Anda di halaman 1dari 21

Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Transportasi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan


manusia. Terdapat hubungan erat antara transportasi dengan jangkauan dan lokasi
kegiatan manusia, barang-barang, dan jasa. Dalam kaitannya dengan kehidupan
dan kegiatan manusia, transportasi memiliki peranan yang signifikan dalam
aspek-aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan. Kereta api merupakan moda
transportasi darat berbasis jalan rel yang efisien dan efektif. Hal ini dibuktikan
dengan daya angkutnya baik berupa manusia maupun barang yang lebih besar
dibandingkan dengan moda transportasi darat lainnya.

Selain itu kereta api merupakan moda transportasi dengan multi keunggulan
kompratif: hemat lahan dan energi, rendah polusi, bersifat massal, adaptif dengan
perubahan teknologi yang memasuki era kompetisi. Dengan tugas pokok dan
fungsi memobilisasi arus penumpang dan barang di atas jalan rel, maka ikut
berperan menunjang pertumbuhan ekonomi nasional. Secara ekonomis diharapkan
agar pembangunan dan pemeliharaan konstruksi tersebut dapat diselenggarakan
dengan biaya yang sekecil mungkin dimana masih memungkinkan terjaminnya
keamanan dan tingkat kenyamanan. Perencanaan konstruksi jalan rel dipengaruhi
oleh jumlah beban, kecepatan maksimum, beban gandar dan pola operasi. Atas
dasar ini diadakan klasifikasi jalan rel, sehingga perencanaan dapat dibuat secara
tepat guna.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka sarana perkeretaapian sangat dibutuhkan


guna menunjang kegiatan manusia. Untuk itu, sarana perkeretaapian haruslah
dibangun sesuai dengan standar yang ada. Pada tugas ini akan dibahas bagaimana
cara merancang sarana perkeretaapian sesuai dengan standar yang ada.

Kelompok 1A
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel

I.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dikaji pada tugas ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana cara merancang sarana perkeretaapian?
2. Bagaimana cara merancang alinyemen jalan rel?
3. Bagaimana cara merancang komponen struktural jalan rel?
4. Bagaimana cara merancang emplasemen jalan rel?
5. Bagaimana cara menghitung volume pekerjaan galian dan timbunan?
6. Bagaimana cara merancang operasional kereta?

I.3. Tujuan

Tujuan dari pengerjaan tugas ini adalah sebagai berikut:


1. Untuk mengetahui bagaimana cara merancang sarana perkerataapian
2. Untuk mengetahui bagaimana cara merancang alinyemen jalan rel
3. Untuk mengetahui bagaimana cara merancang komponen struktural jalan rel
4. Untuk mengetahui bagaimana cara merancang emplasemen jalan rel
5. Untuk menghitung volume pekerjaan galian dan timbunan
6. Untuk merancang operasional kereta

I.4. Ruang Lingkup

Ruang lingkup kegiatan yang harus dilakukan masing-masing kelompok dalam


tugas besar ini mencakup:
1. Perancangan Sarana Perkeretaapian:
a. Penentuan rolling stock beserta spesifikasi teknisnya untuk mengangkut
penumpang (kereta) dan barang (gerbong).
b. Perhitungan beban tonase untuk kereta penumpang, kereta barang, dan
lokomotif.
c. Perhitungan daya angkut lintas
d. Penentuan kelas jalan rel yang akan dirancang
2. Perancangan Alinyemen Jalan Rel:
a. Penentuan titik penting, perhitungan koordinat berdasarkan pada peta
kontur yang akan diberikan.

Kelompok 1A
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel

b. Perancangan alinyemen horizontal dengan minimal 2 tikungan


horizontal yang mencakup jari-jari minimum, elemen tikungan,
pelebaran pada lengkung, stationing, dan diagram peninggian.
c. Perancangan alinyemen vertikal dengan minimal satu lengkung yang
mencakup landai penentu, jari-jari lengkung vertikal, dan komponen
lengkung vertikal.
3. Perancangan Komponen Struktural Jalan Rel:
a. Perancangan komponen struktural berdasarkan kelas jalan rel,
mencakup tebal bantalan, balas, sub-balas, dan kemiringan badan jalan
rel.
b. Gambar potongan melintang tipikal struktur jalan rel berdasarkan hasil
perhitungan.
4. Perancangan Emplasemen Jalan Rel:
a. Perhitungan panjang siding track.
b. Perancangan wesel.
c. Perancangan peron.
5. Perhitungan Volume Galian dan Timbunan:
a. Perhitungan volume galian timbunan dibangkitkan secara otomatis oleh
perangkat pemodelan dan mencakup volume galian timbunan di setiap
rentang stasion dan kumulatif untuk sepanjang trase jalan rel.
6. Perancangan Operasional Kereta:
a. Penggambaran profil kecepatan stasioning terhadap kecepatan rencana
kereta
b. Analisis waktu tempuh, kapasitas lintas, headway, dan frekuensi kereta
c. Penjadwalan kereta dalam Grafik Perjalanan Kereta (Gapeka)

Kelompok 1A
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel

I.5. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam penyusunan laporan, maka sistematika penulisan


dapat disajikan dalam 10 (sepuluh) bab, yang tersusun sebagai berikut:
1. BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini, dijelaskan secara singkat latar belakang, perumusan masalah,
tujuan serta ruang lingkup dan juga sistematika penulisan tugas akhir.
2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini menjelaskan tentang dasar teori yang digunakan
sebagai acuan pengerjaan tugas.
3. BAB III PERANCANGAN SARANA PERKERETAAPIAN
Pada bab ini menghitung beban tonase barang dan penumpang.
4. BAB IV PERANCANGAN ALINYEMEN JALAN REL
Pada bab ini merancang alinyemen jalan rel menentukan titik PI, sudut
tikungan, dan koordinat.
5. BAB V PERANCANGAN KOMPONEN STRUKTURAL JALAN REL
Pada bab ini merancang dimensi rel ,analisis total bantalan, dan
menganalisis kemiringan talud.
6. BAB VI PERANCANGAN EMPLASEMEN JALAN REL
Pada bab ini menghitung panjang emplasemen, perancangan wesel,
perancangan peron.
7. BAB VII PERHITUNGAN VOLUME GALIAN DAN TIMBUNAN
Pada bab ini menghitung stasionering elevasi permukaan tanah asli, luas
area pada tiap segmen, volume galian dan timbunan
8. BAB VIII PERANCANGAN OPERASIONAL KERETA API
Pada bab ini menggambar profil kecepatan, menganalisis waktu tempuh,
kapasitas lintas, dan frekuensi.
9. BAB IX PENUTUP
Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran.

Kelompok 1A
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perencanaan Jalan Rel

Jalan rel adalah satu kesatuan konstruksi yang terbuat dari baja, beton, atau
konstruksi lainnya yang terletak di permukaan, di bawah dan di atas tanah atau
bergantung beserta pengikatnya yang mengarahkan jalannya kereta api. Jalan rel
direncanakan untuk melewatkan berbagai macam angkutan barang dan atau
penumpang dalam satu jangka waktu tertentu sesuai dengan klasifikasi jalur yang
telah ditentukan.

Perencanaan jalan rel memiliki aspek-aspek yang harus diperhatikan agar


perencanaan tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara teknis maupun
ekonomis. Secara teknis hasil perencanaan konstruksi jalan rel harus dapat dilalui
fungsi jalan rel selama umur konstruksinya. Sedangkan secara ekonomis,
pembiayaan dimulai dari pembangunan sampai pemeliharaan konstruksi jalan rel
dilakukan seefisien mungkin dengan hasil perencanaan kualitas terbaik tanpa
harus menghilangkan dan menjamin tingkat keamanan dan kenyamanan
konstruksi jalan rel.

2.2. Kelas Jalan Rel

Kelas jalan rel merupakan suatu klasifikasi yang mempengaruhi ketentuan-


ketentuan yang akan digunakan pada jalan rel, misalnya kecepatan maksimum,
beban gandar, tipe rel, dan lain-lain. Kelas jalan rel diatur dalam Peraturan
Menteri Perhubungan No. 60 tahun 2012 tentang Persyaratan Teknis Jalur Kereta
Api.

Kelompok 1A
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel

Tabel II.1. Lebar Jalan Rel 1067 mm


Jenis Tebal Balas Lebar Bahu
Kelas Daya v Jenis atas
Jalan Angkut maks maks Bantalan Balas
Tipe Rel Penambat (cm)
Lintas (km/ (ton) Jarak antar sumbu (cm)
(ton/tahun) Jam) bantalan (cm)
I Beton Elastis Ganda
> 20.106 120 18 R.60/ 30 60
60
R.54
10.106 Beton/Kayu Elastis Ganda
II 110 18 R.54/ 30 50
- 60
20.106 R.50
Beton/ Elastis Ganda
III 5.106 - 10.106 100 18 R.54/ Kayu/Baja 30 40
R.50/
R.42 60
R.54/ Beton/ Elastis Ganda
IV <2.5.106 - 90 18 R.50/ Kayu/Baja 30 40
5.106
R.42
60
Kayu/Baja
V <2.5.106 80 18 R.42 Elastis Ganda 25 35
60
Sumber: Peraturan Mentri Perhubungan No. 60 Tahun 2012

