Anda di halaman 1dari 46

TUGAS RESUME

MATA KULIAH:
PENGUJIAN & KELAIKAN SARANA DAN PRASARANA
PERKERETAAPIAN

DOSEN PENGAMPU : Dr. Ir. NICO DJAJASINGA, M.Sc

OLEH :
NAMA : RAIHAN SALSALABILA
NOTAR : 19.03.079
KELAS : MTP 3.2
ABSEN : 21

POLITEKNIK TRANSPORTASI DARAT INDONESIA

SEKOLAH TINGGI TRANSPORTASI DARAT

2021
A. PENGUJIAN JALUR KA

 Peraturan persyaratan teknis jalur kereta api meliputi:

• persyaratan teknis untuk lebar jalan rel 1067 mm


• persyaratan teknis untuk lebar jalan rel 1435 mm.

 Jalur kereta api merupakan prasarana kereta api


terdiri atas rangkaian petak jalan rel yang meliputi
ruang manfaat jalur kereta api, ruang milik jalur
kereta api, dan ruang pengawasan jalur kereta api,
termasuk bagian atas dan bawahnya yang
diperuntukkan bagi IaIu lintas kereta api.

 Ruang manfaat jalur kereta api terdiri atas jalan rel dan
bidang tanah di kiri dan di kanan jalan rel beserta ruang dikiri,
kanan, atas, dan bawah yang digunakan untuk konstruksi
jalan rel dan penempatan fasilitas operasi kereta api serta
bangunan pelengkap lainnya.

 Ruang milik jalur kereta api meliputi bidang tanah di kiri dan
di kanan ruang manfaat jalur kereta api yang digunakan untuk
pengamanan konstruksi jalan rel.

 Ruang pengawasan jalur kereta api meliputi bidang tanah


atau bidang Iain di kiri dan di kanan ruang milik jalur kereta
api digunakan untuk pengamanan dan kelancaran operasi
kereta api.

 Persyaratan teknis jalur kereta api terdiri atas:

a. persyaratan sistem jalur kereta api


b. persyaratan komponen jalur kereta api.
 Persyaratan sistem dan komponen jalur kereta api,
meliputi:

a. Sistem dan komponen jalan rel


b. Sistem dan komponen jembatan
c. Sistem dan komponen terowongan.
1. PERSYARATAN TEKNIS JALUR KERETA API

 Persyaratan Teknis Jalur Kereta Api


a. Persyaratan Sistem
1. Jalan rel;
2. Jembatan;
3. Terowongan.
b. Persyaratan Komponen
1. Jalan rel;
2. Jembatan;
3. Terowongan

 Persyaratan Sistem
Persyaratan sistem merupakan kondisi yang harus dipenuhi untuk
berfungsinya suatu sistem.
 Persyaratan Komponen
Persyaratan Komponen merupakan spesifikasi teknis yang harus
dipenuhi setiap komponen sebagai bagian dari suatu sistem.

 Perencanaan Konstruksi Jalur Kereta Api

Perencanaan konstruksi jalur kereta api harus direncanakan sesuai


persyaratan teknis sehingga dapat dipertanggung jawabkan
secara teknis dan ekonomis. Secara teknis diartikan konstruksi
jalur kereta api tersebut harus aman dilalui oleh sarana
perkeretaapian dengan tingkat kenyamanan tertentu selama umur
konstruksinya.

Kecepatan dan Beban Gandar

 Kecepatan
a. Kecepatan Rencana

Kecepatan rencana adalah kecepatan yang digunakan untuk


merencanakan konstruksi jalan rel.
1. Untuk Perencanaan struktur jalan rel

V ‹»n› -- 1,25 x V eks

2. Untuk perencanaan peninggian


ZNi Vi
ZNi

3. Untuk perencanaan jari - jari lengkung peralihan

b. Kecepatan Maksimum
Kecepatan maksimum adalah kecepatan tertinggi yang
diijinkan untuk operasi suatu rangkaian kereta pada lintas
tertentu.
c. Kecepatan Operasi
Kecepatan operasi adalah kecepatan rata-rata pada petak
jalan tertentu.
d. Kecepatan Komersial
Kecepatan komersial kecepatan rata-rata kereta api sebagai
hasil pembagian jarak tempuh dengan waktu tempuh.

 Beban Gandar
Beban gandar adalah beban yang diterima oleh jalan rel dari
satu gandar.
Beban gandar untuk lebar jalan rel 1067 mm pada semua kelas
jalur maksimum sebesar 18 ton.
Beban gandar untuk lebar jalan rel 1435 mm pada semua kelas
jalur maksimum sebesar 22,5 ton.

 Kelas Jalan Rel

a. Lebar Jalan Rel 1067 mm

Jenis Teba Lebar


Kela Daya V Jenis
Bantalan l Bahu
s Angkut maks mak Tipe Rel *” Balas
Jarak antar
Jala Lintas (km#a s
sumbu
n (ton/tahu m) gan
bantalan
n) dar
(cm)
(ton)
Beton Elast
> 20.10’ 120 1 R.60/R.54 3 6
8 is 0 0
60 Gan
da
10.10 Beton/Kayu Elast
110 1 R.54/R.50 3 5
— 8 is 0 0
20.10 60 Gan
®
da
Beton/ Elast
II 5.10 — 100 1 R.54/ 3 4
Kayu/Baja is
I 10.10" 8 R.50/R.42 0 0
Gan
60 da
2 5.10° Beton/ Elast
IV — 90 1 R.M/ Kayu/Baja is 2 4
’5.10° 8 R.50/R.42 Gand 5 0
60 a/
Tung
gal
Kayu/Baja Eu‹ti‹
V < 2.5.10’ 80 1 R.42 2 3
Tunggal
8 5 5

b. Lebar Jalan Rel 1435 mm

Jenis Teba Leba


Kela Daya V Jenis l r
Bantalan
s Angkut maks mak Tipe
Jarak antar ’“ Bala Bah
Jalan Lintas (kmFja s Rel s u
sumbu
(ton/tahu m) ganda
bantalan
n) r
(cm)
(ton)
Beton Elastis 3
> 20.10^ 160 22, R.60 6
5 Ganda 0 0
60
10.10 Beton Elast
R.60
— 140 22, is 3 5
20.1 5 60 Gand 0 0
0’ a
Beton Elastis
III 5.10’— 120 22, R.60/ Ganda 3 4
10.10’ 5 R.54 0 0

Beton Elastis
IV < 5.10’ 100 22, R.60/ Ganda 3 4
5 R.54 60 0 0
2. PERSYARATAN TATA LETAK, TATA RUANG DAN
LINGKUNGAN
 Pengalokasian Ruang

Pengalokasian ruang jalur kereta api diperlukan untuk


kepentingan perencanaan dan pengoperasian.

 Pengalokasian Ruang untuk Perencanaan


a. Untuk kepentingan perencanaan, suatu jalur kereta api
harus memiliki pengaturan ruang yang terdiri dari :
1. ruang manfaat jalur kereta api;
2. ruang milik jalur kereta api; dan
3. ruang pengawasan jalur kereta api.

b. Ketentuan mengenai ruang manfaat jalur kereta api, ruang


milik jalur kereta api dan ruang pengawasan jalur kereta
api sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

 Pengalokasian Ruang untuk Pengoperasian


a.Untuk kepentingan operasi suatu jalur kereta api harus
memiliki pengaturan ruang yang terdiri dari :
1. ruang bebas;
2. ruang bangun.

b.Ruang bebas adalah ruang di atas jalan rel yang senantiasa


harus bebas dari segala rintangan dan benda penghalang;
ruang ini disediakan untuk IaIu lintas rangkaian kereta api.
Ukuran ruang bebas untuk jalur tunggal dan jalur ganda, baik
pada bagian lintas yang lurus maupun yang melengkung,
untuk lintas elektrifikasi dan non elektrifikasi,

c.Ruang bangun adalah ruang di sisi jalan rel yang


senantiasa harus bebas dari segala bangunan tetap.

3. PERSYARATAN TEKNIS JALUR KERETA API

Persyaratan Jalan Rel


 Persyaratan Sistem
 Konstruksi Jalan Rel Bagian Atas

a. Persyaratan Umum
1. Geometri jalan rel direncanakan berdasarkan pada
kecepatan rencana serta ukuran kereta yang melewatinya
dengan memperhatikan faktor keamanan, kenyamanan,
ekonomi dan keserasian dengan lingkungan sekitarnya.
2. Persyaratan geometri yang wajib dipenuhi persyaratan:
a) lebar jalan rel;
b) kelandaian;
c) lengkung;
d) pelebaran jalan rel; dan.
e) peninggian rel.

b. Lebar Jalan Rel


1. Lebar jalan rel terdiri dari 1067 mm dan 1435 mm. Lebar
jalan rel merupakan jarak minimum kedua sisi kepala rel
yang diukur pada 0-14 mm dibawah permukaan teratas
rel, seperti ditunjukkan pada Gambar 2-1 dan Gambar 2-
2;
2. Penyimpangan lebar jalan rel untuk lebar 1067 mm yang
dapat diterima +2 mm dan -0 untuk jalan rel baru dan +4
mm dan -2 mm untuk jalan rel yang telah dioperasikan;
3. Toleransi pelebaran jalan rel untuk lebar jalan rel 1435
mm adalah -3 dan +3.

c. Pelebaran Jalan Rel

1. Perlebaran jalan rel dilakukan agar roda kendaraan rel


dapat melewati lengkung tanpa mengalami hambatan.
2. Perlebaran jalan rel dicapai dengan menggeser rel dalam
kearah dalam.
3. Perlebaran jalan rel dicapai dan dihilangkan secara
berangsur sepanjang lengkung peralihan.
4. Besar perlebaran jalan rel dengan lebar jalan rel 1067 mm
untuk berbagai jari-jari tikungan adalah seperti yang
tercantum dalam Tabel 3-4.
5. Besar perlebaran jalan rel dengan lebar jalan rel 1435 mm
untuk berbagai jari-jari tikungan adalah seperti yang
tercantum dalam Tabel 3-5
Tabel 3-4 Pelebaran Jalan Rel Untuk 1067 mm

Jan - Jari Tikungan (m) Pelebaran (mm)


R > 600 0
550 < R :s 600 5
400 < R < 550 10
350 < R s 400 15
100 < R s 350 20

Tabel 3-5 Pelebaran Jalan Rel Untuk 1435 mm

Jart - Jarl Tikungan (m) Pelebaran (mm)


R > 400 0
350 < R 400 5
300 < R S 350 10
250 < R s 300 15
R s 250 20

6. Pemasangan pelebaran jalan rel dilakukan mengikuti hal-


hal berikut :
a) Jika terdapat lengkung peralihan, maka pengurangan
dilakukan sepanjang lengkung peralihan.

b) Dalam hal tidak terdapat lengkung peralihan, maka


pengurangan dilakukan sedapatnya dengan panjang
pengurangan yang sama. Untuk yang tanpa
peninggian rel, pengurangan dilakukan menurut
panjang standar 5 m atau lebih diukur dari ujung
lengkungan. Namun untuk lengkungan wesel maka
panjang pengurangan ditentukan secara terpisah
bergantung pada kondisi yang ada.

d. Peninggian Jalan Rel


1. Pada lengkungan, elevasi rel luar dibuat lebih tinggi dari
pada rel dalam untuk mengimbangi gaya sentrifugal yang
dialami oleh rangkaian kereta.
2. Peninggian rel dicapai dengan menempatkan rel dalam
pada tinggi semestinya dan rel luar lebih tinggi.
3. Besar peninggian untuk lebar jalan rel 1067 mm pada
berbagai kecepatan rencana.

 Konstruksi Jalan Rel Bagian Bawah


a. Konstruksi jalan rel bagian bawah terdiri atas:

1. Badan jalan;
2. Proteksi lereng; dan
3. Drainase

b. Lebar Formasi Badan Jalan


Lebar formasi badan jalan (tidak termasuk parit tepi) adalah
jarak dari sumbu jalan rel ke tepi terluar formasi badan jalan.
Jarak ini harus diambil lebih besar dari yang ditunjukkan pada
tabel berikut:
1. Lebar badan jalan untuk pekeqaan tanah Tabel 3-8
Lebar Badan Jalan Rel

L
Kecepatan Maksimum Desain Rel 1067 mm Rel 1436 mm

120 km§am dan 110 km/jam jalur 315 (300) 426 (396)
100 km/jam jalur 295 (285) 396 (366)
90 km/jamjalur 285 (275) 366 (336)
80 km/jamjaIur 250 (240) 335 (305)

Catatan : Tanda dalam kurung berarti jarak yang akan


digunakan dalam kasus-kasus seperti kondisi
topografi yang tidak dapat dielakkan.
— L = 1/2 lebar badan jalan rel, mengacu pada
gambar berikut :

(a) Penampang Rel Tunggal

(b) Penampang Rel Ganda

2. Tambahan Lebar karena Peninggian Rel


Besaran L yang telah dijelaskan di atas harus ditambah
dengan nilai yang lebih besar dari y, sebagaimana
dihitung dengan rumus berikut :

Dimana, y Besarnya pelebaran (mm), satuan


pelebaran adalah 50 mm
Peninggian rel yang tersedia (mm)

Namun apabila dilakukan proteksi balas, maka tambahan


lebar karena peninggian rel dapat diabaikan.

3. Lebar badan jalan untuk jalan rel di atas permukaan


tanah (jalan rel layang) harus z 2,75 m dari as jalan rel
untuk jalan lurus dan pada jalan lengkung ditambah
dengan pelebaran ruang bebas sesuai besarnya jari-jari
lengkung.

(a) Penampang Rel Tunggal

(b) Penampang Rel Ganda

4. Lebar badan jalan rel untuk jalur belok (siding track)


harus lebih besar dari yang ditunjukkan pada tabel 3.8. di
atas, untuk kecepatan kurang dari 70 km/jam.

c. Konstruksi Badan Jalan

1. Badan jalan harus mampu memikul beban kereta api dan


stabil terhadap bahaya kelongsoran.
2. Stabilitas lereng badan jalan dinyatakan dengan faktor
keamanan (FK) yang mengacu pada kekuatan geser
tanah di lereng tersebut, sekurang-kurangnya sebesar 1,5
untuk beban statis dan sekurang-kurangnya 1,1 untuk
beban gempa
3. Daya dukung tanah dasar harus lebih besar dari seluruh
beban yang berada diatasnya, termasuk beban kereta api,
beban konstruksi jalan rel bagian atas dan beban tanah
timbunan untuk badan jalan di daerah timbunan.

d. Konstruksi Badan Jalan Pada Timbunan

1. Material untuk timbunan haruslah mudah dipadatkan,


stabil melawan beban dari kereta api, curah hujan dan
gempa dan juga harus bebas dari penurunan yang
berlebihan.
2. Kekuatan CBR material timbunan ditentukan menurut
ASTM D 1883 (pengujian CBR laboratorium) atau SNI 03-
1744-1989 (SNI terbaru) haruslah tidak kurang dari 6%
pada contoh tanah terendam (soaked samples) yang telah
dipadatkan hingga 95% dari berat isi kering maksimum
sebagaimana diperoleh dari pengujian ASTM D 698 atau
SNI 03-1742-1989.
3. Bagian atas timbunan setebal minimum 1 m harus
merupakan material yang lebih baik dari bagian bawah
timbunan. Pada kaki lereng badan jalan harus ada berm
lebar paling sedikit 1,50 m dan permukaannya memiliki
kemiringan 5 %.
Lokasi berm harus mengikuti hal-hal seperti tercantum
pada gambar di bawah, menunjukkan penampang
standar untuk konstruksi timbunan:

a) Terletak pada batas antara timbunan atas dan


timbunan bawah (pada kedalaman 3 m dari
permukaan formasi).
b) Pada setiap kedalaman 6 m dari batas antara
timbunan atas dan timbunan bawah. Jika tinggi
timbunan kurang dari 6 m, berm dapat ditiadakan.
4. Lapis dasar (subgrade) harus miring ke arah luar sebesar
5%.
5. Jika penurunan sisa (residual settlement) tanah
dasar akibat pembebanan timbunan dan beban di
atas timbunan lebih besar dari 20 cm, maka tanah
dasar tersebut harus diperbaiki.
6. Bagian bawah lapis dasar harus terletak minimum
0,75 m di ataselevasi muka air tanah tertinggi.
7. Bila tinggi timbunan lebih besar dari 6.00 m, maka
untuk setiap ketinggian 6.00 m harus dibuat “berm”
selebar 1,50 m.

 Persyaratan Komponen

Jalan rel terdiri atas komponen :


a. badan jalan;
b. subbalas;
c. balas;
d. bantalan;
e. alat penambat;
f. rel; dan
g. wesel.

 Badan Jalan
a. Badan jalan dapat berupa :
1. badan jalan di daerah timbunan, atau
2. badan jalan di daerah galian.
b. Badan jalan di daerah timbunan terdiri atas:

1. tanah dasar;
2. tanah timbunan; dan
3. lapis dasar (subgrade).

c. Badan jalan di daerah galian terdiri atas:

1. tanah dasar; dan


2. lapis dasar (subgrade).

 Balas dan Sub-Balas


Lapisan balas dan sub-balas pada dasarnya adalah terusan dari
lapisan tanah dasar dan terletak di daerah yang mengalami
konsentrasi tegangan yang terbesar akibat lalu lintas kereta pada
jalan rel, oleh karena itu material pembentukannya harus sangat
terpilih.

Fungsi utama balas dan sub-balas adalah untuk:


d. Meneruskan dan menyebarkan beban bantalan ke tanah dasar.
e. Mengokohkan kedudukan bantalan.
f. Meluruskan air sehingga tidak terjadi penggenangan air di
sekitar bantalan rel.

 Sub Balas

a. Lapisan sub-balas berfungsi sebagai lapisan penyaring (filter


antara tanah dasar dan lapisan balas dan harus dapat
mengalirkan air dengan baik. Tebal minimum lapisan balas
bawah adalah 15 cm.
b. Lapisan sub-balas terdiri dari kerikil halus, kerikil sedang atau
pasir kasar yang memenuhi syarat sebagai berikut:

Standar Saringan ASTM Presentase Lolos


( %)
2 ’7" 100
55 — 100

No. 4 25 - 95
No. 40 5 — 35
No. 200 0 - 10

 Balas
a. Lapisan balas pada dasarnya adalah terusan dari lapisan tanah dasar, dan
terletak di daerah yang mengalami konsentrasi tegangan yang terbesar
akibat lalu lintas kereta pada jalan rel, oleh karena itu material
pembentuknya harus sangat terpilih.

b. Fungsi utama balas adalah untuk meneruskan dan menyebarkan beban


bantalan ke tanah dasar, mengokohkan kedudukan bantalan dan
meluluskan air sehingga tidak teqadi penefienangan air di sekitar bantalan
dan rel.
c. Kemiringan lereng lapisan balas atas tidak boleh lebih curam dari 1 : 2.
d. Bahan balas atas dihampar hingga mencapai sama dengan elevasi bantalan
e. Material pembentuk balas harus memenuhi persyaratan berikut:
1. Balas harus terdiri dari batu pecah (25 — 60) mm dan memiliki kapasitas
ketahanan yang baik, ketahanan gesek yang tinggi dan mudah
dipadatkan;
2. Material balas harus bersudut banyak dan tajam;
3. Porositas maksimum 3%;
4. Kuat tekan rata-rata maksimum 1000 kg/cm2;
5. Specific gravity minimum 2,6;
6. Kandungan tanah, lumpur dan organik maksimum 0,5%;
7. Kandungan minyak maksimum 0,2%;
8. Keausan balas sesuai dengan test Los Angeles tidak boleh lebih dari
25%.

 Bantalan
Bantalan berfungsi untuk meneruskan beban kereta api dan berat konstruksi
jalan rel ke balas, mempertahankan lebar jalan rel dan stabilitas ke arah luar
jalan rel.
Bantalan dapat terbuat dari kayu, baja/besi, ataupun beton.
Bantalan terdiri dari bantalan beton, bantalan kayu, dan bantalan besi.
Bantalan harus memenuhi persyaratan berikut:
a. Bantalan beton merupakan struktur prategang:
1) Untuk lebar jalan rel 1435 mm dengan kuat tekan
karakteristik beton tidak kurang dari 600 kg/cm*, dan
mutu baja prategang dengan tegangan putus (tensile
strength) minimum sebesar 16.876 kg/cm2 (1.655 MPa).
Bantalan beton harus mampu memikul momen minimum
sesuai dengan desain beban gandar dan kecepatan.

2) Dimensi bantalan beton

a) Untuk lebar jalan rel 1067 mm:


- Panjang : 2.000 mm
- Lebar maksimum 260 mm
- Tinggi maksimum 220 mm

b) Untuk lebar jalan rel 1435 mm:


- Panjang - 2.440 mm
untuk beban
gandar sampai
dengan 22,5
ton;
- 2.740 mm untuk
beban gandar di
atas 22,5 ton
Lebar maksimum : 330 mm
- Tinggi di bawah dudukan rel 220
mm
b. Bantalan kayu, harus memenuhi persyaratan kayu mutu A
kelas 1 dengan modulus elastisitas (E) minimum 125.000
kg/cm2. Harus mampu menahan momen maksimum sebesar
800 kg-m, lentur absolute tidak boleh kurang dari 46 kg/cm 2.
Berat jenis kayu minimum = 0.9, kadar air maksimum 15%,
tanpa mata kayu, retak tidak boleh sepanjang 230 mm dari
ujung kayu.
c. Bantalan besi harus memiliki kandungan Carbon Manganese
Steel Grade 900 A, pada bagian tengah bantalan maupun
pada bagian bawah rel, mampu menahan momen maksimum
sebesar 650 kg m, tegangan tarik 88 — 103 kg m. Elongafion
A1 > 10%.

 Alat Penambat

Alat penambat yang digunakan adalah alat penambat jenis


elastis yang terdiri dari sistem elastis tunggal dan sistem elastis
ganda. Pada bantalan beton terdiri dari shoulder/insert, clip,
insulator dan rail pad. Pada bantalan kayu dan baja terdiri dari
pelat landas (baseplate), clip, tirpon (screw spike)/baut dan
cincin per (lock washer.

 Rel
a. Rel harus memenuhi persyaratan berikut:

1. Minimum perpanjangan (elongation) 10%;


2. Kekuatan tarik (tensile strength) minimum 1175 N/mm2;
3. Kekerasan kepala rel tidak boleh kurang dari 320 BHN.

 Wesel

Wesel merupakan konstruksi jalan rel yang paling rumit dengan


beberapa persyaratan dan ketentuan pokok yang harus
dipatuhi. Untuk pembuatan komponen-komponen wesel yang
penting khususnya mengenai komposisi kimia dari bahannya.

a. Wesel terdiri atas komponen - komponen sebagai berikut :


1. Lidah
2. Jarum beserta sayap — sayapnya
3. Rel lantak
4. Rel paksa
5. Sistem penggerak

Rel Rel Paksa


Re)
Lantak Rel Sayap

Jalur Lurus

Rel
alurB”elo
Lantak
k-

B. PENGUJIAN SINTELIS

1. PERSYARATAN PENGUJIAN PERSINYALAN PERKERETAAPIAN


1. Peralatan Persinyalan Kereta Api
peralatan persinyalan yang mencakup penerapan pada kereta api yang sudah ada
dan yang akan dibangun di Indonesia disesuaikan dengan sistem pengoperasian
sarana perkeretaapian dan rencana operasi kereta api, mengingat perbedaan
teknologi dan sistem yang digunakan keduanya. Didasarkan teknologi yang
digunakan pada kereta api modern umumnya tidak lagi memerlukan adanya
peraga aspek sinyal yang ditempatkan di sepanjang jalur.

A. Sinyal
Dalam penentuan peralatan persinyalan maka di bawah ini diberikan pembagian
sistem pengoperasian sarana perkeretaapian yang terdiri atas:
1. manual dengan masinis tanpa perangkat pembantupengoperasian sarana
perkeretaapian sepenuhnya dikendalikan oleh masinis dan bergantung pada
petugas sinyal, otoritas pergerakan sarana perkeretaapian diberikan oleh petugas
sinyal dan tidak ada komunikasi antara jalur dengan sarana
perkeretaapian.peralatan sinyal untuk sistem ini dapat berupa persinyalan dengan
peralatan mekanik atau elektrik, yang terdiri atas:
a. sinyal dengan peralatan mekanik
1) peralatan dalam ruangan, terdiri atas:
a) interlocking mekanik; dan
b) pesawat blök.
2) peralatan luar ruangan, terdiri atas:
a) peraga sinyal mekanik;
b) penggerak wesel mekanik;
c) pengontrol kedudukan lidah wesel;
d) penghalang sarana; dan
e) media transmisi atau saluran kawat
b. sinyal dengan peralatan elektrik
1) peralatan dalam ruangan, terdiri atas:
a) interlocking elektrik;
b) panel pelayanan;
c) data logger,
d) catu daya; dan
e) proteksi.
2) peralatan luar ruangan, terdiri atas:
a) peraga sinyal elektrik;
b) penggerak wesel elektrik;
c) pendeteksi sarana perkeretaapian;
d) penghalang sarana; dan
e) proteksi.
2. manual dengan masinis dilengkapi dengan perangkat pembantupengoperasian
sarana perkeretaapian dilakukan oleh masinis dan diawasi oleh pusat pengendali
perjalanan kereta api yang dilengkapi dengan Sistem Keselamatan Kereta Api
Otomatis (SKKO).peralatan sinyal untuk sistem ini terdiri atas:
a. peralatan pada prasarana
1) peralatan dalam ruangan, terdiri atas:
a) interlocking elektrik;
b) panel pelayanan;
c) data logger,
d) catu daya; dan
e) proteksi.
peralatan luar ruangan, terdiri atas:
a) peraga sinyal elektrik;
b) penggerak wesel elektrik;
c) pendeteksi sarana perkeretaapian;
d) penghalang sarana;
e) proteksi; dan
f) SKKO.
b. peralatan pada sarana, terdiri atas:
1) panel kecepatan; dan
2) SKKO.
3). semi otomatis dengan masinis
Pengoperasian sarana perkeretaapian secara otomatis oleh sistem dan dalam
kondisi darurat masinis dapat menghentikan/menjalankan sarana perkeretaapian.
peralatan sinyal untuk sistem ini terdiri atas:
a. peralatan pada prasarana
1) peralatan dalam ruangan, terdiri atas:
a) interlocking elektrik;
b) panel pelayanan;
c) pengendali sarana;
d) data logger,
e) catu daya; dan
f) proteksi.
peralatan luar ruangan, terdiri
a) penggerak wesel elektrik;
b) pendeteksi sarana;
c) penghalang sarana;
d) proteksi; dan
e) SKKO.
b. peralatan pada sarana, terdiri atas:
1) display/tampilan monitor;
2) komputer onboard; dan
3) SKKO.
4. otomatis tanpa masinis atau awak sarana
pengoperasian sarana perkeretaapian secara otomatis dikendalikan oleh sistem
tanpa masinis atau awak sarana. peralatan sinyal untuk sistem ini terdiri atas:
a. peralatan pada prasarana
1) peralatan dalam ruangan, terdiri atas:
a) interlocking elektrik;
b) panel pelayanan;
c) pengendali sarana;
d) data logger,
e) catu daya; dan
f) proteksi.
2) peralatan luar ruangan, terdiri atas:
a) penggerak wesel elektrik;
b) balise/ transponder jalur;
c) radio block System;
d) penghalang sarana;
e) proteksi; danSKKO.
peralatan pada sarana, terdiri atas:
1) antena;
2) balise/transponder sarana;
3) display/tampilan monitor;
4) komputer onboard; dan
5) SKKO.
B. Tanda
tanda diperlukan pada semua pengoperasian kereta api yang terdiri atas:
1. berupa:
a. suara;
b. cahaya;
c. bendera; dan/ atau
d. papan berwarna.
2. berdasarkan fungsi:
a. di jalur kereta api minimal terdiri atas:
1) semboyan sementara; dan
2) semboyan tetap.
b. di sarana kereta api minimal terdiri atas:
1) semboyan terlihat; dan
2) semboyan suara.
C. Marka
marka diperlukan pada semua pengoperasian kereta api yang dapat berupa:
1. marka batas;
2. marka sinyal (peraga);
3. marka pengingat masinis;
4. marka kelandaian;
5. marka lengkung;
6. marka kilometer; dan
7. marka identitas penggerak wesel.
D. Peralatan Pendukung
peralatan persinyalan dapat dilengkapi dengan peralatan yang berupa:
1. pengendalian/pengawasan perjalanan kereta api terpusat;
2. perangkat Sistem Keselamatan Kereta Api Otomatis (SKKO);
3. sistem peringatan dini untuk bencana; dan
4. pengaman perlintasan sebidang.

 Persyaratan Penempatan

peralatan sinyal ditempatkan pada lokasi yang sesuai peruntukannya, aman, tidak
mengganggu fasilitas lain, dan tidak membahayakan keamanan dan keselamatan.
 Persyaratan Pemasangan

menjamin peralatan sinyal yang dipasang dapat berfungsi secara optimal dan
bebas dari segala rintangan dan benda penghalang dalam pengoperasiannya.
 Persyaratan Teknis

menjamin komponen, material, ukuran dan kapasitas peralatan sinyal sesuai


dengan standar kelayakan dan keselamatan operasi sehingga seluruh sistem
peralatan dapat berfungsi secara handal dalam kurun waktu sesuai umur teknis.
 Definisi

1. Peralatan Persinyalan Perkeretaapian adalah fasilitas pengoperasian kereta api


yang berfungsi memberi petunjuk atau isyarat yang berupa warna, cahaya atau
informasi lainnya dengan arti tertentu.
2. Sinyal adalah alat atau perangkat yang digunakan untuk menyampaikan
perintah bagi pengaturan perjalanan kereta api dengan peragaan, warna dan/atau
bentuk informasi lain
3. Tanda adalah isyarat yang berfungsi untuk memberi peringatan atau petunjuk
kepada petugas yang mengendalikan pergerakan sarana kereta api.
4. Marka adalah tanda berupa gambar atau tulisan yang berfungsi sebagai
peringatan atau petunjuk tentang kondisi tertentu pada suatu tempat yang terkait
dengan perjalanan kereta api.
5. Interlocking adalah peralatan yang bekerja saling bergantung satu sama lain
yang berfungsi untuk membentuk, mengunci, dan mengontrol untuk
mengamankan rute kereta api yaitu petak jalan dan petak blok yang akan dilalui
kereta api.
6. Panel Pelayanan adalah perangkat yang menggambarkan atau menampilkan
tata letak jalur, aspek sinyal dan wesel, serta indikasi aspek sinyal, petak blök,
indikasi gangguan, indikasi catu daya dan kedudukan wesel yang terpasang di
lintas wilayah pengendaliannya untuk mengatur dan mengamankan perjalanan
kereta api.
7. Petak Blok dalam pengertian fixed block adalah bagian dari petak jalan yang
dibatasi oleh sinyal masuk dengan sinyal keluar pada suatu stasiun, atau sinyal
masuk dengan batas berhenti pada jalur akhir di stasiun akhir, atau sinyal keluar
dengan sinyal blok, atau sinyal blök dengan sinyal blpk, atau sinyal blok dengan
sinyal masuk yang berurutan berikut overlap jika ada sesuai dengan arah
perjalanan kereta api
8. Peralatan Blok dalam sistem fvced block adalah bagian dari peralatan
persinyalari yang digunakan untuk menjamin keamanan perjalanan kereta api di
petak blok yang bersangkutan.
9. Pesawat Blok dalam sistem fvced block adalah peralatan yang bekerja saling
bergantung satu sama lain antara dua stasiun dan terkait dengan interlocking
mekanik untuk mengunci dan mengamankan rute kereta api di petak jalan kereta
api atau petak blok antar dua stasiun.
10. Peraga Sinyal adalah keluaran dari proses interlocking sistem persinyalan,
yang berupa cahaya, display/tampilan atau kedudukan yang mempunyai arti
tertentu.
11. Penggerak Wesel adalah peralatan untuk menggerakkan lidah wesel sesuai
dengan arah rute yang dikehendaki untuk perjalanan kereta api.
12. Pengunci Lidah Wesel adalah peralatan yang digunakan untuk mengunci lidah
wesel mekanik untuk menjaga agar lidah wesel tidak bergerak pada saat dilewati
kereta api.
13. Pendeteksi Sarana Perkeretaapian adalah peralatan untuk mendeteksi
keberadaan sarana pada jalur kereta api baik di emplasemen maupun di petak
jalan.
14. Ruang Bebas adalah ruang tertentu yang senantiasa bebas dan tidak
mengganggu gerakan kereta api, sehingga kereta api dapat berjalan dengan
aman.
15. Display/Layar/Tampilan adalah suatu tampilan visual dapat berupa data, grafis
atau teks.
16. Balise Jalur adalah perangkat yang berupa bantalan elektronik atau
transponder, peralatan ini umumnya diletakkan di antara dua rel atau di atas
bantalan atau diantara dua bantalan pada jalan rel atau jalur kereta api untuk
saling berkomunikasi dengan transponder yang ada di sarana perkeretaapian guna
mengetahui posisi kereta api dan mengaktifkan fungsi perangkat lainnya.
17. Balise Sarana adalah perangkat transponder, peralatan ini diletakkan di sarana
perkeretapian untuk saling berkomunikasi dengan transponder yang ada di jalur
kereta api guna mengetahui posisi kereta api dan mengaktifkan fungsi perangkat
lainnya.
18. Sistem Keselamatan Kereta Api Otomatis (SKKO) adalah peralatan pendukung
keselamatan kereta api yang berguna untuk melakukan pengereman kereta api
secara otomatis.
19. Pengendalian dan/atau Pengawasan Perjalanan Kereta Api Terpusat
merupakan suatu sistem yang mengatur operasi dan/atau mengendalikan
perjalanan kereta api secara terpusat.

20. Peralatan Komputer Onboard adalah peralatan yang diletakkan pada kabin
sarana kereta api.
21. Radio Block System adalah suatu sistem komunikasi blOk yang menggunakan
frekuensi radio.

Persyaratan Teknis Sinyal


Persinyalan dengan Peralatan Elektrik
Peralatan dalam Ruangan
Interlocking Elektrik
 Fungsi

interlocking elektrik berfungsi membentuk, mengontrol semua peralatan


persinyalanmengamankan perjalanan kereta api.
 Jenis
a. interlocking elektrik menurut jenisnya terdiri atas:
1. interlocking relay; dan
2. interlocking elektronik.
b. interlocking relay berupa modular relay interlocking.
c. interlocking elektronik berupa interlocking berbasis kontroleratau prosesor atau
komputer.
 Persyaratan Penempatan

a. interlocking elektrik terletak di ruang peralatan pada ruangan khusus; dan


b. ruang peralatan terletak berdekatan dengan stasiun atau sesuai kebutuhan.
 Persyaratan Pemasangan

a. untuk interlocking elektronik di dalam kubikel yang terpisah antara rak


peralatan dengan rak terminal;
b. untuk interlocking relay di dalam rak terbuka yang terpisah antara rak peralatan
dengan rak terminal; dan
c. bagian depan dan belakang kubikel/rak yang dapat dibuka, disediakan ruang
dengan jarak minimal 80 cm untuk memudahkan perawatan, di lengkapi dengan
sistem proteksi atau sesuai dengan desain.
 Persyaratan Teknis

a. Persyaratan Operasi
1. semua perangkat persinyalan elektrik dalam ruangan harus dapat bekerja
dengan baik pada kondisi cuaca, temperatur dan kelembaban;
2. interlocking harus bisa melayani proses minimal sebagai berikut:
a) pembentukan rute;
b) pengoperasian wesel;
c) pengoperasian sinyal;
d) pendeteksian sarana;
e) sistem blok; dan
f) pengoperasian secara setempat atau terpusat untuk interlocking elektrik.
3. menjamin aman hasil proses interlocking pembentukan rute;
4. sistem harus memungkinkan untuk melakukan proses pada keadaan tidak biasa
minimal sebagai berikut:

a) proses pengoperasian wesel secara manual;


b) proses pengoperasian sinyal darurat; dan
c) proses penyesuaian kembali kedudukan wesel yang terlanggar.
5. dilengkapi dengan fasilitas input minimal:
a) kondisi ada tidaknya sarana pada jalan kereta api;
b) kedudukan lidah wesel lurus atau belok;
c) kondisi normal atau tidaknya aspek sinyal yang ditampilkan;
d) tombol-tombol pada panel pelayanan;
e) informasi blök dari stasiun sebelah; dan
f) kondisi pengamanan perlintasan sebidang yang
terkait dengan sistem interlocking.
6. dilengkapi dengan fasilitas output minimal:
a) pengoperasian penggerak wesel elektrik;
b) pengoperasian peraga sinyal elektrik;
c) peringatan kedatangan kereta api pada perlintasan sebidang;
d) pembebas kunci listrik/ electric lock untuk wesel terlayan setempat dan
perintang;
e) indikator-indikator di panel pelayanan;
f) informasi blök ke stasiun sebelah; dan
g) data logger.
7. menggunakan teknologi yang sudah teruji aman atau sudah tersertifikasi;
8. dapat dilengkapi dengan relay interface yang menghubungkan peralatan dalam
dan luar ruangan; dan
9. interlocking elektronik harus dilengkapi peralatan untuk mendiagnosa sistem
interlocking minimal harus dapat menampilkan:
a) Status data interlocking-,
b) komunikasi data dengan sistem interlocking; dan
c) data logger.

b. Persyaratan Material
1. temperatur pada rentang 0°C s/d 70°C;
2. relative humidity maksimal 90%;
3. interlocking memiliki konfigurasi yang/aiZ sa/e;
4. semua modul komponen dilengkapi dengan indikator Status;
5. semua rangkaian vital I/O diisolasi terhadap interferensi elektromagnetik; atau
6. sesuai desain dan standar yang berlaku.
 Panel Pelayanan
 Fungsi

a. untuk melayani dan mengendalikan seluruh bagian peralatan sinyal yang


berada di luar ruangan sesuai dengan tabel rute;
b. untuk mengatur dan mengamankan perjalanan kereta api; dan
c. untuk memberikan indikasi Status peralatan sinyal dan berangkat lainnya yang
terkait.
 Jenis

a. local control panel (LCP) mozaik/ tile.


b. Workstation (VDU).

 Persyaratan Penempatan

panel pelayanan terletak di dalam ruang pengatur atau pengendali perjalanan


kereta api.
 Persyaratan Pemasangan

a. untuk jenis local control panel (LCP) mozaik/ £i7e, kemiringannya


menyesuaikan aspek kenyamanan pelayanan;
b. untuk jenis Workstation (VDU) menyesuaikan aspek kenyamanan pelayanan;
c. bagian depan dan belakang panel pelayanan yang dapat dibuka, disediakan
ruaj^g dengan jarak minimal 80 cm untuk memudahkan perawatan;
d. harus dipenuhi sirkulasi udara dalam ruangan untuk pembuangan panas yang
timbul dari panel pelayanan;
e. dipasang sedemikian rupa sehingga arahkedatangan/keberangkatan kereta api
pada panel pelayanan dan emplasemen harus sesuai;
f. panel pelayanan dipasang dengan Struktur yang kokoh; dan
g. dihubungkan dengan sistem pentanahan pada peralatan interlocking.
 Persyaratan Teknis

a. Persyaratan Operasi
1. harus menggambarkan tata letak jalur, kedudukan dan keadaan peralatan
sinyal yang terpasang di emplasemen;
2. semua pengoperasian pada LCP dilakukan dengan menekan dua tombol yang
bersesuaian secara bersamaan;
3. pengoperasian pada Workstation dilakukan dengan mengklik dua icon secara
berurutan;
4. penekanan tombol pada LCP minimum selama 1 detik;
5. untuk jenis Workstation mengklik icon dengan selang waktu tidak lebih dari 3
detik;
6. harus dilengkapi dengan alarm indikasi kegagalan/gangguan fungsi peralatan;
7. harus dilengkapi dengan penghitung/ counter untuk mencatat penggunaan
tombol-tombol darurat;
8. untuk jenis LCP harus dilengkapi dengan pengaman, yang bilamana tombol
tertekan lebih dari 10 detik, maka alarm akan berbunyi dan pelayanan interlocking
tidak dapat dilakukan;
9. dilengkapi indikator gangguan minimal:
a) indikator gangguan wesel, sinyal, pendeteksi sarana, sistem; dan
b) indikator catu daya.
10. dapat dilengkapi dengan:
a) tombol penghenti bunyi/indikasi alarm gangguan / buzzer, dan
b) tombol lamp test.
11. mampu melayani rute sesuai tabel rute yang ditetapkan;
12. mampu mengindikasikan track kosong, track isi atau trackgangguan sesuai
keadaan di emplasemen dan di petak jalan; dan
13. peralatan harus dilindungi dengan sistem proteksi.

b. Persyaratan Material
1. ukuran dan bentuk layar pada Workstation minimal 19 inch;
2. panel pelayanan disusun dari gabungan beberapa tile(mozaik) yang terpasang
kokoh pada frame;
3. tombol harus didesain untuk menghindari penekanan yang tidak dikehendaki;
4. ukuran dan bentuk tombol disesuaikan dengan ukuran tile;
5. panel pelayanan harus free standing (satu kesatuan) atau sesuai dengan
desain; dan
6. panel pelayanan harus berstandar industrial.

2. PERSYARATAN PENGUJIAN PERALATAN


TELEKOMUNIKASI PERKERETAAPIAN
 Peralatan Telekomunikasi Perkeretaapian terdiri atas:
a. komunikasi suara; dan
b. komunikasi data.
 Komunikasi suara berupa:
a. komunikasi untuk operasi Kereta api;
b. komunikasi untuk pemeriksaan dan perawatan; dan
c. komunikasi untuk kondisi darurat.
 Komunikasi data berupa:
a. Supervisory Control and Data Acquisition (SCADA);
b. pengendalian Kereta Api; dan
c. peringatan dini (early waming);
d. kamera pemantau (video surveillance); dan
e. informasi penumpang (passenger Information).
 Peralatan Telekomunikasi Perkeretaapian meliputi:
a. pesawat telepon;
b. layar tampilan;
c. perekam suara atau perekam data;
d. transmisi;
e. catu daya;
f. proteksi; dan/atau
g. penunjuk waktu.
 Pesawat telepon merupakan peralatan telekomunikasi yang
digunakan untuk:
a. komunikasi operasi Kereta Api; dan
b. komunikasi langsiran Kereta Api.
 Pesawat telepon untuk komunikasi operasi Kereta Api digunakan
untuk:
a. komunikasi antara Pengatur Perjalanan Kereta Api di stasiun
dengan stasiun sebelahnya;
b. komunikasi antara Pengatur Perjalanan Kereta Api dengan
petugas Penjaga Perlintasan Kereta Api terkait dengan
perjalanan Kereta Api; dan
c. komunikasi antara petugas Pusat Kendali dengan Pengatur
Perjalanan Kereta Api, petugas Pusat Kendali dengan Masinis,
dan Masinis dengan Pengatur Perjalanan Kereta Api atas
seizin petugas Pusat Kendali terkait pengendalian perjalanan
Kereta Api.
 Layar tampilan merupakan peralatan telekomunikasi yang
digunakan untuk menampilkan informasi sesuai dengan
peruntukannya.
 Perekam suara atau perekam data merupakan peralatan
telekomunikasi berfungsi untuk merekam semua informasi suara
atau data melalui peralatan komunikasi.
 Transmisi merupakan peralatan telekomunikasi yang digunakan
untuk menghantarkan informasi suara atau data.
 Transmisi menggunakan media berupa:
a. kabel; dan
b. tanpa kabel atau frekuensi radio.
 Media kabel berupa:
a. kabel metal atau logam;
b. kabel serat optik; dan
c. kabel koaksial.
 Media tanpa kabel atau frekuensi radio berupa:
a.radio point to point,
b.radio trunking\
c.GSM-R;
d.LTE-R;
e.WLAN/WiFi; dan
f.komunikasi satelit.
 Catu daya merupakan peralatan yang berfungsi menyuplai tenaga
listrik secara terus-menerus untuk peralatan telekomunikasi.
 Catu daya terdiri atas:
a. catu daya utama;
b. catu daya darurat; dan
c. catu daya cadangan.
 Proteksi merupakan sistem pengamanan peralatan dari sambaran
petir, induksi elektromagnetik dan tegangan atau arus lebih.
 Proteksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. proteksi internal;
b. proteksi eksternal; dan
c. pentanahan.
 Penunjuk waktu merupakan peralatan telekomunikasi berfungsi
untuk acuan waktu bagi seluruh sistem operasi Perkeretaapian.
 Penunjuk waktu meliputi:
a. penunjuk waktu induk atau utama (master clock)] dan
b. penunjuk waktu anak atau cabang (slave clock).

PERALATAN TELEKOMUNIKASI PERKERETAAPIAN


1. Peralatan telekomunikasi berfungsi untuk menyampaikan informasi
dan/atau berkomunikasi bagi kepentingan pengoperasian kereta api.
Peralatan telekomunikasi dapat berupa:
a. sistem komunikasi suara; dan
b. sistem komunikasi data.
peralatan telekomunikasi meliputi komponen:
a. pesawat telepon;
b. layar tampilan;
c. perekam suara atau perekam data;
d. transmisi;
e. catu daya;
f. proteksi; dan/atau
g. penunjuk waktu.

2. Persyaratan Penempatan
a. menjamin peralatan telekomunikasi ditempatkan di lokasi yang sesuai
berdasarkan ketentuan yang ditetapkan.
b. menjamin peralatan telekomunikasi ditempatkan di lokasi yang tepat,
sehingga dapat berfungsi secara optimal dalam menunjang
operasionalisasi sistem perkeretaapian dan tidak mengganggu
prasarana ataupun fasilitas public.
3. Persyaratan Pemasangan
a. menjamin peralatan telekomunikasi dipasang secara tepat, baik
ditinjau dari cara pemasangan, tempat pemasangan maupun hal lainnya
sehingga peralatan listrik dapat berfungsi secara optimal dan
pengeroperasian sarana kereta api dapat dilakukan dengan aman dan
selamat.
b. menjamin pemasangan peralatan telekomunikasi ditempatkan di
ruang yang bebas dari segala rintangan dan benda penghalang di kiri,
kanan, atas, dan bawah.

4. Persyaratan Teknis
a. menjamin masing-masing komponen peralatan telekomunikasi
dapat berfungsi secara andal dalam kurun waktu sesuai umur teknisnya,
sehingga pengoperasian kereta api dapat dilakukan secara aman, selamat
dan nyaman.
b. menjamin seluruh sistem peralatan telekomunikasi dapat
berfungsi dengan baik dalam menunjang pengoperasian kereta api,
sehingga dapat diperoleh sistem perkeretaapian yang aman, nyaman,
selamat dan berkesinambungan.

3. PERSYARATAN TEKNIS SISTEM TELEKOMUNIKASI


PERKERETAAPIAN
1. Komunikasi untuk operasi kereta api berfungsi untuk menginformasikan
warta kereta api yang berkaitan dengan pengoperasian kereta api.
2. komunikasi untuk operasi kereta api minimal digunakan untuk:
a. komunikasi langsung antar stasiun;
b. komunikasi penjaga perlintasan kereta api;
c. komunikasi trainsdispatching; dan
d. komunikasi langsiran.
3. Persyaratan Penempatan
a. komunikasi langsung antar stasiun ditempatkan di ruangan PPKA.
b. komunikasi penjaga perlintasan kereta api ditempatkan di ruangan
penjaga perlintasan.
4. Komunikasi traindispatching dapat berupa:
a. pesawat console terletak di ruang Pusat Kendali (PK)
b. pesawat cabang stasiun terletak di ruangan PPKA
c. pesawat cabang lokomotif terletak di kabin masinis
d. base Station terletak diruang peralatan
e. menara terletak bersebelahan dengan ruang peralatan;
f. antena terletak di menara.
5. Persyaratan Pemasangan
a. komunikasi langsung antar stasiun dipasang di meja PPKA yang
mudah dijangkau dan dengan Struktur yang kokoh.
b. komunikasi penjaga perlintasan dipasang di meja penjaga
perlintasan yang mudah dijangkau dan dengan Struktur yang kokoh.
c. komunikasi traindispatching dipasang dengan Struktur yang kokoh
dan mudah dijangkau.
d. komunikasi langsiran dipasang di tempat yang mudah dijangkau
dan dengan Struktur yang kokoh.
6. Persyaratan Teknis
a. Persyaratan Operasi
1. komunikasi langsung antar stasiun minimal memenuhi persyaratan
sistem operasi sebagai berikut:
a) harus dapat memanggil dan/atau dipanggil;
b) dapat berkomunikasi dua arah;
c) dilengkapi fasilitas seleksi untuk memilih panggilan;
d) informasi yang diterima harus bersih dan jelas;
e) setiap pembicaraan harus direkam;
f) dilengkapi indikator, pengatur kekerasan suara; dan
g) dilengkapi dengan sistem proteksi.
2. komunikasi penjaga perlintasan minimal memenuhi persyaratan operasi
sebagai berikut:
a) harus dapat memanggil dan/atau dipanggil;
b) dapat berkomunikasi dua arah;
c) informasi yang diterima harus bersih dan jelas;
d) setiap pembicaraan harus direkam; dan
e) dilengkapi dengan sistem proteksi.

 Komunikasi Pemeriksaan dan Perawatan


1. Komunikasi pemeriksaan dan perawatan berfungsi untuk mengatur
kegiatan pemeriksaan dan perawatan sarana maupun prasarana
perkeretaapian.
2. Komunikasi pemeriksaan dan perawatan berupa pesawat telepon dua arah.
3. Persyaratan Penempatan
komunikasi pemeriksaan dan perawatan ditempatkan di stasiun, depo/balai
yasa atau tempat tertentu untuk kegiatan pemeriksaan dan perawatan.
4. Persyaratan Pemasangan
a. dipasang di meja PPKA berdekatan dengan pesawat telepon untuk
komunikasi operasi kereta api;
b. dipasang di dalam depo/balai yasa; atau
c. dibawa oleh petugas perawatan dan pemeriksaan (bergerak).
5. Persyaratan Teknis
a. Persyaratan Operasi
komunikasi pemeriksaan dan perawatan minimal memenuhi persyaratan
operasi sebagai berikut:
1. dapat berkomunikasi dua arah;
2. mengakomodir panggilan serempak (broadcast) dan panggilan selektif;
dan
3. dilengkapi dengan sistem proteksi.
b. Persyaratan Material
komunikasi pemeriksaan dan perawatan minimal memenuhi persyaratan
material power transmission, antena dan power supply sesuai dengan
perhitungan.

4. PERSYARATAN TEKNIS KOMPONEN TELEKOMUNIKASI


PERKERETAAPIAN
1. Pesawat Telepon berfungsi untuk komunikasi operasi kereta api
berfungsi untuk menginformasikan warta kereta api yang berkaitan
dengan pengoperasian kereta api. Pesawat telepon untuk komunikasi
operasi kereta api dapat berupa analog atau digital.
2. Layar Tampilan berfungsi untuk menampilkan informasi sesuai dengan
kebutuhan. Jenis layar tampilan minimal dapat berupa LCD, LED atau
proyektor.
3. Perekam suara atau perekam data berfungsi perekam suara berfungsi
untuk merekam semua pembicaraan melalui peralatan komunikasi
terkait dengan operasi dan langsiran kereta api. Jenis perekam suara
menggunakan media penyimpanan digital.
4. Transmisi berfungsi untuk menghantarkan informasi berupa suara dan
data.Transmisi yang menggunakan media kabel dapat berupa:
1. kabel metal atau logam;
2. kabel serat optik; dan
3. kabel koaksial.
Transmisi yang menggunakan media frekuensi radio dapat
berupa:
1.radio point to point;
2.radio trunking-,
3.GSM-R;
4.LTE-R;
5.WLAN/Wifi; dan
6.komunikasi satelit.
5. Catu Daya berfungsi untuk mensuplai daya secara kontinu untuk
peralatan sinyal elektrik dalam dan luar ruangan.
Jenis
a. catu daya utama;
b. catu daya darurat; dan
c. catu daya cadangan.
6. Proteksi berfungsi untuk melindungi instalasi peralatan telekomunikasi
dari gangguan petir yang berupa sambaran langsung ataupun induksi
tegangan lebih/tinggi.
Jenis
a. proteksi eksternal berupa batang penangkal petir;
b. proteksi internal berupa arrester, sekring dan/atau pemutus;
dan
c. pentanahan berupa batang pentanahan (grounding rod).
7. Penunjuk Waktu berfungsi untuk memberikan penunjukan waktu yang
sama di setiap stasiun dan kantor pengendali operasi kereta api.
Jenis penunjuk waktu minimal terdiri atas:
a. jam induk (master clock)
b. jam anak (slave clock).

5. PERSYARATAN PENGUJIAN TEKNIS INSTALASI LISTRIK


PERKERETAAPIAN
Instalasi Listrik Perkeretaapian terdiri atas:
a. catu daya listrik; dan
b. peralatan transmisi tenaga listrik.
(1) Catu daya listrik merupakan peralatan instalasi listrik yang berfungsi
mensuplai tenaga listrik untuk prasarana dan sarana berpenggerak tenaga listrik.
(2) Catu daya listrik berupa:
a. catu daya listrik arus searah; dan
b. catu daya listrik arus bolak-balik
(3) Catu daya listrik arus searah meliputi:
a. peralatan penerima daya;
b. peralatan penyearah;
c. peralatan DC kubikel;
d. peralatan tegarigan rendah AC dan DC; dan
e. peralatan penyulang.
(4) Catu daya listrik arus bolak-balik meliputi:
a. peralatan penerirna daya;
b. peralatan AC kubikel;
c. peralatan tegangan rendah AC dan DC; dan
d. peralatan penyulang.
Catu daya listrik dapat dikendalikan oleh pengendali catu daya jarak jauh berupa:
a. pengendali jarak jatih untuk setiap satu catu daya; dan
b. pengendali jarak jaoh untuk beberapa catu daya.
(1) Peralatan transmisi tenaga listrik merupakan peralatan instalasi listrik untuk
menyalurkan daya listrik.
(2) Peralatan transmisi tenaga listrik terdiri atas:
a. transmisi tenaga listrik untuk ams searah; dan
b. transmisi tenaga listrik untuk arus bolak -balik.
(3) Peralatan transmisi tenaga listrik untuk arus searah berupa:
a. transmisi tenaga listrik untuk arue searah lewat aliran atas; dan
b. transmisi tenaga listrik untuk ams searah lewat bawah (rel tambahan).
(4) Peralatan transmisi tenaga listrik untuk arus searah lewat aliran terdiri atas:
a. sistem penyulang;
b. sistem katenari atau mil
c. fasilitas pendukung;
d. proteksi; dan
e. jaringan distribusi daya
(5) Peralatan transmisi tenaga listrik untuk arus searah lewat bawah (rel
tambahan) terdiri atas:
a. Sistem penyulang;
b. sistem rel tambahan/ milconductor (third rai( ;
c. fasilitas pendukung;
d. proteksi; dan
e. jaringan distribusi daya.
(6) Peralatan transmisi tenaga listrik untuk arus bolak-balik terdiri atas:
a. sistem penlang;
b. sistem katenari atau mil conductor,
e. fasilitas pendukung;
d. proteksi; dan
e. jaringan distribusi daya.

 INSTALASI LISTRIK KERETA API

Catu Daya Listrik


a.catu daya listrik arus searah
1. peralatan penerima daya;
2. peralatan penyearah;
3. peralatan DC kubikel;
4. peralatan tegangan rendah AC dan DC;
5. peralatan penyulang.
b. catu daya listrik arms bolak balik
1. peralatan penerirna daya;
2. peralatan AC kubikel;
3. peralatan tegangan reodah AC dan DC; dan
4. peralatan penyulang.
c. pengendali catu daya jarak jauh
1. pengendali jarak jauh untuk setiap satu catu daya; dan
2. pengendali jarak jauh untuk beberapa catu daya.

Peralatan Transmisi Peralatan Listrik


a. transmisi tenaga listrik untuk ams searah lewat aliran atas
1. sistem penyulang;
2. sistem katenari/ mil conductor,
3. fasilitas pendokung;
4. proteksi; dan
5. jaringan distribusi daya.
b. transmisi tenaga listrik untuk ams searahlewat aliran bawah
minimal terdiri atas:
1. sistem penyulang;
2. sistem rel tambahan / mil conductor (third ruin;
3. fasilitas pendukung;
4. proteksi; dan
5. jaringan distribusi daya.
c. transmisi tenaga listrik untuk arus bolak —balik
1. sistem penyulang;
2. sistem katenari/ C£lil condlictoc,
3. fasilitas pendukung;
4. proteksi; dan
5. jaringan distribusi daya.

6. PERSYARATAN TEKNIS CATU DAYA LISTRIK


 Catu Daya Listrik Arus Searah
 Peralatan Penerima Daya

Fungsi
peralatan penerima daya merupakan peralatan listrik yang berfungsi untuk
menerima, menurtinkan dan mendistribusikan tegangan dari jaringan listrik umum
atau sumber listrik lain.

Jenis
a. panel penerima dapat terdiri atas:
1. kabel penerima daya;
2. saklar pemisah;
3. pemutus tenaga;
4. trafo arus;
5. trafo tegangan;
6. indikator; dan
7. proteksi.
b. panel penurun tegangan dapat terdiri atas:
1. transformator untuk penyearah; dan
2. transformator untuk distribusi.
c. panel distribusi paling sedikit meliputi:
1. kabel penerima daya;
2. saklar pemisah;
3. pemutus tenaga;
4. trafo arus;
5. trafo tegangan;
6. indikator; dan
7. proteksi
 Catu Daya Listrik Arus Bolak-Balik

Peralatan Penerima Daya


-Fungsi
peralatan penerima daya merupakan peralatan listrik yang berfungsi untuk
menerima dan menurunkan tegangan dari jaringan listrik umum atau sumber
listrik lain.
-Jenis
a. panel penerima paling sedikit meliputi:
1. kabel penerima daya;
2. saklar pemisah;
3. pemutus tenaga;
4. trafo arus;
5. trafo tegangan;
6. indikator:
a) indikator ukur;
b) indikator cahaya;
c) indikator counter, atau
d) sesuai dengan spesifikasi desain yang mengacu ke standar internasional atau
nasional tertentu.
7. proteksi:
a) tipe modular; dan
b) tipe individual.
8. rele hubung singkat;
9. rele pentanahan arus lebih;
10. rele tegangan lebih;
11. rele tegangan kurang;
12. relejarak;
13. Delta I relay (A7); atau
14. sesuai dengan spesifikasi desain yang mengacu ke standar internasional atau
nasional tertentu.
b. panel penurun tegangan dapat berupa transformator,
c. panel distribusi paling sedikit meliputi:
1. kabel penerima daya;
2. saklar pemisah;
3. pemutus tenaga;
4. trafo arus;
5. trafo tegangan;
6. indikator:
a) indikator ukur;
b) indikator cahaya;
c) indikator counter, atau
d) sesuai dengan spesifikasi desain yang mengacu ke
standar internasional atau nasional tertentu.
7. proteksi:
a) tipe modular; dan
b) tipe individual
8. rele hubung singkat;
9. rele pentanahan arus lebih;
10. rele tegangan lebih;
11. rele tegangan kurang;
12. rele jarak;
13. Delta I relay (A/); atau
14. sesuai dengan spesifikasi desain yang mengacu ke standar internasional atau
nasional tertentu.
 Peralatan AC Kubikel

-Fungsi
peralatan AC kubikel berfungsi untuk mendistribusikan dan memutus tegangan
arus bolak-balik yang diterima dari transformatordaya untuk dialirkan ke peralatan
transmisi tenaga listrik melalui peralatan penyulang.
-Jenis
Peralatan AC kubikel terdiri atas:
a. kapasitor;
b. saklar pemutus; atau
c. sesuai dengan spesifikasi desain yang mengacu ke standar internasional atau
nasional tertentu.

7. PERALATAN TRANSMISI TENAGA LISTRIK


 Transmisi Tenaga Listrik untuk Arus Searah Aliran Atas

-Fungsi
peralatan transmisi tenaga listrik untuk arus searah berfungsi untuk menyalurkan
arus searah guna menggerakkan kereta api bertenaga listrik aliran atas.
Jenis
a. sistem penyulang terdiri atas:
1. kawat penyulang/ feeder wire;
2. cabang penyulang/feeding branch,
3. saklar pemisah / disconnecting switch; atau
4. sesuai dengan spesifikasi desain yang mengacu ke standar
internasional atau nasional tertentu.
b. sistem katenari terdiri atas:
1. kawat kontak/ trölley u>ire;
2. kawat pemikul / messenger wire:
a) messenger wire;
b) feeder messenger wire; atau
c) sesuai dengan spesifikasi desain yang mengacu ke standar
internasional atau nasional tertentu.
3. penggantung/ Hanger.
a) bajal steel;
b) tembaga;
c) isolator; atau
d) atau sesuai dengan spesifikasi desain yang mengacu ke standar
internasional atau nasional tertentu.
4. pemegang kawat kontak/pull off/ steadying equipment;
5. peralatan penegang/ tension deuice;
a) tipe katrol/pulley type;
b) tipe pegas/ spring type; atau
c) sesuai dengan spesifikasi desain yang mengacu ke standar internasional
atau nasional tertentu.
6. peralatan pemisah/ sectioning device:
a) ouerlap air section;
b) section insulator dan fiberglass reinforced plastic (FRP); atau
c) sesuai dengan spesifikasi desain yang mengacu ke standar internasional
atau nasional tertentu; atau
7. sesuai dengan spesifikasi desain yang mengacu ke standar internasional atau
nasional tertentu.

 Transmisi Tenaga Listrik untuk Arus Searah Aliran Bawah (Rel Tambahan)

-Fungsi
peralatan transmisi tenaga listrik untuk arus searah berfungsi untuk menyalurkan
arus searah guna menggerakkan kereta api bertenaga. listrik aliran bawah.
-Jenis
trasmisi tenaga listrik untuk arus searah aliran bawah minimal terdiri atas:
a. sistem rel tambahan, digunakan sebagai penyalur daya listrik minimal terdiri
atas rel metal kontak dan sistem sambungan antar rel metal kontak;
b. fasilitas pendukung, digunakan sebagai sarana pendukung pada sistem rel
tambahan;
c. sistem proteksi, digunakan pada rel tambahan sebagai pengaman terhadap
keselamatan, memcegah kerusakan pada jaringan dan meningkatkan kontinuitas
pelayanan yang datang dari sistem itu sendiri maupun dari luar sistem; dan
d. spesifikasi desain rel tambahan yang mengacu ke standar internasional atau
nasional tertentu.
 Sistem Katenari

-Fungsi
sistem katenari berfungsi untuk menyalurkan daya listrik dari sistem penyulang ke
kereta api listrik.
-Jenis
a. kawat kontak;
b. penggantung/ Hanger,
c. steadying equipment;
d. pull of equipment)
e. peralatan penegang otomatis/automatic tensioning device terdiri
atas:
1. tipe katrol/pulley type)
2. spring type)
3. hidrolic type) atau
4. sesuai dengan spesifikasi desain yang mengacu ke standar internasional
atau nasional tertentu.
f. overlap section terdiri atas:
1. ruas putus/ overlap air section)
2. ruas hubung/ overlap air joint) atau
3. sesuai dengan spesifikasi desain yang mengacu ke standar internasional
atau nasional tertentu.
g. section deuice terdiri atas:
1. overlap air section;
2. section insulator, atau
3. sesuai dengan spesifikasi desain yang mengacu ke standar internasional
atau nasional tertentu; atau
 Sistem Rail Conductor

-Fungsi
sistem rail conductor berfungsi untuk menyalurkan daya listrik dari sistem
penyulang ke kereta api listrik.
-Jenis
sistem rail conductor dapat terdiri atas:
a. ouerhead conductor rail
1. conductor rail profile; dan
2. trolley wire/ kawat kontak.
b. pemegang conductor rail/pull off/steadying equipment;
c. peralatan pemisah/sectioning device/section insulator;
d. conductor rail joint

e. sesuai dengan spesifikasi desain yang mengacu ke standar internasional atau


nasional tertentu.

 Fasilitas Penunjang

-Fungsi
fasilitas penunjang berfungsi untuk mendukung beroperasinya
peralatan transmisi tenaga listrik.
-Jenis
a. tiang/pole;
b. pole band;
c. batang penyangga/beam;
d. cantilever,
e. insulator;
f. temberang/guy wire; atau
g. sesuai dengan spesifikasi desain yang mengacu ke standar internasional atau
nasional tertentu.
 Proteksi

-Fungsi
proteksi berfungsi untuk melindungi peralatan transmisi tenaga
listrik dari tegangan dan arus lebih.
-Jenis
a. kawat pentanahan atas;
b. arrester,
c. sistem pentanahan; atau
d. sesuai dengan spesifikasi desain yang mengacu ke standar
internasional atau nasional tertentu.
-Persyaratan Penempatan
terletak di sepanjang jalur kereta api.
 Jaringan Distribusi Daya

-Fungsi
jaringan distribusi daya berfungsi untuk-penggerak peralatan listrik bagi sistem
persinyalan, telekomunikasi dan fasilitas penunjang yang lain.
-Jenis
jaringan distribusi daya dapat berupa:
a. OE wire]
b. kabel; atau
c. sesuai dengan spesifikasi desain yang mengacu ke standar internasional atau
nasional tertentu.

C. PENGUJIAN JEMBATAN & TEROWONGAN KA


Persyaratan Jembatan

 Persyaratan Sistem

a. Berdasarkan material untuk struktur jembatan, dibagi menjadi:

1. jembatan baja;
2. jembatan beton;
3. jembatan komposit.

b. Tipe jembatan baja secara umum dibagi empat kelompok


sebagaimana tersebut dalam Tabel 3-10:

Tabel 3-10 Tipe Jembatan Baja


Tipe Gelagar Rangka
Dinding Gelagar Dinding Rangka Dinding
Rasuk Gelagar Rasuk Rangka Rasuk

c. Tipe jembatan beton terdiri dari:

1. jembatan gelagar;
2. jembatan portal kaku;
3. jembatan busur.

d. Sistem jembatan harus memenuhi persyaratan berikut:

1. beban gandar;
2. lendutan;
3. stabilitas konstruksi; dan
4. ruang bebas.

 Persyaratan Komponen

a. Komponen jembatan terdiri dari:


1. Konstruksi jembatan bagian atas;
2. Konstruksi jembatan bagian bawah; dan
3. Konstruksi pelindung
b. Persyaratan untuk konstruksi jembatan bagian atas dan
bawah disesuaikan dengan material pembentuk
konstruksinya: baja, beton (bertulang dan prategang), dan
komposit;
c. Konstruksi jembatan bagian atas dengan material baja harus
memenuhi persyaratan berikut:
1. Tegangan (stress) dan tegangan lelah (fatigue) yang
timbul pada baja struktural lebih kecil daripada tegangan
yang diijinkan.
2. Tegangan (stress) yang timbul pada baut dan paku keling
/ sumbat (rivet) lebih kecil dari tegangan yang diijinkan.
3. Tegangan tarik material las minimal sama atau lebih besar
dari material yang disambung.
d. Konstruksi jembatan bagian atas dengan material beton
bertulang dan beton prategang paling sedikit harus
memenuhi persyaratan berikut:
1. Tegangan (stress) yang timbul pada beton lebih kecil
daripada tegangan yang diijinkan.
2. Material tumpuan atau perletakan (bearing) pada
abutment dan pilar dapat berupa elastomer polyetelin
atau bahan lainnya.
3. Persyaratan material untuk elastomer polyetelin harus
mengacu pada spe9ifikasi ASTM.
3. Material baja prestressed harus memenuhi persyaratan
ASTM.
4. Tegangan yang terjadi pada kawat prestressed harus
lebih kecil daripada tegangan yang diijinkan.

e. Konstruksi jembatan bagian atas dengan komposit paling


sedikit harus memenuhi persyaratan berikut:
1. Persyaratan beton pada jembatan komposit harus
mengikuti ketentuan yang ditetapkan pada jembatan
beton.
2. Persyaratan baja pada jembatan komposit harus
mengikuti ketentuan yang ditetapkan pada jembatan
baja.
3. Material tumpuan atau perletakan (bearing) pada
abutment dan pilar dapat berupa elastomer polyetelin
atau bahan lainnya. Persyaratan material untuk elastomer
polyetelin harus mengacu pada ASTM.
4. Konektor geser (shear connecto{ dapat berfungsi
sepenuhnya sebagai sarana pengikat material pembentuk
komposit menjadi satu kesatuan. Persyaratan material
untuk shear connector harus mengacu pada ASTM.

f. Konstruksi jembatan bagian bawah paling sedikit harus


memenuhi persyaratan berikut:
1. Kapasitas daya dukung tanah lebih besar dari beban yang
diterima dengan faktor keamanan a 2,5.
2. Tegangan (stress) yang timbul lebih kecil daripada
tegangan yang diijinkan.
3. Nilai standar unit penurunan yang merupakan rasio
penurunan terhadap gaya aksial dari struktur atas dan
struktur bawah jembatan, nilai maksimumnya harus
sesuai dengan sebagaimana dinyatakan ketentuan yang
berlaku.

g. Konstruksi pelindung jembatan meliputi:


1. pelindung abutment, pilar, tebing dari arus sungai;
2. pengarah arus;
3. pelindung tebing dari longsoran arah badan jalan.

h. Persyaratan untuk konstruksi pelindung jembatan


disesuaikan dengan material pembentuk konstruksinya,
dapat berupa baja, beton bertulang, beton prategang,
pasangan batu kali, bronjong, atau konstruksi lainnya.
2. Material tumpuan atau perletakan (bearing) pada
abutment dan pilar dapat berupa elastomer polyetelin
atau bahan lainnya.
3. Persyaratan material untuk elastomer po/yete/in harus
mengacu pada spesifikasi ASTM.
4. Material baja prestressed harus memenuhi persyaratan
ASTM.
5. Tegangan yang teqadi pada kawat prestressed harus
lebih kecil daripada tegangan yang diijinkan.

e. Konstruksi jembatan bagian atas dengan komposit paling


sedikit harus memenuhi persyaratan berikut:
1. Persyaratan beton pada jembatan komposit harus
mengikuti ketentuan yang ditetapkan pada jembatan
beton.
2. Persyaratan baja pada jembatan komposit harus
mengikuti ketentuan yang ditetapkan pada jembatan
baja.
3. Material tumpuan atau perletakan (bearing) pada
abutment dan pilar dapat berupa e/astomer polyetelin
atau bahan lainnya. Persyaratan material untuk elastomer
polyetelin harus mengacu pada ASTM.
4. Konektor geser (shear connector dapat berfungsi
sepenuhnya sebagai sarana pengikat material pembentuk
komposit menjadi satu kesatuan. Persyaratan material
untuk shear connector harus mengacu pada ASTM.

f. Konstruksi jembatan bagian bawah paling sedikit harus


memenuhi persyaratan berikut:
1. Kapasitas daya dukung tanah lebih besar dari beban yang
diterima dengan faktor keamanan z 2,5.
2. Tegangan (stress) yang timbul lebih kecil daripada
tegangan yang diijinkan.
3. Nilai standar unit penurunan yang merupakan rasio
penurunan terhadap gaya aksial dari struktur atas dan
struktur bawah jembatan, nilai maksimumnya harus
sesuai dengan sebagaimana dinyatakan ketentuan yang
berlaku.

g. Konstruksi pelindung jembatan meliputi:


1. pelindung abutment, pilar, tebing dari arus sungai;
2. pengarah arus;
3. pelindung tebing dari longsoran arah badan jalan.

h. Persyaratan untuk konstruksi pelindung jembatan


disesuaikan dengan material pembentuk konstruksinya,
dapat berupa baja, beton bertulang, beton prategang,
pasangan batu kali, bronjong, atau konstruksi lainnya.

i. Konstruksi pelindung jembatan harus memenuhi persyaratan


berikut:

1. Mampu melindungi abutment, pilar, dan tebing sungai


dari gerusan, benturan material bawaan arus sungai
(batu, batang kayu dan lain-lain).
2. Mampu mengarahkan arus untuk konstruksi pengarah arus.
3. Mampu melindungi abutment dari longsoran tebing
sungai untuk konstruksi pelindung tebing dari longsoran
arah badan jalan.

 Persyaratan Terowongan

 Persyaratan Sistem
a. Terowongan untuk kepentingan jalur kereta api terdiri dari
tiga jenis :
1. Terowongan pegunungan (mountain tunnel, yaitu
terowongan yang dibangun menembus daerah
pegunungan;
2. Terowongan perisai (shield tunne , yaitu terowongan
yang dibangun dengan menggunakan mesin perisai
(shield machine).
3. Terowongan gali timbun (cut and cover tunnel, yaitu
merupakan terowongan yang dibangun dengan metode
penggalian dari permukaan tanah hingga kedalaman
tertentu dengan menggunakan sistem penahan tanah
(earth retaining) dan ditimbun kembali setelah konstruksi
terowongan selesai dibangun.
b. Sistem terowongan harus memenuhi persyaratan berikut:
1. ruang bebas;
2. geometri;
3. beban gandar;
4. stabilitas konstruksi; dan
5. kedap air.
C. Ruang bebas dalam terowongan memperhitungkan jenis
sarana perkeretaapian yang dioperasikan dan sistem balas
(ballastec/} atau tanpa balas (unballastedj.
d. Dimensi terowongan ditentukan oleh ruang bebas ditambah
sekurang-kurangnya 100 mm untuk perawatan.
e. Geometri terowongan harus mempertimbangkan geometri
jalan rel dan drainase dengan kelandaian jalan rel dalam
terowongan sekurang-kurangnya 1.
f. Beban gandar kereta api sesuai dengan rencana sarana
perkeretaapian yang dioperasikan.
g. Konstruksi terowongan harus mempertimbangkan sekurang-
kurangnya beban-beban berikut:

1. beban tanah atau batuan di atasnya (overburden);


2. beban mati dan beban hidup;
3. beban akibat tekanan air;
4. beban gempa; dan
5. beban lainnya.

h. Stabilitas Konstruksi Terowongan


1. Stabilitas konstruksi terowongan untuk jenis terowongan
pegunungan harus didasarkan atas penyelidikan
sekurang- kurangnya sebagai berikut:
a) topografi;
b) geologi;
c) tanah;
d) hidrologi; dan
e) lingkungan.

2. Stabilitas konstruksi untuk jenis terowongan gali timbun


dan terowongan perisai harus didasarkan atas
penyelidikan sekurang-kurangnya sebagai berikut:
a) topografi;
b) geologi;
c) hidrologi;
d) tanah;
e) daerah amblesan;
f} udara berkadar oksigen rendah dan gas berbahaya; dan
g) lingkungan.

3. Dinding pelapis terowongan harus kedap air dan jika ada


kebocoran masih diijinkan dengan laju kebocoran
(leakage) tidak boleh melampaui 0,2 I/m*/hari.
 Persyaratan Komponen

 Terowongan Pegunungan
a. Komponen terowongan pegunungan terdiri dari:
1. portal;
2. beton tembak (shotcrete),’
3. baja penyangga (stee/ support},
4. baut batuan (rock boils;
5. dasar Terowongan (invert),
6. dinding, dan
7. fasilitas pendukung.

b. Portal dirancang dengan memperhitungkan keadaan tanah /


batuan, ukuran penampang melintang, lokasi, dampak
terhadap lingkungan dan metode konstruksi portal.

C. Beton tembak dirancang agar mampu berfungsi sebagai


penyangga dengan persyaratan berikut:
1. Dapat terikat dengan permukaan batuan/tanah dan
memiliki kekuatan lekat awal sehingga tidak terjatuh oleh
beratnya sendiri.
2. Dalam jangka panjang mampu mempertahankan
kekuatan (strength), ketahanan (durabiI'tty), kekedapan
air (water tightness) dan kelekatan (adherability) untuk
mempertahankan stabilitas terowongan.
3. Kuat tekan dasar beton tembak sekurang-kurangnya 18
N/mm2 (18 MPa) pada umur 28 hari dan kekuatan
sekurang- kurangnya 8 N/mm2 (8 MPa) pada umur 1
(satu) hari.

d. Baja penyangga (steel support) dirancang agar mampu


berfungsi sebagai penyangga dengan persyaratan berikut:
1. Mampu memikul batuan sekurang-kurangnya sebelum
beton tembak dapat bekerja secara optimal.
2. Baja penyangga (steel supporfj dilengkapi dengan kait
(bracing) penyangga yang menghubungkan penyangga
yang satu dengan lainnya.
3. Mutu material baja penyangga minimal setara SS 400
atau ASTM A709 grade 36.

e. Baut batuan harus dirancang agar mampu berfungsi sebagai


peyangga dengan persyaratan berikut:
1. Kekuatan penjangkaran baut batuan harus lebih besar
dari kekuatan tarik baut batuan itu sendiri.
2. Kekuatan baut batuan diperhitungkan berdasarkan
kebutuhan beban penyanggaan.
3. Baut batuan dilengkapi dengan pelat tumpu (bearing
plate) untuk menyalurkan gaya dari baut ke beton tembak
sehingga merupakan satu kesatuan penyangga.
4. Mutu baut batuan sekurang-kurangnya mempunyai
kekuatan tarik 200 kN atau spesifikasi ASTM.

f. Dasar terowongan (Invert) dirancang berdasarkan kekuatan


desain sekurang-kurangnya 18 N/mm2 (18 Mpa) pada umur
28 hari.

g. Dinding terowongan dirancang berdasarkan kekuatan desain


sekurang-kurangnya 18 N/mm2 (18 Mpa) pada umur 28 hari.
h. Fasilitas pendukung terowongan sekurang-kurangnya :
1. sistem sirkulasi udara;
2. jalan inspeksi/ruang penyelamatan.

 Terowongan Gali Timbun dan Perisai


a.Komponen terowongan gali timbun terdiri dari :

1. Lining;
2. Invert.

b.Fasilitas pendukung terowongan sekurang-kurangnya :


• jalan inspeksi / evakuasi;
• sistem sirkulasi udara;
• telepon darurat;
• peralatan informasi jenis tombol tekan (push
button);
• pendeteksi api (lire detecto{,
• peralatan alarm darurat;
• pemadam api;
• papan petunjuk evakuasi;
• Lampu penerangan.

Anda mungkin juga menyukai