Ringkasan Materi PPKN
Ringkasan Materi PPKN
Kelas 8 Bab 6
"Memperkuat Komitmen Kebangsaan"
Halo Sahabat Edukasi! Pada kesempatan kali ini, saya (Anggie Dwi Meilany Putri) akan
membuat Ringkasan Materi PPKn Kelas 8 Bab 6 "Memperkuat Komitmen Kebangsaan"
b. Mohammad Hatta
Dr. H. Mohammad Hatta lahir di Bukittinggi, 12 Agustus 1902. Moh. Hatta merupakan
organisatoris, aktivis partai politik, negarawan, proklamator, pelopor koperasi, dan wakil
presiden pertama di Indonesia.
Sampai pada tahun 1921, Hatta menetap di Rotterdam, Belanda dan bergabung dengan sebuah
perkumpulan pelajar tanah air yang ada di Belanda, Indische Vereeniging. Mulanya, organisasi
tersebut hanyalah merupakan organisasi perkumpulan bagi pelajar, tetapi segera berubah
menjadi organisasi pergerakan kemerdekaan saat tiga tokoh Indische Partij (Suwardi
Suryaningrat, Douwes Dekker, dan Tjipto Mangunkusumo) bergabung dengan Indische
Vereeniging yang kemudian berubah nama menjadi Perhimpunan Indonesia (PI).
Dalam masa pergerakan nasional jiwa merdeka makin menggelora. Rasa harga diri bangsa
yang tidak mau dijajah menggugah semangat mereka dan perlawanan seluruh masyarakat
terhadap penjajah untuk berusaha merebut kembali kedaulatan dan kehormatan bangsa.
Timbullah jiwa, semangat, dan nilai-nilai kejuangan, nilai harkat dan martabat manusia, jiwa
dan semangat kepahlawanan, kesadaran antipenjajah/penjajahan, kesadaran persatuan dan
kesatuan perjuangan.
Tahap awal perjuangan nasional ditandai dengan lahirnya Budi Utomo (1908), Serikat Dagang
Islam/Serikat Islam (1912). Pada Tahun 1928, terjadilah Sumpah Pemuda yang merupakan
manifestasi tekad dan keinginan bangsa Indonesia dalam menemukan dan menentukan
identitas, rasa harga diri sebagai bangsa, rasa solidaritas menuju persatuan dan kesatuan bangsa
lalu menjurus pada kemerdekaan dan kedaulatan bangsa.
Jepang menjajah Indonesia tahun 1942-1945. Akibat penjajahan Jepang, rakyat Indonesia
mengalami penderitaan. Namun, penggemblengan pemuda dapat menimbulkan semangat yang
kukuh dan memupuk militansi yang tinggi untuk merdeka. Penggemblengan oleh Jepang
menimbulkan hikmah dan manfaat untuk merebut kemerdekaan.
Nilai-nilai yang terdapat dalam Pancasila, Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan UUD
1945 merupakan nilai dasar dari jiwa dan semangat 45. Nilai-nilai 45 lahir dan berkembang
dalam perjuangan bangsa Indonesia dan merupakan daya dorong mental spiritual yang kuat
untuk mencapai kemerdekaan. Tujuan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah sebagai
berikut.
1. Ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Jiwa dan semangat merdeka
3. Nasionalisme
4. Patriotisme
5. Rasa harga diri sebagai bangsa yang merdeka
6. Pantang mundur dan tidak kenal menyerah
7. Persatuan dan kesatuan
8. Anti penjajah dan penjajahan
9. Percaya kepada diri sendiri dan atau percaya kepada kekuatan dan kemampuan sendiri
10. Percaya kepada hari depan yang gemilang dari bangsanya
11. Idealisme kejuangan yang tinggi
12. Berani, rela dan ikhlas berkorban untuk tanah air, bangsa, dan negara
13. Kepahlawanan
14. Sepi ing pamrih rame ing gawe
15. Kesetiakawanan, senasib sepenanggungan, dan kebersamaan
16. Disiplin yang tinggi
17. Ulet dan tabah menghadapi segala macam ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan
Majelis Permusyawaratan Rakyat telah membuat ketetapan bahwa Negara Kesatuan Republik
Indonesia tidak boleh diganggu gugat. Bentuk negara kesatuan bagi Indonesia sudah dianggap
final. Bagaimana bentuk kesatuan Indonesia, dapat diawali dengan pemahaman bahwa
walaupun bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku, bangsa Indonesia adalah satu kesatuan.
Menurut data Badan Pusat Statistik yang dilaksanakan pada tahun 2010, di Indonesia terdapat
1.128 suku bangsa. Kesatuan itu dapat dipandang dari 4 segi, yaitu politik, pertahanan
keamanan, ekonomi, dan sosial budaya.
Berdasarkan Deklarasi Juanda, Indonesia menganut konsep negara kepulauan yang berciri
Nusantara (archipelagic state). Konsep itu kemudian diakui dalam Konvensi Hukum Laut
PBB 1982 (UNCLOS 1982 = United Nations Convention on the Law of the Sea) yang
ditandatangani di Montego Bay, Jamaika, tahun 1982. Indonesia kemudian meratifikasi
UNCLOS 1982 tersebut dengan menerbitkan Undang- Undang Nomor 17 Tahun 1985. Sejak
itu, dunia internasional mengakui Indonesia sebagai negara kepulauan. Berkat pandangan
visioner dalam Deklarasi Djuanda, bangsa Indonesia akhirnya memiliki tambahan wilayah
seluas 2.000.000 km2, termasuk sumber daya alam yang dikandungnya.