Anda di halaman 1dari 2

BUPATI PUNCAK

Ilaga, 28 Juni 2022

Nomor : 100/ 79 /SET Kepada


Sifat : Penting Yth. Bapak Presiden
Lampiran : 1 Dokumen Republik Indonesia
Perihal : Penetapan Timika Sebagai Ibukota
DOB Provinsi Papua Tengah di –
JAKARTA

Pembahasan RUU DOB melalui Rapat Dengar Pendapat (RDP)


Komisis II DPR RI pada tanggal 22 Juni 2022 memunculkan Kota Nabire
sebagai ibukota Provinsi Papua Tengah (PPT) dan dilanjutkan dengan
dialog Komisi II DPR RI dengan para Kepala Daerah dan Tokoh
Masyarakat di Jayapura pada tanggal 25 Juni 2022 menimbulkan
terjadinya tarik ulur rencana ibukota Provinsi Papua Tengah antara
Timika dan Nabire dan polemik yang meluas ditengah-tengah
masyarakat. Dalam draft RUU sebelumnya telah ditetapkan bahwa
ibukota Provinsi Papua Tengah adalah Timika.
Sehubungan dengan terjadinya polemik tersebut, maka dengan
hormat kepada Bapak Presiden dapat kami sampaikan dengan segala
ketulusan dari hati kami yang paling dalam, agar kiranya menetapkan
Timika sebagai ibukota DOB Provinsi Papua Tengah dengan
pertimbangan sebagai berikut :
1. Timika sangat siap dengan dukungan infrastruktur yang lengkap
antara lain seperti Bandara, Jalan Raya, Perhotelan, Sarana
Perkantoran Pemerintahan, Ketersediaan Listrik, Fasiltas Rumah
Sakit dan Pasar serta sarana prasarana pendukung lainnya.
2. Konektivitas darat sebagai jalan masuk untuk Kabupaten Lainnya
melalui Kabupaten Deiyai sudah terbangun sepanjang 180 Km
dalam ruas jalan Waghete – Timika dan diperkirakan selesai pada
tahun ini. Dengan terbangunnya jalan ini maka Paniai dan Deiyai
lebih dekat ke Timika dibandingkan ke Nabire.
3. Ketersediaan lahan/tanah di Timika lebih mudah karena pengelolaan
tanah ulayat yang tersentral dan tersetruktur pada Lembaga
Musyawarah Adat Suku Kamoro (LEMASKO), sedangkan di Nabire
tanah dikuasai masyarakat ulayat secara parsial sehingga untuk
pengembangan wilayah dan investor sangat sulit untuk
mendapatkan lahan/tanah, karena pengelolaan tanah tidak
terstruktur seperti di Timika.
4. Berdasarkan kajian Akademik Tim Ahli UGM menyatakan bahwa
Nabire adalah wilayah rawan gempa. Gempa bumi terbesar terjadi
pada tahun 2004 mengakibatkan korban jiwa dan material yang
besar. Gempa bumi terbaru adalah pada hari Kamis (23/6/2022)
skala 4,6 M. Hal ini akan sangat mengancam pembangunan pada
masa yang akan datang.
5. Adanya penolakan Lembaga Masyarakat Adat Nabire bersama
Enam Suku Pemilik Hak Ulayat Saireri Nabire terhadap penetapan
Nabire sebagai ibukota dan bagian dari Provinsi Papua Tengah
(terlampir).
Demikian surat ini kami ajukan kepada Bapak Presiden sebagai
bahan pertimbangan, atas perhatian dan dukungan Bapak Presiden
Republik Indonesia disampaikan terima kasih.

BUPATI PUNCAK,

WILLEM WANDIK, SE, M.Si


Tembusan Yth. :
1. Ketua DPR Republik Indonesia di Jakarta;
2. Ketua Komisis II DPR Republik Indonesia di Jakarta;
3. Menteri Koordinator POLHUKAM Republik Indonesia di Jakarta;
4. Menteri Sekretaris Negara Republik Indonesia di Jakarta;
5. Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia di Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai