NILA PERMATASARI-2106784775-HE SORE - 72, Ringkasan Dan Tanggapan Buku Hak Asasi Manusia Dalam Tarnsisi Politik Di Indonesia
NILA PERMATASARI-2106784775-HE SORE - 72, Ringkasan Dan Tanggapan Buku Hak Asasi Manusia Dalam Tarnsisi Politik Di Indonesia
NPM : 2106784775
NO ABSEN : 72
KELAS : HUKUM EKONOMI SORE
TUGAS : Ringkasan dan Tanggapan Buku “HAK
ASASI MANUSIA dalam TRANSISI
POLITIK DI INDONESIA
MATA KULIAH : Politik Hukum
RESUME
Menurut Samuel P.Huntington dalam dua hingga tiga decade terkahir ini kita melihat
terjadinya revolusi politik yang luar biasa dimana transisi dari otoritanianisme menuju demokrasi
telah terjadi di leboih dari 40 negara. Dalam pandangan Anthony Giddens subyek atau pelaku
politik muncul dengan sendirinya. Giddens membahas mengenai tema-tema tentang berakhirnya
politik dan negara yang dilanda oleh pasar global, sehingga apa saja yang bisa dicapai oleh
pemerintah dal;am dunia contemporary saat ini layak diulang Kembali. Dalam perpesktif ini
kepentingan yang beragam, menopang system hukum yang efektif, memainkan peran ekonomis
secara langsung, sebagai pemberi kerja dalam intervensi makro maupun mikro ekonomi plus
sebagai penyediaan infrastruktur dan lain lain. Jika tidak terdera oleh krisis ekonomi moneter John
Naisbitt telah memprediksikan adanya delapan kecenderungan besar yang membentuk Kembali
perekonomian, pemerintahan dan kebudayaan di Asia, yang membawa asia ke arah suatu
commonwealth of nations yang akan menjadi rival barat dalam hak kekuatan dan pengaruh, maka
1
1. From nation-states to networks: Leaving nationalism behind, Asian entrepreneurs are using
2. Dari tradisi ke pilihan: Warisan budaya mereka tetap kuat, tetapi orang Asia
3. Dari berorientasi ekspor menjadi didorong oleh konsumen: Ekonomi Asia yang dulu
bergantung pada apa yang dapat mereka ekspor sekarang menambah kekuatan belanja
4. Dari yang dikendalikan pemerintah menjadi digerakkan oleh pasar: Sepanjang Asia,
5. Dari pertanian ke kota-kota super: Urbanisasi cepat di Asia sudah berjalan dengan baik,
menciptakan sumber daya tenaga kerja baru yang besar dan kota-kota terbesar dan tertinggi
di dunia.
6. Dari industri padat karya hingga teknologi tinggi: Asia adalah bergerak cepat untuk
pemilih, dan konsumen kini secara masif berpartisipasi dalam semua aspek kehidupan
Asia.
8. Dari Barat ke Timur: Pusat gravitasi global ekonomi, politik, dan budaya bergeser dari
Barat ke Timur.
Bahwa rezim otoritarian menurut hasil studi menunjukan bahwa rezim-rezim otoritarian tidak
dapat disamakan antara satu sama lain. Bahwa wacana mengenai rezim otoritarian juga terkait erat
dengan terminologi totaliterisme. Bahwa negara totaliterisme bukan hanya sekedar mengontrol
2
kehidupan masyarakat dengan ketat dan mempertahankan dengan tegas kekuasaan sebuah elit
politik kecil yang despotic. Karena negara totaliterisme adalah sebuah system politik yang dengan
melebihin bentuk kenegaraan despotic tradisional secara menyeluruh dan memobilisasikan segala
Reposisi hubungan Sipil – Militer bahwa semua rezim otoritarian, apapun tipenya, mempunyai
kesamaan dalam satu hal: hubungan sipil-militer mereka tidak begitu diperhatikan. Hampir semua
tidak memiliki karateristik hubungan sipil-militer sebagaimana yang ada di negara industrial yang
demokratis. Menurut Aribowo secara sistematis militer telah melakukan Langkah-langkah untuk
masuk dunia politik, diantaranya terdapat dua alternatif transisi menuju demokrasi dan pemulihan
TNI. Dalam sistem monarki tradisional, militer hanyalah berperan sebagai semacam “penjaga
malam” atau yang dalam sistem pemerintahan modern disebut sebagai fungsi pertahanan
keamanan (hankam).
bahwa pemerintah telah memilih sarana yang berbeda untuk berhubungan dengan masa lalunnya
terhadap suatu pengakuan public akan kejahatan-kehajatan dan bahkan suatu permintaan maaf
terhadap para korban. Kebenaran lebih baik untuk keadilan dan bahwa laporan dari komis-komisi
kebenaran merupakan alternatif yang lebih bauk bagi tuntutan tuntutan pidan sejenis terhadap
pelanggaran HAM. Ada berbagai unsur dalam kebijakan-kebijakan dan Tindakan -tindakan yang
dengan masa lampau. Pada tingkat pertama berkaitan dengan masalah pemberian “perlindungan
yang besar’ bagi populasi penduduk. Kedua masyarakat baru memerlukan tatanan sosial baru.
Ketiga berkaitan dengan penanganan masa lampau adalah salah satu untuk menghina pihak-pihak
3
yang dulu kaya dan sangat berkuasa. Keempat melakukan pemihakan bukan merupakan suatu hal
Demilliterasisasi tidak hanya berkaitan dengan Militer bahwa salah satu hal yang paling
fundamental ialah yang berkaitan dengan perubahan imaji kita terhadap kedudukan dan peranan
Demiliterisasi bukan merupakan suatu masalah yang hanya terkaitr dengan militer. Dalam konteks
respon TNI terhadap demokratisasi di Indonesia, dalam salah satu bagian bahwa hal tersebut dapat
dibagi ke dalam dua kategori besar. Berdasarkan “ Paradigma baru” kelompok reformis yang
berpandangan radikal berpendapat bahwa TNI hanya dapat diubah secara gradual. Ada beberapa
3) Political “neutrality”
5) Defence orientation
dikemukakan Crouch tampak bahwa kepempimpinan TNI yang baru telah menunjukan dukungan
terhadap demokratisasi dan secara berkala merujuk pada “supremasi sipil” suatu terminology yang
Hak Asasi Manusia dalam Transisi Politik bahwa dalam kasus pembunuhan Steven Biko
di Afrika selatan pendri Gerakan kesadaran kaum kulit hitam (Black Consciousness Movement)
dan pemimpin kulit hitam yang paling kharismatis yang muncul di Afrika dalam masa penahan
4
yang Panjang dari Nelson Mandela. Lalu kemudian dia meninggal dunia terbaring telanjang diatas
tikar dari lantai batu di rumah sakit penjara Pretoria, dengan mulut bekas pukulan dan berbusa.
Pembunuhan terhadapnya bentuk kejahatan dari sederetan kekejaman mengerikan yang banyak
terjadi selama diterapkannya sistem apartheid. Dua puluh tahun kemudian lima orang dari
kelompok Polisi yang membunuh itu mengajukan permohonan pengampunan amnesti kepada
Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi Afrika Selatan secara eksplisit mengakui adanya suatu
amnesti yang lebih kuat dan bertanggungjawab secara positif dan menegaskan bahwa hal itu sangat
dibutuhkan bagi pelaksanaan rekonsiliasi dan rekonstruksi juga untuk memberikan suatu landasan
yang aman bagi rakyat negara tersebut untuk lebih mementingkan pembagian-pembagian dan
perselisihan dari masa lalu yang dimana menyebabkan terjadinya pelanggaran pelanggaran HAM
berat pelanggaran pelanggaran prinsip prinsip humaniter dalam konflik-konflik kekerasan dan
Keadilan Transisional
pemerintahan otoriter dan mulai membangun demokrasi pada saat terjadinya berbagai perubahan
radikal ini muncul suatu pertanyaan Apakah Haruskah masyarakat menghukum masa lalunya
ataukah membiarkan kaitan dengan masa lalu tetap eksis? Konsepsi ini termasuk konsepsi keadilan
tradisional atau transitional Justice beberapa bangsa telah bereaksi terhadap masa lalunya yang
kacau dengan cara menutup mata mereka secara kolektif beberapa negara juga lainnya telah
mendapati kesulitan untuk memelihara amnesia historisnya dihadapan korban-korban yang terus-
menerus berjatuhan seperti bangsa Jepang dan perlakuan mereka terhadap Cina dan Korea selama
masa perang atau bangsa Turki dan pembunuhan massal terhadap orang-orang Armenia.
5
Pencarian kebenaran rekonsiliasi dan keadilan lebih dari 20 bangsa dalam tempo 25 tahun
terakhir ini telah mencoba untuk itu sional kan pencarian terhadap kebenaran dan rekonsiliasi dan
hal ini telah memunculkan suatu disiplin akademis yang dinamakan keadilan transisional, dengan
kosakatanya sebagai berikut bahwa Keadilan retributive, keadilan restorative, klarifikasi historis
dan sebagainya keadilan tradisional. Yang pertama adalah kebenaran kebenaran yang diambilnya
dari nama komisi yang telah didirikan di Chile yang serupa dengan nama komisi yang juga pernah
didirikan di berbagai negara lainnya. Yang kedua adalah kata rekonsiliasi dengan alasan bahwa
setiap masyarakat yang menjadi korban tindakan Represif harus dipulihkan dari pengalaman masa
lampaunya itu. Yang ketiga adalah kata keadilan menurut Bronkhorst. Meskipun demikian peran
keadilan dalam proses transisi dan prioritas yang diberikan-nya berbeda-beda antara satu bangsa
dengan bangsa lain keadilan juga lebih banyak menimbulkan perdebatan dibandingkan dengan dua
Hukum Internasional juga mengatur tentang amnesti. Menurut Hukum Internasional diatur
mengatur untuk masalah ini,namun juga diatur Negara-negara yang ada didunia harus juga
mengatur sendiri berkaitan dengan atiran mengenai amnesty, untuk kemudianpermohonan istri
Biko ditolak. Pengaturan itu tentunya menurut kultur dan budaya hukum yang berlaku
dimasyarakat sekitar, sehingga implementasinya mudah disosialisasikan dan mudah di penuhi atau
tidak dilanggar oleh masyarakat. Sehingga pada akhirnya terjadi kesepahaman antara hukum
Internasional dengan hukum hukum nasional, sehingga itu yang menyebabkan keberlakuan segala
Negara-negara di Eropa telah lebih dulu menerapkan sistem yang sangat demokratis.
Negara yang mulai bertolak pada Demokrasi dimulai dari Selatan Eropa ke Amerika Latin
kemudian ke Sebagian Timur Eropa dan Afrika Selatan serta Negara-negara lainnya. Kemudian
6
berdasarkan itu dapat dikategorikan menjadi 2 (dua) Negara yakni Pertama Negara-negara
Amerika Serikat dan Kedua Negara non-Amerika Latin. Hingga pada akhirnya dapat berkembang
Perbandingan di Amerika Latin dan Eropa Selatan adalah factor internasional lebih
menguntungkan yang terjadi di Negara-negara Eropa Selatan, sehingga mendukung prediksi yang
optimis terhadap penerapan demokrasi di suatu Negara. Namun terdapat Negara-negara yang
menyodorkan dengan lebih luas tentang dari rezim yang sebelumnya dilaksanakan.
Amerika latin lebih heterogen daripada Eropa Selatan. Dalan rezim ini lebih patrimonialis
dan sultanistis dan rentan revolusioner. Di Eropa Selatan sebelum terjadi Pemilu militer
mengambil alih pemerintahan dengan dalih pemerintahan sementara, namun sampai akhirnya tidak
dilaksanakan Pemilu. Sedangkan di Spanyol beberapa jabatan strategis dikuasai, bahkan pesaing
partai-partai yang lain tidak diijinkan lagi. Hingga pada akhirnya terdapat gerakan masyarakat
yang menginginkan terselenggaranya pemilu, perlindungan HAM dan partai politik tidak
didominasi. Kasus peru yang memainkan peran sentral adalah angkatan bersenjata,namun yang
memainkan oleh gerakan politik sipil yang diarahkan oleh kepemimpinan yang sangat
Perbedaan itu adalah orientasi adalah antioligarkis dalam kebijakan rezim Peru, niatnya untuk
secara cepat memperluas industri dan peran ekonomi Negara di sebuah negeri yang tidak seberapa
maju dan tidak adanya hasrat menyingkirkan secara paksa sector rakyat. Disamping itu represi
politik muncul yang tingkat dan intensitasnya tidak membawa perubahan penting denga pola yang
dengan mengagumkan dalam struktur kepemimpinan. Meksiko juga relative berbeda dalam
konteks relative kecilnya peran yg dimainkan angkatan bersenjata dalam pemerintahan. Namun
7
bukan suatu yang diniscayakanoleh transisi menuju Demokrasi Konstitusional yang pernah terjadi
di Dominika dan Ekuador, namun lebih menyerupai dua Negara yang disebut terakhir itu daripada
Dalam sejarah Yunani kejatuhan rezim otoriter telah membuka jalan bertumbuh
kembangnya Negara Demokratis. Pada gelombang demokratisasi ketiga Yunani sebenarnya telah
menerapkan konsep pemerintahan yang demokratis. Dapat dikatakan peranan hakim dalam
demokratisasi di yunani sangat menarik kenapa Yunani berhasil menerapkan kebijakan yang
bersifat krusial dimana di Negara lainnnya telah gagal. Keterlibatan kalangan Yudisial dalam
rezim baru untuk menyelesaikan soal keabsahan dari pendahulunya yang otoriter harus dipahami
dalam konteks kekuasaan. Kenyataan itu telah memberikan pendalaman implikasi tentang peranan
dari hakim yang menjabat. Sebagai suatu hal yang beda antara sistem hukum common law dengan
sistem civil law. Peranan utama mereka adalah menegakkan hukum tanpa secara terbuka
dipengaruhi oleh kekuatan apapun. Blok komunis telah melakukan perjuangan untuk menemukan
jalannya dalam hubungan untuk memperbaiki kearsipan yang telah lama kacau. Di tembok Berlin
tidak ada symbol yang lebih besar dari tekanan komunis dari Tentara Nasional Jerman Timur.
Untuk itu selama 40 tahun kementerian Pertahanan telah menghimpun perlindungan dari Partai
untuk bergumul melawan kejahatan yang ada, republik Federal Jerman telah menikmati
keuntungan yang tidak diduga untuk mencapai penyelesaian kasus kejahatan dan pelanggaran yang
terjadi di bekas Republik Demokrasi Jerman. Berbeda dengan tranSisi yang melalui proses
negosiasi, dalam konteks yang sama Jerman dapat menggambarkan dapat menerapkan keuntungan
8
direkonstruksi menjadi kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintahan di Jerman, sehingga
TANGGAPAN
Definisi Hak Asasi Manusia dahulu lebih dikenal sebagai Natural Rights. Hal itu
disebabkan karena konsep yang dulu berkembang masih sempit dan didasarkan pada kehendak
alam semata. Itu artinya, belum ada signifikansi akal rasio manusia yang digunakan untuk berfikir
secara lebih mendalam pada saat itu. Istilah rights of man juga sejatinya tidak salah total, karena
secara nomenklatur frasa Man tidak bisa diartikan hanya sebatas lelaki yang sudah dewasa saja,
akan tetapi juga harus diartikan sebagai the generic use of the word to refer to any human being.
Tetapi istilah Human Rights sudah sangat tepat karena secara umum dapat diartikan sebagai hak
asasi manusia, tidak terbatas hak pria, atau hak wanita saja, akan tetapi hak seorang manusia. Hal
itu mengindikasikan bahwa manusia memiliki hak yang sama, tidak dibatasi oleh perbedaan
gender, suku, agama, negara, dan unsur lain. Konsep tentang hak asasi manusia dalam konteks
modern dilatarbelakangi oleh pembacaan yang lebih manusiawi tersebut, sehingga konsep HAM
“Human rights could generally be defined as those rights which are inherent in our nature
Dengan pemahaman seperti itu, konsep hak asasi manusia disifatkan sebagai suatu
common standard of achivement for all people and all nations, yaitu sebagai tolok ukur bersama
tentang prestasi kemanusiaan yang perlu dicapai oleh seluruh masyarakat dan negara di dunia.
