Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia terkenal dengan sejuta kekayaan sumber daya alamnya yang


membentang luas dari Sabang sampai Merauke, siapapun yang mendengarnya pasti
mengetahuinya. Berbagai sumber daya alam tersedia di sini, hutan yang hijau sebagai
sumber paru-paru dunia, serta aneka bahan tambang yang terpendam di dalam bumi.
Industri pertambangan merupakan salah satu pendapatan terbesar di sebuah negara,
industri pertambangan sebagian besar kebutuhan manusia di dunia. Industri
pertambangan menyiapkan lapangan kerja bagi masyarakat dan mengurangi
pengangguran.
Pertambangan merupakan salah satu aktivitas yang memanfaatkan sumber daya
alam. Pemanfaatan sumber daya alam ini dapat dilakukan dengan pencairan, penggalian
atau bahkan peledakan guna memperoleh hasil tambang yang diharapkan. Kegiatan
pertambangan banyak dilakukan pada kawasan hutan yang memiliki potensi, bahkan
sejumlah kawasan pertambangan telah mengubah fungsi hutan menjadi kawasan
kematian meskipun terdapat upaya pelestarian fungsi lingkungan hidup namun tidak
seimbang. Dampak negatif yang ditimbulkan dari kegiatan pertambangan, kegiatan
penambangan yang terjadi di kawasan hutan dapat merusak ekosisitem hutan, sehingga
dapat mengakibatkan kerusakan linkungan dalam bentuk pencemaran air, tanah, dan
udara yang di sebabkan oleh benda benda asing sebagai akibat perbuatan manusia,
sehingga mengakibatkan lingkungan tersebut tidak berfungsi seperti semula.
Sisi ekonomi dan sumber daya manusia, tidak dapat dipungkiri baik secara
langsung maupun tidak langsung sebagian besar dengan adanya kegiatan penambangan
dan adanya perusahaan pertambangan di suatu daerah akan berdampak secara sistematik
pada segi ekonomi masyarakat daerah tersebut, hal ini dapat terlihat dari peningkatan
pendapatan perbulan masyarakat di sekitar perusahaan pertambangan tersebut.
Peningkatan pendapatan ini disebabkan oleh adanya penerimaan tenaga kerja yang
dilakukan oleh perusahaan untuk mendukung kegiatan operasional. Meliputi tenaga
managerial, teknis operasional dan tenaga kerja pendukung.
Pembangunan suatu daerah selalu di dasarkan kepada pemanfaatan suatu sumber
daya alam. Makin banyak suatu daerah mempunyai sumber daya alam dan semakin
efisien pemanfaatan sumber daya alam tersebut, makin baik harapan akan tercapainya
keadaan kehidupan ekonomi yang baik dalam jangka panjang. Sumber daya alam yaitu
suatu sumber daya yang terbentuk karena kekuatan ilmiah, misalnya tanah, air, dan
perairan, biotis, udara dan ruang, mineral lingungan / landscape, panas bumi dan gas
bumi, angin, pasang – surut /arus laut, untuk kepentingan pembangunan ekonomi
biasanya menggolongkan pada sumber daya alam itu berdasarkan potensi
penggunaannya, misalnya sumber daya alam penghasil energi: air, matahari, arus laut,
gas bumi, minyak bumi, batu bara, angin dan biotis / tumbuhan; sumber daya alam
penghasil bahan baku: mineral gas bumi biotis perairan, tanah dan sebagainya; sumber
daya alam lingkungan hidup: udara dan ruang, perairan, lanscape,, dan sebagainya.
Berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, memberikan kewenangan pengelolaan sumber daya alam khususnya
pertambangan kepada masing-masing daerah. Kewenangan untuk pengelolaan
pertambangan dari tingkat pusat hingga kabupaten/kota telah diatur dalam Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Dengan
adanya dua peraturan tersebut seharusnya semakin memperkuat posisi pemerintah daerah
dalam hal ini pemerintah tingkat kabupaten/kota. Namun, sangat disayangkan pemerintah
kabupaten/kota belum memaksimalkan kekuatan hukum ini dalam penegakan upaya
pengelolaan pertambangan yang ramah lingkungan.
Memacu pembangunan di daerah kegiatan penambangan dan perusahaan
pertambangan tentunya akan terus berkembang pesat sejalan dengan kegiatan
pertambangan itu sendiri. Pembangunan infrastruktur pendukung kegiatan penambanagn
itu sendiri tentunya akan memicu peningkatan pembangunan di daerah tersebut guna
mendukung kebutuhan perusahaan dan kegiatan penambangan mulai dari segi sosial,
ekonomi, kesehatan, perekonomian dan lain-lain.
Namun, usaha pertambangan dalam waktu yang relatif singkat dapat mengubah
bentuk topografi dan keadaan tanah (land impact) sehingga dapat mengubah
keseimbanagan sistem ekologi bagi daerah sekitarnya. Pencemaran akibat debu dan asap
yang mengotori udara dan air, limbah air, tailing (ampas buangan) serta buangan tambang
yang mengandung zat-zat beracun, suara bising dari berbagai alat berat pertambagan
yang dilakukan tanpa meningkatkan keselamatan kerja dan kondisi geologi lapangan,
dapat menimbulkan tanah longsor, ledakan tambang, keruntuhan tambang dan gempa.
Masuknya pertambangan nikel di daerah khususnya akan menjadikan daerah
terlepas dari keterisolasian, menambah Pendapan Asli Daerah (PAD), terciptanya
lapangan kerja terutama perekrutan tenaga kerja lokal, sehingga akan menambah
pendapatan masyarakat. Namun, kehadiran pertambangan nikel, bukan berarti tidak
menimbulkan masalah-masalah atau dampak negatif yang ditimbulkan terutama
kerusakan lingkungan alam disekitar lokasi penambangan, sehingga hal tersebut
memunculkan persepsi negatif bagi masyarakat. Kondisi lingkungan yang rusak seperti
kerusakan lahan karena pengerukan dan penggalian tanaholeh buldozer, kerusakan hutan,
pencemaran udara oleh aktivitas pengangkutan nikel mentah, kerusakan
jalan,pencemaran air, pencemaran udara, kebisingan oleh bunyi alat-alat berat dan truk
pengangkut yang lalu-lalang. Dengan kondisi yang demikian, masyarakat akan memiliki
pandangan negatif terhadap masuknya pertambangan nikel.
Mencermati fenomena dampak lingkungan di Desa Motui Kecamatan Motui
Kabupaten Konawe Utara, kenyataannya menimbulkan dampak lingkungan baik positif
maupun negatif bagi masyarakat. Masuknya penambangan nikel di daerah ini
membuat masyarakat memiliki harapan bagi terciptanya lapangan pekerjaan, peningkatan
pelayanan fasilitas kesehatan seperti puskesmas, serta bantuan-bantuan sarana sanitasi
lingkungan bagi desa dan bantuan pendidikan. Namun, disisi lain masuknya
pertambangan nikel juga meresahkan masyarakat setempat, terutama adanya kerusakan
lingkungan yang mengganggu aktivitas masyarakat seperti terkorbankannya lahan
sebagai area penambangan serta lahan menjadi rusak, hutan menjadi rusak yang
berdampak pada rusaknya keberlangsungan hidup tumbuhan (flora) dan satwa liar
(fauna), aktivitas alat berat pertambangan dalam pengerukan, penggalian dan
pengangkutanbijih nikel yang menimbulkan bunyi yang mengganggu pendengaran dan
debu yang menimbulkan polusi udara, air sumur serta sungai kecil di sekitar
lokasi penambangan menjadi kotor.
Dari hasil observasi yang telah dilakukan penulis di Desa Motui Kecamatan
Motui Kabupaten Konawe Utara juga terdapat kegiatan penambangan logam nikel.
Kegiatan penambangan mineral bukan logam dalam hal ini nikel memberikan dampak
ekonomi dan sosial secara langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat lokal.
Dampak langsung yang dirasakan masyarakat Motui adalah kesempatan atau
lowongan pekerjaan bagi masyarakat setempat. Dampak tidak langsung dari perusahaan
adalah pembukaan jalan dan transportasi perusahaan dan sekaligus dimanfaatkan oleh
masyarakat kebutuhan para pekerja perusahaan seperti sayuran, buah-buahan, ikan,
daging, dapat memajukan perekonomian masyarakat setempat.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang yang menjadi identifikasi masalah dalam
penelitian ini yaitu Dampak Aktivitas Pertambangan Nikel Dalam Kehidupan Masyarakat
Desa Motui Kecamatan Motui Kabupaten Konawe Utara. Dimana terjadi perubahan
kondisi lingkungan seperti perubahan bentuk lahan dan ekosistem.
Usaha untuk memperoleh bahan baku industri tidak terlepas dari pengekplorasian
lingkungan, artinya pengeksplorasian lingkungan akan terus terjadi serta tidak dapat
dihindari. Keterdapatan bahan galian atapun tambang yang ada di bumi, dalam
praktiknya akan menimbulkan dampak positif dan negatif secara langsung maupun
tidak langsung terhadap kondisi lingkungan.
Sebagaimana telah diketahui bahwa tidak dapat dipungkiri kegitan usaha yang
berkaitan dengan pertambangan menyebabkan perubahan lingkungan. Kondisi itulah
yang mendorong tekanan terhadap industri pertambangan yang memang tidak memenuhi
syarat-syarat dan kriteria penambangan yang baik dan benar. Apabila tidak dilakukan
penataan maka perilaku penambangan dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan,
ketimpangan sosial, dan dampak negatif lain dari kegiatan penambangan dan galian yang
semakin tidak terkendali yang dapat merusak lingkungan.
C. Rumusan Masalah
1. Apa jenis kegiatan pertambangan yang ada di Desa Motui Kecamatan Motui
Kabupaten Konawe Utara ?
2. Apa tujuan dilakukan kegiatan pertambangan di Desa Motui Kecamatan Motui
Kabupaten Konawe Utara ?
3. Bagaimana dampak kegiatan pertambangan bagi lingkungan dan masyarakat di
Desa Motui Kecamatan Motui Kabupaten Konawe Utara ?
4. Bagaimana peran Pemerintah dalam mengatur dan mengontrol perkembangan
pertambangan di Desa Motui Kecamatan Motui Kabupaten Konawe Utara ?
5. Bagaimana solusi untuk menanggulangi dampak dari kegiatan pertambangan di
Desa Motui Kecamatan Motui Kabupaten Konawe Utara ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pertambangan
Pertambangan adalah rangkaian kegiatan dalam rangka upaya pencarian,
penambangan (penggalian), pengolahan, pemanfaatan dan penjualan bahan galian (mineral,
batubara, panas bumi, migas).
Pertambangan pada hekekatnya merupakan upaya pengembangan sumberdaya alam
mineral dan energi yang potensial untuk dimanfaatkan secara hemat dan optimal bagi
kepentingan dan kemakmuran rakyat, melalui serangkaian kegiatan eksplorasi, pengusahaan
dan pemanfaatan hasil tambang. Upaya tersebut bertumpu pada pendayagunaan berbagai
sumberdaya, terutama sumberdaya energi dan mineral, didukung sumberdaya energy manusia
yang berkualitas, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kemampuan manajemen.
Pada umumnya hasil pertambangan Indonesia yang bersifat logam semata-mata
dihasilkan untuk keperluan pasar luar negeri. Sementara itu, bahan berupa non logam sebagai
bahan baku industri dalam negeri. Tapi dalam prospek dalam negeri hasil yang dimanfaatkan
lagi oleh pihak asing dan pihak pemerintah yang mempunyai kuasa.
Industri pertambangan di Desa Motui Kecamatan Motui Kabupaten Konawe Utara
menjadi primadona, karena merupakan komoditas unggulan. Tersedianya Sumber daya Alam
menjadikan peluang untuk memanfaatkannya agar mendapatkan hasil dan keuntungan.
