, atau infeksi
vagina
Tatalaksana

 Prinsip utama penatalaksanaan KPD :


 mencegah mortalitas & morbiditas perinatal pada ibu &
bayi yg ↑ karena infeksi atau akibat kelahiran preterm
pada kehamilan < 37 minggu
 Tatalaksana dilakukan sesuai dengan usia gestasi
 berkaitan dengan proses kematangan organ janin, &
bagaimana morbiditas & mortalitas apabila dilakukan
persalinan maupun tokolisis
KPD usia kehamilan < 24 minggu

 Morbiditas minor neonatus  hiperbilirubinemia &


takipnea transien lebih besar bila ibu melahirkan daripada
pada kelompok usia lahir 36 minggu
 Morbiditas mayor  sindroma distress pernapasan &
perdarahan intraventrikular tidak secara signifikan berbeda
 Penelitian menunjukkan bahwa mempertahankan
kehamilan adalah pilihan yang lebih baik
KPD usia kehamilan 24 – 34 minggu

 Persalinan lebih baik daripada mempertahankan kehamilan


dalam menurunkan insiden korioamnionitis secara
signifikan
 Pada saat ini penelitian menunjukkan bahwa persalinan
lebih baik daripada mempertahankan kehamilan
KPD usia kehamilan 34 – 38 minggu

 Mempertahankan kehamilan akan meningkatkan risiko


korioamnionitis dan sepsis
 Tidak ada perbedaan signifikan terhadap kejadian
respiratory distress syndrome
 Pada saat ini, penelitian menunjukkan bahwa
mempertahankan kehamilan lebih buruk daripada
melakukan persalinan
Antibiotik
 Antibiotik profilaksis disarankan pada kejadian KPD preterm
 ↓ morbiditas maternal & neonatal dng menunda kelahiran 
memberi cukup waktu u/ profilaksis dng kortikosteroid prenatal
 Pemberian co-amoxiclav pada prenatal dapat menyebabkan
neonatal necrotizing enterocolitis  tidak disarankan
 Pilihan terbaik  eritromisin atau penisilin
 Pemberian antibiotik dapat dipertimbangkan digunakan bila KPD
memanjang (>24 jam)
Medikamentosa Dosis Rute Frekuensi
Benzilpenisilin 1,2 gr IV Setiap 4 jam
Klindamisin (jika sensitif
600 mg IV Setiap 8 jam
penisilin) Antibiotik yang digunakan pada KPD >24 jam
Induksi

 Pada kehamilan ≥37 minggu, lebih dipilih induksi


 Induksi persalinan dengan prostaglandin pervaginam  ↑
risiko korioamnionitis & infeksi neonatal dibandingkan dng
induksi oksitosin  oksitosin lebih dipilih dibandingkan
dengan prostaglandin pervaginam
Kortikosteroid

 Kortikosteroid antenatal ↓ risiko :


 Respiratory distress syndrome

 Perdarahan intraventrikular

 Enterokolitis nekrotikan
Tokolisis

 Tokolisis pada kejadian KPD preterm tidak


direkomendasikan
 Penelitian pada pasien dengan KPD preterm  proporsi
wanita yang tidak melahirkan 10 hari setelah ketuban pecah
dini tidak lebih besar secara signifikan pada kelompok yang
menerima tokolisis
Magnesium Magnesium Sulfat IV
Untuk efek neuroproteksi Bolus 6 gram selama 40 menit
pada PPROM <31 minggu dilanjutkan infus 2 gram/jam untuk
bila persalinan diperkirakan dosis pemeliharaan sampai persalinan
dalam waktu 24 jam atau sampai 12 jam terapi

Kortikosteroid Betamethasone
Untuk menurunkan risiko 12 mg IM setiap 24 jam dikali 2 dosis
sindrom distress Jika betamethasone tidak tersedia,
pernapasan gunakan deksamethason 6 mg IM setiap
12 jam
Antibiotik Ampicillin : 2 gram IV setiap 6 jam dan
Untuk Eritromisin : 250 mg IV setiap 6 jam selama 48 jam, dikali 4
memperlama dosis diikuti dengan
masa laten Amoksisilin : 250 mg PO setiap 8 jam selama 5 hari dan
Eritromisin : 333 mg PO setiap 8 jam selama 5 hari, jika alergi
ringan dengan penisilin, dapat digunakan
Cefazolin : 1 gram IV setiap 8 jam selama 48 jam dan
Eritromisin : 250 mg IV setiap 6 jam selama 48 jam dikuti dengan
Cephalexin : 500 mg PO setiap 6 jam selama 5 hari dan
Eritromisin : 333 mg PO setiap 8 jam selama 5 hari, jika alergi
berat penisilin, dapat diberikan
Vankomisin : 1 gram IV setiap 12 jam selama 48 jam dan
Eritromisin : 250 mg IV setiap 6 jam selama 48 jam diikuti
dengan
Komplikasi

 Infeksi intrauterin
 Endomiometritis maupun korioamnionitis sepsis
 Persalinan lebih awal
 neonatus yang lahir hidup dapat mengalami sekuele seperti
malpresentasi, kompresi tali pusat, oligohidramnion,
necrotizing enterocolitis, gangguan neurologi, perdarahan
intraventrikel, & sindrom distress pernapasan
Daftar Pustaka
1. Perhimpunan Obstetri dan Ginekologi Indonesia : Himpunan
Kedokteran Feto Maternal. Pedoman nasional pelayanan
kedokteran : ketuban pecah dini. 2016.
2. Soewarto S. Ketuban pecah dini. Dalam: Ilmu kebidanan
sarwono prawirohardjo. Edisi Ke-4. Jakarta: PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2016.
3. Caughey AB, Robinson JN, Norwitz ER. Contemporary
diagnosis and management of preterm premature rupture of
membranes. Rev Obstet Gynecol; 2008; 1(1); p.11–22.
4. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse
Dj, et al. Williams obstetrics. 23rd Ed. New York: Mc-Graw
Hill Education; 2010.

Anda mungkin juga menyukai