Lta Zulfa
Lta Zulfa
S
DENGAN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF)
DI RUANG SERUNI RSUD. A. WAHAB SJAHRANIE
SAMARINDA
DISUSUN OLEH
Zulfah Aji Achmad
NIM P07220117112
Laporan Tugas Akhir ini telah diterima dan disetujui untuk diujikan
Samarinda, 17 Juli 2018
Menyetujui,
Pembimbing,
Mengetahui,
Ketua Jurusan Keperawatan Ketua Prodi D – III Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Kaltim, Poltekkes Kemenkes Kaltim,
A. Biodata
1. Nama : Zulfah Aji Achmad
2. Tempat Tanggal Lahir : Bontang, 02 Juni 1962
3. Umur : 56 Tahun
4. Agama : Islam
5. Jenis Kelamin : Perempuan
6. Status : Menikah
7. Pekerjaan : Pegawai Puskesamas Lempake
8. Alamat : Jl. Kemakmuran Komplek Pelita 5
No 3 Rt 41 Samarinda
B. Riwayat Pendidikan
1. SD Negeri 036 Bontang Baru Tahun 1977
2. SMP Negeri 1 Balikpapan Tahun 1980
3. SPK Depkes Samarinda Tahun 1983
4. Program Pendidikan Bidan Banjarmasin Tahun 1988
5. Melanjutkan kuliah RPL Poltekes Tahun 2017-sekarang
ABSTRAK
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat Rahmat dan BimbinganNya saya dapat menyelesaikan laporan tugas akhir
2018”. Penulisan laporan tugas akhir (LTA) ini dilakukan diajukan untuk
Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak
dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan laporan tugas akhir (LTA) ini,
sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan semua proses tepat pada waktunya.
Kaltim
2. Bapak Dr. Rachim Dinata Marsidi, SP.B, PINAC., M.Kes selaku Direktur
Kemenkes Kaltim
Kemenkes Kaltim,
5. Diah Setiani, SST., M. Kes selaku pembimbing dalam menyusun laporan
6. Ns. Lukman Nulhakim, S. Kep.,M. Kep selaku penguji utama dalam laporan
7. Badar, SST, M. Kes selaku penguji kedua dalam laporan tugas akhir
8. Dr. Hj. Endah Wahyutri, SST., M. Kes selaku penguji ketiga dalam laporan
9. Kepala ruangan dan seluruh staf ruang Seruni RSUD Abdul Wahab Sjahrani,
10. Staf perpustakaan yang telah membatu dalam peminjaman buku-buku yang
12. Keluarga besar tercinta yang selalu sabar dan ikhlas, dan selalu memberikan
dukungan dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir
ini
Dari semua pihak yang telah membantu penyelesaian laporan tugas akhir ini,
semoga Tuhan Yang Maha Esa berkean membalas kebaikan kita semua dan
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul........................................................................................... i
Lembar Persetujuan ................................................................................. ii
Lembar Pengesahan .................................................................................. iii
Daftar Riwayat Hidup............................................................................... iv
Abstrak ..................................................................................................... v
Kata Pengantar ......................................................................................... vi
Daftar isi...................................................................................................... vii
Daftar Gambar........................................................................................... ix
Daftar Skema.............................................................................................. x
Daftar Tabel................................................................................................ xi
Daftra Lampiran........................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
A. Latar Belakang......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 5
D. Metode Penyusunan Laporan Tugas Akhir ............................. 6
E. Sistematika Penulisan.............................................................. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 8
A. Konsep Teori CHF .................................................................. 8
B. Konsep asuhan Keperawatan CHF ......................................... 26
BAB III TINJAUAN KASUS .................................................................. 37
A. Pengkajian ............................................................................... 37
B. Analisa data.............................................................................. 46
C. Diagnosa Keperawatan............................................................ 48
D. Intervensi Keperawatan............................................................ 49
E. Implementasi Keperawatan...................................................... 52
F. Evaluasi Keperawatan.............................................................. 59
BAB IV PEMBAHASAN .......................................................................... 67
BAB V PENUTUP...................................................................................... 75
A. Kesimpulan ............................................................................. 75
B. Saran......................................................................................... 77
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
bergejala dan tidak memiliki tanda klinis secara khusus. Hal ini
dikembalikan pada kondisi normal. Salah satu penyakit tidak menular tetapi
penyakit penyebab kematian adalah gagal jantung atau CHF. CHF adalah
cukup bagi kebutuhan tubuh, meskipun tekanan darah pada vena itu normal.
tepatnya CHF masih menduduki peringkat yang tinggi, menurut data World
diperkirakan akan mencapai 23,3 juta penderita yang meninggal tahun 2020,
dan lebih dari 23 juta orang akan meninggal setiap tahun dengan gangguan
yang menduduki urutan pertama disusul dengan STEMI, Old Miokard Infark
(OMI)/ Post Cath, Non STEMI, UAP, Aritmia. Data di Tahun 2017
menyatakan bahwa klien yang terdiagnosa CHF sebanyak 204 orang dan 39
didapatkan selama 3 bulan yaitu pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei
2018 sebanyak 121 kasus CHF (Rekam Medis RSUD AWS, 2018).
darah secara optimal. Hal ini terjadi akibat ruang-ruang pompa utama jantung
(ventrikel) menjadi lebih besar atau lebih tebal, dan otot-otot jantung tidak
paru-paru, kaki dan perut yang terlihat membengkak. Penyebab utama CHF
koroner meliputi: kegemukan, diet tinggi lemak jenuh dan kolesterol, tekanan
CHF lebih sering terjadi pada orang lanjut usia. Tingkat kelangsungan
keperawatan yang dapat dilakukan antara lain edukasi tentang keadaan yang
terjadi pada klien agar tidak timbul kecemasan, atur posisi yang nyaman bagi
klien, pantau tanda-tanda vital, dan untuk gejala sesak, klien diistirahatkan
untuk Laporan Tugas Akhir dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. S
dengan Congestive Heart Failure (CHF) di Ruang Seruni RSUD. A. Wahab
Sjahranie Samarinda”.
B. Ruang Lingkup
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Sjahranie Samarinda.
2. Tujuan Khusus
Ruang Seruni
Ruang Seruni
adalah :
1. Wawancara
2. Observasi
3. Studi Dokumentasi
4. Studi Kepustakaan
CHF yang terdiri dari permasalahan yang terjadi pada CHF, data penyakit
CHF, tanda dan gejala ang muncul pada pasien CHF serta masalah
Bab III tinjaun kasus disini membahas tentang kasus yang diambil yang
Bab IV pembahasan disini berisi tetang teori serta hasil yang didapatkan
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian CHF
oleh sesak napas dan fatik (saat istirahat atau saat aktifitas) yang
2013).
CHF adalah suatu keadaan serius, dimana jumlah darah yang
yang tipikal dari sesak napas (dispneu) dan mudah lelah (fatigue) yang di
darah yang terdapat pada manusia maka sungguh besar akan nikmat sehat
yang Allah karuniakan kepada kita semuanya. Jantung adalah salah satu
organ penting dalam tubuh kita. Fungsi jantung secara umum adalah
sistem peredaran tubuh sehingga ketika jantung bekerja untuk dan dalam
2012).
rongga toraks. Dua pertiga jantung terletak disebelah kiri midsternal line
(garis tengah yang membagi badan jadi dua, tepat ditengah tulang rusuk).
Jantung dilindungi oleh rongga paru-paru kanan dan kiri yang berisi
jantung, aorta, dan arteri besar, pembuluh darah vena besar, trakea,
kelenjar timus, saraf, jaringan ikat, kelenjar getah bening dan salurannya.
(Ardiansyah, 2012).
diantara paru, perikardium yang meliputi jantung terdiri dari dua lapisan :
3. Etiologi CHF
Menurut Wijaya & Putri (2013) secara umum gagal jantung dapat di
1) Iskemia miokard
arteri terganggu.
2) Infark miokard
3) Miokarditis
4) Kardiomiopati
1) Stenosis aorta
2) Hipertensi iskemik
(dekompensasi).
3) Koartasio aorta
2) Tranfusi berlebihan
d. Peningkatan kebutuhan metabolic (demand overload)
1) Anemia
2) Tirotoksikosis
a) Perikarditis akut
b) Tamponade jantung
ruptur jantung.
2) Sekunder
a) Stenosis mitral
b) Stenosis trikuspidalis
jantung :
a. Aritmia
c. Emboli paru
kanan.
5. Patofisiologi CHF
interstitial (Wijaya & Putri 2013). Peningkatan tekanan lebih lanjut dapat
aldosteron
c. Atropi ventrikel
serangkaian peristiwa :
menghasilka angiotesin I
a. Stage A
serta tanpa adanya tanda dan gejala (symptom) dari gagal jantung
jantungnya (cardiotoxins).
b. Stage B
Pasien dikatakan mengalami gagal jantung stage B apabila
asimptomatik.
c. Stage C
d. Stage D
meliputi :
1) Kelas I
palpitasi.
2) Kelas II
Aktivitas fisik sedikit dibatasi, melakukan aktivitas fisik
3) Kelas III
4) Kelas IV
2) Hepatomegali
3) Asites
abdomen.
penuhnya darah.
6) Nokturia
7) Lemah
1) Dipsnoe d’effort
sedang.
2) Ortopnea (kesulitaan bernafas saat berbaring)
saat tidur)
5) Mudah lelah
6) Insomnia
8) Stress
11) Ronchi
a. Elektro kardiografi
c. Kateterisasi jantung
membedakan gangguan jantung sisi kanan dan sisi kiri, dan stenosis
d. Enzim hepar
dinding.
g. Elektrolit
h. Oksimetri nadi
i. AGD
j. BUN kreatinin
ginjal.
k. Pemeriksaan Tiroid
kongesti.
m. Kecepatan Sedimentasi
tubuh>27).
2) Membatasi alkohol.
Indopamide.
Enzyme)
11. Komplikasi Congestive Heart Failure (CHF)
a. Syok Kardiogenik
memompa menurun
b. Episode Tromboemboli
2015).
Riwayat
a. Kondisi
hipertemia
b. Keluhan
2) Lelah, pusing
3) Nyeri dada
6) Urine menurun
Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
1) Respirasi meningkat
5) Edema kaki
6) Asites abdomen
b. Palpasi
hipertrofi ventrikel
meningkat
c. Auskultasi
jaringan paru
Pengkajian Data
b. Sirkulasi
1) Riwayat hipertensi, kelainan katup, bedah jantung, endokarditis,
peningkatan JVP
c. Status mental
d. Eliminasi
f. Neurologi
g. Rasa nyaman
h. Respirasi
2011).
area signifikan dan membuat salah satu keputusan berikut (Wong, 2009):
yang diindikasikan.
keperawatan
(P), penyebab masalah atauetiologi (E), dan gejala atau symtom (S) yang
Miokard Menurun
Membran Kapiler.
Paru.
d. Penurunan Perfusi Jaringan Berhubungan Dengan Kontrakdilitas
Miokard Menurun.
Glomerulus.
Tidak Adekuat.
kurangnya panjanan
(Wong, 2009).
yang bersifat spesifik, realistik, dapat diukur dan berpusat pada pasien,
Wartonah, 2015)
Tabel 2.1 Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa
No Tujuan/KH Intervensi
Keperawatan
1 Penurunan curah Setelah dilakukan tindakan Mandiri
jantung berhubungan keperawatan selama 3x24 jam 1.1. Kaji fungsi jantung tentang: bunyi, frekuensi, dan irama
dengan diharapkan curah jantung kembali jantung
ketidakmampuan adekuat dengan kriteria hasil : 1.2. Observasi sirkulasi nadi perifer
jantung memompakan 1. TTV dalam batas normal 1.3. Pantau tekanan darah pasien
sejumlah darah untuk 2. Ortopnea tidak ada 1.4. Kaji adanya sianosis dan perubahan kulit yang pucat
mencukupi kebutuhan 3. Nyeri dada tidak ada 1.5. Kaji perubahan sensori: letargi (penurunan kesadaran,
jaringan tubuh 4. Terjadi penurunan episode dyspnea cemas, dan depresi)
5. Ikut serta dalam aktivitas yang 1.6. Beri lingkungan yang tenang dan tirah baring
mengurangi beban kerja jantung. Kolaborasi
1.7. Kolaborasi pemberian obat anti aritmia jika diperlukan
1.8. Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker
sesuai indikasi
2 Gangguan pertukaran Setelah dilakukan tindakan Mandiri
gas berhubungan keperawatan selama 3x24 jam 2.1. Kaji pernafasan pasien tiap dua jam (frekuensi, irama,
dengan perubahan diharapkan pasien dapat menunjukkan bunyi dan kedalaman)
membran kapiler oksigenasi dan ventilasi adekuat dengan 2.2. Kaji sianosis jika ada
alveolus ditandai kriteria hasil : 2.3. Ajarkan/anjurkan klien batuk efektif, nafas dalam
dengan sesak nafas 1. Mendemonstrasikan peningkatan 2.4. Pantau saturasi oksigen dengan oksimetri (alat untuk
ventilasi dan oksigenasi yang pemantauan kadar oksigen dalam darah dari Hb pasien)
adekuat. 2.5. Berikan tirah baring
2. Mendemonstrasikan batuk efektif 2.6. Kaji adanya perubahan sensori: perubahan mental,
dan suara nafas yang bersih, tidak kepribadian dan penurunan kesadaran.
ada sianosis dan dyspneu (mampu 2.7. Pertahankan posisi duduk semifowler
mengeluarkan sputum, mampu 2.8. Latih batuk efektif jika terjadi batuk
bernafas dengan mudah, tidak ada Kolaborasi :
pursed lips). 2.9. Pantau/gambarkan seri GDA (gas darah arteri)
3. Tanda tanda vital dalam rentang 2.10. Periksa GDA (gas darah arteri) sesuai indikasi
normal 2.11. Kolaborasi pemberian obat/oksigen tambahan sesuai
indikasi
3 Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan tindakan Tindakan Mandiri :
nafas berhubungan keperawatan diharafkan pola pernafas 3.1. Monitor rata-rata irama, kedalaman dan usaha untuk
dengan sesak, edema klien kembali efektifk. bernafas.
paru Dengan Kriteria Hasil : 3.2. Catat gerakan dada, lihat kesimetrisan, penggunaan otot
1. Mendemonstrasikan batuk efektif Bantu dan retraksi dinding dada.
dan suara nafas yang bersih, tidak 3.3. Monitor suara nafas, monitor kelemahan otot diafragma.
ada sianosis dan dipsneu (mampu Catat omset karakteristik dan durasi batuk, catat hasil
mengeluarkan sputum, mampu foto rontgen
bernafas dengan mudah, tidak ada 3.4. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
pursed lips) 3.5. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan,
2. Menunjukan jalan nafas yang monitor respirasi dan status O2
paten (klien tidak merasa tercekik, Tindakan Kolaborasi :
irama nafas, frekuensi pernafasan 3.6. Kolaborasi pemberian oksigen nasal kanul 4-6 liter
dalam rentang normal, tidak ada permenit (kecuali bila klien mengalami hipoksia kronis)
suara nafas abnormal). kemudian 2 liter permenit. Observasi reaksi klien dan
3. Tanda-tanda vital dalam rentang efek pemberian oksigen
normal (tekanan darah, nadi, 3.7. Kolaborasi pemberian bronkodilator + pemberian obat
pernafasan). contoh aminofilin
3.8. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi, contoh
pemberian diuretic (seperti furosemide “lasix”) dan
suplemen kalium
3.9. Kolaborasi dengan tim gizi untuk pemberian diet jantung
(rendah garam-rendah lemak
Penurunan perfusi Setelah dilakukan tindakan Tindakan Mandiri :
jaringan berhubungan keperawatan diharapkan perfusi 4.1. Atur posisi tidur yang nyaman (fowler/high fowler)
dengan kontrakdilitas jaringan, curah jantung adekuat dan 4.2. Bed rest total dan mengurangi aktivitas yang
miokard menurun tanda-tanda dekompensasi kordis tidak merangsang timbulnya respons valsava/vagal manuver.
berkembang. Catat reaksi klien terhadap aktivitas yang dilakukan.
