php/JKebIn/index
Jurnal Kebidanan Indonesia, Vol 12 No 2. Juli 2021 (91 - 98) 91
ABSTRAK
10.36419/jki.v12i2.500
Jurnal Kebidanan Indonesia, Vol 12 No 2. Juli 2021(91 - 98) 92
Ellyzabeth Sukmawati, Norif Didik Nur Imanah, ,Puji Suwariyah (Pengaruh Pendampingan Kader
Kesehatan Terhadap Keberhasilan Menyusui Untuk Memberikan Asi Eksklusif)
ABSTRACT
PENDAHULUAN
ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja selama enam bulan pertama
tanpa minuman atau makanan tambahan lain. World Health Organization (WHO)
menyampaikan bahwa pemberian ASI eksklusif yang tidak optimal menyebabkan
800.000 bayi meninggal pada tahun 2016 (Nurses, 2015). Cakupan pemberian
ASI eksklusif pada tahun 2016 di Amerika Serikat sebesar 54,7%, Jepang 43,8%,
Korea 18%, Kambodia 65,2%, Vietnam 24,3%, Myanmar 23,6%, dan Indonesia
41,5% (Coentro, Geddes and Perrella, 2020). Berbagai laporan penelitian
menyebutkan bahwa selain memberikan manfaat pada ibu dan bayi. Bagi ibu,
pemberian ASI eksklusif dapat menurunkan kejadian berbagai penyakit, seperti
kanker payudara dan kanker ovarium (Nurses, 2015; Park, Jang and Min, 2021).
Bagi bayi, pemberian ASI eksklusif dapat mencegah terjadinya infeksi dan
gangguan gizi seperti obesitas dan stunting. Anak yang mendebrita stunting akan
lebih rentan terkena penyakit dan ketika dewasa lebih mudah menderita penyakit
degeneratif (Park, Jang and Min, 2021; Tanaka, 2021).
Faktor-faktor yang memengaruhi rendahnya cakupan ASI eksklusif adalah
keyakinan, sikap dalam mengambil keputusan pemberian ASI atau susu formula;
sosio kultural; sikap keluarga dan teman; dukungan dan keterlibatan profesional
layanan kesehatan serta dukungan petugas kesehatan pada ibu 2 minggu
postpartum (B. and M., 2011; Park, Jang and Min, 2021). Penelitian menunjukkan
bahwa faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya cakupan pemberian ASI
eksklusif adalah usia, pekerjaan, pendidikan, rendahnya pengetahuan dan sikap
ibu, gencarnya pemasaran susu formula, kurangnya dukungan dari perusahaan
yang mempekerjakan ibu yang memiliki bayi 0-6 bulan untuk memberikan ASI
eksklusif, faktor sosial budaya, kurangnya ketersediaan fasilitas kesehatan ibu dan
anak, belum maksimalnya kegiatan edukasi, sosialisasi dan kampanye terkait
pemberian ASI eksklusif serta tenaga kesehatan yang belum peduli dan berpihak
pada hak bayi untuk mendapatkan ASI eksklusif. Sumber informasi yang tepat
mengenai ASI eksklusif oleh petugas kesehatan seharusnya diberikan sedini
mungkin dalam mendukung keberhasilan ibu pada proses menyusui untuk
memberikan ASI eksklusif pada bayinya (Park, Jang and Min, 2021; Tanaka,
2021).
Dukungan profesional dan pribadi memberikan pengaruh pada
pelaksanaan pemberian ASI eksklusif (Iswati et al., 2019). Salah satu dukungan
profesional dapat diberikan oleh kader kesehatan (Putra, 2015; Iswati et al.,
2019). Selama ini kader kesehatan dimanfaatkan untuk menggerakkan berbagai
program kesehatan di masyarakat seperti posyandu, pemantauan status gizi balita,
dan posyandu lansia. Meskipun demikian, pemanfaatan kader kesehatan dalam
gerakan pemberian ASI eksklusif belum dilakukan secara terstruktur dan optimal.
Padahal tenaga kesehatan formal yang seharusnya dapat melakukan gerakan
penggunaan ASI eksklusif, tidak sepenuhnya memiliki kesempatan yang luas
untuk melakukan gerakan ini, karena banyaknya kegiatan yang harus dikerjakan,
sehingga pendelegasian wewenang tersebut mungkin dapat diberikan kepada
kader kesehatan.Informasi yang diberikan dapat dalam bentuk konseling dapat
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu dalam menyusui (Wardhani,
Dinastiti and Fauziyah, 2021). Kader kesehatan sangat berpengaruh mengenai
tingkat keberhasilan menyusui baik proses menyusui ibu. Kader kesehatan
merupakan unsur masyarakat yang berperan penting dalam mensukseskan
berbagai program kesehatan, baik promotif maupun preventif, termasuk program
ASI eksklusif (Putra, 2015; Iswati et al., 2019). Penelitian yang dilakukan di Desa
Ngabean Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah menunjukkan bahwa kader
kesehatan posyandu dapat dijadikan role-model sebagai motivator gerakan
penggunaan ASI eksklusif. Kader kesehatan sangat berpengaruh mengenai tingkat
keberhasilan menyusui baik dalam inisiasi menyusui dan durasi. Pengetahuan
Kader tentang menyusui dan sikap mereka tentang menyusui adalah prediksi
perilaku suportif (Putra, 2015).
METODE PENELITIAN
Hasil
1. Keberhasilan Menyusui untuk Memberikan ASI eksklusif
Keberhasilan menyusui untuk memberikan ASI eksklusif disajikan pada tabel
1 berikut:
Diberikan 43 47,3
Total 90 100,0
Pembahasan
Kader kesehatan merupakan warga yang terpilih dan diberikan pelatihan
ketrampilan oleh sarana pelayanan kesehatan atau Puskesmas setempat. Menjadi
kader kesehatan merupakan salah satu bentuk partisipasi masyarakat guna
menjadi penggerak atau pengelola dari upaya kesehatan rpimer (Mubarak and
Chayatin, 2009; Noerpramana, 2016). Kader kesehatan merupakan unsur
masyarakat yang berperan penting dalam mensukseskan berbagai program
kesehatan, baik promotif maupun preventif, termasuk program ASI eksklusif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ibu yang tidak di dampingi kader kesehatan
lebih banyak tidak berhasil menyusui secara eksklusif yaitu sebanyak 25 ibu dari
45 ibu nifas. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan ibu tentang
ASIeEksklusif dan belum semua ibu sadar akan pentingnya ASI eksklusif
sehingga belum terlaksananya perilaku positif untuk menyusui bayinya secara
eksklusif (Notoatmodjo, 2012). Hal ini sejalan dengan penelitian yang
terdapat kendala yang dihadapi kader kesehatan dalam membantu ibu menyusui
yaitu merasa gagal dalam berkomunikasi dan meyakinkan ibu untuk menyusui
bayinya, belum memiliki pengetahuan yang memadai ketika ibu menyusui
mengeluhkan ASI nya sedikit, puting kecil, dan bayi tidak mau menyusu.
Simpulan
Terdapat pengaruh pendampingan kader kesehatan terhadap keberhasilan
menyusui untuk memberikan ASI eksklusif. Kader kesehatan telah memberikan
informasi tentang ASI ekslusif kepada para ibu menyusui yang datang ke
posyandu, kepada anggota keluarganya, dan kunjungan ke rumah ibu yang baru
melahirkan (tetangga). Kader kesehatan merupakan kegiatan inovasi, hal ini
diperlukan untuk mendukung ibu (peer support).
Saran
Sebaiknya kader kesehatan tetap melakukan pendampingan pada ibu masa
nifas hingga 6 bulan masa menyusui guna meningkatkan keberhasilan dan
cakupan pemberian ASI eksklusif.
DAFTAR PUSTAKA
B., K. and M., B. (2011) ‘Woman health problems that affect quality of life:
Review’, Turkiye Klinikleri Jinekoloji Obstetrik.
Coentro, V. S., Geddes, D. T. and Perrella, S. L. (2020) ‘Altered sucking
dynamics in a breastfed infant with down syndrome: A case report’,
International Breastfeeding Journal, 15(1), pp. 1–6. doi: 10.1186/s13006-
020-00318-4.
Iswati, R. S. et al. (2019) ‘Peningkatan Cakupan Asi Eksklusif Melalui Pelatihan
Kader Kesehatan Dengan Metode Emo Demo Siap Bepergian dI
Kelurahan Siwalankerto Kecamatan …’, Abdimas Toddopuli …, (1), pp. 41–
48. Available at: https://e-journal.my.id/atjpm/article/view/106.
Mubarak, W. iqbal and Chayatin, N. (2009) Ilmu kesehatan masyarakat: Teori
dan Aplikasi, Salemba Medika.
Noerpramana, N. P. (2016) Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo, Edisi Ke-4.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Notoatmodjo, S. (2012) Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku, Jakarta: Rineka
Cipta.
Nurses, N. (2015) ‘Breastfeeding’, JOGNN - Journal of Obstetric, Gynecologic,
and Neonatal Nursing, 44(1), pp. 145–150. doi: 10.1111/1552-
6909.12530.
Park, S., Jang, I. S. and Min, D. (2021) ‘Factors Associated with the Need for
Breastfeeding Information Among Women with Gestational Diabetes
Mellitus: A Cross-sectional Study’, Asian Nursing Research, (June), pp. 1–
5. doi: 10.1016/j.anr.2021.05.002.
Pelancar ASI (2016) ‘Panduan Dahsyat Sukses ASI Ekslusif’. Penyusun, T. and
Jusuf, E. C. (2015) ‘Keterampilan teknik menyusui’.