1. Kufur/Kafir
Kata kāfir memiliki akar kata ك ف رyang berarti menutup. Pada zaman sebelum
datangnya Agama Islam, istilah tersebut digunakan untuk para petani yang
sedang menanam benih di ladang, kemudian menutup (mengubur) dengan
tanah. Sehingga kalimat kāfir bisa dimplikasikan menjadi "seseorang yang
bersembunyi atau menutup diri". Dengan demikian kata kafir menyiratkan arti
seseorang yang bersembunyi atau menutup diri.
Penggunaan kata akfir dalam Islam dalam Al-Quran memiliki berbagai makna
yang berbeda, yaitu:
ُ َ ََ ْ ُُ َ ُ ُ َ ٓ ُُ َ
Surat Al-Baqarah [2]: 152
١٥٢ۡون ُ
ِ واۡ ِِلۡوَّلۡتكفر
ۡ ۡوۡٱشكر
ۡ ونۡأذكركم
ۡ ِ ۡفٱذكر
1
Artinya: “152. Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula)
kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu
mengingkari (nikmat)-Ku”.
َ َ ُ َّ َ َ َ ُ َ َ َ ُ ُّ َ َ َّ َ َ
Surat Ibrahim [14]: 7
ٞ َ َ َ َ َّ ُ َ َ
٧ۡۡعذ ِاِبۡلشدِيد
ۡ ِإَوذۡۡتأذنۡربكمۡلئِنۡشكرتمۡۡلزِيدنكمۖۡۡولئِنۡكفرتمۡإِن
Artinya: “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan;
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah
(nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku),
maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih"
2. Nifak/Munafik
Al-Baqarah [2]: 8-14
َ ُ َٰ َ ُ َ اۡهمۡ ب ُمؤ ِمن ُ ََ َّللِ ۡ َو ۡبٱَل َّ َّ ام
َ ۡء ُ َُ َ
ۡون
ۡ ِع يخد٨ۡ ِني ِ م و ۡ ۡ
ِر
ِ خ ٓأۡل ۡ
ٱ ۡ ِ
م
ۡ و ِ ۡ ٱِ ۡ
ب ۡان َ ول اس ۡمنۡيق َۡ َوم
ۡ ِ َِّن ۡٱنل
ٞ َ َّ ُُ َ ُ ُ َ َ َ ُ َ ُ َ ٓ َّ َ ُ َ َ َ َ ْ ُ َ َ َ َّ َ َ َّ
ِۡفۡۡقلوب ِ ِهمۡ مرض ۡ ِ ٩ِۡۡينۡۡءامنواۡ وماۡ َيدعونۡ إَِّلۡ أنفسهمۡ وماۡ يشعرون ۡ ّللۡۡ ۡوٱَّل
ۡ ٱ
َ َُ َ َ َ ُ َ ْ ُ َ َ ُۢ ُ َ ٌ َ َ ُ َ َ ٗ َ َ ُ َّ ُ ُ َ َ َ
ۡ ِإَوذاۡۡقِيلۡ لهمۡۡ َّل١٠ّۡۡللۡۡمرضاۖۡۡ ولهمۡ عذابۡ أ َِلمۡ بِماۡ َكنواۡ يكذِبون ۡ فزادهمۡۡٱ
َٰ َ َ َ ُ ُ ُ ُ ُ َّ ٓ َ َ َ ُ ُ ُ َ َ َّ ْ ٓ ُ َ َ ْ ُ ُ
ۡكن ِ ون ۡول ۡ َّل ۡإِنهمۡهم ۡٱلمفسِد ۡ أ١١ۡ ۡرض ۡقالواۡ إِنماَۡننۡمصل ِحون ۡ ِ ِۡف ۡٱۡلِ تفسِدوا
َۡامن َ اسۡۡقَال ُ ٓواْۡ َأنُؤم ُِنۡ َك َمآۡ َء
ۡ ُ َّام َنۡۡٱنل َ ِيلۡ ل َ ُهمۡ َءام ُِنواْۡ َك َمآۡ َء َ َ َ
ِإَوذاۡۡق١٢َّۡۡلۡ يَش ُع ُرون
َّ
ْ ٓ ُ َ ْ ُ َ َ َ َّ ْ ُ َ َ َ ُ َ َ َّ َٰ َ َ ُ ٓ َ َ ُّ ُ ُ ُ َّ ٓ َ َ ُ ٓ َ َ ُّ
ِۡين ۡءامنواۡقالوا ۡ ِإَوذا ۡلقوا ۡۡٱَّل١٣ۡ كنَّۡلۡيعلمون ِ ٱلسفها ۡء ۗۡأَّلۡ إ ِ ۡنهمۡهم ۡۡٱلسفها ۡء ۡول
َ ُ َ ُ ُ َ َ َّ ُ َ َ َّ ْ ٓ ُ َ َٰ َ َ َٰ َ ْ َ َ َ َّ َ َ
١٤ۡءامناِۡإَوذاۡخلواۡإِِلۡشي ِطين ِ ِهمۡقالواۡإِناۡمعكمۡإِنماَۡننۡمسته ِزءون
Artinya: “Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah
dan Hari kemudian," pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-
orang yang beriman (8). Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang
yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang
mereka tidak sadar(9). Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah
Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan
mereka berdusta (10). Dan bila dikatakan kepada mereka: "Janganlah
kamu membuat kerusakan di muka bumi". Mereka menjawab:
"Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan"(11).
Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat
kerusakan, tetapi mereka tidak sadar. (12). Apabila dikatakan kepada
mereka: "Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah
beriman". Mereka menjawab: "Akan berimankah kami sebagaimana
orang-orang yang bodoh itu telah beriman?" Ingatlah, sesungguhnya
merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi mereka tidak tahu (13). Dan
bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka
mengatakan: "Kami telah beriman". Dan bila mereka kembali kepada
2
syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya kami
sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok" (14).
3. Syirik/Musyrik
a. Pengertian Syirik
Syirik atau syirkun, menurut bahasa berarti; sekutu, bagian atau perseroan.
Sedangkan menurut istilah Syirik adalah menyekutukan Allah dengan sesuatu
atau seseorang, baik dalam rububiyah dan uluhiyah-Nya maupun dalam asma’
dan sifat-sifat-Nya. Orang yang melakukan syirik disebut musyrik.
َ َّ َ ُ َ َ َ َ َ َ ٓ َ َ َ َ َٰ َ ْ َ َ َ َٰ َ َ َ َٰٓ َ ُ
Quran Surat Ali Imran [3]: 64
َۡ َّ ۡنع ُب َدۡإ ََّّلۡٱ
َّۡللۡ َو ََّلۡنُۡشك بۡتعالواۡإِِلَۡك ِمةۡسواءِۢۡبينناۡوبينكمۡأَّلِۡ قلۡۡيأهلۡٱلكِت
ِ ِ
َّ َ ْ ُ َ ْ ُ ُ َ ْ َّ َ َ َ َّ ُ َ َ ٗ ل ُ َ َ َّ َ َ َ ٗ َ
َ ض َن
ۡواۡۡب ِأنا
ۡ ِۡفإِنۡتولواۡفقولواۡٱشهدّٞۚلل ۡ ونۡٱ
ِ ِنۡد
اۡم اببر اۡأضع اۡب خذۡبعِ ب ِ ۡهِۦۡشيۡاۡوَّلۡيت
َ
٦٤ُۡمسل ُِمون
Artinya: “Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu
kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu,
bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia
dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian
yang lain sebagai tuhan selain Allah". Jika mereka berpaling maka
katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-
orang yang berserah diri (kepada Allah)".
3
b. Tingkatan Syirik:
1). Syirik Akbar (syirik paling besar)
a). Syirkud du’a
Yaitu mempersekutukan Allah dalam berdo’a atau memohon kepada-
Nya.
b). Syirku Niyyah
Yaitu mempersekutukan Allah dalam mengarahkan niyat, kehendak
dan tujuan dari amal perbuatan yang dikerjakannya.
c). Syirku Tha’ah
Yaitu mempersekutukan Allah dalam mentaati dan mematuhi ajaran-
ajaran-Nya
d). Syirkul Mahabbah
Yaitu mempersekutukan Allah dalam soal kecintaan. Mencintai
seseorang atau sesuatu, lebih dari kecintaannya kepada Allah SWT.