Anda di halaman 1dari 16

No.

Dokumen : Disiapkan Diperiksa Disahkan


No. Revisi : PENGELOLA SURVEILANS Kepala Puskesmas
Tgl. Terbit : Laantula Jaya,
S
Tgl. Mulai Berlaku :
O
P Halaman :
HASNI SUNARSO, S.Kep
.........................
Nip.19780423200801 2 009 Nip.197001191991031002

1. Pengertian Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit menular dan faktor resiko untuk mendukung upaya
pemberantasan penyakit menular
2. Tujuan Sebagai pedoman kerja petugas surveilans dalam pengambilan data
3. Kebijakan Semua tindakan yang dilakukan harus berdasarkan SOP
4. Referensi 1. (Kepmenkes) No.1479 Tahun 2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit
Tidak Menular Terpadu
2. Depkes RI Direktorat Jenderal TPM-PLP Jakarta 1998 tentang Survailans epidemiologi penyakit menular
3. peranan Surveilans dalam upaya penanggulangan KLB Penyakit menular
5. Prosedur Melengkapi Administrasi
6. Langkah- 1. Petugas mengumpulkan data dari poli umum,perawatan,ruang bersalin,pustu dan poskesdes.
langkah 2. Petugas meregistrasi semua kasus penyakit
3. Petugas merekap dan mencatat kedalam format W2 maupun STP (laporan Bulanan)
4. Petugas menganalisa hasil pencatatan untuk mengambil suatu tindakan jika ada desa yang bermasalah
5. Petugas melaporkan hasil W2 ke Dinas kesehatan kabupaten morowali
6. Petugas melapor dan meminta tanda tangan ke pemimpin
7. Setelah ditandatangani laporan dikirim ke Dinas Kesehatan Kabupaten Morowali
7. Alur Gambar

Petugas mengumpulkan data dari poli


umum,perawatan,ruang bersalin,pustu dan
poskesdes

Petugas meregistrasi semua kasus penyakit

Petugas merekap dan mencatat kedalam format


W2 maupun STP (laporan Bulanan)

Petugas menganalisa hasil pencatatan untuk


mengambil suatu tindakan jika ada desa yang
bermasalah
Petugas melaporkan hasil W2 ke Dinas
kesehatan kabupaten Morowali

Petugas melapor dan meminta tanda tangan ke


pemimpin

Setelah ditandatangani laporan dikirim ke Dinas


Kesehatan Kabupaten Morowali

8. Hal hal 1. Diagnosa yang tepat


yang perlu 2. Tempat dan waktu harus jelas
diperhatikan
1. Kepala Puskesmas
2. Unit Poli Anak
3. Unit KIA-KB
9. Unit terkait 4. Klinik sanitasi
5. Poli gizi
6. Pustu
7. Poskesdes
1. Blanko W2
10. Unit Dokumen 2. Blanko STP
3. Buku Register
11. Rekaman
Histori
Perubahan No. Yang diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai Diberlakukan
PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI KLB
No. Dokumen : Disiapkan Diperiksa Disahkan
No. Revisi : Surveilans Kepala Puskesmas
Tgl. Terbit : Laantula Jaya,
S
Tgl. Mulai Berlaku :
O
P Halaman : HASNI
Nip.19780423 200801 2 009 SUNARSO, S.Kep
.........................
Nip.197001191991031002

1. Pengertian Merupakan suatu kegiatan penyelidikan atau Survei yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran terhadap masalah kesehatan atau
penyakit secara lebih menyeluruh.
2. Tujuan 1. Sebagaian acuan dalam melakukan kegiatan penyelidikan epidemiologi
2. Memberikan informasi tentang factor resiko (lingkungan,Vector,perilaku dll)
3. Memastikan bahwa terjadi KLB/Wabah
3. Kebijakan
4. Referensi Pedoman pengelola Puskesmas
5. Prosedur 1. konfirmasi / menegakkan diagnosa
2. menentukan apakah peristiwa itu cetusan / wabah atau bukan
3. membuat laporan hasil penanggulangan
6. Langkah- 1. Mengumpulkan dan pengelolaan data
langkah
2. Analisa
3. Menarik kesimpulan
4. Mengidentifikasi info tambahan
5. Menguji kesimpulan
6. Penanggulangan
7. Laporan
8. Selasai

7. Alur Gambar

Mengumpulkan dan pengelolaan data

Analisa

Menarik kesimpulan

Mengidentifikasi info tambahan

Menguji kesimpulan

Penanggulangan

Laporan

8. Hal hal 1.
yang perluh
diperhatikan
1. Kepala Puskesmas
2. Kesling
9. Unit terkait 3. P2 imunisasi
4. Perangkat desa

10. Unit Dokumen


1.

TEM KEWASPADAAN DINI KEJADIAN LUAR BIASA (SKD-KLB)

Rabu, 02 Juli 2014

Pendahuluan
Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit menular, keracunan makanan, keracunan bahan berbahaya lainnya
masih menjadi masalah kesehatan masyarakat karena dapat menyebabkan jatuhnya korban kesakitan dan
kematian yang besar, menyerap anggaran yang besar dalam upaya penanggulangannya, berdampak
padasektor ekonomi, pariwisata serta berpotensi menyebar luas lintaskabupaten/kota, provinsi, regional
bahkan internasional yang membutuhkan koordinasi dan penanggulangan.

Penanggulangan KLB/wabahpenyakit menular diatur dalam UU No.4 tahun 1984 tentang wabah
penyakit menular, Permenkes no 949 tahun 2004 tentang pedoman penyelenggaraan SKD KLB dan PP
No. 25 tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah pusat dan provinsi sebagai daerah otonom yang
berpengaruh terhadap penyelenggaran penggulangan KLB/wabah serta peraturan terkait lainnya yang
berhubungan dengan SKD KLB.

Dampak KLB : KLB penyakit dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan kesakitan dan kematian
yang besar sehingga membutuhkan perhatian dan penanganan oleh semua pihak yang terkait. Kejadian-
kejadian KLB perlu dideteksi secara dini dan diikuti tindakan yang cepat dan tepat, perlu diidentifikasi
ancaman KLB agar dapat dilakukan peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan menghadapi
kemungkinan KLB/wabah.

Pengertian KLB : (1) Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) KLB adalah kewaspadaan terhadap penyakit
berpotensi KLB beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan menerapkan teknologi surveilans
epidemiologi dan dimanfaatkan untuk meningkatkan sikap tanggap kesiapsiagaan, upaya-upaya dan
tindakan penanggulangan KLB yangcepat dan tepat; (2) Peringatan kewaspadaan dini KLB adalah
pemberian informasi adanya ancaman KLB pada suatu daerah dalam periode waktu tertentu; (3) Deteksi
dini KLB adalah kewaspadaan terhadap kemungkinan terjadinya KLB dengan cara melakukan
intensifikasi pemantauan secara terus menerus dan sistematis terhadap perkembangan penyakit
berpotensi KLB dan perubahan kondisi rentan KLB agar dapat mengetahui secara dini terjadinya KLB;
(3) Kondisi rentan KLB adalah kondisi masyarakat, lingkungan, perilaku dan penyelenggaraan
pelayanan kesehatan yang merupakan faktor risiko terjadinya KLB.

Ruang Lingkup : Kegiatan SKD KLB meliputi kajian epidemiologi secara terus menerus dan sistematis
terhadap penyakit berpotensi KLB dan kondisi rentan KLB, peringatan kewaspadaan dini KLB dan
peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan sarana dan prasarana kesehatan pemerintah, swasta dan
masyarakat terhadap kemungkinan terjadinya KLB/wabah.

Tujuan penyelenggaraan Kegatan SKD KLB : Terselenggaranya kewaspadaan dan kesiapsiagaan


terhadap kemungkinan terjadinya KLB, seperti  (1) Teridentifikasinya adanya ancaman KLB;
(2)Terselenggaranya peringatan kewaspadaan dini KLB; (3)Terselenggaranya kesiapsiagaan
menghadapi kemungkinan terjadinya KLB; (4) Terdeteksinya secara dini adanya kondisi rentan KLB;
(4) Terdeteksinya secara dini adanya KLB; (5) Terselenggaranya penyelidikan dugaan KLB.

Penyelenggaraan SKD KLB : Dalam penyelenggaraan SKD KLB dapat dilakukan dengan : (1)
Pengorganisasian, Sesuai dengan peran dan fungsinya maka setiap unit pelayanan kesehatan, Dikes
kab./kota, provinsi dan Depkes RI wajib menyelenggarakan SKD KLB dengan membentuk unit
pelaksana yang bersifatfungsional atau struktural; (2) Sasaran, sasaran SKD KLB meliputi penmyakit
berpotensi KLB dan kondisi rentan KLB; (3) Kegiatan SKD KLB.

Secara umum kegiatan SKD KLB meliputi :

Kajian Epidemiologi, Untuk mengetahui adanya ancaman KLB, maka dilakukan kajian secara terus
menerus dan sistematis terhadap berbagai jenis penyakit berpotensi KLB dengan menggunakan kajian.
Kajian tersebut diantaranya adalah : Data surveilans epidemiologi penyakit berpotensi KLB; Kerentanan
masyarakat spt status gizi yang buruk, imunisasi yang tdk lengkap, personal hygiene yang buruk dll;
Kerentanan lingkungan spt sanitasi dan lingkungan yang jelek; Kerentanan pelayanan kesehatan spt
sumberdaya, sarana dan prasarana  yang rendah atau kurang memadai; Ancaman penyebaran
penyakitberpotensi KLB dari daerah lain; Sumber data lain dalam jejaring surveilans
epidemiologi.Sumber data surveilans epidemiologi penyakit adalah :Laporan KLB/wabah dan hasil
penyelidikan KLB, Data epidemiologi KLB dan upaya penanggulangannya, Surveilans terpadu penyakit
berbasis KLB, Sistem peringatan dini KLB di rumah sakit.Sumber data lain dalam jejaring surveilans
epidemiologi adalah :Data surveilans terpadu penyakit, Data surveilans khusus penyakit berpotensi
KLB, Data cakupan program. Data cakupan program tersebut diantaranya adalah  Datalingkungan
pemukiman, dataperilaku masyarakat, data pertanian, data meteriologi dan fisika;Informasi masyarakat
sebagai laporan kewaspadaan dini; Data terkait lainnya.
Peringatan Kewaspadaan, Peringatan kewaspadaan dini KLB dan atau terjadinya peningkatan KLB
pada daerah tertentu dibuat untuk jangka pendek (periode 3 – 6 bulan yang akan datang) dan
disampaikan kepada semua unitterkait di Dikes kab./kota, provinsi dan Depkes RI, sektor terkait dan
masyarakat sehingga mendorong peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap KLB di unit
pelayanan kesehatan dan program terkait serta peningkatan kewaspadaan masyarakat perorangan dan
kelompok.Peringatan kewaspadaan dini KLB dapat juga dilakukan terhadap penyakit berpotensi KLB
dalam jangka panjang (periode 5 tahun yangakan datang) agarterjadi kesiapsiagaan yang lebih baik serta
dapat dijadikan acuan perumusan perencanaan strategis program penanggulangan KLB.

Suatu wilayah tertentu dinyatakan KLB apabila memenuhi kriteria sbb : (a) Angka kesakitan dan atau
angka kematian di suatu wilayah (Desa/Kelurahan, Kecamatan) menunjukkan kenaikan yang mencolok
(bermakna) selama 3 kali masa observasi berturut-turut (Harian atau Mingguan), (b) Jumlah penderita
dan atau jumlah kematian di suatu wilayah (Desa/Kelurahan, Kecamatan) menunjukkan 2 kali atau lebih
dalam periode waktu tertentu (Harian, MIngguan, Bulanan) dibandingkan dengan rata-rata dalam satu
tahun terakhir, (c) Peningkatan CFR (case fatality rate) pada suatu wilayah (Desa/Kelurahan,
Kecamatan) dalam waktu satu bulan dibandingkan CFR bulan lalu, (d) Peningkatan jumlah kesakitan
atau kematian dalam periode waktu (Mingguan, Bulanan) di suatu wilayah (Desa/Kelurahan,
Kecamatan) dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun yang lalu.

Peningkatan Kewaspadaan dan Kesiapsiagaan terhadap KLB. Kewaspadaan dan peningkatan


kesiapsiagaan terhadap KLB meliputi peningkatan kegiatan surveilans untuk deteksi dini kondisi rentan
KLB, peningkatan kegiatan surveilans untuk deteksi dini KLB, penyelidikan epidemiologi adanya
dugaan KLB, kesiapsiagaan menghadapi KLB dan mendorong segera dilaksanakan tindakan
penggulangan KLB.

Deteksi dini kondisi rentan KLB. Deteksi dini kondisi rentan KLB merupakan kewaspadaan terhadap
timbulnya kerentanan masyarakat, kerentanan lingkungan, perilaku dan kerentanan pelayanan kesehatan
terhadap KLB dengan menerapkan cara-cara surveilans epidemiologi atau PWS kondisi rentan. Dalam
penerapan cara surveilans epidemiologi terhadap KLB, dapat dilakukan dengan : (1) Identifikasi kondisi
rentan KLB, (2) Mengidentifikasi secara terus-menerus perubahan kondisi lingkungan, kualitas dan
kuantitas pelayanan kesehatan, kondisi status kesehatan masyarakat yang berpotensi menimbulkan KLB
di daerah, (3) Pemantauan wilayah setempat kondisi rentan KLB. Setiap sarana pelayanan kesehatan
merekam data perubahan kondisi rentan KLBmenurut desa/kelurahan atau lokasi tertentu lainnya,
menyusun tabel dan grafik PWS kondisi rentan KLB. Setiap kondisi rentan KLB dianalisis terus-
menerus dan secara sistematis untuk mengetahui secara dini adanya ancaman KLB, (4) Penyelidikan
dugaan kondisi rentan KLB. Penyelidikan tersebut dapat dilakukan : Di Sarkes secara aktif
mengumpulkan informasi kondisi rentan KLB dari berbagai sumber termasuk laporan perubahan kondisi
rentan oleh masyarakat,perorangan atau kelompok; Di Sarkes petugas meneliti dan mengkaji data
kondisi rentan KLB, data kondisi kesehatan lingkungan dan perilaku masyarakat, status kesehatan
masyarakat,status pelayanan kesehatan; Petugas kesehatan mewawancarai pihak-pihak terkait yang patut
diduga mengetahui adanya perubahan kondisi rentan KLB; Mengunjungi daerah yangdicurigai terdapat
perubahan kondisi rentan.

Deteksi dini KLB. Deteksi dini KLB merupakan kewaspadaan terhadap timbulnya KLB dengan
mengidentifikasi kasus berpotensi KLB, pemantauan wilayah setempat terhadap penyakit-penyakit
berpotensi KLB dan penyelidikan dugaan KLB : (1) Identifikasi kasus berpotensi KLB. Setiap kasus
berpotensi KLB yang datang ke UPK diwawancarai kemungkinan adanya penderita lain disekitar tempat
tinggal kemudian dilanjutkan dengan penyelidikan kasus; (2) PWS penyakit berpotensi KLB. Setiap
UPK melakukan analisis adanya dugaan peningkatan penyakit dan faktor risiko yang berpotensi KLB
diikuti penyelidikan kasus; (3) Penyelidikan dugaan KLB. Penyelidikan dugaan KLB dilakukan dengan
cara : Di UPK setiap petugas menanyakan kepada setiap pengunjung UPK tentang kemungkinan adanya
peningkatansejumlah penderita yang diduga  KLB pada lokasi tertentu; Di UPK setiap petugas meneliti
register rawat jalan dan rawat inap khususnya yang berkaitan dengan alamat penderita, umur dan jensis
kelamin atau karakteristiklain; Petugas kesehatan mewawancarai kepala desa atau pihak yang terkait
yang mengetahui keadaan masyarakat tentang adanya peningkatan kasus yang diduga KLB; Membuka
pos pelayanan di lokasi yangdiduga terjadi KLB; Mengunjungi rumah-rumah penderita yang dicurigai
memunculkan KLB.

Deteksi dini KLB dapat dilakukan melalui : pelaporan kewaspadaan KLB oleh masyarakat, Perorangan
dan organisasi yang wajib membuat laporan kewaspadaan KLB antara lain : Orang yang mengetahui
adanya penderita atau tersangka penderita penyakit berpotensi KLB; Petugas kesehatan yang memeriksa
penderita yangberpotensi KLB; Kepala instansi yangterkait seperti kepala pelabuhan, kepala stasiun
kereta api, kepala bandara udara dll serta UPK lainnya; Nahkoda kapal, pilot dan sopir.

Kesiapsiagaan menghadapi KLB. Kesiapsiagaan menghadapi KLB dilakukan terhadap SDM, sistem
konsultasi dan referensi, sarana penunjang, laboratorium dan anggaran biaya, strategi dan tim
penanggulangan KLB serta jejaring kerja tim penanggulangan KLB kabupaten/kota, provinsi dan pusat.

Tindakan Penanggulangan KLB yang Cepat dan Tepat. Setiap daerah menetapkan mekanisme agar
setiap kejadian KLB dapat terdeteksi dini dan dilakukan tindakan penanggulangan dengan cepat dan
tepat. Tindakan penanggulangan KLB yang cepat dan tepat dilakukan dengan : Advokasi dan Asistensi
Penyelenggaran SKD KLB Advokasi dan asistensi tujuannya agar SKD KLB berjalan secara terus
menerus dengan dukungan daripihak yang terkait;  Pengembangan SKD KLB Darurat. Untuk
menghadapi ancaman terjadinya KLB penyakit tertentu yang sangat serius dapat dikembanghkan dan
atau ditingkatkan SKD KLB penyakittertentu dalam periode waktu terbatas dan wilayah terbatas.

Peran Unit SKD KLB dan Mekanisme Kerja. Masing masing unit yang ada dijajaran kesehatan dapat
berperan sebagai berikut : (1)Peran Dinas Kesehatan Provinsi : Kajian Epidemiologi Ancaman KLB;
Peringatan Kewaspadaan Dini KLB; Peningkatan Kewaspadaan dan Kesiapsiagaan Terhadap KLB;
Advokasi dan Asistensi Penyelenggaraan SKD KLB,(2) Peran Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota: Kajian
Epidemiologi Ancaman KLB, Peringatan Kewaspadaan Dini KLB, Peningkatan Kewaspadaan dan
Kesiapsiagaan Terhadap KLB, Advokasi dan Asistensi Penyelenggaraan SKD KLB, Pengembangan
SKD KLB Darurat; (3) Peran Puskesmas : Kajian Epidemiologi Ancaman KLB, Peringatan
Kewaspadaan Dini KLB, Peningkatan Kewaspadaan dan Kesiapsiagaan Terhadap KLB, (4) Peran
Masyarakat (perorangan, kelompok dan masyarakat): Peningkatan kegiatan pemantauan perubahan
kondisi rentan; Peningkatan kegiatan pemantauan perkembangan penyakit dengan melapor kepada
puskesmas, dinas kesehatan kabupaten/kota sebagai laporan kewaspadan dini; Melaksanakan
penyuluhan serta mendorong kewaspadaan KLB di tengah masyarakat; Melakukan identifikasi
penderita, pengenalan tatalaksana kasus dan rujukan serta upaya pencegehan dan pemberantasan tingkat
awal

Indikator Kinerja : Indikator kinerja SKD KLB adalah : (1) Kajian dan peringatan kewaspadaan dini
KLB secara teratur setidak-tidanya setiap bulan dilaksanakan oleh Dikes Kabupaten/Kota, Provinsi dan
Depkes RI; (2) Terselenggaranya deteksi dini KLB penyakit berpotensi KLB prioritas di puskesmas,
Rumah Sakit dan Laboratorium, (3) Kegiatan penyelidikan dan penanggulangan KLB yangcepat dan
tepat terlaksana kurang dari 24 jam sejak teridentifikasi adanya KLB atau dugaan KLB, (4) Tidak terjadi
KLB yang besar dan berkepanjangan.

Menurut WHO :

Surveilans adalah : Pengumpulan, pengolahan, analisis data kesehatan secara sistematis dan terus
menerus, serta desiminasi informasi tepat waktu kepada pihak – pihak yang perlu mengetahui sehingga
dapat diambil tindakan
yang tepat.(Last, 2001 dalam Bhisma Murti, 2003 )

b. Menurut Centers for Disease Control ( CDC ), 1996.

Surveilans adalah : Pengumpulan, analisis dan interpretasi data kesehatan secara sistematis dan terus
menerus,  yang diperlukan untuk perencanaan, implementasi dan evaluasi upaya kesehatan masyarakat,
dipadukan dengan  desiminasi data secara tepat waktu kepada pihak – pihak yang perlu mengetahuinya.

1. Pengertian Campak adalah kasus dengan gejala bercak kemerahan di tubuh

berbentuk makulopaluler didahului panas badan >38 derajat celsius

(teraba panas) selama tiga hari atau lebih dan disertai salah satu gejala

batuk, pilek atau mata merah.

2. Tujuan - Untuk mengetahui perubahan epidemiologi campak

- Mengidentifikasi populasi resiko tinggi

- Memprediksi terjadinya KLB campak

- Melaksanakan penyelidikan epidemiologi setiap KLB campak

- Memberikan rekomendasi dan tidak lanjut pada program

pencegahan dan pemberantasan campak

3. Kebijakan 1. Undang-undang no.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

2. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang

Penanggulanagan Wabah penyakit

3.

4. Referensi Petunjuk Teknis Surveilans Campak direktorat jenderal PPM-PL

DEPKES RI DIT.EPIM-KESMA,Subdit Surveilans Epidemiologi,Jakarta

2006

5. Alat dan Bahan 1. Alat :

a. Alat tulis kantor

b. Alat Penerangan

c. Materi Penyuluhan

6. Langkah-Langkah Bagan Alur

1. Petugas surveilens menerima

laporan kasus dari

RS/Dinkes/masyarakat atau

mengkaji register puskesmas

untuk melihat jumlah kasus

Campak.

2. Petugas mencatat laporan di

buku catatan kasus.

3. Menentukan jadwal atau

kunjungan PE
4. Petugas menyiapkan peralatan

5. Petugas mendatangi lokasi untuk

mengetahui adanya kasus

tambahan dengan cara

wawancara terhadap

masyarakat, keluarga kasus dan

tokoh masyarakat.

6. Petugas melakukan pemeriksaan

jika demam >38° c selama 3 hari

atau disertai bercak kemerahan

berbentuk makulopapular, batuk,

pilek, atau mata merah

(konjungivitis) dirumah penduduk.

Catat dan kirim ke DINKES Kab/

Kota.

7. Ambil spesimen serum darah dan

kirim ke laboraturium.

8. Jika hasil positif, lakukan respon

KLB.

9. Respons tatalaksana kasus

(Lakukan pengobatan simtomatis

dan untuk mengatasi komplikasi

yang muncul seperti

bronchopneumonia dan

konjungivitis, lakukan pemberian

vitamin A dosis tinggi pada kasus

sesuai dengan usia dan populasi

balita beresiko sekitar lokasi

KLB ).

10. Respons pelaporan dengan

menggunakan standar pelaporan

KLB

11. Respons kesehatan masyarakat (

Lakukan PE, Lakukan Surveilens

Intensif, Lakukan Pemberian

vaksinasi pada anak-anak

beresiko tinggi ( belum vaksinasi


campak ) di lokasi sekitar KLB,

Lakukan Surveilens intensif,

penyuluhan tentang pentingnya

imunisasi dan GIZI pada bayi,

memberi makanan tambahan ).

12. Pencatatan pelaporan

13. PUSKESMAS

14. ANTANG

15. PERUMNAS

16. SOP SURVEILANS CAMPAK

17. No.Kode : DitetapkanOleh :

18. KepalaPuskesmas

19. AntangPerumnas

20. dr. Wiwik

21. NIP. 196911162002122003

22. No.Revisi : 00

23. Tgl.Terbit : 1 – 9 – 2014

24. Halaman :

25. vaksinasi pada anak-anak

26. beresiko tinggi ( belum vaksinasi

27. campak ) di lokasi sekitar KLB,

28. Lakukan Surveilens intensif,

29. penyuluhan tentang pentingnya

30. imunisasi dan GIZI pada bayi,

31. memberi makanan tambahan ).

32. 12. Pencatatan pelaporan.

33. 7. Hal-Hal yang perlu

34. diperhatikan

35. 1. Konfirmasi awal untuk memastikan benar tidaknya terjadi kasus

36. campak

37. 2.

38. 8. Unit terkait 1. Gizi

39. 2. Imunisasi

40. 3. Promkes

41. 4. Dinkes

42. 9. Dokumen terkait 1. Laporan Hasil kegiatan


Pengertian Surveilans AFP adalah pengamatan yang dilakukan terhadap semua kasus

lumpuh layuh akut (AFP) pada anak usia < 15 tahun yang merupakan

kelompok yang rentan terhadap penyakit polio.

2. Tujuan Umum : 1. Mengidentifikasi daerah risiko tinggi

2. Memantau kemajuan program eradikasi polio

3. Membuktikan Indonesia bebas polio


Khusus :

1. Menemukan kasus AFP yang ada di suatu wilayah

2. Melacak kasus AFP yang ditemukan di suatu wilayah

3. Mengumpulkan dua specimen semua kasus AFP sesegera mungkin setelah

kelumpuhan

4. Memeriksa specimen tinja semua kasusu AFP yang ditemukan di

laboratorium

5. Memeriksa specimen kontak terhadap Hot Case untuk mengetahui adanya

sirkulasi VPL.

3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas No.

4. Referensi Buku Pedoman Surveilans Acute Flaccid Paralysis (Surveilans AFP) tahun 2007

5. Alat danbahan 1. Format STP Puskesmas

2. Alattulis

6. Langkah-langkah 1. Petugas menemukan kasus AFP

2. Petugas melakukan pelacakan kasus AFP

3. Petugas melakukan pengumpulan spesimen kasus AFP

4. Petugas menentukan Hot Case

5. Petugas melakukan melakukan survey status imunisasi polio

6. Petugas memberi nomor EPID (Nomor Identitas Kasus AFP)

7. Petugas memberi nomor laboratorium kasus AFP dan Kontak

8. Petugas melakukan kunjungan ulang ( KU ) 60 hari

9. Petugas melakukan pelaporan

10. Petugas melakukan umpan balik dan penyebarluasan informasi

7. Bagan Alir

8. Hal-hal yang perlu

diperhatikan

1. Diagnosa yang tepat

2. Tempatdanwaktuharustepat

9. Unit terkait 1. Koordinator P2P

2. Petugas Surveilans

Anda mungkin juga menyukai