Beberapa Sumber daya Alam yang sudah termanfaatkan atau dilakukan kegiatan eksplorasi
yaitu tambang aspal di Kabupaten Buton, Tambang nikel di kabupaten Kolaka, Konawe
Utara dan Konawe, tambang minyak di Kabupaten Buton Utara dan Buton, Tambang Emas
di Bombana, dan potensi tambang marmer, batu granit dan krom  yang tersebar di beberapa
Sulawesi Tenggara Salah Satunya yaitu di Desa Motui Kecamatan Motui Kabupaten Konawe
Utara .
B. Tujuan Pertambangan
Tujuan dari dilakukannya pertambangan yaitu sebagai bentuk pemanfaatan kekayaan
alam yang tersedia untuk mencapai salah satu tujuan bangsa untuk mensejahterakan
kehidupan masyarakat. Kegiatan pertambangan mempunyai banyak keunggulan diantaranya
memberikan pemasukan devisa Negara, meberikan pemasukan anggaran biaya daerah, dan 
menyediakan lapangan kerja. Namun  sebagian besar hasil dari kegiatan pertambangan
berdampak negatif baik terhadap lingkungan maupun masyarakat.
C. Dampak Kegiatan pertambangan
Kegiatan pertambangan mempunyai banyak dampak, baik itu dampak positif maupun
dampak negatif. Adapun dampak positif yang ditimbulkan pada kegiatan pertambangan
antara lain, masyarakat setempat mempunyai kesempatan untuk bekerja di perusahaan
tersebut, mendapat ganti rugi tanah yang digunakan untuk kegiatan pertambangan, dan
Perusahaan pertambangan dapat merupakan potensial bagi hasil bumi maupun jasa yang
tersedia dari masyarakat setempat. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan
pertambangan di Sulawesi Tengaara antara lain Timbul kecemburuan sosial, karena kekayaan
alamnya diambil oleh pihak lain, juga terdapat kesengajaan pendapatan antara para pendatang
dengan penduduk asli, timbul gangguan berupa polusi udara, air tanah dan kebisingan,
rusaknya jalan dan jembatan Karena dilewati banyak kendaraan milik perusahaan
pertambangan.
Salah satu jenis tambang yang ada di Desa Motui Kecamatan Motui Kabupaten
Konawe Utara adalah tambang nikel. Kegiatan pertambangan tersebut mempunyai tujuan
untuk memanfaatkan Sumberdaya Alam yang tersedia dengan memberikan kontribusi kepada
pemerintah sebagai anggaran Pemasukan Asli Daerah (PAD) dan menyediakan lapangan
kerja kepada masyarakat. Namun dari fakta yang terjadi sekarang banyak masalah yang
terjadi di lapangan mulai dari kerusakan hutan yang tingkatannya mengancam kehidupan
manusia dan mahluk yang hidup di wilayah tersebut sampai pencemaran peraiaran. Aktivitas
penambangan nikel yang tidak terkendali mengancam keberadaan kawasan hutan konservasi
suaka marga satwa. Proses kegiatan pertambangan dilakukan dengan mengeruk atau
mengambil tanah dipegunungan yang mengandung nikel, namun wilayah pengambilan tanah
itu melalui proses penebangan pohon-pohon lindung di dalamya. Hal tersebut mengancam
keberadaan hutan lindung yang ada di daerah tersebut. Jika terjadi pengundulan hutan yang
berlebihan pastinya akan terjadi tanah longsor, banjir, kekeringan, dan organisme yang hidup
pada daerah tersebut berpindah tempat atau bahkan mati.
Sebelum dilakukan penambangan di daerah tersebut lahan-lahan milik warga ditanami
berbagai jenis tanaman pertanian seperti padi, jagung, ubi kayu, sagu dan sebagainya maupun
tanaman perkebunan seperti kakao, jambu, kelapa dan cengkeh, menjadi penupang utama
kehidupan keluarga mereka. Berbagai jenis tanaman pertanian dan perkebunan tersebut
menjadi mesin pengepul asap di rumah-rumah warga. Namun kini, lahan-lahan subur tersebut
rusak karena akibat dari penggundulan hutan. Tanaman tumbuh yang ada di dalamnya
tergilas oleh aktivitas penambangan nikel yang mendapat izin resmi dari Pemerintah
Kabupaten maupun Pemerintah Provinsi.
Berikut dampak-dampak negatif yang mungkin timbul akibat adanya aktivitas
penambangan emas :
 Tanah
Tidak hanya air yang tercemar, tanah juga mengalami pencemaran akibat
pertambangan, yaitu terdapatnya lubang-lubang besar yang tidak mungkin ditutup
kembali yang menyebabkan terjadinya kubangan air dengan kandungan asam yang
sangat tinggi. Air kubangan tersebut mengadung zat kimia seperti Fe, Mn, SO4, Hg
dan Pb. Fe dan Mn dalam jumlah banyak bersifat racun bagi tanaman yang
mengakibatkan tanaman tidak dapat berkembang dengan baik. SO4 berpengaruh pada
tingkat kesuburan tanah dan PH tanah, akibat pencemaran tanah tersebut maka
tumbuhan yang ada diatasnya akan mati. 
 Air 
Penambangan  secara langsung menyebabkan pencemaran air, yaitu dari limbah
tersebut dalam hal memisahkan batubara dengan sulfur. Limbah pencucian tersebut
mencemari air sungai sehingga warna air sungai menjadi keruh, asam, dan
menyebabkan pendangkalan sungai akibat endapan pencucian batubara tersebut.
Limbah pencucian batubara setelah diteliti mengandung zat-zat yang sangat
berbahaya bagi kesehatan manusia jika airnya dikonsumsi. Limbah tersebut
mengandung belerang (b), merkuri (Hg), asam slarida (HCn), mangan (Mn), asam
sulfat (H2SO4), dan timbal (Pb). Hg dan Pb merupakan logam berat yang dapat
menyebabkan penyakit kulit pada manusia seperti kanker kulit. 
 Sedimentasi dan  Menurunnya Kualitas Air
Aktivitas penambangan emas secara tradisional yang memanfatkan aliran kali
membuat air menjadi keruh dan kekeruhan ini nampak terlihat di saluran primer yakni
kali Anafre. Pembuangan tanah sisa hasil pendulangan turut meningkatkan jumlah
transport sedimen.
 Hutan 
Penambangan dapat menghancurkan sumber-sumber kehidupan rakyat karena lahan
pertanian yaitu hutan dan lahan-lahan sudah dibebaskan oleh perusahaan. Hal ini
disebabkan adanya perluasan tambang sehingga mempersempit lahan usaha
masyarakat, akibat perluasan ini juga bisa menyebabkan terjadinya banjir karena
hutan di wilayah hulu yang semestinya menjadi daerah resapan aitr telah dibabat
habis. Hal ini diperparah oleh buruknya tata drainase dan rusaknya kawan hilir seperti
hutan rawa. .
 Laut 
Pencemaran air laut akibat penambangan terjadi pada saat aktivitas bongkar muat dan
tongkang angkut batubara. Selain itu, pencemaran juga dapat mengganggu kehidupan
hutan mangrove dan biota yang ada di sekitar laut tersebut.
Dampak Terhadap Manusia
Dampak pencemaran Pencemaran akibat penambangan batubara terhadap manusia,
munculnya berbagai penyakit antara lain :
1. Limbah pencucian zat-zat yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia jika airnya
dikonsumsi  dapat menyebabkan penyakit kulit pada manusia seperti kanker kulit.
Kaarena Limbah tersebut mengandung belerang ( b), Merkuri (Hg), Asam Slarida
(Hcn), Mangan (Mn), Asam sulfat (H2sO4),  di samping itu debu menyebabkan polusi
udara di sepanjang jalan yang dijadikan aktivitas pengangkutan. Hal ini menimbulkan
merebaknya penyakit infeksi saluran pernafasan, yang dapat memberi efek jangka
panjang berupa kanker paru-paru, darah atau lambung. Bahkan disinyalir dapat
menyebabkan kelahiran bayi cacat.
