Anda di halaman 1dari 11

BUKU JAWABAN TUGAS 1

Nama Mahasiswa : AGAPE HUTAHAEAN

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 044158614

Kode/ Nama Mata Kuliah : MKWU4108/ Bahasa Indonesia

Kode/ Nama UPBJJ : 17/ Universitas Terbuka Jambi


1. Jelaskanlah perkembangan (peningkatan) bahasa Indonesia berdasarkan hasil kongres VII s.d. XI dengan menggunakan
peta konsep (mind mapping).
PETA KONSEP
Kongres Bahasa Indonesia

Kongres Bahasa Kongres Bahasa Kongres Bahasa Kongres Bahasa Kongres Bahasa
Indonesia ke - VII Indonesia ke - VIII Indonesia ke – IX Indonesia ke – X Indonesia ke –
XI
Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta

26–30 28 Oktober – 01 28 – 31 28 – 31
Oktober 1998 14–17
November 2008 Oktober 2013 Oktober 2018
Oktober 2003
- Memperkukuh kedudukan Kongres ini - Pemerintah perlu - Kamus Besar Bahasa Indonesia Braille
Berdasarkan Kongres
bahasa dalam era membahas lima menetapkan kedudukan dan
Sumpah Pemuda pada - Buku Bahasa dan Peta Bahasa
globalisasi hal utama, yakni fungsi bahasa indonesia
tanggal 28 Oktober 1928
bahasa Indonesia, melalui penerjemahan dan - Uji kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI)
- Bahasa Indonesia bagi yang menyatakan
bahasa daerah, penerbitan
Penutur Asing (BIPA_ bahwa para pemuda
penggunaan - Daring Korpus Indonesia
memiliki satu bahasa - Pemerintah perlu
- Organisasi Profesi yakni bahasa Indonesia bahasa asing, - Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing
meningkatkan sosialisasi
kebahasaan dan dunia maka bulan Oktober pengajaran bahasa hasil” pembakuan bahasa (BIPA) Daring
usaha perlu melibatkan diri dijadikan Bulan Bahasa. dan sastra, serta Indonesia
secara lebih aktif dalam Agenda pada Bulan bahasa media - Buku Sastrawan Berkarya di Daerah 3 T
pembinaan dan Bahasa adalah massa. - Pembelajaran bahasa
- 546 buah buku bahan bacaan literasi
pengembangan bahasa berlangsungnya seminar Indonesia perlu dioptimalkan
Indonesia di bidangnya bahasa Indonesia di sebagai media pendidikan - Kamus Vokasi
masing” berbagai lembaga yang karakter
- Kamus Bidang Ilmu
- Perkembangan ilmu memperhatikan bahasa
- Pemerintah perlu
pengetahuan dan teknologi, Indonesia menetapkan UKBI untuk - Aplikasi Senaria Padanan Istilah Asing
perkembangan teknologi menyeleksi dan (SPAI)
informasi, dan tantangan mempromosikan pegawai - Diberikan Penghargaan kepada
kehidupan dalam era
- Badan Pengembangan dan Adibahasa, Penghargaan Sastra, Anugerah
globalisasi 76 menuntut
Pembinaan Bahasa perlu Toko Kebahasaan, Duta Bahasa Nasional
agar kualitas bahasa
meningkatkan pengawasan 2018, dan Festival Musikalisasi Puisi Tingkat
Indonesia ditingkatkan dan
penggunaan bahasa Nasional 2018
kemampuan daya
ungkapnya dikembangkan
2. Masih perlukah bahasa Indonesia bagi bangsa Indonesia saat ini? Penjelasan Anda harus disertai dengan alasan yang logis
dan disertai contoh.
Menurut saya Bahasa Indonesia masih sangat perlu bagi Bangsa Indonesia karena bahasa Indonesia disadari sebagai
kebutuhan bangsa Indonesia, khususnya para pejuang bangsa pada masa perjuangan melawan penjajah. Bhasa Indonesia
tidak hadir dengan sendirinya, dia lahir dan besar sejalan dengan perjuangan bangsa ini. Berdasarkan kesepakatan dan
keikhlasan para pejuang disepakati bahasa Melayu yang sudah tersebar luas di Nusantara menjadi dasar terwujudnya
bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia. Dan bahasa Indonesia juga merupakan Bahasa Nasional sejak dicetuskannya
Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.
Dan bahasa Indonesia juga memiliki fungsi, antara lain :
- Lambang kebangsaan Nasional
- Lambang identitas Nasional
- Alat Komunikasi
- Alat pemersatu bangsa, antar daerah dan antar budaya

