Angkatan 6
FT PERNAFASAN
Nn. Nia (14 th), putri seorang pengusaha pakaian, tiba-tiba saja mengalami sesak nafas berat
ketika mengikuti pelajaran olahraga disekolahnya. Ia segera dibawa ke puskesmas di dekat
sekolah dan mendapat pertolongan pertama berupa pemberian Oksigen. Pada saat pemeriksaan
dia nampak kelelahan dengan pernafasan yang cepat serta takikardi (140/min) dan bunyi mengik
yang terdengar jelas. Orangtuanya membawanya ke RS sore harinya untuk pemeriksaan lebih
lanjut. Pemeriksaan terhadap sputumnya menunjukkan bahwa sputumnya mengandung banyak
eosinofil. Skin test menunjukkan bahwa dia alergi terhadap lima macam alergen yaitu : debu,
telur, pengawet makanan, udang dan jamur. Dilakukan juga tes spirometri dan menunjukkan
FEV1/FVC = 87%. Frekuensi terbangun malam lebih 3x/bulan. Selain itu keluarganya
menceritakan bahwa dia juga punya riwayat kejang demam pada waktu bayi dan pernah
mengalami bronkitis pada waktu kecil. Karena pada pemeriksaan sputum terdapat eosinofil maka
bukan indikasi bronkitisnya kambuh.
Identitas Pasien
Nama : Nia
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 14 Tahun
Diagnosa
Exercise – Induced Asthma
Subjective
Tiba-tiba mengalami sesak nafas berat ketika berolahraga
Kelelahan dengan pernafasan yang cepat dan bunyi mengik yang terdengar jelas
Riwayat kejang demam pada saat bayi,
Riwayat penyakit bronkitis pada masa anak anak
Diberikan oksigen pada saat sesak.
Objective
HR : 140/min
Pada sputum ditemukan eosinophil
Skin test menunjukkan bahwa ia alergi Alergi debu, telur, pengawet makanan, udang dan
jamur.
FEV1/FVC : 87%
Frekuensi terbangun malam lebih 3x/bulan
DRPs
Indikasi Tanpa Obat
Asessment
Pasien terdiagnosis asma, dapat diberika obat-obatan untuk mengurangi keparahan asma
pasien. Pengobatan dengan obat yang mengandung ICS (kortikosteroid inhalasi) dapat
mengurangi frekuensi dan keparahan gejala asma dan mengurangi resiko kambuh atau
meninggal karena asma (GINA, 2021).
Alergi yang diderita dapat memicu dan memperparah asma pasien, dan sebaiknya
diberikan antihistamin apabila terjadi alergi
Berdasarkan data hasil laboratorium yang ada, pasien didiagnosa oleh dokter sebagai
Exercise – induced Asthma. Berdasarkan (GINA 2018) pasien asma dengan tanda-tanda diatas
yang tidak terkontrol/tidak mendapatkan ICS, serta sensitif terpapar allergen termasuk
terkonfirmasi alergi makanan, sputum terdapat eosinofil dan mengalami gangguan yang
frekuensinya cukup tinggi merupakan tanda-tanda yang termasuk dalam asma persisten ringan
dengan faktor risiko terjadinya eksaserbasi. Terapi obat-obat tertentu diperlukan untuk mencegah
risiko terjadinya eksaserbasi mengontrol asthma guna meningkatkan kualitas hidup pasien.
Alergi makanan menjadi faktor resiko kematian terkit asma, pasien harus memiliki pencegahan
anafilaksis yang tepat dengan penggunaan epinefrin (GINA, 2021).
Plan
Kombinasi ICS-formoterol
Fluticasone propionate low dose (100 mcg)/hari – formoterol (80/4.5mcg)/hari
Apabila terjadi alergi, gunakan antihistamin seperti cetrizin 10 mg/hari
Terapi Non Farmakologi :
Mehindari rokok/ tidak merokok
Melakukan aktivitas fisik secara teratur
Hindari pekerjaan yang dapat memicu terjadinya asma
Hindari makanan atau obat-obatan yang dapat memicu alergi
(GINA,2021)
Monitoring :
Saturasi Oksigen
Penggunaan Obat
PEF (Peak Expiratory Flow)
Frekuensi Gangguan Tidur
(Depkes RI, 2007)
Reference
Departemen Kesehatan. 2007. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Asma. Jakarta: Depkes RI.
Dipiro., et Al, 2015. Pharmacotherapy : A Pathophysiologic Approach 9th Edition. United
States : Mc Graw Hill
Global Initiative of Astma. 2021. Global Strategy for Asthma Management and Prevention.
www.ginasthma.org Diakses 27 Mei 2022 Pukul 01.12