PERANCANGAN SISTEM
Gambar 3.7 Rangkaian skematik mikrokontroler modul monitoring dan pendingin otomatis
(Sumber : Dokumen Pribadi)
Gambar 3.7 menunjukan rangkaian skematik mikrokontroler untuk modul
monitoring dan pendingin otomatis. Penggunaan 2 mikrokontroler yaitu
Mikrokontroler ATMega328P (UNO) yang memiliki fungsi untuk supply daya dan
menerima serta memproses seluruh input 3 sensor (tegangan, arus, suhu).
Mikrokontroler ESP8266 (NodeMCU) berfungsi sebagai proses input data dari
Arduino Uno, kontrol aktuator dan mengirimkan hasil proses menuju Blynk. Sensor
suhu DS18B20 yang terpasang pada permukaan panel dan wadah air agar
pengurkuran lebih presisi, sensor ini dipasang secara pararel sehingga hannya
membutuhkan 1 pin sebagai masukkan. Sensor suhu DS18B20 memiliki 3 kaki yaitu
VCC, GND, dan data. VCC terhubung pada pin 5V, kabel GND terhubug pada pin
GND, dan kabel data terpasang pin 2 pada Arduino Uno. Kabel data sebelum
terhubung ke Arduino kaki VCC dan data pada sensor suhu dihubungkan dengan
resistor 4,7 KΩ sebagai pullup dari jalur data sehingga membantu proses transfer data
tetap berjalan stabil.
Selain menggunakann sensor suhu DS18B20, rangkaian ini juga
menggunakan sensor tegangan SEN-0052 berfungsi membaca nilai tegangan dan
sensor arus ACS712 berfungsi membaca nilai arus yang dihasilkan oleh panel
photovoltaic. Hasil nilai – nilai yang terbaca oleh sensor lalu diproses oleh
ATMega328P (Arduino Uno) dan ditujukan menuju modul Wi-Fi ESP8266 melalui
komunikasi serial asinkron (UART) yang diatur. Pada sensor tegangan SEN-0052
terdapat 3 kaki yang terhubung ke Arduino. Pin + terhubung dengan pin 5V, pin –
terhubung dengan GND, dan untuk pin S terhubung dengan pin A0. Pemasangan
sensor ini terhadap panel photovoltaic terhubung langsung secara pararel dan dapat
membaca tegangan hasil maksimal sebesar 25 V, sementara yang diketahui tegangan
yang dihasilkan oleh panel photovoltaic sebesar 22 V sehingga penggunaan sensor ini
dinilai cukup.
Penggunaan sensor arus ACS712 memiliki sensitivitas pembacaan arus
mencapai 20 A. Sensor ini memiliki 3 kaki yang terhubung ke Arduino. Pin VCC
terhubung dengan pin 5 V, pin GND terhubung dengan GND, untuk pin OUT
terhubung dengan pin A1. Pemasangan sensor arus terhadap panel photovoltaic
dirangkai langsung secara seri dengan sisi positif panel maka total arus maksimal
yang dapat dihasilkan 5,76 A. Maka penggunaan sensor arus ACS712 yang memiliki
sensitivitas pembacaan arus mencapai 20 A dinilai cukup.
Selain penggunaan sensor sebagai input nilai – nilai yang dibutuhkan untuk
mikrokontroler dan perhitungan, dibutuhkan juga relay pada penelitian ini. Relay ini
memiliki fungsi sebagai sistem output yang akan mengatur aktuator berupa pompa
DC untuk hidup atau mati. Relay ini memiliki tegangan kerja sebesar 5 V, dan
memiliki pin yang terpasang pada mikrokonntroler Wi-Fi ESP8266. Pin VCC
terhubung pada pin VU, pin GND terhubung dengan GND, dan pin data terhubung
pada pin 2. Rangkaian kontrol aktuator pemasangan antara relay terhubung dengan
sisi VCC pada pompa DC dan sisi positif dari sumber daya untuk menghidupkan
pompa DC menggunakan sumber dari baterai.
A. Panel Photovoltaic
Penelitian kali ini menggunakan panel photovoltaic polycrystalline dari
MySolar dengan tipe MY50M-12 sebanyak 2 buah yang sudah bersertifikasi ISO
9001. Spesifikasi dan karakteristik panel yang digunakan dapat dilihat pada tabel 3.1
atau dengan mengakses mysolar.co.id.
Dari tabel 3.1 Penggunaan panel pada penelitian kali ini berkapasitas 50 Wp
(Watt peak) berjenis poly crystalline. Penggunaan penelitian kali ini menggunakan 2
panel yang sama sehingga total kapasitas panel 100 Wp. Tegangan yang dihasilkan
panel saat PMAX sebesar 17,6 V dengan arus keluaran saat PMAX sebesar 2,88 A,
sedangkan saat posisi open circuit atau tanpa beban panel menghasilkan sampai 22 V
untuk arus sampai dengan 3,05 A. Susuan pemasangan panel dapat dilakukan dengan
2 cara yaitu secara seri atau pararel.
Penggunaan susunan pemasangan panel secara seri atau pararel harus sesuai
dengan perancangan sistem yang ada. Untuk pemasangan panel secara seri akan
mengakibatkan jumlah arus bertamban namun untuk jumlah tegangan tetap, dengan
arus yang dihasilkan (Isc) sebesar 3,05 A. Jika penggunaan 2 panel Isc menjadi 6,1 A
dengan Voc tetap. Untuk pemasangan panel secara pararel akan mengakibatkan
jumlah teganan bertambah namun untuk arus tetap, dengan tegangan yang dihasilkan
(Voc) sebesar 22 V tiap panel. Maka jika penggunaan 2 panel Voc menjadi 44 V
dengan arus (Isc) yang masih tetap. Pemasangan panel pada penelitian ini dilakukan
secara pararel dikarenakan mengikuti kapasitas SCC (Solar Charge Control) yang
digunakan yaitu 12/24 V dengan tujuan pembuatan modul yang tidak memerlukan
tegangan yang besar.
Besaran suhu yang terdapat pada tabel spesifikasi panel MySolar menunjukan
untuk tegangan, arus, dan daya dapat berubah naik atau turun jika terjadi perubahan
suhu setiap 1 °C dengan rentang perubahan yang tertera pada tabel 3.1. Perubahan
suhu ini sesuai dengan karakteristik I – V dengan pengaruh efek temperatur suhu.
B. MC4 Konektor
Pada panel surya yang digunakann pada penelitian ini terdapat 2 kabel (positif
dan negatif) dari kabel ini harus langsung terhubung ke modul monitoring sehingga
diperlukan konektor MC4 sebagai alat penghubung. Sehingga konektor ini
menyambungkan kabel dari panel surya agar lebih panjang mencapai modul
monitoring. Berikut tabel spesifikasi dari konektor yang digunakan pada tugas akhir
ini.
Tabel 3.2 Spesifikasi MC4
Parameter Nilai
Tegangan Terukur 1000 V
Tegangan Impuls Terukur 1000 V
Tegangan Uji 6 kV (50 Hz)
Kelas Perlindungan IP 67
Bahan Kontak Tembaga, berlapis Perak
Bahan Isolasi PC / PA
Cocok dengan Kabel 10, 12, 14 AWG
Suhu Pengoperasian -40 ~ +90°C
(Sumber : Informasi produk)
Pada tabel 3.2 dapat diketahui konektor MC4 dapat dilalui tegangan sampai
sebesar 1000 V dengan bahan kontak berupa tembaga dilapisi perak. Konektor MC4
ini juga memiliki perlindungan IP 67 yang berfungsi memiliki ketahanan air di
kedalaman 1 meter selama 30 menit. Perlindungan IP 67 ini sangat dibutuhkan karena
penempatan panel surya pada outdoor memiliki kemungkinan besar terkena hujan.
Parameter Nilai
Tegangan Baterai 12 V / 24 V Auto
Arus Charging 10 A
Arus Discharging 10 A
Max. Solar Input Baterai 12 V, Tertinggi 23 V
Baterai 24 V, Tertinggi 46 V
Pengisian berlebihan saat 13,7 V (default, dapat diubah)
Pemakaian berhenti saat 10,7 V (default, dapat diubah)
Pemakaian kembali saat 12,6 V (default, dapat diubah)
Keluaran USB 2 arah keluaran USB, 5 V/2,5 A
Arus yang digunakan < 10 mA
Suhu pengoperasian -35 – +60
Dimensi (mm) / Berat (g) 133,5 × 70 × 35 / 165
(Sumber : lembar informasi produk SCC PWM KW1210)
Pada tabel 3.3 menjelaskan spesifikasi untuk Solar Charge Controller (SCC)
yang digunakan pada penelitian ini. Tipe yang digunakan yaitu SCC PWM dengan
tegangan baterai 12 V atau 24 V. Dari spesifikasi dapat diketahui untuk penggunaan
konfigurasi baterai 12 V maka nilai tegangan input panel surya maksimal sebesar 23
V. Sedangkan untuk penggunaan konfigurasi baterai 24 V maka nilai maksimal
tegangan input panel surya sebesar 46 V. Untuk penggunaan semua konfigurasi
baterai (12 V/24 V) arus charging maksimal 10 A.
Sebagai pengatur daya input panel ke beban dan daya baterai ke beban SCC
juga mengatur aliran daya dengan kontrol batas teganan. Dari tabel 3.3 diketahui
bahwa SCC saat kondisi floating charge ketika tegangan mencapai 13,7 V. Hal ini
merupakan bentuk pengaturan menghentikan pengisian dari sumber panel surya
menuju baterai, batas tegangan dapat diatur sesuai kebutuhan pengguna. Aliran daya
baterai menuju beban akan dihentikan oleh SCC jika sudah mencapai 10,7 V
(pengaturan default) yang memberikan manfaat baterai terhindar dari batas Depth of
Discharge. Penghubungan kembali aliran daya baterai menuju beban (discharge
reconnect) saat tegangan baterai mencapai 12,6 V (pengaturan default).
Pada tugas akhir kali ini menggunakan SCC PWM sesuai pada Gambar 3.8
yang memiliki ukuran (13,3 × 7 × 3) cm, ukuran SCC cukup kecil mengingat
kapasistas tegangan hanya 12 V / 24 V. Pada SCC ini terdapat layar LCD untuk
menampilkan mode kerja SCC, menampilkan tegangan, mode pengisian baterai, dan
mode pengisian aliran daya ke beban. Pada bagian bawah SCC terdapat 3 pasang pin
(positif dan negatif) yang digunakan untuk menyambungan ke panel surya, baterai,
dan beban, Terdapat 3 tombol untuk mengatur mode kerja dan batas tegangan yang
digunakan SCC. Terdapat 2 buah port USB port tipe A dengan keluaran tegangan 5 V
dan arus 2,5 A. Fungsi port ini dapat digunakan untuk pengisian daya seperti
pengisian daya beban lain atau pengisian baterai smartphone yang memiliki plug
USB tipe A.
D. Battery 12V 5AH
Penyimpanan daya yang dihasilkan oleh panel surya akan disimpan pada suatu
alat yaitu baterai. Selain untuk menyimpan energi, baterai juga berfungsi untuk
mensuplai beban. Penggunaan suplai beban pada penelitian kali ini digunakan untuk
suplai pompa DC dan lampu DC. Berikut spesifikasi dari baterai SMT 125 disajikan
dalam bentuk tabel.
Tabel 3.4 Spesifikasi Baterai SMT 125
Parameter Nilai
Pada tabel 3.4 terdapat spesifikasi dari baterai bertipe SMT 125 VLRA
dengan tegangan 12 V dan arus 5 A. Pada penelitian kali ini menggunakan 2 buah
baterai dengan konfigurasi pemasangan pararel yang membuat daya baterai menjadi
10 AH. Penggunaan 2 buah baterai sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan beban
yang memiliki rating arus 1,8 A untuk pompa DC dan 0,5 A untuk lampu DC yang
penggunaan baterainya saat habis akan terisi kembali oleh panel panel surya melalui
SCC.
Spesifikasi baterai pada bertipe Valve Regulated Lead Acid (VRLA) dalam
penggunaanya terbagi menjadi 2 yaitu Stanby Use dan Cycle Use. Pada saat Stanby
Use maka penggunaan baterai dalam keadaan listrik tidak menyala saja atau
emergency, untuk penggunaan standby Use baterai pada tegangan 13,6 V – 13,8 V.
Pada saat Cycle Use merupakan penggunaan baterai ketika baterai menyuplai daya
secara terus menerus sampai kapasitas baterai kosong kemudian dilakukan pengisian
kembali, proses ini dilakukan secara berulang. Untuk penggunaan cycle use baterai
dapat memberikan supply sebesar 14,5 V – 14,9 V.
E. Pompa Mini 12 V DC
Pada penelitian kali ini menggunakan pompa yang digunakan sebagai actuator
pendingin otomatis. Berikut merupakan spesifikasi dari Pompa Mini DC 12 V yang
di gunakan pada tugas akhir seperti pada tabel berikut.
Parameter Keterangan
Tipe Submersible
Tegangan 12 V
Daya 22 W
Max. water head 5m
Max. flow rate 800 L/H
Max. water circulating temperture 100°C
Inlet / Outlet 0,5 inci
(Sumber : Informasi Produk)
Pada tabel 3.5 dapat diketahui bahwa pompa yang digunakan merupakan
pompa Taffware bertipe submersible (pompa dalam air). Pompa ini menggunakan
daya sebesar 22 W dengan tegangan DC sebesar 12 V. Untuk debit air yang dialirkan
sebesar 800 liter/jam dan mengalirkan air secara vertikal dengan pipa dengan tinggi
maksimal 5 m dan ukuran inlet atau outlet sebesar 0,5 inci. Pada saat uji coba pompa
mini ini berjalan dengan baik dan dapat memompa air dari kolam air menuju
permukaan panel. Aliran yang dihasilkan oleh pompa cukup besar sehingga dapat
menutup permukaan panel dengan aliran air.
F. Lampu LED 12 V DC
Penggunaan lampu LED 12 V DC pada penelitian kali ini berfungsi sebagai
beban dengan daya 5 watt dan 7 watt. Sebagai pelengkap rangkaian PLTS lampu
disambungkan ke pin load pada SCC yang sudah dirangkai terhadap baterai dan panel
surya.
Gambar 3.10 Lampu DC 12 V 5 Watt dan 7 Watt
(Sumber : Dokumen Pribadi)
Pada Gambar 3.4 memperlihatkan lampu DC yang digunakan pada penelitian
kali ini sebagai beban pada sistem PLTS. Penggunaan 2 lampu DC ini memiliki merk
yang berbeda. Untuk lampu DC 5 W bermerk SIVITECH, sedangkan untuk lampu
DC 7 W bermerk HAYASI.
G. Fuse DC 10 A
Penggunaan fuse pada penelitian kali ini berfungsi untuk melindungi peralatan
pada modul monitoring dan perangkat yang lain dari lonjakan listrik yang melibihi
dari kapasitas komponen – komponen yang digunakan pada rangkaian modul
monitoring. Alasan penggunaan pengaman fuse DC 10 A ini dikarenakan komponen
– komponen yang digunakan nilai kapasitasnya tidak terlalu tinggi dan harga fuse ini
sangat terjangkau dari pada menggunakan MCB.
H. Kabel NYAF
Pada rangkaian modul penelitian kali ini menggunakan kabel berjenis NYAF.