2. Antaranya dampak negatifnya adalah kerusakan lingkungan dan masalah kesehatan
yang ditimbulkan oleh proses penambangan dan penggunaannya.produk buangannya,
berupa abu ringan, abu berat, dan kerak sisa pembakaran, mengandung berbagai
logam berat :  seperti arsenik, timbal, merkuri, nikel, vanadium, berilium, kadmium,
barium, cromium, tembaga, molibdenum, seng, selenium, dan radium, yang sangat
berbahaya jika dibuang di lingkungan.
3. Pertambangan nikel juga telah menimbulkan dampak kerusakan lingkungan hidup
yang cukup parah, baik itu air, tanah, Udara, dan hutan, Air Penambangan secara
langsung menyebabkan pencemaran air, yaitu dari limbah pencucian batubara tersebut
dalam hal memisahkan batubara dengan sulfur. Limbah pencucian tersebut mencemari
air sungai sehingga warna air sungai menjadi keruh, Asam. Limbah nikel setelah
diteliti mengandung zat-zat yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia jika airnya
dikonsumsi. Limbah tersebut mengandung belerang ( b), Merkuri (Hg), Asam Slarida
(Hcn), Mangan (Mn), Asam sulfat (H2sO4), dan Pb. Hg dan Pb merupakan logam
berat yang dapat menyebabkan penyakit kulit pada manusia seperti kanker kulit.
Dampak Bagi Lingkungan Sekitar
1. Kerusakan lahan, seperti terbentuknya lahan kritis dan tandus akibat pengerukan,
adanya lubang-lubang besar akibat penggalian dan terisi air sehingga kelihatan
kotor.
2. Terganggunya lahan pertanian, seperti adanya endapan lumpur pada lahan
persawahan dan perkebunan serta perkebunan tercemar oleh debu dari tanah
tambang.
3. Kerusakan flora dan fauna, seperti hutan mulai gundul karena tumbuhan atau
pohon-pohon dimusnahkan akibat adanya proses penggalian biji nikel, hewan/satwa
liar mulai bermigrasi ke daerah lain bahkan kepemukiman warga seperti
kelinci,burung-burung dan hewan melata, karena habitat mereka sudah rusak.
4. Air sungai,kali dan rawa, menjadi kabur dan berwarna serta kotor karena telah
tercampur oleh lumpur dan kondisi tambak/perempangan ikan bandeng yang
dimiliki masyarakat, tercemar oleh limbah pabrik sehingga petani ikan gagal
panen.
5. Polusi udara, terutama debu yang dihasilkan dari aktivitas pengerukan dan
penggalian tanah, pemurnian biji nikel serta aktivitas pengangkutan biji nikel yang
mengganggu kebersihan udara yang dihirup manusia.

6. Kebisingan, seperti adanya bunyi alat-alat operasional seperti eskapator dan


buldozer serta truk- truk pengangkut dan mesin-mesin lainnya dari pertambangan,
yang menghasilkan bunyi keras pada saat sedang beroperasi sehingga mengganggu
masyarakat untuk beristrahat atau tidur.
7. Perubahan prilaku masyarakat, seperti munculnya kecemburuan sosial terutama
dalam perekrutan karyawan dan uang ganti rugi, maraknya minum-minuman keras
dan perjudian.
8. Pencemaran lingkungan sebagai akibat pengelolaan pertambangan umumnya
disebabkan oleh faktor kimia, faktor fisik, faktor biologis. Pencemaran lingkungan
ini biasanya lebih dari pada diluar pertambangan. Keadaan tanah, air dan udara
setempat di tambang mempunyai pengaru yang timbal balik dengan lingkunganya.
Sebagai contoh misalnya pencemaran lingkungan oleh CO sangat dipengaruhi oleh
keaneka ragaman udara, pencemaran oleh tekanan panas tergantung keadaan suhu,
kelembaban dan aliran udara setempat
D. Peraturan Pemerintah Tentang Kegiatan Pertambangan
Pemerintah mengatur  kegiatan pertambangan dalam undang-undang (UU). UU yang
berkaitan dengan kegiatan pertambangan, UU No. 11/1967 tentang Pokok-pokok
Pengusahaan Pertambangan. Dalam UU tersebut pemerintah memilih mengembangkan pola
Kontrak Karya (KK) untuk menarik investasi asing. Berdasarkan ketentuan KK, investor
bertindak sebagai kontraktor dan pemerintah sebagai prinsipal. Di dalam bidang
pertambangan tidak dikenal istilah konsesi, juga tidak ada hak kepemilikan atas cadangan
bahan galian yang ditemukan investor bila eksploitasi berhasil. Berdasarkan KK, investor
berfungsi sebagai kontraktor.
Setiap pembangunan suatu daerah yang dimulai dengan pertambangan pasti ada yang
dikorbankan dan dirugikan, tetapi alangkah indahnya jika sebelum melakukan pertambangan
dilakukan perenungan bagaimana baiknya jalan kegiatan pertambangan agar tidak
menimbulkan kerugian yang besar terhadap masyarakat dan kerusakan terhadap lingkungan.
Walaupun gantirugi sudah disetujui, tapi alam yang secara terus menerus dieksploitasi
dengan cara yang belum optimal itu akan rusak, dan akibatnya dibeberapa tahun kedepan 
alam kita rusak, manusia banyak yang merugi, dan tak ada lagi warisan kekayaan alam yang
akan kita wariskan terhadap anak cucu kita. Alam tidak bisa dibeli, jika alam yang sudah
rusak tanpa dilakukan perbaikan, penataan yang baik mungkin 5 tahun kedepan akan kita
rasakan maraknya bencana yang terjadi. Maka dari itu mari kita jaga Alam kita, Tuhan
mengkaruniakan kekayaan alam-Nya terhadap kita untuk dimanfaatkan namun terus kita jaga
agar alam kita tidak rusak dan habis.
Kedepannya, kondisi pengelolaan produk tambang sebagai salah satu komoditi
unggulan perlu ditata dan dikelola secara terpadu dengan memperhatikan berbagai aspek
sehingga diharapkan dapat memberi kontribusi yang signifikan. Diharapkan kegiatan
pertambangan di Desa Motui Kecamatan Motui Kabupaten Konawe Utara dilakukan dengan
optimal dengan memperhatikan berbagai aspek agar tidak menimbulkan kerusakan
lingkungan dan kerugian terhadap masyarakat. Kekayaan alam (pertambangan) yang dimiliki
oleh Desa Motui Kecamatan Motui Kabupaten Konawe Utara bila dikelola dan dieksploitasi
secara professional serta baik, tidak menutup kemungkinan apa yang dicita-citakan ataupun
diharapkan akan dapat terwujud serta terlaksana.

E. Solusi Menanggulangi Dampak Aktivitas Pertambangan


Upaya pencegahan dan penanggulangan terhadap dampak yang    ditimbulkan oleh
aktivitas pertambangan dapat ditempuh dengan beberapa pendekatan, untuk dilakukan
tindakan-tindakan tertentu sebagai berikut :

1. Pendekatan teknologi, dengan orientasi teknologi preventif (control/protective) yaitu


pengembangan sarana jalan/jalur khusus untuk pengangkutan batu bara sehingga akan
mengurangi keruwetan masalah transportasi. Pejalan kaki (pedestrian) akan terhindar
dari ruang udara yang kotor. Menggunakan masker debu (dust masker) agar
meminimalkan risiko terpapar/terekspose oleh debu batu bara (coal dust).
2. Pendekatan lingkungan yang ditujukan bagi penataan lingkungan sehingga akan
terhindar dari kerugian yang ditimbulkan akibat kerusakan lingkungan. Upaya
reklamasi dan penghijauan kembali bekas penambangan batu bara dapat mencegah
perkembangbiakan nyamuk malaria. Dikhawatirkan bekas lubang/kawah batu bara
dapat menjadi tempat perindukan nyamuk (breeding place).
3. Pendekatan administratif yang mengikat semua pihak dalam kegiatan pengusahaan
penambangan batu bara tersebut untuk mematuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku
(law enforcement)
4. Pendekatan edukatif, kepada masyarakat yang dilakukan serta dikembangkan untuk
membina dan memberikan penyuluhan/penerangan terus menerus memotivasi
perubahan perilaku dan membangkitkan kesadaran untuk ikut memelihara kelestarian
lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai