Anda di halaman 1dari 93

SKRIPSI

STUDI TERHADAP KETERLIBATAN ISTRI DALAM KEGIATAN


EKONOMI RUMAH TANGGA PERSPEKTIF ISLAM
(Studi Kasus Home Industri Gula Merah di Desa Karemotingge Kecamatan
Tirawuta Kabupaten Kolaka Timur)

OLEH :

EKA
B1A1 18 220

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
STUDI TERHADAP KETERLIBATAN ISTRI DALAM KEGIATAN
EKONOMI RUMAH TANGGA PERSPEKTIF ISLAM
(Studi Kasus Home Industri Gula Merah di Desa Karemotingge Kecamatan
Tirawuta Kabupaten Kolaka Timur)

SKRIPSI

Diajukan kepada
Universitas Halu Oleo
untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan program sarjana

OLEH :

EKA

B1A1 18 220

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HALU OLEO

2022

ii
ABSTRAK

Eka, B1A118220 “Studi Terhadap Keterlibatan Istri dalam Kegiatan


Ekonomi Rumah Tangga Perspektif Isalam (Studi Kasus Home Industri
Gula Merah di Desa Karemotingge Kecamatan Tirawuta Kabupaten Kolaka
Timur)”. Dibimbing oleh Baheri selaku pembimbing 1 dan Tajuddin selaku
pembimbing 2.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perspektif islam


terhadap keterlibatan istri dalam kegiatan ekonomi rumah tangga. Penelitian ini
juga bertujuan untuk mengetahui apakah para istri memahami konsep Islam dalam
bekerja atau terlibat dalam ekonomi rumah tangga. Penelitian menggunakan data
primer dari 5 istri yang terlibat dalam kegiatan ekonomi rumah tangga di Desa
Karemotingge.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, kemudian untuk
memperoleh data penulis melakukan wawancara dan dokumentasi. Dalam
penelitian ini berfokus pada istri yang terlibat dalam kegiatan ekonomi rumah
tangga sebagai pembuat gula merah di Desa Karemotingge.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada kegiatan penelitian ini,
maka dapat disimpulkan bahwa: 1) Menurut hukum Islam, keterlibatan istri dalam
kegiatan ekonomi rumah tangga diperbolehkan. Dilihat dari sisi normatif, terdapat
beberapa ketentuan ayat Al-Qur’an yang menyeru agar manusia berusaha dan
mendapatkan hasil dari usahanya, seperti QS. An-Nisa’ ayat 32. Dari sisi historis,
istri Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam yaitu Khadijah merupakan pedagang
dan suadagar kaya yang menunjukkan bahwa wanita juga bekerja pada masa
Rasulullah. Dari sisi logis, keterlibatan istri dalam pembuatan gula merah di Desa
Karemotingge merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup. 2) Para istri
yang melibatkan diri pada kegiatan ekonomi rumah tangga di Desa Karemotingge
memahami dan melaksanakan kewajibannya dengan baik terhadap suami dan
masih mampu melaksanakan pengasuhan dan pendidikan kepada anak-anak
mereka dengan baik.

Kata Kunci: Perspektif Islam, Keterlibatan Istri, Ekonomi Rumah Tangga

vi
ABSTRACT

Eka, B1A118220 “Study on Wife’s Involvement in Household


Economic Activities From an Islamic Perspective (case study of brown sugar
home industry in Karemotingge Village, Tirawuta District, East Kolaka
Regency). Supervisor by Baheri as supervisor 1 and Tajuddin as supervisor
2.

This study aims to determine how the Islamic perspective on the


involvement of wives in household economic activities. This study also aims to
find out whether the wives understand the concept of Islam at work or are
involved in the household economy. The research uses primary data from 5 wives
who are involved in household economic activities in the village of
Karemotingge.
This study uses a qualitative descriptive method. Then to obtain data the
authors conducted interviews and documentation in this study focusing on wives
who are involved in household economic activities as brown sugar makers in
Karemotingge Village.
Results Based on the research and discussion of this research activity, it
can be said that: 1) According to Islamic law, the wife's involvement in household
economic activities is allowed. Viewed from the normative side, there are several
provisions of the Qur'anic verse that calls for humans to try and get results from
their efforts, such as the QS. An-Nisa' verse 32. From a historical point of view,
the wife of the Messenger of Allah, sallallahu alayhi wasallam, namely Khadijah
was a rich merchant and merchant which shows that women also worked at the
time of the Prophet. From a logistical point of view, the wife's involvement in
making brown sugar in Karemotingge Village is an attempt to fulfill the
necessities of life. 2) Wives who are involved in household economic activities in
Karemotingge Village understand and carry out their obligations well to their
husbands and are still able to properly care for and educate their children.

Keywords: Islamic Perspective, Wife Involment, Household Economy

vii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.


Alhamdulillahhirabbil’ allamiin. Puji dan syukur atas kehadirat Allah
Subhanahu Wa Ta’ala atas segala nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulisan
skripsi ini dapat terselesaikan dengan judul: “Studi Terhadap Keterlibatan Istri
dalam Kegiatan Ekonomi Rumah Tangga Perspektif Islam(Studi Kasus
Home Industri Gula Merah di Desa Karemotingge)”. Terselesaikannya skripsi
ini merupakan bentuk kenikmatan yang diberikan kepada penulis. Semoga cita-
cita untuk menjadi manusia bermanfaat dapat terwujudkan dan semoga Allah
Subhanahu Wa Ta’ala senantiasa menaungi perjalanan untuk mewujudkannya
dengan rahmat dan kebaikan. Adapun tujuan penulisan skripsi ini yaitu sebagai
salah satu persyaratan guna mendapatkan gelar Strata I pada Jurusan Ilmu
Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas
Halu Oleo Kendari.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan


mengingat keterbatasan yang penulis miliki baik dari segi kemampuan penulis
maupun prasana dan sarana yang kurang memadai. Oleh karena itu, dengan hati
yang tulus penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun
untuk memperbaiki dan mencapai kesuksesan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan


yang setinggi-tingginya kepada ayahanda Abd Samad dan ibunda Rahma yang
telah memberi bantuan baik moril maupun materi, membesarkan, mengasuh,
mendidik, dan selalu mendoakan serta memberikan kasih sayang yang tidak
pernah putus hingga sekarang. Penulis juga mengucapkan terima kasih dan
penghargaan kepada Bapak Dr. Baheri, SE., M.Si selaku Pembimbing I dan
bapak Dr. Tajuddin, SE., M.Si selaku Pembimbing II yang telah banyak
meluangkan waktu, pikiran dan tenaga dalam membimbing penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.

viii
Melalui kesempatan ini, dengan kerendahan hati penulis mengucapkan
terima kasih setulusnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Muhammad Zamrun, M.Si, M.Sc selaku Rektor Universitas
Halu Oleo Kendari.
2. Bapak Prof. Dr. H. Arifuddin Mas’ud, SE., M.Si., AK., CA., ACPA selaku
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas halu Oleo.
3. Bapak Dr. Tajuddin, SE., M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Halu Oleo.
4. Ibu Asrianti, SE., M.Ec.Dev selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Ekonomi dan
Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Halu Oleo.
Ibu Dr. Ernawati, SE., M.Si , Bapak Teguh Permana, SE., ME, dan Fitraman,
SE., MSA. , selaku Dewan Penguji yang telah banyak memberikan saran dan
kritik yang membangun guna mencapai kesempurnaan skripsi ini.
5. Bapak Dr. Ahmad, SE., M. Si. selaku Penasehat Akademik yang telah banyak
memberikan saran dan nasehat-nasehat yang membangun guna tercapainya
cita-cita, kesuksesan dan kebaikan saya.
6. Bapak dan Ibu Dosen Pengajar Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis pada umumnya yang telah
memberikan ilmunya kepada penulis.
7. Seluruh Staf Administrasi Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
Fakutas Ekonomi dan Bisnis Universitas Halu Oleo.
8. Terimakasih but kakak saya Wdayanti, Jesen dan adik saya Salwa atas doa
dan dukungannya, salam sayang selalu utuk kalian. Sahabat dan Saudaraku
Wa Ode Susanti, Rezki Mutiara Sani Ms, Herawati, Selfian. Untuk teman-
teman kelas IESP Kelas D dan teman- teman di kelembagaan Mahasiswa
Pencinta Mushol (MPM) Fakultas
9. Ekonomi dan Bisnis Universitas Halu Oleo,kak Dinda Rahayu, Warni Nur
Aqurat dan masih banyak lagi teman-teman yang tidak dapat ditulis akan
tetapi tidak melebihi rasa persaudaraanku.

ix
10. Ibu-ibu yang bekerja sebagai pembuat gula merah di Desa Karemotingge,
Kecamatan Tirawuta, Kabupaten Kolaka Timur yang telah membantu
memberikan keterangan yang dibutuhkan oleh penulis untuk menyelesaikan
skripsi ini.
11. Semuah pihak yang telah membantu dalam menyusun hasil penelitian ini
yang tidak disebutkan satu persatu.

Demikian penulis menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna karena


masih banyak kelemahan dan kekurangan yang ada di dalamnya. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.

Kendari, 14 April 2022

Eka

NIM. B1A1 18 220

x
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL......................................................................................i
HALAMAN JUDUL .........................................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................iv
HALAMAN KEASLIAN TULISAN ...............................................................v
ABSTRAK .........................................................................................................vi
ABSTRACT .......................................................................................................vii
KATA PENGANTAR.......................................................................................viii
DAFTAR ISI......................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1. Latar Belakang......................................................................................6
1.2.Rumusan Masalah..................................................................................6
1.3.Tujuan Penelitian...................................................................................6
1.4.Manfaat Penelitian.................................................................................6
1.5.Ruang Lingkup Penelitian .....................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................8
2.1 Kajian Teori ............................................................................................8
2.1.1 Keterlibatan Istri ............................................................................8
2.1.2 Kedudukan Istri dalam Sudut Pandang Islam................................9
2.1.3 Rumah Tangga Perspektif Islam....................................................10
2.1.4 Hak dan Kewajiban Suami ............................................................13
2.1.5 Kewajiban Istri kepada Suami .......................................................19
2.1.6 Peran Ganda Istri Perspektif Islam ................................................21
2.1.6.1 Wanita sebagai Istri...............................................................22
2.1.6.2 Peran Istri Sebagai Ibu Rumah Tangga.................................23
2.1.6.3 Peran Istri Sebagai Pendidik .................................................24
2.1.6.4 Dasar Hukum Peran Ganda Istri Bekerja ..............................28
2.1.7 Ekonomi Rumah Tangga ...............................................................29

xi
2.1.8 Ekonomi Islam ...............................................................................30
2.1.9 Pendapatan Rumah Tangga ...........................................................32
2.2 Penelitian Terdahulu ...............................................................................33
2.3 Kerangka Pikir Penelitian .......................................................................40
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................42
3.1 Lokasi dan Objek Penelitian ...................................................................42
3.2 Penentuan Informan ................................................................................42
3.3 Jenis dan Sumber Data ............................................................................42
3.4 Metode Pengumpulan Data .....................................................................43
3.5 Metode Analisis Data..............................................................................43
3.6 Definisi Operasional................................................................................44
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN.......................................46
4.1 Gambaran Umum ....................................................................................46
4.2 Karakteristik Informan ............................................................................47
4.3 Deskripsi Variabel Penelitian..................................................................48
4.3.1 Perspektif Istri-Istri dalam Melibatkan Diri pada Kegiataan
Ekonomi Rumah Tangga ..............................................................48
4.3.2 Peran Istri dalam melaksanakan kewajibannya ............................54
4.3.2.1 Menunaikan Kewajiban Kepada Suami ................................54
4.3.2.2 Pendidikan Rumah Tangga ...................................................58
4.4 Pembahasan.............................................................................................61
4.4.1 Perspektif Istri-Istri dalam Melibatkan Diri pada Kegiatan
Ekonomi Rumah Tangga Menurut Pandangan Islam .................61
4.4.2 Pemahaman Para Istri Terhadap Kewajibannya Sebagai
Ibu Rumah Tangga dalam Bekerja atau Terlibat dalam
Kegiatan Ekonomi Rumah Tangga .............................................64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................69


5.1 Kesimpulan .............................................................................................69
5.2 Saran........................................................................................................70
DAFTAR PUSTAKAN................................................................................................ 72
LAMPIRAN.......................................................................................................75

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 1.1 Skema Kerangka Pemikiran ...........................................................41

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1 Panduan Wawancara Mendalam .................................................... 76

Lampiran Dokumentasi Wawancara .................................................................. 77

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Istri merupakan seorang pendamping suami, sebagai pendorong suami dan kelak

istri memiliki tugas tambahan jika sudah menjadi ibu yaitu pemberi pendidikan atau

madrasah pertama pada anak-anaknya. Menurut Ulfiah (2016) peran istri dalam

keluarga adalah pendamping suami, pengendali keluarga, ibu atau orang tua,

didikan, batu pertama bangunan sebuah keluarga sekaligus sebagai hati penuh kasih

sayang serta ketenangan sebagai anggota masyarakat.

Di era globalisasi saat ini, faktor yang paling mempengaruhi kesejahtraan

keluarga yaitu pada tingkat ekonomi, apabila kebutuhan-kebutuhan dari keluarga

tersebut dapat terpenuhi atau tidak. Bagi suatu keluarga yang mempunyai ekonomi

yang cukup, maka ia akan sangat mudah memenuhi kebutuhan-kebutuhan baik

secara fisik, mental dan material. Tetapi sangat berbeda apabila dalam keluarga

tersebut mengalami ekonomi yang kurang, maka akan sulit untuk mencapai sebuah

kesejahtraan, karena dalam memenuhi kebutuhannya ia memiliki keterbatasan, hal

ini akan menimbulkan permasalahan keluarga. Kesejahtraan perekonomian keluarga

dapat tercipta apabila terdapat sistem manajemen atau pengelolaan yang baik dan

juga peran maupun fungsi disetiap anggota keluarga berjalan dengan seimbang

(Marzuki, 2015).

1
2

Perkembangan ekonomi di Indonesia yang semakin pesat membuat kebutuhan

rumah tangga semakin meningkat. Kurangnya pendapatan yang dihasilkan suami

sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah utama membuat sebagian besar istri

ikut serta bekerja guna memenuhi kebutuhan keluarga. Dengan latar pendidikan

yang minim, membuat sejumlah wanita mencari pekerjaan yang sesuai dengan

kemampuan yang dimilikinya.

Keputusan untuk mengambil peran ganda tentu diikuti dengan tuntutan dari

dalam diri dan pemenuhan ekonomi, keduanya menyerukan hal yang sama yaitu

keberhasilan. Idealnya memang setiap wanita bisa menjalani semua peran dengan

baik dan sempurna, namun ini bukanlah hal yang mudah. Banyak istri yang berperan

ganda mengakui bahwa secara operasional sulit untuk membagi waktu bagi urusan

rumah tangga dan urusan pekerjaan. Akibat yang sering dihadapi oleh istri yang

berperan ganda adalah keberhasilan setengah-setengah pada masing-masing peran

atau hanya berhasil disalah satu peran saja dan peran yang lain dinomor duakan

kemudian terbengkalai.

Islam adalah agama sempurna yang mengatur seluruh sendi kehidupan

manusia dan alam semesta. Kegiatan perekonomian juga diatur dalam Islam

dengan prinsip illahiah. Harta yang ada pada kita sesungguhnya bukan milik kita,

melainkan titipan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala agar dimanfaatkan sebaik-

baiknya demi kepentingan umat manusia yang pada akhirnya semua akan kembali

kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk di pertanggungjawabkan.


3

Di dalam pekerjaan, peran seorang istri adalah sebagai pencari nafkah tambahan

tidak sebagai pencari nafkah utama sebagaimana halnya suami. Dalam sudut

pandang Islam status penghasilan seorang istri sepenuhnya milik istri. Jika

menggunakannya untuk menafkahi keluarga maka itu termasuk sedekah kemuliaan.

“apabila seorang muslimah memberikan nafkah kepada keluarganya dan dia

mengharapkan pahala dari-Nya maka itu bernilai sedekah.” (HR. Bukhari).

Dalam hukum Islam, tidak dilarang bagi seorang istri yang ingin bekerja

mencari nafkah, selama cara yang ditempuh tidak melenceng dari syariat Islam.

Bahkan, Al-Qur'an secara tegas menuntut laki-laki dan perempuan untuk

bekerja dengan kebaikan.

Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun


perempuan dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan kami beri
balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang Telah
mereka kerjakan”. (QS. An-nahl 16: 97). (https://tafsirq.com)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Reskianti (2007), Faktor-faktor yang

mendorong seorang istri yang bekerja antara lain adalah ekonomi keluarga, tingkat

pendidikan, tingkat pendapatan suami, jumlah tanggungan keluarga, dan jam kerja.

Adapun kesulitan yang sering kali dihadapi oleh seorang ibu yang bekerja

diantaranya yaitu faktor internal yakni manajemen waktu, dan faktor eksternal

seperti dukungan suami, kehadiran anak-anak, masalah pekerjaan, peraturan kerja,

serta faktor rasional.

Attamimi (2012) juga melakukan penelitian mengenai istri yang bekerja dalam

perspektif islam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor yang
4

mendorong istri memiliki peran ganda, salah satunya adalah keterpaksaan karena

keadaan ekonomi yang lemah. Agama Islam juga mendukung adanya kesetaraan

gender, artinya perempuan juga berhak untuk mengembangkan kemampuan dan

potensi yang ada dalam dirinya.

Desa Karemotingge yang memiliki jumlah penduduk sebanyak 479 jiwa,

mayoritas bekerja sebagai petani karena potensi perbukitan yang besar menjadikan

masyarakat di Desa Karemotingge memanfaatkan potensi tersebut dengan cara

menanam pohon aren pada kebun mereka dan mendirikan Home Industri Gula

Merah, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam rumah tangga mereka. Jumlah

istri yang terlibat dalam kegiatan ekonomi rumah tangga sebagai pembuat gula

merah sebanyak 5 orang.

Ibu Hartati, bekerja sebagai pembuat gula merah, memiliki 3 orang anak dan 1

orang suami yang bekerja sebagai petani. Ibu Intang, bekerja sebagai pembuat gula

merah, memiliki 3 orang anak dan 1 orang suami yang bekerja sebagai petani. Ibu

Labo, bekerja sebabagai pembuat gula merah, memiliki 5 orang anak dan 1 orang

suami yang bekerja sebagai petani. Ibu Itang, bekerja sebagai pembuat gula merah,

memiliki 3 orang anak dan 1 orang suami bekerja sebagai petani. Ibu suna, bekerja

sebagai pembuat gula merah, memiliki 2 orang anak dan 1 orang suami bekerja

sebagai petani.

Dengan adanya pekerjaan tersebut maka diharapkan akan meningkatkan kondisi

perekonomian. Ibu rumah tangga ini menganggap bahwa mereka dapat meringankan

beban suami dalam hal ekonomi melalui keterlibatannya dalam kegiatan ekonomi
5

rumah tangga yaitu dengan membuat gula merah, tanpa meninggalkan kewajibannya

kepada suami dan kewajibannya sebagai ibu rumah tangga serta sebagai pendidik

bagi anak-anaknya. Para ibu rumah tangga ini harus bisa membagi waktu untuk

anak dan keluarganya. Hal ini mereka lakukan untuk mencapai keluarga yang

makmur sejahtera sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam

rumah tangga mereka.

Peran ganda wanita atau istri didalam berbagai kesibukan akan menyita waktu

perhatiannya terhadap urusan rumah tangga dan keluarganya. Hal itu nantinya akan

berdampak negatif baik itu keperluan rumah tangga, kurangnya kebersamaan,

perhatian, dan kasih sayang didalam keluarga dan pendidikan khususnya bagi anak-

anak mereka akan kurang secara optimal. Perempuan pun dijadikan sebagai

penanggungjawab dalam rumah tangga suami, demikian pula anak-anaknya (Saidah,

2017). Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda “perempuan adalah pemimpin

atas rumah tangga suaminya dan anak suaminya, dan ia akan ditanyakan tentang

mereka” (HR. Bukhari dan Muslim).

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis tertarik melakukan

penelitian yang berjudul “Studi Terhadap Keterlibatan Istri dalam Kegiatan

Ekonomi Rumah Tangga Perspektif Islam (Studi Kasus Home Industri Gula

Merah di Desa Karemotingge Kecamatan Tirawuta Kabupaten Kolaka

Timur).”
6

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana perspektif istri-istri dalam melibatkan diri pada kegiatan

ekonomi rumah tangga menurut pandangan Islam

2. Apakah para istri memahami kewajibannya sebagai ibu rumah tangga

dalam bekerja atau terlibat dalam kegiatan ekonomi rumah tangga

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai

peneliti dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana perspektif istri-istri dalam melibatkan diri

pada kegiatan ekonomi rumah tangga menurut pandangan Islam

2. Untuk mengetahui apakah para istri memahami kewajibannya sebagai ibu

rumah tanggadalam bekerja atau terlibat dalam kegiatan ekonomi rumah

tangga

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan dalam penelitian ini, maka manfaat yang dapat diberikan

dalam penelitian ini adalah :

a. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai sarana dalam menambah wawasan

dan pengetahuan mengenai studi terhadap keterlibatan istri dalam kegiatan

ekonomi rumah tangga perspektif Islam.


7

b. secara praktis

hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada

masyarakat mengenai perspektif istri-istri dalam melibatkan diri pada kegiatan

ekonomi rumah tangga serta memberi pengetahuan tentang pemahaman para

istri terhadap kewajibannya sebagai ibu rumah tangga dalam bekerja atau

terlibat dalam kegiatan ekonomi rumah tangga.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui studi terhadap keterlibatan istri

dalam kegiatan ekonomi rumah tangga pespektif Islam.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori


2.1.1 Keterlibatan Istri

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), arti kata keterlibatan

adalah keadaan terlibat. O’cass (2005) dalam Japarianto dan Sugiharto (2013)

mendefinisikan keterlibatan sebagai niat atau bagian motivasional yang

ditimbulkan oleh stimulus atau situasi tertentu, dan ditujukan melalui ciri

penampilan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), Istri (sanskerta: Stri’

yang artinya adalah “wanita” atau “perempuan”) adalah salah seorang pelaku

pernikahan yang berjenis kelamin wanita.

Dikutip oleh Elfebriani dalam Munawarah (2018) keikutsertaan istri dalam

bidang pekerjaan (bekerja) dalam Islam diwajibkan jika berada dalam dua kondisi.

Pertama, jika seseorang istri harus menaggung biaya hidup dirinya sendiri beserta

keluarga pada saat orang yang menaggungnya tidak ada atau sudah tidak berdaya

atau apabila pendapatan suami tidak dapat mencukupi kebutuhan yang

dibutuhkan. Kedua, dalam kondisi istri dianggap fardhu kifayah untuk melakukan

suatu pekerjaan yang dapat membantu terjaganya eksistensi atau masyarakat

muslim. Dalam kondisi seperti ini, seorang istri harus bekerja (berusaha) sebaik

mungkin untuk menyeimbangkan kewajiban dengan tanggung jawabnya terhadap

rumah tangga dan anak-anaknya.

8
9

2.1.2 Kedudukan Istri dalam Sudut Pandang Islam

Menurut Sarwat dalam Latifah (2020) Menurut mazhab Al-Hanafiyah,

seorang istri tidak diwajibkan memasakkan suami. Tapi sebaliknya, sang

suamilah yang wajib memasakkan istri. Dalam satu kitab fikih yang muktamad

dalam mazhab dalam mazhab ini “Badai’ Ash-Shanai” yang disusun oleh Al-

Imam Al-Kasani menjelaskan; “Seandainya suami pulang membawa bahan

makanan yang masih harus dimasak dan diolah, lalu istrinya enggan memasak

atau mengolahnya, istri tidak boleh dipaksa. Suaminya diperintahkan untuk

pulang membawa makanan yang siap santap.”

Lalu menurut mazhab As-Syafi’iyah, dijelaskan pula bahwa sebenarnya

dalam syariat Islam tidak ada kewajiban bagi istri berkhidmat pada suaminya.

Salah satu kitab rujukan yang sering digunakan dalam mazhab ini “ Kitab Al-

Muhadzdzab” karya Asy-Syirazi, menjelaskan; “Tidak wajib atas istri

berkhidmad untuk membuat roti, memasak, mencuci dan bentuk khidmat lainnya

karena yang ditetapkan (dalam pernikahan) adalah kewajiban untuk memberi

pelayanan seksual (istimta’), sedangkan pelayanan lainnya tidak termasuk

keawajiban.”

Selain beberapa pendapat tersebut, ada juga pendapat lain yang perlu kita

renungkan, dimana pendapat-pendapat lain ada yang menjelaskan bahwa,

meskipun pekerjaan rumah tangga itu bukan kewajiban bagi seorang istri, tetapi

jika istri mau membantu pekerjaan sang suami, maka seorang istri akan mendapat
10

pahala yang besar dari Allah. Sebagaiman firma-Nya dalam Al-Qur’an surah An-

Nahl ayat 97 yang artinya:

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun


perempuan dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan kami beri
balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang Telah
mereka kerjakan.” (https://tafsirq.com).

Jadi pekerjaan rumah tangga seperti memasak, mencuci, menyetrika,

menyapu, mengepel bisa menjadi amal ibadah yang bisa menjadi bekal ketika kita

menghadap Allah. Di mana kegiatan itu bisa mendatangkan pahala besar, jika kita

melakukannya dengan ikhlas. Jadi ibadahnya seorang wanita itu tidak melulu

dalam hal shalat, dzikir, mengaji, atau membaca Al-Qur’an, tetapi kegiatan

bersih-bersih rumah pun bisa bernilai ibadah. Di sisi lain kebiasaan tersebut

memang sesuai adat dan budaya setempat khususnya di Indonesia yang tentunya

berbeda dengan kebiasaan orang Arab.

2.1.3 Rumah Tangga Perspektif Islam

Rumah tangga adalah sekelompok orang yang mendiami sebagian atau

seluruh bagunan fisik dan biasanya tinggal serta makan dari satu dapur. Makan

dari satu dapur berarti pembiyaan keperluan apabila pengurusan kebutuhan sehari-

hari dikelolah bersama-sama (Badan Pusat Statistika, 2013). Dikutip oleh

Nurliana (2019) Menurut ajaran agama Islam, pengertian rumah tanggah adalah

ikatan pernikahan yang sah dan dilandsasi dengan nilai-nilai atau syariat Islam.

Jika sesuai dengan agama dan syariat Islam, maka akan membawa kemudahan
11

dan keberkahan dalam mewujudkan kelurga sakinah, mawaddah dan warahmah.

Betikut tinjauan makna sakinah mawaddah warahma:

a. Sakinah

Kata Sakinah dalam bahasa Arab memiliki arti kedamaian, tenang, tentram,

dan aman. Asal mula kata sakinah yang dijadikan landasan kedamaian,ketenangan

dan ketenteraman dalam menjalani kehidupan rumah tangga. Terdapat dalam Al-

Qur’an surah Ar-Rum 30: 21. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan


untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
kaum yang berfikir.” (https://tafsirq.com)

Dan di antara ayat-ayat Allah Subhanahu Wa Ta’ala adalah Dia menciptakan

untuk kalian pasangan hidup (isteri) yang berasal dari diri kalian sendiri dengan

menciptakan Hawwa dari rusuk Adam dan menciptaklan segenap kaum

perempuan lainnya dari nutfah laki-laki dan perempuan (Tafsir al-Munir: 2016).

Makna tenteram ialah tidak ter jadi percekcokan, pertengkaran, apalagi

perkelahian, ada kedamaian tersirat didalamnya. Masalah bisa datang silih

berganti, namun bisa diatasi dengan solusi-solusi yang baik. Ketentraman hanya

bisa muncul jika anggota keluarga memiliki persepsi yang sama tentang tujuan

berkeluarga. Kesenangan, ketenteraman, ketenangan jiwa bukanlah urusan yang

dapat diperoleh dengan angan-angan. Memperolehnya sesuai dengan kesulitan

yang dicurahkan seseorang untuk mendapatkannya dan tanggung jawab yang

dipikulnya. Maka untuk mewujudkan keluarga yang menteramkan harus di


12

dasarkan atas kesanggupan/kemampuan seseorang untuk memperolehnya. Kadar

kesanggupan dan kemampuan seseorang untuk memperoleh ketenteraman maka

sebesar itulah yang diperolehnya (Mantep Miharso, 2004).

b. Mawaddah

Kata mawaddah terdiri dari huruf mim, waw dan dal, barganda tasdid yang

mengandung arti cinta dan harapan. Rangkaian huruf tersebut mengandung arti

kelapangan dan kekosongan. Yang dimaksud adalah kelapangan dada dan

kekosongan jiwa dari kehendak buruk Cinta yang tampak buahnya dalam sikap

dan perlakuan, serupa dengan kepatuhan sebagai hasil dari rasa kagum kepada

seseorang. Allah swt. mengistilahkan sebagai sebuah “kecenderungan” untuk

saling tertarik, dan kemudian tentram karenanya (Quraish Shihab, 2007).

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

Artinya: “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan


untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
kaum yang berfikir.” (Qs. Rum 30: 21). (https://tafsirq.com).

c. Rahma

Dikutip oleh Ninawati (2018) Rahma adalah kasih sayang atau belas kasihan

kepada orang lain karena lebih adanya pertimbangan yang bersifat moral

psikologis. Ia merupakan uangkapan belas kasihan seseorang ada yang

mengartikan anak (buah hasil dari rasa kasih sayang). Pada umumnya rahma lebih

kekal dan lebih tahan lama keberadaannya. Dimana dia akan tetap senantiasa ada
13

selama pertimbangan moral psikologis itu masih ada (Muslich Taman dan Anis

Faidah, 2007).

Firman Allah dalam Al-Quar’an surah Al-Balad 90: 17-18.

Artinya: “Dan dia (tidak pula) termasuk orang-orang yang beriman dan
saling berpesan untuk saling bersabar dan saling berpesan untuk berkasih
sayang. Mereka (orang-orang yang beriman dan saling berpesan itu) adalah
golongan kanan.” (https://tafsirq.com).

2.1.4 Hak Dan Kewajiban Suami

Menurut Muammar (2021) Akad pernikahan dalam syariat Islam tidak

sama dengan akad kepemilikan. akad pernikahan diikat dengan memperhatikan

adanya kewajiban-kewajiban di antara keduanya. Dalam hal ini suami mempunyai

kewajiban yang lebih berat dibandingkan istrinya berdasarkan firman-Nya “akan

tetapi para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada istrinya”. Kata

satu tingkatan kelebihan dapat ditafsirkan dengan firmannya : “Kaum laki-laki itu

adalah pemimpin bagi kaum wanita…” (QS. An-Nisa ayat 34).

Kewajiban adalah segala hal yang harus dilakukan oleh setiap individu,

sementara hak adalah segala sesuatu yang harus diterima oleh setiap individu.

Menurut Abdul Wahab Khallaf bahwa hak terdiri dari dua macam yaitu hak Allah

dan hak Adam. Hak isteri atas suami tentunya merupakan dimensi horizontal yang

menyangkut hubungan dengan sesama manusia sehingga dapat dimasukkan dalam

kategori hak Adam. Adapun yang menjadi hak istri atau bisa juga dikatakan

kewajiban suami terhadap isteri adalah sebagai berikut:


14

1) Mahar

Kata “mahar” berasal dari bahasa Arab yang termasuk kata benda bentuk

abstrak atau mashdar, yakni “mahram” atau kata kerja. Ini berarti mahar adalah

suatubentda yang berbentuk abstrak yang sesuai dengan permintaan calon

pasangan atau kesepakatan bersama. Mahar merupakan pemberian yang dilakukan

oleh pihak mempelai laki-laki kepada pihak mempelai perempuan (Beni Ahmad

Saebani, 2001).

Pemberian mahar kepada calon istri merupakan ketentuan Allah Subhanahu

Wa Ta’ala. bagi calon suami sebagaimana tertulis dalam Al-Qur’an surat An-Nisa

ayat 4:

Artinya: “Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi)


sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan
kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, maka makanlah
(ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya.”
(https://tafsirq.com).

Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa kata ًؕ‫ اﻟﻨِﺤْ ﻠَﺔ‬menurut lbnu ‘Abbas

artinya mahar/maskawin. Menurut ‘A’isyah, ًؕ‫اﻟﻨِﺤْ ﻠَﺔ‬ adalah sebuah keharusan.

Sedangkan menurut Ibnu Zaid ًؕ‫ اﻟﻨِﺤْ ﻠَﺔ‬dalam perkataan orang Arab, artinya sebuah

kewajiban. Maksudnya, seorang laki-laki diperbolehkan menikahi perempuan

dengan sesuatu yang wajib diberikan kepadanya, yakni mahar yang telah

ditentukan dan disebutkan jumlahnya, dan pada saat penyerahan mahar harus pula

disertai dengan kerelaan hati sang calon suami (Shalah ‘Abdul Fattah Al-Khalidi,

2017).
15

Praktik pemberian mahar tidak semua dibayarkan tunai ketika akad nikah

dilangsungkan, ada juga sebagian suami yang menunda pembayaran mahar

istrinya ataupun membayarnya dengan sistem cicil, dan ini dibolehkan dalam

Islam dengan syarat adanya kesepakatan dari kedua belah pihak, hal ini selaras

dengan hadits Nabi saw. yang berbunyi, “sebaik-baik mahar adalah mahar yang

paling mudah (ringan).” (HR. al-Hakim : 2692, beliau mengatakan “Hadits ini

shahih berdasarkan syarat Bukhari Muslim.”). (Shofia Nida, 2020).

2) Nafkah, Pakaian dan Tempat Tinggal

Nafkah berasal dari bahasa arab (an-nafaqah) yang artinya pengeluaran.

Yakni Pengeluaran yang biasanya dipergunakan oleh seseorang untuk sesuatu

yang baik atau dibelanjakan untuk orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya

(Abdul Azis Dahlan, 2000).

Tentang kewajiban nafkah ini telah dijelaskan Allah Subhanahu Wa Ta’ala

dalam Al-Qur’an surat Al Baqarah ayat 233.

Artinya: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun


penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah
memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf. Seseorang
tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.” (https://tafsirq.com).

Maksud dari kata ‫ ﻟَ ٗﮫ ا ْﻟﻤَﻮْ ﻟُﻮْ ِد‬pada ayat di atas adalah ayah kandung si anak. Artinya,

ayah si anak diwajibkan memberi nafkah dan pakaian untuk ibu dari anaknya dengan

cara yang ma’ruf. Yang dimaksud dengan ِ‫ ﺑِﺎ ْﻟ َﻤﻌْﺮُ وْ ف‬adalah menurut kebiasaan yang telah

berlaku di masyarakat tanpa berlebih-lebihan, juga tidak terlalu di bawah kepatutan, dan

disesuaikan juga dengan kemampuan finansial ayahnya (Shalah, 2017). Adapun


16

menyediakan tempat tinggal yang layak adalah juga kewajiban seorang suami

terhadap istrinya sebagaimana Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

Artinya: “Tempatkanlah mereka (para istri) di mana kamu (suami) bertempat


tinggal menurut kemampuan kamu,…” (QS. Ath Thalaaq: 6). (https://tafsirq.com).

3) Menggauli Istri Secara Baik

Menggauli istri dengan baik dan adil merupakan salah satu kewajiban suami

terhadap istrinya. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat

19 yang artinya:

”Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita
dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak
mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya,
terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah
dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka
bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah
menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (https://tafsirq.com).

Maksud dari kata ‫ ﺑِﺎ ْﻟ َﻤﻌْﺮُ وْ فِ وَ ﻋَﺎﺷِﺮُ وْ ھُﻦﱠ‬adalah ditujukan kepada suami-suami agar

berbicara dengan baik terhadap para istri dan bersikap dengan baik dalam

perbuatan dan penampilan. Sebagaimana suami juga menyukai hal tersebut dari

istrinya, maka hendaklah suami melakukan hal yang sama. Sebagaimana hadist

dari riwayat ‘A’isyah ra., bahwasanya Rasulullah Shallalahu a’alahi wasallam.

bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya, dan

aku adalah orang yang paling baik terhadap keluargaku”. Dan di antara akhlak

Rasulullah Shallalahu a’alaihi wasallam. adalah memperlakukan keluarganya

dengan baik, selalu bergembira bermain dengan keluarga, bermuka manis,


17

bersikap lemah lembut, memberi kelapangan dalam hal nafkah, dan bersenda

gurau bersama istri-istrinya (Shalah, 2017).

Adapun Imam Asy-Sya’rawi Rahimahullah mengatakan, ‫ ﺑِﺎ ْﻟ َﻤﻌْﺮُ وْ فِ وَ ﻋَﺎﺷِﺮُ وْ ھُﻦﱠ‬,

Kata ‫ ا ْﻟ َﻤﻌْﺮُ وْ ف‬memiliki pengertian yang lebih tinggi tingkatannya dari kata al–

mawaddah. Karena makna kata al-mawaddah berarti perbuatan baik kita kepada

orang lain hanya didasarkan karena rasa cinta (al-hubb) atau karena kita merasa

senang dan bahagia dengan keberadaan orang itu. Adapun kata ‫ ا ْﻟ َﻤﻌْﺮُ وْ ف‬maknanya

kita berbuat baik kepada seseorang yang belum tentu kita sukai atau kita senangi

Asy-Sya’rawi, (2010). Artinya jika suatu saat istri kita sudah tidak lagi menarik

secara fisik atau keberadaannya sudah tidak menyenangkan lagi bahkan

membangkitkan kebencian dihati, maka tetaplah berlaku makruf terhadapnya dan

bergaul dengannya dengan sebaik-baiknya perlakuan sebagaimana perintah ayat

tersebut, karena bisa jadi satu sisi dia buruk namun pada sisi lainnya banyak

kebaikan-kebaikannya yang bisa menutupi keburukannya tersebut.

4) Menjaga Istri dari Dosa

Sudah menjadi kewajiban seorang kepala rumah tangga untuk memberikan

pendidikan agama kepada istri dan anak-anaknya agar taat kepada Allah dan

Rasul-Nya. Dengan ilmu agama seseorang mampu membedakan baik dan

buruknya prilaku dan dapat menjaga diri dari berbuat dosa. Selain ilmu agama,

seorang suami juga wajib memberikan nasehat atau teguran ketika istrinya khilaf

atau lupa atau meninggalkan kewajiban dengan kata-kata bijak yang tidak melukai
18

hati sang istri, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala. surah At-Tahrim

ayat 6 yang artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.” (https://tafsirq.com).

5) Memberikan Cinta dan Kasih Sayang kepada Istri

Sebagaimana Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala. dalam surat Ar Rum ayat

21 di atas pada kalimat َ‫ رَ ﺣْ َﻤﺔًؕ وﱠ ﻣﱠﻮَ دﱠةً ﺑَ ْﯿﻨَ ُﻜ ْﻢ َﺟﻌَ َﻞ و‬dapat juga dimaknai bahwa seorang

suami wajib memberikan cinta dan kasih sayang kepada istrinya yang terwujud

dalam perlakuan dan perkataan yang mampu membuat rasa tenang dan nyaman

bagi istri dalam menjalankan fungsinya sebagai istri sekaligus ibu rumah tangga.

Adapun bentuk perlakuan tersebut bisa berupa perhatian, ketulusan, keromantisan,

kemesraan, rayuan, senda gurau, dan seterusnya.

Dalam memberikan cinta dan kasih sayang bukanlah atas dasar besar kecilnya

rasa cinta kita kepada istri, akan tetapi hal tersebut merupakan perintah Allah

Subhanahu Wa Ta’ala. agar suami istri saling mencinta dan berkasih sayang

sebagai wujud kepatuhan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Jika memberikan

cinta dan kasih sayang antara suami istri sudah disandarkan pada perintah Allah

Subhanahu Wa Ta’ala. maka as-sakiinah (ketentraman) dalam rumah tangga akan

mudah kita raih.


19

2.1.5 Kewajiban Istri Terhadap Suami

1) Taat Kepada Suami

Mentaati suami merupakan perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

sebagaimana yang tersirat dalam Al-Qur’an Surah An-Nisa ayat 34 yang artinya:

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah
telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain
(wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta
mereka. Sebab itu maka wanita yang salehah ialah yang taat kepada Allah lagi
memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara
(mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah
mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka.
Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan
untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.”
(https://tafsirq.com).

ّ ِ ‫ﻗَﻮﱣ ﻣُﻮْ نَ ا‬
Menurut Ibnu Abbas dalam tafsir Ibnu Katsir, yang dimaksud dari ‫َﻟﺮﺟَﺎ ُل‬

‫ اﻟﻨِّﺴَﺂءِ َﻋﻠَﻰ‬adalah kaum laki-laki merupakan pemimpin bagi kaum wanita. Artinya

dalam rumah tangga seorang suami adalah kepala rumah tangga yang harus

didengar dan ditaati perintahnya, oleh karenaa itu sudah seharusnya seorang Istri

mentaati suaminya jika memerintahkannya dalam kebaikan. Menurut Ibnu Abbas

maksud kata ٌ‫ ﻗٰ ﻨِﺘٰﺖ‬adalah para istri yang taat kepada suami. Artinya wanita sholeh

itu salah satu tandanya adalah taat kepada suami selama perintahnya tidak

menyelisihi Allah dan Rasulnya (Shalah, 2017).

Menurut Abu Bakar Mumahammad dalam Nurjanah (2012) Mentaati suami

merupakan kewajiban istri dalam suatu ikatan perkawinan. Sifat-sifat wanita

(istri) yang sholehah dijelaskan dalam hadist yang diriwayatkan oleh An Nasa’i

dari Abu Hurairah r.a Rasulullah Sahallallahu ‘alahi wasallam bersabda:


20

Artinya: pernah ditanya: ya Rasulullah, manakah/siapakah kaum wanita


yang terbaik? Beliau menjawab: (wanita yang baik) itu ialah wanita yang
menyenangkan hati suaminya apabila ia memandang kepadanya, ia mematuhi
suaminya bila mana suaminya menyuruhnya, dalam dirinya dan hartanya dengan
sesuatu yang dia benci atau tidak dengan sesuatu yang tidak disenangi.

2) Mengikuti tempat tinggal suami

Setelah menikah biasanya yang terjadi permasalahan suami istri adalah

tempat tinggal, karena kebiasaan orang Indonesia pada masa-masa awal menikah

suami istri masih ikut di rumah orang tua salah satu pasangan lalu kemudian

mencari tempat tinggal sendiri. Dalam hal ini seorang istri harus mengikuti

dimana suami bertempat tinggal, entah itu di rumah orang tuanya atau di tempat

kerjanya. Karena hal tersebut merupakan kewajiban seorang istri untuk mengikuti

dimana suami bertempat tinggal, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala

sebagai berikut:

Artinya: “Tempatkanlah mereka (para istri) di mana kamu (suami) bertempat


tinggal menurut kemampuan kamu,…” (QS. Ath Thalaaq: 6). (https://tafsirq.com)
3) Menjaga diri saat suami tak ada

Seorang wanita yang sudah menikah dan memulai rumah tangga maka harus

membatasi tamu-tamu yang datang ke rumah. Ketika ada tamu lawan jenis maka

yang harus dilakukan adalah tidak menerimanya masuk ke dalam rumah kecuali

jika ada suami yang menemani dan seizin suami. Karena perkara yang dapat

berpotensi mendatangkan fitnah haruslah dihindari. Allah Subhanahu Wa Ta’ala

berfirman:
21

Artinya: “Wanita shalihah adalah yang taat kepada Allah dan menjaga diri
ketika suaminya tidak ada oleh karena Allah telah memelihara mereka.” (QS. An-
nisa’: 34).

2.1.6 Peran Ganda Istri Perspektif Islam

Dikutip oleh Stevin, Femmy dan Selvi (2017) peran ganda adalah dua

peran atau lebih yang dijalankan dalam waktu yang bersamaan, dalam hal ini

peran yang dimaksud adalah peran perempuan sebagai istri bagi suaminya, ibu

bagi anak-anaknya dan peran sebagai perempuan yang memiliki karir di lauar

rumah. Peran ganda ini dijalani bersamaan dengan oeran kaum perempaun sebagai

istri dan ibu bagi keluarga, seperti menjadi mitra suami dalam membina ruamh

tangga, menyediakan kebutuhan rumah tangga, serta mengasuh dan mendidik

anak-anak (Deninrich Suryadi, 2004).

Dikutip oleh Samsidar (2019) Peran wanita sesuai dengan fitrah. Pada

dasarnya kehidupan manusia hidup di dunia ini dengan segala ketentuan-

ketentuan yang telah diberikan Allah Subhanahu Wa Ta’ala bahwasanya, kaum

wanita dan laki-laki telah memilki peran masing-masing agar mereka bisa saling

melengkapi satu sama lain dengan demikian hubungan antara laki-laki dan wanita

akan menjadi sepasang suami istri yang akan membina rumah tangga dan menjadi

orang tua bagi anak-anak mereka. Pembagian peran suami istri yang diterangkan

sunah sejatinya selaras dengan fitrah laki-laki dan wanita. Allah telah memberikan

beberapa kelebihan kepada laki-laki. Misalnya kekuatan fisik dan akal, dengan

demikian, dia lebih layak dan lebih mampu untuk menanggung kewajiban

mencari rezeki, memberi perlindungan dan rasa aman, dan membela negara (Rida

& Junaidi, 2006).


22

Seorang istri mempunyai peran yang sangat dominan dalam bentuk suatu

rumah tangga yang harmonis. Adapun tugas atau peran yang disandang oleh

seorang istri yaitu:

2.1.6.1 Wanita sebagai Istri

Menurut Afifah (2021) istri tidak hanya sebagai Ibu rumah tangga tetapi juga

sebagai pendamping suami setelah menikah, sehingga dalam rumah tangga tetap

terjalin ketentraman yang dilandasi kasih sayang yang sejati. Wanita sebagai istri

dituntut untuk setia pada suami agar dapat menjadi motivator kegiatan suami.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an surah An-Nahl ayat


72.

Artinya: “Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri dan
menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan
memberimu rezeki dari yang baik-baik...”

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an surah Ar-Rum ayat


21.

Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya Dia menciptakan


untukmu istri-istri dari jenismu sendir, suapaya kamu cenderung dan merasa
tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
kaum yang berfikir.”
23

2.1.6.2 Peran Istri sebagai Ibu Rumah Tangga

Menurut Susanti (2018) Sebagai Ibu rumah tangga yang bertanggung jawab

secara terus menerus memperhatikan kesehatan rumah dan tata laksana rumah

tangga, mengatur segala sesuatu didalam rumah tangga untuk meningkatkan mutu

hidup. Keadaan rumah harus mencerminkan rasa nyaman, aman, tentram, dan

damai bagi seluruh anggota keluarga.

Tempat terbaik wanita adalah di rumah, sebagaiman firman Allah Subhanahu

Wa Ta’ala dalam Al-Qur’an surah Al-Azhab ayat 33.

Artinya: “Dan tinggallah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu


berhias (bertingkahlaku) seperti orang-orang jahiliah dahulu...”

Ibnu Katsir menafsirkan ayat di atas bahwa janganlah wanita keluar rumah

kecuali ada hajat seperti ingin menunaikan shalat di mesjid selama memenuhi

syarat-syaratnya (Tafsir Al-Qur’an Al’Azhim, 6: 182). Alasan wanita lebih baik di

rumah, menjadi ibu rumah tangga karena wanita itu aurat. Disebutkan dalam

hadist dari ‘Abdullah, Nabi Sahallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Sesungguhnya perempuan itu aurat. Jika dia keluar rumah maka setan
menyambutnya. Keadaan perempuan paling dekat dengan Allah adalah ketika dia
berada di dalam rumah.” (HR. Ibnu Khuzaimah no. 1685 dan Tirmidzi no. 1173.
Syaikh Al Albani mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih).

Wanita yang terbaik adalah yang bertanggungjawab untuk mengurus anak-

anaknya. Dari Ibnu ‘Umar Rasulullah Sahallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban


mengenai kepemimpinannya. Kepala negara adalah pemimpin dan ia akan
dimintai pertanggungjawaban mengenai kepemimpinan kepada rakyatnya.
Kepala keluarga adalah pemimpin bagi keluarganya dan ia akan dimintai
24

pertanggungjawaban mengenai kepemimpinannya tersebut. Seorang wanita


menjadi pemimpin di rumah suaminya, ia akan dimintai pertanggungjawaban
mengenai hal itu.” (HR. Bukhari no. 2409).

Menjadi ibu rumah tangga bahkan bisa membuka kesempatan untuk

mendulang pahala setara dengan pahala bapak-bapak yang pergi berjihad.

Sebaimana hadist yang diriwayatkan oleh Anas bi Malik berikut ini:

“Seorang wanita datang menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam


kemudian berkata: “Wahai Rasulullah, laki-laki memiliki keutamaan dan mereka
juga berjihad di jalan Allah. Apakah bagi kami kaum wanitabisa mendapatkan
amalan orang yang jihad di jalan Allah? Rasulullah bersabda: “Barangsiapa
diantara kalian yang tinggal di rumahya maka dia mendapatkan pahala mujahid
di jalan Allah.” (lihat Tarfsir Al-Qur’an Al ‘Adzim surat Al Azhab 33).

2.1.6.3 Peran Istri Sebagai Pendidik

Dikutip oleh Halimah (2015) Pendidikan dalam rumah tangga berarti luas,

yaitu pendidikan iman, moral, fisik, intelektual, psikologis, sosial serta seksual.

Sebagai orang tua hendaknya mengetahuai betapa besarnya tanggung jawab

mereka di hadapan Allah ‘azza wa jalla terhadap pendidikan putra-putri mereka.

Tentang perkara ini, Allah ‘azza wa jalla berfirman dalam surah At-Tharim ayat 6.

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan


keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan
yang diperintahkan.”

Menurut Astuti (2012) Ibu adalah wanita pendidik pertama dan utama dalam

keluarga bagi putra-putrinya. Menanamkan rasa hormat, cinta kasih kepada tuhan

yang Maha Esa serta kepada masyarakat dan orang tua. Pada lingkungan keluarga,
25

peran Ibu sangat menentukan perkembangan anak yang tumbuh menjadi dewasa

sebagai warga negara yang berkualitas dan pandai.

Dikutip oleh Hassanatunajja (2020) Sejatinya Ibu dikatakan ideal dalam

Islam yaitu mampu mendidik anak dengan nilai ke-Islaman sejak masih dini,

memiliki budi pekerti yang baik (akhlakul karimah), selalu menjaga perilakunya

agar menjadi teladan bagi anaknya, memiliki sikap penyabar, sopan serta lembut

dalam berbicara agar kelak sang anak dapat memiliki kepribadian yang tangguh

dan baik.

“Keluarga merupakan tempat anak dibesarkan dan dididik, dan yang menjadi
tokoh utama dalam keluarga adalah orang tua terutama ibu. Ibu sebagai manager
pola asuh yang pertama dan utama dan menjadi panutan yang dilihat dan ditiru
oleh anakanak. Oleh karena itu, pola pengasuhan anak merupakan serangkaian
kewajiban yang harus dilaksanakan oleh orang tua khususnya ibu. Jika
pengasuhan anak belum bisa dipenuhi secara baik dan benar, maka kerap kali
akan memunculkan masalah dan konflik, baik di dalam diri anak itu sendiri
maupun antara anak dengan orangtua, juga terhadap lingkungan. Oleh karena itu,
karakter merupakan hal sangat penting. Karena karakter adalah mustika hidup
yang membedakan manusia dengan binatang. Manusia tanpa karakter adalah
manusia yang sudah “membinatang” (Nurlina, 2016).
Dalam rangka membentuk akhlak anak yang soleh dan solehah maka pokok-

pokok yang harus diberikan adalah ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qur‟an

dan Sunnah Rasul, secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu,

Pendidikan Akidah, Pendidikan Ibadah dan Pendidikan Akhlak, yaitu sebagai

berikut:
26

1. Pendidikan Aqidah

Relevansi antara arti kata “Aqa dan “Aqidah” adalah keyakinan itu tersimpul

dengan kokoh di dalam hati, bersifat mengikat dan mengandung perjanjian

(Yanuar Ilyas, 2007).

Islam menempatkan pendidikan aqidah pada posisi yang paling mendasar.

Akidah dan agama merupakan suatu keyakinan yang harus ditanamkan kepada

anak. Akidah adalah keyakinan yang menjadi landasan seseorang menjadi yakin

dalam beragama (Samsul Munir Amin, 2007).

Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa, pendidikan akidah

yang diajarkan kepada anak itu berupa keyakinan yang memberikan pelajaran

bagi anak sebagai upaya yang paling dasar untuk mengenal Allah Subhanahu Wa

Ta’ala, malaikat, Rasul Allah, hari akhir dan Qodo‟ dan Qodar Allah.

2. Pendidikan Ibadah

Dalam pengertian yang luas, ibadah meliputi seluruh aktivitas seseorang

muslim dalam rangka mencapai ridho Allah Subhanahu Wa Ta’ala (Moh. Slamet

Untung, 2007). Taat peribadatan menyeluruh sebagaimana termaksud dalam fiqih

Islam itu hendaknya diperkenankan sedini mungkin dan sedikit dibiasakan dalam

diri anak. Hal itu dilakukan agar kelak mereka tumbuh menjadi insan yang benar-

benar bertaqwa, yakni insan yang taat melaksanakan segala perintah agama dan

taat pula dalam segala larangan-Nya. Ibadah sebagai realisasi dari akidah

Islamiyah harus tetap terpancar dan teramalkan dengan baik oleh setiap anak

(Mansur, 2011).
27

Seperti yang terdapat dalam QS. Adz-Dzariyaat ayat 56 yang artinya:

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku. (QS. Adz-Dzariyaat: 56). (https://tafsirq.com).
Berdasarkan kutipan dan ayat di atas dapat dipahami bahwa, pendidikan

agama Islam yang diberikan oleh orangtua terutama oleh seorang Ibu adalah

melalui pendidikan Ibadah yang tercermin dalam diri seorang anak yaitu tentang

shalat, berdo‟a tadarus Al-Qur‟an, infaq/sedekah dan ibadah puasa.

3. Pendidikan Akhlak

Secara terminologi akhlak merupakan pranata perilakun manusia dalam

segala aspek kehidupan (Beni Ahmad Saebani dan Abdul Hamid, 2010).

Secara etimologi kata akhlak berasal dari bahasa Arab bentuk jamak dari kata
khuluq, yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat, pada
hakikatnya khuluq ( budi pekerti ) atau akhlak ialah suatu kondisi atau sifat yang
telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga timbul berbagai macam
perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan memerlukan
pemikiran (Asmaran As, 2009).
Seperti yang termaktub dalam firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala. yang

artinya:

”Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al-Ahzab: 21). (ht.tps://tafsirq.com).
Berdasarkan kutipan dan ayat di atas dapat dipahami bahwa, peran ibu

sebagai Pendidik Agama Islam yang akan membentuk akhlak anak yang mana

anak perlu asupan dari Pembina berupa pendidikanpendidikan yang Islami seperti

pendidikan aqidah, pendidikan akhlak, dan pendidikan ibadah. Terutama dalam


28

kehidupan sehari-hari seoranga anak, meliputi akhlak terhadap orangtua, guru dan

sesama/teman.

2.1.6.4 Dasar Hukum Peran Ganda Istri Bekerja

Dikutip oleh Sari (2019) Dasar hukum wanita bekerja dijelaskan dalam Al-

Qur’an sesbagaimana firma Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam Surah An-Nisa’

ayat 32:

Artinya: “Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan
Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena)
bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang merek usahakan, dan bagi
para wanita (pun) ada bagian dari apa yang mekera usahakan, dan mohonlah
kepada Allah sebagian dari karuniaNya. Sesunghuhnya Allah maha mengetahui
segala sesuatu.” (QS. AlNisā’: 32). (https://tafsirq.com).
Dalam tafsir Jalalain (2001) Ayat di atas bicara dalam konteks di mana laki-

laki dan wanita memiliki peluang usaha dan mendapatkan rezeki dari peluang

usaha tersebut. Ayat ini turun ketika Ummu Salamah mempertanyakan tentang

eksistensi kalangan wanita yang tidak bisa ikut berjihad sebagaimana laki-laki.

Selain ayat di atas, ayat lainnya menjelaskan dalam makna umum bahwa Allah

menyuruh manusia untuk mencari kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Adapun

kutipannya ayatnya adalah:

Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana
Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
(muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan.” (QS. Qaṣaṣ: 77). (https://tafsirq.com).
Berangkat dari uraian beberapa ayat di atas, dapat dipahami bahwa manusia

secara umum, baik laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan yang sama
29

untuk bekerja. Hal ini diperkuat dengan adanya riwayat yang masyhur tentang

isteri Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasallam, Khadijah. Ia adalah seorang

suadagar atau pedagang/pengusaha yang sukses. Bahkan harta hasil jerih

payahnya banyak menunjang dakwah di masa awal Islam (Ali Muhammad al-

Shalab: 2012). Khadijah juga mempekerjakan banyak laki-laki di bidang usahanya

(Muhammad Raji Kinas: 2009). Artinya, poin penting yang dapat dimengerti yaitu

isteri Nabi sendiri memiliki peluang yang sama untuk bekerja.

2.1.7 Ekonomi Rumah Tangga

Dikutip oleh Vioriska (2019) ilmu ekonomi adalah suatu bidang studi yang

sudah cukup lama berkembang sebagai suatu bidang ilmu pengetahuan (Sadono

Sukirno: 2013). Pokok pikiran Adam Smith, tujuan utama menegakkan ilmu

ekonomi adalah pembangunan masyarakat melalui pembangunan ekonomi

(Rusman Dahar: 2012). Ekonomi adalah aktivitas manusia yang berhubungan

dengan produksi, distribusi, pertukanran, konsumsi barang dan jasa. Ekonomi

secara umum atau secara khususadalah aturan raumah tangga atau manajemen

rumah tangga (Departemen Pendidikan Nasional: 2013).

Rumah tangga yaitu salah satu pelaku ekonomi yang menggunakan, memakai

atau menghabiskan barang dan jasa yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya. Setiap rumah tangga memiliki kebiasaan dan tingkahlaku yang

berbeda-beda. Hal ini ditentukan oleh jumlah pendapatan, yaitu apabila

penghasilan yang didapat dari gaji suami mereka tinggi, cenderung lebih tinggi

juga pengeluarannya,dan apabila suatu rumah tangga terpenuhi kebutuhan


30

pokoknya, maka akan muncul pula kebutuhan lainnya. Faktor lain yang

mempengaruhi perilaku rumah tanggaadalah jumlah anggota keluarga, kedudukan

sosial, pengaruh lingkungan, gaya hidup, serta kebiasaan atau selera (Juliana Ibnu

Mubarok: 2012).

2.1.8 Ekonomi Islam

Hasan Aedy (2007) dikutip oleh Nurlela (2019) Ekonomi Islam adalah

sebahagian kecil dari usaha manusia dalam aspek bermuamalah yang dilakukan

untuk mencapai tujuan yang diinginkan, dan tujuan ini adalah meraih kesejahtraan

lahir bathin dan kebahagiaan dunia akhirat. Ekonomi Islam bukan sekedar

mengejar keuntungan (profit) dunia, tetapi juga mengejar keuntungan akibat

akhirat (fallah). Salah satu landasan ekonomi Islam yang paling kuat adalah

firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam Qs. Al-Qassas ayat 77 yang artinya:

“Carilah dengan karunia Rabbmu untuk kebahagiaanmu di akhirat tetapi


jangan lupakan nasibmu di dunia. Dan berbuat baiklah kamu sebagaimana Allah
berbuat baik kepadamu dan janganlah berbuat jahat, sesungguhnya Allah tidak
suka dengan hamba-Nya yang berbuat jahat.” (https://tafsirq.com).
Berdasarkan firman Allah di atas maka ekonomi islam dengan berbagai

prilaku bisnisnya, prilaku konsumennya, dan prilaku produknya akan selalu

berdasar pada tujuan utama yakni keseimbangan untuk kebahagiaan dunia dan

akhirat.

Ekonomi Islam adalah suatu pengetahuan yang membantu upaya realisasi

kebahagiaan manusia melalui alokasi dan distribusi sumber daya yang terbatas

yang berada dalam koridor yang mengacu pada pengajaran islam, tanpa

mencekang kebebasan individu untuk menciptakan keseimbangan dan ekologi


31

yang berkesinambungan (Capra dalam Beti dkk, 2017) sedangkan menurut (Lubis

dalam Beti dkk, 2017), Ekonomi Islam adalah sekumpulan dasar-dasar ekonomi

yang berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah yang merupakan bagian perekonomian

yang didirikan di atas landasan dasar-dasar landasan tersebut sesuai dengan

lingkungan masa.

Dalam buku Islamic Economics yang ditulis oleh Veithzal Rivai dan Andi

Buhcari dalam (Reskianti, 2017) menjelaskan bahwa Ekonomi Islam adalah ilmu

dan aplikasi petunjuk dan aturan syariah yang mencegah ketidak adilan dalam

memperoleh dan menggunakan sumber daya material agar memenuhi kebutuhan

manusia dan agar dapat menjalankan kewajiban kepada Allah dan masyarakat.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa ekonomi masyarakat

dalam pespektif nilai-nilai.

Dalam ekonomi Islam, berbagai jenis sumberdaya dipandang sebagai

pemberian atau titipan Tuhan kepada manusia. Manusia harus memanfaatkan

seefisien dan seoptimal mungkin dalam produksi dalam memenui kesejahtraan

bersama yaitu untuk dirinya sendiri dan untuk orang lain. Dalam perspektif

Ekonomi Islam, sistem perekonomian mengandung aturan-aturan Syara’ yang

dapat mengatur kehidupan perekonomian suatu Rumah Tangga, masyarakat, dan

umat Islam secara keseluruhan.


32

2.1.9 Pendapatan Rumah Tangga

Menurut Suparyanto (2014) dalam Mesra (2019) pendapatan rumah tangga

(keluarga) adalah jumlah penghasilan rill dari seluruh anggota rumah tangga yang

digunakan unrtuk memenuhi kebutuhan bersama maupun perorangan dalam

rumah tangga. Pendapatan keluarga merupakan balas karya atau jasa atau imbalan

yag diperoleh karena sumbangan yang diberikan dalam kegiatan produksi. Secara

konkritnya pendapatan rumah tangga berasal dari:

1) Usaha itu sendiri: misalnya berdagang, bertani, membuka usaha sebagai

wiraswastawan

2) Bekerja pada orang lain: misalnya sebagai pegawai negeri atau

karyawan

3) Hasil dari pemilihan: misalnya tanah yang disewakan dan lain-lain.

Bentuk pendapatan bisa berupa uang maupun barang seperti: beras, maupun

bentuk barang lainnya. Pada zaman dulu kala kebanyakan pendapatan itu beruoa

barang karena fungsi alat tukar uang belum sepopuler sekarang ini. Begitu juga

halnya dalam mengukur pendapatan keluarga, semakin besar pendapatan keluarga

akan semakin besar pulahlah tingkat kesejatraan rumah tangga tersebut. Adapun

sebagian penyumbang dalam pendapatan keluarga tidak terbatas pada pendapatan

kepala keluarga saja tetapi lebih pada semua anggota keluarga yang bisa

menghasilkan berupa uang.

Pendapatan keluarga adalah pendapatan yang diperoleh dengan jalan menjual

faktor-faktor peroduksi yang diperoleh imbalan jasa-jasa atas pengadaan faktor


33

produksi tersebut dalam bentuk gaji, sewa tanah, modal kerja dan sebagainya.

Besarnya pendapatan akan menggambarkan ekonomi keluarga dalam masyarakat

yang dapat dikategorikan tiga kelompok yaitu pendapatan rendah, sedang dan

tinggi. Suatu keluarga yang peda umumnya terdiri dari suami, istri dan anak-anak,

besaerta jumlah anggota keluarga akan banyak tersedia tenaga kerja untuk

mencapai pekerjaan agar memproleh pendapatan. Umumnya kepala keluarga

penentu utama pendapatan keluarga, namun sebagian dalam anggota keluarga

juga ikut berperan.

2.2 Penelitian Terdahulu

1. Judul skripsi “Hak-Hak Buruh Perempuan Dalam Perspektif Syari’ah

Pada Studi Kasus Multi Mart Batang Hari Kabupaten Lampung Timur”

oleh Nia Susanti pada tahun 2015, Jurusan Syariah dan Ekonomi Syari’ah,

Program Studi Ekonomi Syariah di STAIN Jurai Siwo Metro.

Permasalahan dalam skripsi tersebut yaitu bagaimana hak-hak buruh

perempuan diberikan oleh Multi Mart Batanghari ditinjau dari perspektif

Syari’ah. Hasil penelitian Nia Susanti yaitu berdasarkan Al-Qur’an, Hadist,

Ulil Amri melihat yang terjadi pada perlindungan hak buruh di multi Mart

Batanghari bertentangan dengan aturan-aturan dan etika Syari’ah yang

semestinya, sehingga hak tersebut belum terlaksana dengan baik. Hal ini

dapat dilihat dari hak jaminan asuransi sosial yang tidak diasuransikan, hak

cuti tidak terkait dengan cuti haid, cuti melahirkan hanya diberikan dua

bulan.
34

2. Judul skripsi “Peran Ganda Istri Dalam Hukum Islam Terhadap Pekerjaan

Wanita (Studi Kasus Di Pasar Aceh Kecamatan Baiturrahman Kota Banda

Aceh)” oleh Sartika Indah Sari 2019, Jurusan Hukum Keluarga, Fakultas

Syari’ah dan Hukum di Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Darrusalam-

Banda Aceh. Permasalah dalam skripsi tersebut yaitu bagaimana persepsi

pekerja wanita Pasar Aceh tentang hukum wanita bekerja sebagai pedagang

apa saja yang mereka geluti, bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap

peran ganda istri sebagai pekerja wanita pedagang di Pasar Aceh

Kecamatan Baturrahman Kota Banda Aceh. Penelitian ini dilakukan

dengan pendekatan studi kasus (case study). Datadata yang dikumpulkan

akan dianalisis melalui cara analisis-normatif. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa menurut pekerja wanita di Pasar Aceh Kecamatan

Baturrahman Kota Banda Aceh, hukum wanita bekerja sebagai pedagang

dibolehkan dengan syarat harus mendapat izin suami dan wali bagi yang

belum menikah. Adapun jenis perdagangan apa saja yang mereka geluti di

antaranya menjual peci, sandal, pakaian bayi, menjual kosmetik, penjahit,

menjual baju anak-anak, menjual jilbab, menjual alat memasak, dan

menjual es campur. Menurut hukum Islam, pekerja wanita sebagai

pedagang dibolehkan. Dilihat dari sisi normatif, terdapat beberapa

ketentuan ayat Alquran yang menyeru agar manusia berusaha dan

mendapatkan hasil dari usahanya, seperti ketentuan AN-Nisā’ ayat 29 dan

ayat 32, surat al-Aḥzāb ayat 33. Dalam HR. Bukhari dan HR. Abu Dawud
35

3. Judul skripsi “Studi Tingkat Partisipasi Perekonomian Keluarga Menurut

Perspektif Ekonomi Islam (Studi Kasus Pada Pedagang Perempuan Di Kota

Janthon)” oleh Fikria Munawarah 2018, Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Islam di Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda

Aceh. Permasalahan dalam skripsi ini yaitu tingkat partisipasi perempuan

di kota Jantho dalam maningkatkan perekonomian keluarga, faktor-faktor

yang mendorong perempuan di Kota Jantho untuk ikut berpartisipasi, dan

tinjauan ekonomi Islam mengenai tingkat partisipasi perempuan di Kota

Jantho dalam meningkatkan perekonomian keluarga. Metode yang

digunakan adalah metode kombinasi (mix method) dengan teknik sampel

probability sampling berupa simple random sampling dan menggunakan

analisis korelasi. Data primer diperoleh dari kuesioner, sedangkan data

sekunder diperoleh dari instansi yang terkait dengan penelitian ini. Hasil

analisis yang dilakukan dengan menggunakan uji ChiSquare dan uji

Spearman Rank Correlation menunjukkan bahwa tingkat partisipasi

perempuan di Kota Jantho yang diukur berdasarkan alokasi waktu dan

pendapatan cenderung tinggi. Hasil uji menunjukkan bahwa pendapatan

dipengaruhi oleh faktor umur, pendapatan suami, dan pengalaman kerja.

Hasil uji tujuh variabel keislaman menunjukkan bahwa zakat, shadaqah dan

infaq memiliki hubungan sebab akibat dengan pendapatan pedagang

perempuan.

4. Judul skripsi “Peran Ganda Perempuan Dalam Meningkatkan Ekonomi

Keluarga Di Desa Mekar Jaya Kecamatan Bayung Lencir” oleh


36

Hassanatunajja 2020, Program Studi Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi

Dan Bisnis Islam di Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin

Jambi. Permasalahan dalam skripsi ini yaitu bagaimana peran perempuan

dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga dan apa dampak peran

ganda perempuan terhadap kehidupan rumah tangga. Penelitian ini

menggunakan jenis pendekatan kualitatif deskriptif. Dalam penelitian ini

menggunakan teknik analisis data seperti reduksi data, pengumpulan data,

penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian

dapat disimpulkan diantaranya keterlibatan perempuan dalam membantu

ekonomi keluarga adalah dengan memberi kesempatan kepada ibu-ibu

rumah tangga baik berupa pengetahuan berdagang yang dimiliki,

keterampilan yang dimiliki, maupun kemampuan untuk bekerja di tempat

lainnya dan dampak yang timbulkan meliputi dampak positif dan negatif.

Dampak positif seperti dapat membantu pemenuhan kebutuhan ekonomi

keluarga, dapat meningkatkan status dalam keluarga, serta terbangun rasa

saling pengertian antar anggota keluarga. Dampak negatifnya yaitu dampak

sosial yang sangat dirasakan oleh anak, perhatian dan kasih sayang dari ibu

mereka akan berkurang, serta perhatian dalam hal pendidikan pun juga

sangat berkurang karena bapak dan juga ibu bekerja di luar rumah.

5. Judul skripsi “Peran Home Industry Terhadap Ekonomi Keluarga

Perspektif Ekonomi Islam (Studi Pada Home Industry Kerajinan Tapis

Dan Bordir “Audy” Di Desa Sumberrejo, Kecamatan Batanghari,

Kabupaten Lampung Timur)” oleh Ella Novita Vioriska (2019), Jurusan


37

Ekonomi Syari’ah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam di Universitas Islam

Negeri Raden Intan Lampung. Permasalah dalam skripsi ini yaitu Adapun

masalah dari penelitian ini adalah Bagaimana peran home industry

kerajinan tapis dan bordir “AUDY” terhadap peningkatan ekonomi

keluarga di desa Sumberrejo dan Bagaimana tinjauan ekonomi Islam

terhadap peran home industry kerajinan tapis dan bordir “AUDY” terhadap

peningkatan ekonomi keluarga. Penelitian ini bersifat kualitatif, maka

dalam pengumpulan data penulis menggunakan teknik wawancara,

observasi, dan dokumentasi. Adapun hasil dari penelitian dilapangan maka

dapat diambil kesimpulan proses produksi yang dilakukkan home industry

kerajinan tapis dan bordir “AUDY” di desa Sumberrejo dalam melakukan

pembuatan tapis memerlukan waktu yang cukup lama karena merupakan

hasil kerajinan tangan, sementara dari pengadaan bahan baku dan modal

juga masih terbatas. Adapun peran home industry ini adalah membantu

lebih mengenalkan berbagi macam jenis tapis lampung, membantu

perekonomian keluarga, sedikit mampu menyerap tenaga kerja, dan

mengurangi jumlah pengangguran. Berdasarkan tinjauan ekonomi Islam

bahwa usaha home industry ini dilakukan dengan baik dan sejalan dengan

syari’at Islam berdasarkan pada prinsip keseimbangan antara kebutuhan

materil dan spiritual.

6. Judul skrips “Konstruksi Sakinah Mawaddah Warahma Dalam

Perkawinan (Analisis Pemikiran Buya Hamka Dalam Tafsir Al-Azhar) oleh

Nurliana 2018, konsentrasi Hukum Keluarga, Pascasarjana, Universitas


38

Islam Negeri (UIN) Sultan Sarif Kasim Riau. Permasalahn dalam skripsi

ini adalah Pertama, Bagaimana sakinah mawaddah warahmah dalam

perkawinan studi analisis pemikiran Buya Hamka Dalam Tafsir Al-Azhar

?. Kedua, Bagaimana kontribusi sakinah mawaddah warahmah dalam

perkawinan studi analisis pemikiran Buya Hamka?. Ketiga, Bagaimana

relevansi sakinah mawaddah warahmah pemikiran Buya Hamka dengan

Kehidupan Kontemporer ? pendekatan penelitian ialah penelitian library.

Analisis data yang digunakan ialah analisis isi (content analysis), data yang

terkumpul kemudian dianalisis sesuai kebutuhan penelitian, kemudian

ditarik kesimpulan sebagai jawaban dari temuan penelitian. Hasil penelitian

yaitu Pertama, Konstruksi sakinah mawaddah rahamah dalam perkawinan

menurut Buya Hamka yaitu: pertama, aspek fisik; menjaga kebersihan

tubuh (membersihkan badan), bersolek/ berhias, memakai harumharuman

dan wangi-wangian. Kedua, Non fisik: pandai menghormati pasangan,

tidak bersikap angkuh dan sombong, bersikap sederhana, melembutkan

ucapan. Rahmah (terwujudnya kasih sayang) suami isteri. Kontribusi

sakinah mawaddah rahmah dalam perkawinan; terealisasi sunnah

Rasulullah tentang pernikahan, terealisasi peranan suami isteri dalam

keluarga, terealisasi konsep mawaddah, terwujud rumah tangga bahagia,

terhindar dari perceraian dan kekerasan dalam rumah tangga, terhindar dari

memutuskan silaturrahim, terhindar dari perzinaan, melahirkan generasi

unggulan. Ketiga, Relevansi sakinah mawaddah rahmah dalam perkawinan


39

dengan kehidupan kontemporer; bahwa teori yang ditawarkan relevan

dengan kehidupan kontemporer.

7. Judul skripsi “Peran Istri Dalam Upaya Meningkatkan Perekonomian

Rumah Tangga Ditinjau Dari Ekonomi Islam (Studi Kasus Pada Pedagang

Di Pasar Sentral Kab. Bulukumba)” oleh Sri Reskianti 2017, Jurusan

Ekonomi Islam, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Universitas Islam

Negeri Alauddin Makassar. Pemasalahn dalam skripsi ini dalah mengetahui

peran istri dalam upaya meningkatkan perekonomian rumah tangga ditinjau

dari ekonomi Islam, faktor apa saja yang mempengaruhi peran istri dalam

dalam upaya meningkatkan perekonomian rumah tangga di tinjau dari

ekonomi Islam. Dalam menjawab permasalahan tersebut, menggunakan

pendekatan kasus sosial dan ekonomi. Penelitian ini tergolong penelitian

deskriptif kualitatif, data yang dikumpulkan dengan menggunakan

observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menemukan

beberapa kesimpulan sebagai berikut: pertama, Peran Istri dalam upaya

meningkatkan perekonomian sudah dapat dilihat dari peran seorang

perempuan (ibu rumah tangga di pasar sentral Bulukumba) yang banyak

membantu memajukan perekonomian keluarga. Kedua, Peran istri yang

bekerja dalam tinjauan ekonomi Islam tidaklah bertentangan dengan hukum

Islam, dimana seorang istri yang bekerja dianggap membantu suami dalam

menafkahi anak-anak mereka dan kesemua hal tersebut tentunya mendapat

izin dan restu suami sebelum melakukan kegiatan perdagangan. Ketiga,

Faktor-faktor yang mendorong seorang istri untuk bekerja antara lain


40

adalah ekonomi keluarga, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan suami,

jumlah tanggungan keluarga, dan jam kerja. Sedangkan kesulitan yang

sering kali dihadapi oleh seorang ibu yang bekerja diantaranya yaitu faktor

internal yakni manajemen waktu, dan faktor eksternal seperti dukungan

suami, kehadiran anak-anak, masalah pekerjaan, peraturan kerja, serta

faktor relasional.

2.3 Kerangka Pikir Penelitian

Setiap keluarga menginginkan kehidupan yang damai sejahtera terpenuhi

segala kebutuhan-kebutuhan keluarganya. Sebagai salah satu anggota keluarga

seorang istri sekaligus sebagai ibu rumah tangga mengupayakan keluarga sejatera

dengan ikut terlibat dalam kegiatan ekonomi rumah tangga yang bekerja sebagai

pembuat gula merah untuk membantu meringankan beban suami dan menambah

pendapatan dalam rumah tangga dengan tidak melupakan hakikat dan

kedudukannya sebagai seorang istri dan ibu rumah tangga.


41

Gambar 1.1 Skema Kerangka pikir

Istri-istri Pekerja

Pemahaman istri-istri terhadap keterlibatannya


dalam ekonomi rumah tangga

1. Perspektif istri-istri dalam melibatkan diri pada


kegiatan ekonomi rumah tangga
2. Peran istri dalam melaksanakan kewajibannya
1) Menunaikan kewajiban kepada suami
2) Pendidikan rumah tangga

Hasil Penelitian

Analisis Deskriptif
Kualitatif

Kesimpulan dan Saran


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Karemotingge Kecamatan Tirawuta

Kabupaten Kolaka Timur, alasan kenapa penulis memilih tempat ini

dikarenakan jarak tempat penelitian yang dekat dengan tempat tinggal penulis

sehingga lebih mengefisienkan waktu dan mudah dijangkau penelitian. Adapun

waktu penelitian adalah setelah proposal ini telah diseminarkan.

3.2 Penentuan Informan

Pada penelitian ini penetuan informan dilakukan dengan teknik purposive

sampling, dimana peneliti menentukan pemilihan informan dengan menetapkan

ciri-ciri khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian sehingga diharapkan dapat

menjawab permasalahn penelitian. Adapun informan dalam penelitian ini adalah 5

istri yang terlibat dalam kegiatan ekonomi rumah tangga sebagai pembuat gula

merah di Desa Karemotingge yaitu ibu Hartati, ibu Intang, ibu Labo, ibu Itang dan

ibu Suna.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Adapun

sumber data dalam penelitian ini, pertama sumber data primer , yaitu sumber data

pertama di lapangan yang bersumber dari 5 orang istri yang terlibat dalam

kegiatan ekonomi rumah tangga di Desa Karemotingge yaitu ibu Hartati, ibu

42
43

Intang, ibu Labo, ibu Itang dan ibu Suna. Kedua sumber data sekunder, data

penunjang yang diperoleh dari jurnal penelitian, skripsi dan internet.

3.4 Metode Pengumpulan Data

1. Metode wawancara

Wawancara adalah bertanya langsung kepada informan dan pengumpulan

data dengan mempersiapkan terlebih dahulu daftar pertanyaan atau pernyataan

sebagai pedoman.

Peneliti harus memperhatikan intonasi suara, kecepatan bicara, sentivitas

pertanyaan, kontak mata dan kepekaan non verbal. Wawancara ini digunakan untuk

mengubah data menjadi informasi yang secara langsung yang diberikan oleh

seseorang.

2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengambilan gambar yang berkaitan dengan penelitian

yang di butukan oleh peneliti.

3.5 Metode Analisis Data

Dalam proses analisis data, peneliti menggunakan analisis deskripsi dengan

memaparkan data-data yang berhubungan dengan studi terhadap Keterlibatan

Istri Dalam Kegiatan Ekonomi Rumah Tangga Perspektif Islam.

Data-data yang telah terkumpul, selanjutnya dianalisis secara kualitatif.

Yang dimaksud dengan kualitatif adalah metode analisa data yang


44

dikelompokkan dan menyeleksi data yang diperoleh dari penelitian lapangan

menurut kualitas dan kebenarannya, kemudian dihubungkan dengan teori-teori

yang diperoleh dari studi kepustakaan, sehingga diperoleh jawaban atas

permasalahan yang diajukan.

3.6 Definisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya kesalahan persepsi dalam memahami maksud

dan kandungan tulisan ini, maka penulis memberikan definisi operasional:

1. Perspektif Islam dalam penelitian ini yaitu pandangan dari sisi agama Islam

tentang peran seorang istri dalam membantu kegiatan perekonomian rumah

tangga tanpa melalaikan tugas dan kewajibannya.

2. Perspektif istri bekerja dalam penelitian ini adalah untuk membantu

meringankan beban suami serta untuk menambah pendapatan dalam rumah

tangga agar dapat terpenuhi kebutuhan sehari-hari rumah tangga mereka.

3. Keterlibatan istri dalam penelitian ini merupakan suatu kondisi dimana

seorang istri sebagai ibu rumah tangga, sebagai pendidik anak-anaknya serta

turut memberikan andil dalam meningkatkan pendapatan rumah tangganya

dengan cara membuat gula merah..

4. Rumah tangga perspektif Islam yang dibina sesuai dengan tutuntunan Allah

Subhanahu Wa Ta,ala dan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam yang

dibangun berdasarkan nilai-nilai Islam.

5. Kewajiban istri kepada suami adalah patuh terhadap perintah suami demi

mendapatkan keridhoan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.


45

6. Pendidikan rumah tangga adalah pendidikan yang dijalankan oleh seorang

istri terutama kepada anak kandungnya.

7. Kegiatan ekonomi rumah tangga perspektif Islam adalah melakukan suatu

usaha agar dapat menambah pendapatan rumah tangga yang sesuai dengan

tuntunan syariah.
BAB IV

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 25 Oktober 2021 di Desa

Karemotingge, Kecamatan Tirawuta, Kabupaten Kolaka Timur, Provinsi Sulawesi

Tenggara.

1. Keadaan geografis

Desa Karemotingge terletak di wilayah Kecamatan Tirawuta Kabupaten

Kolaka Timur Provinsi Sulawesi Tenggara dengan luas 3000 kali 7000 m, 210 km

bujur sangkar persegi, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Lambuya Kabupaten Konawe

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Onembute Kabupaten

Konawe

c. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tawainalu Kecamatan Tirawuta

Kabupaten Kolaka Timur

d. Sebelah Barat berbatasan Desa Matabondu Kecamatan Tirawuta Kabupaten

Kolaka Timur.

2. Keadaan Demografi

Jumlah penduduk Desa Karemotingge adalah laki-laki 239 jiwa, perempuan

243 jiwa dengan jumlah keseluruhan 482 jiwa.

46
47

3. Sarana dan Prasarana

Desa Karemotingge mempunyai 1 sarana tempat ibadah yaitu Masjid, 1 Balai

Desa, 1 Taman Kanak-kanak, dan 1 Sekolah Dasar, serta 1 tempat wisata yaitu

Permandian Baros.

Kegiatan prekonomian masyarakat Desa Karemotingge cukup beragam, namun

yang paling menonjol adalah dalam bidang pertanian. Hal ini dibuktikan dengan

banyaknya pohon aren yang ditanam pada kebun masyarakat Desa Karemotingge

yang kemudian diolah menjadi gula merah dan terbentuklah usaha Home Industri

Gula Merah.

4.2 Karakteristik Informan

Jumlah informan pada penelitian ini sebanyak lima orang istri, identitas yang

dideskripsikan pada kajian ini adalah gambaran tentang umur dan pendidikan.

1. Ibu Hartati sebagai pembuat gula merah dengan umur 39 tahun dan

pendidikan tamat SD

2. Ibu Intang sebagai pembuat gula merah dengan umur 49 tahun dan

pendidikan tamat SD

3. Ibu Labo sebagai pembuat gula merah dengan umur 48 tahun pendidikan

tamat SD

4. Ibu Itang sebagai pembuat gula merah dengan umur 67 tahun dan

pendidikan tamat SD.

5. Ibu Suna sebagai pembuat gula merah dengan umur 37 tahun dan

pendidikan tamat SD.


48

4.3 Deskripsi Variabel Penelitian

4.3.1 Perspektif Istri-Istri dalam Melibatkan Diri pada Kegiataan Ekonomi

Rumah Tangga

Rumah tangga merupakan bagian masyarakat yang terdiri oleh suami, istri,

anak-anak, orang tua dan oranng lain yang menetap di dalamnya. Rumah tangga

terbentuk karena adanya jalinan yang kokoh melalui pernikahan. Rumah tangga

adalah sekelompok individu, tertentu dalam kehidupan rumah tangga

membutuhkan biaya atau perekonomian yang cukup dan memadai guna

kelangsungan hidup seluruh anggota yang ada didalamnya.

Kebutuhan ekonomi rumah tangga mencakup kebutuhan primer seperti

sandang, pangan dan papan termasuk didalamnya kebutuhan akan biaya

pendidikan serta biaya kesehatan anak. Kebutuhan sekunder yaitu perabotan

rumah tangga, aksesoris rumah tangga dan lain-lainnya.

Pada dasarnya ekonomi bagi keluarga merupakan penyebab yang dapat

mendukung kebahagiaan rumah tangga disamping penyebab-penyebab lainnya.

Berkaitan dengan masalah ekonomi, kondisi ini banyak fenomena istri ikut

bekerja membantu mencari nafkah suami demi memenihi kebutuhan hidup

keluarga, selain menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri dan sebagai ibu

rumah tangga yang selalu siap mendidik anak-anak serta menjaga harta

keluarganya.

Secara umum, seseorang bekerja sesuai dengan keahlian atau kemampuan

yang mereka meiliki. Semakin besar kualitas intelektual mereka maka semakin
49

tinggi juga apa yang mereka dapatkan dari pengetahuan yang mereka miliki. Hal

tersebut dijelaskan dalam Al-Qur’an Surah Az-Zumar ayat 39:

Artinya: “Katakanlah: "Hai kaumku, bekerjalah sesuai dengan keadaanmu,


Sesungguhnya aku akan bekerja (pula), Maka kelak kamu akan mengetahui.”
Sebagaimana ayat di atas, Allah menjelaskan bahwa setiap individu

hendaklah bekerja sesuai dengan keadaannya masing-masing. Melihat dari

kehidupan para istri yang bekerja sebagai pembuat gula merah maka secara

langsung dapat kita katakan bahwa pekerjaan yang mereka geluti adalah pekerjaan

yang tidak mengandalkan tingkat intelektual atau pendidikan yang tinggi, tetapi

kekuatan fisik yang berperan pada profesi mereka. Berikut faktor-faktor yang

melatar belakangi istri ikut terlibat dalam kegiatan ekonomi rumah tangga sebagai

pembuat gula merah:

1. Faktor Ekonomi

Keluarga dapat dikendalikan seperti sebuah kapal yang sedang berlayar.

Agar dapat menjadikan kapal tersebut berlayar dengan baik dan mengarah pada

tujuan yang telah ditentukan, bahkan saat badai menerpa, perlu adanya kerja sama

antara para awak kapal termasuk antara nahkoda dan anak buah kapal. Demikian

pula dalam keluarga membutuhkan adanya kerja sama antara sang kepala rumah

tangga yaitu suami dan partner yaitu istri dan seluruh anggota keluarga agar

tujuan kehidupan keluarga dapat tercapai, termasuk dalam persoalan ekonomi.

Kurang terpenuhi atau tingginya kebutuhan rumah tangga menjadi alasan

para istri atau ibu rumah tangga ikut terlibat dalam pembuatan gula merah di Desa

Karemotingge, seperti hasil wwancara sebagai berikurt:


50

Informan ibu Hartati, ibu Itang dan ibu Suna: “Pekerjaan membuat gula
merah adalah pekerjaan yang gampang dan cepat menghasilkan uang. Kami
membuat gula merah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperi bensin,
beras, ikan, sayur dan bumbu-bumbu dapur serta kebutuhan lainnya. Karena
kalau hasil dari kebun yang diharpakan itu musiman jadi saat masa
senggang begini hasil pendapatan dari gula merah yang kami belanjakan
untuk memenuhi kebutahn sehari-hari.”

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh ibu Hartati, ibu Itang dan

ibu Suna menyatakan bahwan, mereka memilih membuat gula merah karena

pekerjaan tersebut mereka rasa gampang dan cepat menghasilkan uang.

Disamping keikutsertaannya membuat gula merah adalah untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari saat masa senggang, karena hasil dari pendapatan kebun

yang mereka kelolah ada musimnya atau ada masanya.

Berbeda dengan hasil wawancara ibu Labo dan ibu Intang, bahwa untuk

memenuhi kebutuhan beras dalam rumah tangga mereka bersumber dari sawah

yang mereka garap. Dan mereka juga berpendapat bahwa membuat gula merah

adalah pekerjaan yang gampang dan cepat menghasilkan uang.

“Membuat gula merah adalah pekerjaan sampingan, kalau untuk kebutuhan


beras di rumah itu hasil dari sawah kami. Kalau pendapatn dari gula merah
itu bisa untuk dipakai beli bahan-bahan dapur, ikan dan lain-lain. Dan
Pekerjaan membuat gula merah adalah pekerjaan yang gampang dan cepat
menghasilkan uang.”
2. Faktor internal (kemauan sendiri oleh para istri)

Faktor kedua istri ikut terlibat dalam pembuatan gula merah di Desa

Karemotingge adalah karena dipicu oleh kamauan sendiri untuk ikut membantu

suami bekerja karena ia kasihan jika harus membiarkan suami memikul sendiri

beban dalam menghidupi keluarga mereka. Proses ini membagun kesadaran


51

sehingga menjadi tindakan, mereka para istri tahu sebenarnya tentang apa manfaat

yang didapatkan dari tindakan itu, bagi dirinya dan keluarganya dalam hal ini istri

ikut bekerja sebagai pembuat gula merah tidak semata-mata bertujuan untuk

memenuhi kebutuhan keluarganya tetapi mereka para istri sadar bahwa

mengaktualisasikan kemampuan yang mereka miliki itu sangat penting.

Pengetahuan para istri dalam bidang pembuatan gula merah, adalah membawa

manfaat untuk keluarga mereka.

Informan ibu Hartati, ibu Intang, ibu Suna dan ibu Labo: “Saya ikut
membuat gula merah untuk bantu-bantu suami, kan kita mau makan sama-
sama, karena suami tidak bisa kalau harus kerja sendiri, Menurut saya
membantu suami mencari nafkah memang buka kewajiban istri tapi jika istri
ikhlas mengerjakannya maka akan jadi pahala buat istri, dan kebetulan
suami tidak begitu paham cara buat gula merah.”
Dari jawaban yang dikemukakan ibu Hartati, ibu Intang, ibu Suna dan ibu

Labo menunjukkan bahwa, mereka ikut membuat gula merah untuk membantu

meringankan beban suami dan disamping itu mencari pahala. Dan menurut ibu

Labo ia ikut membaut gula merah karena suaminya tidak begitu paham dalam

proses pembuatannya.

Berbeda dengan ibu Itang yang sudah berumur 67 tahun, sehingga tidak

bisa dipungkiri bahwa diusia itu adalah keadaan dimana penyakit tua mulai

dirasakan dan hal itu yang menyebabkan ibu Itang tidak bisa pergi ke kebun

hanya bisa membantu suami membuat gula merah di rumah.

“Saya membuat gula merah untuk bantu suami dan karena hanya itu yang
bisa saya kerja tidak bisa pergi kebun, tinggal mendorong kayu api saja di
tungku, saya tidak bisa pergi kebun karena dada saya sering sakit.”
52

3. Faktor ketersediaan bahan baku

Dalam menunjang keberhasilan industri gula merah, maka ketersediaan

bahan baku yaitu pohon aren dengan jumlah yang tepat tentunya sangat

diperlukan. Masyarakat Desa Karemotingge yang mayoritas bekerja sebagai

petani, dengan berbagai tanaman yang ditanam pada kebun mereka, pohon aren

menjadi salah satunya. Sehingga mereka memanfaatkan tanaman tersebut dengan

mendirikan usaha home industri gula merah.

Informan ibu Intang, ibu Labo dan ibu Suna: “Alhamdulillah karena
banyaknya pohon aren yang sudah ditanam di kebun sehingga suami memilih
untuk menyadap pohon aren untuk dijadikan gula merah dan harga dari
penjualan gula merah alhamdulillah bisa digunakan memenuhi kebutuhan
untuk makan sehari-hari.”
Selain memperoleh bahan baku dari kebun milik sendiri, ada juga

beberapa masyarakat yang memperoleh bahan baku dari kebun milik orang lain

namun sebelumnya telah mendapat izin unttuk mengelolahnya. Seperti jawaban

yang di kemukakan oleh ibu Hartati dan ibu Itang:

“Saya memilih membuat gula merah karena di Desa sini banyak pohon aren
jadi lebih bagus kalau dimanfaatkan untuk menghasilkan uang. Penghasilan
tidak banyak juga tergantung banyaknya air aren. Ada banyak kalau dikerja
punya orang (mengambil air aren orang lain) yang sebelumnya saya dan
suami sudah minta izin, kalau punya saya tidak banyak. Secukupnya saja
Alhamdulillah ada sedikit tapi cukup.”

4. Membuat gula merah adalah pekerjaan yang halal

Secara umum, agama Islam yang diturunkan Allah dan diajarkan oleh

Rasullah kepada ummat-ummatnya tidak hanya memfokuskan diri pada hal-hal

yang bersifat ibadah semata, namun juga mendaji panduan bagi manusia dalam

berprilaku sehari-hari. Pedoman tersebut secara garis besar diatur oleh Hukum
53

syari’ah. Salah satu bagian dari hukum syariah yaitu mu’amalah. Hukum tersebut

mengatur hubungan perorangan, masyarakat, hal-hal yang berhubungan dengan

harta kekayaan, dan memelihara hak serta kewajiban masing-masing.

Dalam hukum syari’ah suatu produk dikatakan halal jika tidak

mengandung babi, minuman keras, narkoba dan sebagainya. Selain itu, produk

juga harus di didapatkan dengan cara yang halal, bukan barang curian dan lain-

lain. Seperti halnya masyarakat di Desa Karemotingge yang memperoleh bahan

baku pembuatan gula merah dari kebun mereka sendiri dan dari kebun milik orang

lain yang sebelumnya mereka telah meminta izin untuk mengolahnya.

Produksi yang dilakukan oleh masyarakat yang mendirikan home industri

gula merah di Desa Karemotingge merupakan hal yang dibolehkan, karena pada

proses pembuatannya tidak mengandung bahan pengawet atau bahan kimia dan

tidak merusak sumber daya alam dalam kegiatan produksinya. Seperti jawaban

yang dikemukakan oleh kelima informan yaitu ibu Hartati, ibu Intang, ibu Labo,

ibu Itang dan ibu Suna mereka sepakat bahwa pekerjaan membuar gula merah

merupakan pekerjaan yang halal karena cara mereka peroleh bahan baku dan

dalam proses pembuatan gula merah tidak bertentang dengan hukum syari’ah.

“Pekerjaan membuat gula merah insyaa Allah dibolehkan dalam Islam


karena memanfaatkan tanaman dari salah satu ciptaan Allah. Membuat gula
merah itu pekerjaan yang halal karena pohon aren yang kita kerja milik
sendiri yang kita tanam di kebun dan dari kebun milik orang lain yang
sebelumnya saya dan suami telah meminta izin untuk menyadapnya. tidak
juga pakai bahan pengawet kalau membuat gula merah, tidak ada unsur
haram dan unsur berbahaya didalamnya.”
54

Dari jawaban informan di atas dapat disimpulkan bahwa, menurut para

istri membuat gula merah adalah pekerjaan yang dibolehkan dalam agama Islam

karena dari proses pengambilan air aren sampai proses pembuatan gula merah

sama sekali tidak mengandung unsur haram. Mereka memilih pekerjaan sebagai

pembuat gula merah karena ada banyak pohon aren yang ditanam pada kebun

mereka sehingga muncul motivasi untuk memanfaatkan tanaman tersebut. Dan

pekerjaan membuat gula merah dianggapnya gampang serta cepat menghasilkan

uang. Keterlibatan istri dalam kegiatan ekonomi rumah tangga yaitu ikut

membantu suami dalam membuat gula merah di Desa Karemotingge

membuktikan bahwa pendapatan yang dihasilkan para istri dan suami dari proses

pembuatan gula merah dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam rumah

tangga mereka.

4.3.2 Peran Istri dalam Melaksanakan Kewajibannya

4.3.2.1 Menunaikan Kewajiban kepada Suami

Mengatur dan mengelolah rumah tangga merupakan tugas utama para istri

atau ibu rumah tangga. Kegiatan ini seolah tidak mengenal waktu dan

pelakasanaanya. Sebagai istri atau ibu rumah tangga yang bertanggung jawab

secara terus menerus memperhatikan kesehatan rumah dan tata laksana rumah

tangga, mengatur segala sesuatu didalam rumah tangga untuk meningkatkan mutu

hidup. Keadaan rumah harus mencerminkan rasa nyaman, aman, tentram, dan

damai bagi seluruh anggota keluarga.

Seoranng istri yang bekerja bukan berarti ia terbebas dari pekerjaan rumah

tangga, ia juga tidak seharusnya menyerahkan tugas utamanya sebagai seorang


55

istri atau ibu kepada orang lain. Dengan demikian hendanya seorang istri harus

pandai membagi waktu antara pekerjaan mencari nafkah dan pekerjaan rumah

tangga, karena tugas dan beban kerja di dalam rumah tangga begitu berat.

Peran istri dalam menunaikan kewajiban kepada suami di Desa Karemotingge

khususnya istri yang bekerja sebagai pembuat gula merah sebagai berikut:

Informan Ibu Hartati


“Saya bangun setengah lima, setelah itu saya pergi ke dapur untuk panasi
makanan sisa tadi malam kalau ada, kalau makanan habis biasa saya masak.
Setelah jam enam sampai sore jam 3 itu waktu saya tercurahkan pada
pembuatan gula merah,tapi anak-anak kalau tidak pergi sekolah atau sudah
pulang dari sekolah mereka juga ikut membantu bikin gula, suami juga
membantu. Kita ikut bikin gula merah ini sudah dizinkan sama sumai. Saya
tetap melaksanakan kewajiban kepada suami, melayani, memasakkan,
mencucikan bajunya. Tapi biasa juga mencuci dan memasak anak-anak yang
kerjakan. Saya tidak merasa terbebani dengan semua pekerjaan yang saya
pekerjaan.”

Jawaban yang dikemukakan ibu Hartati menujukkan bahwa, ia memulai

aktivitasnya sebagai seorang istri atau ibu rumah tangga dimulai dari jam setengah

lima pagi. Memasak terlebih dahulu sebelum melanjutkan pekerjaannya sebagai

pembuat gula merah saat jam 6 dan berlanjut sampai jam 3 sore. Ditengah

pekerjaanya sebagai pembuat gula merah ibu Hartati juga masih melayani suami

serta mengurus suami, dan dari semau aktivitas ia lakukan ibu Hartati tidak

merasa terbebani.

Informan Ibu Intang


“Jam 5 subuh saya bangun sholat, setelah itu memasak bikin sarapan
sebelum pergi kebun bersama suami, karena dia (suami) tidak bisa kalau
pekerjaan itu dilakukan sendiri. Kalau pergi kebun itu, anak saya yang sudah
menikah yang menjaga tungku api agar air aren yang dimasak tetap
mendidih. Setelah pulang dari kebun baru saya bikin gula merah biasa
dibantu juga oleh anak saya. Suami izinkan saya bekerja kita mengerti bantu-
bantu suami. Saya tetap melayani suami, mencuci dan mengurus rumah. Saya
56

tidak merasa terbebani dengan pekerjaan saya karena itu memang tuganya
istri bantu-bantu suami.”

Dari jawaban yang dikemukakan ibu Intang menunjukkan bahwa, ibu Intang

memulai aktivitasnya jam 5 subuh, setelah sholat subuh ia bergegas memasak dan

sarapan bersama suami sebelum pergi di kebun. Setelah pulang dari kebun ia

melanjutkan pekerjaanya membuat gula merah yang dalam proses pembuatannya

dibantu oleh anaknya yang telah menikah. Ditengah banyaknya pekerjaan yang

dikerjakan ibu Intang ia masih tetap melayani suaminya, mencuci dan mengurus

rumah. Ibu Intang juga berpendapat bahwa dalam melaksanakan pekerjaannya ia

tidak merasa terbebani karena tugas istri adalah membantu suami.

Informan Ibu Itang


“Saya bangun sholat jam 5 subuh, kalau sudah sholat saya memasak,
bikinkan suami air panas. Setelah pagi saya kasih menyala api ditungku
untuk masak air aren. Sambil tunggu air arennya berkurang, saya lanjut
menyapu, membersihkan rumah dan memasak. suami tetap izinkan saya
bekerja karena pekerjaan yang saya kerjakan juga pekerjaan yang gampang.
Walaupun kita sibuk tetap layani suami tidak boleh bekerja kemudian suami
tidak diurus, bagaimanapun ada pekerjaan karena suami.”

Dari jawaban yang dikemukakan ibu Itang menunjukkan bahwa, ia masih

melaksanakan kewajibannya sebagai seorang istri yaitu mengurus rumah dan tetap

melayani suami. Ibu Itang juga berpendapat bahwa tidak boleh seorang istri

bekerja kemudian melupakan tugasnya dan kewajibannya sebagai seorang istri.

Informan Ibu Labo


“Saya bangun subuh cuci piring, memasak untuk keluarga. Setelah pagi hari
saya dan suami pergi ke kebun, saya ambil kayu bakar suami ambil air aren,
kayu bakarnya untuk dipakai masak gula merah. Setelah pulang saya lanjut
mencuci pakaian, sore baru jadi gula merahnya. Kalau sore memasak lagi
untuk makan malam, setelah selesai makan biasa saya dan suami nonton tv
sekitar jam 9 atau setengah 10 saya tidur. Saya ikut bekerja membantu saumi
itu sudah medapat izin. Walaupun saya banyak pekerjaan tapi saya tetap
melasanakan tugas saya sebagai istri, tetap melayani suami. Saya tidak
57

merasa terbebani dengan tugas yang saya lakukan, karena kita kerjakan
bersama-sama suami.”

Dari jawaban yang dikemukakan oleh ibu Labo menunjukkan, bahwa

aktivitasnya sebagai seorang istri atau ibu rumah tangga dimulai saat subuh,

seperti cuci piring dan memasak untuk keluarga. Saat pagi hari ia dan suami pergi

ke kebun, ibu labo mengambil kayu bakar sedangkan suaminya mengambil air

aren. Saat sore hari tugas rumah yang sama kembali dilakukan yaitu memasak

untuk keluarga. Ia baru akan istirahat dari banyaknya aktivitas saat jam 9 atau

setengah 10 malam. Namun ditengah banyaknya peran yang dijalankan, ibu labo

telah mendapat izin dari suami dan berkata bahwa ia tetap melayani suami dan ia

merasa tidak terbebani dengan peran-peran tersebut, karena suaminya pun ikut

membantu.

Informan Ibu Suna


“Saya bangun pagi-pagi memasak, bikinkan air panas suami, urus anak
karena masih kecil. Kalau suda itu biasanya saya menyapu mencuci, urus-
urus rumah, baru pergi kebun sama suami, anak juga dibawa. Kalau bikin
gula merah itu dibantu sama suami sudah dapat izin juga. Kita bekerja tapi
tetap melayani suami, saya tidak merasa terbebani dengan pekerjaan saya,
karena kita saling membantu.”

Jawaban senada juga dikemukakan oleh ibu Suna bahwa, aktivitasnya

bermula pada pagi hari yaitu dimulai dengan memasak, membuatkan air panas

suaminya dan tak lupa pula mengurus anaknya yang masih kecil, menyapu,

mencuci dan mengurus rumah. Ibu suna selalu membawa anaknya yang kecil

pergi ke kebun dengan alasan tidak ada yang menjaganya. Pekerjaanya dalam

membuat gula merah dibantu oleh suaminya. Dalam melaksanakan pekerjaanya

beliu telah mendapat izin dari suami. Beliua juga tidak merasa kesusahan dalam

menjalankan beberapa peran.


58

Dari wawancara di atas dapat diketahui bahwa para istri yang berperan

sebagai istri atau ibu rumah tangga masih melaksanakan tugasnya, dibuktikan

dengan para istri tetap memasak, mencuci, menyapu dan patuh terhadap

perkataan suami disamping itu pula ia bekerja sebagai pembuat gula merah.

4.3.2.2 Pendidikan Rumah Tangga

Ibu adalah wanita pendidik pertama dan utama dalam keluarga bagi putra-

putrinya. Menanamkan rasa hormat, cinta kasih kepada Tuhan yang Maha Esa

serta kepada masyarakat dan orang tua. Pada lingkungan keluarga, peran Ibu

sangat menentukan perkembangan anak yang tumbuh menjadi dewasa sebagai

warga negara yang berkualitas dan pandai.

Peran ibu sebagai pendidik bagi anak dalam rumah tangga yaitu ibu yang

mampu mendidik anaknya dengan nilai ke-Islaman sejak masih dini, memiliki

budi pekerti dengan baik (akhlakul karimah), selalu menjaga prilakunya agar

menjadi teladan bagi anaknya, memiliki sikap penyabar, sopan, serta lembut

dalam berbicara agar kelak sang anak dapat memiliki keperibadian yang tangguh

dan baik.

Ibu sebagai seorang pendidik nomor satu di dalam keluarga, karena

pendidikan pertama dan paling baik adalah pendidikan di dalam keluarga yaitu

orang tuanya terutama seorang ibu, karena ibu adalah orang tua yang melahirkan

dan mengurus anak sejak lahir hingga beranjak dewasa.

Berikut para ibu di Desa Karemotingge mendidik anak-anaknya disamping

waktunya terbagi dengan bekerja sebagai pembuat gula merah:


59

Informan Ibu Hartati


“Saya memiliki empat orang anak perempuan, yang palin tua sudah kelas
3smk, anak kedua kelas 1 smk dan anak terakhir kelas 1 smp. Waktu saya
lebih banyak diluangkan dipekerjaan gula merah, tapi dalam pekerjaan
anak-anak juga ikut membantu. Setelah selesai pekerjaan itu atau ada waktu
luang baru saya ajar anak-anak. Intinya waktunya terbagi. Saya juga
mengajar anak-anak saya mengaji, sopan dengan orang dan harus rajin
bekerja seperti memasak, menyapu, mencuci dan lain-lain.”

Dari jawaban yang dikemukakan ibu Hartati menunjukkan bahwa, ibu Hartati

memiliki empat orang anak perempuan dan waktunya banyak diluangkan pada

pekerjaannya sebagai pembuat gula merah. Namun dalam proses pembuatan gula

merah-anak-anak juga ikut membantu. Ibu Hartari mengungkapkan bahwa jika

ada waktu luang ia mengajar anak-anaknya mengaji. Disamping itu ia juga tetap

mengajar anaknya bersikap sopan kepada orang lain dan mengajarkan agar

anaknya mempunyai keperibadian yang rajin.

Informan Ibu Intang


“Empat orang anakku perempuan semua, yang tiga sudah menikah semua
tinggal satu edeknya, jadi tinggal satu yang diajar. Saya biasa kasih belajar
kalau malam, kalau siang kita bekerja di kebun, kemudian bekerja di rumah
memasak dan lain-lain. Ada juga kakaknya dan om nya yang ajar, kalau kita
sempat kita ajar juga disuruh dan di kasih tahu yang baik-baik, disuru sholat
dan mengaji.”

Jawaban yang diperoleh dari ibu Intang, menunjukkan bahwa ibu Intang

memiliki empat orang anak tiga diantaranya telah menikah. Aktivitas ibu Intang

saat siang hari yaitu pergi di kebun dan pada malam hari barulah ia mengajar anak

bungsunya jika sempat, namun kadang anaknya yang muda diajar pula oleh

anaknya yang lebih tua atau diajar oleh anak menantunya. Ibu Intang juga tetap

mengajarkan kepada anaknya hal yang baik-baik, menyuruhnya sholat dan

mengaji.
60

Informan Ibu Labo


“Anakku ada lima orang, empat laki-laki dan satu perempuan. Yang satu
laki-laki dan perempuan sudah menikah. Anakku yang 3 laki-laki belum
menikah dan sudah bekerja semua. Yang satu kerja di tambang dan kost di
sana, dan duanya kerja di satpol pp. Jadi tinggal dua orang anakku yang
tinggal di rumah. Dalam bekerja saya membagi waktu, diurus juga anak dan
diurus juga pekerjaan bikin gula merah. Anak-anak juga tetap disuruh
ibadah.”

Jawaban yang dikumukakan oleh ibu Labo menunjukkan, bahwa dia memiliki

lima orang anak, dua diantarnya sudah menikah. Tiga orang orang anak laki-

lakinya telah bekerja dan dua diantanya masih tinggal bersamanya. Ibu Labo

membagi waktu antara bekerja di rumah dan bekerja sebagai pembuat gula merah.

Walaupun anak ibu labo sudah dewasa tapi ia masih tetap mengingatkan anaknya

agar selalu beribadah.

Informan Ibu Itang


“Ada tiga anak saya,dua laiki-laki dan satu perempuan. Satu laki-laki dan
satu perempuan sudah menikah, yang laki-laki tinggal di malaysia dan yang
perempuan tinggal di kampung sini. Anak bungsu saya tinggal di rumah
kakaknya yang disini karena di rumah jaringan jelek, kadang juga kerumah
sini, jadi kalau ada penting biasa saya telpon, kita ajar yang baik yang
halal.”

Jawaban yang diberikan oleh ibu Itang , menunjukkan bahwa dia dan anak

bungsuhnya tidak lagi tinggal serumah disebabkan karena sinyal yang jelek, ia

baru akan berkomunikasi dengan anaknya jika melalui telpon atau anaknya yang

datang berkunjung. Namun ibu Itang tetap mengajarkan nilai-nilai kebaikan

kepada anaknya.

Informan Ibu Suna


“Anak kandungku ada satu perempuan, dan satu anak angkat masih kecil
laki-laki. Anakku yang perempuan sudah menikah dan tinggal dirumah yang
satu. Anak ku yang kecil ini selalunya saya kasih ikut kalau pergi bekerja,
dimana-mana saya kasih ikut karena tidak ada yang jaga. Tetap diajar yang
baik-baik, belum diajar mengaji karena belum lancar bicara.”
61

Dari jawaban ibu Suna menujukkan, bahwa selama bekerja dia selalu

mengajak anaknya karena tidak ada yang menjaganya. Ibu Suna belum mengajar

anaknya mengaji karena anaknya masih kecil dan belum bisa berbicara dengan

lancar, namun ia tetap mengajarkan hal-hal yang baik kepada anaknya.

Pernyataan-pernyataan di atas menunjukkan bahwa para ibu rumah tangga

tetap berusaha mendidik dan mengajarkan yang baik-baik kepada anak-anaknya

dan menjadi ibu yang terbaik ditengah kesibukannya bekerja sebagai pembuat

gula merah.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Perspektif Istri-Istri dalam Melibatkan Diri pada Kegiatan Ekonomi

Rumah Tangga Menurut Pandangan Islam

Agama Islam sebagai sebuah ajaran berlandaskan aturan hukum yang telah

terkonstruksi dengan baku dan berlaku untuk mengatur hubungan manusia dengan

manusia, baik dalam lingkup rumah tangga sampai dalam lingkup lebih luas yaitu

hubungan dengan masyarakat. Dalam lingkup rumah tangga, Islam telah mengatur

hak dan kewajiban yang berlaku bagi suami dan istri yang wajib dipenuhi secara

berimbang.

Suami ditugaskan bekerja sebagai pihak pencari nafkah, sementara istri

diposisikan sebagai pihak yang berhak menerimanya. Ketentuan tersebut bersifat

baku dan tidak boleh diganti misalnya kewajiban bekerja dan mencari nafkah

dibebankan kepada istri. Namun demikian, dalam batasan-batasan tertentu untuk

bekerja demi memenuhi kebutuhan hidupnya, hal ini dimungkinkan apabila dalam
62

keadaan mendesak, sebab tidak ada pihak yang memberinya nafkah. Dalilnya

dalam Al-Qur’an Surah An-Nisa’ ayat 32:

Artinya: “Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan
Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena)
bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang merek usah akan, dan bagi
para wanita (pun) ada bagian dari apa yang mekera usahakan, dan mohonlah
kepada Allah sebagian dari karuniaNya. Sesunghuhnya Allah maha mengetahui
segala sesuatu.” (QS. AN-Nisā’: 32).

Mengomentari ayat di atas, Imam al-Suyuti menyebutkan riwayat dari Ibn

Munzir dari Ikrimah, bahwa makna ayat di atas menegenai bagian-bagian yang

diusahakan oleh laki-laki dan perempuan. Allah Subhanahu Wa Ta’ala

menetapkan bagian kepada laki-laki atas apa yang dikerjakannnya, begitu juga

bagi seorang wanita. Ibn Jafir al-Tabari menyebutkan asbab al-nuzul ayat tersebut

diturunkan kepada wanita-wanita yang menginginkan kedudukan kaum lelaki,

dengan harapan mendapatkan apa yang diperoleh kaum lelaki tersebut. Oleh

karena itu, Allah Subhanahu Wa Ta’ala melarang hamba-Nya untuk berandai-

andai tentang sesuatu yang batil, dan memerintahkan meraka agar meminta

karunia dari-Nya, karena berandai-andai dapat menimbulkan sifat iri, dengki, dan

terjerumus kedalam hal-hal yang tidak benar.

Maksud ayat di atas yaitu “bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka

kerjakan, yang berupa pahala atas ketaatan dan siksa atas maksiat yang dilakukan.

Para wanita juga mendapat bagian seperti halnya laki-laki, ia mendapat apa yang

telah mereka usahakan dan kerjakan”. Ayat ini juga memiliki arti bagian warisan

antara laki-laki dan perempuan telah ditetapkan masing-masing.


63

Berdasarkan beberapa rujukan tafsir yang cukup dianggap sangat

representatif saat ini, dapat dipahami bahwa kandungan makna ayat di atas masih

bersifat umum. Namun, dalam kaitan dengan usaha dan pekerjaan, maka laki-laki

maupun perempuan akan mendapatkan hasil usaha sebagaimana telah dikerjakan

oleh masing-masing.

Berangkat dari uraian beberapa ayat di atas, dapat dipahami bahwa manusia

secara umum, baik laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan yang sama

untuk bekerja. Hal ini diperkuat dengan adanya riwayat yang masyhur tentang

isteri Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasallam, Khadijah. Ia adalah seorang

suadagar atau pedagang/pengusaha yang sukses. Bahkan harta hasil jerih

payahnya banyak menunjang dakwah di masa awal Islam (Ali Muhammad al-

Shalab: 2012). Khadijah juga mempekerjakan banyak laki-laki di bidang usahanya

(Muhammad Raji Kinas: 2009). Artinya, poin penting yang dapat dimengerti yaitu

isteri Nabi sendiri memiliki peluang yang sama untuk bekerja.

Terkait pekerjaan istri sebagai pembuat gula merah di Desa Karemotingge,

Islam membolehkan seorang perempuan untuk bekerja dalam menghidupi dirinya

sendiri, atau keluarganya hal itu adalah yang mulia berupa ibadah dan bisa

mendatangkan pahala, selama pekerjaan itu lebih mendatangkan kemaslahatannya

dibandingkan kemudharatannya. Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa

Ta’ala dalam Al-Qur’an surah An-Nahl ayat 97:

Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun


perempuan dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan kami beri
64

balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang Telah
mereka kerjakan.”
Dapat disimpulkan bahwa profesi pekerja istri sebagai pembuat gula merah

tidak bertentangan dengan konsep hukum Islam. Berkerja membantu suami

merupakan perantara untuk menggapai kemaslahatan hidup. Dilihat dari alasan

normatif, logis maupun historis, istri yang membantu pekerjaan suami dibenarkan

selama ia tidak melalaikan tugas dan tanggungjawabnya sebagai seorang istri dan

ibu bagi anak-anaknya, tidak menyimpang dan memenuhi segala syarat dan etika

nilai yang ada dalam konsep hukum Islam.

4.3.2 Pemahaman Para Istri Terhadap Kewajibannya Sebagai Ibu Rumah

Tangga dalam Bekerja atau Terlibat dalam Kegiatan Ekonomi Rumah

Tangga

Islam adalah hubunngan yang mengatur manusia dengan Khalik (masalah

aqidah dan ibadah), dengan dirinya sendiri (makan, pakaian, akhlak), mengatur

hubungan sesama manusia (mu’amalah). Dalam sebuah pernikahan terdapat hak

dan kewajiban antara suami dan istri. Agar dapat terlaksana dengan baik, haruslah

tercipta saling pengertian serta adanya rasa kasih sayang antara suami dan istri.

Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam surah Ar-Rum ayat 21.

Artinya: “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan


untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
kaum yang berfikir.”

Saat memasuki pintu gerbang pernikahan, maka suatu kehidupan baru dan

syarat-syarat dan nilai-nilai ibadah mulai terbuka. Pada saat itu setiap pasangan
65

suami istri memikul taklif (beban) syariat sesuai dengan kedudukan dan tugasnya

sebagai suami dan ayah serta sebagai istri dan ibu. Mengenai tugas masing-

masing di dalam rumah tangga, Rasulullah Shallallahu ‘alahi wasallam

bersabda”... suami adalah pemimpin dalam rumah tangga dan dia akan dimintai

pertangungjawaban atas kepemimpinannya...” (HR. Bukhari).

Dalam konteks perekonomian rumah tangga, tugas suami adalah bekerja

mencari nafkah sedangkan istri bertanggungjawab mengatur dan mengelola

pengeluaran rumah tangga, seperti makanan, pakaian, perabotan rumah tangga,

dan lainnya. Dalam hal pekerjaan rumah tangga istri wajib menyiapkan tugas-

tugas ibu rumah tangga pada umumnya, seperti memasak, menyapu bahkan

mencuci pakaian anak dan suaminya hal ini dilandaskan pada kebiasaan mayoritas

istri di Desa Karemotingge. Sedangkan fungsi istri dalam perekonomian rumah

tangga adalah seperti seorang manajer kauangan. Hal ini didasarkan hadist

Shallallahu ‘alahi wasallam, “...istri adalah pemimpin dalam rumah tangga

suaminya dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya...”

(HR. Bukhari no. 2409).

Meskipun bekerja mencari nafkah merupakan kewajiban suami, bukan berarti

istri tidak boleh bekerja untuk membantu memenuhi kebutuhan rumah tangganya,

hanya saja bolehnya seorang istri bekerja harus dengan ijin suami. Sebab istri

wajib taat kepada suaminya selama ketaatan tersebut tidak keluar dari koridor

syariat. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an surah An-Nisa’

ayat: 34 “...Wanita shalihah adalah yang taat kepada Allah dan menjaga diri

ketika suaminya tidak ada oleh karena Allah telah memelihara mereka.”
66

Mentaati suami merupakan kewajiban istri dalam suatu ikatan perkawinan.

