Anda di halaman 1dari 63

BAB III

PERANCANGAN SISTEM

3.1 Metodologi Penelitian


Pada metodologi penelitian kali ini dilakukan secara bersusun dan dijabarkan
pada diagram alir sebagai berikut.

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian


(Sumber : Dokumen Pribadi)
3.1.1 Studi Literatur
Peneliti melakukan kajian serta mengumpulkan referensi mulai dari Jurnal,
Skripsi, Peraturan perundang – undangan, dan Tesis yang meneliti dari penelitian
sebelumnya untuk dijadikan sumber studi untuk pelaksanaan penelitian selanjutnya.
Studi literatur sangat membantu peneliti dalam memahami konsep yang akan diteliti
seperti spesifikasi alat, tata cara pengujian, tata cara pengambilan data, dan
penggunaan rumus perhitungan sebagai perhitungan pembanding dari data yang
diambil.

3.1.2 Pembuatan Modul


Peneliti melakukan perancangan mulai dari software dan hardware yang
digunakan untuk penelitian. Perancangan hardware didesain terlebih dahulu
menggunakan aplikasi 3D modeling sehingga didapatkan gambaran dalam pembuatan
perancangan hardware. Perancangan software dibuat dalam bentuk kode program
yang dibuat dengan aplikasi code editor yang terdapat di internet sehingga dapat
digunakan dalam menjalankan rangkaian perintah yang output nya dapat dibaca dan
dipahami oleh manusia.

3.1.3 Pengujian Modul


Peneliti melakukan pengujian pada sensor – sensor yang akan digunakan dan
diuji satu persatu menggunakan alat ukur sebagai pembanding. Pengujian yang
dilakukan pada sensor diuji dengan alat ukur pendamping seperti, sensor tengangan
dengan alat pendamping multimeter dan sensor arus dengan alat pendamping
tangampere, dan sensor suhu dengan alat pendamping thermogun. Tujuan
dilakukannya pengujian modul agar data yang didapat dari sensor sesuai dengan yang
diukur. Selain itu juga dapat diketahui besar nilai eror pada setiap sensor yang
digunakan.
3.1.4 Pengambilan Data
Pengambilan data kali ini dilakukan selama 4 hari dengan 4 variasi. Waktu
pengambilan data diambil mulai dari matahari terbit sampai matahari terbenam
(06.00 – 18.00 WIB). Data yang diambil seperti, irradiasi matahari, suhu pada
permukaan panel surya, arus keluaran panel surya, dan tegangan keluaran panel
surya. Pengambilan data ini menjadi sampel yang mewakili performa harian dan
sudah dapat menjadi data sampel yang dapat diolah untuk memenuhi target
penelitian.

3.1.5 Analisa dan Pengolahan Data


Setelah data sudah didapatkan lalu di susun dalam bentuk tabel yang nantinya
akan dibandingkan antara variasi – variasi dengan menggunakan persamaan untuk
pembuktian hipotesa yang dibuat sesuai yang diharapkan. Jika hasil pengolahan data
belum sesuai dengan yang diinginkan maka dilakukan pengambilan data kembali
sampai sesuai. Setelah data yang diinginkan sudah didapat, maka dapat dilanjutkan.

3.1.6 Kesimpulan dan Saran


Penjelasan peneliti dari hasil analisa yang didapatkan setelah melakukan
penelitian. Penjelasan ini didapat dari rumusan masalah serta hipotesa yang
diidentifikasi dalam penelitian tugas akhir ini. Untuk pengembangan penelitian
dijelaskan disaran yang berisikan tentang penggunaan variasi alat dan metode yang
lain dan lebih baik.

3.2 Perancangan Perangkat Keras (Hardware)


Perancangan perangkat keras (hardware) pada penelitian kali ini mengulas
dari segi desain dan fisik modul. Sebelum dilakukan perancangan perlu menentukan
spesifikasi komponen yang akan digunakan, setelah itu merancang semua komponen
yang sudah ditentukan menjadi purwarupa alat yang tangguh, aman, dan ekonomis.
Perancangan perangkat keras pada tugas akhir ini dibagi menjadi 3 yaitu desain
modul pengujian, desain sistem pendingin, dan perancangan modul monitoring dan
pendingin otomatis.

Gambar 3.2 Desain rangkaian modul penelitian secara keseluruhan


(Sumber : Dokumen Pribadi)
Pada gambar 3.2 merupakan desain rangkaian modul penelitian secara
keseluruan yang akan digunakan pada penelitian tugas akhir ini. Modul penelitian ini
terdiri atas beberapa komponen perangkat keras (hardware) seperti :
1. Panel surya 100 Wp
2. Lampu LED 5 W & 7 W
3. Solar Charge Controller PWM KW1210
4. Baterai 12 V 5AH
5. Motor DC 12 V
6. Mikrokontroler ATmega328p
7. Mikrokontroler Modul Wi-Fi ESP8266
8. Baterai 9 V
9. Sensor ACS712
10. Sensor DS18B20
11. Sensor SEN-0052
12. Relay 1 channel
13. Layar LCD

3.2.1. Perancangan Modul penelitian


Perancangan modul penelitian pada kali ini memerlukan beberapa hal yaitu
merancang suatu alat yang dapat melakukan pengukuran, monitoring terhadap hasil
keluaran daya listrik dari panel surya seraca realtime, dan mengantur sistem
pendingin otomatis pada panel surya. Untuk melakukan pengukuran terhadap hasil
keluaran daya yang dihasilkan oleh panel surya maka diperlukan alat yang memiliki
sistem yang dapat memproses hasil keluaran tersebut.

Gambar 3.3 Rangkaian modul penelitian


(Sumber : Dokumen Pribadi)
Pada gambar 3.3 merupakan perancangan rangkaian modul penelitian tugas
akhir kali ini. Terdapat 4 komponen penting, yang pertama adalah 2 buah panel yang
dirangkai secara pararel, modul monitoring dan kontrol, pompa air pendingin
permukaan panel photovoltaic, dan smartphone. Untuk penghubung antara panel
dengan modul monitoring menggunakan kabel NYAF, untuk penggambarannya di
gambar 3.3 kutub positif (garis merah) dan kutub negatif (garis hitam). Modul
monitoring dan kontrol berisikan komponen – komponen seperti SCC,
mikrokontroler, sensor, dan pengaman. Dalam memproses hasil daya keluaran dari
panel sensor menerima hasil pengukuran lalu diteruskan menuju mikrokontroler
untuk dibaca dan diproses, sehingga pada gambar yang dihubungkan dengan garis
panah putus – putus mikrokontroler dapat mengendalikan aktuator yaitu pompa air
berupa motor DC (sistem pendingin). Setelah diproses oleh mikrokontrol, pompa air
mengalirkan air pada permukaan panel photovoltaic, rangkaian diwakilkan dengan
garis panah biru. Sedangkan hasil monitoring ditampilkan melalui aplikasi
smartphone yang terhubung dengan jaringan koneksi internet dan aplikasi monitoring
dengan aliran data secara online yang digambarkan oleh garis panah bolak balik putus
– putus.

Gambar 3.4 Desain Modul Penelitian


(Sumber : Dokumen Pribadi)
Pada gambar 3.4 memperlihatkan desain visualisasi dalam perancangan untuk
modul penelitian pada tugas akhir kali ini. Kerangka pada desain modul penelitian ini
merupakan penompang utama untuk panel surya dan sudah disesuaikan untuk
menompang 2 panel surya berukukan masing – masing 50 Wp yang dipasang dengan
konfigurasi pararel. Pembuatan modul penelitian ini dibuat secara ringkas dan
sederhana. Pembuatan modul ini didesain agar mudah mobilisasi dikarenakan modul
pengujian harus mudah dipindahkan dan diatur sudut kemiringan panel surya agar
dapat mendapatkan radiasi matahari secara maksimal, maka dari itu modul ini
memiliki pengatur sudut kemiringan panel dan juga terdapat roda sebagai alat bantu
perpindahan.

3.2.2. Perancangan Sistem Pendingin


Perancangan sistem pendingin pada penelitian kali ini berfungsi sebagai
pendingin utama untuk permukaan panel surya menggunakan air. Penggunaan air
yang dialirkan melalui pipa pada permukaan panel photovoltaic dengan debit air yang
tinggi dapat menurunkan suhu pada permukaan panel. Sistem aliran air yang
digunakan pada penelitian ini menggunakan sistem aliran air secara tertutup, dimana
air yang sudah digunakan untuk mendinginkan permukaan panel photovoltaic
ditampung ke dalam sebuah kolam untuk digunakan kembali.

Gambar 3.5 Desain pipa air pendingin


(Dokumen : Dokumen Pribadi)
Pada gambar 3.5 merupakan desain mekanik sistem pendingin untuk
permukaan panel photovoltaic. Pemasangan pipa pada modul penelitian tugas akhir
ini menggunakan pipa berdiameter 2,5 cm yang terhubung dengan pompa DC 12 V.
Penempatan pipa pada ujung bagian atas panel photovoltaic berfungsi sebagai saluran
serta pembagi aliran air melalui konektor ‘T’ yang dipasang dipermukaan panel
melalui pompa. Penggunaan pompa dengan spesifikasi kekuatan 800 liter per jam
dinilai lebih dari cukup untuk mengalirkan air pada permukaan panel photovoltaic.

3.2.3. Perancangan Modul Monitoring dan Pendingin Otomatis


Pada penelitian tugas akhir kali ini memerlukan sebuat alat yang mencakup
sebagai pembaca performa panel, pengatur suhu pada panel photovoltaic, mengukur
hasil keluaran dari panel surya yaitu tegangan dan arus. Pembuatan modul ini
merupakan alat penunjang untuk melengkapi kebutuhan penelitian ini. Setelah
mendapatkan hasil keluaran panel photovoltaic modul ini dapat mengirimkan hasil
monitoring daya secara daring yang nantinya akan dikumpulkan dan diolah untuk
keperluan penelitian.