2.3. Kecepatan dan Beban Gandar

1. Kecepatan Rencana
Kecepatan rencana adalah kecepatan yang digunakan untuk merencanakan
konstruksi pada jalan rel. Dalam perencanaan geometri jalan rel kecepatan
dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Untuk Perencanaan Struktur Jalan Rel
Vrencana=1,25 x Vmaks…………………………..…..(2.1)
b. Untuk Perencanaan Peninggian

Vrencana=C x
∑ ¿ Vi ………………………………....…(2.2)
∑¿
Keterangan
C = 1,25
¿ = Jumlah kereta api yang lewat
Vi = Kecepatan Operasi
c. Untuk Perencanaan Jari-Jari Lengkung Peralihan
Vrencana=Vmaks………................................................(2.3)

Kelompok 1A
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel

2. Kecepatan Maksimum
Kecepatan maksimum adalah kecepatan tertinggi yang diizinkan untuk
operasi suatu rangkaian kereta pada lintas tertentu. Kecepatan maksimum
biasa dilakukan untuk mengejar keterlambatan yang terjadi akibat gangguan
di perjalanan.
3. Kecepatan Operasi
Kecepatan operasi adalah kecepatan rata-rata kereta api untuk menempuh
suatu jalur pada lintasan tertentu.
4. Kecepatan Komersial
Kecepatan komersial adalah kecepatan rata-rata kereta api yang didapat dari
hasil pembagian jarak tempuh dengan waktu tempuh pada lintasan tertentu.
5. Beban Gandar
Beban gandar adalah beban yang diterima oleh jalan rel dari satu gandar.
Beban gandar untuk lebar jalan rel 1067 mm pada semua kelas jalur
maksimum sebesar 18 ton. Beban gandar untuk lebar jalan rel 1435 mm
pada semua kelas jalur maksimum sebesar 22,5 ton.

2.4. Daya Angkut Lintas Jalan Rel

Daya angkut lintas merupakan jumlah angkutan anggapan yang melewati suatu
lintas dalam jangka waktu satu tahun. Daya angkut mencerminkan jenis serta
jumlah beban total dan kecepatan kereta yang melewati lintas yang bersangkutan
dan sangat dibutuhkan dalam perencanaan perawatan suatu jalan rel.
Persamaannya adalah sebagai berikut:
T =360 x S x TE …………………………..……………..(2.4)
TE=Tp+ KbTb+ Ki Ti ……………………………...…(2.5)
Keterangan:
T = Daya angkut (ton/tahun)
TE = Tonase ekivalen (ton/hari)
Tp = Tonase penumpang dan kereta harian
Tb = Tonase barang dan gerbong harian
Kb = Koefisien yang besarnya tergantung kepada beban gandar (1,5

Kelompok 1A
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel

untuk \beban gandar < 18 ton dan 1,3 untuk beban gandar >
18 ton).
Ki = Koefisien yang besarnya 1,4
Ti = Tonase lokomotif harian
S = Koefisien yang besarnya 1,1 untuk lintas dengan kereta
penumpang kecepatan minimum 120 km/jam.

2.5. Perencanaan Geometri Jalan Rel

2.5.1. Lebar Sepur

Lebar sepur (gauge) dinyatakan sebagai jarak terkecil antara kedua sisi kepala rel,
diukur pada daerah 0-14 mm di bawah permukaan teratas kepala rel. besaran ini
berbanding lurus terhadap kestabilan dan kecepatan kereta api. Peraturan Menteri
No. 60 Tahun 2012 memberikan persyaratan teknis untuk jalan rel dalam dua
lebar sepur yakni 1067 mm dan 1435 mm.

2.5.2. Alinyemen Horizontal

Alinyemen horizontal adalah proyeksi sumbu jalan rel pada bidang horizontal,
alinyemen horizontal terdiri dari garis lurus dan lengkungan.
1. Lengkung Lingkaran
Lengkung lingkaran dibutuhkan jika terdapat dua bagian lurus yang
perpanjangnya saling membentuk sudut. Lengkung ini adalah salah satu cara
menyeimbangi gaya sentrifugal Ketika kereta melakukan manuver belok agar
tidak terlempar. Perencanaan lengkung lingkaran dapat dikombinasikan dengan
lengkung peralihan atau tidak sama sekali. Kecepatan rencana menjadi salah satu
pertimbangan dimensi lengkung seperti tertera di tabel berikut.

Tabel II.2. Persyaratan Perencanaan Lengkungan.


Jari-jari Minimum
Jari-jari Maksimum Lengkung Lingaran Yang
Kecepatam Rencana
Lengkung Lingkaram Tanpa Diijinkan Dengan Lengkung
(km/ jam)
Lengkung Peralihan (m) Peralihan
(m)
120 2370 780
110 1990 660

Kelompok 1A
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel

Jari-jari Minimum
Jari-jari Maksimum Lengkung Lingaran Yang
Kecepatam Rencana
Lengkung Lingkaram Tanpa Diijinkan Dengan Lengkung
(km/ jam)
Lengkung Peralihan (m) Peralihan
(m)
120 2370 780
110 1990 660
100 1650 550
90 1330 440
80 1050 350
70 810 270
60 600 200
Sumber: Peraturan Dinas No. 10 Tahun 1986, Bab 2 Pasal 3

2. Lengkung Peralihan
Lengkung peralihan adalah suatu lengkung dengan jari-jari yang berubah
beraturan. Lengkung peralihan dipakai sebagai peralihan antara bagian yang lurus
dan bagian lingkaran dan sebagai peralihan antara dua jari-jari lingkaran yang
berbeda. Lengkung peralihan dipergunakan pada jari-jari lengkung yang relatif
kecil. Panjang minimum dari lengkung peralihan ditetapkan dengan rumus berikut
:
Lb=0,01hv …………………………………………...…..(2.6)
Lb = panjang minimal lengkung peralihan.
h = pertinggian relatif antara dua bagian yang dihubungkan (mm).
v = kecepatan rencana untuk lengkungan peralihan (km/jam).
3. Pelebaran Sepur
Pelebaran sepur dilakukan agar roda kendaraan rel dapat melewati lengkung tanpa
mengalami hambatan. Hal ini dicapai dengan menggeser rel dalam ke arah dalam.
Besar pelebaran sepur dipengaruhi oleh jari-jari tikungan yang dirancang dan
lebar sepur yang digunakan berikut:
Tabel II.3. Pelebaran Jalan Rel Lebar Sepur 1067 mm
Jari-jari Tikungan (m) Pelebaran (mm)
R > 600 0
550 < R ≤ 600 5
400 < R < 550 10
350 < R ≤ 400 15
100 < R ≤ 350 20
Sumber: Peraturan Dinas No. 10 Tahun 1986, Bab 2 Pasal 3

Kelompok 1A
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel

Tabel II.4. Pelebaran Jalan Rel Lebar Sepur 1435 mm


Jari-jari Tikungan (m) Pelebaran (mm)
R > 400 0
350 < R ≤ 400 5
300 < R ≤ 350 10
250 < R ≤ 300 15
R ≤ 250 20
Sumber: Peraturan Dinas No. 10 Tahun 1986, Bab 2 Pasal 3

Cara lain yang dapat ditempuh untuk mengurangi dampak gaya sentrifugal pada
kereta menikung di belokan adalah dengan melakukan peninggian rel. Besar
peninggian rel bergantung pada lebar sepur, jari-jari, dan kecepatan rencana
tikungan.
4. Peninggian Jalan Rel
Ada 3 macam peninggian, yaitu:
a. Peninggian maksimum
Berdasarkan stabilitas kereta api pada saat berhenti di bagian lengkung
kemiringan maksimum, dibatasi sampai 1% atau h maks = 110 mm
b. Peninggian minimum
Berdasarkan gaya maksimum yang mampu dipikul rel dan kenyamanan bagi
penumpang dalam kereta
(V rencana )2
h min =8,8 −53,5
R
c. Peninggian normal
Kondisi rel tidak ikut memikul gaya sentrifugal sepenuhnya diimbangi oleh
komponen gaya berat.
(V rencana )2
hnormal =5,95
R
Tabel II.5. Peninggian Jalan Rel 1067 mm
Jari-Jari Peninggian (mm) pas (km/hr)

120 110 100 90 80 70 60


(m)
100
150 ---
200 110
250 --- 90
300 --- 100 75
350 110 85 65

Kelompok 1A
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel

Jari-Jari Peninggian (mm) pas (km/hr)


120 110 100 90 80 70 60
(m)
400 --- 100 75 55
450 110 85 65 50
500 --- 100 80 60 45
550 110 90 70 55 40
600 100 85 65 50 40
650 --- 95 75 60 50 35
700 105 85 70 55 45 35
750 --- 100 80 65 55 40 30
800 110 90 75 65 50 40 30
850 105 85 70 60 45 35 30
900 100 80 70 55 45 35 25
950 95 80 65 55 45 35 25
1000 90 75 60 50 40 30 25
1100 80 70 55 45 35 30 20
1200 75 60 55 45 35 25 20
1300 70 60 50 40 30 25 20
1400 65 55 45 35 30 25 20
1500 60 50 40 35 30 20 15
1600 55 45 40 35 25 20 15
1700 55 45 35 30 25 20 15
1800 50 40 35 30 25 20 15
1900 50 40 35 30 25 20 15
2000 45 40 30 25 20 15 15
2500 35 30 25 20 20 15 10
3000 30 25 20 20 15 10 10
3500 25 25 20 15 15 10 10
4000 25 20 15 15 10 10 10
Sumber: Peraturan Dinas No. 10 Tahun 1986, Bab 2 Pasal 3

Tabel II.6. Peninggian Jalan Rel 1435 mm


Jari-Jari Peninggian (mm) pas (km/hr)

120 110 100 90 80 70 60


(m)
100
150 ---
200 150
250 --- 120
300 --- 135 100
350 110 115 85
400 --- 100 100 75
450 110 85 90 65

Kelompok 1A
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel

Jari-Jari Peninggian (mm) pas (km/hr)


120 110 100 90 80 70 60
(m)
500 --- 100 80 80 60
550 110 90 70 75 55
600 100 85 65 70 50
650 --- 95 75 60 65 45
700 105 85 70 55 60 45
750 --- 100 80 65 55 55 40
800 110 90 75 65 50 50 40
850 105 85 70 60 45 50 35
900 100 80 70 55 45 35 35
950 95 80 65 55 45 35 35
1000 90 75 60 50 40 30 30
1100 80 70 55 45 35 30 30
1200 75 60 55 45 35 25 25
1300 70 60 50 40 30 25 25
1400 65 55 45 35 30 25 25
1500 60 50 40 35 30 20 20
1600 55 45 40 35 25 20 20
1700 55 45 35 30 25 20 20
1800 50 40 35 30 25 20 20
1900 50 40 35 30 25 20 20
2000 45 40 30 25 20 15 15
2500 35 30 25 20 20 15 15
3000 30 25 20 20 15 10 10
3500 25 25 20 15 15 10 10
4000 25 20 15 15 10 10 10
Sumber: Peraturan Dinas No. 10 Tahun 1986, Bab 2 Pasal 3

2.5.3. Alinyemen Vertikal

Alinyemen vertikal adalah proyeksi sumbu jalan rel pada bidang vertikal. Lebih
spesifik lagi, alinyemen vertikal terdiri dari garis lurus, dengan atau tanpa
kelandaian, dan lengkung vertikal yang berupa busur lingkaran. Pada saat
perancangan tahap ini dibutuhkan data berupa data pengukuran tanah yang
mencakup elevasi trase.
1. Pengelompokan Lintas Berdasarkan Kelandaian
Berdasarkan pada kelandaian dari sumbu jalan rel dapat dibedakan atas 4 (empat)
kelompok sebagai berikut

Kelompok 1A
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel

Tabel II.7. Pengelompokan Lintas Berdasarkan pada Kelandaian


Kelompok Kelandaian
Emplasemen 0 sampai 1,5 ‰
Lintas datar 0 sampai 10 ‰
Lintas pegunungan 10 ‰ sampai 40 ‰
Lintas dengan rel gigi 40 ‰ sampai 80 ‰
Sumber: Peraturan Dinas No. 10 Tahun 1986, Bab 2 Pasal 4
2. Landai Penentu
Lantai penentu adalah suatu kelandaian (pendakian) yang terbesar yang ada pada
suatu lintas lurus. Besar landau penentu terutama berpengaruh pada kombinasi
daya tarik lok dan rangkaian yang dioperasikan. Nilai maksimum landau penentu
dipengaruhi oleh kelas jalan rel seperti tercantum pada tabel berikut.
Tabel II.8. Landai Penentu Maksimum
Kelas jalan rel Landai penentu
1 10 ‰
2 10 ‰
3 20 ‰
4 25 ‰
5 25 ‰
Sumber: Peraturan Dinas No. 10 Tahun 1986, Bab 2 Pasal 4

Kelandaian maksimum yang diizinkan dalam sebuah emplasemen adalah 1,5%.


Lengkung vertikal menghubungkan dua garis lurus yang berguna agar kereta
dapat melewati perubahan kelandaian secara bertahap dan tidak tersangkut di
jalannya. Besar jari-jari minimum dari lengkung vertikal dipengaruhi besar
kecepatan rencananya.
3. Landai Curam
Dalam keadaan yang memaksa kelandaian (Pendakian) dari lintas lurus dapat
melebihi landai penentu. Kelandaian ini disebut landai curam; panjang maksimum
landai curam dapat ditentukan melalui rumus pendekatan sebagai berikut :
va 2−vb 2
t= ………………………………………….……..(2.8)
2 g Sk−Sm
Keterangan:
t = Panjang maksimum landai curam (m)
va = Kecepatan minimum yang diizinkan dikaki landai curam m/detik
vb = Kecepatan minimum dipuncak landai curam (m/detik) vb ≥ ½ va
g = Percepatan gravitasi

Kelompok 1A
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel

Sk = Besar landai curam ( % )


Sm = Besar landai penentu ( % )

4. Lengkung Vertikal
Lengkung vertikal merupakan proyeksi sumbu jalan rel pada bidang vertikal yang
melalui sumbu jalan rel. Besar jari-jari minimum lengkung vertikal bergantung
pada kecepatan rencana. Sebagaimana dinyatakan dalam tabel di bawah.
Tabel II.9. Jari-jari Minimum Lengkung Vertikal
Jari-jari minimum lengkung vertikal
Kecepatan Rencana (km/jam)
(m)
Lebih besar dari 100 8000
Sampai 100 6000
Sumber: Peraturan Menteri No. 60 Tahun 2012

Pengukuran lengkung vertikal dilakukan pada titik awal peralihan kelandaian.


Dua lengkung vertikal yang berdekatan harus memiliki transisi lurusan sekurang-
kurangnya sepanjang 20 m.

2.5.4. Penampang Melintang

Penampang melintang jalan rel didefinisikan sebagai potongan pada jalan rel,
dengan arah tegak lurus sumbu jalan rel, dimana terlihat bagian-bagian dan
ukuran-jalan rel dalam arah melintang. Potongan melintang jalur tunggal dan jalur
ganda secara umum dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar II.1. Peninggian Elevasi Rel pada Lengkung Jalur Tunggal

Gambar II.2. Peninggian Elevasi Rel pada Lengkung Jalur Ganda

Kelompok 1A
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel

Gambar II.3. Penampang Melintang Jalan Rel pada Bagian Lurus Jalur Tunggal

Gambar II.4. Penampang Melintang Jalan Rel pada Bagian Lengkung Jalur
Tunggal

Gambar II.5. Penampang Melintang Jalan Rel pada Bagian Lurus Jalur Ganda

Gambar II.6. Penampang Melintang Jalan Rel pada Bagian Lengkung Jalur
Ganda

Gambar di atas bervariasi terhadap kelas jalan rel yang dibuat. Poin tersebut
dirangkum dalam sebuah tabel di bawah ini.
Tabel II.10. Spesifikasi Dimensi Potongan Melintang

Kelompok 1A
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel

Kelas Jalan Vmax d1 b c k1 d2 e k2 a


Rel (km/jam) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
1st 120 30 150 235 265-315 15-50 25 375 185-237

2nd 110 30 150 254 265-315 15-50 25 375 185-237

3rd 100 30 140 244 240-270 15-50 22 325 170-200

4th 90 25 140 234 240-250 15-35 20 300 170-190

4th s 80 25 135 211 240-250 15-35 20 300 170-190


Sumber: Peraturan Dinas No. 10 Tahun 1986, Bab 2 Pasal 7

2.6. Kereta Api

Menurut KBBI, kereta api adalah sarana transportasi atau kendaraan umum yang
terdiri atas rangkaian gerbong dengan ditarik oleh lokomotif yang dijalankan
dengan tenaga uap atau listrik dan berjalan di atas rel. Berdasarkan Peraturan
Menteri Nomor 32 Tahun 2011, kereta api adalah sarana perkeretaapian dengan
tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan sarana
perkeretaapian lainnya yang akan ataupun sedang bergerak di jalan rel yang
terkait dengan perjalanan kereta api. Kereta api terdiri atas berbagai macam,
sebagai berikut:
1. Kereta api penumpang,
2. Kereta api barang,
3. Kereta api campuran,
4. Kereta api kerja, dan
5. Kereta api pertolongan.

Menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 2007, perkeretaapian sebagai salah


satu moda transportasi memiliki karakteristik dan keunggulan khusus terutama
dalam kemampuannya untuk mengangkut, baik orang maupun barang secara
massal, menghemat energi, menghemat penggunaan ruang, mempunyai faktor
keamanan yang tinggi, memiliki tingkat pencemaran yang rendah, serta lebih
efisien dibandingkan dengan moda transportasi jalan untuk angkutan jarak jauh
dan untuk daerah yang padat lalu lintasnya, seperti angkutan perkotaan. Dan
menurut jenisnya, kereta api terdiri dari:

Kelompok 1A
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel

1. Kereta api kecepatan normal,


2. Kereta api kecepatan tinggi,
3. Kereta api monorel,
4. Kereta api motor induksi linear,
5. Kereta api gerak udara,
6. Kereta api levitasi magnetik,
7. Trem, dan
8. Kereta gantung.

