Anda di halaman 1dari 5

PENGALAMAN PERAWAT PELAKSANAAN DALAM MENERAPKAN

KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT


Wenni Setiyawati/181101101
Wennisetiyawati.13@gmail.com

ABSTRAK
Hal tersebut membuktikan bahwa pelaksanaan keselamatan pasien di Indonesia belum maksimal.
Keselamatan pasien diterapka demi tercapainya enam sasaran keselamatan pasien. Keenam
komponen tersebut merupakan area kerja profesi keperawatan, sehingga dapat dikatakan perawat
memiliki peran penting dalam menentukan keberhasilan program keselamatan pasien.
Mengetahui pengalaman perawat pelaksana dalam menerapkan 6 sasaran keselamatan
pasien.Desain penelitian ini adalah kualitatif yang melibatkan lima partisipan sesuai kriteria
inklusi. Pengumpulan data menggunakan wawancara semi structure, kemudian dianalisa dengan
metode Collaizi. Hasil penelitian ini membentuk 6 tema yaitu identifikasi pasien, peningkatan
komunikasi efektif, peningkatan keamanan terhadap obat yang perlu diwaspadai, memastikan
tindakan bedah yang benar letak, benar prosedur, dan benar pasien, pencegahan risiko infeksi
terkait pelayanan kesehatan, dan pencegahan risiko jatuh. Setiap tema terdiri atas beberapa
kategori kelima partisipan telah menerapkan 6 sasaran keselamatan pasien. Partisipan menemui
berbagai hambatan dalam menerapkan keselamatan pasien. Partisipan juga memiliki cara
tersendiri untuk mengatasi setiap hambatan yang dialami. Saran yang diajukan kepada rumah
sakit sebaiknya selalu memperbarui pengetahuan perawat pelaksananya terkait keselamatan
pasien. Tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan di Indonesia mayoritas masih
kurang puas. Penyebab ketidakpuasan pasien di antaranya faktor kesalahan identifikasi,
komunikasi, pemberian obat, dan risiko jatuh.Penelitian bertujuan mengidentifikasi hubungan
penerapan keselamatan pasien dengan kepuasan pasien di Rumah Sakit. juga didapatkan bahwa
penerapan aspek keselamatan pasien berupa reassessment pasien risiko jatuh dan dimensi
kehandalan (memberi petunjuk) ketika melakukan tindakan keperawatan masih belum optimal
sehingga menjadi saran untuk ditingkatkan agar kepuasan pasien di rumah sakit semakin
meningkat.
KATA KUNCI: Pengalaman, Perawat Pelaksana,Keselamatan Pasien

PENDAHULUAN
Keselamatan pasien adalah keadaan pasien pelayanan kesehatan (Depkes, 2008).
bebas dari cedera yang tidak seharusnya Keselamatan pasien merupakan hak bagi
terjadi atau bebas dari cedera yang potensial setiap pasien dan sudah sepatutnya menjadi
akan terjadi (penyakit, cedera fisik/sosial kewajiban rumah sakit untuk memenuhi hak
psikologis, cacat, kematian) terkait dengan pasien tersebut (KARS, 2006). Pelaksanaan
keselamatan pasien di Indonesia masih Keselamatan pasien merupakan sesuatu
belum optimal, terbukti dari banyaknya yang jauh lebih penting dari pada sekedar
kasus mal praktik yang dilaporkan oleh efisiensi pelayanan, dan perilaku dengan
media massa. Keselamatan pasien kemampuan perawat sangat berperan
dilaksanakan demi tercapainya 6 tujuan penting. mengetahui hubungan perilaku
antara lain: ketepatan identifikasi pasien; dengan kemampuan perawat dalam
peningkatan komunikasi yang efektif; melaksanakan patient safety. Upaya
peningkatan keamanan obat yang perlu membangun budaya keselamatan pasien
diwaspadai; keamanan tindakan bedah; memerlukan komitmen yang dipengaruhi
pencegahan risiko infeksi; dan pencegahan pengetahuan perawat. Bawelle, 2013 secara
risiko pasien jatuh (Depkes, 2008). keseluruhan program patient safety sudah
Keberhasilan penerapan keselamatan pasien diterapkan, namun masalah dilapangan
ini menjadi tanggung jawab seluruh merujuk pada konsep patient safety, karena
komponen dalam rumah sakit termasuk walaupun sudah pernah sosialisasi, tetapi
perawat. Perawat merupakan tenaga masih ada pasien cedera, resiko jatuh, resiko
kesehatan yang selalu mendampingi pasien salah pengobatan, pendelegasian yang tidak
sehingga sangat berisiko melakukan akurat saat oforan pasien yang
kelalaian yang dapat menyebabkan pasien mengakibatkan keselamatan pasien menjadi
cedera (Maryam, 2009) Disisi lain, perawat kurang maksimal. Perawat pelaksana dapat
khususnya perawat pelaksana merupakan menggunakan salah satu model
garda terdepan dalam menjamin kepemimpinan klinis yang dikembangkan
keselamatan pasien terutama pada pasien oleh berbagai ahli. Menurut Victorian
rawat inap karena perawat pelaksana Healthcare Association (2008), ada 4
memiliki kuantitas kontak dengan pasien (empat) model kepemimpinan klinis, yaitu;
paling banyak dibandingkan tenaga 1) reflective practice model, 2) canadian
kesehatan yang lain. Oleh karena itu, nursing model, 3) the rotal college of
pengalaman perawat pelaksana dalam nursing clinical leadership program, 4) the
menjamin keselamatan pasien dapat menjadi lehigh valley hospitasl and health network
sesuatu yang menarik untuk digali. Tujuan clinical leadership development programme.
dari ini adalah untuk mengeksplorasi Sedangkan National Health Service (NHS)
pengalaman perawat pelaksana di ruang (2012), mengembangkan 1 (satu) model
rawat inap dalam menerapkan keselamatan kepemimpinan klinis yaitu Clinical
pasien. Pelayanan keperawatan yang Leadership Competency Framework
berkualitas menjadi faktor penentu tingkat (CLCF). Menurut Mortlock, Sue
kepuasan pasien. Pelayanan keperawatan menyatakan kerangka kepemimpinan CLCF
yang diberikan semakin baik akan diakui sebagai model kepemimpinan klinis
meningkatkan kepuasan pasien (Cahyadi & keperawatan (NHS, 2011).
Mudayana, 2014; Wulandari, 2015).
Pelayanan keperawatan sebagai lini terdepan
berperan sangat tinggi atas kepuasan yang TUJUAN
diterima pasien (Philip, 2014). Pelayanan
perawatan tidak optimal tentunya dapat
menyebabkan ketidakpuasan pasien.
-Mengidentifikasi karakteristik perawat Rumah Sakit Dalam system mengarahkan
pelaksana (usia, jenis kelamin,pendidikan seluruh kegiatan pelayanan rumah sakit agar
dan masa kerja) di RSUD mampu memberikan pelayanan yang
memenuhi standar kualitas serta jaminan
- Mengidentifikasi kemampuan
rasa aman dan perlindungan terhadap
kepemimpinan klinis perawat pelaksana
dampak pelayanan yang diberikan dalam
pada domain kualitas diri di Ruang RSU
rangka pemenuhan hak-hak masyarakat akan
-Mengidentifikasi kemampuan berkualitas aman. Keamanan pelayanan di
kepemimpinan klinis perawat pelaksana rumah sakit salah satunya dimulai dari
pada domain kerjasama di RSUD ketepatan identifikasi pasien. Sistem
identifikasi pasien di RSUP sejak pasien
-Mengidentifikasi kemampuan mendaftar, identitas pasien meliputi: nama,
kepemimpinan klinis perawat pelaksana umur, dan nomor rekam medis pasien.
pada domain manajemen asuhan Kemudian identitas pasien dicetak pada
keperawatan di RSUD stiker yang selanjutnya akan ditempelkan
METODE pada gelang identitas pasien dan status atau
catatan medis. Pasien selama dirawat di
Desain penelitian ini adalah observasional rumah sakit harus memakai gelang pasien
analitik dengan pendekatan cross dengan perbedaan laki-laki berwarna biru
sectional,dimana variable sebab dan akibat dan perempuan berwarna merahmuda. Dan
diukur dan dikumpulkan dalam satu waktu setiap perawat atau petugas kesehatan
(Setiadi 2013).Instrumen pengumpulan yaitu lainnya harus memverifikasi setiap
kuesioner perilaku dan lembar observasi melakukan tindakan pemberian obat,
kemampuan dalam melaksanakan pemberian tranfusi darah, pengambilan
keselamatan pasien. Populasi pada penelitian sampel untuk pemerikasaan laborat, dan
ini ialah seluruh perawat yang bekerja di RS tindakan lainnya. Salah satu sasaran
Teknik pengambilan sampel menggunakan keselamatan pasien adalah tercapainya
purposive sampling dengan jumlah 31 pengurngan resiko infeksi terkait pelayanan
sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan kesehatan. Infeksi adalah inivsai tubuh oleh
eksklusi. Sebagian besar responden Menurut pathogen atau mikroorganisme yang mampu
Hasibuan (203), Umur individu menyebabkan sakit. Rumah sakit merupakan
mempengaruhi kondisi, fisik, mental salah satu tempat yang paling mungkin
kemampuan dan cenderung absensi. rentan mendapat infeksi karena mengandung
Sebaliknya karyawan yang umurnya lebih populasi mikroorganisme yang sangat tinggi
tua kondisi fisiknya kurang tetapi bekerja dengan jenis virus yang mungkin resisten
ulet dan mempunyai tanggung jawab lebih terhadap antibiotic (Potter & Perry, 2005)
besar. Infeksi umumnya dijumpai dalam semua
bentuk pelayanan kesehatan termasuk
infeksi saluran kemih terkait kateter, infeksi
HASIL DAN PEMBAHASAN aliran darah (blood stream infections) dan
pneumonia (sering kali dihubungkan dengan
ventilasi mekanis). Salah satu cara
mencegah infeksi nasokomial adalah dengan
mengeleminasi mikroba pathogen melalui infeksi dan pengurangan resiko infeksi,
tindakan aseptic, disinfeksi, dan strelisasi. keseluruhannya semua baik; terdapat
Teknik dasar yang paling penting dalam hubungan antara perilaku dengan
mencegah dan penularan infeksi adalah kemampuan perawat dalam melaksanakan
dengan mencuci tangan (Potter & Perry, keselamatan pasien (patient safety) tentang
2005). Menurut peneliti, resiko terinfeksi mengidentifikasi pasien di terdapat
terjadi karena petugas kesehatan yang tidak hubungan antara perilaku dengan
mempunyai kesadaran dan tanggung jawab. kemampuan perawat dalam melaksanakan
Jika petugas kesehatan melakukan tugas keselamatan pasien (patient safety) tentang
mereka dengan baik dengan mencuci tangan pengurangan resiko infeksi di Ruang Akut
sebelum dan sesudah kontak dengan pasien terdapat hubungan antara perilaku dengan
ataupun bersentuhan dengan benda ataupun kemampuan perawat dalam melaksanakan
lingkungan dengan pasien. Dan menjelaskan keselamatan pasien (patient safety) tentang
kepada pihak keluarga juga ikut mencuci pengurangan resiko pasien jatuh di Rumah
tangan sesuai dengan pedoman 5 momen Sakit.
yang sudah diterapkan di rumah sakit.
REFRENSI
Menurut Depkes, 2006 keselamatan pasien
rumah sakit adalah suatu sistem dimana R.H Simamora. (2009). Buku Ajar
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih Pelaksanaan Indentifikasi Pasien. Uwais
aman. Dan salah satu tujuan pentingnya Inspirasi Indonesia.
adalah mencegah dan mengurangi terjadinya
insiden keselamatan pasien. Perilaku R.H Simamora. (2009). The Influence of
perawat yang tidak menjaga keselamatan Training Handover baged SBAR
akan berkontribusi terhadap insiden Communication for Improning Pakents
keselamatan pasien. Perawat yang tidak Safety. Indian Journal of Public Health
memilki kesadaran terhadap situasi yang Research & Deveopment
cepat memburuk gagal mengenali apa yang R.H Simamora. (2019). Documentation of
terjadi dan mengabaikan informasi klinis Patient Identification into the Electronic
penting yang terjadi pada pasien dapat System to Improve the Quality of Nursing
mengancam keselamatan pasien Services Internasional journal of scientific &
(Reid,2012). Technology Research.
Potter, C.J, Taylor. P.A., & Perry, C. (2009).
KESIMPULAN Potter &Perry’s Fundamentals of Nursing,
Edition. Australia : Mosby-Elsevier
Dari hasil yang dilakukan di Darurat RS
dapat ditarik kesimpulan yaitu: responden Departemen Kesehatan RI. (2008). Panduan
tingkat pendidikan responden paling Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit
(Patient Safety).Edisi 2. KKP-RS
banyak adalah responden memiliki perilaku
baik lebih banyak dari pada perilaku yang Notoatmodjo, S. (2007). Kesehatan
kurang, begitu juga dengan kemampuan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta :PT.
melaksanakan patient safety dalam Rineka Cipta.
mengidentifikasi pasien, pengurangan resiko
Adib. (2009). Materi Seminar Nasional Dirjen Bina Upaya Kesehatan. (2012).
Keperawatan dengan tema “Sistem
Kebijakan Pelayanan Instalasi Gawat
Pelayanan Keperawatan dan Manajemen
Darurat di Rumah Sakit, Bulletin BUK Edisi
Rumah Sakit untuk mewujudkan Patient
1, Jakarta.
Safety” Di akses 13 Oktober 2015.

Anda mungkin juga menyukai