Gambar 3.6 Modul Monitoring dan pengatur suhu otomatis


(Sumber : Dokumen Pribadi)
Pada gambar 3.6 merupakan desain dari modul monitoring dan pengatur suhu
otomatis. Modul ini didesain dengan wadah ukuran dimensi 20 cm × 20 cm × 20 cm
berbahan dasar akrilik tembus pandang sehingga ringan, mudah untuk mobilisasi, dan
mempermudah kontrol modul dari luar. Pada bagian atas modul dapat dibuka tutup
agar dapat mempermudah dalam pengaturan atau maintenance mikrokontrol dan
komponen – komponen yang terpasang pada modul. Pada bagian depan modul
terdapat layar LCD i2c 16 × 2 untuk menampilkan hasil pembacaan dari sensor suhu,
2 lubang dengan banana plug untuk mengukur tegangan input panel menggunakan
multimeter dan SCC. Selain itu terdapat 2 lampu LED, lampu LED berwarna biru
berfungsi sebagai indikator pengaturan mode sistem pendingin yang sedang
digunakan. Untuk memenuhi kebutuhan pembacaan hasil keluaran panel photovoltaic
maka modul dilengkapi dengan sensor tegangan DC tipe SEN-0052 dan sensor arus
tipe ACS712ELCTR-20A-T, sensor tengangan ini dapat mengukur tegangan DC dari
(0 – 25) V sedangkan sensor arus yang digunakan mampu mengukur ±20 Ampere.
Untuk membaca temperatur pada permukaan panel maka pada modul dipasang sensor
suhu DS18B20 yang dapat mengukur suhu dari -55℃ hingga +125℃ dengan akurasi
±0,5℃.

Gambar 3.7 Rangkaian skematik mikrokontroler modul monitoring dan pendingin otomatis
(Sumber : Dokumen Pribadi)
Gambar 3.7 menunjukan rangkaian skematik mikrokontroler untuk modul
monitoring dan pendingin otomatis. Penggunaan 2 mikrokontroler yaitu
Mikrokontroler ATMega328P (UNO) yang memiliki fungsi untuk supply daya dan
menerima serta memproses seluruh input 3 sensor (tegangan, arus, suhu).
Mikrokontroler ESP8266 (NodeMCU) berfungsi sebagai proses input data dari
Arduino Uno, kontrol aktuator dan mengirimkan hasil proses menuju Blynk. Sensor
suhu DS18B20 yang terpasang pada permukaan panel dan wadah air agar
pengurkuran lebih presisi, sensor ini dipasang secara pararel sehingga hannya
membutuhkan 1 pin sebagai masukkan. Sensor suhu DS18B20 memiliki 3 kaki yaitu
VCC, GND, dan data. VCC terhubung pada pin 5V, kabel GND terhubug pada pin
GND, dan kabel data terpasang pin 2 pada Arduino Uno. Kabel data sebelum
terhubung ke Arduino kaki VCC dan data pada sensor suhu dihubungkan dengan
resistor 4,7 KΩ sebagai pullup dari jalur data sehingga membantu proses transfer data
tetap berjalan stabil.
Selain menggunakann sensor suhu DS18B20, rangkaian ini juga
menggunakan sensor tegangan SEN-0052 berfungsi membaca nilai tegangan dan
sensor arus ACS712 berfungsi membaca nilai arus yang dihasilkan oleh panel
photovoltaic. Hasil nilai – nilai yang terbaca oleh sensor lalu diproses oleh
ATMega328P (Arduino Uno) dan ditujukan menuju modul Wi-Fi ESP8266 melalui
komunikasi serial asinkron (UART) yang diatur. Pada sensor tegangan SEN-0052
terdapat 3 kaki yang terhubung ke Arduino. Pin + terhubung dengan pin 5V, pin –
terhubung dengan GND, dan untuk pin S terhubung dengan pin A0. Pemasangan
sensor ini terhadap panel photovoltaic terhubung langsung secara pararel dan dapat
membaca tegangan hasil maksimal sebesar 25 V, sementara yang diketahui tegangan
yang dihasilkan oleh panel photovoltaic sebesar 22 V sehingga penggunaan sensor ini
dinilai cukup.
Penggunaan sensor arus ACS712 memiliki sensitivitas pembacaan arus
mencapai 20 A. Sensor ini memiliki 3 kaki yang terhubung ke Arduino. Pin VCC
terhubung dengan pin 5 V, pin GND terhubung dengan GND, untuk pin OUT
terhubung dengan pin A1. Pemasangan sensor arus terhadap panel photovoltaic
dirangkai langsung secara seri dengan sisi positif panel maka total arus maksimal
yang dapat dihasilkan 5,76 A. Maka penggunaan sensor arus ACS712 yang memiliki
sensitivitas pembacaan arus mencapai 20 A dinilai cukup.
Selain penggunaan sensor sebagai input nilai – nilai yang dibutuhkan untuk
mikrokontroler dan perhitungan, dibutuhkan juga relay pada penelitian ini. Relay ini
memiliki fungsi sebagai sistem output yang akan mengatur aktuator berupa pompa
DC untuk hidup atau mati. Relay ini memiliki tegangan kerja sebesar 5 V, dan
memiliki pin yang terpasang pada mikrokonntroler Wi-Fi ESP8266. Pin VCC
terhubung pada pin VU, pin GND terhubung dengan GND, dan pin data terhubung
pada pin 2. Rangkaian kontrol aktuator pemasangan antara relay terhubung dengan
sisi VCC pada pompa DC dan sisi positif dari sumber daya untuk menghidupkan
pompa DC menggunakan sumber dari baterai.

3.2.4. Komponen Modul Penelitian


Pembuatan alat pengujian atau modul diperlukan perkiraan sebelum
perakitannya. Seperti penentuan besaran kapasitas sistem yang dibutuhkan sehingga
dapat mempermudah dalam pemilihan alat komponen yang digunakan sebagai alat
penunjang kemampuan modul atau alat pengujian penelitian.

A. Panel Photovoltaic
Penelitian kali ini menggunakan panel photovoltaic polycrystalline dari
MySolar dengan tipe MY50M-12 sebanyak 2 buah yang sudah bersertifikasi ISO
9001. Spesifikasi dan karakteristik panel yang digunakan dapat dilihat pada tabel 3.1
atau dengan mengakses mysolar.co.id.

Tabel 3.1 Spesifikasi Panel MySolar 50Wp (MY50M-12)


Parameter Nilai

Tipe Sel Poly-Crystalline


Daya Maksimal (PMAX) 50 Wp
Teganan saat PMAX (Vmp) 17,6 V
Arus saat PMAX (Imp) 2,88 A
Tegangan open-circuit (VOC) 22 V
Arus short-circuit (ISC) 3,05 A
Tegangan Maksimal Sistem 700 V
Temperature Range -48 °C – +88°C
Weight 4.2 Kg
Dimensi (cm) 67 × 53 × 03
Koefisien Suhu terhadap VOC -(0,4 ± 0,05)% / °C
Koefisien Suhu terhadap ISC (0,065 ± 0,01)% / °C
Koefisiean Suhu terhadap Daya -(0,5 ± 0,05)% / °C
Toleransi Daya Output ±3%
(Sumber : mysolar.co.id)

Dari tabel 3.1 Penggunaan panel pada penelitian kali ini berkapasitas 50 Wp
(Watt peak) berjenis poly crystalline. Penggunaan penelitian kali ini menggunakan 2
panel yang sama sehingga total kapasitas panel 100 Wp. Tegangan yang dihasilkan
panel saat PMAX sebesar 17,6 V dengan arus keluaran saat PMAX sebesar 2,88 A,
sedangkan saat posisi open circuit atau tanpa beban panel menghasilkan sampai 22 V
untuk arus sampai dengan 3,05 A. Susuan pemasangan panel dapat dilakukan dengan
2 cara yaitu secara seri atau pararel.
Penggunaan susunan pemasangan panel secara seri atau pararel harus sesuai
dengan perancangan sistem yang ada. Untuk pemasangan panel secara seri akan
mengakibatkan jumlah arus bertamban namun untuk jumlah tegangan tetap, dengan
arus yang dihasilkan (Isc) sebesar 3,05 A. Jika penggunaan 2 panel Isc menjadi 6,1 A
dengan Voc tetap. Untuk pemasangan panel secara pararel akan mengakibatkan
jumlah teganan bertambah namun untuk arus tetap, dengan tegangan yang dihasilkan
(Voc) sebesar 22 V tiap panel. Maka jika penggunaan 2 panel Voc menjadi 44 V
dengan arus (Isc) yang masih tetap. Pemasangan panel pada penelitian ini dilakukan
secara pararel dikarenakan mengikuti kapasitas SCC (Solar Charge Control) yang
digunakan yaitu 12/24 V dengan tujuan pembuatan modul yang tidak memerlukan
tegangan yang besar.
Besaran suhu yang terdapat pada tabel spesifikasi panel MySolar menunjukan
untuk tegangan, arus, dan daya dapat berubah naik atau turun jika terjadi perubahan
suhu setiap 1 °C dengan rentang perubahan yang tertera pada tabel 3.1. Perubahan
suhu ini sesuai dengan karakteristik I – V dengan pengaruh efek temperatur suhu.

B. MC4 Konektor
Pada panel surya yang digunakann pada penelitian ini terdapat 2 kabel (positif
dan negatif) dari kabel ini harus langsung terhubung ke modul monitoring sehingga
diperlukan konektor MC4 sebagai alat penghubung. Sehingga konektor ini
menyambungkan kabel dari panel surya agar lebih panjang mencapai modul
monitoring. Berikut tabel spesifikasi dari konektor yang digunakan pada tugas akhir
ini.
Tabel 3.2 Spesifikasi MC4

Parameter Nilai
Tegangan Terukur 1000 V
Tegangan Impuls Terukur 1000 V
Tegangan Uji 6 kV (50 Hz)
Kelas Perlindungan IP 67
Bahan Kontak Tembaga, berlapis Perak
Bahan Isolasi PC / PA
Cocok dengan Kabel 10, 12, 14 AWG
Suhu Pengoperasian -40 ~ +90°C
(Sumber : Informasi produk)
Pada tabel 3.2 dapat diketahui konektor MC4 dapat dilalui tegangan sampai
sebesar 1000 V dengan bahan kontak berupa tembaga dilapisi perak. Konektor MC4
ini juga memiliki perlindungan IP 67 yang berfungsi memiliki ketahanan air di
kedalaman 1 meter selama 30 menit. Perlindungan IP 67 ini sangat dibutuhkan karena
penempatan panel surya pada outdoor memiliki kemungkinan besar terkena hujan.

C. Solar Charge Controler 12/24 V


Penggunaan Solar Charge Controler (SCC) pada penelitian kali ini berfungsi
sebagai sistem pengatur pengisian dan pengosongan baterai untuk menghindari efek
overcharge maupun undercharge pada baterai. Selain itu SCC juga ada sistem
pengaman pada inputannya. Berikut spesifikasi dan mode kerja dari SCC disajikan
dalam bentuk tabel.
Tabel 3.3 Spesifikasi SCC KW1210

Parameter Nilai
Tegangan Baterai 12 V / 24 V Auto
Arus Charging 10 A
Arus Discharging 10 A
Max. Solar Input Baterai 12 V, Tertinggi 23 V
Baterai 24 V, Tertinggi 46 V
Pengisian berlebihan saat 13,7 V (default, dapat diubah)
Pemakaian berhenti saat 10,7 V (default, dapat diubah)
Pemakaian kembali saat 12,6 V (default, dapat diubah)
Keluaran USB 2 arah keluaran USB, 5 V/2,5 A
Arus yang digunakan < 10 mA
Suhu pengoperasian -35 – +60
Dimensi (mm) / Berat (g) 133,5 × 70 × 35 / 165
(Sumber : lembar informasi produk SCC PWM KW1210)
Pada tabel 3.3 menjelaskan spesifikasi untuk Solar Charge Controller (SCC)
yang digunakan pada penelitian ini. Tipe yang digunakan yaitu SCC PWM dengan
tegangan baterai 12 V atau 24 V. Dari spesifikasi dapat diketahui untuk penggunaan
konfigurasi baterai 12 V maka nilai tegangan input panel surya maksimal sebesar 23
V. Sedangkan untuk penggunaan konfigurasi baterai 24 V maka nilai maksimal
tegangan input panel surya sebesar 46 V. Untuk penggunaan semua konfigurasi
baterai (12 V/24 V) arus charging maksimal 10 A.
Sebagai pengatur daya input panel ke beban dan daya baterai ke beban SCC
juga mengatur aliran daya dengan kontrol batas teganan. Dari tabel 3.3 diketahui
bahwa SCC saat kondisi floating charge ketika tegangan mencapai 13,7 V. Hal ini
merupakan bentuk pengaturan menghentikan pengisian dari sumber panel surya
menuju baterai, batas tegangan dapat diatur sesuai kebutuhan pengguna. Aliran daya
baterai menuju beban akan dihentikan oleh SCC jika sudah mencapai 10,7 V
(pengaturan default) yang memberikan manfaat baterai terhindar dari batas Depth of
Discharge. Penghubungan kembali aliran daya baterai menuju beban (discharge
reconnect) saat tegangan baterai mencapai 12,6 V (pengaturan default).

Gambar 3.8 SCC PWM KW1210


(Sumber : Dokumen Pribadi)

Pada tugas akhir kali ini menggunakan SCC PWM sesuai pada Gambar 3.8
yang memiliki ukuran (13,3 × 7 × 3) cm, ukuran SCC cukup kecil mengingat
kapasistas tegangan hanya 12 V / 24 V. Pada SCC ini terdapat layar LCD untuk
menampilkan mode kerja SCC, menampilkan tegangan, mode pengisian baterai, dan
mode pengisian aliran daya ke beban. Pada bagian bawah SCC terdapat 3 pasang pin
(positif dan negatif) yang digunakan untuk menyambungan ke panel surya, baterai,
dan beban, Terdapat 3 tombol untuk mengatur mode kerja dan batas tegangan yang
digunakan SCC. Terdapat 2 buah port USB port tipe A dengan keluaran tegangan 5 V
dan arus 2,5 A. Fungsi port ini dapat digunakan untuk pengisian daya seperti
pengisian daya beban lain atau pengisian baterai smartphone yang memiliki plug
USB tipe A.
D. Battery 12V 5AH
Penyimpanan daya yang dihasilkan oleh panel surya akan disimpan pada suatu
alat yaitu baterai. Selain untuk menyimpan energi, baterai juga berfungsi untuk
mensuplai beban. Penggunaan suplai beban pada penelitian kali ini digunakan untuk
suplai pompa DC dan lampu DC. Berikut spesifikasi dari baterai SMT 125 disajikan
dalam bentuk tabel.
Tabel 3.4 Spesifikasi Baterai SMT 125

Parameter Nilai

Type SMT 125 VRLA


Tegangan 12 V
Daya Pengisian 5 AH 20HR
Penggunaan Cycle 14,5 V – 14,9 V
Penggunaan Standby 13,6 V – 13,8 V
Arus Inisial < 1,5 A
Dimensi (mm) 90 × 70 × 106
Berat (Kg) 1,45
(Sumber : informasi produk Battery SMT 125)

Pada tabel 3.4 terdapat spesifikasi dari baterai bertipe SMT 125 VLRA
dengan tegangan 12 V dan arus 5 A. Pada penelitian kali ini menggunakan 2 buah
baterai dengan konfigurasi pemasangan pararel yang membuat daya baterai menjadi
10 AH. Penggunaan 2 buah baterai sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan beban
yang memiliki rating arus 1,8 A untuk pompa DC dan 0,5 A untuk lampu DC yang
penggunaan baterainya saat habis akan terisi kembali oleh panel panel surya melalui
SCC.

Gambar 3.9 Baterai VRLA SMT 125


(Sumber : Dokumen Pribadi)

Spesifikasi baterai pada bertipe Valve Regulated Lead Acid (VRLA) dalam
penggunaanya terbagi menjadi 2 yaitu Stanby Use dan Cycle Use. Pada saat Stanby
Use maka penggunaan baterai dalam keadaan listrik tidak menyala saja atau
emergency, untuk penggunaan standby Use baterai pada tegangan 13,6 V – 13,8 V.
Pada saat Cycle Use merupakan penggunaan baterai ketika baterai menyuplai daya
secara terus menerus sampai kapasitas baterai kosong kemudian dilakukan pengisian
kembali, proses ini dilakukan secara berulang. Untuk penggunaan cycle use baterai
dapat memberikan supply sebesar 14,5 V – 14,9 V.

E. Pompa Mini 12 V DC
Pada penelitian kali ini menggunakan pompa yang digunakan sebagai actuator
pendingin otomatis. Berikut merupakan spesifikasi dari Pompa Mini DC 12 V yang
di gunakan pada tugas akhir seperti pada tabel berikut.

Tabel 3.5 Spesifikasi Pompa Submersible Taffware 12 V DC

Parameter Keterangan
Tipe Submersible
Tegangan 12 V
Daya 22 W
Max. water head 5m
Max. flow rate 800 L/H
Max. water circulating temperture 100°C
Inlet / Outlet 0,5 inci
(Sumber : Informasi Produk)

Pada tabel 3.5 dapat diketahui bahwa pompa yang digunakan merupakan
pompa Taffware bertipe submersible (pompa dalam air). Pompa ini menggunakan
daya sebesar 22 W dengan tegangan DC sebesar 12 V. Untuk debit air yang dialirkan
sebesar 800 liter/jam dan mengalirkan air secara vertikal dengan pipa dengan tinggi
maksimal 5 m dan ukuran inlet atau outlet sebesar 0,5 inci. Pada saat uji coba pompa
mini ini berjalan dengan baik dan dapat memompa air dari kolam air menuju
permukaan panel. Aliran yang dihasilkan oleh pompa cukup besar sehingga dapat
menutup permukaan panel dengan aliran air.

F. Lampu LED 12 V DC
Penggunaan lampu LED 12 V DC pada penelitian kali ini berfungsi sebagai
beban dengan daya 5 watt dan 7 watt. Sebagai pelengkap rangkaian PLTS lampu
disambungkan ke pin load pada SCC yang sudah dirangkai terhadap baterai dan panel
surya.
Gambar 3.10 Lampu DC 12 V 5 Watt dan 7 Watt
(Sumber : Dokumen Pribadi)
Pada Gambar 3.4 memperlihatkan lampu DC yang digunakan pada penelitian
kali ini sebagai beban pada sistem PLTS. Penggunaan 2 lampu DC ini memiliki merk
yang berbeda. Untuk lampu DC 5 W bermerk SIVITECH, sedangkan untuk lampu
DC 7 W bermerk HAYASI.

G. Fuse DC 10 A
Penggunaan fuse pada penelitian kali ini berfungsi untuk melindungi peralatan
pada modul monitoring dan perangkat yang lain dari lonjakan listrik yang melibihi
dari kapasitas komponen – komponen yang digunakan pada rangkaian modul
monitoring. Alasan penggunaan pengaman fuse DC 10 A ini dikarenakan komponen
– komponen yang digunakan nilai kapasitasnya tidak terlalu tinggi dan harga fuse ini
sangat terjangkau dari pada menggunakan MCB.

Gambar 3.11 Fuse DC 10A


(Sumber : alibaba.com)
Spesifikasi dari Fuse DC 10 A ini memiliki tipe blade dengan rating tegangan
32 V dan arus 10 A. Penggunaan Fuse DC ini sangat cukup untuk memenuhi kriteria
pengaman yang digunakan pada penelitian ini, karena untuk arus yang di hasilkan
panel surya sekitar 6 A dan batas setting arus pada SCC dan baterai sebesar 10 A.
Pemasangan fuse DC ini dirangkai pada sambungan panel ke SCC dan SCC ke
baterai sehingga SCC dan baterai dapat terhindar dari kerusakan.

H. Kabel NYAF
Pada rangkaian modul penelitian kali ini menggunakan kabel berjenis NYAF.
Penggunaan kabel ini dipilih karena spesifikasi nilai isolasi kabel dapat digunakan
untuk kondisi di luar ruangan. Sesuai dengan perhitungan PUIL 2011 batas arus pada
sistem sebesar 10 A maka ukuran kabel NYAF yang harus digunakan memiliki kuat
hantar arus (KHA) minimal 125% x batas arus sistem (12,5 A). Pada tabel PUIL 2016
diketahui ukuran kabel NYAF dan nilai KHA, dari syarat minimal KHA kabel
terpilih ukuran kabel NYAF 1 x 1,5 mm dengan nilai KHA sebesar 15 A.

3.3 Perancangan Perangkat Lunak (Software)


Perancangan perangkat lunak software pada penelitian tugas akhir kali ini
mengulas tentang pemasukkan program pada mikrokontroler ATMega328P (Arduino
Uno) dan modul Wi-Fi ESP8266 menggunakan software bawaan arduino yaitu
Arduino IDE dengan bahasa pemograman C. Selain melakukan pembuatan program
pada mikrokontroler dilakukan juga perancangan program untuk monitoring secara
IoT menggunakan aplikasi Bylnk dengan aplikasi androind smarphone. Tujuan
dilakukannya perancangan lunak pada penelitian tugas akhir ini agar mikrokontrol
dapat terprogram untuk memenuhi algoritma atau yang diinginkan.
Gambar 3.12 Diagram Blok Sistem Keseluruhan
(Sumber : Dokumen Pribadi)
Pada gambar 3.12 merupakan bentuk sistem perancangan alat penelitian pada
tugas akhir kali ini. Menggunakan 2 buah mikrokontrol yang, 3 buah sensor, 1 buah
aktuator, dua penanda mode kontrol yang digunakan dan aplikasi Blynk sebagai
pengendali perangkat keras, menampilkan data sensor, dan penyimpanan data. Data
yang didapatkan dari sensor arus, sensor tegangan, dan sensor suhu berupa sinyal
digital dan analog yang dikirimkan menuju ke mikrokontrol dengan aliran sinyal garis
terputus secara satu arah. Setelah data dikirimkan ke mikrokontrol, maka
mikrokontrol ATMega328P memproses hasil input dari sensor dan mengirimkan ke
mikrokontrol ESP8266 dengan menggunakan komunikasi serial. Komunikasi serial
berfungsi untuk komunikasi (mengirim data) antar mikrokontrol melalui pin
transmitter dan receiver. Untuk komunikasi antar mikrokontrol diharuskan juga
untuk penyamaan baudrate menjadi 115200 bps. Pemilihan Baudrate tersebut
mengikuti spesifikasi dari mikrokontrol NodeMCU yang memiliki nilai default untuk
baudrate sebesar 115200 bps. Penyamaan Baudrate pada kedua mikrokontrol sebagai
penyamaan pengatur kecepatan dalam mengirim data dan agar data yang dikirim
ATMega328P (Master) dapat terbaca oleh ESP8266 (Slave).
Pada gambar 3.12 bagian blok garis – garis berwarna merah merupakan area
fungsi kontrol pada ESP8266. Data yang diterima oleh ESP8266 diproses untuk
melakukan tindakan on / off terhadap pompa DC melalui relay dengan algoritma yang
sudah dibuat. Proses on / off yang dilakukan oleh ESP8266 ditunjukan dengan
batasan mode yang sudah dibuat digambarkan dengan LED 1 dan 2. Selain
melakukan proses kontrol aktuator mikrokontrol ESP8266 juga menngirimkan data
menuju ke Blnk Server yang nantinya data akan diproses menjadi file CSV (comma
separated values) yang dapat diakses di akses melalui Microsoft Excel dan untuk data
sensor yang diterima akan ditampilkan pada aplikasi dari Blynk di smartphone.
Pada aplikasi Blynk di smartphone memiliki fungsi sebagai monitoring secara
realtime dan dapat mengontrol relay sesuai dengan mode (batasan suhu) yang dipilih.
Sehingga kinerja dari sistem pendingin dapat bekerja dengan maksimal dengan
penyesuaian batasan suhu yang terjadi. Data keseluruhan yang ingin lihat akan
dikirimkan melalui Blynk app ke email berupa file CSV. Gambar 3.13 menunjukan
diagram alir (flowchart) dari perangkat lunak secara keseluruhan.
Gambar 3.13 Flowchart sistem perangkat lunak keseluruhan
(Sumber : Dokumen Pribadi)
3.4.1 Perancangan Sistem Tertanam ATMega328P (Arduino Uno)
Perancangan perangkat lunak pada sistem tertanam ATMega328P dibagi
menjadi yaitu inisialisasi sistem, pembacaan input, keluaran sistem, LCD. Gambar
3.14 menunjukkan diagram alir (flowchart) dari sistem tertanam ATMega328P.
Gambar 3.14 Flowchart sistem tertanam ATMega328P
(Sumber : Dokumen Pribadi)
A. Inisialisasi Sistem
Sebelum program utama dijalankan perlu adanya inisialisasi sistem terlebih
dahulu. Inisialisasi berfungsi untuk memberi nilai awal yang dilakukan saat deklarasi
variabel. Inisialisasi yang dilakukan mencakup inisialisasi tipe data, variabel, dan Pin
Input Output (IO).
1. Inisialisasi Tipe Data dan Variabel
Persiapan sebelum memulai perintah lebih lanjut, maka perlu dilakukan
deklarasi pada tipe data dan variabel-variabel serta kondisi pada awalnya. Variabel
yang dideskripsikan pada daftar program diantaranya yaitu variabel sensor suhu dan
tegangan dalam bentuk float, sensor arus dalam bentuk integer, dan variabel LCD.
Penulisan variabel dan tipe data disusun pada daftar program sebagai berikut:
//===================Library Sensor DS18B20===================
#include <OneWire.h>
#include <DallasTemperature.h>
#define ONE_WIRE_BUS 2
//===================Library LCD===================
#include <LiquidCrystal_PCF8574.h>
#include <Wire.h>
//===================Membuat Variabel Sensor DS18B20================
OneWire oneWire(ONE_WIRE_BUS);
DallasTemperature sensor(&oneWire);
//SoftwareSerial DataSerial (12, 13);
//===================Variabel LCD===================
LiquidCrystal_PCF8574 lcd(0x27);
//==================Deklarasi Variabel Sensor
DS18B20================
float suhuDS18B20_0;
float suhuDS18B20_1;
float suhuDS18B20_2;
float suhurata;
//================Deklarasi Variabel Sensor
Tegangan=================
const int voltage_sensor = A0;
float voltage_sensor_raw;
float v_beban;
//variabel untuk menampung nilai sensor
//float humidity, temperature;
//int ind1, ind2, ind3;
//String str_kirimDataNodemcu, data1, data2;
//===================Deklarasi Variabel Sensor
ACS===================
double vRef = 4720;
int iter= 2000;
double vMid = vRef/2;
double mVpA = 0.100;
double pADC=0;
unsigned long awalPrint=0;
unsigned long jeda=2000;
double Amp;

Sebelum dilakukannya inisialisasi pin input output, maka perlu adanya


pendefisinian nomor pin untuk mempermudah saat membaca program. Pada sensor
DS18B20, ACS712, SEN-0052 digunakan library <OneWire.h> untuk komunikasi
bahwa hanya menggunakan 1 pin digital saja. Untuk membaca nilai digital suhu
maka pada sensor DS18B20 menggunakan library <DallasTemperature.h>.
Sedangkan untuk library LCD menggunakan <Wire.h>,

<LiquidCrystal_PCF8574.h> berfungsi untuk komunikasi hasil yang akan


ditampilkan pada layar LCD. Daftar program dari pendefisinian diatas ditunjukan
sebagai berikut:
//======================Library Sensor ====================
#include <OneWire.h>
//======================Library Sensor DS18B20====================
#include <DallasTemperature.h>
//===================Library LCD===================
#include <LiquidCrystal_PCF8574.h>
#include <Wire.h>

2. Keluaran Sistem
Setelah menerima data dari input sensor, berikutnya data diolah dan menjadi
bagian keluaran sistem tertanam pada ATMega328P. Bagian proses pengolahan dan
penampilan hasil keluaran akan ditunjukan dalam daftar program sebagai berikut:

void setup(){
Serial.begin(115200);
// delay(500);//Delay to let system boot
Serial.println("Monitoring Panel Surya\n\n");
delay(1000);//Wait before accessing Sensor
pinMode (voltage_sensor, INPUT);
pinMode (Relay, OUTPUT);
// pinMode(7, OUTPUT);
lcd.begin(16, 2);
sensor.begin();
sensor.setResolution(0, 10);
sensor.setResolution(1, 10);
sensor.setResolution(2, 10);
}//end "setup()"
Pada void setup() dilakukan penyajian persiapan fungsi dari tiap-tiap pin
sebagai masukan atau keluaran yang terhubung pada rangkaian. Pada proses
persiapan dilakukan setting delay (500) untuk proses booting sistem. Setelah itu
program menampilkan Serial.println("Monitoring Panel Surya\n\n");

untuk tampilan starting pada tampilan LCD. Setelah menampilkan tampilan awal
pada LCD dilakukan delay (1000) untuk proses persiapan sensor. Dilanjutkan dengan
persiapan pin input output.
void loop(){
baca_arus();
baca_tegangan();
kirimdata();
//int b = digitalRead(12);
////Serial.println(b);
//if(b == 1){
// digitalWrite(7, HIGH);
// }
//else{
// digitalWrite(7, LOW);
// }
}
//void autoAdjustvMid(double Amp, double vDelta){
// // Auto Adjust ini kita gunakan untuk mengkalibrasi agar
// // pada tidak ada arus vMid mendekati 0
// // Definisi tanpa beban adalah dibawah 20mA variable Amp < 20
// if (Amp < 20) vMid= vDelta;
//}
void baca_arus()
{
double adc = 0;
double analog0 = analogRead(A1);
for(int i=0; i<iter; i++){
adc += analogRead(A1);
}
double avg_adc = adc/iter;
double vAvg = (avg_adc/1023.0)*vRef;
double vDelta = vMid - vAvg;
Amp = vDelta/mVpA;
Amp = (Amp/1000) + 0.47;
}
void baca_tegangan()
{
voltage_sensor_raw = analogRead(voltage_sensor);
v_beban = ((voltage_sensor_raw*0.00489)*5);
// v_beban = v_beban/100;
// Serial.print("NILAI TEGANGAN BEBAN SAAT INI:");
// Serial.println(v_beban);
}
void kirimdata()
{
sensor.requestTemperatures();
suhuDS18B20_0 = sensor.getTempCByIndex(0);
suhuDS18B20_1 = sensor.getTempCByIndex(1);
suhuDS18B20_2 = sensor.getTempCByIndex(2);

suhurata = (suhuDS18B20_0 + suhuDS18B20_2)/2;


// Serial.print("Suhu 1 : ");
// Serial.print(suhuDS18B20_0, 2);Serial.println(" °C");
// Serial.print("Suhu 2 : ");
// Serial.print(suhuDS18B20_1, 2);Serial.println(" °C");
lcd.setBacklight(255);
lcd.setCursor(0, 0);
lcd.print("Suhu P: ");lcd.print(suhurata, 2);lcd.print(" C");
lcd.setCursor(0, 1);
lcd.print("Suhu A: ");lcd.print(suhuDS18B20_1, 2);lcd.print(" C");
delay(1000);
Pada void loop()merupakan pengulangan untuk proses pembacaan sensor
arus, tegangan, dan suhu. Pada program pembacaan sensor arus menggunakan void
autoAdjustvMid(double Amp, double vDelta)berfungsi sebagai perintah
kalibrasi agar nilai tegangan tengah tidak mendekati 0. Pada perintah program void
baca_arus() menjelaskan tentang rangkaian program untuk pembacaan sensor arus.
Pembacaan sensor arus ini berupa pembacaan analog dengan penempatan pada pin
A1. Perhitungan yang digunakan dalam mendapatkann nilai arus proporsional
terhadap ADC. Perhitungan ini untuk mengubah nilai ADC dari sensor menjadi nilai
tegangan mentah. Masukkan dari sensor arus dengan rentangan 0 – 1023, karena
ADC pada mikrokontroler ATMega328P memiliki resolusi 8-bit yang akan
dikonversi jadi tegangan sensor terbaca 0 hingga 5,00V dengan persamaan 3.1.

VADC = ( ADC
1023 )
×5,00 (3.1)

Di mana :
VADC : nilai pembacaan hasil konversi
ADC : nilai ADC yang terbaca
Pada void baca_tegangan()merupakan perintah untuk proses pembacaan
sensor tegangan. Program voltage_sensor_raw menunjukan baca sensor secara
mentah maka untuk mendapatkan nilai tegangan beban perlu pengolahan nilai seperti
persamaan 3.2.

V_beban = ( Voltage sensor raw ×0,00489 ) ×5 (3.2)

Di mana :
V_beban : Tegangan beban saat ini
Voltage sensor raw : Nilai tegangan mentah pada sensor

Setelah data sensor diolah maka didapatkan nilai tegangan beban yang
sebenarnya. Setelah mendapatkan data nilai tegangan yang sebenarnya, data
ditampilkan Serial.print("NILAI TEGANGAN BEBAN SAAT INI:");. Pada
perancangan rangkaian sistem tertanam sensor suhu DS18B20 diperlukan pernyataan
variabel suhuDS18B20_0 = sensor.getTempCByIndex(0) sebagai sensor suhu
pada bagian panel surya pertama suhuDS18B20_1 = sensor.getTempCByIndex(1)
Sebagai sensor suhu pada bagian kolam air;suhuDS18B20_2 =

sensor.getTempCByIndex(2) sebagai sensor suhu pada bagian panel surya


kedua.Lalu untuk mendapatkan nilai rata-rata pada kedua sensor suhu pada panel
dengan persamaan 3.3

( suhuDS18 B 200 + suhuDS18 B 202)


Suhu rata - rata = (3.3)
2
Di mana :
SuhuDS18B20_0 : Nilai sensor suhu panel 1
SuhuDS18B20_2 : Nilai sensor suhu panel 2
3. Liquid Crystal Display (LCD)
Perancangan daftar program untuk Liquid Crystal Display (LCD).
Perancangan program yang ditampilkan akan ditunjukkan sebagai berikut:
lcd.setBacklight(255);
lcd.setCursor(0, 0);
lcd.print("Suhu P: ");lcd.print(suhurata, 2);lcd.print(" C");
lcd.setCursor(0, 1);
lcd.print("Suhu A: ");lcd.print(suhuDS18B20_1,2);lcd.print("
C");
delay(1000);
Pada LCD i2c 16 × 2 memiliki fitur terdiri dari 16 kolom dan 2 baris dan
dengan back light. Pada program lcd.setCursor(0, 0) memiliki arti bahwa set
pada baris satu dan kolom 1 yang nantinya menampilkan data suhu pada permukaan
panel surya ditunjukan pada program lcd.print("Suhu P:

");lcd.print(suhurata, 2);lcd.print(" C"). Sedangkan untuk program


lcd.setCursor(0, 1); memiliki menjelaskan untuk menampilkan pada baris 2 dan
kolom 1 yang nantinya menampilkan data suhu pada kolam air ditunjukan pada
program lcd.print("Suhu A: ");lcd.print(suhuDS18B20_1,2);lcd.print("
C");. Tampilan data pada LCD akan dilakukan pembaharuan data setiap 1 detik.

3.4.2 Perancangan Sistem Tertanam ESP8266


Pada perancangan perangkat lunak sistem tertanam ESP8266 dibagi menjadi 2
bagian yaitu sistem pendingin kontrol relay dan mode LED. Sebelum program utama
dijalankan maka perlu adanya inisialisasi sistem. Inisialisasi dilakukan untuk
mengakses library, variabel, tipe data, konfigurasi Wi-Fi, Blynk Server, dan Blynk
App. Penggunaan library eksternal agar mempermudah dalam mengakses data-data
yang dibutuhkan sehingga mempermudah dan mempercepat algoritme. Daftar
program inisialisasi Library pada ESP8266 ditunjukan sebagai berikut:

#include <ESP8266WiFi.h>
#include <BlynkSimpleEsp8266.h>

Fungsi Library <ESP8266WiFi.h> digunakan untuk mengakses jaringan Wi-Fi.


Sedangkan fungsi Library <BlynkSimpleEsp8266.h> untuk mengakses cloud
database Blynk Server. Dengan menggunakan Library ini, maka komunikasi antara
ESP8266 dengan Blynk Server dapat terhubung.
Setelah dilakukan inisialisasi, selanjutnya merupakan proses pengolahan data.
Dimana data yang sudah diterima diproses menjadi kontrol relay dan dicatat pada
Blynk Server. Metode kontrol relay menggunakan kontrol On/Off karena tidak
memerlukan kepresisisan yang mendetail dan bekerja dengan sistem 2 kondisi. Dua
kondisi ini yaitu kondisi 1 (On) dan 0 (Off). Gambar 3.15 menunjukan diagram alir
(flowchart) dari sistem tertanam ESP8266.
Gambar 3.15 Flowchart sistem tertanam ESP8266
(Sumber : Dokumen Pribadi)
Pada gambar 3.15 terlihat bahwa sistem pendingin pada penelitian tugas akhir
ini menggunakan 2 setpoint suhu yang dapat dipilih dengan memilih mode pada
aplikasi Blynk. Batasan suhu pada parameter antar mode yang pertama di atas atau
sama dengan 30°C dan yang kedua di atas atau sama dengan 35°C. Penggunaan nilai
batasan ini merupakan nilai pengaturan kontrol aktuator. Pengaturan kontrol ini
menggunakan sistem close loop, dimana pengontrolannya bergantung dari keluaran
sistem.

A. Sistem Pendingin Kontrol Relay


Pada sistem pendingin kontrol relay perlu adanya penyesuaian pada sistem
penggunaannya agar sesuai dengan rancangan yang sudah dibuat. Maka perlu adanya
penulisan program untuk relay 5V 1 channel sebagai pemutus arus listrik secara
otomatis pada pompa. Penulisan program kontrol relay ditunjukan sebagai berikut:
#define relay D2
#define OFF 1
#define ON 0
#define led D0;
#define led D1;

void setup() {
pinMode(D0, OUTPUT);
pinMode(D1, OUTPUT);
pinMode(relay, OUTPUT);
pinMode(D3, INPUT);
}
void pendingin(){
a = digitalRead(D3);
if(a == HIGH){
digitalWrite(D0, HIGH);
digitalWrite(D1, LOW);
if(suhupanel>=30){
digitalWrite(relay, ON);
}
else{digitalWrite(relay, OFF);
}
}
else{
digitalWrite(D0, LOW);
digitalWrite(D1, HIGH);
if(suhupanel>=35){
digitalWrite(relay, ON);
}
else{digitalWrite(relay, OFF);
}
}
}
Sebelum memulai program utama, maka perlu adanya inisialisasi. Pada
inisiasi yang pertama yaitu untuk pin D2 digunakan relay dengan perintah program
#define relay D2 dan inisiasi kedua yaitu mengatur kondisi relay #define OFF 1
untuk kondisi Off dan #define ON 0 untuk kondisi On. Dengan sifat relay Normally
Open (NO), maka saat keadaan normal relay memposisikan pada rangkaian Off. Pada
fungsi void setup() mendeklarasikan pin relay sebagai output karena digunakan
untuk pengatur jalannya pompa DC. Penggunaan pin D3 sebagai pin input untuk
membaca isnyal masukkan dari tombol pada aplikasi Blynk.
Pada program fungsi void pendingin() menggunakan perulangan if else
secara bertumpuk. Pada tahap pertama pada pin D3 program membaca sebagai input
dengan perintah digitalRead(D3) yang ditampung pada variable ‘a’, Nilai pada
variabel ‘a’ merupakan nilai yang menentukan mode kerja relay pada ‘Mode 1’ atau
‘Mode 2’. Jika pada variabel ‘a’ bernilai “high” maka program akan menjalankan
Mode 1 namun jika bernilai “low” maka program akan menjalankan Mode 2.
B. Mode LED
Pada perancangan sistem tertanam ESP8266 terdapat penanda penggunaan
mode sistem pendingin yang digunakan. Penanda pada sistem pendingin yang
digunakan digambarkan pada alat dengan LED. Terdapat dua LED yaitu untuk
menandakan penggunaan antara mode 1 dan mode 2. Inisialisasi yang digunakan
dalam mode LED ini yaitu penggunaan pin D0 dan D1 yang di deklarasikan sebagai
output karena merupakan pin yang digunakan untuk lampu led yang berfungsi
sebagai indikator penggunaan ‘Mode 1’ atau ‘Mode 2’. Fungsi #define led D0
sebagai penanda LED mode 1. Sedangkan fungsi #define led D1; sebagai
penanda LED mode 2.
Mode 1 pada program ditunjukan dengan menyalanya LED 1 (pin D0) dengan
setpoint suhu pada 30°C dengan batas ± 1°C. Untuk mode 2 pada program ditunjukan
dengan menyalakan LED 2 (pin D1) dengan setpoint suhu pada 35°C dengan batas ±
1°C. Gambar 3.16 merupakan tampilan mode 1 dan gambar 3.17 merupakan tampilan
mode 2.

Gambar 3.16 Tampilan mode 1


(Sumber : Dokumen Pribadi)
Gambar 3.17 Tampilan mode 2
(Sumber : Dokumen Pribadi)
Di pindah ke bab 4

3.4.3 Perancangan Sistem Komunikasi


Pada perancangan suatu sistem yang menggunakan mikrokontrol perlu adanya
sistem komunikasi. Sistem komunikasi ini menggunakan 3 jenis yaitu pengiriman
data, terima data, dan parsing data. Masing – masing dari jenis sistem komunikasi
memiliki fungsi yang berbeda-beda. Sistem komunikasi ini digunakan saat
ATMega328P mengirimkan data ke ESP8266 berupa data string. Sistem komunikasi
juga digunakan untuk ESP8266 ke Blynk Server.
A. Pengiriman Data
void kirimdata()
{
// sediakan variabel penampung data yang akan dikirim
String datakirim = "#" + String(suhurata, 2) + "#" +
String(suhuDS18B20_1, 2) + "#" + String(v_beban) + "#" +
String(Amp);
Serial.println(datakirim);
}
Pada proses pengiriman data void kirimdata()adalah perintah komunikasi
pengiriman data berupa string dengan pemisah atau delimiter berupa karakter ‘#’.
Data yang dikirimkan yaitu berupa data suhu,tegangan, dan arus. Lalu data
ditampilkan ke serial monitor dengan perintah Serial.println(datakirim) dan
data dikirimkann ke ESP8266.

B. Terima Data
Sistem komunikasi ini digunakan saat ATMega328P mengirimkan data ke
ESP8266 berupa data string yang berisikan bacaan dari sensor suhu, arus, dan
tegangan.

void terimaDataArduino(){
str_terimaDataArduino = "";
while(Serial.available()>0){
c = (char)Serial.read();
str_terimaDataArduino += c;
}
Sebelum memasukkan program inti, dilakukan perintah program
Serial.begin(115200)dimana fungsi ini berisikan untuk memulai komunikasi
serial dengan kecepatan baudrate 115200 bps. Fungsi program
terimaDataArduino()untuk menerima data yang sudah dikirim oleh ATMega328P.
Pada awal penerimaan data dipastikan bahwa variabel yang digunakan kosong. Pada
fungsi program str_terimaDataArduino =”” berfungsi untuk memastikan variabel
tersebut sudah siap diisi data. Variabel tersebut harus dikosongkan agar tidak terjadi
penumpukan data yang dapat mengakibatkan munculnya error saat akan dieksekusi
perintah selanjutnya.
Fungsi perintah Serial.available()>0 untuk mengecek apakah ada data
yang masuk atau tidak, dengan dimasukkan perulangan while agar terus melakukan
pengecekan sampai muncul nilai false. Fungsi program perintah Serial.read()
untuk membaca data yang masuk ke mikrokontrol data tersebut dengan tipe (char)
dan ditampung kedalam variabel c. Variabel ini disusun dan dimasukkan dalam
bentuk string ke dalam variabel str_terimaDataArduino() dengan perintah
str_terimaDataArduino += c. Pada program terima data menggunakan instruksi
pengulangan if yang berfungsi untuk mengetahui ada atau tidak data yang diterima,
jika tidak ada maka pada serial monitor “data kosong”.

C. Parsing Data
Parsing data adalah proses pada pemecahan data untuk program penelitian
tugas akhir ini. Data yang sudah diterima dan ditampung dalam variabel variabel
str_terimaDataArduino menjadi beberapa data kemudian dipecah-pecah, sehingga
dapat digunakan dalam proses kontrol dan monitoring. Berikut merupakan daftar
program untuk parsing data.
if(str_terimaDataArduino.length()>0){
ind1 = str_terimaDataArduino.indexOf('#');
ind2 = str_terimaDataArduino.indexOf('#', ind1+1);
ind3 = str_terimaDataArduino.indexOf('#', ind2+1);
ind4 = str_terimaDataArduino.indexOf('#', ind3+1);
ind5 = str_terimaDataArduino.indexOf('#', ind4+1);

data1 = str_terimaDataArduino.substring(ind1+1, ind2);


suhupanel = data1.toFloat();
data2 = str_terimaDataArduino.substring(ind2+1, ind3);
suhukolam = data2.toFloat();
data3 = str_terimaDataArduino.substring(ind3+1, ind4);
tegangan = data3.toFloat();
data4 = str_terimaDataArduino.substring(ind4+1, ind5);
arus = data4.toFloat();
Serial.print("Suhu Panel: ");
Serial.print(suhupanel);
Serial.print("Suhu Kolam: ");
Serial.println(suhukolam);
Serial.print("V: ");
Serial.println(tegangan);
Serial.print("I: ");
Serial.println(arus);
}

Pada proses parsing data, terdapat fungsi


if(str_terimaDataArduino.length()>0) dengan terima data serial maka
diletakkan proses parsing didalamnya. Data yang sudah diterima oleh ESP8266
berupa bentuk string dengan permisah atau delimiter berupa karakter ‘#’, maka dari
itu fungsi program menggunakan perintah indexOf merupakan untuk mengetahui
posisi karakter ‘#’. Maka dari itu data yang diterima dapat dipecah dengan isntruksi
substring, kemudian data tersebut ditampung oleh variabel data1, data2, data3,
data4. Pada program ini untuk mengubah hasil data hasil parsing dari tipe data
string ke bentuk tipe data float maka diperlukan perintah toFloat. Variabel
suhupanel, suhukolam, tegangan, dan arus yang merupakan variabel penampung
data hasil akhir yang nantinya ditampulkan ke serial monitor dengan perintah
Serial.print lalu dikirim ke server Blynk.

3.4.4 Perancangan Sistem Aplikasi Blynk


Pada perancangan sistem aplikasi Blynk untuk menunjang penelitian tugas
akhir kali ini yang menggunakan sistem monitoring berbasis Internet of Things. Maka
diperlukan beberapa fitur dalam sistem Blynk mulai dari server cloud, tampilan pada
aplikasi smartphone, kontrol mode suhu, dan monitoring. Setelah mikrokontrol
menerima data dari sensor, data diolah dan dikirimkan untuk Blynk App melalui
Blynk Server.
Gambar 3.18 Skema konsep pengiriman dan pembacaan data
(Sumber : Dokumen Pribadi)
Untuk dapat menjalin konektivitas antara mikrokontrol dengan Blynk App
diperlukan jaringan internet. Sehingga ESP8266 sebagai modul Wi-Fi perlu jaringan
koneksi internet agar dapat terhubung dengan aplikasi Blynk. Berikut daftar program
untuk mengkoneksikan mikrokontrol dengan Blynk.

#include <ESP8266WiFi.h>
#include <BlynkSimpleEsp8266.h>

char auth[] = "tmRJ7L90IUkdit4OdRsv1ORTdRwhHnXp";

char ssid[] = "ASHAR2";

char pass[] = "SELASELA7979";

void setup() {
Serial.begin(115200);
Blynk.begin(auth, ssid, pass);
}
void loop() {
Blynk.run();
}
Sebelum memasukki program inti maka pada permulaan program dimulai dengan
penggunaan Library dari ESP8266 dan Blynk. Fungsi char auth[] =

"tmRJ7L90IUkdit4OdRsv1ORTdRwhHnXp" merupakan perintah dan berisikan code


authentication dari dashboard Blynk App untuk koneksi antara mikrokontrol
ESP8266 dengan Blynk app. Jadi setelah melakukan registrasi akun pada aplikasi
Blynk akan dikirimkan kode authentication melalui email. Untuk fungsi char
ssid[] = "ASHAR2" merupakan alamat nama WiFi atau Service Set Identifier
(SSID) yang akan digunakan sebagai jaringan koneksi internet. Dalam keamanan
sistem WiFi maka dipasang sebuah kode sebagai security sistem maka perlu
memasukan kode keamanan berupa password pada Wi-Fi dengan fungsi char
pass[] = "SELASELA7979" ESP8266 dapat terhubung ke dalam jaringan Wi-Fi.
Untuk fungsi loop() diberi perintah Blynk.run() untuk mejalankan perintah
tambahan pada platform blynk.

A. Fitur Pada Sistem


Sebelum menampilkan fitur pada Blynk App maka diperlukan data-data yang
diperlukan untuk ditampilkan pada tampilan dashboard Blynk App pada smartphone.
Untuk menunjang monitoring pada panel surya maka dibutuhkan hasil data sensor
tegangan dan arus. Sedangkan untuk monitoring sistem pendingin maka dibutuhkan
hasil data sensor suhu pada panel dan suhu kolam air. Setelah mikrokontrol
terkoneksi dengan jaringan internet dan Blynk Server, maka dilanjutkan untuk
melakukan perintah mengirim data dari mikrokontrol ESP8266 menuju Blynk App.
Program yang digunakan sebagai berikut:

Blynk.virtualWrite(V0, suhupanel);
Blynk.virtualWrite(V1, suhukolam);
Blynk.virtualWrite(V2, tegangan);
Blynk.virtualWrite(V3, arus);

Untuk mengirim data pada Blynk maka digunakan perintah


Blynk.virtualWrite(V0, suhupanel). Pada Blynk App menyediakan pin virtual
yang dapat menuliskan data yang nantinya ditampilkan pada dashboard Blynk di
smartphone. Untik menampilkan data dari variabel suhupanel maka Blynk App
menyediakan pin dengan menggunakan pin virtual V0. Untuk pin virtual V1
memiliki fungsi menampilkan variabel suhukolam, pin virtual V2 memiliki fungsi
menampilkan variabel tegangan, dan pin virtual V3 memiliki fungsi menampilkan
variabel arus.
Sehingga pada Blynk App memproses data dan menampilkan pada dashboard
aplikasi di smartphone. Tampilan pada dashboard akan ditunjukan pada gambar 3.19.
Gambar 3.19 Dashboard Blynk App
(Sumber : Dokumen Pribadi)

Pada dashboard Blynk app terdapat beberapa fitur yang ditampilkan mulai
dari monitoring hasil baca sensor suhu pada panel, tegangan, dan arus secara
realtime. Selain menampilkan data hasil baca sensor terdapat juga grafik perubahan
satuan tiap masing-masing sensor. Sehingga kita dapat mengetahui perubahan hasil
baca sensor secara langsung. Untuk dapat melihat data secara keseluruhan, Blynk
App menyediakan reports berupa record data harian dimana isinya menyediakan
pembacaan sensor setiap satu menit.

B. Upload Data
Untuk mengetahui hasil data monitoring secara keseluruhan maka perlu
adanya akses ke dalam Blnyk Cloud yang terdapat dalam Blynk server. Setelah data
yang sudah diterima oleh ESP8266 lalu dikirim ke Blynk server dan ditampilkan pada
Blynk app. Lalu pada Blynk app dilakukan perintah untuk mengirimkan data atau
upload data, maka akan perlu adanya peranta melalui google mail dengan kita
mendaftarkan akun saat kita ingin mengakses Blynk app. Data yang dikirimkan oleh
Blynk Server melalui google mail dan diterima dengan akun yang sudah kita
daftarkan berupa file CSV. Gambar 3.20 merupakan gambaran skema konsep
pengiriman dan pembacaan data.

