Anda di halaman 1dari 26

Updates on Management

Of Anaphylaxis
Dr. Annisa Zahra Mufida, Sp.PD
Spesialis Penyakit Dalam
MATERI
1. Definisi
2. Pendekatan Diagnosis
3. Faktor Risiko
4. Pemeriksaan Fisik
5. Pemeriksaan Penunjang
6. Penegakan Diagnosis
7. Diagnosis Banding
8. Tatalaksana

© Annisa Zahra 2021


DEFINISI
§ Ana (without); phylaxis (protection/guard)
§ Anafilaksis : reaksi hipersensitifitas tipe 1 yang
beronset cepat, sistemik, dan menganam nyawa.
§ Jika reaksi menimbulkan syok disebut Syok
Anafilaksis.
§ Insiden :
o 40-60 % akibat gigitan serangga
o 20-40% akibat kontras radiografi
o 10-20% akibat pemberian obat penisilin
Cardona et al. Anaphylaxis Guidance. World Allergy Organization Journal (2020) 13:100472

© Annisa Zahra 2021


§ Anafilaksis à bentuk terberat dari reaksi
hipersensitifitas tipe 1
§ Jarang terjadi à Terjadi secara tiba-tiba à
tidak terduga à berbahaya

Cardona et al. Anaphylaxis Guidance. World Allergy Organization Journal (2020) 13:100472

© Annisa Zahra 2021


Klasifikasi Anafilaksis Sesuai Terminologi baru
Anafilaksis

Imunologis Idiopatik Non-imunologis

IgE, FcReceptor: Lain-lain : Fisik: olah raga, Lain-lain : obat-


Makanan, produk darah, hawa dingin obatan
sengatan agregat imun,
serangga, obat2an
lateks, obat2an

Cardona et al. Anaphylaxis Guidance. World Allergy Organization Journal (2020) 13:100472

© Annisa Zahra 2021


Anafilaksis melalui mekanisme imunologi (IgE dependent)

Cardona et al. Anaphylaxis Guidance. World Allergy Organization Journal (2020) 13:100472

© Annisa Zahra 2021


Mekanisme non-imunologi (Aktifasi sel mast secara langsung)

Anafilaksis idiopatik (tidak diketahui pencetusnya)

© Annisa Zahra 2021


Cardona et al. Anaphylaxis Guidance. World Allergy Organization Journal (2020) 13:100472
© Annisa Zahra 2021
© Annisa Zahra 2021
Pendekatan Diagnosis : Anamnesis
§ Gambaran atau gejala klinik reaksi anafilaksis berbeda-beda
gradasinya sesuai tingkat sensitivitas seseorang.
§ Gejala yg menonjol : Gangguan Sirkulasi dan Gangguan
Respirasi
§ Tanyakan : gejala apa yang terjadi dan bagaimana kronologi
kejadian. Apakah bersamaan atau berurutan (berapa detik s.d
jam)
§ Makin cepat reaksi timbul, makin berat keadaan penderita

© Annisa Zahra 2021 Panduan Praktis Klinis Perhimpunan Penyakit Dalam Indonesia. Renjatan Anafilaksis.
Pendekatan Diagnosis : Anamnesis
§ Gejala respirasi dapat dimulai berupa bersin, hidung tersumbat
atau batuk saja kemudian diikuti sesak nafas.
§ Gejala kulit (gatal dan kulit kemerahan) merupakan gejala yang
sering ditemukan, walaupun tidak berbahaya namun penting
diperhatikan sebab merupakan gejala prodromal untuk timbulnya
gejala yang lebih berat berupa gangguan nafas dan gangguan
sirkulasi.
§ Gejala gastrointesinal dapat berupa perut kram, mual, muntah,
sampai diare.

Panduan Praktis Klinis Perhimpunan Penyakit Dalam Indonesia. Renjatan Anafilaksis.


