BAB I
PENDAHULUAN
Selain itu kereta api merupakan moda transportasi dengan multi keunggulan
kompratif: hemat lahan dan energi, rendah polusi, bersifat massal, adaptif dengan
perubahan teknologi yang memasuki era kompetisi. Dengan tugas pokok dan
fungsi memobilisasi arus penumpang dan barang di atas jalan rel, maka ikut
berperan menunjang pertumbuhan ekonomi nasional. Secara ekonomis diharapkan
agar pembangunan dan pemeliharaan konstruksi tersebut dapat diselenggarakan
dengan biaya yang sekecil mungkin dimana masih memungkinkan terjaminnya
keamanan dan tingkat kenyamanan. Perencanaan konstruksi jalan rel dipengaruhi
oleh jumlah beban, kecepatan maksimum, beban gandar dan pola operasi. Atas
dasar ini diadakan klasifikasi jalan rel, sehingga perencanaan dapat dibuat secara
tepat guna.
Kelompok 1A
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
Rumusan masalah yang akan dikaji pada tugas ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana cara merancang sarana perkeretaapian?
2. Bagaimana cara merancang alinyemen jalan rel?
3. Bagaimana cara merancang komponen struktural jalan rel?
4. Bagaimana cara merancang emplasemen jalan rel?
5. Bagaimana cara menghitung volume pekerjaan galian dan timbunan?
6. Bagaimana cara merancang operasional kereta?
I.3. Tujuan
Kelompok 1A
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
Kelompok 1A
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
Kelompok 1A
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jalan rel adalah satu kesatuan konstruksi yang terbuat dari baja, beton, atau
konstruksi lainnya yang terletak di permukaan, di bawah dan di atas tanah atau
bergantung beserta pengikatnya yang mengarahkan jalannya kereta api. Jalan rel
direncanakan untuk melewatkan berbagai macam angkutan barang dan atau
penumpang dalam satu jangka waktu tertentu sesuai dengan klasifikasi jalur yang
telah ditentukan.
Kelompok 1A
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
1. Kecepatan Rencana
Kecepatan rencana adalah kecepatan yang digunakan untuk merencanakan
konstruksi pada jalan rel. Dalam perencanaan geometri jalan rel kecepatan
dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Untuk Perencanaan Struktur Jalan Rel
Vrencana=1,25 x Vmaks…………………………..…..(2.1)
b. Untuk Perencanaan Peninggian
Vrencana=C x
∑ ¿ Vi ………………………………....…(2.2)
∑¿
Keterangan
C = 1,25
¿ = Jumlah kereta api yang lewat
Vi = Kecepatan Operasi
c. Untuk Perencanaan Jari-Jari Lengkung Peralihan
Vrencana=Vmaks………................................................(2.3)
Kelompok 1A
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
2. Kecepatan Maksimum
Kecepatan maksimum adalah kecepatan tertinggi yang diizinkan untuk
operasi suatu rangkaian kereta pada lintas tertentu. Kecepatan maksimum
biasa dilakukan untuk mengejar keterlambatan yang terjadi akibat gangguan
di perjalanan.
3. Kecepatan Operasi
Kecepatan operasi adalah kecepatan rata-rata kereta api untuk menempuh
suatu jalur pada lintasan tertentu.
4. Kecepatan Komersial
Kecepatan komersial adalah kecepatan rata-rata kereta api yang didapat dari
hasil pembagian jarak tempuh dengan waktu tempuh pada lintasan tertentu.
5. Beban Gandar
Beban gandar adalah beban yang diterima oleh jalan rel dari satu gandar.
Beban gandar untuk lebar jalan rel 1067 mm pada semua kelas jalur
maksimum sebesar 18 ton. Beban gandar untuk lebar jalan rel 1435 mm
pada semua kelas jalur maksimum sebesar 22,5 ton.
Daya angkut lintas merupakan jumlah angkutan anggapan yang melewati suatu
lintas dalam jangka waktu satu tahun. Daya angkut mencerminkan jenis serta
jumlah beban total dan kecepatan kereta yang melewati lintas yang bersangkutan
dan sangat dibutuhkan dalam perencanaan perawatan suatu jalan rel.
Persamaannya adalah sebagai berikut:
T =360 x S x TE …………………………..……………..(2.4)
TE=Tp+ KbTb+ Ki Ti ……………………………...…(2.5)
Keterangan:
T = Daya angkut (ton/tahun)
TE = Tonase ekivalen (ton/hari)
Tp = Tonase penumpang dan kereta harian
Tb = Tonase barang dan gerbong harian
Kb = Koefisien yang besarnya tergantung kepada beban gandar (1,5
Kelompok 1A
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
untuk \beban gandar < 18 ton dan 1,3 untuk beban gandar >
18 ton).
Ki = Koefisien yang besarnya 1,4
Ti = Tonase lokomotif harian
S = Koefisien yang besarnya 1,1 untuk lintas dengan kereta
penumpang kecepatan minimum 120 km/jam.
Lebar sepur (gauge) dinyatakan sebagai jarak terkecil antara kedua sisi kepala rel,
diukur pada daerah 0-14 mm di bawah permukaan teratas kepala rel. besaran ini
berbanding lurus terhadap kestabilan dan kecepatan kereta api. Peraturan Menteri
No. 60 Tahun 2012 memberikan persyaratan teknis untuk jalan rel dalam dua
lebar sepur yakni 1067 mm dan 1435 mm.
Alinyemen horizontal adalah proyeksi sumbu jalan rel pada bidang horizontal,
alinyemen horizontal terdiri dari garis lurus dan lengkungan.
1. Lengkung Lingkaran
Lengkung lingkaran dibutuhkan jika terdapat dua bagian lurus yang
perpanjangnya saling membentuk sudut. Lengkung ini adalah salah satu cara
menyeimbangi gaya sentrifugal Ketika kereta melakukan manuver belok agar
tidak terlempar. Perencanaan lengkung lingkaran dapat dikombinasikan dengan
lengkung peralihan atau tidak sama sekali. Kecepatan rencana menjadi salah satu
pertimbangan dimensi lengkung seperti tertera di tabel berikut.
Kelompok 1A
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
Jari-jari Minimum
Jari-jari Maksimum Lengkung Lingaran Yang
Kecepatam Rencana
Lengkung Lingkaram Tanpa Diijinkan Dengan Lengkung
(km/ jam)
Lengkung Peralihan (m) Peralihan
(m)
120 2370 780
110 1990 660
100 1650 550
90 1330 440
80 1050 350
70 810 270
60 600 200
Sumber: Peraturan Dinas No. 10 Tahun 1986, Bab 2 Pasal 3
2. Lengkung Peralihan
Lengkung peralihan adalah suatu lengkung dengan jari-jari yang berubah
beraturan. Lengkung peralihan dipakai sebagai peralihan antara bagian yang lurus
dan bagian lingkaran dan sebagai peralihan antara dua jari-jari lingkaran yang
berbeda. Lengkung peralihan dipergunakan pada jari-jari lengkung yang relatif
kecil. Panjang minimum dari lengkung peralihan ditetapkan dengan rumus berikut
:
Lb=0,01hv …………………………………………...…..(2.6)
Lb = panjang minimal lengkung peralihan.
h = pertinggian relatif antara dua bagian yang dihubungkan (mm).
v = kecepatan rencana untuk lengkungan peralihan (km/jam).
3. Pelebaran Sepur
Pelebaran sepur dilakukan agar roda kendaraan rel dapat melewati lengkung tanpa
mengalami hambatan. Hal ini dicapai dengan menggeser rel dalam ke arah dalam.
Besar pelebaran sepur dipengaruhi oleh jari-jari tikungan yang dirancang dan
lebar sepur yang digunakan berikut:
Tabel II.3. Pelebaran Jalan Rel Lebar Sepur 1067 mm
Jari-jari Tikungan (m) Pelebaran (mm)
R > 600 0
550 < R ≤ 600 5
400 < R < 550 10
350 < R ≤ 400 15
100 < R ≤ 350 20
Sumber: Peraturan Dinas No. 10 Tahun 1986, Bab 2 Pasal 3
Kelompok 1A
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
Cara lain yang dapat ditempuh untuk mengurangi dampak gaya sentrifugal pada
kereta menikung di belokan adalah dengan melakukan peninggian rel. Besar
peninggian rel bergantung pada lebar sepur, jari-jari, dan kecepatan rencana
tikungan.
4. Peninggian Jalan Rel
Ada 3 macam peninggian, yaitu:
a. Peninggian maksimum
Berdasarkan stabilitas kereta api pada saat berhenti di bagian lengkung
kemiringan maksimum, dibatasi sampai 1% atau h maks = 110 mm
b. Peninggian minimum
Berdasarkan gaya maksimum yang mampu dipikul rel dan kenyamanan bagi
penumpang dalam kereta
(V rencana )2
h min =8,8 −53,5
R
c. Peninggian normal
Kondisi rel tidak ikut memikul gaya sentrifugal sepenuhnya diimbangi oleh
komponen gaya berat.
(V rencana )2
hnormal =5,95
R
Tabel II.5. Peninggian Jalan Rel 1067 mm
Jari-Jari Peninggian (mm) pas (km/hr)
Kelompok 1A
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
Kelompok 1A
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
Alinyemen vertikal adalah proyeksi sumbu jalan rel pada bidang vertikal. Lebih
spesifik lagi, alinyemen vertikal terdiri dari garis lurus, dengan atau tanpa
kelandaian, dan lengkung vertikal yang berupa busur lingkaran. Pada saat
perancangan tahap ini dibutuhkan data berupa data pengukuran tanah yang
mencakup elevasi trase.
1. Pengelompokan Lintas Berdasarkan Kelandaian
Berdasarkan pada kelandaian dari sumbu jalan rel dapat dibedakan atas 4 (empat)
kelompok sebagai berikut
Kelompok 1A
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
Kelompok 1A
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
4. Lengkung Vertikal
Lengkung vertikal merupakan proyeksi sumbu jalan rel pada bidang vertikal yang
melalui sumbu jalan rel. Besar jari-jari minimum lengkung vertikal bergantung
pada kecepatan rencana. Sebagaimana dinyatakan dalam tabel di bawah.
Tabel II.9. Jari-jari Minimum Lengkung Vertikal
Jari-jari minimum lengkung vertikal
Kecepatan Rencana (km/jam)
(m)
Lebih besar dari 100 8000
Sampai 100 6000
Sumber: Peraturan Menteri No. 60 Tahun 2012
Penampang melintang jalan rel didefinisikan sebagai potongan pada jalan rel,
dengan arah tegak lurus sumbu jalan rel, dimana terlihat bagian-bagian dan
ukuran-jalan rel dalam arah melintang. Potongan melintang jalur tunggal dan jalur
ganda secara umum dapat dilihat pada gambar berikut:
Kelompok 1A
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
Gambar II.3. Penampang Melintang Jalan Rel pada Bagian Lurus Jalur Tunggal
Gambar II.4. Penampang Melintang Jalan Rel pada Bagian Lengkung Jalur
Tunggal
Gambar II.5. Penampang Melintang Jalan Rel pada Bagian Lurus Jalur Ganda
Gambar II.6. Penampang Melintang Jalan Rel pada Bagian Lengkung Jalur
Ganda
Gambar di atas bervariasi terhadap kelas jalan rel yang dibuat. Poin tersebut
dirangkum dalam sebuah tabel di bawah ini.
Tabel II.10. Spesifikasi Dimensi Potongan Melintang
Kelompok 1A
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
Menurut KBBI, kereta api adalah sarana transportasi atau kendaraan umum yang
terdiri atas rangkaian gerbong dengan ditarik oleh lokomotif yang dijalankan
dengan tenaga uap atau listrik dan berjalan di atas rel. Berdasarkan Peraturan
Menteri Nomor 32 Tahun 2011, kereta api adalah sarana perkeretaapian dengan
tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan sarana
perkeretaapian lainnya yang akan ataupun sedang bergerak di jalan rel yang
terkait dengan perjalanan kereta api. Kereta api terdiri atas berbagai macam,
sebagai berikut:
1. Kereta api penumpang,
2. Kereta api barang,
3. Kereta api campuran,
4. Kereta api kerja, dan
5. Kereta api pertolongan.
Kelompok 1A
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
Perawatan jalan rel kereta api berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor
32 Tahun 2011, klasifikasi perawatan jalan rel dibedakan menjadi perawatan
harian, perawatan bulanan, dan perawatan tahunan dapat dilihat pada Tabel II.9.,
Tabel II.10., dan Tabel II.11. sebagai berikut:
Tabel 2.11. Perawatan Jalan Rel Kereta Api Harian
NO ITEM PERAWATAN ALAT FREKUENSl
1 Perawatan Geometri
a. Ruang Bebas Meteran 1 hari
b. Sambungan
- Pengencangan baut Kunci Inggris 1 harian
- Penggantian baut yang hilang Kunci Inggris 30 harian
- Pemeriksaan keretakan Ultrasonic 30 harian
2 Perawatan Komponen Jalan Rel
a. Sistem Penambat
- pengencangan penambat yang Penjguller / 7 harian
kendor hammer
- penggantian penambat hilang Penguller / 30 harian
hammer
Sumber: Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 32 Tahun 2011
Kelompok 1A
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
dan memperbaiki
plat sambung atas dan
bawah
b. Perawatan Wesel
- Alat Ukur Suhu, 12 bulanan
Lebar Jalan, Kerataan, Meteran, Alat Ukur
Kelurusan, Lengkung Vertikal,
Profil Rel, Alat
Ruang Bebas
Ultrasonic
c. Perawatan Bantalan Alat Ukur Lebar Jalan
KA,
- Listringan HTT, MTT, Dongkrak, 6 bulanan
Linggis
- Mengatur jarak bantalan dan 6 bulanan
siku-siku
3 Perawatan Drainase
- Pengerukan 6 bulanan
4 Perawatan Perlintaaan
a. Perlintasan Sebidang
Kelompok 1A
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
2.7. Balas
Kelompok 1A
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
Lapisan balas pada dasarnya adalah terusan dari lapisan tanah dasar, dan terletak
di daerah yang mengalami konsentrasi tegangan yang terbesar akibat lalu lintas
kereta pada jalan rel, oleh karena itu material pembentukanya harus sangat
terpilih. Fungsi utama balas adalah untuk meneruskan dan menyebarkan beban
bantalan dan meluluskan air sehingga tidak terjadi penggenangan air disekitar
bantalan dan rel. Kemiringan lereng lapisan balas atas tidak boleh lebih curam
dari 1:2. Bahan balas atas dihampar hingga mencapai sama dengan elevasi
bantalan.
2.8. Sub-balas
Lapisan balas dan sub-balas pada dasarnya adalah terusan dari lapisan tanah dasar
dan terletak di daerah yang mengalami konsentrasi tegangan yang terbesar akibat
lalu lintas kereta pada jalan rel. Material yang dipilih sebagai bahan konstruksi
balas dan sub-balas adalah material terpilih karena kekuatannya. Fungsi utama
balas dan sub-balas adalah:
1. Meneruskan dan menyebarkan beban bantalan ke tanah dasar.
2. Mengokohkan kedudukan bantalan.
3. Meluruskan air sehingga tidak terjadi penggenangan air di sekitar bantalan
rel.
Lapisan sub-balas berfungsi sebagai lapisan penyaring (filter) antara tanah dasar
dan lapisan balas dan harus dapat mengalirkan air dengan baik. Tebal minimum
lapisan sub-balas terdiri dari kerikil halus, kerikil sedang atau pasir kasar yang
memenuhi syarat.
2.9. Bantalan
Bantalan berfungsi untuk meneruskan beban kereta api dan berat konstruksi jalan
rel ke balas, mempertahankan lebar jalan rel ke balas, mempertahankan lebar jalan
rel dan stabilitas ke arah luar jalan rel. Bantalan dapat terbuat dari kayu, baja/besi,
dan beton. Pemilihan jenis bantalan didasarkan pada kelas dan kondisi lapangan
serta ketersediaan. Bantalan harus memenuhi persyaratan berikut:
1. Bantalan beton merupakan struktur prategang:
Kelompok 1A
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
a. 1435 mm dengan kuat tekan karakteristik beton tidak kurang dari 600
kg/cm2, dan mutu baja prategang dengan tegangan putus (tensile
strength) minimum sebesar 16.876 kg/cm2 (1655 MPa). Bantalan beton
harus mampu memikul momen minimum sesuai dengan desain beban
gandar dan kecepatan.
b. Dimensi bantalan beton untuk lebaran jalan rel 1435 mm adalah:
Panjang = 2.440 mm untuk beban gandar sampai dengan 22,5 ton
dan 2.740 mm untuk beban gandar di atas 22,5 ton.
Lebar maksimum = 330 mm
Tinggi maksimum = 220 mm
2. Bantalan kayu, harus memenuhi persyaratan kayu mutu A kelas 1 dengan
modulus elastisitas (E) minimum 125.000 kg/cm2. Harus mampu menahan
momen maksimum sebesar 80 kg/m, lentur absolut tidak boleh kurang dari 46
kg/cm2. Berat jenis kayu minimum= 0,9, kadar air maksimum 15% tanpa
mata kayu, retak tidak boleh sepanjang 230 mm dari ujung kayu.
3. Bantalan besi harus memiliki kandungan Carbon Manganese Steel Grade
900 A, pada bagian tengah bantalan maupun pada bagian bawah rel, mampu
menahan momen maksimum sebesar 650 kg/m, tegangan tarik 88-103 kg/m.
Elongation A1 > 10%.
Kelompok 1A