Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif
maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau

masyarakat.
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif
dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
di wilayah kerjanya berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 75 Tahun 2014 Pasal 1 ayat 1 dan 2.
Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kota yang bertanggung
jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. UPTD
Puskesmas Kecamatan Gunungsitoli adalah salah satu dari UPT Dinas Kesehatan
Kota Gunungsitoli dengan wilayah kerja yang mencakup 3 kelurahan dan 29 desa
yang ada di Kecamatan Gunungsitoli.
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas Kecamatan
Gunungsitoli adalah “Siap dalam Pelayanan Prima dan Terdepan Mewujudkan
Masyarakat Sehat dan Produktif” Berdasarkan visi Puskesmas Kecamatan
Gunungsitoli, maka misi Puskesmas Kecamatan Gunungsitoli antara lain :
a) Mewujudkan Pelayanan Bermutu, Profesional, Merata dan Sesuai Standar
Pelayanan Puskesmas
b) Meningkatkan kesadaran Masyarakat Untuk Berperilaku Sehat Melalui Tindakan
Promotif dan Preventif
c) Meningkatkan Mutu Pelayanan dengan Memanfaatkan Teknologi dan Kreatifitas.
Untuk mencapai visi dan misi tersebut, Puskesmas Kecamatan Gunungsitoli
menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat,
salah satunya adalah pelayanan pemeriksaan lansia.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2015 tentang
penyelenggaraan pelayanan kesehatan lanjut usia di Pusat Kesehatan Masyarakat
( PUSKESMAS ) Pasal 1 ayat 1, 2 dan 3 yaitu :

1
1. Lanjut Usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke
atas.
2. Pasien Geriatri adalah pasien Lanjut Usia dengan multipenyakit dan/atau
gangguan akibat penurunan fungsiorgan, psikologi, sosial, ekonomi dan
lingkungan yang membutuhkan pelayanan kesehatan secara terpadu dengan
pendekatan multidisiplin yang bekerja secara interdisiplin.
3. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan
upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan
upaya promotif dan preventif,untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Dalam melaksanakan pelayanan pemeriksaan lansia di Puskesmas, agar dapat berjalan
dengan baik dan dapat memenuhi kebutuhan pasien maka Puskesmas Kecamatan
Gunungsitoli menyusun “Pedoman Pelayanan Kesehatan Lansia UPTD Puskesmas
Kecamatan Gunungsitoli.”

2. Tujuan Pedoman

a) Tujuan Umum
Terlaksananya pelayanan kesehatan lansia yang bermutu di UPTD Puskesmas
Kecamatan Gunungsitoli.

b) Tujuan Khusus
- Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan tenaga kesehatan di UPTD
Puskesmas Kecamatan Gunungsitoli dan sumber daya manusia lainnya dalam
melaksanakan pelayanan kesehatan Lanjut Usia
- Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan tenaga kesehatan dalam merujuk
pasien Lanjut Usia yang membutuhkan penanganan lebih lanjut di fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat lanjutan;
3. Sasaran Pedoman

2
Sasaran pedoman ini adalah petugas kesehatan puskesmas yang memberi layanan
pada lansia di unit pelayanan kesehatan lansia UPTD Puskesmas Kecamatan
Gunungsitoli.
4. Ruang Lingkup Pedoman
Ruang lingkup pedoman pelayanan kesehatan lansia ini meliputi unit pelayanan
kesehatan lansia di UPTD Puskesmas Kecamatan Gunungsitoli

5. BATASAN OPERASIONAL
Batasan operasional dalam Pedoman Pelayanan Kesehatan Lansia adalah proses
pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien di unit pelayanan kesehatan lansia,
mulai pengkajian, perencanaan layanan, pemberian layanan dan evaluasi pemberian
layanan

BAB II
STANDAR KETENAGAAN
1. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
Untuk dapat melaksanakan fungsinya dan menyelenggarakan pelayanan Pemeriksaan
Umum di Puskesmas, dibutuhkan sumber daya manusia yang mencukupi baik jumlah
maupun mutunya. Pola ketenagaan minimal harus dimiliki oleh Puskesmas. Adapun
tenaga di Unit Pelayanan Kesehatan Lansia UPTD Puskesmas Kecamatan Gunungsitoli
adalah sebagai berikut :