Sifat-sifat wanita (istri) yang sholehah dijelaskan dalam hadist yang diriwayatkan

oleh An Nasa’i dari Abu Hurairah r.a Rasulullah Sahallallahu ‘alahi wasallam

bersabda:

Artinya: “pernah ditanya: ya Rasulullah, manakah/siapakah kaum wanita


yang terbaik? Beliau menjawab: (wanita yang baik) itu ialah wanita yang
menyenangkan hati suaminya apabila ia memandang kepadanya, ia mematuhi
suaminya bila mana suaminya menyuruhnya, dalam dirinya dan hartanya dengan
sesuatu yang dia benci atau tidak dengan sesuatu yang tidak disenangi.”
Tujuan istri bekerja sebenarnya adalah untuk membantu perekonomian dalam

rumah tangga. Adapun ketentuan yang harus diperhatikan oleh para istri yang

bekerja sebagai pembuat gula merah di Desa Karemotingge adalah sebagai

berikut:

1. Bekerja dengan seizin suami, seorang istri yang ingin bekerja baik bekerja

di luar rumah ataupun di dalam rumah harus seizin suami agar segala

sesuatu yang dikerjakan dapat menjadi berkah, para istri di Desa

Karemotingge telah mendapatkan izin oleh para suami dalam bekerja

sebagai pembuat gula merah.

2. Tidak menomorduakan urusan rumah tangga, sesibuk apapun

pekerjaannya, ketika istri berada dalam rumah kedudukannya tetaplah

sama sebagai ibu rumah tangga dan tidak akan pernah berubah. Istri yang

bekerja harus mampu memposisikan waktu ketika sudah ada di rumah

fokusnya hanyalah kepada urusan rumah tangga, yaitu mengurus suami

dan anak-anaknya. Disamping sebagai pembuat gula merah para istri di


67

Desa Karemotingge juga masih melaksanakan pekerjaannya dalam rumah

tangga.

3. Bersikap hormat terhadap suami, pada penelitian ini para istri

mencerminkan sikap tetap patuh terhadap suami, hal ini dibuktikan mereka

ikut bekerja sama dalam proses pembuatan gula merah demi memenuhi

kebutuhan sehari-hari rumah tangga mereka, dan para istri masih melayani

suaminya dengan baik, dibuktikan dengan para istri masih memasak,

mencuci dan melakukan pekerjaan lain sebagai ibu rumah tangga.

4. Pekerjaan yang dijalaninya harus membawa kemaslahatan, bukan

kemudharatan. Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam

Qs. Al-Qassas ayat 77 yang artinya:

“Carilah dengan karunia Rabbmu untuk kebahagiaanmu di akhirat tetapi


jangan lupakan nasibmu di dunia. Dan berbuat baiklah kamu
sebagaimana Allah berbuat baik kepadamu dan janganlah berbuat jahat,
sesungguhnya Allah tidak suka dengan hamba-Nya yang berbuat jahat.”

Pekerjaan yang dilakukan oleh para istri di Desa Karemotingge bisa

dikatakan sangat mulai, meraka telah melakukan peran ganda sebagai istri

yang membantu pekerjaan suami, sebagai istri yang mengurus rumah

tangga dan sebagai ibu yang mendidik anak-anaknya.

Dalam hukum Islam kewajiban istri atau ibu rumah tangga selain taat dan

patuh terhadap suami, ibu rumah tangga juga berkewajiban untuk mendidik putra

putri mereka. Pendidikan dalam rumah tangga berati luas, yaitu pendidikan iman,

moral, fisik, intelektual, psikologis, sosial serta seksual. Dalam rangka

membentuk akhlak anak yang soleh dan solehah maka pokok-pokok yang harus
68

diberikan adalah ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qur‟an dan Sunnah Rasul,

secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu, Pendidikan Akidah,

Pendidikan Ibadah dan Pendidikan Akhlak. Sebagai orang tua hendaknya

mengetahui betapa besarnya tanggungjawab mereka di hadapan Allah ‘azza wa

jalla terhadap pendidikan putra-putri mereka. Tentang perkara ini, Allah ‘azza wa

jalla berfirman dalam surah At-Tharim ayat 6.

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan


keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan
yang diperintahkan.”

Ibu atau wanita sangat berperan dalam pendidikan di dalam rumah tangganya.

Mereka menanamkan dan menjadi panutan bagi generasi yang akan datang

tentang perlakuan terhadap lingkungan. Dengan demikian wanita atau ibu rumah

tangga ikut serta menentukan kualitas lingkungan hidup ini. Pendidikan rumah

tangga di Desa Karemotingge dalam hal intelektual cukup baik, orang tua yang

berlatar belakang sebagai petani dan pembuat gula merah tetap bisa

menyekolahkan anaknya bahkan sampai ada yang sukses atau telah bekerja dan

berumah tangga. Sedangkan dalam hal pendidikan agama para ibu rumah tangga

ditengah kesibukkannya menjalankan berbagai peran, para ibu masih mengajarkan

nilai-nilai agama seperi menyuruh anaknya sholat, menyuruh dan mengajar

anaknya mengaji, serta menasihati anaknya agar berlaku sopan kepada orang lain.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Menurut hukum Islam, keterlibatan istri dalam kegiatan ekonomi rumah

tangga diperbolehkan. Dilihat dari sisi normatif, terdapat beberapa

ketentuan ayat Al-Qur’an yang menyeru agar manusia berusaha dan

mendapatkan hasil dari usahanya, seperti QS. An-Nisa’ ayat 32. Dari sisi

historis, istri Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam yaitu Khadijah

merupakan pedagang dan suadagar kaya yang menunjukkan bahwa wanita

juga bekerja pada masa Rasulullah. Dari sisi logis, keterlibatan istri dalam

pembuatan gula merah di Desa Karemotingge disebabkan karena beberapa

faktor. 1) Faktor ekonomi, yang dirasa kurang mencukupi untuk

memenuhi kebutuhan keluarga, mengharuskan seorang istri ikut

membantu suami dalam mencari nafkah. 2) Faktor Internal, Kemauan

sendiri oleh para istri karena kasihan melihat suami bekerja sendiri

menghidupi keluarga mereka. 3) Faktor ketersediaan bahan baku, di kebun

mereka ada banyak pohon aren yang ditanam sehingga mereka

memanfaatkannya dengan membuat usaha home industri gula merah. 4)

Faktor kehalalan, membuat gula merah adalah pekerjaan yang halal karena

dalam cara perolehan bahan baku dan dalam proses pengolahan tidak

bertentangan dengan hukum syari’ah.

69
70

2. Para istri yang melibatkan diri pada kegiatan ekonomi rumah tangga di

Desa Karemotingge memahami dan melaksanakan kewajibannya dengan

baik terhadap suami dan masih mampu melaksanakan pengasuhan dan

pendidikan kepada anak-anak mereka dengan baik. Adapun kewajiban

yang telah dilaksanakan oleh para istri atau ibu rumah tangga yaitu, 1)

Bekerja dengan seizin suami. 2) Tidak menomorduakan urusan rumah

tangga, 3) Bersikap hormat kepada suami. 4) Pekerjaan yang dilakukan

membawa kemaslahatan. 5) Mendidik anak dalam hal intelektual, para ibu

yang berlatar belakang sebagai seorang petani dan pembuat gula merah

tetap mampu menyekolahkan anaknya bahkan sampai ada yang bekerja

dan berumah tangga. 6) Mendidik anak dengan pendidikan agama, para

ibu mengajarkan nilai-nilai agama seperti menyuruh anaknya sholat,

menyuruh dan mengajar anaknya mengaji, serta menasihati anaknya agar

berlaku sopan kepada orang lain.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan di atas, maka dapat disarankan

bahwa:

1. Diperbolehkannya seorang istri untuk ikut bekerja membantu

perekonomian rumah tangga, selama tidak menjadikannya lupa dan

mengabaikan kewajibannya sebagai istri dan sebagai ibu dalam rumah

tangga.

2. Untuk peneliti yang berikutnya hendaknya bisa melihat kedudukan dan

peran istri dari sisi yang berbeda, karena dalam penelitian ini penyusun
71

hanya memaparkan tanggapan istri mengenai perannya dari sisi

pertautannya dengan hukum Islam saja, mungkin bisa dikembangkan

sehingga lebih jelas lagi.


DAFTAR PUSTAKA

Attamimi, S. (2012). Membangun keserasian peran ganda ibu rumah tangga


muslimah dalam era masyarakat ekonomi modern, musawa, 4 (2), 199-
213.
Afifah Fia R. 2021. “Ini Tugas Itri dalam Islam Menurut Ulama, Wajib Tahu!”
http://www.orami.co.id, diakses pada tanggal 7 oktober 2021 pukul 19.53.
Astuti, A. W. W. (2012). Peran Ibu Rumah Tangga Dalam Meningkatkan
Kesejahtraan Keluarga (suatu kajian pemenuhan kebutuhan pendidikan
anak pada 5 ibu pedagang jambu biji di desa bejen kecamatan bejen
kabupaten temanggu). Journal of Nonformal Education and Community
Empowerment, 1(2).
Hassanatunajja, (2020). “Peran Ganda Perempuan Dalam Meningkatkan
Ekonomi Keluarga Di Desa Mekar Jaya Kecamatan Bayung Lencir”.
Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. Jurusan Ekonomi Syariah.
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.
Halimah Nur, (2015). “Implementasi Manajemen Kurikulum di Pesantren
Kampus/Ma’had Al-Jami’ah Universitas Islam Negeri Raden Intan
Lampung”. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. Jurusan Manajemen
Pendidikan Islam. Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.
https://kbbi.web.id, diakses tanggal 1 januari 2022 pukul16.04
https://tafsirq.com, diakses tanggal 03 oktober 2021 pukul 17.14
Japarianto, E., dan Sugiharto, S., (2013), Pengaruh Shopping Lifestyle dan
Fashion Involvement terhadap Impluse Buying Behavior masyarakat
High Income Surabaya, Jurnal Manajemen Pemasaran, Vol. 6, No. 1.
Latifah Ratnani. 2020. “Kedudukan Istri Dalam Sudut Pandang Islam”
http://kabarmadura.id, diakses tanggal 7 oktober 2021 pukul 14.57.
Mesra, (2019), Ibu raunah tangga dan kontribusinya dalam membantu
perekonomian keluarga di kecamatan hamparan perak kabupaten deli
serdang, Jurnal Manajemen Tools, Vol. 11, No. 1.
Munawarah Fikria, (2018). “Studi Tingkat Partisipasi Perempuan Dalam
Meningkatkan Perekonomian Keluarga Menurut Perspektif Ekonomi
Islam (Studi Kasus Pada Pedagang Perempuan Di Kota Jantho)”.
Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. Program Studi Ekonomi
Syariah. Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh.

72
73

Muammar. “Hak dan Kewajiban Suami Istri dalam Perspektif Al-Qur’an” 3


Oktober 2021. http://pa-langkaraya.go.id, diakses pada tanggal 26
september 2021 pukul 05.43.
Marzuki, S. N. (2015). Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dalam
Meningkatkan Pendapatan Rumah Tangga di Kecamatan Cina Kabupaten
Bone Sulawesi Selatan. Jurnal Studi Gender dan Islam, 1.
Ninawati, (2018). “Implementasi Konsep Sakinah Mawaddah Warahma dalam
Keluarga (Studi di Gampong Meunasah Pantonlabu Kecamatan Tanah
Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara)”. Skripsi. Fakultas Dakwah dan
Komunikasi. Jurusan Bimbingan dan Konselin Islam. Universitas Islam
Negeri Ar-Raniry Darussalam-Banda Aceh.
Nurlela Wa Ode. (2019). “Peran dan Konrtibusi Muslimah dalam Meningkatkan
Pendapatan Rumah Tangga (Studi Kasus Ibu-Ibu Pedagang Ikan di Desa
Sampuabalo Kecamatan Siontapina Kabupaten Buton)”. Skripsi. Fakultas
Ekonomi dan Bisnis. Konsentrasi Ekonomi Syariah. Universitas Halu
Oleo Kendari.
Nur Dewi Halimah. (2015). “Peran Seorang Ibu Rumah Tangga Dalam
Mendidik Anak (Studi Terhadap Novel Ibuk, Karya Iwan Setyawan)”.
Skripsi. Fakultas Dakwah dan Komunikasih. Jurusan Bimbingan dan
Konseling Islam. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Nurjanah Siti. (2012). “Pelaksanaan Kewajiban Istri Terhadap Suami di Desa
Pasir Agung Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Rokan Hulu Menurut
Perspektif Hukum Islam”. Skripsi. Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum.
Jurusan Ahwal Al Syakhsiyah. Universitas Islam Negeri Sultan Sarif
Kasim Riau.
Nurliana. (2018). “Konstruksi Sakinah Mawaddah Rarahma dalam
Perkawinan”. Skripsi. Program Pasca Sarjana. Konsentrasi Hukum
Keluarga. Universitas Islam Negeri.
Reskianti Sri, (2017). “Peran Istri Dalam Upaya Meningkatkan Perekonomian
Rumah Tangga Ditinjau Dari Ekonomi Islam (Studi Kasus Pada
Pedagang Di Pasar Sentral Kab. Bulukumba)”. Skripsi. Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam. Jurusan Ekonomi Islam. Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar.
Samsidar. (2019). Peran Ganda Wanita dalam Rumah Tangga, Jurnal, Vol. 12,
No. 2.
Stevin M.E., Femmy C.M. dan Selvi M. (2017). Peran Ganda Ibu Rumah Tangga
Dalam Meningkatkan Kesejahtraan Keluraga Di Desa Allude Kecamatan
Kolongan Kabupaten Talaud. e-journal, Vol. VI. No. 2.
74

Susanti Eneng. 2018. “Ibu Rumah Tangga Kalian Istimewa”


http://www.islampos.com, diakses pada 7 oktober 2021 pukul 22.27.
Sari, Sartika Indah, (2019). “Peran Ganda Istri dalam Hukum Islam Terhadap
Pekerja Wanita (Studi Kasus di Pasar Aceh Kecamatan Baiturrahman
Kota Banda Aceh)”. Skripsi. Fakultas Syari’ah dan Hukum. Program
Studi Hukum Keluarga. Universitas Darussalam Banda Aceh.
Saidah, S. (2017). Kedudukan perempuan dalam perkawinan (analisis UU RI. 1
tahun 1974 tenteng posisi perempuan). AL-MAIYYAH: Media
Transformasi Gender Dalam Paradigma Sosial Keagamaan, 10(2), 292-
312.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
ALFABETA
Ulfiah. (2016). Psikologi keluarga pemahaman hakikat keluarga dan penanganan
problematika rumah tangga. Bogor: Ghalia Indonesia.
Vioriska, Ella Noviantika. (2019). “Peran Home Industri Terhadap Ekonomi
Keluarga Perspektif Ekonomi Islam (Studi Pada Home Industri Kerajinan
Tapis dan Bordir “AUDY” di Desa Sukaberrejo, Kecamatan Batanghari,
Kabupaten Lampung Timur”. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam. Program Studi Ekonomi Syaria’ah. Universitas Raden Intan
Lampung.
LAMPIRAN

75
76

Lampiran 1

Panduan wawancara mendalam


(Indepth Interview Guide)

Studi Terhadap Keterlibatan Istri dalam Kegiatan


Ekonomi Rumah Tangga Perspektif Islam
(Studi Kasus Home Industri Gula Merah di Desa Karemotingge Kecamatan
Tirawuta Kabupaten Kolaka Timur)

1. Pemahaman istri terhadap keterlibatannya dalam kegiatan ekonomi rumah


tangga?
a. Sesuai dengan syariah, jelaskan?
b. Tidak tahu, jelaskan?
c. Bertentangan dengan syariah, jelaskan?
d. Apa yang mendasari sehingga ibu memilih bekerja sebagai pembuat gula
merah?
2. Apakah istri memahami kewajibannya sebagai ibu rumah tangga dalam
bekerja atau terlibat dalam kegiatan ekonomi rumah tangga?
a. Apakah ibu mendapat izin dari suami untuk bekerja?
b. Bagaimana peran ibu dalam rumah tangga selain bekerja di home industri
gula merah?
c. Apakah saat bekerja ibu masih melaksanakan kewajiban sebagai seorang
istri?
d. Para istri secara otomatis mempunyai peran ganda sebagai ibu rumah
tangga dan berkerja, apakah hal tersebut menjadi beban tersendiri?
3. Pendidikan anak-anak ibu sudah sejauh mana sekaranng?
a. Bagaimana cara mendidik anak-anak jika waktu ibu terbagi dengan
bekerja?
b. Apa saja yang sudah ibu ajarkan kepada anak-anak ibu?
c. Apakah ibu sudah mengajarkan pendidkan agama islam kepada anak ibu?
77

Dokumentasi Wawancara

1. Wawancara dengan ibu Hartati

2. Wawancara dengan ibu Intang


78

3. Wawancara dengan ibu Labo

4. Wawancara dengan ibu Itang


79

5. Wawancara dengan ibu Suna

Anda mungkin juga menyukai