Perawatan jalan rel kereta api berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor
32 Tahun 2011, klasifikasi perawatan jalan rel dibedakan menjadi perawatan
harian, perawatan bulanan, dan perawatan tahunan dapat dilihat pada Tabel II.9.,
Tabel II.10., dan Tabel II.11. sebagai berikut:
Tabel 2.11. Perawatan Jalan Rel Kereta Api Harian
NO ITEM PERAWATAN ALAT FREKUENSl

1 Perawatan Geometri
a. Ruang Bebas Meteran 1 hari
b. Sambungan
- Pengencangan baut Kunci Inggris 1 harian
- Penggantian baut yang hilang Kunci Inggris 30 harian
- Pemeriksaan keretakan Ultrasonic 30 harian
2 Perawatan Komponen Jalan Rel
a. Sistem Penambat
- pengencangan penambat yang Penjguller / 7 harian
kendor hammer
- penggantian penambat hilang Penguller / 30 harian
hammer
Sumber: Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 32 Tahun 2011

Tabel 2.12. Perawatan Jalan Rel Kereta Api Bulanan


PERAWATAN BULANAN JALAN REL
NO ITEM PERAWATAN ALAT FREKUENSI
1 Perawatan Geometri
a. Ruang bebas Meteran 1 bulanan
b. Kelurusan dan kerataan Water Pass, Alat Ukur
Jalan rel Kelurusan, Theodolit,
- Lebar Jalan, Kerataan, HTT, MTT, Dongkrak, 3 bulanan
Kelurusan, Linggis, Alat
Lengkung Vertikal, Ruang Ultrasonic, Kereta
Bebas, Skilu, angkutan balas/rel,
crane, Kereta Ukur,
Alat Komunikasi
c. Sambungan
- Pemecokan, Angkatan, 6 bulanan
Listringan, Kunci Inggris, Ultrasonic,
Kerataan, Kelurusan, He, Meteran, MTT,
- Membuka, Mengukur aus Dongkrak 6 bulanan

Kelompok 1A
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel

dan memperbaiki
plat sambung atas dan
bawah

d. Lebar Jalan KA Alat Ukur Lebar Jalan


KA,
- Listringan HTT, MTT, Dongkrak. 6 bulanan
e. Lengkung Water Pass, Alat Ukur
Kelurusan, Theodolit,
HTT, MTT, Dongkrak,
Linggis,
Kereta Ukur, Alat
Komunikasi

- Lebar Jalan, Kerataan, 3 bulanan


Kelurusan,
Lengkung Vertikal, Ruang
Bebas
2 Perawatan Komponen Jalan
Rel
a. Perawatan Rel
Alat Ukur Suhu,
- Penggerindaan, Kelurusan Meteran, Alat Ukur 12 bulanan
Profil Rel, Alat
Ultrasonic

b. Perawatan Wesel
- Alat Ukur Suhu, 12 bulanan
Lebar Jalan, Kerataan, Meteran, Alat Ukur
Kelurusan, Lengkung Vertikal,
Profil Rel, Alat
Ruang Bebas
Ultrasonic
c. Perawatan Bantalan Alat Ukur Lebar Jalan
KA,
- Listringan HTT, MTT, Dongkrak, 6 bulanan
Linggis
- Mengatur jarak bantalan dan 6 bulanan
siku-siku

d. Perawatan Ballas Water Pass, Alat Ukur


Kelurusan, Theodolit,
HTT, MTT, Dongkrak,
- Pemecokan, Linggis, Kereta Ukur, 6 bulanan
Alat Komunikasi,VDM
- Melengkapi profil balas 6 bulanan

e. Perawatan Sistem Penambat Penpuller / hammer 3 bulanan

3 Perawatan Drainase
- Pengerukan 6 bulanan

4 Perawatan Perlintaaan

a. Perlintasan Sebidang

- konstruksi perlintasan, balas, Water Pass, Alat Ukur 6 bulanan


drainase, Kelurusan,
angkatan, listringan, Theodolit, HTT,
pemecokan Dongkrak, Linggis,
Kereta Ukur, Alat
Komunikasi

Kelompok 1A
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel

Sumber: Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 32 Tahun 2011

Tabel II.13. Perawatan Jalan Rel Kereta Api Tahunan


PERAWATAN TAHUNAN JALAN REL
NO ITEM PERAWATAN ALAT FREKUENSI

1 Perawatan Komponen Jalan Rel


a. Perawatan Bantalan
- Penggantian bantalan PBR, VDM, Water Pass, 30 tahun
Alat
Ukur Kelurusan, Theodolit,
HTT, MTT, Dongkrak,
Linggis, Alat Ultrasonic,
Kereta angkutan balas/rel,
Crane
2 Perawatan Ballas
- Pembersihan Balas 15 tahun
Alat Pencuci Balas, PBR,
VDM, Water Pass, Alat
Ukur Kelurusan,
Theodolit, HTT, MTT,
Dongkrak,
Linggis, Alat Ultrasonic,
Kereta angkutan balas/rel,
Crane
3 Perawatan Rel
- Penggerindaan Rel Alat gerinda 5 tahun
- Penggantian Rel Alat angkut rel, Alat 30 tahun
pasang
penambat
4 Perawatan Badan Jalan
Perawatan Counter Weight
a
Perawatan Material 50 tahun
b. Perawatan Dinding Penahan
Tanah
Perawatan stabilitas 50 tahun
c Perawatan Proteksi Badan Jalan
Perawatan konstruksi proteksi 50 tahun
d. Perawatan Konstruksi Badan
Jalan
Perawatan Stabilitas 50 tahun
5 Perawatan Lingkungan
Perawatan Kondisi Hidrologi
a sekitar
Perawatan aliran hidrologi 25 tahun
b. Perawatan Kondisi Hidrolika
sekitar
Perawatan hidrolika 5 tahun
Perawatan konstruksi lain
c
Perawatan kondisi konstruksi 25 tahun

Sumber: Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 32 Tahun

2.7. Balas

Kelompok 1A
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel

Lapisan balas pada dasarnya adalah terusan dari lapisan tanah dasar, dan terletak
di daerah yang mengalami konsentrasi tegangan yang terbesar akibat lalu lintas
kereta pada jalan rel, oleh karena itu material pembentukanya harus sangat
terpilih. Fungsi utama balas adalah untuk meneruskan dan menyebarkan beban
bantalan dan meluluskan air sehingga tidak terjadi penggenangan air disekitar
bantalan dan rel. Kemiringan lereng lapisan balas atas tidak boleh lebih curam
dari 1:2. Bahan balas atas dihampar hingga mencapai sama dengan elevasi
bantalan.

2.8. Sub-balas

Lapisan balas dan sub-balas pada dasarnya adalah terusan dari lapisan tanah dasar
dan terletak di daerah yang mengalami konsentrasi tegangan yang terbesar akibat
lalu lintas kereta pada jalan rel. Material yang dipilih sebagai bahan konstruksi
balas dan sub-balas adalah material terpilih karena kekuatannya. Fungsi utama
balas dan sub-balas adalah:
1. Meneruskan dan menyebarkan beban bantalan ke tanah dasar.
2. Mengokohkan kedudukan bantalan.
3. Meluruskan air sehingga tidak terjadi penggenangan air di sekitar bantalan
rel.
Lapisan sub-balas berfungsi sebagai lapisan penyaring (filter) antara tanah dasar
dan lapisan balas dan harus dapat mengalirkan air dengan baik. Tebal minimum
lapisan sub-balas terdiri dari kerikil halus, kerikil sedang atau pasir kasar yang
memenuhi syarat.

2.9. Bantalan

Bantalan berfungsi untuk meneruskan beban kereta api dan berat konstruksi jalan
rel ke balas, mempertahankan lebar jalan rel ke balas, mempertahankan lebar jalan
rel dan stabilitas ke arah luar jalan rel. Bantalan dapat terbuat dari kayu, baja/besi,
dan beton. Pemilihan jenis bantalan didasarkan pada kelas dan kondisi lapangan
serta ketersediaan. Bantalan harus memenuhi persyaratan berikut:
1. Bantalan beton merupakan struktur prategang:

Kelompok 1A
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel

a. 1435 mm dengan kuat tekan karakteristik beton tidak kurang dari 600
kg/cm2, dan mutu baja prategang dengan tegangan putus (tensile
strength) minimum sebesar 16.876 kg/cm2 (1655 MPa). Bantalan beton
harus mampu memikul momen minimum sesuai dengan desain beban
gandar dan kecepatan.
b. Dimensi bantalan beton untuk lebaran jalan rel 1435 mm adalah:
Panjang = 2.440 mm untuk beban gandar sampai dengan 22,5 ton
dan 2.740 mm untuk beban gandar di atas 22,5 ton.
Lebar maksimum = 330 mm
Tinggi maksimum = 220 mm
2. Bantalan kayu, harus memenuhi persyaratan kayu mutu A kelas 1 dengan
modulus elastisitas (E) minimum 125.000 kg/cm2. Harus mampu menahan
momen maksimum sebesar 80 kg/m, lentur absolut tidak boleh kurang dari 46
kg/cm2. Berat jenis kayu minimum= 0,9, kadar air maksimum 15% tanpa
mata kayu, retak tidak boleh sepanjang 230 mm dari ujung kayu.
3. Bantalan besi harus memiliki kandungan Carbon Manganese Steel Grade
900 A, pada bagian tengah bantalan maupun pada bagian bawah rel, mampu
menahan momen maksimum sebesar 650 kg/m, tegangan tarik 88-103 kg/m.
Elongation A1 > 10%.

Kelompok 1A

Anda mungkin juga menyukai