No Jenis Tenaga Kualifikasi Jumlah


1 Kepala Ruangan Poli Lansia D III Keperawatan 1 orang

3
2 Penanggung jawab pelayanan Dokter Umum 1 orang
kesehatan lansia

3 Perawat/Bidan DIII Keperawatan 3 orang


D III Kebidanan

2. Jadwal Kegiatan
Pelayanan Kesehatan Lansia UPTD Puskesmas Kecamatan Gunungsitoli buka setiap hari
kerja sesuai jam pelayanan sebagai berikut :
a. Senin s/d Sabtu : 08.00 – 14.00

BAB III
STANDAR FASILITAS
Sarana adalah suatu tempat, fasilitas dan peralatan yang langsung terkait dengan Pelayanan
klinis. Sedangkan prasarana adalah tempat, fasilitas dan peralatan yang secara tidak langsung
mendukung pelayanan kesehatan. Dalam upaya mendukung Pelayanan Puskesmas diperlukan
sarana dan prasarana yang memadai.

1. Denah Ruang Pelayanan Kesehatan Lansia


A C D
H
F
E

I
L

J
K

N O

Keterangan :
A : Pintu masuk/keluar
B : Ruang tunggu khusus lansia
C : Mengukur tinggi badan pasien
D : Menimbang berat badan pasien
E : Kursi perawat/bidan
F : Meja perawat/bidan
G: Kursi pasien yang akan di lakukan pemeriksaan vital sign
H: Vital sign

I : Kursi pasien yang akan diperiksa oleh dokter


J : Meja kerja dokter
K : Kursi dokter
L : Tempat tidur pasien
M: Bangku pijakan pasien
N: Wastafel
O: Tempat sampah

Catatan :
1. Ruangan kering dan tidak lembab
2. Memiliki ventilasi yang cukup
3. Memiliki cahaya yang cukup
4. Lantai terbuat dari keramik
5. Dinding dicat warna cerah

2. Standar Fasilitas

5
Standar Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lansia mengacu pada Standar Fasilitas Pemeriksaan
Lansia disesuaikan dengan standar ruang pemeriksaaan umum menurut Permenkes Nomer 75
Tahun 2014 yaitu sebagai berikut :

a. Perlengkapan sarana dan prasarana :


- Meja Dokter
- Meja Petugas
- Kursi Dokter
- Kursi Petugas
- Kursi Pasien
- Timbangan Dewasa
- Microtois (Pengukur Tinggi Badan)
- Tensimeter
- Termometer Air Raksa/ Termometer Digital
- Stetoscope
- Tempat sampah infeksius dan non infeksius
- AC
- Komputer
b. Peralatan

No Jenis Peralatan Jumlah Minimum Peralatan Peralatan


Peralatan yang yang tidak
tersedia di tersedia di
Poli Lansia Poli Lansia
1. Set Pemeriksaan Umum
Anuskop 3 Buah - 
Baki logam tempat alat steril 2 Buah - 
bertutup
Bingkai uji-coba untuk 1 Buah - 
pemeriksaan refraksi
Buku Ishihara Tes 1 Buah - 
Corong telinga/Speculum 1 Set - 
telinga ukuran kecil, besar,

6
sedang
Emesis basin /Nierbeken besar 1 Buah - 
Garputala 512 Hz, 1024 Hz, 1 Set - 
2084 Hz
Handlekaca laring 1 Buah - 
Handlekaca nasopharing 1 Buah - 
Kaca laring ukuran 2,4,5,6 1 Set - 
Kaca nasopharing ukuran 1 Set - 
2,4,5,6
Kaca pembesar untuk 1 Buah - 
diagnostik
Lampu kepala/Head Lamp+ 1 Buah - 
Adaptor AC/DC
Lampu senter untuk 1 Buah - 
periksa/pen light
Lensa uji-coba untuk 1 Set - 
pemeriksaan refraksi
Lup binokuler (lensa 1 Buah - 
pembesar) 3-5 Dioptri
Metline( pengukur lingkar 1 Buah - 
pinggang )
Opthalmoscope 1 Buah - 
Otoscope 1 Buah - 
Palu reflex 1 Buah - 
Pelilit kapas/Cotton applicator Sesuai kebutuhan - 
Skinfold calliper 1 Buah - 
Snellen Chart2 jenis (E Chart 1 Buah - 
+ Alphabet Chart)
Spekulum vagina (cocor 3 Buah - 
bebek) sedang
Spekulum hidung dewasa 1 Buah - 
Sphygmomanometer untuk 1 Buah  -
dewasa

7
Stetoskop untuk dewasa 1 Buah - 
Sudip lidah logam/spatula 4 Buah - 
lidah logam panjang 12 cm
Sudip lidah logam/spatula 4 Buah - 
lidah logam panjang 16,5 cm
Tempat tidur periksa dan 1 Buah  -
perlengkapannya
Termometer untuk dewasa 1 Buah - 
Timbangan dewasa 1 Buah  -
Tonometer Schiotz 1 Buah - 
2 Bahan Habis Pakai
Alkohol Sesuai Kebutuhan - 
Povidone Iodine Sesuai Kebutuhan - 
Podofilin Tinctura 25% Sesuai Kebutuhan - 
Kapas Sesuai Kebutuhan - 
Kasa non steril Sesuai Kebutuhan - 
Kasa steril Sesuai Kebutuhan - 
Masker wajah Sesuai Kebutuhan  -
Sabun tangan atau antiseptic Sesuai Kebutuhan  -
Sarung tangan steril Sesuai Kebutuhan - 
Sarung tangan non steril Sesuai Kebutuhan - 
3 Perlengkapan
Bantal 1 Buah - 
Baskom cuci tangan 1 Buah - 
Kasur 1 Buah - 
Lampu spiritus 1 Buah - 
Lemari alat 1 Buah - 
Meja instrumen 1 Buah - 
Meteran tinggi badan 1 Buah  -

Perlak 2 Buah - 
Pispot 1 Buah - 
Sarung Bantal 2 Buah - 

8
Seprei 2 Buah - 
Sikat untuk membersihkan 1 Buah - 
peralatan
Stop Watch 1 Buah - 
Tempat sampah tertutup yang 2 Buah  -
dilengkapi dengan injakan
pembuka penutup
4 Meubelair
Kursi Kerja 3 Buah  -
Lemari arsip 1 Buah - 
Meja tulis ½ biro 1 Buah  -
5 Pencatatan dan Pelaporan
Buku register pelayanan Sesuai Kebutuhan  -
Formulir dan surat keterangan Sesuai Kebutuhan  -
lain sesuai kebutuhan
pelayanan yang diberikan
Formulir Informed Consent Sesuai Kebutuhan  -
Formulir rujukan Sesuai Kebutuhan - 
Kertas resep Sesuai Kebutuhan 
Surat Keterangan Sakit Sesuai Kebutuhan - 
Surat Keterangan Sehat Sesuai kebutuhan - 

9
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
1. Lingkup Kegiatan
Pelayanan Kesehatan Lansia di Puskesmas Kecamatan Gunungsitoli merupakan pelayanan
“one stop service”, dimana pelayanan terpadu dan terpusat di unit pelayanan lansia mulai
dari pengkajian, pemeriksaan penunjang hingga pemberian resep obat. Hal ini dilakukan
untuk
mewujudkan citra puskesmas yang santun lansia dengan memprioritaskan pelayanan pada
lansia. Lingkup kegiatan di Unit Pelayanan Kesehatan Lansia adalah :
a. Pengkajian Awal
b. Perencanaan Layanan Klinis
c. Persetujuan Tindakan Medis (informed consent)
d. Penyuluhan / edukasi pasien dan/atau keluarga
e. Perencanaan Rujukan
f. Tata laksana tindak lanjut pasien rujuk balik

2. Metode
Terdapat empat teknik pengkajian yang secara universal diterima untuk digunakan selama
pemeriksaan fisik : inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Teknik ini digunakan sebagai
bingkai kerja yang menfokuskan pada indera penglihatan, pendengaran, sentuhan dan
penciuman. Data dikumpulkan berdasarkan semua indera tersebut secara simultan untuk
membentuk informasi yang koheren. Teknik tersebut secara keseluruhan disebut sebagai
observasi pengamatan, dan harus dilakukan sesuai dengan urutan diatas , dan setiap teknik
akan menambah data yang telah diperoleh sebelumnya.
a. Inspeksi

Inspeksi adalah memeriksa dengan melihat dan mengingat. Hasil pemeriksaan yang
didapat :Kesan umum penderita, warna permukaan tubuh, bentuk dan postur tubuh,
ukuran tubuh dan bagiannya, Gerakan dan gaya tubuh. Langkah kerja : atur
pencahayaan yang cukup, atur suhu dan suasana ruangan nyaman, posisi pemeriksa
sebelah kanan pasien, buka bagian yang diperiksa, perhatikan kesan pertama pasien :
perilaku, ekspresi, penampilan umum, pakaian, postur tubuh, dan gerakan dengan

10
waktu cukup. Lakukan inspeksi secara sistematis, bila perlu bandingkan bagian sisi
tubuh pasien.

b. Palpasi

Palpasi adalah pemeriksaan dengan perabaan menggunakan rasa propioseptif ujung jari
dan tangan. Hasil pemeriksaan Permukaan : halus/kasar, menonjol/datar, keras/lunak,
dingin dan lain-lain. Getaran dan denyutan : denyut nadi dan vena, pukulan jantung dan
lain-lain. Keadaan organ dibawah permukaan : keadaan hepar, massa abnormal, dan
lain-lain. Cara kerja : daerah yang diperiksa bebas dari gangguan yang menutupi,
yakinkan tangan hangat tidak dingin, lakukan perabaan secara sistematis, untuk
menentukan ukuran, bentuk, konsistensi dan permukaan : jari telunjuk dan ibujari untuk
menentukan besar/ukuran, Jari 2,3,4 bersama untuk menentukan konsistensi dan
kualitas massa atau organ. Sedikit tekanan untuk menentukan rasa sakit.

c. Perkusi

Dengan perkusi diketahui isi jaringan dibawah permukaan tubuh. Ada 5 kualitas dasar
bunyi perkusi : Pekak : massa padat, Redup : suara perkusi hati, Sonor : suara perkusi
paru normal, Hypersonor : paru emfisematous, Tympani : suara normal abdomen. Cara
kerja : lepas pakaian sesuai dengan keperluan. Luruskan jari tengah kiri, dengan ujung
jari tekan pada permukaan yang akan diperkusi. Lakukan ketukan dengan ujung jari
tengah kanan diatas jari kiri, dengan lentur dan cepat, dengan menggunakan pergerakan
pergelangan tangan. Lakukan perkusi secara sistematis sesuai dengan keperluan .

d. Auskultasi
Auskultasi adalah pemeriksaan mendengarkan suara dalam tubuh dengan menggunakan
alat stetoscop. Hasil pemeriksaan : bunyi dalam tubuh normal dihasilkan oleh : Paru:
bunyi nafas, Jantung : bunyi karena menutupnya katup jantung, Usus/abdomen : bunyi
bising dan peristaltic usus, Pembuluh darah : bunyi aliran darah. Cara kerja : Ciptakan
suasana tenangdan aman. Pasang ear piece pada telinga, pastikan posisi stetoskop tepat
dan dapat didengar.

3. Langkah Kegiatan

a. Pengkajian Awal

Ketika pasien diterima di Puskesmas untuk memperoleh pelayanan perlu dilakukan


kajian awal yang lengkap dalam menetapkan alasan kenapa pasien perlu mendapat

11
pelayanan klinis di Puskesmas. Pada tahap ini, Puskesmas menyiapkan informasi
khusus dan prosedur tergantung pada kebutuhan pasien dan jenis pelayanan yang
harus diberikan. Dalam hal ini, di unit pelayanan kesehatan lansia, kajian awal
dilakukan oleh perawat dan dokter, dalam bentuk pengkajian awal keperawatan dan
pengkajian awal medis. Pengkajian awal dilakukan dengan prinsip SOAP, yaitu :

- Subyektif

Data subyektif pasien didapatkan dari anamnesa pasien / keluarganya. Data


subyektif antara lain memuat keluhan utama, keluhan tambahan, riwayat penyakit
sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, riwayat alergi,
informasi lainnya yang dibutuhkan untuk membantu menegakkan diagnosa.

- Obyektif

Data obyektif pasien didapatkan dari pemeriksaan yang dilakukan oleh petugas
terhadap pasien, baik pemeriksaan fisik maupun penunjang. Pemeriksaan fisik
yang dilakukan antara lain : keadaan umum, kesadaran, tanda – tanda vital, status
generalis, status lokalis, dan pemeriksaan fisik lain yang diperlukan untuk
menegakkan diagnosa. Pemeriksaan penunjang dilakukan apabila dibutuhkan
untuk menegakkan diagnosa, misalnya pemeriksaan laboratorium, ECG dan
sebagainya. Pemeriksaan penunjang yang diperlukan tetapi tidak dapat dilakukan
di Puskesmas Kecamatan Gunungsitoli, maka dilakukan di fasilitas pelayanan
kesehatan lain yang bekerja sama dengan Puskesmas Kecamatan Gunungsitoli.

- Assesment

Temuan pada kajian awal dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis dan
menetapkan pelayanan/tindakan sesuai kebutuhan serta rencana tindak lanjut dan
evaluasinya. Temuan dan kajian awal juga dapat digunakan untuk membuat
keputusan perlunya review/kajian ulang pada situasi yang meragukan.

- Planning (Perencanaan Layanan)

Rencana layanan ditetapkan berdasarkan hasil kajian yang dinyatakan dalam


bentuk diagnosis. Dalam menyusun rencana layanan perlu dipandu oleh standar
pelayanan medis dan standar asuhan keperawatan. Hasil dari pengkajian awal

12
ditulis di lembar pengkajian awal pasien rawat jalan, dan disimpan dalam berkas
rekam medik pasien.

b. Perencanaan Layanan Klinis

Rencana layanan ditetapkan berdasarkan hasil kajian yang dinyatakan dalam


bentuk diagnosis. Dalam menyusun rencana layanan perlu dipandu oleh standar
pelayanan medis dan standar asuhan keperawatan. Pasien mempunyai hak untuk
mengambil keputusan terhadap layanan yang akan diperoleh. Pasien/keluarga
diberi peluang untuk bekerjasama dalam menyusun rencana layanan klinis yang
akan dilakukan. Dalam menyusun rencana layanan tersebut harus memperhatikan
kebutuhan biologis, psikologis, sosial, spiritual dan memperhatikan nilai-nilai
budaya yang dimiliki oleh pasien. Pada kondisi tertentu pasien membutuhkan
layanan terpadu yang melibatkan tim kesehatan. Rencana layanan terpadu meliputi:
tujuan layanan yang akan diberikan, pendidikan kesehatan pada pasien dan/atau
keluarga pasien, jadwal kegiatan, sumber daya yang akan digunakan, dan kejelasan
tanggungjawab tiap anggota tim kesehatan dalam melaksanakan layanan.
Pelaksanaan layanan terpadu / antar profesi dilaksanakan dengan rujukan internal
Puskesmas.

c. Persetujuan Tindakan Medis (informed consent)

Salah satu cara melibatkan pasien dalam pengambilan keputusan tentang pelayanan
yang diterimanya adalah dengan cara memberikan informed consent/informed
choice. Untuk menyetujui/memilih tindakan, pasien harus diberi
penjelasan/konseling tentang hal yang berhubungan dengan pelayanan yang
direncanakan, karena diperlukan untuk suatu keputusan persetujuan. lnformed
consent dilakukan sebelum suatu tindakan atau pengobatan tertentu yang berisiko.
Pasien dan keluarga dijelaskan tentang tes/tindakan, prosedur, dan pengobatan mana
yang memerlukan persetujuan dan bagaimana mereka dapat memberikan persetujuan
secara tertulis pada lembar inform consent.

d. Penyuluhan / edukasi pasien dan/atau keluarga

Untuk meningkatkan luaran klinis yang optimal perlu ada kerjasama antara petugas
kesehatan dan pasien/keluarga. Pasien/keluarga perlu mendapatkan penyuluhan
kesehatan dan edukasi yang terkait dengan penyakit dan kebutuhan klinis pasien.

13
Setiap kali selesai melakukan edukasi kepada pasien / keluarga maka diberi
pertanyaan terhadap efektivitas penyampaian informasi kepada pasien/keluarga
pasien agar mereka dapat berperan aktif dalam proses layanan dan memahami
konsekuensi layanan yang diberikan.

e. Perencanaan Rujukan

Jika kebutuhan pasien tidak dapat dipenuhi oleh Puskesmas, maka pasien harus
dirujuk ke fasilitas kesehatan yang mampu menyediakan pelayanan yang dibutuhkan
oleh pasien. Pasien/keluarga pasien mempunyai hak untuk memperoleh informasi
tentang rencana rujukan. Informasi tentang rencana rujukan harus disampaikan
dengan cara yang mudah dipahami oleh pasien/keluarga pasien. Informasi tentang
rencana rujukan diberikan kepada pasien/keluarga pasien untuk menjamin
kesinambungan pelayanan. Informasi yang perlu disampaikan kepada pasien
meliputi: alasan rujukan, fasilitas kesehatan yang dituju, termasuk pilihan fasilitas
kesehatan lainnya, jika ada, sehingga pasien/keluarga dapat memutuskan fasilitas
yang mana yang dipilih, serta kapan rujukan harus dilakukan. Untuk memastikan
kontinuitas pelayanan, informasi mengenai kondisi pasien dikirim bersama pasien.
Salinan resume pasien tersebut diberikan kepada fasilitas kesehatan penerima
rujukan bersama dengan pasien. Resume tersebut memuat kondisi klinis pasien,
prosedur dan pemeriksaan yang telah dilakukan dan kebutuhan pasien lebih lanjut.

f. Tata laksana tindak lanjut pasien rujuk balik

Jika tenaga kesehatan menerima umpan balik rujukan pasien dari fasilitas kesehatan
yang lebih tinggi atau fasilitas kesehatan lain, maka perlu dilakukan tindak lanjut
terhadap pasien melalui proses kajian, dan sesuai prosedur yang berlaku, dengan
memperhatikan rekomendasi tindak lanjut dari sarana kesehatan yang memberikan
umpan balik rujukan.

14
BAB V
LOGISTIK
Petugas penanggung jawab ruang pemeriksaan lansia wajib memastikan logistik peralatan
dan bahan habis pakai terpenuhi dengan cara melakukan perencanaan kebutuhan, melakukan
pengecekkan secara berkala dan segera membuat permintaan kebutuhan logistik yang
diperlukan.

1. Alur permintaan bahan non medis

Kepala ruangan Poli Poli


Pemeriksaan Lansia Gudang
inventaris Pemeriksaan
mengajukan inventaris
Lansia
permintaan bahan non
medis

2. Perencanaan
Pengadaan bahan non medis poli pemeriksaan lansia harus mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut :
a) Tingkat persediaan di gudang inventaris puskesmas, ada dan tidaknya stok bahan non
medis
b) Perkiraan jumlah kebutuhan
Menghitung pemakaian bahan non medis setiap minggu/bulan untuk memperkirakan
kebutuhan dalam satu minggu/bulan.
c) Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan barang
3. Permintaan
Untuk bahan non medis yang stoknya sudah mulai berkurang, segera mengajukan ke
petugas inventaris dengan menuliskan pada lembar permintaan barang.
4. Penyimpanan
Stok bahan non medis kebutuhan poli pemeriksaan lansia penyimpanan ada di gudang
inventaris. Untuk stok harian bahan non medis disimpan di poli pemeriksaan lansia.

15
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Program upaya pengobatan harus memperhatikan keselamatan dengan cara memperhatikan


keselamatan dengan cara melakukan identifikasi terhadap potensi yang mungkin terjadi.
Ada enam sasaran keselamatan pasien, yaitu :

1. Tidak terjadinya kesalahan identifikasi pasien


2. Komunikasi Efektif
3. Tidak terjadinya kesalahan pemberian obat
4. Tidak terjadinya kesalahan prosedur tindakan medis dan keperawatan
5. Pengurangan terjadinya resiko infeksi di Puskesmas
6. Tidak terjadinya pasien jatuh
Upaya Puskesmas untuk mencapai enam sasaran keselamatan pasien tersebut adalah :
1. IDENTIFIKASI PASIEN SECARA BENAR
Indikator melakukan identifikasi pasien secara benar adalah :
a. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, seperti nama pasien dan
tanggal lahir pasien.
b. Pasien diidentifikasi Sebelum melakukan pemberian obat atau produk lainnya.
c. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah, dan specimen lain untuk keperluan
pemeriksaan.
d. Pasien diidentifikasi sebelum memberikan perawatan atau prosedur lainnya.

ProsedurdalamIdentifikasiPasien

Ada 2 identifikasiyaitumenggunakan NAMA dan TANGGAL LAHIR yang


disesuaikandengantandapengenalresmi.Pengecualianproseduridentifikasidapatdilakukanp
adakondisikegawatdaruratanpasien di RTGD.

Beberapa hal yang dapat dilakukan petugas adalah :

a. Petugas meminta pasien untuk menyebutkan nama dan tanggal lahir sebelum
melakukan prosedur, dengan pertanyaan terbuka, contoh : “Nama bapak siapa?”
“Tolong sebutkan tanggal lahir bapak”.
b. Bila pasien tidak dapat menyebutkan nama identitas pasien dapat ditanyakan kepada
penunggu/pengantar pasien.

16
2. MENINGKATKAN KOMUNIKASI EFEKTIF
Cara komunikasi yang efektif di Puskesmas :
a. Menggunakan teknik SBAR ( Situation, Background, Assessment, Recommendation)
dalam melaporkan kondisi pasien untuk meningkatkan efektivitas komunikasi antar
pemberi layanan.
- Situation : Kondisi terkini yang terjadi pada pasien.
- Background : Informasi penting apa yang berhubungan dengan kondisi pasien
terkini.
- Assessment : Hasil pengkajian kondisi pasien terkini.
- Recommendation : Apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah pasien
saat ini.
b. Komunikasi Verbal (Write down/tulis, Read back/bacakembali)
- Instruksi/laporan hasil tes secara verbal dan telepon di tulis oleh penerima
instruksi/laporan.
- Instruksi/laporan hasil tes secara verbal dan telepon dibacakan kembali oleh
penerima instruksi/laporan.
- Instruksi/laporan yang dibacakan tersebut dikonfirmasikan oleh individu
pemberi instruksi/laporan.
- Untuk istilah yang sulit atau obat-obatan kategori LASA (Look Alike Sound
Alike) diminta penerima pesan mengeja kata tersebut perhurup misalnya :
UBRETID.

3. MENINGKATKAN KESELAMATAN PENGGUNAAN OBAT YANG PERLU


DIWASPADAI (HIGH ALERT)
Obat-obatan yang perlu diwaspadai adalah : NORUM (Nama Obat Rupa Ucapan Mirip)/
LASA (Look Alike Sound Alike) yaitu obat-obatan yang terlihat mirip dan
kedengarannya mirip.
Obat-obatan yang memerlukan kewaspadaan tinggi yang ada di Puskesmas :
a. Golongan Opioid : Di puskesmas tidak ada
b. Antiaritmia : Lidokain
c. Obat antagonis adrenergik : Efinefrin
d. Sound Alike Look Alike Drugs.
4. PENERAPAN 7 BENAR DALAM PEMBERIAN OBAT
5. PENGURANGAN RESIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN KESEHATAN

17
Indikator Usaha Menurunkan Infeksi Nosokomial :
a. Menggunakan panduan hand hygiene terbaru yang diakuiumum.
b. Mengimplementasikan program kebersihan tangan yang efektif.

Semua petugas di rumahsakit/ puskesmas termasuk dokter melakukan kebersihan tangan


pada 5 MOMEN yang telah ditentukan, yakni :

a. Sebelum kontak dengan pasien


b. Sesudah kontak dengan pasien
c. Sebelum tindakan asepsis
d. Sesudah terkena cairan tubuh pasien
e. Sesudah kontak dengan lingkungan sekitar pasien.

Ada 2 cara cuci tangan yaitu :

a. HANDWASH – dengan air mengalir, waktunya 40-60 detik


b. HANDRUB – dengan gel berbasis alcohol, waktunya 20-30 detik.

Alat Pelindung Diri

Alat yang digunakan untuk melindungi petugas dari pajanan darah, cairan tubuh,
ekskreta, dan selaput lender pasien seperti sarung tangan, masker, tutup kepala, kacamata
pelindung, apron/jas, dan sepatu pelindung.

6. PENGURANGAN RISIKO CEDERA AKIBAT PASIEN JATUH


Indikator usaha menurunkan risiko cedera karena jatuh :
a. Semua pasien baru dinilai risiko jatuhnya dan penilaian diulang jika diindikasikan
oleh perubahan kondisi pasien atau pengobatan, dan lainnya.
b. Hasil pengukuran dimonitor dan ditindaklanjuti sesuai derajat risiko jatuh pasien guna
mencegah pasien jatuh serta akibat tak terduga lainnya.

18
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Puskesmas merupakan tempat kerja serta tempat berkumpulnya orang-orang sehat (petugas
dan pengunjung) dan orang-orang sakit (pasien), sehingga puskesmas merupakan tempat
yang mempunyai resiko kesehatan mapun kecelakaan kerja resiko tertinggi. Berdasarkan
Kepmenkes Nomer 128/MENKES/SK/II/2004 tentang kebijakan Dasar Pusat Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas) menyatakan bahwa puskesmas merupakan unit pelaksana teknis
dinas kesehatan kabupaken/kota yang bertanggung jawab dalam menyelenggarakan
pembangunan kesehatan diwilayah kerjanya. (Silalahi bennet dkk, manajemen keselamatan
dan keselamatan kerja, jakarta, sbdodadi, 1995).
Puskesmas sebagai tempat kerja mempunyai potensi bahaya beragam terhadap kesehatan,
terdapat di semua tempat baik di dalam maupun di luar gedung yang dapat timbul dari
lingkungan tempat kerja, proses kerja, cara kerja, alat dan bahan kerja yang dapat
menimbulkan penyakit akibat kerja. Tujuan dari pengenalan potensi bahaya di puskesmas dan
masalah yang ditimbulkannya adalah agar petugas puskesmas dapat melakukan pengendalian
resiko dengan benar sehingga terhindar dari berbagai masalah yang ditimbulkan akibat
pekerjaan.

19
1. Pencegahan Kecelakaan Kerja
Untuk mencegah terjadinya kecelakaan akibat kerja, di upaya kesehatan perorangan
UPTD Puskesmas Kecamatan Gunungsitoli telah tersedia alat pelindung diri bagi
petugas, diantaranya: sarungtangan, masker dan apron, di beberapa ruangan juga tersedia
wastafel yang dilengkapidengandisinfektandan air mengalir serta safety box untuk
sampah medis dan pembagian tempat pembuangan sampah infeksius dan non-infeksius.
2. Penanganan Kecelakaan Kerja
Bila terjadi kecelakaan kerja di upaya kesehatan perorangan UPTD Puskesmas
Kecamatan Gunungsitoli maka petugas yang terlibat kecelakan kerja tersebut harus
sesegera mungkin melapor kepada Kepala Ruangan dan kepala ruangan meneruskan ke
PJ UKP dan oleh PJ UKP untuk segera di laporkan ke Ketua Tim Mutu UPTD
Puskesmas Kecamatan Gunungsitoli.
3. Pengendalian Resiko Kecelakaan Kerja
Adapunupayauntukpengendalianresikoyaitudengan upaya:
a. Promotif:
- Menginformasikan potensi bahaya ditempat kerja kepada seluruh petugas
- Memasang leaflet, brosur budaya kesehatan dan keselamatan kerja.
- Melaksanakan latihan fisik,bimbingan rohani,rekreasi
b. Preventif
- Penerapan prinsip pencegahan meliputi cuci tangan pakai sabun,APD,mengganti
alat berbahaya
c. Kuratif:
- Penatalaksanaan kecelakaan kerja seperti tertusuk jarum
- Penatalaksanaaan kecelakaan akibat kerja
- Melakukan pengobatan penyakit akibat kerja
- Melakukan rujukan kasus

20
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Mutu layanan kesehatan didefenisikan sebagai pelayanan yang dapat memuaskan setiap
pemakai jasa pelayanan kesehatan yang sesuai dengan tingkat kepuasan rata – rata.

Upaya pengendalian dan peningkatan mutu merupakan langkah – langkah yang dilaksanakan
untuk memenuhi standar – standar pelayanan kesehatan dan berusaha memenuhi bahkan
melebihi kepuasan pelanggan baik internal maupun eksternal.

Mutu pelayanan kesehatan di upaya kesehatan perorangan UPTD Puskesmas Kecamatan


Gunungsitoli berfokus pada:

1. Pasien
2. Keselamatan
3. Efektivitas
4. Efisiensi
5. Adil
6. Tepat waktu
Selain itu, UPTD Puskesmas Kecamatan Gunungsitoli juga memiliki tata nilai yang telah
disepakati bersama untuk meningkatkan mutu pelayanan, yaitu:

H = RamaH

I = ProfesIonal

J = Jujur

A = SAntun

U = TUlus

21
Penilaian mutu pelayanan kesehatan di UPTD puskesmas kecamatan Gunungsitoli dapat di
ukur dari kepuasan Pelanggan (pasien / masyarakat). Untuk mengukur tingkat kepuasan
pelanggan dapat dilakukan dengan penilaian melalui kotak saran, koin kepuasan dan survey
kepuasan.
Peningkatan mutu internal dilakukan dengan adanya indikator mutu setiap ruangan,
melakukan review dan evaluasi standar pelayanan minimal, indikator kinerja puskesmas,
indikator program seperti pasien safety, pengendalian infeksi di Puskesmas, review rekam
medis dan audit internal. Peningkatan mutu eksternal dilakukan dengan proses akreditasi.

22
BAB IX
PENUTUP
Pedoman Pelayanan Kesehatan Lansia Puskesmas Kecamatan Gunungsitoli ini digunakan
sebagai acuan pelaksanaan pelayanan kesehatan lansia di UPTD Puskesmas Kecamatan
Gunungsitoli. Untuk keberhasilan pelaksanaan pelayanan diperlukan komitmen dan kerja
sama semua pihak.
Hal tersebut akan menjadikan pelayanan kesehatan lansia di UPTD Puskesmas Kecamatan
Gunungsitoli semakin optimal dan dapat dirasakan manfaatnya oleh pasien dan masyarakat
yang pada akhirnya dapat meningkatkan citra puskesmas dan kepuasan terhadap proses
pelayanan kesehatan lansia kepada pasien maupun masyarakat.

23

Anda mungkin juga menyukai