Pada tataran internasional, wacana hak asasi manusia telah mengalami perkembangan yang
sangat signifikan. Sejak diproklamirkannya The Universal Declaration of Human Right tahun
9
1948, telah tercatat dua tonggak historis lainnya dalam petualangan penegakan hak asasi manusia
internasional. Pertama, diterimanya dua kovenan (covenant) PBB, yaitu yang mengenai Hak Sipil
dan Hak Politik serta Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya. Dua kovenan itu sudah dipemaklumkan
sejak tahun 1966, namun baru berlaku sepuluh tahun kemudian setelah diratifikasi tiga puluh lima
negara anggota PBB. Kedua, diterimanya Deklarasi Wina beserta Program Aksinya oleh para
wakil dari 171 negara pada tanggal 25 Juni 1993 dalam Konferensi Dunia Hak Asasi Manusia PBB
di Wina, Austria. Deklarasi yang kedua ini merupakan kompromi antar visi negara-negara di Barat
Di Indonesia, diskursus tetang penegakan hak asasi manusia juga tidak kalah gencarnya.
Keseriusan pemerintah di bidang HAM paling tidak bermula pada tahun 1997, yaitu semenjak
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNAS HAM) didirikan setelah diselenggarakannya
Lokakarya Nasional Hak Asasi Manusia pada tahun 1991. Sejak itulah tema tentang penegakan
HAM di Indonesia menjadi pemebicran yang serius dan berkesinambungan. Kesinambungan itu
berwujud pada usaha untuk mendudukkan persoalan HAM dalam kerangka budaya dan sistem
politik nasioanal sampai pada tingkat implementasi untuk membentuk jaringan kerjsama guna
menegakkan penghormatan dan perlindungan HAM tersebut di Indonesia. Meski tidak bisa
dipungkiri adanya pengaruh internasional yang menjadikan hak asasi manusia sebagai salah satu
isu global, namun penegakan hak asasi manusia di Indonesia lebih merupakan hasil dinamika
Pada tahun 1999 lah, Indonesai memiliki sistem hukum yang rigid dan jelas dalam
39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia kendati agak terlambat merupakan langkah progresif
10
dinamis yang patut dihargai dalam merespon isu internasional di bidang hak asasi manusia
Beberapa pertanyaan mendasar muncul pada waktu itu sampai saat ini. Bagaimana konsep
HAM menurut undang-undang tersebut? Sejauh mana memiliki titik relevansi dengan dinamisasi
universal? Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang, demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia (Pasal 1 angka 1 UU No. 39 Tahun
1999 tentang HAM dan UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM)
Pelanggaran Hak Asasi Manusia adalah setiap perbuatan seseoarang atau kelompok orang
termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara melawan
hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut Hak Asasi Manusia seseorang
atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-undang, dan tidak mendapatkan atau
dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar berdasarkan
mekanisme hukum yang berlaku (Pasal 1 angka 6 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM)
Dalam Undang-undang ini pengaturan mengenai Hak Asasi Manusia ditentukan dengan
berpedoman pada Deklarasi Hak Asasi Manusia PBB, konvensi PBB tentang penghapusan segala
bentuk diskriminasi terhadap wanita, konvensi PBB tentang hak-hak anak dan berbagai instrumen
internasional lain yang mengatur tentang Hak Asasi Manusia. Materi Undang-undang ini
disesuaikan juga dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan hukum nasional yang
tercantum dalam Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia terdiri dari:
11
1. Hak untuk hidup. Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup, meningkatkan
taraf kehidupannya, hidup tenteram, aman, damai, bahagia, sejahtera lahir dan batin serta
2. Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan. Setiap orang berhak untuk membentuk
kelaurga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang syah atas kehendak yang
bebas.
4. Hak memperoleh keadilan. Setiap orang, tanpa diskriminasi, berhak untuk memperoleh
keadilan dengan mengajukan permohonan, pengaduan, dan gugatan, baik dalam perkara
pidana, perdata, maupun administrasi serta diadili melalui proses peradilan yang bebas dan
tidak memihak, sesuai dengan hukum acara yang menjamin pemeriksaan secara obyektif
oleh Hakim yang jujur dan adil untuk memperoleh putusan adil dan benar.
5. Hak atas kebebasan pribadi. Setiap orang bebas untuk memilih dan mempunyai keyakinan
6. Hak atas rasa aman. Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga,
kehormatan, martabat, hak milik, rasa aman dan tenteram serta perlindungan terhadap
7. Hak atas kesejahteraan. Setiap orang berhak mempunyai milik, baik sendiri maupun
bersama-sama dengan orang lain demi pengembangan dirinya, bangsa dan masyarakat
12
dengan cara tidak melanggar hukum serta mendapatkan jaminan sosial yang dibutuhkan,
berhak atas pekerjaan, kehidupan yang layak dan berhak mendirikan serikat pekerja demi
8. Hak turut serta dalam pemerintahan. Setiap warga negara berhak turut serta dalam
pemerintahan dengan langsung atau perantaraan wakil yang dipilih secara bebas dan dapat
9. Hak wanita. Seorang wanita berhak untuk memilih, dipilih, diangkat dalam jabatan, profesi
itu berhak mendapatkan perlindungan khusus dalam pelaksanaan pekerjaan atau profesinya
10. Hak anak. Setiap anak berhak atas perlindungan oleh orang tua, keluarga, masyarakat dan
negara serta memperoleh pendidikan, pengajaran dalam rangka pengembangan diri dan
Masalah hak asasi manusia menurut para sarjana yang melakukan penelitian pemikiran Barat
tentag negara dan hukum, berpendapat bahwa secara berurut tonggak-tonggak pemikiran dan
pengaturan hak assasi manusia mulai dari Magna Charta (Piagam Agung 1215), yaitu dokumen
yang mencatat beberapa hak yang diberikan raja John dari Inggris kepada bangsawan bawahannya
atas tuntutan mereka. Naskah ini sekaligus membatasi kekuasaan raja tersebut. Kedua adalah Bill
of Right (Undang-Undang Hak 1689) suatu undang-undang yang diterima oleh parlemen Inggris,
setelah dalam tahun 1688 melakukan rrevolusi tak berdarah (the glorius revolution) dan berhasil
melakukan perlawanan terhadap raja James II. Menyusul kemudian The American eclaration of
Declaration des droits de I’homme et du citoyen (pernyataan hak-hak manusai dan warga negara,
13
1789) naskah yang dicetuskan pada awal revolusi Perancis sebagai perlawanan terhadap
kesewenang-wenangan raja dengan kekuasaan absolut. Selanjutnya Bill of Right (UU Hak),
disusun oleh rakyat Amerika Serikatr pada tahun 1789, bersamaan waktunya dengan revolusi
Perancis, kemudain naskah tersebut dimasukkan atau doitambahkan sebagai bagian dari Undang-
meringkaskan paling tidak terdapat Empat Kebebasan (The Four Freedoms) yang harus diakui,
yakni (1) freedom of speech (kebebasan untuk berbicara dan mengeluarkan pendapat, (2) freedom
of religion (kebebasan beragama), (3) freedom from want (kebebasan dari kemiskinan), dan (4)
Kondisi tersebut berbeda dengan proses transisi yang dilakukan oleh Argentina dan Chile.
Dimana proses negosiasilah yang tampak dan tidak terdapat perlawanan dari para elit militer.
Contohnya adalah Chile, dimana pemerintah telah memilih sarana yang berbeda untuk mengupas
masa lalunya yaitu dengan cara membuka kebenaran dari pelanggaran-pelanggaran HAM dan
dorongan terhadap suatu pengakuan publik akan kejahatan-kejahatan. Tujuannya adalah meminta
rasa bersalah dan permintaan maaf yang dilakukan oleh pelaku kepada korban. Walaupun pada
awalnya terasa nuansa skeptis yang menjurus kearah instabilitas, akan tetapi kemudian justru
mendapatkan dukungan dari berbagai elemen masyarakat. Hal inilah yang dapat disebut sebagai
salah satu mekanisme simbolis untuk memutuskan hubungan dengan masa lalu.
Dapat kita simpulkan bahwa transisi politik di beberapa negara Amerika Latin memang
memiliki beberapa karakteristik yang sama. Salah satu contohnya ketika kita membandingkan
dengan pengalaman yang dialami di negara Eropa Selatan. Di Amerika latin, faktor-faktor
14
internasional memegang peranan penting dalam proses transisi politik, sedangkan di Eropa Selatan
15