Anda di halaman 1dari 3

1.

Daya Dukung Lahan Pertanian


Daya dukung lahan (Land Carriying Capacity) merupakan kapabilitas lingkungan untuk
mendukung kehidupan. Daya dukuung lahan pertanian berpegang pada proporsi lahan yang
dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian per satuan luas dan waktu (Widiastuti, et al,
2016). Menurut Ernamiyanti, et al. (2016) analisis terhadap daya dukung pertanian dapat
dijadikan pedoman untuk mengetahui apakah suatu daerah sudah dapat mencapai
swasembada pangan dengan dasar kebutuhan kalori penduduk. Merujuk dari pernyataan
tersebut dapat diketahui bahwa analisis daya dukung lahan pertanian adalah suatu pengkajian
yang ditujukan untuk mengetahui daya dukung lahan atas kebutuhan kalori penduduk. Disisi
lain Agustizar, et al. (2017) mengemukakan bahwa analisis daya dukung lahan pertanian
dilihat dari sisi produktivitas lahan. Dalam hal ini terdapat pembandingan antara ketersediaan
lahan dengan kebutuhan lahan untuk produk hayati lokal, sehingga dari teknik tersebut dapat
diperoleh asumsi apakah lahan tersebut berada dalam status (kondisi) surplus atau defisit.
Kondisi surplus menandakan bahwa kapasitas lahan memenuhi kebutuhan akan produk
hayati sedangkan defisit menunjukkan ketidakcukupan lahan lokal untuk menyediakan
produk hayati di wilayah tersebut. Sejumlah manfaat yang diperoleh dari kegiatan analisis
daya dukung lahan diantaranya adalah mengetahui potensi swasembada pangan pada suatu
daerah serta menegaskan kesesuaian antara rasio populasi jumlah penduduk dengan daya
dukung lahan pertanian (Buton, 2020). Kemampuan daya dukung lahan pertanian
dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya kepribadian atau integritas dari suatu masyarakat
serta populasi maupun laju jumlah penduduk yang kian bertambah. Menurut Gede, et al.
(2016) penurunan daya dukung lahan dipengaruhi oleh luas lahan atau ketersediaan lahan
yang semakin menyempit, perbandingan jumlah petani dengan luas lahan yang diperlukan
untuk hidup yang selaras dan jenis komoditas di wilayaha setempat.
2. Kemandirian Pangan
Kemandirian pangan atau dapat disebut swasembada pangan (food-self sufficiency),
seperti yang tercantum dalam UU no 18 tahun 2012 tentang pangan adalah “Kemampuan
Negara dan Bangsa dalam memproduksi pangan yang beraneka ragam dari dalam negeri
yang dapat menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup sampai ditingkat
perorangan dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam, manusia, sosial, ekonomi dan
kearifan lokal secara bermartabat”. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah meletakkan
perhatian mendalam terhadap persoalan ini. Meskipun telah termuat dalam UU tahun 2012
tetapi pada masa mendatang prospeknya diprediksi tidak begitu cerah. Hal ini diperkuat
dengan pernyataan Sumarno (2015) bahwa melihat status produksi yang dominan defisit
serta impor terhadap bahan pangan yang dilakukan masih banyak sehingga dalam hal ini
masih membutuhkan waktu yang lama untuk mencapai kemandirian pangan nasional. Selain
itu kemadirian pangan di Indonesia sukar dicapai dikarenakan luas lahan garapan tidak
mencukupi untuk memproduksi pangan bagi 250 juta penduduk. Pola konsumsi yang hanya
bergantung pada beras juga memperberat beban pencukupan pangan nasional. Ini menjadi
tantangan tersendiri bagi pemerintah serta masyarakat Indonesia. Daya dukung lahan menjadi
bersifat penting dalam upaya pencapaian kemandirian pangan karena diharapkan dapat
memberikan gambaran kemandirian wilayah dan ketersediaan lahan pertanian sehingga
nantinya dapat dijadikan pedoman mengambil kebijakan program mensuskseskan
kemandirian pangan.
2.4 Kebutuhan dan Ketersediaan Lahan pertanian
Lahan merupakan komponen penting dalam proses produksi pangan dan memiliki dua elemen
yakni karakteristik lahan dan kualitas lahan. Lahan juga menjadi sumberdaya yang perlu dijaga
dari kerusakan atau degradasi yang akan menghilangkan fungsinya. Kebutuhan akan lahan
dewasa ini semakin meningkat seiring dengan meningkatnya populasi penduduk, maka dengan
adanya peningkatan penduduk menjadikan kebutuhan akan pangan juga bertambah. Sementara
itu ketersediaan lahan pertanian kini juga semakin berkurang karena adanya persaingan dengan
pemanfaatan lain seperti industry, pemukiman dan sebagainya. Hal ini ditegaskan oleh Lambin
dan Meyfroidt (2011) bahwa mendekati tahun 2030 dibutuhkan luas lahan antara 125 hingga 416
juta ha untuk kahan pertanian dan padang penggembalaan dan 48 hingga 100 juta ha untuk
perkembangan perkotaan. Berdasarkan pernyataan diatas dapat diketahui bahwa perluasan lahan
untuk aktivitas pertanian, tersedia semakin sedikit. Mulyani, et al. (2017) menyebutkan bahwa
untuk mencapai swasewmbada pangan, perlu ada penambahan 2 juta ha dari luas lahan sawah
sekarang sekitar 8,1 juta ha tanpa ada konversi lahan sawah yang telah ada. Untuk memenuhi
kenaikan 2 juta ha tersebut dibutuhkan pencetakan lahan sawah seluas 69.000 ha/tahun. Ini
menunjukkan bahwa kunci swasembada pangan adalah perluasan lahan pertanian. Ketersediaan
lahan ditentukan dari total nilai produksi actual komoidtas pertanian, perkebunanm perikanan
dan peternakan. Sementara itu kebutuhan lahan dihitung dari kebutuhan hidup layak per
penduduk (Putra, et al. 2016)

Agustizar, A., Muryani, C., & Sarwono, S. (2018). Agricultural Land Carrying Capacity and
Shift of Land Use in Upstream of Grompol Watershed, Central Java Province. IOP
Conference Series: Earth and Environmental Science, 145(1). https://doi.org/10.1088/1755-
1315/145/1/012070

Buton, L., J. 2020. Analisis Daya Dukung Lahan Pertanian (Sawah) Berdsarkan Hasil Produksi
di Kecamatan Waeapo Kabupaten Buru. Jurnal Ecosolum. 9(2): 32-42

Ernamaiyanti, E., Asyari, N. I., & Purba, T. P. (2016). Field Carrying Capacity Analysis of
Agricultural Sector Based Spatial in Nagari Mataram, District of Lima Puluh Kota, West
Sumatra. Gontor AGROTECH Science Journal, 2(2) : 21–36.
https://doi.org/10.21111/agrotech.v2i2.411

Widiastuti, A. S., Maretya, D. A., Wangge, G. A., Suci, A., Nurkholis, A., Widyaningsih, Y.,
Rahma, A. D., & Abdillah, A. (2018). Daya Dukung Lahan Pertanian, Permukiman, dan
Kawasan Lindung di DAS Sembung, Kabupaten Sleman, DIY.
https://doi.org/10.31227/osf.io/vbw4p
Pasandaran, E. et al. (Eds). 2015. Memperkuat Kemampuan Swasembada Pangan. Jakarta.
IAARD Press

Putra, I. D. G. A. D., Utama, M. S., & Yasa, I. G. W. M. (2019). Analisis Daya Dukung Lahan
Berdasarkan Total Nilai Produksi Pertanian di Kabupaten Gianyar. E-Jurnal Ekonomi Dan
Bisnis Universitas Udayana, 5(3): 387–402.

Anda mungkin juga menyukai