Dengan kriteria hasil : 4.3. Monitor tanda-tanda vital dan denyut apikal setiap jam
1. Tekanan systole dan diastole (padda fase akut) dan kemudian tiap 2-4 jam bila fase
dalam rentang yang diharapkan akut berlalu
2. CVP dalam batas normal 4.4. Monitor dan catat tanda-tanda disritmia, auskultasi
3. Nadi perifer kuat dan sistematis perubahan bunyi jantung.
4. Tidak ada udem perifer dan asites 4.5. Observasi perubahan sensori
5. Denyut jantung, AGD, ejeksi Tindakan Kolaborasi :
fraksi dalam batas normal 4.6. Kolaborasi dengan tim medis untuk terapi tindakan,
6. Bunyi jantung abnormal tidak ada seperti pemberian obat glikolisid jantung, pemberian
7. Nyeri dada tidak ada obat inotropik atau digitalis & obat vasoaktif, pemberian
8. Kelelahan yang ekstrim tidak ada obat antimietik dan laxatif (sesuai indikasi).
4.7. Pemberian bantuan oksigenasi (tingkatkan aliran/
konsentrasinya) setiap kali klien selesai melaukan
aktivitas/ makan
4.8. Cek EKG serial, rontgen toraks (bila ada indikasi) ,
kateterisasi jantung (flow-direct Catheter) bila ada
indikasi, pasang pacemaker (bila ada disritmia maligna
atau AV Block Total)
4.9. Kolaborasi tim gizi pemberian diet rendah garam,
rendah protein dan rendah kalori (bila klie obesitas) serta
cukup selulosa
5 Volume cairan berlebih Setelah dilakukan tindakan Mandiri
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam 5.1. Pantau haluaran urin, catat jumlah dan warna
menurunnya curah diharapkan pasien mengalami 5.2. Hitung keseimbangan pemasukan dan pengeluaran
jantung/meningkanyapr keseimbangan cairan dan elektrolit. selama 24 jam
oduksi ADH dan retensi dengan kriteria hasil : 5.3. Ajarkan klien dengan posisi semifowler
natrium dan air ditandai 1. Masukan dan haluaran cairan 5.4. Pantau tekanan darah
dengan oliguria, edema, dalam batas seimbang 5.5. Kaji bising usus, catat keluhan anoreksia, mual, distensi
peningkatan berat badan 2. Bunyi nafas bersih/ jelas abdomen dan konstipasi
3. Tanda vital dalam rentang yang 5.6. Timbang berat badan tiap hari
dapat diterima 5.7. Pantau hasil laboratorium yang relevan dengan
4. Berat badan stabil keseimbangan cairan
5. Tak ada edema 5.8. Ubah posisi sesering mungkin.
5.9. Palpasi hepatomegali (pembesaran hati). Cacat
keluhan nyeri abdomen kuadran kanan atas/ nyeri tekan.
Kolaborasi :
5.10. Pemberian obat sesuai indikasi
5.11. Konsultasikan dengan ahli gizi untuk memberikan diet
dengan kandungan protein yang adekuat dan pembatasan
natrium.
6 Nyeri berhubungan Setelah dilakukan tindakan Tindakan Mandiri :
dengan Gagal Pompa keperawatan diharapkan rasa nyeri 6.1. Lakukan pengkajian pengkajian nyeri komfrehensif yang
Ventrikel Kanan klien berkurang atau tidak ada dan meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
klien bisa kembali beraktifitas. intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus
Dengan Kriteria Hasil : 6.2. Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu ketidaknyamanan terutama pada mereka yang tidak
penyebab nyeri, mampu dapat berkomunikasi secara efektif.
menggunakan tehnik 6.3. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri : Atur posisi
nonfarmakologis untuk fisiologis
mengurangi nyeri, mencari 6.4. Sarankan klien untuk Istirahatkan.
bantuan). 6.5. Ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi
2. Melaporkan bahwa nyeri pengunjung.
berkurang dengan menggunakan 6.6. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam.
manjemen nyeri. 6.7. Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri.
3. Mampu mengenali nyeri (skala, Tindakan Kolaborasi :
intensitas, frekuensi dan tanda 6.8. Kolaborasi pemberian terapi farmakologis: Antiangina
nyeri) (nitrogliserin), Analgesik, morfin 2-5 mg intravena.
4. Menyatakan rasa nyaman setelah
rasa nyeri brkurang.
7 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan Mandiri
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam 7.1. Pantau tanda-tanda vital sebelum selama dan setelah
ketidakseimbangan diharapkan Klien dapat menoleransi aktivitas, hentikan aktivitas jika tanda-tanda vital tidak
suplai dan kebutuhan aktivitas dan melakukan ADL dengan dalam rentang normal
oksigen ditandai dengan baik dengan kriteria hasil : 7.2. Bantu pasien untuk mengubah posisi secara berkala,
kelemahan, kelelahan, 1. Berparsitipasi dalam aktivitas fisik bersandar, duduk, dan berdiri
perubahan tanda-tanda yang dibutuhkan dengan 7.3. Hindari menjadwalkan pelaksanaan aktivitas selama
vital. peningkatan normal denyut periode istirahat.
jantung, frekuensi pernafasan, dan 7.4. Penggunaan teknik relaksasi (mis: mengalihkan
tekanan darah serta memantau pola perhatian pasien dari hal-hal lain, posisi pasien yang
dalam batas normal. tepat, pikiran beristirahat dan lingkungan tenang) selama
2. Menyeimbangkan aktifitas dan aktifitas.
istirahat. Manajemen energi :
3. Mengidentifikasi aktifitas atau 7.5. Ajarkan rentang pengaturan aktivitas dan anjurkan
situasi yang menimbulkan kepada klien untuk menghindari stress, jaga berat badan,
kecemasan yang dapat tidur teratur, makan sesuai diet yang di anjurkan untuk
mengakibatkan intoleransi mencegah kelelahan.
aktifitas. 7.6. Pantau respon oksigen pasien terhadap aktifitas
4. Mengatur jadwal aktifitas untuk perawatan diri
menghemat energi. 7.7. Pantau penyebab keletihan.
5. Peningkatan intoleransi aktifitas Kolaborasi:
7.8. Berikan pengobatan nyeri sebelum aktivitas, apabila
nyeri merupakan salah satu faktor penyebab.
7.9. Rujuk pasien ke pusat rehabilitasi jantung jika keletihan
berhubungan dengan penyakit jantung.
8 Resiko kerusakan Setelahdilakukan tindakan Tindakan Mandiri :
integritas kulit keperawatan diharapkan mampu 8.1. Cek perubahan warna kulit atau tanda peradangan kulit
berhubungan dengan mencegah terjadinya kerusakan {mial; aritmia dan kepucatan) di area tonjolan tulang
edema, suplai darah jaringan kulit (ulkus dekubitus) (punggung, pantat, tumit dan area lain setiap pergantian
jaringan menurun Dengan Kriteria Hasil : sif) evaluasi skala resiko ulkus dekubitus dengan skala
1. Perfusi jaringan normal braden setiap minggu
2. Tidak ada tanda-tanda infeksi 8.2. Gunakan alasa tidur yang lembut
3. Ketebalan dan tekstur jaringan 8.3. Lakukan perawatan kulit dan massage tiap selesai mandi
normal 8.4. Ganti linen bila basah atau lembabp dan kotor. Ganti
4. Menunjukan pemahaman dalam baju klien bila berkeringat banyak
proses perbaikan kulit dan 8.5. Bantu mobilisasi ringan sesuai kemampuan klien dan
mencegah terjadinya cedera upayakan ambulasi miring kekiri ke kanan setiap 2 jam
berulang sekali secara terjadwal
5. Menunjukan terjadinya proses 8.6. Lakukan perawatan dini ulkus dekubitus bila didapatkan
penyembuhan luka tanda kemerahan/eritema dikulit tertekan (proteksi
dengan balutan hidrokoloid atau transparan film)
Tindakan Kolaborasi :
8.7. Kolaborasi dengan ahli gizi pemberian diit yang sesuai
9 Cemas berhubungan Setelah dilakukan tindakan Mandiri
dengan krisis situsional, keperawatan selama 3x24 jam 9.1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
ancaman terhadap diharapkan pasien tidak merasa cemas 9.2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pasien
konsep diri, perubahan dengan kriteria hasil : 9.3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama
dalam status kesehatan 1. Klien mampu mengidentifikasi prosedur
dan mengungkapkan gejala 9.4. Pahami prespektif pasien terhadap situasi stres
cemas 9.5. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan
2. Mengidentifikasi, mengungkapkan mengurangi takut
dan menunjukkan tehnik untuk 9.6. Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan
mengontol cemas prognosis
3. Vital sign dalam batas normal 9.7. Dorong keluarga menemani pasien
4. Postur tubuh, ekspresi wajah, 9.8. Dengarkan dengan penuh perhatian
bahasa tubuh dan tingkat aktivitas 9.9. Identifikasi tingkat kecemasan
menunjukkan berkurangnya 9.10. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan
kecemasan. kecemasan
9.11. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
9.12. Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
Kolaborasi
9.13. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat untuk
mengurangi kecemasan
10 Kurang pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Mandiri
tentang proses penyakit keperawatan selama 3x24 jam 10.1. Kaji pengetahuan klien tentang penyakitnya
berhubungan dengan diharapkan pasien mengerti proses 10.2. Jelaskan tentang proses penyakit (tanda dan gejala),
kurangnya panjanan penyakitnya dan Program perawatan identifikasi kemungkinan penyebab. Jelaskan kondisi
serta Therapi yg diberikan dengan tentang klien
kriteria hasil: 10.3. Jelaskan tentang program pengobatan dan alternatif
1. Mengidentifikasi hubungan terapi pengobantan
untuk menurunkan episode 10.4. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin
berulang dan mencegah komplikasi digunakan untuk mencegah komplikasi
2. Pasien mampu menjelaskan 10.5. Diskusikan tentang terapi dan pilihannya
kembali tentang penyakit 10.6. Instruksikan kapan harus ke pelayanan
3. Pasien mampu mengenal 10.7. Tanyakan kembali pengetahuan klien tentang penyakit,
kebutuhan perawatan dan prosedur perawatan dan pengobatan
pengobatan tanpa cemas
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahap keempat yang dimulai setelah
perawat merencanakan tindakan keperawatan. Rencana tindakan
keperawatan dibuat sesuai dengan diagnosis yang tepat, diharapkan
intervensi dapat mencapai tujuan dan hasil yang diinginkan untuk
mendukung status kesehatan pasien (Potter & Perry, 2009). Sedangkan
menurut Tarwoto & Wartonah (2015). Implementasi merupakan tindakan
yang sudah direncanakan dalam rencana perawatan. Tindakan
keperawatan mencakup tindakan mandiri (independen) dan tindakan
kolaborasi. Kemudian menurut Jitowiyono dan Kristiyanasari (2010),
komponen tahap implementasi terdiri dari:
a. Tindakan keperawatan mandiri yang dilakukan tanpa instruksi dari
dokter.
b. Tindakan keperawatan mandiri ini ditetapkan dengan standar praktik
American nurses association, undang-undang praktik keperawatan
negara bagian dan kebijakan institusi perawatan kesehatan.
c. Tindakan keperawatankolaboratif.
Tindakan keperawatan kolaboratif di lakukan apabila perawat
bekerja dengan anggota tim perawat kesehatan yang lain
dalammembantu keputusan bersama yang bersetujuan untuk
mengatasi masalah-masalah klien.
d. Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap
asuhankeperawatan
e. Frekuensi dokumentasi tergantung pada kondisi klien dan terapi
yangdiberikan.
Jadi dapat penulis simpulkan implementasi adalah serangkaian
kegiatan yang dilakukan berdasarkan perencanaan untuk mendapatkan
hasil yang optimal, serta mengumpulkan data yang diperoleh setelah
melakukan tindakan baik secara objektif maupun verbal untuk
mengevaluasi tindakan yang telah diberikan pada klien.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah langkah terakhir dalam proses pembuatan keputusan.
Perawat mengumpulkan, menyortir, dan menganalisis data untuk
menetapkan apakah (1) tujuan telah tercapai (2) rencana memerlukan
modifikasi atau (3) alternative baru harus dipertimbangkan. Pedoman
observasi dimasukan dalam rencana asuhan standar untuk membantu
pembaca mengidentifikasi metode untuk mengevaluasi apakah tujuan
atau hasil tercapai. Tahap evaluasi memenuhi proses keperawatan atau
berperan sebagai dasar untuk pemilihan alternative lain untuk intervensi
dalam pemecahan masalah spesifik (Wong, 2009).
Sedangkan menurut Dermawan. D. (2012) evaluasi adalah proses
keberhasilan tindakan keperawatan yang membandingkan antara proses
dengan tujuan yang telah ditetapkan dan menilai efektif tidaknya dari
proses keperawatan yang dilaksanakan serta hasil dari penilaian
keperawatan tersebut digunakan untuk bahan perencanaan selanjutnya
apabila masalah belum teratasi dengan proses keperawatan yang sudah
dilaksanakan serta hasil dari penilaian keperawatan untuk perencanaan
selanjutnya masalah sudah teratasi
Jadi, evaluasi keperawatan merupakan fase penilaian terhadap
tindakan yang telah dilakukan dengan mengambil kesimpulan apakah
tindakan tersebut telah tercapai dan memenuhi kebutuhan klien secara
optimal atau tidak sebagai dasar untuk pemilihan alternative lain untuk
intervensi dalam pemecahan masalah secara spesifik. Tujuan dari
evaluasi adalah sebagai berikut :
a. Menentukkan perkembangan klien.
b. Menilai efektivitas, efisiensi, dan produktifitas asuhan keperawatan
yang telah diberikan.
c. Menilai asuhan keperawatan.
d. Mendapatkan umpan balik
e. Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat dalam pelaksanaan
pelayanan keperawatan.
Untuk menentukan masalah teratasi, teratasi sebagian, tidak teratasi
atau muncul masalah baru adalah dengan caramembandingkan antara
SOAP dengan tujuan, kriteria hasil yang telah di tetapkan. Format
evaluasi mengguanakn :
a. S:Subjective
Adalah informasi yang berupa ungkapan yang didapat dari klien
setelah tindakan diperbaiki.
b. O:Objective
Adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan,
penilaian, pengukuran, yang dilakukan oleh perawat setelah
dilakukan tindakan.
c. A:Analysis
Adalah membandingkan antara informasi subjektif dan objektif
dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan
bahwa masalah teratasi, masalah belum teratasi, masalah teratasi
sebagian, atau muncul masalah baru.
d. P:Planning
Adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan
berdasarkan hasil analisa, baik itu rencana diteruskan, dimodifikasi,
dibatalkan ada masalah baru, selesai (tujuan tercapai).
e. I: Implementasi
Adalah pelaksanaan rencana tindakan untuk menghilangkan dan
mengurangi masalah klien.
f. E:Evaluasi
Adalah tafsiran dari efek tindakan yang telah diambil merupakan
hal penting untuk menilai keefektipan asuhan keperawatan yang
diberikan.
g. R:Reassessmen
Melakukan pengumpulan data kembali, jika hasil pelaksanaan
tindakan tidak sesuai yang diharapkan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada bab ini diuraikan laporan perawatan pada kasus Tn. S dengan CHF
yang dirawat di ruang Seruni RSUD. A. Wahab Sjahranie Samarinda dari tanggal
28 - 30 Juni 2018.
perkawinan duda, agama islam, pasien tidak bekerja, pendidikan terakhir SD,
klien tinggal Jl. Jelawat gang Mosi Rt 22. klien masuk RS pada tanggal 25
keluhan nyeri dada seperti di tusuk-tusuk dan sesak nafas. Pada saat
e. Genogram
56 th
Keterangan
Klien seorang Duda istri klien suah meninggal, klien memilki 3 anak
Pola tidur klien pada saat dirumah yaitu kluen istrirahat dari jam
21.30 sampai dengan 04.30. Pola tidur pada saat di RS klien istirahat
jam 22.00 samapai dengan 05.00. Jumlah tidur klien pada saat di
rumah ataupun di RS 7-8 Jam. Klien tidur nyenyak terbangun hanya
b. Pola Eliminasi
Pola eliminasi selama di rumah pola BAB 1 kali sehari dan BAK
Pola makan dan minum klien pada saat dirumah yaitu klien
makan nasi lembek dan lauk pauk, pola makan 3 kali sehari (pagi,
sore, malam), pola minum 5-6 kali sehari ± 1500 ml. Pola di RS
klien makan bubur dan diet jantung 3 kali sehari (pagi, siang, malam),
makan hanya 1/2 porsi, pemberian minum air putih 1860 ml. Klien
kebutuhan tubuh
d. Personal Hygiene
Selama dirumah klien mandi 2 kali sehari, sikat gigi pada saat
mandi dan selesai makan, klien potong kuku pada saat panjang.
Selama di rumah sakit mandi 2 kali sehari dan dibantu oleh keluarga
Orang yang paling dekat dengan pasien adalah anak. Rekreasi / hobby
anak.
4. Pemeriksaan Fisik
Bentuk kepala bulat, tulang kepala kerasa tidak ada benjolan atau
rambut merata, warna rambut hitam dan ada uban. Struktur wajah
bulat, kulit sawo matang. Mata lengkap dan simetris, kelopak mata
dapat membuka dan menutup dengan baik tidak ada odema, kornea
mata jernih dan reflek cahaya baik, ketajaman mata visus 5/6. Tidak
lubang hidung ada secret. Daun telinga lengkap dan simetris, ada
tiroid, suara kurang jelas, tidak ada pembesaran kelenjar lympe, tidak
d. Pemeriksaan Persistem
1) Sistem Pernafasan
tidak ada polip, bentuk dada simetris, tidak ada kelainan dada
ada.
2) Sistem Cardiovaskuler
3) Abdomen
hati pekak.
4) Ekstremitas
serta kuku
5) Integumen.
bau
kiri
melawan tahanan.
tidak sembuh
waktu
maupun pendek
baik
penyakit
6. Pemeriksaan Penunjang
Ceftriavare 2 x 1 amp IV
Furosemid 3 x 1 amp IV
8. Data Fokus
a. Data Subyektif
b. Data Objektif
3) TD 100/60mmHg
4) RR 28X/menit
venticular complex
B. Analisa Data
C. Diagnosa Keperawatan
DS
DO :
c. TD 100/60mmHg,
d. RR 28 x/menit
venticular complex
g. Nilai JVP 3 cm (meningkat)
DO :
c. RR 28x/menit
d. JPV 3 cm ( Meningkat )
DS :
DO :
b. TD 100/60 mmHg
c. RR 28 x/menit N : 96 x/menit
venticular complex
DO :
b. Bibir kering
kurangnya panjanan
DS
DO :
E. Implementasi Keperawatan
Tanggal/ Nama
Dx Keperawatan/Implementasi Evaluasi (SOAP)
Waktu Paraf
30/06/18 2.1. Memposisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi S : - Pasien mengatakan sesak kadang-kadang Zulfah
08.00 secret saja
2.3. Memberikan O2 sesuai advice dokter - Pasien terlihat santai setelah mandi yang
2.4. Memonitor respirasi dan status O2 di temani keluarga
O: - TTV : TD: 110/70 mmHg, Nadi
82x/menit, RR 24x/menit
- Klien tidak terpasang oksigen
- Klien duduk di tempat tidur·
30/06/18 1.1. Mengkaji fungsi jantung tentang: bunyi, frekuensi, dan S : - Pasien mengatakan masih lemas, Zulfah
08.30 irama jantung - Sesak berkurang setelah diberikan o2,
1.3. Memantau tekanan darah pasien O: - TTV : TD: 110/80 mmHg, Nadi
1.4. Berkolaborasi pemberian obat anti aritmia jika diperlukan 82x/menit, RR 24x/menit
1.5. Memberikan oksigen tambahan dengan kanula
nasal/masker sesuai indikasi
30/06/18 3.1. Memantau tanda-tanda vital sebelum selama dan setelah S : Klien mengatakan sesak berkurang Zulfah
09.00 aktivitas, hentikan aktivitas jika tanda-tanda vital tidak O : - TTV : TD: 110/70 mmHg, Nadi
dalam rentang norma 82x/menit, RR 24x/menit
3.4. Penggunaan teknik relaksasi (mis: mengalihkan perhatian - Klien tidak terpasang oksigen
pasien dari hal-hal lain, posisi pasien yang tepat, pikiran - Pasien duduk sambil mengobrol dengan
beristirahat dan lingkungan tenang) selama aktifitas. keluarga dan cucu
3.6. Memantau respon oksigen pasien terhadap aktifitas
perawatan diri
3.8. Berikan pengobatan nyeri sebelum aktivitas, apabila nyeri
merupakan salah satu faktor penyebab.
12.00 4.1. Memberikan makan sedikit tapi sering 3 sendok setiap 15 S : - Klien sekarang sudah bisa makan
menit. meskipun tidak banyak
4.2. Menganjurkan klien minum air hangat sebelum makan - Klien makan roti dengan teh yang
4.3. Mempertahankan diet jantung diberikan kelurga
4.4. Menghindarkan makan makanan yang mengundang O : - Porsi makan yang di habiskan sudah 1/2
pasien mual. porsi hampir habis
- Klien makan dengan lahap
F. Evaluasi Keperawatan
dengan penurunan nafsu - Porsi makan yang di habiskan sudah 1/2 porsi hampir habis
- Klien makan dengan lahap
makan.
A: Masalah perubahan nutrisi teratasi
P: Pertahankan intervensi
4.1. Memberikan makan sedikit tapi sering 3 sendok setiap 15 menit.
4.2. Menganjurkan klien minum air hangat sebelum makan
4.3. Mempertahankan diet jantung
4.4. Menghindarkan makan makanan yang mengundang pasien mual.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini, penulis membahas hasil asuhan kepearwatan yang telah
dilakukan pada Tn. S dengan CHF di ruang Seruni RSUD. A. Wahab Sjahrani
jaringan tubuh
adalah jumlah darah yang dipompa jantung per menit. Ini adalah produk
detak jantung, yaitu jumlah denyut per menit, dan volume goresan, yang
yang lebih tua berisiko tinggi mengalami masalah jantung. Pada populasi
merawat pasien ini secara efisien. Pasien dapat ditangani dalam perawatan
mudah cape bila beraktifitas, pasien mengatakan sesak nafas. Pada data
Hal tersebut sejalan dengan teori Judith (2012), penurunan curah jantung
ditandai oleh tanda dan gejala yaitu suara jantung tidak normal (S3, S4),
curah jantung, berkurangnya pulsa perifer; dingin, kulit keriput / isi ulang
kapiler yang buruk, penurunan saturasi oksigen vena dan arterial, disritmia,
fraksi eksibisi kurang dari 40%, hipotensi, peningkatan tekanan vena sentral
nadi perifer, memantau tekanan darah pasien, mengkaji adanya sianosis dan
perubahan kulit yang pucat, mengkaji perubahan sensori: letargi (penurunan
secret berlebih
seseorang individu mengalami suatu ancaman yang nyata atau potensial pada
efektif. Bersihan Jalan nafas tidak efektif merupakan ketidak mampuan dalam
karena ketika pengkajian data klien pasien mengeluh sesak. Data obyektif
Hal ini sejalan dengan teori Soegondo (2011) dimana salah satu tanda
Suatu sekresi yang lekat berasal dari batang tracheobranchial, mulut pharynx
( salifa ) hidung, dan sinus pada reaksi paru – paru terhadap setiap iritan yang
memberikan O2 sesuai advice dokter dan memonitor respirasi dan status O2.
klien dan perawat ruangan seruni untuk melanjutkan intervensi yang telah
dibuat.
2013).
dan setelah aktivitas, hentikan aktivitas jika tanda-tanda vital tidak dalam
mengalihkan perhatian pasien dari hal-hal lain, posisi pasien yang tepat,
stress, jaga berat badan, tidur teratur, makan sesuai diet yang di anjurkan
dimana individu yang tidak mengalami puasa atau yang berisiko mengalami
didapatkan data bahwa klien mengeluh napsu makan tidak ada dan mual,
makanan.
klien dan perawat ruangan seruni untuk melanjutkan intervensi yang telah
dibuat.
kurangnya panjanan
keadaan yang sedang dialami oleh individu itu sendiri. Hal ini disebabkan
karena faktor pendidikan, informasi dari tenaga kesehatan yang sangat kurang
Data yang ditemukan pada masalah klien didapatkan bahwa klien merasa
intervensi dihentikan dan penulis juga memberi saran kepada klien untuk
tetap mengetahui tanda gejala yang terjadi pada diri klien serta diharapkan
diangkat sesuai dengan hasil pengkajian yang dilakukan selama 3 hari yaitu dari
tanggal 28-30 Juni 2018. Adapun diagnosa menurut masalah keperawatan yang
muncul pada kasus klien dengan gagal jantung kongestif/CHF (NANDA Nic-Noc,
2015):
Menurun
Kapiler.
m. Ketidakefektifan Pola Nafas Berhubungan Dengan Sesak, Edema Paru.
Menurun.
Glomerulus.
Adekuat.
panjanan
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengkajian
keluhan nyeri dada seperti di tusuk-tusuk dan sesak nafas. Pada saat
oleh keluarga, nafsu makan menurun. Pada pemeriksaan fisik klien TTV
terapi injeksi furosemid 1 amp serta obat oral Ramipril 5 Mg 1 x 1/2 Tab,
x 1 Tab.
2. Diagnosa Keperawatan
jaringan tubuh
secret berlebih
kurangnya panjanan
3. Intervensi Keperawatan
jaringan tubuh
Intervensi
1.1. Kaji fungsi jantung tentang: bunyi, frekuensi, dan irama jantung
dan depresi)
indikasi
secret berlebih
Intervensi
istirahat.
dari hal-hal lain, posisi pasien yang tepat, pikiran beristirahat dan
Intervensi
kurangnya panjanan
Intervensi
4. Implementasi Keperawatan
dan tanggapan yang baik dari klien dan keluarga serta kerjasama yang
baik antara penulis, dokter dann perawat yang ada di ruang seruni.
5. Evaluasi Keperawatan
kelima masalah tersebut satu masalah yang teratasi dan empat yang
jantung
sesuai indikasi
rentang norma
dari hal-hal lain, posisi pasien yang tepat, pikiran beristirahat dan
diri
6. Dokumentasi Keperawatan
1. Bagi Pasien
2. Bagi Perawat
3. Bagi Penulis
CHF.
DAFTAR PUSTAKA
Bare & Smeltzer. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &.
Suddart (Alih bahasa Agung Waluyo) Edisi 8 vol.3. Jakarta :EGC.
Dewi. (2012). Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam. Yogyakarta, DIVA
Press.
Nurhayati & Nuraini, 2009. Jurnal Gagal Jantung. Di akses 7 Juli 2018.
<http://www.stikesayani.ac.id>
Yancy. CW. (2013). Guideline for The Management of Heart Failure. American
Heart Association.