3. Bacalah artikel berikut dengan menerapkan teknik SQ3R!

Sisi Positif Parenting Budaya Jepang

Oleh: Buyung Okita

Parenting menjadi isu yang hangat dewasa ini. Semakin tinggi kesadaran masyarakat untuk lebih mempelajari bagaimana
ilmu-ilmu parenting agar dapat diimplementasikan bagi putra-putrinya, atau sebagai bekal untuk membina rumah tangga di
kemudian hari.

Secara sederhana terdapat 4 jenis gaya parenting, yaitu gaya asuh otoriter, berwibawa, permisif, dan terlalu protektif.
berikut adalah sedikit penjelasan mengenai keempat gaya asuh tersebut.

Secara sederhana gaya asuh otoriter adalah gaya asuh di mana orangtua memaksakan kehendaknya tanpa begitu
memperhatikan atau mempedulikan bagaimana perspektif sang anak.

Gaya asuh orangtua berwibawa adalah gaya asuh di mana orangtua menjadi panutan yang teladan, memberikan batasan
yang cermat untuk putra-putrinya, dan memberikan pujian untuk upaya yang telah putra-putrinya lakukan.
Gaya asuh permisif adalah gaya asuh di mana orangtua tidak memberikan batasan kepada anak-anaknya, semisal tidak
memberikan garis yang jelas apa yang boleh dilakukan atau tidak. Memercayakan putra-putrinya untuk melakukan apa
yang ia inginkan, cenderung tidak mengintervensi kecuali untuk hal yang bersifat sangat serius.

Gaya asuh overprotektif adalah gaya asuh di mana orangtua sangat melindungi putra-putrinya dari segala hal buruk, rasa
sakit, pengalaman yang buruk, dan lain-lain. Karena itu banyak membatasi putra-putrinya di berbagai aspek.

Pernahkah Anda melihat di media seperti film atau kartun digambarkan bahwa anak-anak di Jepang merupakan anak yang
patuh? Walaupun di balik itu terdapat unsur kompetitif yang muncul karena adanya harapan orangtua agar putra-putrinya
dapat lulus masuk ke sekolah atau kampus yang bergengsi.

Tentunya unsur kompetitif di satu sisi merupakan hal yang positif, tetapi karena tingkat kompetitif yang tinggi dari harapan
orangtua membuat putra-putri merasa tertekan. Bagaimanakah stereotip mengasuh ala orangtua di Jepang yang dapat kita
lihat sebagai hal yang positif?

1. Hubungan antara orangtua dan anak yang sangat dekat

Ibu dan anak memiliki hubungan yang sangat dekat. Setidaknya sampai usia 5 tahun anak tidur bersama orangtuanya. Ibu
juga selalu menemani di manapun anaknya berada.

Tidak jarang dapat dilihat bahwa ibu menggendong anaknya sambil melakukan kegiatan rumah seperti menyapu,
memasak, berbelanja, dan lain-lain. Bahkan hampir setiap perempuan yang telah melahirkan dan menjadi ibu rela untuk
berhenti bekerja dan fokus untuk mendidik anaknya di rumah.

Pada usia antara 0-5 tahun, anak diperbolehkan melakukan apa saja. Mungkin budaya ini sedikit berbeda dengan negara
lain. Yang dimaksud diperbolehkan melakukan apa saja adalah membiarkan anak berksplorasi dengan kegiatan yang ia
lakukan.

Namun orangtua tetap menstimulus dengan hal yang positif dan menjadi role model yang baik. Filosofi ini menunjukan,
dengan anak dibiarkan aktif menandakan bahwa sang anak tumbuh sehat.

Pada usia 0-5 tahun, anak juga diajak untuk bersosialisasi dengan keluarga dan kerabat sehingga dapat lebih mengenal
saudara dan sosial. Orangtua di Jepang juga beranggapan bahwa sebisa mungkin menemani putra-putrinya sehingga anak
merasakan kasih sayang orangtuanya.
2. Orang tua adalah cerminan anak

Studi di Amerika dan Jepang pernah dilakukan untuk mengetahui bagaimana orangtua mengasuh anaknya. Orangtua di
Amerika cenderung bersifat netral dan menunjukan anak cara untuk membuat suatu piramida, sesudah itu membiarkan
anaknya untuk membuat piramida dengan apa yang telah diajarkan atau dengan caranya sendiri.

Sedangkan orangtua Jepang cenderung mentransmisikan apa yang ia lakukan kepada anaknya, sehingga orang tua
sepenuhnya menjadi role model bagi anaknya.

Setelah fase usia 5 tahun di mana anak boleh bereksplorasi melakukan sesuatu, lalu usia 5-15 tahun anak mulai diajari
untuk melakukan kegiatan seperti membersihkan rumah, belajar untuk disiplin, dan melakukan apa yang dilakukan oleh
orangtua.

Fase ini mengajari anak-anak untuk dapat berkontribusi melakukan cara-cara yang telah dilakukan secara turun temurun.
Fase ini orangtua memberikan batasan yang jelas mengenai hak dan kewajiban, apa yang boleh dilakukan atau tidak.

Oleh karena itu kegiatan pendidikan moral di sekolah juga mulai diajarkan tidak hanya sebagai mata pelajaran dan
diselipkan di mata pelajaran lain, tetapi juga anak diberikan ruang untuk melakukan kegiatan sosial seperti saling melayani,
kegiatan makan siang di sekolah, dan kegiatan lain yang juga kerap dilakukan di sekolah-sekolah Indonesia.

Kegiatan sekolah dan rumah yang bersifat rutin, meskipun terkesan monoton merupakan cara Jepang untuk menbuat anak-
anak belajar untuk disiplin.

3. Orangtua dan anak adalah setara

Setelah anak berusia 15 tahun, orang tua mulai memberikan ruang untuk anak dapat lebih mandiri dengan mengurangi
batasan yang diterapkan pada fase sebelumnya.

Hubungan tidak hanya sebagai orangtua dan anak, tetapi juga sebagai teman dan setara. Anak didukung untuk menjadi
pribadi yang mandiri, dapat berpikir dan menentukan pilihan dan lebih bersifat demokratis.

Fase ini untuk mempersiapkan anak melakukan kegiatan keterampilan bagi dirinya sendiri dan keluarga serta belajar
bertingkah laku yang baik dan sopan (menurut adat Jepang). Anak diajarkan untuk mulai independen dan dipersiapkan
untuk dapat siap menjadi orang dewasa.
Setelah usia 20 tahun anak dianggap resmi menjadi dewasa dengan biasanya diadakan upacara hari kedewasaan yang
diselenggarakan di distrik/kota setempat yang diikuti oleh pemuda berusia 20 tahun.

4. Memperhatikan tentang perasaan dan emosi

Selain mengajari dan mempersiapkan anak untuk dapat hidup di komunitas sosial masyarakat yang lebih luas, anak juga
diberikan semangat untuk dapat memahami dan menghormati perasaanya sendiri.

Orangtua mengajarkan anaknya untuk melakukan hal yang tidak mempermalukannya. Contohnya tidak menegur anaknya
atau menasehati anaknya di muka umum ketika melakukan hal yang dirasa kurang pantas.

Orangtua memilih menunggu situasi dan tempat yang lebih privasi untuk menasehatinya. Anak diajarkan untuk dapat
memiliki sikap empati dan saling menghormati orang lain.

Orangtua di Jepang tidak menggangap gaya asuh mereka menjadi gaya asuh yang terbaik. Begitu pula dewasa ini nilai
budaya barat pun menginsipirasi cara orangtua di Jepang mendidik anaknya. Namun meskipun terjadi pergeseran dan
perubahan, gaya asuh orangtua di Jepang yang menyayangi putra-putrinya tidak berubah.