Penggunaan kabel ini dipilih karena spesifikasi nilai isolasi kabel dapat digunakan
untuk kondisi di luar ruangan. Sesuai dengan perhitungan PUIL 2011 batas arus pada
sistem sebesar 10 A maka ukuran kabel NYAF yang harus digunakan memiliki kuat
hantar arus (KHA) minimal 125% x batas arus sistem (12,5 A). Pada tabel PUIL 2016
diketahui ukuran kabel NYAF dan nilai KHA, dari syarat minimal KHA kabel
terpilih ukuran kabel NYAF 1 x 1,5 mm dengan nilai KHA sebesar 15 A.
2. Keluaran Sistem
Setelah menerima data dari input sensor, berikutnya data diolah dan menjadi
bagian keluaran sistem tertanam pada ATMega328P. Bagian proses pengolahan dan
penampilan hasil keluaran akan ditunjukan dalam daftar program sebagai berikut:
void setup(){
Serial.begin(115200);
// delay(500);//Delay to let system boot
Serial.println("Monitoring Panel Surya\n\n");
delay(1000);//Wait before accessing Sensor
pinMode (voltage_sensor, INPUT);
pinMode (Relay, OUTPUT);
// pinMode(7, OUTPUT);
lcd.begin(16, 2);
sensor.begin();
sensor.setResolution(0, 10);
sensor.setResolution(1, 10);
sensor.setResolution(2, 10);
}//end "setup()"
Pada void setup() dilakukan penyajian persiapan fungsi dari tiap-tiap pin
sebagai masukan atau keluaran yang terhubung pada rangkaian. Pada proses
persiapan dilakukan setting delay (500) untuk proses booting sistem. Setelah itu
program menampilkan Serial.println("Monitoring Panel Surya\n\n");
untuk tampilan starting pada tampilan LCD. Setelah menampilkan tampilan awal
pada LCD dilakukan delay (1000) untuk proses persiapan sensor. Dilanjutkan dengan
persiapan pin input output.
void loop(){
baca_arus();
baca_tegangan();
kirimdata();
//int b = digitalRead(12);
////Serial.println(b);
//if(b == 1){
// digitalWrite(7, HIGH);
// }
//else{
// digitalWrite(7, LOW);
// }
}
//void autoAdjustvMid(double Amp, double vDelta){
// // Auto Adjust ini kita gunakan untuk mengkalibrasi agar
// // pada tidak ada arus vMid mendekati 0
// // Definisi tanpa beban adalah dibawah 20mA variable Amp < 20
// if (Amp < 20) vMid= vDelta;
//}
void baca_arus()
{
double adc = 0;
double analog0 = analogRead(A1);
for(int i=0; i<iter; i++){
adc += analogRead(A1);
}
double avg_adc = adc/iter;
double vAvg = (avg_adc/1023.0)*vRef;
double vDelta = vMid - vAvg;
Amp = vDelta/mVpA;
Amp = (Amp/1000) + 0.47;
}
void baca_tegangan()
{
voltage_sensor_raw = analogRead(voltage_sensor);
v_beban = ((voltage_sensor_raw*0.00489)*5);
// v_beban = v_beban/100;
// Serial.print("NILAI TEGANGAN BEBAN SAAT INI:");
// Serial.println(v_beban);
}
void kirimdata()
{
sensor.requestTemperatures();
suhuDS18B20_0 = sensor.getTempCByIndex(0);
suhuDS18B20_1 = sensor.getTempCByIndex(1);
suhuDS18B20_2 = sensor.getTempCByIndex(2);
VADC = ( ADC
1023 )
×5,00 (3.1)
Di mana :
VADC : nilai pembacaan hasil konversi
ADC : nilai ADC yang terbaca
Pada void baca_tegangan()merupakan perintah untuk proses pembacaan
sensor tegangan. Program voltage_sensor_raw menunjukan baca sensor secara
mentah maka untuk mendapatkan nilai tegangan beban perlu pengolahan nilai seperti
persamaan 3.2.
