Anda di halaman 1dari 16

KELOMPOK 3

Pathophysiological Rahmat Azimi C014212141


Mechanisms of Muh Nadhirwan Nugraha C014221013

Asthma Bangkit Revormansyah P C014221016


Muh Yaasin Qatrunada C014212216
Jihan Chaerulbariah W C014212193

Residen Pembimbing
dr. Fuadah Handayani

Supervisior Pembimbing
dr. Arif Santoso, Sp.P (K), Ph.D, FAPSR

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
ABSTRAK  Patofisiologi dominan risiko dipertimbangkan
adalah risiko serangan asma,resiko
pertumbuhan saluran nafas yang buruk dan
pada anak prasekolah yang beresiko menjadi
asma usia sekolah eosinofilik.
 Kemajuan teknologi Omics memungkinkan
penggambaran jalur, sangat penting pada asma
eosinofilik rendah TH2 dan juga penyakit
inflamasi.
 Penyakit saluran napas eosinofilik karena
endotype yang resisten terhadap steroid dan
lonjakan beban allergen lingkungan.
Keyword :
Biomarker, biopsy bronkus, peradangan saluran
napas, fenotipe asma, endotipe
PENDAHULUAN
• Istilah “asma” adalah istilah umum yang harus digunakan untuk menggambarkan kumpulan
gejala klinis, yaitu mengi, sesak napas, dan batuk.
• Endotipe dan sub endotype spesifik kelas gen cystic fibrosis (CF) menandakan infeksi dan
adanya radang saluran nafas secara kronis.
• Kejadian asma pada usia sekolah dan dewasa karena peradangan saluran napas akibat
hiper-responsif saluran napas dengan komorbiditas ekstraparu seperti obesitas,faktor
lingkungan, gaya hidup seperti paparan allergen lingkungan .
• Perubahan ini dapat mempengaruhi individu yang rentan terhadap peningkatan risiko
penyakit pernapasan.
DEKONSTRUKSI PENYAKIT
SALURAN NAPAS
• Stimulus dapat mempengaruhi saluran pernapasan :

• Penyempitan menyebabkan obstruksi tetap , penyempitan menyebabkan obstruksi

variable yang berubah secara spontan dari waktu ke waktu dan dengan pengobatan.

• Adanya upaya ekspulsif reflex yang meningkat ( batuk ) yang dapat memperberat

obstruksi napas.
PERADANGAN SALURAN NAPAS –
ASMA EOSINOFILIK
Asma Eosinofilia pada saluran napas sering ditemukan pada anak usia sekolah yang dikaitkan dengan
perdangan Tipe 2 yang mensekresi Interleukkin antara lain T helper 2 – 4, interleukin 5 dan interleukin
3 yang dicirikan sebagai jalur metabolism dan fungsi mitokondria yang termodulasi melalui interleukin 6
yang terdapat disaluran napas sebagai tanda bronchitis eosinofilik penyebab batuk kronis.
RESPON EOSINOPHIL SALURAN
NAPAS TERHADAP PENGOBATAN
Asma eosinofilik dapat diketahui dari bronkoskopi fibreoptik dengan lavag bronkoalveolar (BAL) dan
biopsy endobronkial . Dengan menginduksi sputum , hal ini memiliki korelasi erat antara sputum dan
Eosinofilia BAL sebagai biomarker untuk mengetahui respon antibody monoclonal anti TH2 .
Sedangkan jumlah eosinophilia darah perifer dapat diukur secara signifikan dalam pengobatan dengan
eosinophilia darah tepi >300/ui dan sensitisasi aeroallergen yang memiliki respon terhadap pemberian
ICS (inhalasi corticosteroid) .
PERADANGAN SALURAN NAPAS –
ASMA NEUTROFILIK
Asma yang ditandai dengan neutrofilia mukosa ditemukan pada orang dewasa yang cenderung
menderita asma berat dengan bukti atopi yang lebih sedikit , asma neutrophilik ini adalah steroid non-
responsive.
OBSTUKSI ALIRAN UDARA
VARIABEL
Mengi adalah suara yang menandakan adanya penyempitan lumen saluran napas, namun tidak identik
dengan penyempitan otot polos saluran napas, penyebabnya seringdikaitkan dengan sekresi saluran
napas intraluminal; malacia saluran napas yang terlokalisasi , kompresi ekstraluminal misalnya oleh
massa kelenjar getah bening serta dapat dicetuskan melalui fisiologi normal tetapi dengan respons
yang berlebihan terhadap rangsangan udara dingin ataupun paparan allergen.
OBSTUKSI ALIRAN UDARA TETAP
Salah satu komponen obstruksi jalan napas ditentukan pada masa antenatal . Obstruksi aliran udara
segera setelah lahir yang diakibatkan akibat faktor maternal yakni paparan nikotin ( merokok aktif, pasif
dan vaping ) telah menunjukkan adanya perubahan structural pada saluran napas bayi baru lahir ,
faktor yang dapat mempengaruhi adalah pencemaran lingkungan, hipertensi pada ibu , berat badan
lahir rendah atau prematuritas . Perubahan structural dinding saluran napas pada asma disebabkan
akibat peningkatan otot polos saluran napas, penebalan membrane dasar retikuler , peningkatan
jumlah sel goblet, dan peningkatan vaskularisasi saluran napas.
PATOFISIOLOGI ASTHMA
SENSITISASI ALERGEN
Dalam hubungan dengan epitel saluran napas dan mukosa di bawahnya adalah populasi khusus sel
penyaji antigen (dan penyaji alergen) (APC) yang disebut sel dendritik (DC). Sel ini mengekspresikan
reseptor sistem kekebalan tubuh bawaan dan juga memiliki potensi untuk mengambil alergen,
mengolahnya menjadi peptida kecil dan kemudian menyajikannya melalui kompleks histokompatibilitas
utama MHC kelas I dan MHC kelas II untuk dikenali oleh reseptor sel T.

Stephen T Holgate . 2012 . Innate and adaptive immune responses in asthma . Clinical and Experimental Science , Southampton General Hospital, Southampton,
UK : Published 4 May 2012, doi:10.1038/nm.2731
ERLINDUNGAN DINI TERHADAP ASTHMA

Paparan prenatal terhadap produk mikroba tingkat tinggi , respon penghambatan tampaknya paling
erat terkait dengan jumlah sel T yang bersirkulasi tinggi. Sebuah studi pada manusia menunjukkan
bahwa sel ibu memiliki kapasitas untuk melintasi plasenta dan memasuki kelenjar getah bening janin
untuk menginduksi intrasel, mencegah kekebalan antimaternal yang bertahan sampai dewasa awal.
Studi ini juga menantang gagasan bahwa limfosit janin tidak mampu meningkatkan respons imun.
Mekanisme serupa dari transfer ibu-janin dapat beroperasi dalam perlindungan terhadap sensitisasi
alergi untuk menginduksi sel T.

Stephen T Holgate . 2012 . Innate and adaptive immune responses in asthma . Clinical and Experimental Science , Southampton General Hospital, Southampton,
UK : Published 4 May 2012, doi:10.1038/nm.2731
IMUNITAS SELULER

Setelah DC menjadi primadona oleh lingkungan untuk mempromosikan sensitisasi alergen, urutan
kejadian yang umum terjadi. Presentasi peptida alergen di celah MHC kelas II ke TCR pada sel T naif
secara paralel dengan keterlibatan molekul co-stimulator pada setiap jenis sel (misalnya, CD80 atau
CD86 pada DC dengan CD28 pada sel T, atau OX40L pada DC dengan OX40 pada sel T) dengan
adanya kadar IL-12 yang rendah dan kadar IL-4 yang tinggi menghasilkan diferensiasi sel T ke arah
sel TH2 fenotip.

Stephen T Holgate . 2012 . Innate and adaptive immune responses in asthma . Clinical and Experimental Science , Southampton General Hospital, Southampton,
UK : Published 4 May 2012, doi:10.1038/nm.2731
IMUNITAS HUMORAL
Penggantian isotipe sel B menjadi sintesis IgE merupakan prasyarat atopi dan menyediakan
mekanisme pemicu kritis untuk respons alergi segera setelah terpapar alergen. Proses ini
membutuhkan kehadiran wajib IL-4 atau IL-13, yang, dengan berinteraksi dengan reseptornya pada sel
B dengan adanya presentasi alergen terkait MHC kelas II oleh TH2 sel dan kostimulasi yang
melibatkan CD40 dan CD40L, menghasilkan peralihan kelas imunoglobulin dari IgM ke IgE. Urutan
molekul intraseluler melibatkan transkripsi gen germline, rekombinasi DNA dan diferensiasi sel B,
menghasilkan sintesis dan sekresi antibodi IgE spesifik alergen, diikuti oleh pematangan subset sel B
klonal menjadi sel plasma yang mensekresi IgE dalam jumlah besar.

Stephen T Holgate . 2012 . Innate and adaptive immune responses in asthma . Clinical and Experimental Science , Southampton General Hospital, Southampton,
UK : Published 4 May 2012, doi:10.1038/nm.2731
KESIMPULAN
• Pengetahuan tentang mekanisme yang mendasari sensitisasi alergen dan
peristiwa saluran napas yang mengikuti paparan alergen telah memberikan
dasar penting dari mekanisme seluler dan mediator asma.
• Mekanisme seluler yang menghubungkan beberapa paparan lingkungan
yang berbeda dengan persistensi dan kronisitas asma
THANK YOU 

Anda mungkin juga menyukai