Setelah membaca sedikit stereotip gaya asuh orangtua di Jepang, dapat dipahami bahwa gaya asuhnya merupakan
perpaduan antara sedikit gaya permisif, gaya authoritative (berwibawa).
SQ3R
SURVEY – QUESTIONS – READ – RECITE - REVIEW

1. Berdasarkan hasil survey (meninjau) Anda, topik/subtopik apa saja yang menurut Anda penting?

a. Judul : Sisi Positif Parenting Budaya Jepang


b. Nama Penulis : Buyung Okita
c. Bagian Pembuka : Parenting menjadi isu yang hangat dewasa ini. Semakin tinggi kesadaran masyarakat untuk lebih
mempelajari bagaimana ilmu-ilmu parenting agar dapat diimplementasikan bagi putra-putrinya, atau sebagai bekal
untuk membina rumah tangga di kemudian hari.
d. Subjudul : Hubungan antara orangtua dan anak yang sangat dekat, Orang tua adalah cerminan anak, Orangtua dan
anak adalah setara, Memperhatikan tentang perasaan dan emosi.
e. Bagian Penutup : Setelah membaca sedikit stereotip gaya asuh orangtua di Jepang, dapat dipahami bahwa gaya
asuhnya merupakan perpaduan antara sedikit gaya permisif, gaya authoritative (berwibawa).

2. Tuliskan daftar pertanyaan (question) berkaitan dengan informasi yang Anda perlukan pada bacaan tersebut.

 Sebutkan dan jelaskan 4 jenis gaya parenting!


 Bagaimanakah stereotip mengasuh ala orangtua di Jepang yang dapat kita lihat sebagai hal yang positif? Dan
Jelaskan!

3. Berdasarkan hasil membaca (read) Anda, Informasi apa yang Anda peroleh dari bacaan tersebut.

 Cara sederhana dalam parenting untuk mengasuh anak


 Orangtua tetap menstimulus dengan hal yang positif dan menjadi role model yang baik. Untuk menunjukan, dengan
anak dibiarkan aktif menandakan bahwa sang anak tumbuh sehat.
 Pada usia 0-5 tahun, anak diajak untuk bersosialisasi dengan keluarga dan kerabat sehingga dapat lebih mengenal
saudara dan social.
 Mengajari anak-anak untuk dapat berkontribusi melakukan cara-cara yang telah dilakukan secara turun temurun.
Orangtua memberikan batasan yang jelas mengenai hak dan kewajiban, apa yang boleh dilakukan atau tidak.
 Hubungan tidak hanya sebagai orangtua dan anak, tetapi juga sebagai teman dan setara. Anak didukung untuk
menjadi pribadi yang mandiri, dapat berpikir dan menentukan pilihan dan lebih bersifat demokratis.
 Mempersiapkan anak melakukan kegiatan keterampilan bagi dirinya sendiri dan keluarga serta belajar bertingkah
laku yang baik dan sopan

4. Ceritakan/jelaskan (recite) pengalaman membaca Anda berkaitan dengan bacaan/wacana tersebut.

Setelah membaca artikel diatas membuat saya mengerti dari setiap negara memiliki cara yang berbeda dalam
mengasuh anak, Orangtua di Amerika cenderung bersifat netral dan menunjukan anak cara untuk membuat suatu piramida,
sesudah itu membiarkan anaknya untuk membuat piramida dengan apa yang telah diajarkan atau dengan caranya sendiri.
Sedangkan orangtua Jepang cenderung mentransmisikan apa yang ia lakukan kepada anaknya, sehingga orang tua
sepenuhnya menjadi role model bagi anaknya. Berbeda juga dengan cara asuk anak yang ada di Indoensia, kalau di
Indonesia cara asuh orangtua sesuai dengan apa yang nenek moyang lakukan sebelumnya. Menurut orangtua di Indonesia
dengan cara anak mengikuti apa yang orangtua mau atau menuruti semua yang orangtua mau dapat membuat sang anak
memiliki kemampuan apa yang orangtua telah atur. Sedangkan untuk di zaman sekarang cara seperti itu tidak dapat lagi
dilakukan, apalagi untuk dunia yang semakin maju ini. Itu dapat mengakibatkan sang anak memiliki karakter yang keras,
suka melawan karena apa yang mereka inginkan tidak dapat disampaikan, akibat dari ajaran nenek moyang yang
mengajarkan harus menuruti semua yang orang tua mau. Menurut saya orangtua juga harus tahu apa yang anak ingin
lakukan, orangtua juga harus belajar parenting di jaman anak tersebut, karena kalau hanya mengajarkan anak sekarang
dengan ajaran jaman dahulu, orangtua akan berpikir si anak keras, melawan. Padahal cara orangtua yang mengasuh
anaknya yang salah tidak sesuai dengan jaman anak milenial sekarang.

5. Berdasarkan langkah akhir dari SQ3R (review), apakah informasi yang Anda perlukan sesuai daftar pertanyaan sudah
cukup?

 Sebutkan dan jelaskan 4 jenis gaya parenting!


Ada 4 jenis gaya parenting
- gaya asuh otoriter,
- gaya asuh berwibawa,
- gaya asuh permisif,
- gaya asuh protektif
- Gaya asuh otoriter adalah gaya asuh di mana orangtua memaksakan kehendaknya tanpa begitu memperhatikan atau
mempedulikan bagaimana perspektif sang anak.

- Gaya asuh berwibawa adalah gaya asuh di mana orangtua menjadi panutan yang teladan, memberikan batasan yang
cermat untuk putra-putrinya, dan memberikan pujian untuk upaya yang telah putra-putrinya lakukan.

- Gaya asuh permisif adalah gaya asuh di mana orangtua tidak memberikan batasan kepada anak-anaknya, semisal tidak
memberikan garis yang jelas apa yang boleh dilakukan atau tidak.

- Gaya asuh overprotektif adalah gaya asuh di mana orangtua sangat melindungi putra-putrinya dari segala hal buruk, rasa
sakit, pengalaman yang buruk, dan lain-lain.

 Bagaimanakah stereotip mengasuh ala orangtua di Jepang yang dapat kita lihat sebagai hal yang positif? Dan
Jelaskan!

- Hubungan antara orangtua dan anak yang sangat dekat

Ibu dan anak memiliki hubungan yang sangat dekat. Setidaknya sampai usia 5 tahun anak tidur bersama
orangtuanya. Ibu juga selalu menemani di manapun anaknya berada. Pada usia antara 0-5 tahun, anak diperbolehkan
melakukan apa saja. Mungkin budaya ini sedikit berbeda dengan negara lain. Yang dimaksud diperbolehkan melakukan
apa saja adalah membiarkan anak berksplorasi dengan kegiatan yang ia lakukan.

- Orang tua adalah cerminan anak

Studi di Amerika dan Jepang pernah dilakukan untuk mengetahui bagaimana orangtua mengasuh anaknya.
Orangtua di Amerika cenderung bersifat netral dan menunjukan anak cara untuk membuat suatu piramida, sesudah itu
membiarkan anaknya untuk membuat piramida dengan apa yang telah diajarkan atau dengan caranya sendiri. Sedangkan
orangtua Jepang cenderung mentransmisikan apa yang ia lakukan kepada anaknya, sehingga orang tua sepenuhnya
menjadi role model bagi anaknya.

Setelah fase usia 5 tahun di mana anak boleh bereksplorasi melakukan sesuatu, lalu usia 5-15 tahun anak mulai
diajari untuk melakukan kegiatan seperti membersihkan rumah, belajar untuk disiplin, dan melakukan apa yang dilakukan
oleh orangtua. Fase ini mengajari anak-anak untuk dapat berkontribusi melakukan cara-cara yang telah dilakukan secara
turun temurun. Fase ini orangtua memberikan batasan yang jelas mengenai hak dan kewajiban, apa yang boleh dilakukan
atau tidak.

- Orangtua dan anak adalah setara

Hubungan tidak hanya sebagai orangtua dan anak, tetapi juga sebagai teman dan setara. Anak didukung untuk
menjadi pribadi yang mandiri, dapat berpikir dan menentukan pilihan dan lebih bersifat demokratis. Fase ini untuk
mempersiapkan anak melakukan kegiatan keterampilan bagi dirinya sendiri dan keluarga serta belajar bertingkah laku yang
baik dan sopan (menurut adat Jepang). Anak diajarkan untuk mulai independen dan dipersiapkan untuk dapat siap menjadi
orang dewasa.

- Memperhatikan tentang perasaan dan emosi

Selain mengajari dan mempersiapkan anak untuk dapat hidup di komunitas sosial masyarakat yang lebih luas, anak
juga diberikan semangat untuk dapat memahami dan menghormati perasaanya sendiri. Orangtua mengajarkan anaknya
untuk melakukan hal yang tidak mempermalukannya. Contohnya tidak menegur anaknya atau menasehati anaknya di muka
umum ketika melakukan hal yang dirasa kurang pantas. Orangtua memilih menunggu situasi dan tempat yang lebih privasi
untuk menasehatinya. Anak diajarkan untuk dapat memiliki sikap empati dan saling menghormati orang lain.

Anda mungkin juga menyukai