Di mana :
V_beban : Tegangan beban saat ini
Voltage sensor raw : Nilai tegangan mentah pada sensor
Setelah data sensor diolah maka didapatkan nilai tegangan beban yang
sebenarnya. Setelah mendapatkan data nilai tegangan yang sebenarnya, data
ditampilkan Serial.print("NILAI TEGANGAN BEBAN SAAT INI:");. Pada
perancangan rangkaian sistem tertanam sensor suhu DS18B20 diperlukan pernyataan
variabel suhuDS18B20_0 = sensor.getTempCByIndex(0) sebagai sensor suhu
pada bagian panel surya pertama suhuDS18B20_1 = sensor.getTempCByIndex(1)
Sebagai sensor suhu pada bagian kolam air;suhuDS18B20_2 =
#include <ESP8266WiFi.h>
#include <BlynkSimpleEsp8266.h>
void setup() {
pinMode(D0, OUTPUT);
pinMode(D1, OUTPUT);
pinMode(relay, OUTPUT);
pinMode(D3, INPUT);
}
void pendingin(){
a = digitalRead(D3);
if(a == HIGH){
digitalWrite(D0, HIGH);
digitalWrite(D1, LOW);
if(suhupanel>=30){
digitalWrite(relay, ON);
}
else{digitalWrite(relay, OFF);
}
}
else{
digitalWrite(D0, LOW);
digitalWrite(D1, HIGH);
if(suhupanel>=35){
digitalWrite(relay, ON);
}
else{digitalWrite(relay, OFF);
}
}
}
Sebelum memulai program utama, maka perlu adanya inisialisasi. Pada
inisiasi yang pertama yaitu untuk pin D2 digunakan relay dengan perintah program
#define relay D2 dan inisiasi kedua yaitu mengatur kondisi relay #define OFF 1
untuk kondisi Off dan #define ON 0 untuk kondisi On. Dengan sifat relay Normally
Open (NO), maka saat keadaan normal relay memposisikan pada rangkaian Off. Pada
fungsi void setup() mendeklarasikan pin relay sebagai output karena digunakan
untuk pengatur jalannya pompa DC. Penggunaan pin D3 sebagai pin input untuk
membaca isnyal masukkan dari tombol pada aplikasi Blynk.
Pada program fungsi void pendingin() menggunakan perulangan if else
secara bertumpuk. Pada tahap pertama pada pin D3 program membaca sebagai input
dengan perintah digitalRead(D3) yang ditampung pada variable ‘a’, Nilai pada
variabel ‘a’ merupakan nilai yang menentukan mode kerja relay pada ‘Mode 1’ atau
‘Mode 2’. Jika pada variabel ‘a’ bernilai “high” maka program akan menjalankan
Mode 1 namun jika bernilai “low” maka program akan menjalankan Mode 2.
B. Mode LED
Pada perancangan sistem tertanam ESP8266 terdapat penanda penggunaan
mode sistem pendingin yang digunakan. Penanda pada sistem pendingin yang
digunakan digambarkan pada alat dengan LED. Terdapat dua LED yaitu untuk
menandakan penggunaan antara mode 1 dan mode 2. Inisialisasi yang digunakan
dalam mode LED ini yaitu penggunaan pin D0 dan D1 yang di deklarasikan sebagai
output karena merupakan pin yang digunakan untuk lampu led yang berfungsi
sebagai indikator penggunaan ‘Mode 1’ atau ‘Mode 2’. Fungsi #define led D0
sebagai penanda LED mode 1. Sedangkan fungsi #define led D1; sebagai
penanda LED mode 2.
Mode 1 pada program ditunjukan dengan menyalanya LED 1 (pin D0) dengan
setpoint suhu pada 30°C dengan batas ± 1°C. Untuk mode 2 pada program ditunjukan
dengan menyalakan LED 2 (pin D1) dengan setpoint suhu pada 35°C dengan batas ±
1°C. Gambar 3.16 merupakan tampilan mode 1 dan gambar 3.17 merupakan tampilan
mode 2.
B. Terima Data
Sistem komunikasi ini digunakan saat ATMega328P mengirimkan data ke
ESP8266 berupa data string yang berisikan bacaan dari sensor suhu, arus, dan
tegangan.
void terimaDataArduino(){
str_terimaDataArduino = "";
while(Serial.available()>0){
c = (char)Serial.read();
str_terimaDataArduino += c;
}
Sebelum memasukkan program inti, dilakukan perintah program
Serial.begin(115200)dimana fungsi ini berisikan untuk memulai komunikasi
serial dengan kecepatan baudrate 115200 bps. Fungsi program
terimaDataArduino()untuk menerima data yang sudah dikirim oleh ATMega328P.
Pada awal penerimaan data dipastikan bahwa variabel yang digunakan kosong. Pada
fungsi program str_terimaDataArduino =”” berfungsi untuk memastikan variabel
tersebut sudah siap diisi data. Variabel tersebut harus dikosongkan agar tidak terjadi
penumpukan data yang dapat mengakibatkan munculnya error saat akan dieksekusi
perintah selanjutnya.
Fungsi perintah Serial.available()>0 untuk mengecek apakah ada data
yang masuk atau tidak, dengan dimasukkan perulangan while agar terus melakukan
pengecekan sampai muncul nilai false. Fungsi program perintah Serial.read()
untuk membaca data yang masuk ke mikrokontrol data tersebut dengan tipe (char)
dan ditampung kedalam variabel c. Variabel ini disusun dan dimasukkan dalam
bentuk string ke dalam variabel str_terimaDataArduino() dengan perintah
str_terimaDataArduino += c. Pada program terima data menggunakan instruksi
pengulangan if yang berfungsi untuk mengetahui ada atau tidak data yang diterima,
jika tidak ada maka pada serial monitor “data kosong”.
C. Parsing Data
Parsing data adalah proses pada pemecahan data untuk program penelitian
tugas akhir ini. Data yang sudah diterima dan ditampung dalam variabel variabel
str_terimaDataArduino menjadi beberapa data kemudian dipecah-pecah, sehingga
dapat digunakan dalam proses kontrol dan monitoring. Berikut merupakan daftar
program untuk parsing data.
if(str_terimaDataArduino.length()>0){
ind1 = str_terimaDataArduino.indexOf('#');
ind2 = str_terimaDataArduino.indexOf('#', ind1+1);
ind3 = str_terimaDataArduino.indexOf('#', ind2+1);
ind4 = str_terimaDataArduino.indexOf('#', ind3+1);
ind5 = str_terimaDataArduino.indexOf('#', ind4+1);
#include <ESP8266WiFi.h>
#include <BlynkSimpleEsp8266.h>
void setup() {
Serial.begin(115200);
Blynk.begin(auth, ssid, pass);
}
void loop() {
Blynk.run();
}
Sebelum memasukki program inti maka pada permulaan program dimulai dengan
penggunaan Library dari ESP8266 dan Blynk. Fungsi char auth[] =
Blynk.virtualWrite(V0, suhupanel);
Blynk.virtualWrite(V1, suhukolam);
Blynk.virtualWrite(V2, tegangan);
Blynk.virtualWrite(V3, arus);
Pada dashboard Blynk app terdapat beberapa fitur yang ditampilkan mulai
dari monitoring hasil baca sensor suhu pada panel, tegangan, dan arus secara
realtime. Selain menampilkan data hasil baca sensor terdapat juga grafik perubahan
satuan tiap masing-masing sensor. Sehingga kita dapat mengetahui perubahan hasil
baca sensor secara langsung. Untuk dapat melihat data secara keseluruhan, Blynk
App menyediakan reports berupa record data harian dimana isinya menyediakan
pembacaan sensor setiap satu menit.
B. Upload Data
Untuk mengetahui hasil data monitoring secara keseluruhan maka perlu
adanya akses ke dalam Blnyk Cloud yang terdapat dalam Blynk server. Setelah data
yang sudah diterima oleh ESP8266 lalu dikirim ke Blynk server dan ditampilkan pada
Blynk app. Lalu pada Blynk app dilakukan perintah untuk mengirimkan data atau
upload data, maka akan perlu adanya peranta melalui google mail dengan kita
mendaftarkan akun saat kita ingin mengakses Blynk app. Data yang dikirimkan oleh
Blynk Server melalui google mail dan diterima dengan akun yang sudah kita
daftarkan berupa file CSV. Gambar 3.20 merupakan gambaran skema konsep
pengiriman dan pembacaan data.
Pada gambar 3.26 merupakan denah lokasi yang digunakan untuk penelitian
tugas akhir ini yang diambil dari openstreermap.org. Lokasi tepatnya berada pada
koordinat 7°00’33.1” LS 110°23’44.6” BT, selain terasa memiliki suhu yang tinggi,
lokasi ini juga terdapat rooftop untuk tempat penyimpanan modul panel surya. Selain
itu lokasi ini juga dapat menjadi contoh untuk pemasangan PLTS skala rumah untuk
daerah sekitar lokasi.
B. Suhu Udara Lokasi Penelitian
Salah satu pengaruh dalam produksi listrik pada panel surya yaitu perubahan
suhu. Perubahan suhu yang tidak menentu dapat mengakibatkan produksi listrik pada
panel surya tidak maksimal seperti pada kurva karakteristik I – V. Pada spesifikasi
panel juga tertulis untuk suhu ideal dalam pengoperasian panel surya ini adalah 25℃.
Berikut tabel 3.6 merupakan data suhu rata – rata dan suhu maksimal pada lokasi
penelitian.
Tabel 3.6 Suhu Lokasi (Maret 2021 – Februari 2022)
D. Irradiance meter
Pada penelitian tugas akhir ini menggunakan sebuah alat panel surya,
bawasannya panel surya bekerja mengolah energi yang dipancarkan matahari. Maka
dari itu perlu adanya sebuah alat untuk mengukur iradiasi yang dipancarkan oleh
matahari seperti Solar Power Meter. Alat ini diproduksi oleh ISO-TECH dengan tipe
ISM410 dengan ukuran dimensi 110mm × 34mm × 64mm dan bobotnya 158 gram.
Berikut merupakan gambar 3.31 tampilan fisik Solar Power Meter ISO-TECH
ISM410.
Gambar 3.31 Solar Power Meter ISO-TECH ISM410
(Sumber : Dokumen Pribadi)
Solar Power Meter ISO-TECH ISM410 memiliki fungsi sebagai alat pengukur
iradiasi matahari hingga 2000 W/m2 atau 634 Btu dengan resolusi pengukuran 0,1
W/m2 dan tingkat akurasi ± 10 W/m2 atau sekitar 5%. Solar power meter ini
dilengkapi dengan layar LCD untuk menampilkan nilai iradiannce yang sedang
terjadi dengan kapasitas 4 digit pembacaan. Penggunaan alat ini kebanyakan
digunakan pada saat siang hari maka akan menngakibatkan irradiance meter panas
dan dapat mengakibatkan terjadinya error saat pengukuran iradiasi. Hal ini sudah
diberikan catatan oleh ISO-TECH bawasannya akan terjadi error apabila suhu suhu
diatas 25℃ dan setiap kenaikan suhu 1℃ dapat terjadi error sebesar ±0,38 W/m2.
E. Thermogun Infrared
Pada penelitian tugas akhir ini untuk mengontrol temperatur pada permukaan
panel perlu adanya alat pengukur. Selain menggunakan sensor suhu perlu adanya alat
konvensional sebagai alat pengukur pembanding dan kalibrasi bahwa sensor suhu
yang digunakan pada penelitian ini tidak terjadi error yang besar. Alat bantu
pembacaan temperatur pada panel surya yaitu alat ukur thermogun infrared dari
Heles HI-380.
Gambar 3.32 Thermogun infrared Heles HL-380
(Sumber : Dokumen Pribadi)
Gambar 3.32 merupakan bentuk fisik dari thermogun Heles HL-380 yang
dilengkapi layar LCD untuk menampilkan hasil pembacaan suhu pada permukaan
yang diukur. Thermogun jenis ini dapat mengukur suhu dari -32℃ sampai dengan
+380℃, dengan akurasi ±1,5% dan resolusi pembacaan 0,1℃.