Anda di halaman 1dari 2

2.

3 Berbagai Model Perencanaan Bahasa


Berdasarkan pengertian dan defenisi perencanaan bahasa dari berbagai pendapat para
ahli dapat dirangkumkan berbagai model perencanaan bahasa. Model-model perencanaan bahasa
ini sebagian besar dikembangkan dari pengalaman mereka masing-masing ketika melaksanakan
tugas perencanaan bahasa di suatu negara. Model yang dimaksud adalah sebagai berikut :
a. Model Haugen (1959)
Haugen mengemukakakn empat tahapan dalam perencanaan bahasa, yaitu pemilihan,
penyandian, pelaksanaan, dan peluasan.
1. Pemilihan. Tahap ini melibatkan pemilihan satu bahasa (atau lebih) atau norma yang
akan dibina untuk tujuan tertentu. Pada umumnya, pembinaan ini bertujuan agar bahasa
sasaran bisa menjalankan tugas sebagai bahasa nasional. Norma adalah suatu konsep
abstrak yang dipilih atau dibentuk sebagai sasaran perencanaan. Bahasa baku, misalnya,
adalah norma yang dijadikan sasaran perencanaan bahasa.
2. Penyandian. Tahap ini melibatkan usaha-usaha yang terkait dengan pembakuan
bahasa,misalnya penyusunan ejaan, pembentukan istilah, penyusunan tatatabahasa,
penyusunan ungkapan, dan sebagainya. Upaya pembakuan ini pada dasarnya adalah
pengen alan sandi-sandi bahasa yang berbagai ragam dan menentukan penggunaan
masing-masingnya.
3. Pelaksanaan. Tahap ini melibatkan aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh petugas (baik
lembaga maupun individu) yang ditunjuk untuk menyebarkan informasi dan melakukan
pembinaan terkait dengan norma-norma yang telah ditetapkan dan penyandian yang telah
disusun.
4. Peluasan. Tahap ini berkaitan dengan pembinaan dan pengembangan bahasa sasaran, baik
dari segi bentuk maupun fungsinya. Hal ini melibatkan proses pemodernan bahasa
sasaran secara umum.
b. Model Ferguson (1968)
C.A. Ferguson mengemukakan bahwa dalam usaha perencanaan bahasa terdapat tiga
komponen yang perlu diperhatikan, yaitu pengabjadan, pembakuan, dan pemodernan.
1. Pengabjadan. Pengabjadan adalah usaha agar bahasa sasaran mempunyai abjad atau
sistem ejaan yang sempurna. Kegiatan ini dilakukan apabila bahasa sasaran belum
mempunyai ejaan, atau pembakuan atau perbaikan ejaan yang sudah ada.
2. Pembakuan. Pembakuan adalah proses menjadikan satu dialek atau bahasa sebagai
bahasa yang baku dibanding dengan dialek-dialek lain lewat penggunaannya dalam
bidang ilmiah, pemerintahan, atau situasi resmi lainnya.
3. Pemodernan. Pemodernan adalah usaha-usaha pengembangan kosakata dan pembinaan
bentuk-bentuk wacana tertentu, biasanya wacana ilmiah. Pembinaan kosakata ini
melibatkan penciptaan istilah-istilah dan ungkapan-ungkapan tertentu unuk menampung
keperluan ilmiah atau bidang-bidang lainnya.
c. Model Kloss (1969)
H. Kloss mengemukakan bahwa perencanaan bahasa mempunyai dua dimensi, yaitu
perencanaan status dan perencanaan bahasa.
1. Perencanaan Status. Perencanaan status adalah usaha menentukan atau memilih suatu
dialek atau bahasa dari berbagai dialek atau bahasa yang ada untuk dijadikan bahasa yang
berstatus tertentu. misalnya menjadi bahasa nasional, bahasa resmi, dan sebagainya.
2. Perencanaan Bahasa. Perencanaan bahasa adalah usaha yang terkait dengan pembentukan
istilah, pembakuan ejaan, pembakuan tatabahasa, dan bagaimana penerapannya dalam
praktik berbahasa.
Selain itu, Kloss juga mengemukakan satu unsur lagi, yaitu pembiayaan, yang melibatkan
aspek ekonomi, dan penngurusan di dalam perencanaan bahasa. Sebagaimana perencanaan
bahasa pada umumnya, unsur pembiayaan dan pengurusan adalah penting

Anda mungkin juga menyukai