Gambar 3.20 Skema konsep pengiriman dan pembacaan data


(Sumber : Dokumen Pribadi)
Setelah Blynk app menampilkan data baca sensor secara realtime maka untuk
mengetahui hasil keluaran harian yang ingin dilihat maka Blynk app akan
mengirimkan hasil pencatatan berupa file CSV yang nantinya akan dikirim melalui
google mail. Gambar 3.21 merupakan tampilan dashboard Blynk app saat akan
mengirimkan data.
Gambar 3.20 Tampilan dashboard Blynk untuk pengiriman file
(Sumber : Dokumen Pribadi)
Pada gambar 3.20 terdapat dua pilihan dimana fungsi yang pertama Export to
CSV merupakan perintah dari Blynk app dimana Blynk server akan mengirimkan data
yang terekam kepada google mail berupa file CSV. Untuk fungsi yang kedua Erase
data merupakan perintah Blynk app untuk Blynk server agar menghapus data rekaman
yang sudah tercatat. Sehingga data yang tidak diperlukan tidak akan dimunculkan
pada saat pengiriman data ke google mail.
Gambar 3.21 Tampilan penerimaan file CSV melalui google mail
(Sumber : Dokumen Pribadi)
Pada gambar 3.21 merupakan tampilan penerimaan data pada google mail dari
Blynk Server. Data yang diterima berbentuk file CSV yang terbagi menjadi empat file
yaitu file sensor suhu panel, suhu kolam, tegangan, dan arus. Sesuai dengan format
data dan urutan variabel pin virtual.
Gambar 3.22 Tampilan penerimaan data V0 suhupanel berupa file CSV melalui google mail
(Sumber : Dokumen Pribadi)
Pada gambar 3.22 merupakan tampilan penerimaan data berupa suhu pada
panel melalui pin virtual V0 data yang diberikan menampilkan pada kolom A yaitu
data suhu pada permukaan panel, untuk kolom B merupakan data waktu dalam
bentuk mentah, dan untuk kolom C merupakan hasil export dari kolom B berupa
tanggal, bulan, tahun, dan waktu.
Gambar 3.23 Tampilan penerimaan data V1 suhukolam berupa file CSV melalui google mail
(Sumber : Dokumen Pribadi)
Pada gambar 3.23 merupakan tampilan penerimaan data berupa suhu pada
kolam melalui pin virtual V1 data yang diberikan menampilkan pada kolom A yaitu
data suhu pada kolam air, untuk kolom B merupakan data waktu dalam bentuk
mentah, dan untuk kolom C merupakan hasil export dari kolom B berupa tanggal,
bulan, tahun, dan waktu.
Gambar 3.24 Tampilan penerimaan data V2 tegangan berupa file CSV melalui google mail
(Sumber : Dokumen Pribadi)
Pada gambar 3.24 merupakan tampilan penerimaan data berupa tegangan
keluaran melalui pin virtual V2 data yang diberikan menampilkan pada kolom A
yaitu data tegangan, untuk kolom B merupakan data waktu dalam bentuk mentah, dan
untuk kolom C merupakan hasil export dari kolom B berupa tanggal, bulan, tahun,
dan waktu.
Gambar 3.25 Tampilan penerimaan data V3 arus berupa file CSV melalui google mail
(Sumber : Dokumen Pribadi)
Pada gambar 3.25 merupakan tampilan penerimaan data berupa arus melalui
pin virtual V2 data yang diberikan menampilkan pada kolom A yaitu data arus, untuk
kolom B merupakan data waktu dalam bentuk mentah, dan untuk kolom C
merupakan hasil export dari kolom B berupa tanggal, bulan, tahun, dan waktu.
3.4 Pengumpulan Data
Untuk mengetahui sebuah penelitian dapat berjalan dengan baik dan benar
maka memerlukan sebuah data untuk pembuktian. Pada penelitian tugas akhir kali ini
dalam mendapatkan data memiliki 2 metode, yaitu metode data internal dan eksternal.
Data internal merupakan data yang didapatkan dari rancangan rangkaian penelitian
yang sudah dibuat dan ditentukan. Data internal menjadi data utama yang nantinya
akan menjadi pembahasan pada penelitian tugas akhir ini. Sedangkan data eksternal
merupakan data yang dapatkan sebelum melakukan pengujian yang berasal dari hasil
pencatatan masa lalu sebagai prediksi dan acuan dari data yang akan diambil.
Tujuan menggunakan dua metode internal dan eksternal yaitu untuk
mempermudah peneliti dalam memahami rangkaian kegiatan penelitian sehingga
nantinya lebih terstruktur dan terorganisir dalam mengolah data. Isi dari data internal
yaitu hasil pengukuran dari penelitian, untuk penelitian tugas akhir ini yaitu
pengukuran dari modul monitoring (suhu panel, tegangan, dan arus). Sedangkan data
eksternal berisikan lokasi penelitian, data suhu sekitar lokasi pelitian dan data iradiasi
matahari selama 1 tahun.

3.5.1 Potensi Energi Surya


A. Lokasi Penelitian
Penelitian pada tugas akhir ini berlokasi di Semarang, Jawa Tengah tepatnya
di kediaman saya Jl. Lamongan I No. 79, Sampangan, Semarang. Penempatan
penelitian di lokasi ini karena memiliki kesesuaian dengan tema penelitian tugas akhir
ini mengenai pengaruh suhu terhadap performa panel surya. Pada lokasi ini saat
waktu siang dan sore hari terasa sangat panas sehingga memungkinkan dengan suhu
yang terasa tinggi dapat mempengaruhi kinerja atau performa dari panel surya.
Gambar 3.26 Peta lokasi penelitian
(Sumber : openstreetmap.org)

Gambar 3.27 Lokasi Penelitian


(Sumber : Dokumen Pribadi)

Pada gambar 3.26 merupakan denah lokasi yang digunakan untuk penelitian
tugas akhir ini yang diambil dari openstreermap.org. Lokasi tepatnya berada pada
koordinat 7°00’33.1” LS 110°23’44.6” BT, selain terasa memiliki suhu yang tinggi,
lokasi ini juga terdapat rooftop untuk tempat penyimpanan modul panel surya. Selain
itu lokasi ini juga dapat menjadi contoh untuk pemasangan PLTS skala rumah untuk
daerah sekitar lokasi.
B. Suhu Udara Lokasi Penelitian
Salah satu pengaruh dalam produksi listrik pada panel surya yaitu perubahan
suhu. Perubahan suhu yang tidak menentu dapat mengakibatkan produksi listrik pada
panel surya tidak maksimal seperti pada kurva karakteristik I – V. Pada spesifikasi
panel juga tertulis untuk suhu ideal dalam pengoperasian panel surya ini adalah 25℃.
Berikut tabel 3.6 merupakan data suhu rata – rata dan suhu maksimal pada lokasi
penelitian.
Tabel 3.6 Suhu Lokasi (Maret 2021 – Februari 2022)

Waktu Suhu rata – rata (°C) Suhu Maks. (°C)


Maret 2021 26,26 28,91
April 2021 26,32 29,27
Mei 2021 26,75 29,88
Juni 2021 26,27 29,13
Juli 2021 25,94 30,19
Agustus 2021 26,87 31,77
September 2021 27,25 32,03
Oktober 2021 27,72 32,14
November 2021 26,72 29,38
Desember 2021 26,79 29,40
Januari 2022 26,79 29,40
Februari 2022 26,04 28,41
Rata - rata 26,64 29,99
(Sumber : power.larc.nasa.gov)
Data diatas dapat diketahui bahwa menurut NASA POWER suhu rata – rata
dari bulan Maret 2021 – Februari 2022 sebesar 26,64℃. Perubahan suhu rata – rata
pada tabel 3.6 terlihat tidak mengalami perubahan nilai yang signifikan, nilai
perubahan suhu ini tidak dapat disimpulkan bahwa suhu pada lokasi penelitian sudah
ideal untuk pengoperasian panel surya. Untuk dapat menggunakan data sebagai
pedoman penelitian, data suhu pada lokasi penelitian perlu diukur mulai dari pagi
(sebelum matahari terbit) hingga malam (matahari terbenam) karena pada malam hari
nilai suhu pasti lebih rendah namun tidak terjadi produksi listrik.
Untuk perbandingan data suhu maka diambil juga data dari NASA POWER
untuk data suhu maksimal yang terjadi pada bulan Maret 2021 – Februari 2022. Dari
data suhu maksimal ini diketahui bahwa rata – rata suhu maksimal yang terjadi
selama satu tahun adalah 29,99℃. Pada satu tahun terakhir suhu maksimal tertinggi
terjadi pada bulan Oktober 2021 dengan nilai 32,03℃ dan suhu maksimal terendah
terjadi pada bulan Juni 2021 sebesar 29,13℃.
C. Iradiasi Matahari
Pentingnya iradiasi matahari dalam pembangkitan listrik tenaga surya
membuat dampak yang besar untuk proses produksi listrik dari panel surya. Dampak
besar yang mempengaruhi ini berupa cahaya matahari yang mengenai permukaan
panel karena proses produksi listrik pada panel surya sangat membutuhkan cahaya
matahari untuk proses photovoltaic. Iradiasi yang masuk kedalam permukaan
atmosfer bumi hingga permukaan bumi dihitung dengan satuan kWh/m2 dimana
jumlah satuan daya yang terdapat pada luas area 1 m 2. Tabel 3.7 merupakan data
besar satuan iradiasi matahari pada lokasi penelitian tugas akhir kali ini.
Tabel 3.7 Iradiasi lokasi (Maret 2021 – Februari 2022)

Waktu Iradiasi Matahari (kWh/m2/hari)


Maret 2021 4,89
April 2021 5,39
Mei 2021 4,97
Juni 2021 4,47
Juli 2021 5,26
Agustus 2021 5,36
Waktu Iradiasi Matahari (kWh/m2/hari)
September 2021 5,62
Oktober 2021 5,56
November 2021 4,47
Desember 2021 4,51
Januari 2022 4,51
Februari 2022 4,44
Rata - rata 4,95
(Sumber : power.larc.nasa.gov)
Pada tabel 3.7 merupakan tabel data iradiasi matahari yang terjadi pada bulan
Maret 2021 – Februari 2022 dilokasi penelitian terletak pada koordinat 7°00’33.1” LS
110°23’44.6” BT. Data pada tabel di atas didapat dari sumber website NASA
Prediction of Worldwide Resource (POWER), data yang diambil merupakan rekaman
satu tahun terakhir. Dari tabel di atas untuk iradiasi matahari rata –rata sebesar 4,95
kWh/m2/hari. Iradiasi matahari tertinggi terjadi pada bulan September 2021 sebesar
5,62 kWh/m2/hari dan untuk iradiasi terendah terjadi pada bulan Februari 2022
sebesar 4,44 kWh/m2/hari.

3.5.2 Alat dan Modul Pengukuran


A. Modul Monitoring dan kontrol suhu
Untuk mengetahui performa dan mengukur hasil keluaran panel surya yang
digunakan dalam penelitian tugas akhir ini maka menggunakan sebuah modul
monitoring dan kontrol suhu yang sudah dirancang dan diuji agar pembacaan sesuai
dengan hasil keluaran dan akurat. Modul monitoring dan kontrol suhu ini berbentuk
kubus dengan dimensi 20 cm × 20 cm × 20 cm berbahan dasar akrilik bening yang
memudahkan melihat isi komponen dan ringan sehingga mudah di bawa. Modul ini
juga mudah untuk proses maintenance komponen dan mikrokontrol dikarenakan
terdapat tutup pada bagian atas modul yang dapat dibuka dan ditutup.
Gambar 3.28 Modul Monitoring dan kontrol suhu
(Sumber : Dokumen Pribadi)
Pada gambar 3.28 merupakan visual dari modul monitoring dan kontrol suhu.
Pada bagian dalam modul terdapat 3 buah sensor yaitu sensor tegangan DC dengan
tipe SEN-0052 yang dapat mengukur tegangan DC mulai dari 0-25 V DC, sensor arus
dengan tipe ACS712ELCTR-20A-T yang dapat mengukur ±20 Ampere, dan sensor
suhu DS18B20 yang dapat mengukur suhu panel dan suhu bak air mulai dari -55℃
hingga +125℃ dengan akurasi ±0,5℃. Pada bagian luar modul ini terdapat juga SCC
dan layar LCD 16 × 2 berfungsi menampilkan pembacaan sensor suhu panel dan bak
air. Selain itu terdapat 2 buah lampu LED sebagai penanda mode kontrol suhu. Untuk
mengukur tegangan input panel maka dapat digunakan 2 buah banana plug yang
nantinya mempermudah multimeter dalam melakukan pengukuran yang posisinya di
samping dari lampu LED.
B. Multimeter
Untuk membandingkan hasil pengukuran input panel dari sensor, perlu adanya
alat konvensional sebagai pembanding untuk pengukuran tegangan dan arus yang
diproduksi oleh panel surya. Maka dari itu penggunaan multimeter dapat digunakan
sebagai alat untuk mengukur hasil keluaran dari panel dan kalibrasi sensor tegangan.
Multimeter yang digunakan yaitu multimeter Sanwa CD800a, terdapat 2 buah probe
yang tersambung langsung terhadap multimeter. Multimeter ini dapat mengukur
sebesar 600V tegangan DC maupun AC dengan menggunakan prope positif berwarna
merah dan prope negative berwarna hitam.Gambar 3.29 merupakan multimeter
Sanwa CD800a.

Gambar 3.29 Multimeter Sanwa CD800a


(Sumber : Dokumen Pribadi)
C. Tangampere
Sebagai pengukur arus pada produksi listrik yang dihasilkan oleh panel surya
maka pada penelitian tugas akhir ini menggunakan tangampere. Sistem kerja dari
tangampere ini menggunakan prinsip kerja medan elektro magnet yang terjadi pada
kabel/kawat saat menghantarkan arus listrik. Maka dari itu kelebihan dari tangampere
ini dapat mengukur aliran arus listrik dalam rangkaian tertutup. Tangampere yang
digunakan dari Kyoritsu Electical Instruments Works dengan tipe KEW SNAP 2033.
Gambar 3.30 Tangampere KYORITSU KEW SNAP 2033
(Sumber : Dokumen Pribadi)
Gambar 3.30 merupakan bentuk fisik dari tangampere Kyoritsu Kew Snap
2033. Tangampere ini memiliki bentuk yang simple dan kecil sehingga memudahkan
saat dibawa dan digunakan karena memiliki ukuran dimensi 147mm × 59mm ×
25mm. Tangampere ini dilengkapi dengan layar LCD dengan nilai maksimal 4000
digit dan 2 tombol “Hold Button” dan “Zero Adjustment Button” dengan masing –
masing berfungsi untuk menahan nilai data yang terbaca dan kalibrasi alat.
Tangampere ini dapat mengukur arus listrik DC maupun AC dengan cara mengubah
switch selector. Untuk rentang nilai pengukuran arus dapat mencapai hingga 300 A.

D. Irradiance meter
Pada penelitian tugas akhir ini menggunakan sebuah alat panel surya,
bawasannya panel surya bekerja mengolah energi yang dipancarkan matahari. Maka
dari itu perlu adanya sebuah alat untuk mengukur iradiasi yang dipancarkan oleh
matahari seperti Solar Power Meter. Alat ini diproduksi oleh ISO-TECH dengan tipe
ISM410 dengan ukuran dimensi 110mm × 34mm × 64mm dan bobotnya 158 gram.
Berikut merupakan gambar 3.31 tampilan fisik Solar Power Meter ISO-TECH
ISM410.
Gambar 3.31 Solar Power Meter ISO-TECH ISM410
(Sumber : Dokumen Pribadi)
Solar Power Meter ISO-TECH ISM410 memiliki fungsi sebagai alat pengukur
iradiasi matahari hingga 2000 W/m2 atau 634 Btu dengan resolusi pengukuran 0,1
W/m2 dan tingkat akurasi ± 10 W/m2 atau sekitar 5%. Solar power meter ini
dilengkapi dengan layar LCD untuk menampilkan nilai iradiannce yang sedang
terjadi dengan kapasitas 4 digit pembacaan. Penggunaan alat ini kebanyakan
digunakan pada saat siang hari maka akan menngakibatkan irradiance meter panas
dan dapat mengakibatkan terjadinya error saat pengukuran iradiasi. Hal ini sudah
diberikan catatan oleh ISO-TECH bawasannya akan terjadi error apabila suhu suhu
diatas 25℃ dan setiap kenaikan suhu 1℃ dapat terjadi error sebesar ±0,38 W/m2.
E. Thermogun Infrared
Pada penelitian tugas akhir ini untuk mengontrol temperatur pada permukaan
panel perlu adanya alat pengukur. Selain menggunakan sensor suhu perlu adanya alat
konvensional sebagai alat pengukur pembanding dan kalibrasi bahwa sensor suhu
yang digunakan pada penelitian ini tidak terjadi error yang besar. Alat bantu
pembacaan temperatur pada panel surya yaitu alat ukur thermogun infrared dari
Heles HI-380.
Gambar 3.32 Thermogun infrared Heles HL-380
(Sumber : Dokumen Pribadi)
Gambar 3.32 merupakan bentuk fisik dari thermogun Heles HL-380 yang
dilengkapi layar LCD untuk menampilkan hasil pembacaan suhu pada permukaan
yang diukur. Thermogun jenis ini dapat mengukur suhu dari -32℃ sampai dengan
+380℃, dengan akurasi ±1,5% dan resolusi pembacaan 0,1℃.

3.5.3 Metode Penelitian


Pada proses penelitian tugas akhir kali ini didapati data berupa nilai, maka
dari itu untuk metode yang digunakan pada penelitian ini menggunakan metode
penelitian kuantitatif eksperimental. Metode ini memerlukan pengambilan data
berupa nilai atau angka yang didapatkan dari hasil percobaan yang nantinya data –
data tersebut diolah dan dianalisa menggunakan persamaan atau rumus yang
ditentukan mengacu pada teori yang digunakan. Untuk hasil akhir pada penelitian
nantinya didapatkan kesimpulan untuk menjawab hipotesa dan tujuan penelitian.
Dalam menerapkan metode penelitian kuantitatif eksperimental, maka
penelitian ini sudah ditentukan 4 variasi data pembanding dan 2 teknik pengambilan
data. Data yang diambil mulai dari tegangan keluaran pada panel surya, arus dari
keluaran panel surya, iradiasi matahari pada permukaan panel surya, dan suhu pada
permukaan panel surya. Dari data tersebut dapat mewakili untuk penilaian nilai
performa kinerja panel surya pada panelitian ini. Dari nilai – nilai tersebut dapat
diketahui mengenai batasan untuk pengukuran yang dinilai adalah performa dari
keluaran panel surya bukan PLTS secara keseluruhan sehingga rugi – rugi
pengkabelan dan penggunaan komponen pada PLTS seperti SCC, Inverter, baterai,
dan beban tidak diperhitungkan.
A. Teknik Pengambilan Data
Pada proses pengambilan data untuk penelitian tugas akhir ini terdapat 2 cara
pengambilan. Untuk cara yang pertama pengambilan data menggunakan alat bantu
ukur dan yang kedua menggunakan fitur rekam data dari platform Bltnk. Proses
pengambilan data dengan alat bantu ukur dilakukan setiap 15 menit mulai pukul
06.00 – 18.00 WIB dengan alat ukur irradiance meter untuk mengukur iradiasi
matahari. Dari data tersebut akan dicatat secara sistematis dengan format tabel di
Microsoft Excel menganut dari metode sampling data sehingga tidak setiap waktu
harus melakukan pengukuran tapi pada kondisi tertentu saja.
Selain menggunakan alat ukur konvensional, dilakukan pengukuran
menggunakan metode rekam data yang tersedia pada fitur Blynk untuk pengambilan
data tegangan, arus, dan suhu. Pengambilan data pada platform blynk dilakukan setiap
menit yang nantinya dikirim berbentuk CSV file yang dikirim ke email yang sudah
teregister dengan akun blynk. Bentuk CSV file ini dapat diakses dengan aplikasi
Microsoft Excel, data yang didapatkan nantinya sebagai penilaian performa dari
produksi listrik pada panel surya. Selain hasil keluaran panel surya secara normal,
nantinya akan dibandingkan dengan kondisi yang diterapkan pada panel surya yang
nantinya akan diterapkan variasi sistem pendingin untuk panel surya.
B. Variasi Data Pembanding
Pada penelitian tugas akhir kali ini membuktikan bawasannya sistem
pendingin yang diterapkan pada panel surya dapat mempengaruhi produktivitas listrik
setiap waktu. Untuk pembuktian pengaruh sistem pendingin terhadap panel surya
diterapkan 4 variasi data sebagai pembanding dalam proses analisa. Salah satu dari 4
variasi untuk menunjukan bawasannya sistem pendingin membantu mengurangi
terjadinya partial shading akibat tertutupnya panel oleh debu dan daun yang gugur
dari pohon.
Variasi pertama yang digunakan dalam penelitian tugas akhir ini yaitu
pengukuran tanpa menggunakan pendingin. Pada penerapan variasi ini panel surya
bekerja seperti biasa pada umumnya dan dilakukan pengukuran iradiasi matahari
setiap 15 menit, pengukuran tegangan, arus, suhu secara otomatis melalui fitur rekam
pada Blynk. Pada variasi pertama ini dijadikn acuan kinerja panel tanpa
memperhatikan pengarus kenaikan suhu pada permukaan panel.

Anda mungkin juga menyukai