© Annisa Zahra 2021
Faktor Risiko Anfilaksis
§ Usia : paling sering terjadi pada dewasa <39 tahun
§ Jenis Kelamin : wanita > pria
§ Rute Pajanan : parenteral > oral
§ Riwayat Atopi

© Annisa Zahra 2021 Panduan Praktis Klinis Perhimpunan Penyakit Dalam Indonesia. Renjatan Anafilaksis.
Pemeriksaan Fisik Anfilaksis
• Tanda :
– Kulit (80-90% kasus)
– saluran nafas (70% kasus)
– saluran gastrointestinal (30-45% kasus)
– sistem kardiovaskular (10-45% kasus)
– Sistem saraf pusat (10-15% kasus)
• Manifestasi kulit sering muncul saat awal yakni urtikaria,
angioedem, diikuti rasa tercekik, bronkospasme, wheezing,
hipotensi, syok, penurunan kesadaran, bahkan kematian mendadak
• Syok terjadi akibat à hipoksia berat, vasodilatasi perifer, vaskular
leakage à menyebabkan relative hipovolemia
• Dapat didahului dg perasaan cemas, tidak enak, lemah, gatal,
bersin, à kemudian baru sesak nafas atau hipotensi

© Annisa Zahra 2021 Panduan Praktis Klinis Perhimpunan Penyakit Dalam Indonesia. Renjatan Anafilaksis.
• Reaksi anafilaksis dapat timbul dalam beberapa menit hingga
beberapa jam
• Kematian dapat terjadi dalam beberapa menit
• Anafilaksis fase lambat (reaksi bifasik) : munculnya kembali
gejala setelah remisi spontan maupun dg pengobatan
• Sebagian besar muncul kembali dalam 8 jam pertama
• Protracted anafilaksis : anafilaksis berat, berupa difsungsi
pernafasan dan syok anafilaksis berlangsung hingga 5-32 jam,
sering resisten terhadap pengobatan

© Annisa Zahra 2021 Panduan Praktis Klinis Perhimpunan Penyakit Dalam Indonesia. Renjatan Anafilaksis.
Pemeriksaan Penunjang
§ Darah tepi : eosinofil dapat normal/ meningkat
§ IgE total : dapat normal/ meningkat
§ Pemeriksaan invivo : uji kulit (skin prick test/ SPT)

Panduan Praktis Klinis Perhimpunan Penyakit Dalam Indonesia. Renjatan Anafilaksis.


© Annisa Zahra 2021
Kriteria Diagnosis Anafilaksis
(World Allergy Organization,2020)
Kondisi sakit dengan onset akut (beberapa
menit sampai beberapa jam) yang melibatkan A. Gangguan Saluran Nafas
kulit, jaringan mukosa, atau keduanya Dipsnea, wheezing,
(misalnya: urtikaria generalisata, gatal, bronkospasm, stridor,
flushing, edema, bibir-lidah-uvula) penurunan PEF, hipoksemia

B. Penurunan Tekanan Darah


Disertai paling atau Gejala terkait disfungsi
tidak satu dari: organ target
Hipotonia, kolaps, pingsan,
syncope, inkontinensia

C. Gejala Gastrointestinal
Persisten
Nyeri kram abdomen, muntah.

© Annisa Zahra 2021 Cardona et al. Anaphylaxis Guidance. World Allergy Organization Journal (2020) 13:100472
Kriteria Diagnosis Anafilaksis
(World Allergy Organization,2020)
Kondisi sakit dengan onset akut (beberapa menit sampai beberapa jam) berupa hipotensi atau
bronkospasme atau keterlibatan laring setelah terpapar alergen yang dicurigai menyebabkan alergi,
walaupun TANPA keterlibatan kulit/mukosa

Bayi dan anak-anak Dewasa


TD sistolik rendah (sesuai usia) Penurunan TD sitolik <90
atau penurunan TD sistolik mmHg atau >30% dari nilai
>30% awal baseline

Bronkospasme Keterlibatan
laring

© Annisa Zahra 2021 Cardona et al. Anaphylaxis Guidance. World Allergy Organization Journal (2020) 13:100472
Diagnosis Banding Anfilaksis

© Annisa Zahra 2021 Cardona et al. Anaphylaxis Guidance. World Allergy Organization Journal (2020) 13:100472
Tatalaksana Anfilaksis
Tatalaksana Dasar
1. Hentikan paparan pencetus
2. Evaluasi : Airway-Breathing-Circulation Status kesadaran, kulit/mukosa, berat
badan
3. Call for help. No.3,4,5 Lakukan secara simultan dan cepat.
4. Inj epinefrin (adrenalin) 1:1000 (1mg/mL) i.m pada midanterolateral dg dosis
0,01 mg/kgBB. Dosis max dewasa 0,5 mg. Catat waktu pemberian, dapat diulang
5-15 menit bila diperlukan
5. Posisikan berbaring atau posisi yang nyaman bila ada gangguan pernafasan
dan/atau muntah, tinggikan ekstrimitas bawah

© Annisa Zahra 2021


Tatalaksana Anfilaksis
Tatalaksana Dasar
6. Oksigenasi, O2 masker 6-8 lpm atau orofaringeal mask bila ada indikasi
7. Jalur intravena kanula diameter besar (14-16 G). Bila ada indikasi, berikan cairan
1-2Liter NaCl 0,9% secara cepat
8. Bia ada indikasi, RJP kompresi dada kontinyu (100-120 pijatan/mt dengan
kedalama 5-6 cm)
9. Monitor TD, nadi, fungsi jantung, status respirasi dan oksigenasi secara teratur

© Annisa Zahra 2021


Adrenaline / Epinephrine
Indikasi
§ VF, VT pulseless, PEA, asystole
§ Mengatasi gangguan sirkulasi (syok distributif)
§ Menghilangkan bronkospasme
Sediaan
§ Ampul 1:1000 (1mg/cc)
§ Rute : iv flush, ET (2-3x dosis iv), infus 1mg/500ccD51/2NS (2 ug/cc)
Dosis
§ RJP : 1 mg iv flush (diikuti 10ccNS), diulang 3-5 menit
§ Anafilaksis : 0,5mg im
§ Syok : infus 1ug/menit, titrasi sampai max 10ug/menit
§ Bronkodilator : 0,3 mg sc (syarat kondisi jantung baik)

© Annisa Zahra 2021


Tatalaksana Anfilaksis
Terapi Lini Kedua
1. Antihistamin H1
§ Chlorpherinamine (CTM) 10 mg po
§ Cetirizine 10 mg iv
§ Diphendidramine 25-50 mg iv
2. β2 agonis
§ Larutan salbutamol (albuterol) diberikan nebulizer dan masker. Pada bronkospasme
berat yang ditandai wheezing persisten.
§ Atau Aminophilin 250mg iv pelan selama 10menit atau drip dalam 100ccPZ.
3. Kortikosteroid : dipakai pada lini ke-2 karena dianggap kurang
bermanfaat pada fase akut. Penggunaan kortikosteroid bertujuan
mencegah reaksi bifasik atau protracted
§ Metil prednisolone 125-250 mg (iv)
§ Deksametason 20 mg (iv)
§ Hidrokortison 100-500 mg (iv)
4. H2 receptor blocker, misalnya ranitidin 50 mg intravena
© Annisa Zahra 2021
Tatalaksana Anfilaksis
Terapi Anafilaksis Refrakter
1. Intubasi, ventilasi mekanik
2. Vasopressor intravena (misalnya dopamin 400 mg/D5 500cc à 2-20
μg/kg/menit) bila pemberian cairan tidak memperbaiki syok
3. Glucagon (dosis awal 1-5 mg iv diikuti infus 5-15 μg/menit dititrasi
sesuai dengan respon tekanan darah) pada penderita yg menggunakan
B-blocker yang mengalami hipotensi dan bradikardi dan tidak respon
dengan epinefrin
4. Sulfas atropin (0,3-0,5 mg iv, dapat diulang tiap 10 menit sampai dg
maksimum 2 mg) pada penderita yg menggunakan B-blocker dengan
bradikardia presisten
5. Ipratropium pada penderita pemakai B-blocker dengan bronkospasme
yang resisten terhadap epinefrin

© Annisa Zahra 2021


Algoritma Terapi Anafilaksis
Gejala Anafilaksis:
Onset akut ?
Ada kegawatan mengancam nyawa : Airway, Breathing, Circulation ?
Ada manifestasi kulit/mukosa ?

Call for help


Perbaki ABC
Posisi pasien terlentang dan tinggikan tungkai
Atau posisi setengah duduk pd pasien dg kesulitan nafas
Hentikan pencetus (misal: obat, transfusi darah, sengatan lebah
Jangan rangsang muntah pd anafilaksis akibat makanan

Berikan Adrenalin/Epinefrin
Dewasa : 0,5 mg im (solusio 1:1000)
Ulangi dosis setiap 5 menit (jika diperlukan)

Oksigenasi, O2 masker 6-8 lpm atau orofaringeal mask bila ada indikasi
Jalur intravena kanula diameter besar (14-16 G). Bila ada indikasi, berikan cairan 1-2Liter NaCl
0,9% secara cepat
Bia ada indikasi, RJP kompresi dada kontinyu (100-120 pijatan/mt dengan kedalama 5-6 cm)
Monitor TD, nadi, fungsi jantung, status respirasi dan oksigenasi secara teratur

© Annisa Zahra 2021


Manajemen dan Pencegahan

© Annisa Zahra 2021 Simons et al, 2011. World Allergy Organization Journal
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai