Anda di halaman 1dari 139

Aplikasi simulator ini memang sangat powerfull dari pada packet tracert, saya merasa kesal dengan

packet tracert ketika banyak command yang dibatasi. sehingga kita tidak bisa ngelab secara bebas.
terutama kalo mau ngelab ccnp atau ccie kan butuh command2 yang di luar batas kenalaran manusia
hehehe gak bro gw becanda. tapi beneran kalo di packet tracert itu command nya dibatasin.
Tapi kemaren kata mas himawan CCIE itu gak kepake lagi haha sakit hatikuh broh!
aku fikir dengan khatam routing & switching kita bisa pensiun, ternyata sekarang udah keluar lagi
teknologi baru. oke deh kita harus transformasi :D

Nah solusi terbaik pake dynamips di GNS3, kita bisa tuh LAB dengan command2 yang banyak, tapi
masaalah lagi ketika kita punya spek komputer yang rendah maka lo bakal putus asa ngelaab nya. oke
mari kita kalahkan rasa putus asa itu dengan sedikit usaha.

Kita bisa menggunakan IOU, jadi kerjanya gini men, kita pake beberaapa apliksi disini.

virtualbox dan GNS3 kita kombinasikan, nah si virtualbox ini jalanin OS debian yang nantinya si debian
kita isi dengan IOS Cisco. sehingga yang jalalanin IOS nya si debian nya. Nah kemudian tugas gns3 hanya
mengarahkan dan mengambil resource IOS supaya bisa di remote.
aaaasassdasdasds  asdsds  aersrytsdf  aa sdasdsfwaef  asasdsdre4ra zzzztttt zztassztttt GITU men.
semoga bisa dipahami. hahaa

caranya cukup strightforward, tapi ikuti step by step nya dengan teliti ya men biar gak ada yang kelewat.

Pertama lo harus download beberapa komponen ini :


1. Virtualbox
2. GNS3
4. IOU VM. (ini terbuat dari debian men)
5. Cisco IOS Images (ini sistem operasinya cisco)
6. License
Perlu di ingat bahwa GNS3 & IOU VM nya harus memiliki versi yang sama, gw udah coba beda versi
dia gk bakal running.

Kira-kira begini lah isi nya :


Oww ya gw pake GNS3 versi 1.2.3 dan Debian IOU VM nya juga 1.2.3.
ehh itu kan ada l2 dan l3 nanti setelah kita selesai tutorial ini kalian udah bisa jalankan switch cisco loh di
gns3 haha keren kan.
ya gak sih biasa aja :D

Step 1
Import GNS3 IOU VM 1.2.3 nya ke dalam virtual box, caranya :
Klik menu file->import seperti gambar berikut

Ini spesifikasi nya yang mau di import, speknya boleh di rubah. saya pakein ram 2gb.
karna niat saya mau saya gabungin di network office, saya change network adaptor nya jadi bridge
adaptor. by default dia virtualbox host only adaptor. nah abis itu lo sesuaikan ya antara network pc lo
dan IOU VM nya biar bisa saling berkomunikasi. pasti tau lah gimana caranya :P
nah ini network yang gw pasang di Debian IOU.

Password nya IOU VM user : root pass : cisco

Step 2
Kita upload img IOS Cisconya

Uplod cisco IOS nya yang L2 dan yang L3

Kalo udah upload kita dapet path nya tuh nah nanti path ini akan kita copy paste di GNS2 nya

Step 3

Sekarang kita ke GNS3 nya.

inget ya versinya harus sama! 

Pertama masuk ke menu edit->pereference->GNS3 Server

pada bagian local server pilih ip address yang 1 network dengaan Debian IOU VM
Sekarang pindah ke tab remote server, masukan ip address dan port nya Debian IOU.
Sekarang ke bagian IOS on Unix, lalu import license nya tadi yang udah di download.
Nah ini step trakhir yaitu add IOS biar bisa running di GNS3.
masuk ke bagian IOU Devices, next next aja kalo ada peringatan OK aja.
nah sampe ke step ini masukin nama device nya apa?
terus path nya ini kita ambil dari browser pada saat kita upload img Cisco IOS nya atau klik link ini biar
jelas :D
Jreeeennnngggg jreeenggg kita punya switch dan router.
Jangan lama-lama ayokk langsung aja kita ngelab!

horee kita jadi punya switch di GNS3 :P


Ini Testimoni nya antara pakai Dynamips dan pakai IOU

Berat Coy, engap engapan leptop gua!

Mau 20 Router juga hajaar aja yokk!!!


Networking Model: Pentingnya Memahami OSI dan TCP/IP

Saat pertama kali belajar jaringan komputer, pasti kita diajarkan tentang networking model, yaitu
OSI layer dan TCP/IP layer, entah di sekolah, di kampus, atau di kursus jaringan komputer.

…atau kalau nanya-nanya ke orang, pas mau belajar jaringan komputer, mending pahamin apa
dulu ya mas?
(Ini paling sering ditanyakan bagi yang mau memulai belajar CCNA)

Biasanya sebagian besar mereka akan menjawab “Belajar OSI model dulu bro, sama TCP/IP
model, setelah itu belajar subnetting, dasar routing terus switching. Nanti kalau dah oke baru
pelajarin teknologi WAN, blablablablaaa…”

..panjang.
Intinya kita disuruh memahami OSI dan TCP/IP dulu.

Gitu kan?

Tapi, kadang kita protes, untuk apa sih OSI dan TCP/IP itu?
[yang eneg sama teori pasti setuju]

Malah ada yang nyeletuk.


Dia bilang konsep dan teori-teori OSI dan TCP IP itu ga penting.

Kayagini:
“Bro, osi layer itu gak kepake nanti, ga penting. Di lapangan ga seindah teori-teori yang ada di
buku, yang penting itu konfigurasinya, langsung praktek di lapangan. Faktanya nanti ga semua
teori berjalan sesuai dengan keadaan di lapangan”.

Aneh, entah apa dasarnya mengatakan seperti itu.

Logikanya aja, kalau ga paham teori dan konsepnya, gimana bisa ngonfig?
Bisa sih, sekarang banyak tutorial di internet, tinggal ikutin.

Tapi ada masalah terbesar!

Kalau sewaktu-waktu terjadi masalah, kamu akan sangat kesulitan melakukan


troubleshootingnya.

Jadi kalau ada yang mengatakan pemahaman OSI dan TCP/IP itu tidak penting, ini alasannya:

 Dia sendiri tidak paham networking model,


 … atau si mastah itu mau menyesatkan pemula-pemula seperti kita.

Sebelum kita lanjutkan ke pemahaman networking model, saya jelaskan sebentar betapa
krusialnya pemahaman teori dan konsep jaringan komputer.

Biar nanti belajarnya gak ngalur ngidul.

Teori Saja Tidak Cukup

Memang betul, teori tanpa diikuti dengan praktek (konfigurasi) tidak cukup. Apalagi di dunia IT,
khususnya jaringan komputer.

Kenapa?

Karena ilmu jaringan komputer adalah ilmu nyata. Tidak seperti layaknya ilmu sejarah, kamu
bisa jadi seorang engineer tanpa tahu kapan dan siapa yang menciptakan perangkat seperti Cisco
atau Juniper.

Jaringan komputer itu ilmu pasti.

Sifatnya actionable, bisa dipraktekkan dan dibuktikan saat itu juga. Sehingga tidak ada alasan
untuk tidak mempelajari konfigurasinya juga.

Jangan Pula ‘Alergi’ dengan Teori

Ada juga yang bisa ngonfig cuma bermodalkan tutorial-tutorial di internet.

Lalu dia bilang udah mahir dengan otodidak.


Kalau begini, zaman sekarang siapapun pasti bisa. Asal tau ngetik keyword di search engine ples
paham bahasa inggeris litel litel, selamat sudah.

Jangan pula seperti ini.


Boleh sih, tapi harus paham maksud dari step-step nya. Sayangnya kebanyakan dari kita tidak
melakukannya, sing penting copas, beres 😀

Sebenarnya antara teori dan praktek dan praktek itu sama pentingnya, tapi ada satu perbedaan
mendasar antar keduanya.

 Ada yang hebat dalam teori, namun tidak begitu dengan prakteknya. Ini tidak terlalu masalah,
karena dia sudah paham teorinya.
 … yang lebih parah. Praktek, tapi tidak paham teorinya. Selain learning curve nya lebih terjal,
resiko di lapangan rentan terjadi.

Maksud saya kira-kira nanti jadinya seperti ini:

Gambar 1: Dua jenis engineer

Faktanya di lapangan, ada 2 jenis engineer. Tapi umumnya adalah 2 kriteria seperti pada gambar:
(ini berlaku di hampir semua bidang IT, tidak hanya network).

Kita bahas jenis engineer sebelah kanan, yang sudah paham teori dan konsep:

1. Meskipun kemampuan prakteknya kecil, tapi hanya butuh waktu sebentar. Dia juga menikmati
pekerjaan bahkan berpeluang mengembangkan, karena sudah paham konsepnya, ide-ide sering
muncul untuk memudahkan pekerjaannya, contohnya dengan menerapkan cara-cara yang lebih
efektif dari yang sudah dia pelajari.
2. Tidak seperti engineer A, engineer ini menganggap masalah adalah ilmu baru yang pasti
menyenangkan untuk dipelajari.
3. Punya justifikasi yang jelas atas masalah yang dihadapi, jadi ga kesulitan kalau harus meminta
bantuan ke orang lain (atau contohnya support dari pemilik produk yang dia beli).
4. … dia juga bisa membuat laporan yang informatif.

Kira-kira seperti itu. Sedangkan engineer yang tidak paham teori dan konsep cenderung
sebaliknya. Silakan pilih mau jadi yang mana.

Daritadi saya nyebut-nyebut teori, konsep, teori, konsep. Maksudnya gimana sih?

Kita tidak sedang belajar bahasa, jadi ingat ini baik-baik.

Tidak mungkin seseorang mengerti konsep kalau hanya belajar teori tanpa diikuti praktek. Gak
mungkin juga paham konsep kalau praktek doang tanpa mengerti teori.

Konsep ini derajatnya yang paling tinggi kalo soal pemahaman. Jadi, untuk paham konsep. Harus
bisa teori dan konfigurasi juga.

Okelah, sudah cukup ceramahnya, hehe.

Apa itu Networking Model dan Fungsinya


Sesuai namanya, networking model adalah sebuah model atau referensi dalam pengembangan
dan pemahaman komunikasi data di jaringan.

Terlalu kiri? Mari saya jelaskan dengan otak kanan.

Jaringan komputer itu kan kompleks banget, dari perangkat-perangkatnya, media


penghubungnya, sampai aplikasi yang berjalan didalamnya.

… dan itu semua di produksi oleh vendor yang berbeda-beda.

Disinilah fungsi networking model, perannya adalah untuk memisahkan fungsi-fungsi jaringan
komputer tadi.

Caranya?

Dengan membuat beberapa lapisan dari fisik, hingga non fisiknya. Nah, di setiap lapisan ini
terdapat kumpulan-kumpulan aturan yang harus diikuti oleh setiap komponen, agar bisa
berkomunikasi dengan komponen yang lain.

Dengan kata lain, tujuan dibuatnya networking model adalah sebagai acuan aturan yang harus
diikuti oleh produsen perangkat (vendor). Ini jadinya jaringan komputer setelah memiliki model:
Gambar 2: Tujuan dibentuknya networking model

Tidak seperti jenis jaringan sebelah kiri yang acak-acakan, dengan adanya networking model,
maka setiap fungsi jaringan komputer sudah berjalan sesuai aturan. Tidak hanya untuk vendor,
kita pun sebagai pengguna memahaminya gampang, penerapannya pun mudah dilakukan.

Manfaat Networking Model

Gambar diatas menunjukkan tujuan utama dibuatnya networking model. Disitu saya
menggunakan OSI model, alasannya dan perbedaannya dengan TCP/IP akan dijelaskan dibawah.

Kita rangkum manfaat networking model bagi kita secara umum:

1. Supaya kita tau gambaran besar jaringan komputer itu seperti apa
2. Membantu memahami bagaimana perangkat keras dan perangkat lunak bisa berfungsi secara
bersamaan
3. Troubleshooting lebih mudah karena jaringan sudah dipisah menjadi bagian-bagian yang mudah
dikelola
4. Istilah-istilahnya sudah didefinisikan, seperti application, transport, network. Ini membantu kita
untuk membandingkan fungsional dasar dari hubungan jaringan yang berbeda.
5. Agar pengguna lebih mudah paham terhadap teknologi yang baru dikembangkan
6. Kita jadi lebih mudah memahami fungsionalitas produk yang dikeluarkan oleh suatu vendor
OSI dan TCP/IP Bukan Sebatas Teori

Ini contoh real sedikit kalau pemahaman OSI dan TCP/IP itu penting dan sering digunakan
sehari-hari.

Seorang network engineer hampir tiap hari pasti menggunakan perintah-perintah ini:
Pertama: command ping, atau traceroute

gns3@Client-A:~$ traceroute 172.16.20.20


traceroute to 172.16.20.20 (172.16.20.20), 30 hops max, 38 byte packets
1 192.168.10.1 (192.168.10.1) 0.009 ms 0.011 ms 0.988 ms
2 1.1.1.3 (1.1.1.3) 1.826 ms 0.008 ms 0.005 ms
3 172.16.20.20 (172.16.20.20) 1.891 ms 0.008 ms 0.567 ms

Contoh kedua: Kalau ga paham layer 2, pasti sering ngelakuin kesalahan ini:

C2960-A#conf t
Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z.
C2960-A(config)#int g0/1/0
C2960-A(config-if)#ip add 192.168.10.17 255.255.255.0
^
% Invalid input detected at '^' marker.

… atau Contoh 3:  bingung kenapa si Router A ga mau ngobrol ke Router B, padahal udah up,
tapi ga bisa bedain antara status dan protocol dari output perintah show ip interface
brief.

Oh ya, kira-kira begini topologi yang barusan kita obrolin.


Traceroute tadi buat mastiin kalau packetnya memang lewat jalur tunnel, bukan router C7200
diatas. Jadi, ping saja tidak cukup. Ini contoh layer 3 network.

Contoh layer 2 data link, switchport tidak bisa diberi IP.. atau enkapsulasi harus match antar peer
agar link bisa nyala. Ini bisa diliat dari status protocol interface tadi.

Contoh layer 4 tranport, buat matching rules access list atau firewall yang kita buat, protocol apa
saja yang allow dan disallowed.

…dll. Masih buanyaak lagi contoh yang lain dan terlalu panjang kita bahas disini.

Digunakan oleh Semua Praktisi IT

Dikit lagi deh.


Contoh: Linux admins juga harus paham OSI dan TCP/IP.

user@server:~$ sudo netstat -tulpn


Active Internet connections (only servers)
Proto Recv-Q Send-Q Local Address Foreign Address State
PID/Program name
tcp 0 0 127.0.0.1:3306 0.0.0.0:* LISTEN
1323/mysqld
tcp 0 0 0.0.0.0:22 0.0.0.0:* LISTEN
1277/sshd
tcp6 0 0 :::80 :::* LISTEN
1441/apache2
tcp6 0 0 :::21 :::* LISTEN
1299/vsftpd
tcp6 0 0 :::22 :::* LISTEN
1277/sshd
udp 0 0 0.0.0.0:68 0.0.0.0:*
1152/dhclient
udp 0 0 0.0.0.0:68 0.0.0.0:*
1151/dhclient

Ini intinya:

OSI dan TCP/IP tidak hanya perlu dipahami bagi mereka yang bergelut di dunia networking,
tapi semua praktisi IT.
Contoh: “should a web developer understand a TCP/IP“

Perbedaan OSI Model dan TCP/IP Model


Daritadi saya bilang networking model, OSI model, TCP/IP model mungkin jadinya
membingungkan. Ckckck, dasar teori.

Networking model itu ada 2 yaitu OSI dan TCP/IP.


 Networking sekarang menggunakan TCP/IP model. Ini karena TCP/IP lebih less-formal dibanding
OSI
 Sebaliknya, karena OSI lebih kompleks, maka sering digunakan untuk kebutuhan edukasi. Saat
kita berbicara networking model, anggap saja mengacunya ke OSI (agar mudah dimengerti).

Setiap lapisan bertanggung jawab mendukung lapisan diatasnya dan menawarkan layanan ke
lapisan yang dibawahnya. Lapisan atas mengarah ke perangkat lunak, sedangkan lapisan bawah
mengacu ke perangkat keras.

Gambarannya kira-kira begini:


[Klik gambar untuk memperbesar]
Gambar 3: OSI model diagram
Source: https://id.pinterest.com/pin/232357662005329874/

Kompleks banget kan? Tapi sebagian besar ga perlu diambil pusing.


Ini yang perlu kamu pahami di awal:

1. Hapal Nama Lapisan dan Fungsi Utamanya

Kalau kamu pernah melamar kerja untuk posisi Network Engineer, paling tidak pernah ditanya
begini: “Sebutkan 7 lapisan OSI dan jelaskan fungsinya”.

Ya kan? Pasti.

Kalau ga hapal nama lapisan-lapisannya apa aja, ga mungkin bisa menjelaskan.

Gambar 4: Perbandingan OSI layer dan TCP/IP layer

Terserah mau gunakan cara apa untuk menghapalnya.


Fungsi-fungsinya akan saya jelaskan pada bab selanjutnya.

2. Pahami Cara Kerjanya

Kalau cuma menghapal nama-nama layer di OSI mah, ga sampe 5 menit juga udah kelar. Ya
gak?

Kita juga harus tau, di setiap lapisan terdapat protokol apa saja, dan aplikasi apa yang
menggunakan protokol tersebut.
Gambar 5: Devices dan protokol setiap lapisan OSI

Cukup pahami protokol-protokol seperti diatas saja.

Contoh alurnya (secara umum), sebut saja seorang client membuka browser untuk mengakses
suatu web. Client melakukan request http, port berapa yang digunakan, mekanisme transport
seperti apa yang terjadi, apakah TCP, atau UDP.

Bagaimana pula jika laman yang diminta belum dikenali, dan harus melakukan request DNS.
Proses transport seperti apa yang terjadi dalam hal ini.

Seterusnya hingga sampai ke layer fisik dan perangkat bisa bertukar informasi. Proses ini kita
kenal dengan enkapsulasi — de-enkapsulasi, yang akan kita bahas pada bab selanjutnya.

3. Kenali PDU Setiap Lapisan

PDU atau Protocol Data Unit, sebuah unit data dari protokol tertentu dari tiap layer, yang
mengandung informasi data.
Bingung kan?

Intinya nanti PDU ini memiliki field-field informasi yang harus dibongkar, dan kemudian
dibungkus kembali. (enkap, de-enkap).

Ini penting, pada bab selanjutnya akan terus menerus kita singgung, jadi mohon ingat baik-baik:

1. Layer 5-7, application, session, presentation: Data


2. Layer 4 transport: Segment
3. Layer 3 network: Packet
4. Layer 2 data link: Frame
5. Layer 1 physical: Bit

Disini jangan bingung kalau kadang ada yang menyebutkan “pengiriman data antar perangkat di
jaringan”, anggap saja itu mencakup semua PDU diatas.

Jangan pula salah menempatkan: ketika berbicara routing, menyebutkan transmisi frame, atau
ketika berbicara switching, menyebutkan data atau segment.

Kesimpulan
Baiklah, diatas saya sudah menjelaskan betapa pentingnya memahami networking model (OSI
dan TCP/IP), perbedaan antara keduanya, serta 3 hal yang patut diingat untuk memahaminya.

Silakan lanjut ke bab berikutnya untuk pembahasan OSI, TCP/IP serta enkapsulasinya.

 Bab 2 – Penjelasan TCP/IP : Lengkap disertai pembahasan proses enkapsulasi dan


deenkapsulasinya.
 Bab 3 – Penjelasan Tentang OSI Model : Pembahasan mengenai 7 lapisan OSI.
Penjelasan Tentang OSI Model
Last updated: November 30, 2018 by fathurhoho
3 Comments

OSI model selalu tampil dalam bahasan materi jaringan komputer. Bahkan menjadi satu fondasi
terpenting yang harus dipahami, terutama ketika belajar CCNA.

Padahal. Faktanya, networking model satu ini dalam prakteknya tidak digunakan, bahkan tidak
pernah menjadi standar networking model.

Aneh ya?

Lantas, untuk apa kita capek capek memahami OSI model?

Dibawah kamu akan mengetahui alasannya, meski sedikit sudah saya jelaskan di bab
sebelumnya.

Kali ini kita akan membahas tentang sejarah OSI model dan manfaatnya, 7  layer OSI dan cara
kerjanya serta proses enkapsulasinya.

Ini adalah Bab ke 3 dari Seri Materi Networking Model.

… dan materinya 89% mirip dengan bab sebelumnya sehingga tidak saya ulang disini.
Oleh karena itu,
Sebelum melanjutkan, saya sarankan kamu sudah memahami 2 bab yang sudah kita bahas
sebelumnya:

 Bab 1: Networking Model – Overview mengenai OSI Model dan TCP/IP Model
 Bab 2: Penjelasan TCP/IP – Lengkap tentang fungsi setiap layer dan enkapsulasinya.

Open Systems Interconnection (OSI) Reference Model

Akhir 1970, sebuah organisasi yang bernama International Organization for Standardization atau
ISO berinisiatif untuk membentuk sebuah standar jaringan komputer.

Awal mulanya karena kondisi dunia jaringan komputer pada masa itu masih acak-acakan. Setiap
vendor menggunakan standar networking model mereka sendiri.

Satu masalah terbesar adalah adanya kesulitan ketika menghubungkan 2 perangkat dari vendor
yang berbeda. Kala itu Internet Suite (yang sekarang kita kenal dengan TCP/IP) juga masih
dalam perkembangan yang sulit.

Disinilah OSI model terbentuk dengan membuat aturan-aturan yang terdiri atas 7 lapisan. Ini kita
kenal dengan 7 layer OSI, atau OSI Layer.

Kenapa OSI Model Tidak Menjadi Standar?

Alasannya karena OSI model ini sifatnya sangat formal, sehingga perkembangannya pun sulit.
Makanya TCP/IP menjadi lebih berkembang dan digunakan.
Kutipan dari Buku Kurosse Ross “… in fact, the inventors of the original OSI model probably
did not have the Internet in mind when creating it.”

Yep, masa itu adalah masa-masa perkembangan dunia internet, yang pengembangannya
dipimpin oleh ARPANET, induk TCP/IP itu sendiri.

Lantas, apakah saya perlu memahami OSI model?

Jawabannya, ya. Sangat perlu.

Sebenarnya secara konsep dasar, OSI model dan TCP/IP model memiliki tujuan dan cara kerja
yang sama, yakni memiliki lapisan dan setiap lapisan mendefinisikan protocol yang berjalan di
dalamnya.

Lanjutan kutipan diatas “Nevertheless, beginning in the late 1970s, many training and university
courses picked up on the ISO mandate and organized courses around the seven-layer model”

“Because of its early impact on networking education, the seven-layer model continues to linger
on in some networking textbooks and training courses.”

Yep, kita ketahui sendiri hingga sekarang, referensi jaringan komputer sekarang tetap mengacu
ke OSI model.

Oleh karena itu, jangan heran kalau orang-orang masih asik menyinggung OSI layer.

OSI Sebagai Reference Model

Saat kita berbicara tentang layer 2, kita semua sepakat bahwa yang dimaksud adalah “layer 2
data link”, lalu berfikir… oh itu switch.

Begitu pula saat kita berbicara tentang layer 3, tentulah kita mengerti bahwa yang dimaksud
adalah “layer 3 network”, kemudian paham… oh mengacu ke router dan packeting.

Begitu bukan? Sama juga hal nya saat kita berbicara tentang “layer 4 transport”, tidak lain yang
kita pahami adalah TCP dan UDP.
Ini akan menjadi berbeda di TCP/IP, tergantung version yang kita maksud. Layer 2 di TCP/IP,
bisa jadi internet layer, bisa jadi data link layer.

Begitu juga layer 3 di TCP/IP, bukan network layer, melainkan transport layer.

Berikut kesimpulan yang bisa kita ambil:

1. OSI dijadikan referensi saat kita berbicara tentang networking model. Baik nama layernya
maupun urutan layernya.
2. Perangkat sekarang berjalan di TCP/IP, bukan OSI, sesuai alasan yang sudah saya jelaskan diatas.

7 Lapisan OSI dan Protokolnya

Sebelum mensimulasikannya secara langsung, pastikan kamu sudah memahami fungsi 7 layer
OSI dan protokol-protokolnya. Seperti berikut:
Sekali lagi saya tekankan, dalam pembelajaran, kita mengacunya ke OSI model. Di ujian CCNA
juga seperti itu, saat menyinggung networking model pasti yang dimaksud adalah OSI model.

Cara menghapalnya gampang, kamu bisa menggunakan singkatan seperti ini:

 All People Seems To Need Data Processing (layer 7 ke layer 1)


 People Do Need To See Pamela Andreson (layer 1 ke layer 7)
 .. atau yang lebih eksterm, APSTNDP.
dah

Intinya harus hafal 😛

Fungsi Lapisan OSI Model


Application layer:
Menyediakan antarmuka antara aplikasi dan protokol. Misal browser dengan http. Putty dengan telnet.
dst.

Presentation layer:
Mendefinisikan dan menentukan format seperti ASCII, text, binary, JPEG. Juga enkripsi.

Session layer:
Mendefinisikan bagaimana komunikasi dimulai, dikontrol dan dihentikan (oleh karena itu disebut
session).
Transport layer:
Host to host connection, pembentukan koneksi, disini terjadi error recovery dan flow control.

Network layer:
Memiliki 3 fungsi utama, pengalamatan logic, routing, dan menentukan rute terbaik.

Data link layer:


Menentukan aturan ketika perangkat mengirim data melalui media kabel/nirkabel.

Physical layer:
Menentukan karakteristik fisik media, seperti nilai tegangan, konektor, jumlah pin, dst.

Dari layer teratas hingga layer 3 network, saya sudah menjelaskan detil cara kerjanya di bab
sebelumnya dengan skenario HTTP, DNS, hingga pengiriman packet.

Untuk layer 1 dan layer 2 , bisa dengan memahami perbedaan cara kerja hub dan switch, serta
router. Pastikan kamu sudah memahami benar-benar tentang collision domain dan broadcast
domain.

Kamu dapat membacanya di tulisan: “Dasar Jaringan Komputer“.

Proses Enkapsulasi dan Deenkapsulasi di OSI Model

Jika di TCP/IP menggunakan istilah packet, frame, segment, bits. Di OSI kita menggunakan
istilah PDU (Protocol Data Unit).

Nah, disinilah term OSI tidak memenangkan pasar 😀


Siapa yang mengerti kalau kita bilang l2pdu, l3pdu, jarang yang paham. Sebaliknya kita gunakan
istilah frame atau packet.

OSI memiliki term mereka sendiri.


https://www.cisco.com/cpress/cc/
td/cpress/fund/ith2nd/it2432.htm

Meski begitu, bukan berarti berbeda arti. L3pdu tetaplah kita kenal dengan packet, l4pdu adalah
segment. Begitu seterusnya.

Proses enkapsulasi dan deenkapsulasinya tidak ada beda dengan yang sudah saya bahas di bab
TCP/IP.

http://
www.ciscopress.com/articles/article.asp?p=1757634

Manfaat Menjadikan OSI Model Sebagai Acuan Pembelajaran

Mungkin kamu berfikir, “kalau yang dipakai TCP/IP, kenapa kita sampai saat ini mengacunya ke
OSI model”. Kenapa tidak migrasi saja sepenuhnya ke TCP/IP.
Berikut alasannya:

1. Jika kamu sudah menyelesaikan bab sebelumnya tentang TCP/IP, kita ketahui bahwa TCP/IP
sangat kompleks.
2. Sedangkan OSI model bersifat lebih less-complex.
3. Jadi, pemahaman cara kerja, proses enkapsulasi dan deenkapsulasinya sering mengacu ke OSI
agar lebih mudah dipahami.

Well. Singkat saja untuk materi kali ini.

Selanjutnya kita akan mensimulasikan langsung menggunakan GNS3 dan Wireshark. Jika belum
mengenal apa itu GNS3, silakan simak tulisan tentang “Belajar GNS3” dari dasar mengenal
fitur-fiturnya.

… atau jika kamu tertarik, bisa membaca tulisan saya tentang “Cara Mudah Memahami OSI
Model” dengan memanfaatkan simulation mode di packet tracer.
Penjelasan TCP/IP Serta Enkapsulasinya
Last updated: November 4, 2018 by fathurhoho
5 Comments

Dari materi sebelumnya, kita sudah mengetahui bahwa ada 2 jenis networking model, yaitu
TCP/IP dan OSI. Di bab kali ini kita akan membahas tentang TCP/IP, sejarahnya, hingga proses
enkapsulasinya.

Kita bisa menganggap bahwa networking model itu adalah sekumpulan dokumen. Masing-
masing dokumen ini berisi syarat-syarat yang agar suatu jaringan dapat berfungsi dan juga
aturan-aturan logis (protocol).

Apa itu protocol?

Analoginya, ketika ingin membuat sebuah bangunan, tentunya kita butuh yang namanya
blueprint, bagaimana pondasinya, desain internal, desain external, tata letak ruangan, hingga
alur-alur kelistrikan, gas, pembuangan asap, dan lain sebagainya.

Dengan adanya blueprint tersebut, semua pihak yang mengerjakan bangunan tersebut akan bisa
bekerja dengan baik, dari tukang listrik, tukang cat, interior desainer, dan seterusnya sudah
mengikuti acuan yang sama.

Jadi, protocol merupakan cara agar setiap perangkat yang berbeda-beda bisa saling berkomunikasi
dengan efektif baik secara perangkat lunak maupun perangkat keras.

Sedikit Sejarah Tentang OSI dan TCP/IP

Mari kita lanjut tentang penjelasan TCP/IP.


Sekedar mengingatkan, ini adalah Bab 2 dari materi networking model. Jika kamu belum paham
mengenai networking model secara keseluruhan, saya sarankan untuk memahami bab
sebelumnya terlebih dahulu.

Dulu, belum ada networking model, termasuk TCP/IP. Setiap vendor membuat standar
proprietary mereka sendiri, misalnya IBM dengan networking modelnya yang dikenal
dengan Systems Network Architecture (SNA) di tahun 1974.

Begitu juga vendor yang lain. Bisa dikatakan, mereka saling bersaing menciptakan networking
model terbaik agar yang lain menggunakannya.

Tentu ini keadaan yang buruk. Sehingga International Organization for Standardization (ISO)
mengambil peran untuk mengatasi hal ini, dengan membuat standar yang kita kenal dengan OSI.

Disamping itu, ada juga organisasi lain yang mengembangkan standar dengan tujuan yang sama
dan dengan arsitektur yang mirip-mirip, yaitu Department of Defense (DoD). Model ini kita
kenal dengan TCP/IP atau kadang disebut dengan Dod Model.

TCP/IP Sebagai Networking Model Saat Ini

Saat ini, dunia jaringan komputer sudah mengacu ke standar yang sama, yakni TCP/IP.
Yup, bukan OSI.

Kenapa?
Penjelasannya ada di materi berikutnya tentang OSI Model.

Kira-kira tahapannya seperti ini:

Gambar 1: Progress penggunaan proprietary model ke TCP/IP

Sejarah antara TCP/IP dan OSI sebenarnya sangat panjang. Saya juga sedang mempelajarinya
dan masih bingung, misalnya dengan pertanyaan “yang mana pertama kali ada, TCP/IP atau
OSI?”
Kamu bisa memberikan komentar dibawah jika mengetahui tentang ini.

Sehingga perbandingan TCP/IP dan OSI secara mendalam tidak kita bahas saat ini, tapi berikut
ini bisa kamu jadikan referensi:

 Online: TCP/IP Guide


 Buku: Computer Networking – Kurose Ross atau Computer Network – Andrew S Tanenbaum
 … atau yang menjelaskan sejarah dan perbandingan antara OSI dan TCP/IP secara lebih
rinci: Open Systems Networking – Piscitello and Chapin

Manfaat Adanya TCP/IP

Saya sudah menjelaskan manfaat networking model secara umum di materi sebelumnya. Kali ini
kita akan fokus ke TCP/IP.

Karena networking model yang digunakan sekarang adalah TCP/IP, maka produk-produk
internet sekarang sudah mengadopsi TCP/IP.

Contohnya, jika saat ini kamu membeli sebuah flash drive, maka flash drive tersebut sudah
menerapkan TCP/IP. Ini artinya kamu bisa mengunakannya di laptop, komputer, di semua
perangkat yang berbeda.

… atau misalnya. Saat kita ingin membangun sebuah infrastruktur yang baru.
Sebelum ada TCP/IP, kita harus membeli perangkat yang satu merk, dari router, switch, firewall,
server, semuanya.

Sekarang, tidak lagi.

Karena vendor saat ini bisa saja unggul di perangkat router, namun tidak begitu dengan firewall.
Misalnya kita ingin menggunakan router dan switch cisco, namun lebih memilih menggunakan
Palo Alto firewall.

Tidak masalah. Kita bisa mengimplementasikan routing protocol, link aggregation, dll tanpa ada
kendala kompatibilitas. Karena semuanya sudah menggunakan TCP/IP.

Beberapa Hal yang ‘Mungkin’ Menjadi Penyebab Dipilihnya TCP/IP Menjadi Standar
Networking Model

Bagi beberapa orang, termasuk saya, mengetahui TCP/IP adalah standar networking model yang
dipilih adalah hal yang menarik.

Faktanya, OSI yang sekarang cenderung lebih familiar untuk sebagian dari kita,  sebenarnya
tidak pernah menjadi standar networking model. Aneh ya?

Sebaliknya, yang digunakan adalah TCP/IP. Ini beberapa penyebabnya:


 OSI bersifat lebih formal, lambat pengembangannya, karena dilakukan oleh orang-orang
tertentu saja.
 TCP/IP dikembangkan oleh voluntir-voluntir seluruh dunia, tentu keadaannya berbalik dibanding
OSI

Singkatnya seperti itu.

Sebelum TCP/IP benar-benar dipakai, setiap vendor masih ada yang menggunakan protocol
proprietary mereka sendiri, dan kala itu TCP/IP masih sebatas menjadi ‘gateway’nya saja.

Mulai era 1990 hingga sekarang, setiap perangkat sekarang sudah menerapkan TCP/IP. Sekali
lagi, bukan OSI. (Lihat gambar 1 diatas).

TCP/IP Menggunakan Dokumen RFC

Apakah kamu sering mendengar istilah RFC?

RFC atau Request for Comment adalah sebuah dokumen resmi yang digunakan Internet
Engineering Task Force (IETF), isinya merupakan draft, tinjauan, yang nantinya akan di review
oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

Usulan-usulan di RFC inilah nantinya yang akan menjadi standar internet, contohnya Internet
Protocol di definisikan dalam RFC791 dan OSPF di definisikan di RFC 1247.

RFC bersifat numbered. Isi dokumennya sangat detil tentang sebuah protokol, bagaimana cara
kerjanya, prosedur penggunaan, konsepnya, dan seterusnya.

Tidak hanya tinjauan formal, bahkan RFC bisa saja berisi humor karena setiap orang bisa saja
mengajukan apapun ke RFC, kamu juga bisa melakukannya melalui RFC Editor.

Ini juga salah satu faktor yang menjadikan TCP/IP lebih berkembang dibanding OSI.

TCP/IP Layer
Seperti penjelasan saya diatas, begitu banyak protokol yang didefinisikan di RFC, kamu bisa
membukanya di laman https://www.ietf.org/rfc.html.

Tapi tidak semua protocol didefinisikan di RFC. Hal ini tidak berlaku untuk protocol yang sudah
exist deluan.

Contohnya Ethernet LAN.

Ethernet LAN sudah didefinisikan oleh IEEE (Institute of Electrical and Electronic Engineers
(IEEE), maka TCP/IP tidak lagi mendefinisikannya di RFC, melainkan merujuknya ke IEEE.
Tapi..
Tetap saja kan, banyak, kompleks.

Ini beberapa contoh protocol yang mainstream: HTTP, TCP, UDP, OSPF, EIGRP, BGP, OSPF,
IPv4, RIP, dan masih banyak lagi.

Itu semua akan membuat kita pusing.

Ini berarti, bukan cara yang baik untuk memahami TCP/IP dimulai dengan protocolnya.

Nah, ada cara yang lebih mudah untuk memahami TCP/IP.

Disinilah fungsi lapisan, atau yang kita kenal sebagai layer.

Gambar 2: TCP/IP Layer


TCP/IP sekarang sudah memiliki  5 layer, perbedaannya terletak pada pembagian layer 1 (link)
TCP/IP original menjadi Data Link dan Physical di TCP/IP updated.

Tapi untuk saat ini, anggap saja kita mengacu TCP/IP layer original dengan 4 layer.

Studi Kasus TCP/IP

Dengan adanya lapisan TCP/IP ini, protocol yang banyak tadi akan dikategorikan berdasarkan
fungsinya.

Ada yang di layer 1, layer 2, layer 3, dan layer 4. Sehingga kita lebih mudah memahaminya.

Jadi seperti ini:

Gambar 3: Lapisan TCP/IP dan Contoh Protocolnya


Ada banyak sekali protocol. Tapi yang kita bicarakan sekarang hanya seperti pada kolom sebelah
kanan seperti tertera pada gambar, yakni HTTP, TCP, UDP, IP, dan Ethernet.

Mungkin kamu sudah bisa menebak, kita akan menggunakan sampel umum: “Ketika seseorang
membuka browser, dan mengakses suatu halaman web”.
Yup, ini studi kasusnya.

Saya harap menjadi lebih mudah untuk dipahami.

Oh ya, sebelum kita mulai. Jangan salah paham mengenai TCP, IP, dan TCP/IP.

TCP, dan IP, adalah 2 protocol yang berbeda yang akan saya jelaskan dibawah. Sedangkan
TCP/IP adalah sebuah networking model. Karena berisi banyak protocol maka disebut juga
protocol suite.

Mari kita mulai.

#1. TCP/IP Application Layer


Fungsi application layer hanya menyediakan layanan terhadap aplikasi yang berjalan di
komputer. Ingat, hanya layanannya, bukan aplikasinya.

Misalnya, application protocol FTP adalah Filezilla.

… atau application protocol HTTP adalah web browser, yang paling kita kenal saat ini.
Meskipun faktanya browser tidak hanya bisa dilakukan dengan aplikasi seperti itu, bisa juga
dengan terminal misalnya di linux.

Nah tugas application layer disini adalah untuk mendefinisikan bagaimana sebuah browser bisa
mengambil konten dari sebuah web server hingga akhirnya tampil di web browser.

Berikut penjelasan mekanisme HTTP lebih detil.

Proses Komunikasi HTTP Secara Umum

Bayangkan seseorang membuka web browser dan mengakses suatu web. Proses sederhananya
kira-kira akan seperti ini.
Gambar 4: Proses HTTP (Dasar)

Misalnya saat kamu membuka situs ini, kamu akan mendapatkan laman dari https://ngonfig.net
yang merupakan homepagenya.

Mengenai https atau Hypertext Transfer Protocol Secure merupakan versi secure dari HTTP,
karena menggunakan SSL atau Secure Socket Layer.  Kadang disebut juga sebagai SHTTP atau
S-HTTP.

Tujuannya agar komunikasi terjadi dengan aman karena data yang terkirim akan terenkripsi. Ini
penting terutama pada situs-situs jual beli dimana pengguna menginputkan data confidential
seperti credit card.

Mekanisme HTTP

Diatas itu contoh yang paling sederhana atau kita sebut basic logic proses HTTP. Secara teknis
tidak seperti itu.

Di pertengahan 1990, Barner Lee menciptakan HTTP, web browser dan web server. HTTP disini
memberikan kemampuan ke web browser untuk meminta isi konten dari web server.

Begitu juga dengan web server, dengan HTTP dia bisa memberikan isi konten yang diminta oleh
client.

Prosesnya seperti ini:


Gambar 5: Mekanisme HTTP: – HTTP Get Request, – HTTP Get Reply, – HTTP Data

Protocol menggunakan header untuk menyimpan informasi. Dari mekanisme HTTP diatas kita
bisa melihat 3 proses yang terjadi saat client merequest laman web dari server.

1. GET Header: Anggap client mengakses https://ngonfig.net, berarti server akan mengirimkan
homepagenya. Begitu juga jika mengakses URL spesifik.
2. GET Reply: server menanggapi header dari client, dan membalasnya terlebih dahulu dengan
HTTP Header “OK” dilanjutkan mengirim sebagian isi homepage. Ini jika berhasil, maka
headernya akan bernilai “200”, selain itu misalnya “404” yang kita kenal dengan not found.
3. HTTP Data: karena komunikasi sudah terinisialisasi, maka server tetap lanjut mengirim isi konten
home.html, lebih efektif daripada mengirimkan header berulang-ulang.

Jika kita melihat proses dari application layer, maka sekilas prosesnya selesai dan sederhana.
Padahal ada sekian proses lagi yang terjadi, yaitu di layer-layer bawahnya.

Materi ini masih panjang, so let’s keep reading 🙂

#2. TCP/IP Transport Layer


Transport layer di TCP/IP disebut juga sebagai Host-to-Host, fungsinya untuk membangun
koneksi antar host. Misal antara komputer satu dengan yang lain, client dengan server.

Ada banyak protocol yang berada di tranport layer, tapi yang paling kita kenal secara umum
yaitu TCP (Transmission Control Protocol) dan UDP (User Datagram Protocol).

Kembali ke proses HTTP diatas, kita mengakses situs web tentunya menginginkan data yang
reliable.

Reliable seperti apa maksudnya?

Faktanya, pengiriman data dari satu komputer ke komputer lain itu prosesnya cukup kompleks,
dan banyak prosedurnya. Ada beberapa faktor yang menyebabkan data gagal terkirim.
Bayangkan saat ini kamu membaca situs ini dengan jaringan yang sering terganggu, sehingga
menyebabkan ada paragraf yang hilang, ada judul yang hanya setengah, atau huruf kata-kata
yang hilang ditengah paragraf.

Buruk kan?

Disinilah dibutuhkan TCP.

Transmission Control Protocol

Sampai disini kita setuju bahwa komunikasi HTTP diatas  berjalan dengan menggunakan TCP. 
Artinya HTTP membutuhkan jaminan agar data-data bisa dikirim secara sempurna.

Ketika data ada yang gagal terkirim, si penerima harus sadar bahwa hal itu terjadi, dan meminta
pengiriman ulang.

Caranya seperti ini: TCP memecah data-data tersebut (segment) lalu mengirimkannya
berdasarkan Sequence number (SEQ).

TCP juga memiliki banyak fungsi, tapi fokus kita hanya pada satu fungsi utama yang paling
dikenal, yaitu TCP Error Recovery.

Gambar 6: TCP Error Recovery

Seperti ini prosesnya:

1. Server sedang mengirim segment-segment dengan beberapa sequence number client.


2. Namun pada seq 2, segment gagal terkirim.
3. Setelah client menerima semua data, ternyata ada yang lost. Maka client meminta server untuk
mengirimkan kembali segment yang lost pada seq 2.

Begitulah proses TCP error recovery.


Sebelum kita lanjut, sebenarnya ada hal lain yang terjadi sebelum sampai pada proses ini. Yaitu
pembentukan koneksi.

Three-Way Handshake TCP

Jangan berfikir bahwa ketika kamu menginputkan alamat situs ini dibrowser, laptop yang kamu
gunakan akan langsung menerima konten situs ini. Tidak.

Saat client menginputkan alamat url di web browser, maka client melakukan request ke server
untuk membentuk koneksi, disebut establishing connection. Inilah kenapa komunikasi TCP
disebut connection oriented.

Pembentukan koneksi ini akan membentuk sebuah virtual link. Jalur virtual yang digunakan
untuk pengiriman segment.

Gambar 7: Three-way Handshake TCP

Dengan kata lain, pengirim dan penerima melakukan persetujuan dulu untuk melakukan
transmisi. Setelah keduanya setuju, maka dilakukan pembentukan koneksi, dilanjutkan dengan
pengiriman data.

Dalam proses pengiriman data inilah dibutuhkan TCP Error Recovery yang sudah saya jelaskan
diatas.

Jadi alurnya: Pembentukan Koneksi –> Pengiriman Data (dengan error recovery).

User Datagram Protocol (UDP)

Pertanyannya, apakah semua host-to-host menggunakan TCP?

Tidak selalu. Karena tidak semua komunikasi membutuhkan pengiriman data yang reliable.
Contohnya: komunikasi suara.
“Saat kita menelfon, adalah hal biasa kalau suara kita tidak sampai ke lawan bicara karena
gangguan koneksi. Bayangkan jika beberapa detik kemudian, suara tersebut sampai ke lawan
bicara.”

Tentunya ini mengganggu bukan?

Jadi ada pertimbangan kenapa menggunakan UDP dibanding TCP:

 Butuh komunikasi yang cepat


 Tidak perlu membentuk koneksi terlebih dahulu
 Tidak butuh error recovery

Semua diatas adalah kebalikan kriteria TCP.

Kita kembali ke studi kasus. Apa yang sebenarnya terjadi ketika client menginputkan alamat
URL di browser? Apakah langsung terjadi koneksi TCP, lalu pengiriman data HTTP?

Jawabannya, tidak.

Ternyata masih ada satu proses lagi.

URL yang diinput misalnya: https://ngonfig.net, ini adalah domain. Komputer tidak bisa
mengenali nama ini. Maka untuk mengenalinya dibutuhkan DNS atau Domain Name System.

Domain Name System adalah sebuah protocol yang digunakan untuk menerjemahkan alamat
domain (contoh: ngonfig.net) menjadi alamat IP.

Gambar 8: DNS Query

DNS server sudah memiliki sejumlah daftar domain-domain beserta alamat IP nya.

Jika suatu saat ada yang menanyakan, maka dia tinggal mengirimkan, dan tanpa ada proses untuk
memastikan pesan tersebut diterima oleh client. Juga tidak ada pembentukan koneksi sebelum
data tersebut dikirimkan.
Sampai disini saya harap kamu sudah memahami perbedaan antara TCP dengan UDP.

Nah, setelah alamat IP nya diketahui oleh client, maka client melakukan request koneksi ke IP
tersebut.

Jadi pada proses-proses yang telah saya jelaskan diatas, komunikasinya tidak lagi diarahkan ke
alamat domain, melainkan alamat IP.

Rangkuman alurnya: Input URL –> Menanyakan alamat IP dari sebuah domain –> Melakukan
request koneksi ke IP yang sudah didapat –> Melakukan pengiriman data.

Alamat IP ini yang akan kita bahas pada network layer dibawah.

Note: VoIP tidak sepenuhnya UDP, tapi juga menggunakan RTP untuk sequencing. DNS juga
membutuhkan TCP apabila besar data melebihi tampungan UDP.
More: When DNS uses TCP instead UDP.

#3. TCP/IP Internet Layer


Oh ya, semakin kebawah, pembahasan kita berarti semakin spesifik. Dari protocol yang banyak
di application layer, menjadi semakin kerucut kebawah, hingga ke nilai-nilai bits di fisik.

Dibawah akan saya berikan gambarannya.

Sekarang kita bahas layer 3, atau sering disebut dengan Network Layer.

Di layer network atau internet layer juga terdapat banyak protocol. Tapi, satu-satunya, yang
paling dikenal dan digunakan saat ini, yakni: IP atau Internet Protocol.

Disini saya tidak akan menjabarkan jenis-jenis IP address, kelasnya, apa itu network, dan apa itu
host.

Melainkan kita hanya akan membahas konsepnya saja.

Analogi Internet Protokol dan Kantor Pos

Bayangkan saat ini kamu ingin mengirimkan surat ke 2 tujuan yang berbeda, lokal dan
internasional, yaitu Jakarta dan Singapore.

… yang perlu kamu lakukan hanyalah menulis alamat tujuan dari surat tersebut dan
meletakkannya di kotak pos atau bisa langsung mengantarkannya ke kantor pos.

Kita tidak perlu memikirkan dan tidak perlu mengatur bagaimana dan jalur mana yang harus
ditempuh oleh pengantar surat agar sampai tujuan.
Betul bukan?

Gambar 9: Analogi Routing dengan Pengiriman Surat di Kantor Pos

Kita ketahui, kantor pos memiliki banyak cabang di setiap kota dan setiap daerah-daerah yang
sering terjadi pengiriman.

Seperti gambar, ternyata jalur yang ditempuh oleh kedua surat itu berbeda.

Karena, yang pertama: surat yang tadi dikirimkan akan dibedakan alamat tujuannya.

Lalu dipisahkan berdasarkan kantor yang terdekat, disana juga dilakukan pemisahan berdasarkan
tujuan pengiriman masing-masing. Ada yang harus dikirim terlebih dahulu ke kantor daerah, ada
yang langsung dikirim ke alamat tujuan.

Lalu, apa kaitannya dengan IP?

Ingat saya katakan terhadap dua surat tersebut, ada yang dikirimkan ke kantor terlebih dahulu,
ada yang langsung dikirim ke tujuan?

Ini karena di kantor pos sudah ada daftar alamat-alamat dan rute nya. Maka tak mungkin surat
tersebut sampai jika kita tidak menyertakan alamatnya.

Pembagian alamat ini, kita bedakan menjadi 2:

 Network address: misalnya, daerah Jakarta. Ini bisa dianggap seperti kode pos.
 Host address: ternyata ada Jakarta Barat, Jakarta Timur, dan seterusnya. Ini bisa dianggap
seperti alamat detil pengiriman, contohnya nomor rumah.
Packet Dikirim Berdasarkan Alamat IP

Setelah memahami analoginya, kita lanjut ke studi kasus. Kali ini saya membedakan DNS server
dengan HTTP server.

Gambar 10: Packet dibedakan atas network addressnya

Ingat baik-baik analoginya tadi, Internet Protocol mendefinisikan dua hal di IP Address.
Perhatikan gambar diatas:

1. Setiap IP yang dimiliki oleh host harus unik, 2.2.2.2, 3.3.3.3, dan 1.1.1.1
2. Selain itu, IP address ini juga harus bisa dikelompokkan, contohnya 2.0.0.0, 3.0.0.0, dan 1.0.0.0

Maka jadinya seperti ini:

 Client ingin mengetahui alamat IP dari domain https://ngonfig.net, maka mengirimkan query
terlebih dahulu ke DNS Server, sampai di layer network, komunikasi IP terjadi antara 1.1.1.1
dengan 2.2.2.2 (DNS Server).
 Setelah alamat IP didapat, client 1.1.1.1 membentuk koneksi TCP untuk proses pengiriman data
HTTP ke server 3.3.3.3 (HTTP Server).

Nah router disitulah yang menentukan arah-arah tersebut. Ini ibaratkan kantor pos tadi. Kalau
networknya berbeda, packet akan diteruskan ke router sebelahnya yang terhubung ke alamat
tersebut.
Selengkapnya silakan baca penjelasan tentang IP Address.

Dasar Proses IP Routing

Kita ulang lagi proses yang sudah terjadi diatas: pertama, client mencari IP web server, setelah
itu akan dilakukan komunikasi HTTP diawali dengan pembentukan koneksi.

Saat proses komunikasi HTTP, tentulah disini pesan yang dikirim sudah memiliki header. Nah di
header ini terdapat informasi alamat IP, yaitu IP sumber dan IP tujuan.

Gambar 11: Proses IP Routing

Gambar diatas kita sebut sebagai ip routing (routing), agar jaringan memiliki daftar rute untuk
mencapai wilayah tertentu. Disini kita bahas dasarnya saja.

Saat packet itu dikirim, inilah yang terjadi:

1. Client akan membandingkan terlebih dahulu, apakah 3.3.3.3 satu wilayah dengannya atau tidak.
Dalam kasus ini, tidak. Sehingga dia mengirimkannya ke R1.
2. Peran R1 disinilah kita sebut sebagai gateway. R1 mengetahui kalau 3.3.3.3 adalah wilayah yang
terhubung dengan R2, maka packet diteruskan ke R2.
3. Sampai R2, packet pun dikirimkan langsung ke 3.3.3.3 (server).

Intinya, yang dilihat pertama kali adalah wilayahnya (network addressnya), kemudian alamat
spesifiknya (host address).

#4. TCP/IP Link Layer (Data Link dan Physical)


Baik, diatas kita sudah membahas setengah materi kali ini.
Dari application layer (HTTP), lalu ke transport layer. Saat di transport layer kita kenal dengan
host-to-host layer dengan jargonnya “Just give me your data stream, with any instructions, and
I’ll begin the process of getting your information ready to send.”

Lalu di header TCP atau UDP tersebut terdapat source IP dan destination IP yang digunakan di
layer network atau internet layer.

… belum selesai.
Karena setiap perangkat terhubung dengan media bukan? Baik wireless maupun wired.

Kini giliran Link Layer (Data Link dan Physical) untuk melakukan tugasnya.

Di TCP/IP original, data link dan physical masih digabung, berarti protocol dan hardware
keduanya ada disini. Sedangkan di TCP/IP updated sudah dibedakan.

Sederhananya, link itu istilah yang digunakan untuk menyebutkan jalur antar node yang saling
terhubung. Data yang dikirim adalah nilai bits, pada physical, dan frame pada data link.

Maka IP packet yang dibentuk di layer network tadi akan dibungkus lagi seperti ini:

Gambar 12: Proses enkapsulasi ethernet

1. Client mengenkapsulasi IP packet dan berada diantara Ethernet header dan Ethernet trailer, ini
akan menciptakan Ethernet frame.
2. Ethernet frame ini ditransmisikan menggunakan sinyal bit melalui media penghubung.
3. R1 menerima sinyal bits tersebut dan mengartikannya menjadi ethernet frame.
4. Setelah ethernet frame terbentuk, maka ethernet header dan ethernet trailer tadi dibuang,
menyisakan IP packet.

Selesai..
Mengenai jenis enkapsulasi ini akan kita banyak dibahas jika sudah sampai ke materi WAN,
seperti HDLC, Frame-Relay, atau PPP.

… dan juga switching.

Ingat kalau switch tidak mengenal IP address, dia melakukan switching frame berdasarkan mac
address yang sudah ada di tabelnya.

Nah untuk mencari tau IP address dari suatu perangkat, digunakan protocol ARP (Address
Resolution Protocol).
[Kita bahas di lain kesempatan]

Pahami dulu tentang broadcast domain, dan collision domain, serta bagaimana switch memecah
collision domain.

Enkapsulasi Data di TCP/IP


Baiklah, sebenarnya diatas saya sudah menjelaskan proses enkapsulasi dan deenkapsulasi ini.
Untuk memudahkan pemahamannya, mari kita rangkum kembali prosesnya.

Diatas saya sudah menjelaskan bagaimana HTTP, TCP – UDP, IP, dan Ethernet melakukan
tugasnya. Setiap layer ini akan menambahkan headernya (di data-link, ada trailer) dari data yang
diterima dari layer yang diatasnya.

Server mengenkapsulasi isi konten di dalam HTTP header. Kemudian TCP layer
mengenkapsulasi HTTP header tadi kedalam TCP header. Lalu IP mengenkapsulasi TCP header
kedalam IP header.

… dan akhirnya di Ethernet link layer, dienkapsulasi IP packet kedalam header dan trailer. Ini
kita sebut frame.

Sampai kemudian dikirimkan berupa sinyal bit melalui media penghubung.

Rangkuman Studi Kasus TCP/IP – Enkapsulasi dan Deenkapsulasinya (5 Tahap)

Tahap 1:
Membentuk dan mengenkapsulasi application data dengan header layer application yang
dibutuhkan. Misalnya pesan 200 (OK) di HTTP yang dibalas oleh HTTP header, dan diikuti oleh
sebagian konten web.

Tahap 2:
Mengenkapsulasi data dari application layer ke header transport layer. Disini menggunakan TCP
untuk HTTP atau UDP untuk DNS.
Tahap 3:
Data dari transport layer dienkapsulasi kedalam IP header.

Tahap 4:
IP Header kemudian dienkapsulasi dengan membungkusnya dengan ethernet header dan ethernet
trailer.

Tahap 5:
Mengirim sinyal bit, yang nantinya akan diterjemahkan oleh perangkat penerima, dan
menghasilkan ethernet frame kembali, dan deenkapsulasi pun dilakukan.

[BONUS] Enkapsulasi Deenkapsulasi TCP/IP

Semoga memudahkan pemahaman tentang TCP/IP.


Selamat!
Kamu sudah memahami satu pondasi dasar terpenting di jaringan komputer.
Konsep Dasar IP Address dan Tata Cara Pengalamatannya
Last updated: November 29, 2018 by fathurhoho
4 Comments

Sebagai orang awam, sudah cukuplah kalau cuma tau bahwa IP Address itu adalah alamat IP.
Fungsinya sebagai alamat komputer. Cara mengatur dan melihatnya bisa dari network manager
di komputer.

Sip, gitulah kira-kira, ya kan?

Nah kita sebagai orang IT, apalagi network engineer, harus benar-benar paham tentang IP
Address. Pemahamannya harus sampai ke bagaimana teknik pengalamatan IP Address yang
efektif dan efisien di network yang kita kelola.

Oke. Pertanyaan dasar…

 Apa itu IP? Apa itu IP Address? Apa itu IP Addressing? (Ini sama atau beda sih)
 Fungsinya itu semua buat apa?
 Lah kok ada /24, /23, ada 255.255.255.0, ini maksudnya apa?
 IP Address si fulan sama anton kok bisa sama? Gapapa?
 Ini katanya ip address saya 192.168.100.10, kok dilihat di internet malah beda?
 … dll

Kalau kamu bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas dengan mudah disertai senyuman yang
sumringah.

Selamat, kamu patut berbahagia. Boleh lanjut baca tulisan ini sebagai bahan review atau lanjut
ke bab berikutnya tentang belajar subnetting.
… nah bagi kamu yang kebingungan.

Mari, kita bahas biar paham.

#1. Internet Protocol atau IP


Sebelum kita bahas mengenai IP Address, kita bahas dulu IP nya. Karena IP adalah protocolnya.
Saya ingatkan lagi mengenai konsep TCP/IP yang sudah kita pelajari di bab networking model.

Internet Protocol berada di internet layer atau network layer TCP/IP.

Gambar 1: Internet Protocol di TCP/IP Layer

Kira-kira tugas internet layer atau network layer adalah seperti ini:

 Menyediakan interface ke layer-layer diatas, atau dibawahnya. Contoh: packet http/dns/etc


harus lewat network layer dulu untuk sampai ke fisik perangkat. (Ini tentang enkapsulasi)
 Melakukan pekerjaan routing. Nah disinilah network layer menggunakan internet protocol.
Alasannya?

Karena… internet protocol yang tau sistem interkoneksi di sebuah jaringan. Kan tiap perangkat
yang terhubung di jaringan, punya alamat.

Alamat itulah yang kita sebut sebagai IP address.

Setiap packet yang diterima/dikirim, diperiksa dulu alamatnya, kalau tujuannya adalah perangkat
lain. Maka dilihat tabel routing, dan dipilih jalur mana yang paling baik.

Kalau alamatnya adalah perangkat itu sendiri, maka dienkapsulasi menjadi PDU layer bawahnya,
hingga sampai ke bits.

💡 Salah satu fungsi loopback dikatakan untuk memeriksa TCP/IP stack. Karena packet
tersebut dienkapsulasi dan diproses untuk dirinya sendiri.

Jadi, bahasan IP address kita sekarang adalah bagian kecil dari network layer dan internet
protocol.

Serius, kamu harus sudah memahami materi tcp/ip kalau mau benar-benar memahami IP
Address.

#2. IP Header
Belum sampai ke IP Address nih, kita bahas dulu headernya.
Tiap layer di TCP/IP memiliki protocol (y), dan setiap protocol tersebut memiliki header,
termasuk Internet Protocol. Berikut header IPv4:

Gambar 2: IPv4 Header

duh.. banyak.

Tenang.. untuk saat ini, sebagian besar engga perlu diambil pusing. Cukup yang saya warnai
abu-abu saja, protocol, source address, dan destination address. Sisanya cuekin aja gapapa.

Namun untuk menghindari gap, dibawah akan saya jelaskan satu persatu fieldnya. Bisa diskip
kok, atau anggap saja bonus

(ngomong-ngomong, penjelasan ini engga kamu temukan di buku-buku CCNA, ‘untuk saat ini’)

Kotak-kotak diatas kita sebut sebagai field.

Misal field version, ukurannya 4 bit — dan keseluruhan IP Header memiliki ukuran 32 bit atau
sama dengan 4 byte.

Oke, tambah satu lagi prerequisites. Kamu harus sudah paham mengenai bit number, atau
bilangan biner serta bagaimana mengkonversi bilangan biner ke desimal.

a. Version Field

Field version berisi versi IP. Ada 2 versi IP, yaitu;

1. Versi 4 (IPv4)
2. Versi 6 (IPv6)

Tapi yang kita bahas sekarang hanya IPv4. Ini IP packet yang saya capture menggunakan
wireshark:

Gambar 3: IP version field in IP Header

See? Kita engga cuma ngomongin ‘teori doang’.

Kamu juga bisa mempraktekkan ini, cukup gunakan wireshark dan do your stuff. Sebenarnya
masih ada satu lagi sih versi IP, buat kamu yang mungkin pernah bertanya-tanya, ada IPv4, ada
IPv6.

Lantas kemana perginya IPv5?


Di jaringan komputer engga ada pemahaman mistik seperti nomer lift yang (biasanya engga ada
lantai 13). Jadi bukan karena angka keramat ya.

IPv5 sudah pernah dikembangkan, namun peruntukannya tidak seperti layaknya IPv4 dan IPv6,
melainkan untuk kebutuhan real-time media. Oleh karena itu, IPv5 disebut Internet Stream
Protocol.

Selain nilai 4 (0100) dan 6 (0110), field version juga bisa bernilai 5 (RFC1700) — Internet
Stream Protocol, fungsinya untuk menyediakan QOS untuk multimedia real-time.

Jadi, ada keadaan dimana IPv5 ini dienkapsulasi didalam IPv4. Saat mentransfer data ‘biasa’,
digunakan IPv4. Namun saat pertukaran media ‘real-time’, digunakan IPv5.

… dah, kita fokus ke IPv4 saja. Oh ya, ingat baik-baik struktur IP header dan capturenya diatas.

b. Internet Header Length (IHL) Field

Field Internet Header Length menunjukkan panjang IPv4 header dalam 32-bit words. Misal field
IHL nya adalah 5 (0101), berarti panjang headernya 5 x 32 = 160bits, atau 4 bytes.

Gambar 4: IHL field IP Header

Nilai minimum IHL adalah 5 atau 20 bytes, tidak termasuk field option dan padding. Jika kedua
field ini muncul, nilai field bisa bertambah lagi — minimum 20 byte (lagi) dan maksimum 60
byte.

Mulai pusing?

.. atau bingung dengan maksud 32 bit word?

Kalau kamu pernah belajar assembly, maka sering menggunakan unit word sebagai bilangan.
Karena peruntukan bahasa tersebut lebih ke prosesor, begitu juga IHL, pengaruhnya lebih
mengarah ke prosesor.

Gambar 4: 32-bit word

Size field IHL hanya 4 bit. Untuk mendefinisikan panjang IP header yang lebih dari 4 bit, maka
digunakan 32-bit word untuk nilai setiap bitnya (nilai 1 sama dengan kelipatan 32 (ukuran IP
header).

Begini field yang terpakai jika nilai IHL-nya 5.


Gambar 5: IHL Value

Nah kalau di IPv6, tidak ada field IHL. Karena length nya fixed. Sehingga lebih efisien
prosesingnya. Lalu field options – data tadi, diganti dengan field ekstention header.

Pusing yah? Ayo lanjut kebawah.

c. Type of Service (ToS) Field

Bahasan ToS sangat kompleks, dan masih jauh dari materi kita saat ini. Pahami saja bahwa ToS
ini ada di IP header. Nilainya nanti akan mempengaruhi QoS (quality of service).

Benda apalagi ini mas? :((

Intinya ToS dan QoS menentukan perlakuan terhadap suatu ip packet. Jika ada beberapa packet
diantrian yang mau dikirimkan ke salah satu interface, ToS mempengaruhi yang mana lebih
prioritas.

d. Total Length Field

Total length field menunjukkan ukuran keseluruhan ip packet beserta data (payload), dalam
ukuran byte. Jika ip packet dienkapsulasi di layer bawahnya kan kira-kira seperti ini:

Gambar 6: IP Packet = IP header + Data (Payload)

Diatas sudah saya sertakan [Data] di IP header. Nah panjang data ini variable, tidak fixed. Misal
total lengthnya adalah 84 seperti diatas, sedang IHL kan 20 byte (tanpa data), berarti dari sini
kita tahu nilai data tersebut adalah 64 byte.

Ukuran IPv4 total length adalah 16 bit field. Berarti ukuran packet di IPv4 bisa sampai 65,355
byte. Namun pada kenyataanya tidak bisa sampai segitu karena keterbatasan MTU.

Mengenai MTU akan kita bahas di lain kesempatan karena materi ini berkaitan dengan
fragmentation. (Barangkali kamu pernah testing MTU dengan mengirim packet size sekian +
option don’t fragment, ini dia)

e. Time to Live (TTL) Field

Dalam transmisi packet, ada batasan waktu yang dibuat. Tujuannya agar packet tersebut engga
terus-terusan berjalan, yang akhirnya menyebabkan loop. Batasan ini dinamakan TTL atau Hop
Limits.
Gambar 7: TTL field

Nilai field tersebut menunjukkan seconds, berarti TTL 255 sama dengan 4.25 menit.

Saya lebih suka menyebutnya hop limits, karena dalam praktiknya nilai tersebut berkurang 1
setiap kali packet diterima. Bukan dalam hitungan detik/menit.

Jika nilai TTL mencapai 0, maka source packet akan menerima pesan ICMP exceeded message
(artinya packet tersebut kadaluarsa), usang di perjalanan.

Nilai TTL juga beragam, contoh diatas ketika saya mengirim ICMP dari komputer (linux) ke
router (cisco), nilainya 255. Nilai TTL di http beda lagi. Juga setiap OS, memiliki nilai TTL
berbeda.

Silakan kamu praktekkan saja.

d. Protocol Field

Protocol field berisi nilai untuk mengindikasikan protocol yang dibawa di data ip IP Packet.
Protocolnya bisa TCP Protocol atau UDP protocol (layer atasnya), atau IP protocol (layernya
sendiri).

Gambar 8: TCP/IP layer Protocol

Ingat, salah satu karakteristik IP yaitu connectionless, artinya tidak ada setup connection. Jika
ingin mentransport data, maka IP menggunakan protocol transport UDP atau TCP.

Saya ingatkan lagi gambaran enkapsulasinya, kira-kira seperti ini:

Gambar 9: Enkapsulasi Data di TCP/IP

Saya sudah memberi gambar capture ip packet wireshark beberapa kali di atas. Coba perhatikan,
ada yang protocolnya berisi nilai 6, berarti TCP, seperti HTTP.

Gambar 10: Protocol Field IP Header

Bisa juga berisi nilai 17, berarti UDP, contohnya DNS atau DHCP. Juga ada yang berisi nilai 1
(yaitu ICMP). Ingat yah, ICMP adalah Internet Protocol, bukan TCP, juga bukan UDP.
Penomoran protocol TCP, UDP, dan IP dispesifikan di RFC 1700, kemudian digantikan dengan
database dibawah naungan IANA (Internet Assigned Number Authority).

Protocol Name Protocol Number

ICMP 1

IP in IP tunneling 4

TCP 6

UDP 17

EIGRP 88

OSPF 89

IPv6 41

GRE 47

Layer 2 Tunnel (L2TP) 115

Diatas adalah protocol number yang sering muncul di protocol field, atau selengkapnya bisa
kamu buka di laman assigned internet protocol number – IANA.

Sedangkan port number yang berada di layer transport (TCP dan UDP), bisa kamu lihat listnya
disini: (lengkap, mulai official dari IANA sampai proprietary vendor).

e. Header Checksum Field

Field checksum berukuran 16 bit, fungsinya untuk memproteksi ip packet agar tidak corrupt di
perjalanan.

Tiap router akan memeriksa field checksum, jika fail maka packet akan didiscard.

Dari capture diatas kelihatan kalau “verification disabled”, sebenernya ini dari pengaturan
wireshark saya (default sejak versi sekian). Silakan baca disini mengenai alasannya.

f. Source Address dan Destination Address Field

Source address adalah alamat sumber packet, dan destination address adalah alamat tujuan
packet. Kedua field ini ukurannya adalah 32 bit. Dengan kata lain, ukuran IP Address versi 4
adalah 32 bit.

Contoh: source addressnya 192.168.0.1, dan destination addressnya adalah 192.168.0.2.


Kenapa angka ini ukurannya adalah 32 bit dan bagaimana formatnya? Penjelasannya akan saya
berikan di bawah ini.

Berikut karakteristik source address dan destination address IPv4 yang perlu kamu ingat:

 Source address adalah sumber packet, dan alamatnya selalu unicast.


 Destination address adalah penerima atau tujuan akhir packet. Alamatnya bisa unicast,
multicast, atau broadcast.

Source address dan destination address bisa saja berubah, hal ini dikarenakan adanya translasi
address, dikenal dengan NAT (Network Address Translation).

g. Options Field, Padding Field, dan Data Field

Sesuai namanya, kedua field ini optional sehingga tidak selalu muncul di IP header. Fungsinya
untuk testing, debugging, atau kebutuhan security. Contohnya options field bisa berisi route
record, timestamp dan traceroute.

Padding field hanya ada, jika options field digunakan.

Terakhir, data field adalah data dari layer atasnya. Perhatikan lagi ilustrasi-ilustrasi enkapsulasi
diatas. Maka setelah IP header, akan ada Data. Kedua ini yang kemudian dienkapsulasi di layer
bawahnya.

#3. Penjelasan Dasar IP Address


Baiklah.. ini materi utama kita. So, kamu harus konsentrasi penuh.

Dari sedikit penjelasan diatas, saya yakin kamu sudah siap dan sudah punya sedikit gambaran
mengenai IP address.

Pertama: IP address digunakan sebagai alamat logic (bukan fisik) sebuah komputer, yang
melekat di Network Interface Card (NIC).

Kemudian, alamat tersebutlah yang digunakan untuk mengirim packet baik dalam sebuah
jaringan yang sama, maupun berbeda jaringan, dan hal ini terjadi di network layer, yang
menggunakan Internet Protocol.

Dibawah kamu akan mempelajari fundamental IP address dari struktur alamatnya, kelas ip
address, jenis-jenis ip address.

…hingga diakhir materi nanti, kamu akan paham teknik pengalamatan IP address yang efektif.
a. IP Terminology

Syarat pertama memahami IP address, kamu harus kenal beberapa term atau istilah yang
nantinya akan sering kita gunakan, diantaranya sebagai berikut:

 Bit: bilangan biner, nilainya 1 (on) atau 0 (off). Jika masih belum paham bilangan biner, silakan
belajar dulu.
 Byte: sama dengan 8 bit.
 Oktet: 1 oktet terdiri dari 8 bit, sama dengan byte, dan IP address terdiri dari 4 oktet.
 Network address: alamat network (seperti alamat perumahan, maupun blok perumahan)
 Host address: alamat host (seperti alamat aktual sebuah rumah di perumahan)
 Broadcast address: sebuah alamat yang digunakan untuk mengirim pesan ke semua host.

Juga ada istilah subnet atau subdivided network. Anggap saja sub-network, seperti di perumahan,
ada blok A, blok B, atau Cluster Anggrek, Cluster Kamboja, dll.

Jadi, subnet adalah sebuah alamat network yang dibagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.
Sesuai dengan namanya, sub(divided)-network.

Paham yah sampai disini?

b. Struktur IP Address

IP address kan terdiri dari 32 bit. Namun dalam penggunaannya, 32 bit ini dibagi menjadi 4
bagian, yang masing-masing bagiannya adalah 8 bit.

Cara penulisannya ada 3:

1. Doted-decimal notation atau disingkat DDN, contoh: 192.168.10.69 — yang paling sering
digunakan. .
2. Bit notation atau dengan binary, contoh: 11000000.10101000.00001010.01000101 — latihan
dengan notasi ini saat belajar IP address.
3. Hex notation atau dengan hexadecimal, contoh: C0.AB.A.45 — jarang digunakan, tapi ada
beberapa program yang menuliskan IPv4 address dengan hexadecimal.

Gambar 11: IPv4 Address dibagi menjadi 4 oktet

Alamat 192.168.10.55 diatas hanya contoh saja.

Kemudian, dari pembagian IP addres diatas, struktur IP address sifatnya hirarkikal. Maksudnya?

Kan panjangnya 32 bit. Berarti totalnya ada 2^32, atau 4,294,967,296 address. Jika flat (tidak
hirarkikal) berarti alamat IPv4 dimulai dari 0 sampai 4.xxx.xxx.dst (4 miliar sekian) alamat
tersebut.
Tentu hal tersebut tidak efektif untuk routing karena setiap perangkat harus punya IP yang unik
— dan tiap router di dunia ini harus menyimpan semua alamat-alamat tersebut kalau mau bisa
berkomunikasi.

Maka solusinya adalah struktur IP Address dijadikan hirarki; two-level hirarkikal, atau three-
level hirarkikal, seperti ini:

 Two-level hirarkikal: network – host


 Three-level hirarkikal: network – subnet – host

Perhatikan gambar dibawah agar lebih jelas:

Gambar 12: Struktur IP Address bersifat hirarki

Sekarang, kita fokus masih fokus ke two-level hirarki.

Karena three-level hirarkikal akan lebih kamu pahami jika kita sudah sampai ke materi
subnetting. (Ingat lagi analogi subnet dengan blok perumahan tadi.)

Baiklah…

Sampai disini, kamu sudah belajar 2 hal tentang IP address.

1. Pertama: panjangnya yang 32 bit, dibagi menjadi 4 bagian yang masing-masing 8 bit (oktet).
2. Kedua: strukturnya hirarki, tiap oktet dibagi atas network-host, atau network-subnet-host.

… dan masih ada lagi. IP address juga dibagi-bagi menjadi beberapa kelas.

Yuk, silakan diseduh dulu kopinya. Pembahasan kita masih panjang.

#4. Kelas IP Address


IP Address didesign menjadi beberapa kelas, tujuannya agar lebih mudah disesuaikan dengan
kebutuhan. Ada kelas IP address yang menyediakan ruang untuk network yang banyak, tapi
ruang untuk hostnya sedikit.

Sebaliknya, ada juga kelas IP address yang ruang networknya sedikit, tapi ruang untuk hostnya
banyak.

Itulah konsep sederhana pengkelasan ip address, silakan diingat baik-baik.

Kalau digambarkan, seperti ini kelas ip address yang dibagi menjadi: Class A, Class B, Class C,
Class D, dan Class E.
Gambar 13: Kelas IP Address

Dibawah akan kita bahas struktur masing-masing kelas IP address diatas.

Sekarang coba kamu pahami sedikit mengenai peletakan network — host dengan nilai bitnya. Ini
nantinya akan digunakan sebagai notasi subnet mask atau prefix length.

 Class A: Network – Host – Host – Host


Perhatikan nilai bit untuk networknya. Ada 8 bit kan? Maka kita bisa menyebutkan class A ip
address di /8.
 Class B: Network – Network – Host – Host
Bisa disebut dengan /16.
 Class C: Network – Network – Network – Host
Bisa disebut dengan /24.

Gampang kan?

Kelas A paling banyak alokasinya. Hingga 50% dari keseluruhan ip address versi 4. Seperti ini
jika digambarkan dengan diagram:

Gambar 14: Alokasi IP Address Versi 4 – Classfull

Khusus class D, digunakan untuk multicast (dibawah ada penjelasan lebih lanjut). Mengenai
class E, alamat ini sudah reserved untuk digunakan di masa mendatang (tidak lagi experimental
atau research).

Dari subnet mask, atau prefix length: kita bisa tahu seberapa lebar ukuran network address (juga)
darisitu kita bisa tahu berapa lebar ukuran host addressnya.

Dibawah nanti kita akan hitung-hitungan sedikit nilai bitnya.

A. Range Kelas IP Address

Masih ingat konsep pengkelasan IP address yang saya singgung diatas kan?

Jika menggunakan kelas A, kamu bisa punya sampai 126 network address (sedikit). Tapi.. host
address setiap network di kelas A, bisa banyak. Hingga 16 juta sekian.

Sedangkan jika menggunakan kelas B, networknya bisa sampai 16 ribu sekian (lebih banyak dari
kelas A). Tapi jumlah host setiap networknya lebih sedikit dari kelas A, yaitu 65 ribu sekian.
Nah biasanya kalau belajar IP address, pakai kelas C. Karena host address setiap networknya
cuma sedikit, cuma 254 host, tapi jumlah network addressnya bisa hingga 2 juta sekian.

Kalau lagi belajar, ga perlu banyak-banyak buat network address. Nanti pusing.

Oh ya, ini tabel range network dan host setiap kelas IP address.

Kelas IP Address Range (bit) Oktet Pertama Jumlah Network Address Jumlah Host Address

Class A 0 sampai 127 126 (2 reserved) 16.777.214

Class B 128 sampai 191 16.384 65.534

Class C 192 sampai 223 2.097.152 254

Dari tabel diatas, berikut adalah range network address yang valid (yang bisa digunakan):

 Class A: 1.0.0.0 sampai 126.0.0.0


 Class B: 128.0.0.0 sampai 191.255.0.0
 Class C: 192.0.0.0 sampai 223.255.255.0

… dah.

Kalau liat tabel doang, kamu bisa kebingungan.

Coba kamu perhatikan range bit class A, 0 sampai 127 (oke hasilnya 126). Tapi Class B, dari 128
ke 191 kok malah dapetnya 16.384? Hayo tebak.. kenapa bisa seperti itu.

Kalau bingung, sekarang saatnya kita hitung-hitungan 🙂

B. Network Address Class A

Kita akan membahas network address class A terlebih dahulu, perhatikan gambar kelas IP
address diatas. Nah kita akan bermain di 8 bit pertama (oktet pertama).

Aturan network address class A: nilai bit pertama harus “off” atau bernilai “0”. Bit kedua
dan seterusnya (jika bernilai 1 semua) akan mencapai range maksimal, perhatikan:

Value 128 64 32 16 8 4 2 1

0 0 0 0 0 0000

127 0 1 1 1 1111

 00000000 = 0, network bit class A address (oktet pertama)


 01111111 = 127, network bit class A address maksimum (oktet pertama)

Ukuran untuk network address class A adalah 8 bit, namun bit pertama diharuskan nol sehingga
nilainya 2 pangkat 7 sama dengan 128. Ada 2 reserved address sehingga 126.

Host address Class A

Dari format diatas kita bisa lihat space untuk host address class A adalah 3 byte (3 oktet). Sama
dengan 24 bit. Berarti 2 pangkat 24, hasilnya 16,777,216 address.

Format ip address Class A: network-host-host-host

Alamat networknya yang valid adalah 1 sampai 126. Sedangkan hostnya adalah dari 1 sampai
254 setiap oktetnya.

Nilai 255 identik dengan alamat broadcast (akan kita bahas dibawah).

Misal: ip addressnya 10.1.2.3. Maka nilai 10 adalah network addressnya — dan 1.2.3 adalah host
addressnya. Hingga sampai ke nilai 11 (baru sampai ke network selanjutnya).

Valid address range Class A

Ingat saja rumus ini untuk mengetahui valid addressnya:

 Host bit bernilai 0 semua, adalah network address: 10.0.0.0


 Host bit bernilai 1 semua, adalah broadcast address: 10.255.255.255

Maka valid address dari contoh tersebut adalah dari 10.0.0.1 sampai 10.255.255.254 (biasa
disebut last host atau higher address).

C. Network Address Class B

Network address class B berada di oktet pertama dan kedua.

Aturannya network address class B: bit pertama dari oktet pertama harus bernilai “on” atau “1”
sedangkan bit kedua harus bernilai “off” atau “0”.

Value 128 64 32 16 8 4 2 1

128 1 0 0 0 0000

191 1 0 1 1 1111

 10000000 = 128, network bit class B address minimum (oktet pertama)


 11000000 = 191, network bit class B address maximum (2 bit di oktet pertama)
Ukuran network address class B adalah 16 bit (2 oktet), tapi mengikuti aturan pengalamatan
diatas, kita punya 14 bit untuk dimanipulasi. Berarti 2 pangkat 14, sama dengan 16,384 network
address class B.

Host address Class B

Dua byte pertama untuk network address, 2 byte sisanya untuk host address. Berarti 2 pangkat 16
untuk host address class B, sama dengan 65,534.

Format host address class B: network-network-host-host.

Contoh ip addressnya: 172.16.30.18. Maka network addressnya adalah 172.16 dan host
addressnya adalah 30.18. Jelas kan..?

Valid address range Class B

Berikut valid addressnya:

 Host bit bernilai 0 semua, adalah network address: 172.16.0.0


 Host bit bernilai 1 semua, adalah broadcast address: 172.16.255.255

Ingat yang terakhir (255) digunakan untuk broadcast address. Maka valid address range class B
dari contoh tersebut adalah mulai 172.16.0.1 sampai 172.16.255.254.

D. Network Address Class C

Nah, kita sampai ke yang paling gampang, class C. Kita main di 3 bit pertama di oktet pertama.

Aturan network address class C: 2 bit pertama harus bernilai “on” atau “1”, sedangkan bit ke tiga
harus bernilai “off” atau “0”.

Value 128 64 32 16 8 4 2 1

192 1 1 0 0 0000

223 1 1 0 1 1111

 11000000 = 192, network bit Class C address minimum (3 bit oktet pertama)
 11011111 = 223, network bit Class C address maksimum (3 bit oktet pertama)

Ukuran network address Class C adalah 3 oktet atau 24 bit. Tapi 3 bit reserved berdasarkan
aturan diatas, sehingga total network address class C adalah 2 pangkat 21, sama dengan
2.097.152.
Host address Class C

Tiga byte pertama digunakan untuk network address. Maka host address Class C hanya 1 byte,
yang terakhir.

Format host address class C: network-network-network-host.

Contoh ip addressnya: 192.168.12.33. Maka network addressnya adalah 192.168.12 sedangkan


host addressnya adalah 33. Gampang kan?

Valid address range Class C

Validnya seperti ini:

 Host bit bernilai 0 semua, adalah network address: 192.168.12.0


 Host bit bernilai 1 semua, adalah broadcast address: 192.168.12.255

Jangan lupa, alamat 192.168.12.255 adalah alamat broadcast. Maka range address class C yang
valid dari contoh diatas adalah: mulai 192.168.12.1 sampai 192.168.12.254.

E. Network Address Class D dan Class E

Coba perhatikan yang class C. Network addressnya berhenti di 223 kan?

Nah, 224.x.x.x digunakan untuk multicast, range nya dari 224.0.0.0 sampai 239.255.255.255.
Inilah class D.

Beberapa protocol yang menggunakan alamat multicast adalah routing protocol seperti EIGRP
dan OSPF. Alamat tersebut digunakan untuk menyebarkan informasi routing.

Sedangkan class E, rangenya dari 240 dan seterusnya, digunakan for scientific purpose (future
used). Tidak kita bahas terlalu panjang, ingat saja rangenya.

5. Reserved Address IPv4 (addresses with special purpose)


Gimana? Sudah mulai pusing dan bosan? (Saya merasakan ini ketika belajar IP address, terutama
kalau udah ketemu class B dan Class C).

Ingat, yang penting konsep pengalamatannya dan kamu harus udah bisa menghitung binarinya.
Selebihnya pemahaman kamu tentang ip address akan matang jika sering mempraktekkannya
(terutama di routing).

Dari alamat-alamat yang kita bahas tadi kan, ada beberapa alamat yang engga bisa digunakan,
entah karena reserved for special purpose of for blahblahblah.

Ini rangkumannya biar gampang mengingatnya.


No Alamat Fungsi

Menunjukkan “alamat network” dari host atau network


1 Nilai “0” semua di host address
tertentu

2 Nilai “1” semua di host address Menunjukkan “seluruh host” di network tertentu

Nilai “0” semua di keseluruhan IP


3 Artinya “network manapun”
address

Nilai “1” semua di keseluruhan IP Broadcast ke seluruh host di seluruh network ataupun network
4
address tertentu

5 Network 127.0.0.0 Loopback address

6 Network 169.254.0.0/16 Link local address

… kebayang?

Berikut penjelasan dan contohnya: (beberapa erat kaitannya dengan subnetting yang akan kita
bahas di bab berikutnya).

a. Nilai “0” atau “1” di host address

Contohnya, alamat: 172.16.30.19

Alamat tersebut kelas B, ya kan? 172.16 adalah network addressnya, sedangkan 30.19 adalah
host addressnya.

Maka kalau kita uraikan menjadi seperti ini:

 Nilai 0 semua di bit host address


172.16.00000000.00000000 = 172.16.0.0 » Artinya network address 172.16.0.0 saja (network
berikutnya adalah 172.17.0.0).
 Nilai 1 semua di bit host address
172.16.11111111.11111111 = 172.16.255.255 » Artinya seluruh host yang berada di network
172.16.0.0 tadi, alias broadcast.

Aturan ini sama saja baik untuk network yang classfull (mengikuti kaedah pengkelasan IP
address), maupun yang sudah subnetted, atau classless.

b. Nilai “0” atau “1” semua di keseluruhan IP address

Bagian ini melibatkan seluruh bit di semua ip address (bit di porsi network juga bit di porsi host).
1. Nilai bit nya 0 semua = 0.0.0.0
Artinya network manapun, contohnya bisa kamu temukan di tabel routing, jika ada alamat
0.0.0.0 maka itu adalah default route.
2. Nilai bit nya 1 semua = 255.255.255.255
Artinya broadcast address ke seluruh network atau network tertentu.

Khusus contoh kedua, kamu harus sudah paham seperti apa itu broadcast. Jika paket dikirim ke
alamat 255.255.255.255, maka pesan akan di broadcast ke semua network, atau ke network
tertentu.

Tergantung oleh siapa pesan broadcast tersebut diterima pertama kali. Jika switch (tanpa
VLAN), maka akan disebar ke semua network.

Silakan baca materi sebelumnya:

 Infrastruktur jaringan dasar (belajar internetworking).


 Traffik dan arsitektur jaringan komputer (erat kaitannya dengan jenis ip address yang akan kita
bahas di bawah).

c. Network 127.0.0.0

Ingat di bahasan address Class A, ada 2 alamat yang reserved, yaitu 0.0.0.0 (yang baru kita
singgung), dan 127.0.0.0

Nah, network 127.0.0.0 digunakan untuk alamat loopback. Biasa defaultnya adalah 127.0.0.1/8.
Silakan periksa alamatnya di laptop kamu masing-masing.

Gambar 15: Loopback Address

Range nya sampai berapa?

Lihat saja bit networknya, ada 8. Berarti di kelas A.

Alamat loopback berada di virtual interface (tidak fisik NIC), jadi sifatnya tidak pernah down
(selalu up), fungsi utamanya untuk cek TCP/IP stack atau kebutuhan routing, atau kebutuhan
manajemen.

Contoh yang sering kita akses http ke loopback sendiri (identik dengan localhost), atau telnet ke
loopback sendiri untuk ngecek service di local yang kita buat (entah itu samba, ssh, ftp, dll).

Jika hal itu dilakukan, kita sudah melakukan proses untuk membuat tcp/ip stack agar bekerja
(sekaligus memeriksanya), tanpa mengirim traffic ke luar jaringan.

Selebihnya silakan baca materi trafik jaringan komputer diatas.


d. Network 169.254.0.0

Saat kita menggunakan dhcp dan gagal mendapatkan alokasi address, biasanya otomatis
digantikan dengan alamat 169.254.46.128 dan sebagainya.

Gambar 16: APIPA Address

Pernah ngalamin?

Alamat tersebut automated jika engga bisa reach dhcp server, disebut juga link-local address
IPv4 sehingga tidak bisa dirouting.

Alamat ini sering disebut APIPA address atau Automated Privated IP Addressing. Rangenya dari
169.254.0.1 sampai 169.254.255.255

6. Private IP Address
Kita sudah bahas ip address secara menyeluruh, dibagi atas kelas A, kelas B, kelas C, kelas D
dan kelas E. Namun tidak semua kelas ip address bisa kita assign ke interface, karena
digunakan untuk kebutuhan khusus.

Juga tidak semua ip address bisa kita assign ke interface, ada beberapa yang reserved, ada juga
yang designed for special purpose. Sampai sini nyambung?

Kita rangkum lagi range network kelas ip address versi 4, seperti ini:

 Kelas A: 1.0.0.0 sampai 126.0.0.0


 Kelas B: 128.0.0.0 sampai 191.255.0.0
 Kelas C: 192.0.0.0 sampai 223.255.255.0

Nah…

Dari range kelas ip address diatas, ada lagi range khusus yang digunakan untuk private ip
address. Private ip address dibuat untuk kebutuhan local network, tidak bisa dirouting ke internet
(RFC 1918).

Berikut range private ip address (sesuai kelasnya):

 Kelas A: 10.0.0.0 sampai 10.255.255.255


 Kelas B: 172.16.0.0 sampai 172.31.255.255
 Kelas C: 192.168.0.0 through 192.168.255.255

Maka kalau digambarkan, berikut range ip public dan ip private dari keseluruhan alokasi ip
address classfull. (buka gambar untuk memperbesar)
Gambar 17: Range IP Private dan IP Public dari Keseluruhan Alokasi IPv4 Classfull

a. Pemahaman Private IP Address

Ada pemahaman penting disini yang sering kali tidak dimengerti bagi kamu yang baru belajar
jaringan komputer.

Ingat: seluruh perangkat-perangkat di dunia ini, yang saling terhubung, mereka menggunakan IP
public.

Kira-kira ilustrasinya seperti berikut ini:

Gambar 18: IP Public di Internet

Masih ingat pertanyaan di awal materi ini? (Misal: ip laptop saya 192.168.100.13, namun ketika
di cek di internet kok hasilnya berbeda, malah 182.0.164.xx)

192.168.100.13 itu adalah ip private. Sedangkan 182.0.164.xx itu adalah ip public. Lah kenapa
bisa berubah seperti itu??

Jawabannya, karena ada NAT.

b. NAT atau Network Address Translation

Laptop yang kita gunakan, menggunakan ip private, tapi bisa internetan. Dikarenakan, ip private
tadi diterjemahkan menjadi ip public (dalam hal ini dilakukan oleh ISP), misal kalau kamu pakai
modem atau sewa internet kabel.

Gambar 19: IP Private ditranslasi menjadi IP Public dengan NAT

Kita tidak bahas teknik NAT sekarang.

Tapi intinya, kamu bisa internetan pakai private ip address karena alamat tersebut di-NAT.

Misal ip kamu (private) adalah 192.168.20.18/24, tapi ip kamu di internet (public) bisa jadi
(misal) 182.0.164.77. Nah satu ip public bisa digunakan untuk mentranslasi lebih dari 1 ip
private.

Keuntungannya adalah: lebih menghemat alokasi ip public. Kalau saja tidak ada NAT, pasti ip
public sudah habis sejak dahulu kala.
Saat belajar routing switching dasar, scopenya hanya di ip-private. IP Public akan lebih kamu
pahami lagi aturan alokasinya di track WAN atau Service Provider. Intinya: pahamin range, dan
aturan pengalamatannya.

Jika kamu mendapat alokasi IP public dari ISP, dan ip tersebut sudah dirouting ke internet.
Kamu bisa internetan, pakai ip public tersebut.

Jelas yah? Saya harap kamu tidak bingung lagi mengenai ip private dan ip public.

Mari kita lanjut.

7. Jenis-Jenis IP Address
Berdasarkan sifatnya dalam mengirimkan traffic ataupun paket, IP address dibagi-bagi lagi,
menjadi:

 Loopback
 Unicast
 Layer 2 broadcast
 Layer 3 broadcast
 Multicast

Beruntungnya saya.. karena penjelasan jenis-jenis ip address tersebut sudah pernah saya tuliskan.

Dengan memahami fungsi jenis-jenis ip address, kamu akan memahami fundamental trafik di
jaringan komputer (logic) dan juga arsitekturnya (fisik). Silakan baca disini untuk jenis-jenis ip
address.

8. Bahan Latihan IP Address


Sebagai bahan latihan untuk mematangkan pemahaman ip address, silakan kamu jawab soal-soal
ip address berikut ini:

1. Alamat 183.254.12.19 merupakan ip public atau ip private? Tentukan range addressnya.


2. Buat range host address terendah dan tertinggi dari network 172.18.30.0, dan berapa network
selanjutnya? Serta berada di kelas apa network tersebut?
3. Dari 2 soal diatas, lakukan perhitungan bit network seperti penjelasan diatas.

Tips: kamu bisa menggunakan aplikasi ip calculator. Saya rekomendasikan aplikasi ipcalc
(linux, digunakan via CLI).

Tapi ingat, cukup aplikasi ip calculator untuk memverifikasi hasil perhitungan kamu. Jangan
gunakan untuk hal kecurangan atau ceating.

… atau silakan gunakan untuk cheating, namun kamu akan selamanya tidak akan pernah
memahami perhitungan ip address.
Simpulan
Menguasai ip address tidak cukup dalam hitungan hari, minggu. Butuh waktu berbulan hingga
bertahun. Goalnya nanti adalah kamu bisa mengalokasikan ip dengan efektif di network yang
kamu kelola.

Skill yang harus kamu miliki adalah subneting, summarization address, (terkait routing). Ini akan
kita bahas di bab selanjutnya.

Bab 2: Belajar Konsep Subnetting dan Cara Menghitung Subnetting


Belajar Konsep Dasar Subnetting dan Cara Perhitungan
Subnetting
Last updated: March 20, 2019 by fathurhoho
29 Comments

Hey! Satu topik yang menjadi syarat agar kamu bisa memahami jaringan komputer secara
umum, yaitu subnetting. Saat belajar subnetting, kamu diajarkan caranya memetakan sebuah
jaringan, dan alamat-alamat setiap perangkatnya.

Kalau tidak paham subnetting, mustahil bisa paham jaringan komputer.

Secara khusus, topik subnetting lebih dibahas di track routing-switching, karena track tersebut
adalah dasarnya. Bagi kamu yang sedang belajar CCNA, kamu WAJIB ‘paham’ subnetting.

Tingkat pemahaman yang saya maksud, adalah paham sepaham-pahamnya paham. Bisa luar
kepala membayangkan jaringan seperti apa yang bisa dibentuk dengan alokasi address <sekian>
untuk kebutuhan network dan host <sekian>.

Tanpa pakai ip calculator!

Sebelum kita lanjut ke pembahasan subnetting, ada 2 fakta tentang subnetting yang menarik
untuk kamu ketahui:
1. Subnetting merupakan materi paling sulit nomor #1 di jaringan komputer, terutama CCNA
Routing Switching.
2. Belajar subnetting butuh waktu berbulan-bulan, hingga bertahun.

Ah yang boneng bro? Beneran mas, cius.. saya tidak melebih-lebihkan.

#0. Pendahuluan: Subnetting Merupakan Materi Paling


Sulit di CCNA Routing-Switching
Tahun lalu, di channel @belajarnetworking Telegram, ada postingan survey berbentuk polling
(voting) mengenai materi CCNA yang paling sulit menurut subscriber. 

Gambar 1: Subnetting adalah materi tersulit di CCNA

Saat diagram diatas diambil, ada 1000 orang yang berpartisipasi di poll tersebut, dan sebanyak
388 orang menjawab bahwa subnetting adalah materi yang paling sulit di CCNA routing
switching.

Perbedaannya sampai 39% dibanding materi-materi CCNA yang lain. Kalau kamu penasaran,
silakan lihat langsung pollingnya melalui link ini.

Bagi saya pribadi, hasil vote diatas agak menarik. Saya mungkin tidak merasa kesulitan saat
belajar subnetting, sebab ketika kuliah, kami sudah belajar perhitungannya.

Tapi saat sudah belajar CCNA bener-bener, saya baru sadar kalau sebenernya saya juga belum
paham tentang subnetting. Nah loh, padahal.. sudah bisa menghitung subnetting. Why?

Dah.. intinya. Kalau ini adalah kali pertamanya kamu belajar subnetting. Jangan khawatir.

Disini saya akan membantu kamu belajar subnetting, mulai dari mengenal konsepnya, tata cara
perhitungannya, dan penerapannya di jaringan komputer nyata. InsyaAllah, sampai mahir.

Tapi, ada tahapannya dan agak lama. Gimana?

Kalau masih tertarik, mari kita mulai.

#1. Tahapan Belajar Subnetting (Dari Nol Sampai Mahir)


Lagi-lagi, saya akan katakan bahwa belajar subnetting itu membutuhkan proses yang sangat
panjang, berbulan-bulan bahkan bisa bertahun. Supaya terbayang gambarannya, berikut ini
tahapan belajar subnetting.
Gambar 2: Tahapan Menguasai Subnetting

a. Prerequisites (prasyarat)
Syarat dasar sebelum belajar subnetting

Karena subnetting termasuk materi yang advance, jadi tidak bisa langsung dipelajari tanpa
memahami dasar-dasar jaringan komputer terlebih dahulu. Intinya, belajarnya harus berurutan.

Kamu harus sudah tahu gambaran dasar jaringan komputer. Jika belum paham, silakan baca
dasar internetworking, disitu akan dibahas perbedaan mendasar mengenai kinerja switch dan
router.

Setelah itu kamu harus sudah paham susunan hirarki perangkat di topologi, dari access,
distribution, core, dan WAN juga remote networknya. Ini bisa kamu lihat gambarannya di
jaringan enterprise.

Kemudian kamu harus sudah paham bagaimana perangkat-perangkat di jaringan komputer saling
bekerja, mengikuti aturan networking model, yaitu TCP/IP model dan OSI model. 

Kalau belum paham materi-materi yang saya sebutkan diatas, tidak usah lanjutkan membaca
tulisan ini. Percuma, cuma buang-buang waktu kamu saja. Karena kamu ga akan paham.

b. Tahapan awal belajar subnetting #basic

Saat ini kita berada di tahapan awal belajar subnetting, kamu harus sudah paham dasar IP, jenis-
jenis IP address, dan bagaimana struktur alamatnya, dst. Silakan baca penjelasan tentang IP
Address kalau belum paham.

Sekali lagi, kalau belum paham dasar IP address, gausah lanjut baca materi ini. Kamu ga bakalan
paham.

Di materi ini kita akan membahas lagi lebih dalam mengenai porsi network address, dan host
address. Diawali dengan mengenal metode CIDR (classless inter-domain routing). Dilanjutkan
dengan tahapan-tahapan membuat subnet.

Lalu belajar perhitungan subnetting FLSM (fixed length subnet mask). Setelah itu materi akan
dilanjutkan konsep dasar IP routing, dan konfigurasi static routing. Disini kita akan
mempraktikan FLSM untuk lab-lab tersebut.

c. Tahapan lanjutan belajar subnetting #advance

Di tahapan lanjutan belajar subnetting, kamu sudah paham bener konsep routing statis dan
dinamis, juga switching (termasuk VLAN). Disini biasanya kita harus banyak-banyak latihan
dengan lab yang besar.
Lab yang saya rekomendasikan adalah CCNA exploration (di bagian ip routing concepts and
protocol). Ada puluhan lab yang keren-keren, kamu akan disuruh ngitung VLSM dan route
summarization terus-terusan sampai benar-benar terbiasa.

Intinya disini kemampuan kamu sudah lebih ke penerapan ip addressing yang lebih kompleks.
Akan lebih menarik jika networknya memiliki VLAN dan kasus-kasus seperti network
summarization, network overlap, dan lain sebagainya.

Baiklah, tahapan belajar subnetting diatas sudah saya singkat karena nyatanya akan lebih
panjang. Namun perlu saya sampaikan karena banyak yang belum paham konsep dasar, belum
paham subnetting, udah ngelab jauh jauh ke private VLAN, qinq, BGP, MPLS, dsb.

Serius. Jangan seperti ini. Sayang banget waktunya.

Intinya, belajarlah secara sistematis, jangan ikuti ego dan terburu-buru, sayang waktunya jika
terbuang percuma. Lebih baik sedikit namun dipahami.

Mari kita mulai materinya.

#2. Konsep Dasar Subnetting


Sekedar mencerahkan ingatan, di materi sebelumnya mengenai IP address, kita sudah tau range
IP address berdasarkan kelasnya yakni kelas A, kelas B,dan kelas C.

Ambil range ip address kelas C, yang paling sedikit jumlah hostnya, maka  network yang kita
buat jadi seperti ini:

Gambar 3: Network sebelum disubnet

Gambar diatas hanya ilustrasi, sebab switch pada umumnya tidak sampai 250-an port. Jadi
sebenarnya ada beberapa switch disitu. Tapi tetap saja, masalahnya… ada sebuah broadcast
domain di network tersebut!

Satu broadcast domain yang luas sangat buruk untuk performa network. Kalau belum paham
tentang broadcast domain dan collision domain, silakan baca dulu penjelasannya disini dan
disini.

Karena itu, network tersebut bisa kita pecah lagi menjadi beberapa network, jadi seperti ini. (cara
perhitungan subnettingnya akan kita pelajari dibawah).

Gambar 4: Network setelah disubnet


(Butuh router untuk memecah broadcast domainnya, ya kan?)

Jadi, dari satu network dengan sebuah broadcast domain yang lebar, kita pecah-pecah menjadi
(contoh) 4 broadcast domain. 

Maka subnetting adalah subdivided network, yaitu (yang sebenarnya) adalah sebuah network,
yang dibagi-bagi lagi menjadi beberapa network.

Saya tebali kata ‘sebuah network’, karena pada penerapannya nanti, network yang sudah
disubnet tadi, ketika dirouting dari network yang lain, alamatnya tetap ‘network utama’ nya.
Bukan subnetnya.

Maksudnya seperti ini.

Gambar 4: Route ke network yang telah disubnet

Network yang tadi (192.168.100.0/24), saat dirouting dari network lain, tetap saja ke /24,
bukan /26 yang sudah disubnet. Dalam penggunaanya, network utama ini sering disebut dengan
global space address.

Kecuali memang yang ingin dirouting hanya subnetnya saja, jadi saat routing di Router B atau
Router C, destination networknya adalah spesifik ke salah satu subnet /26 diatas.

Itu sedikit gambaran saja mengenai route summarization yang akan kita bahas di bab berikutnya.

Balik lagi ke konsep dasar subnetting tadi, mudah-mudahan sudah paham ya. Jangan pusingin
dulu mengenai perhitung subnetting, dibawah akan saya jelaskan.

#3. Tahapan Membuat Subnet


Sebelum belajar perhitungan subnetting, kamu perlu tahu tahapan-tahapan apa saja yang perlu
dilakukan untuk membuat subnet. Biar engga bingung.

Mungkin.. dari topologi diatas, kamu bertanya-tanya, kenapa topologinya seperti itu? Apa aturan
membuat subnet? Alamat networknya ngasal saja apa gapapa mas?

Sekilas memang ketika melihat orang mensubnet networknya, asal saja. Namun sebenarnya, ada
tahapannya. Secara garis besar, ada 3, yaitu:

1. Ketahui jumlah network address (network ID) yang dibutuhkan.


o Satu untuk setiap subnet LAN
o Satu untuk setiap subnet WAN
2. Jumlah ip address (host ID) yang dibutuhkan tiap subnet. 
o Satu untuk setiap TCP/IP host
o Satu untuk setiap interface router/switch
3. Tentukan network keseluruhan, subnet, dan range IP tiap subnet.
o Subnet mask unik untuk network keseluruhan
o Subnet ID unik untuk setiap segmen fisik
o Range IP address tiap subnet

Mari kita bahas satu persatu tahapan membuat subnet diatas. 

Note: saya akan gunakan contoh yang ‘sedikit kompleks’ bagi pemula. Tujuannya semata-mata
hanya untuk memberi gambaran jaringan yang biasa dikerjakan di lab-lab subnetting CCNA RS.

a. Pertama: Menentukan Network ID

Jaringan bisa saja agak kompleks yang memiliki beberapa zona misal internet, extranet, DMZ,
intranet, dan lain sebagainya.  Tapi sederhananya kita bagi saja atas WAN dan LAN.

Nah ketika membuat subnet, network LAN dan network WAN ini dipisahkan pensubnetannya.
Seperti ini:

Gambar 5: Menentukan ID Network

Lihat link WAN berwarna merah, dan link LAN berwarna ungu. Disamping itu ada juga link
menuju ke ISP, tapi ini tidak kita bahas lebih lanjut. Karena prosedurnya beda lagi, kamu harus
menyewa IP space ke ISP.

Sedangkan untuk private IP address, pemilihan alamatnya terserah kita sendiri. Patokannya,
ukuran IP Address yang sudah kita bahas sebelumnya, ingat 2 hal ini:

 Kelas IP address apa yang jumlah network addressnya banyak, namun jumlah host addressnya
sedikit.
 Sebaliknya.

Lalu sesuaikan dengan kebutuhan.

Disarankan untuk network LAN dan WAN berbeda kelas IP, namun sama juga tidak apa, asal…
jaraknya atau range IP nya tidak berdekatan sehingga kalau ada pengembangan kedepannya tidak
menjadi masalah (kita skip sejenak bagian ini).

b. Kedua: Banyaknya IP (Host ID) Setiap Subnet

Langkah kedua membuat subnet adalah mengetahui berapa banyak IP address yang dibutuhkan
untuk LAN dan WAN. Nah yang butuh IP address kan perangkat-perangkat host (ex: client,
server, dll) lalu perangkat network (switch, router, dll).
Misalnya di perkantoran atau sekolah, harus dihitung berapa banyak komputer, gadget, dan
perangkat-perangkat network atau server yang ada.

Setelah jumlahnya diketahui, maka gambarkan lagi topologinya kira-kira seperti ini:

Gambar 6: Menghitung Kebutuhan IP Address

Sekarang topologinya sudah dilengkapi dengan jumlah kebutuhan IP tiap host di jaringan LAN
dan WAN, serta saya tambahkan notasi interface router dan switch karena akan dipasangi IP
address.

Disini kamu harus sudah paham mengoperasikan Cisco IOS dan sudah memahami tentang
interface cisco IOS router dan switch.

Mari kita coba hitung kebutuhan IP address diatas.

 WAN subnet, total 6 ip address


 LAN subnet, total 222 ip address
o Client butuh total 210 ip address
o Interface router dan switch butuh total 12 ip address

Perhatikan topologinya, saya juga mengalokasikan ip untuk switch (virtual) interface atau SVI
atau interface VLAN untuk kebutuhan management. Silakan baca konfigurasi telnet dan SSH
switch cisco IOS pada bagian akhir.

Router dan beberapa perangkat juga ada yang menyediakan interface management. Biasanya di
jaringan yang komplek, network management disegmentasi lagi, dibuat subnet khusus untuk
management.

c. Ketiga: Tentukan Network Keseluruhan, Subnet, dan Range IP Tiap Subnet

Kita sampai pada tahapan terakhir membuat subnet. Dari 2 langkah diatas, kita sudah bedakan
jaringan tadi atas LAN dan WAN. Kita juga sudah menghitung berapa total IP address yang
dibutuhkan.

Nah dari total IP address yang dibutuhkan tersebut, disinilah kita menentukan alamat network
keseluruhan (untuk LAN, dan WAN).

Kira-kira berapa? Tenang saja, dibawah akan kita pelajari cara menghitung subnetting.  Ingat 2
hal ini.

1. Tentukan kelas IP address yang mau digunakan. Ingat materi IP address sebelumnya.
2. Alokasikan alamat network yang cukup untuk masa mendatang, manakala ada penambahan.
Gambar 7: Membuat Subnet

Silakan perhatikan gambar dan alamat IP address yang sudah saya alokasikan.

Gimana? Saya yakin kalau kamu benar-benar baru belajar subnetting, pasti pusing lihatnya.
Disini saya tidak bermaksud mempersulit pemikiran kamu, hanya memberi gambaran saja.

Step by step perhitungannya akan kita bahas pelan-pelan. Materi masih panjang. Silakan disruput
kopinya.

 Meski kebutuhan IP address untuk LAN hanya 200 sekian, saya alokasikan sebanyak 512 ip
address space (dengan /23). 
 Begitu juga dengan WAN, saya alokasikan sebanyak 16 space ip address (dengan /28).

Itu masih network address untuk network keseluruhan.

Kemudian tiap Headquarter dan Branch memiliki masing-masing 2 segment LAN dengan jumlah
host yang berbeda-beda. Paling banyak ada 120 host.

Maka saya alokasikan tiap subnet LAN HQ dan Branch dengan space ip address sebanyak 128
dengan /26. Semuanya saya buat sama besar.

Teknik ini dikenal dengan FLSM (fixed length subnet mask). Di bab berikutnya kita juga akan
belajar mengenai VLSM (variable length subnet mask) yang rangenya menyesuaikan kebutuhan
host.

Dalam penerapannya, skema ip address diatas dibuat dalam bentuk tabel (sheet) dengan
microsoft excel atau librecalc untuk memudahkan pengelolaan.

Okelah. Sampai disini harapan saya kamu sudah memiliki gambaran mengenai tahapan-tahapan
membuat membuat subnetting. 

Mari kita lanjutkan materinya.

Pertama: kamu harus paham dulu tentang subnet mask.

#4. Penjelasan Tentang Subnet Mask


Ketika packet dikirim, si pengirim akan memeriksa dulu alamat ip tujuan packet, juga subnet
masknya. Subnet mask dibutuhkan untuk mengetahui alamat tersebut termasuk ke subnet yang
mana.
Alasan lainnya, ada situasi dimana alamat IP sama, namun networknya berbeda, karena subnet
masknya berbeda. Maka di kasus ini kita harus menyertakan subnet mask di pengaturan ip
address.

Jika subnet mask tidak disertakan, maka alamat tersebut diasumsikan menggunakan default
subnet mask, atau kita kenal dengan kaidah classful address. 

Kelas IP Format Subnet Mask Default

A network.node.node.node 255.0.0.0

B network.network.node.node 255.255.0.0

C network.network.network.node 255.255.255.0

Contoh: jika subnet mask tidak dispesifikasikan.

Gambar 8: Default Subnet Mask

Dari subnet mask kita bisa mengetahui berapa lebar network tersebut, berapa banyak host yang
berada di network tersebut. Dibawah kita akan hitung-hitungan.

Sekarang.. ini yang perlu kamu pahami baik-baik.

Sederhananya, subnet mask adalah banyaknya jumlah bit yang bernilai 1 di porsi network.

Contoh subnet mask 255.255.255.0 (kelas C) berarti ada 24 network bit yang bernilai 1 (on), di
oktet pertama, kedua dan ketiga. Sedangkan 8 bit sisanya, di oktet keempat, bernilai 0 (off),
untuk host address. 

Jika kita konversikan menjadi bilangan biner, jadinya seperti ini:


11111111.11111111.11111111.00000000. Silakan dihitung berapa jumlah bit yang bernilai 1
atau “on”.

Ada 24, ya kan? Maka ini juga disebut dengan /24 (notasi cidr), kita bahas dibawah. Dengan
bilangan desimal maka tertulis subnet masknya adalah 255.255.255.0.

Silakan kamu konversikan subnet mask kelas B dan kelas C diatas menjadi nilai biner.

Di awal belajar subnetting, kamu perlu membiasakan mengkonversi subnet mask menjadi
bilangan biner, lalu hitung nilai bitnya dengan metode perpangkatan.

So, kamu harus mengingat nilai perpangkatan 2. Ini akan kamu butuhkan terus menerus untuk
mengetahui porsi network dan porsi host dari sebuah alamat IP.
2^1 = 2 2^9 = 512

2^2 = 4 2^10 = 1,024

2^3 = 8 2^11 = 2,048

2^4 = 16 2^12 = 4,096

2^5 = 32 2^13 = 8,192

2^6 = 64 2^14 = 16,384

2^7 = 128 2^15 = 32,768

2^8 = 256 ..dst

Misal tadi 192.168.100.0 subnet mask 255.255.255.0, ada 8 bit porsi host yang tersedia, berarti
2^8. Maka lebar hostnya adalah 256. Ini juga kadang disebut dengan block size.

Saya yakin ini tidak sulit dipahami, kamu cuma perlu ingat kelipatan 2 saja. Misalnya kamu
sudah ingat kalau 2^8 adalah 256, tentunya kamu tahu kalau 2^9 adalah 512 atau 2^7 adalah 128.

Tinggal kali 2, atau bagi 2, seterusnya seperti itu. 

Nilai bit host dan bit network ini selalu saling berkaitan, jika ada 24 bit network, pasti ada 8 bit
host. Jika ada 27 network bit, maka 5 bit sisanya adalah bit host. Gitu terus. Karena lebar
totalnya adalah 32 bit.

Biar makin nyambung perhitungannya, mari kita bahas CIDR.

#5. Memahami Metode CIDR (Classless Inter-Domain


Routing)
Jika dulu, semua pengalamatan IP berdasarkan kaidah classful (kelas A, kelas B, dan kelas C),
sekarang tidak lagi.

Tahun 1992, IETF mengganti metode alokasi ip address diatas dengan Classless Inter-Domain
Routing (CIDR), bisa kamu lihat di RFC 1338 dan RF 1519.

CIDR dalam penerapannya diawali dengan case ISP dalam mengalokasikan IP public ke
pelanggan mereka. Nah karena jika semuanya bersifat classful, tentu ip address akan cepat
habisnya. (Bisa digunakan untuk ip private).
Dengan CIDR, alamat network tidak lagi harus classful, bisa menggunakan subnet mask
manapun (ada ketentuannya dibawah). Kemudian di CIDR kita mengenal notasi slash (/).

Contohnya 192.168.100.0/24, artinya ada 24 bit porsi network. Jika 192.168.100.0/29 berarti ada
29 bit porsi network, dan seterusnya.

Berikut tabel CIDR beserta jumlah host di setiap nilai subnet-mask / cidr nya.

Tabel tersebut kita sebut juga dengan “Classless IPv4 Address Allocation”. Ingat yang sudah
saya jelaskan diatas, CIDR tidak lagi mengikuti kaidah classfull address.

Tapi, ada ketentuannya. Berikut ketentuan penggunaan CIDR.

 /8 sampai dengan /15 hanya bisa digunakan oleh kelas A


 /16 sampai dengan /23 hanya bisa digunakan oleh kelas A dan kelas B
 /24 sampai /30 bisa digunakan oleh kelas A, kelas B, dan kelas C

Gambar 9: Penggunan CIDR

Perusahaan-perusahaan besar lebih memilih menggunakan ip address kelas A. Karena dengan


kelas A, semua subnet mask bisa digunakan. Network yang bisa dibuat juga lebih banyak.

Di cisco IOS, umumnya kita tidak bisa mengkonfigurasi IP address dengan notasi slash (/), jadi
harus menggunakan subnet mask. Tidak masalah, toh sama saja kan, yang penting kamu
paham /sekian subnet mask nya berapa.

Sampai disini, sudah paham kan mengenai penjelasan tentang subnet mask? Agar lebih matang
lagi, mari kita lanjut ke hitung-hitungan.

#6. Perhitungan Subnetting


Akhirnya.. setelah panjang membahas konsep subnetting, subnet mask, dan CIDR, sekarang mari
kita belajar cara menghitung subnetting.

Menghitung subnetting adalah kemampuan dalam menentukan kelas IP dan subnet mask yang
dibutuhkan. 

Ingat lagi tahapan diatas. Intinya kan, kita harus tahu dulu network yang ingin dibangun seperti
apa. Totalnya ada berapa perangkat dan berapa user yang butuh ip address.
Jika kebutuhan network sudah diketahui, maka kita tinggal menentukan subnet mask nya.
Selesai. Nah jika network tersebut ingin disubnet atau dibagi-bagi lagi, 5 hal berikut perlu kamu
pahami:

1. Berapa subnet yang bisa disediakan dari subnet mask tersebut?


2. Berapa host yang valid dari setiap subnet?
3. Berapa block size tiap subnet?
4. Apa alamat broadcast dari setiap subnet?
5. Berapa range host yang valid dari setiap subnet?

“Materi perhitungan subnetting berikut sebagian besar bersumber dari buku ‘Todd Lammle –
CCNA Routing Switching Complete Study Guide’ karena menurut saya paling lengkap dan
simpel”. 

# Rumus Dasar Menghitung Subnetting

Oh ya, cara menghitung subnetting setiap orang bisa saja berbeda. Tapi dasarnya adalah 5 diatas,
nanti ketika sudah lancar, kamu bahkan lupa sendiri rumusnya. Sudah luar kepala.

Ada berapa subnet? » 2^x


x adalah jumlah bit 1 di subnet mask. Misalnya 1100000, yang bernilai 1 ada 2, berarti 2^2 = ada
4 subnet yang bisa dibentuk.

Berapa host per subnet? » 2^y – 2


y adalah jumlah bit 0 di subnet mask. Misal 11000000, yang bernilai 0 ada 6, berarti 2^6 – 2 =
ada 62 host setiap subnet. Dikurang 2 untuk alamat subnet (network) dan alamat broadcast.

Block size tiap subnet? » Subnet mask – 256


Misal subnet masknya 255.255.255.192 maka 192 – 256 = besarnya block size tiap subnet adalah
64. Kita sebut juga increment size, atau besar intervalnya adalah 64, menjadi 0, 64, 128, 192.

Alamat broadcast tiap subnet?


Gampang ini mah. Kan sudah tahu tadi alamat subnet-subnetnya 0, 64, 128, 192. Alamat
broadcast subnet 0, adalah 64-1= 63. Tinggal dikurang 1 dari alamat subnet berikutnya. Gitu juga
subnet 64, alamat broadcastnya adalah 127, dan seterusnya dan seterusnya.

Range host yang valid tiap subnet?


Alamat valid yang bisa digunakan di tiap subnet. Misal, jika 64 adalah subnet address (network
address)nya, 127 adalah broadcast addressnya. Maka range host addressnya yang valid adalah
dari 61 (first host/lower address) sampai dengan 63 (last host/highest address).

Dah.. kalau kamu masih terbata-bata disini, tidak perlu khawatir. Seperti saya katakan diawal,
belajar subneting butuh dedikasi waktu. Harus sering-sering latihan menghitung subnetting juga.

Mari kita lanjut dengan menghitung subnetting kelas C, kelas B, dan kelas A sampai terbiasa.
a. Menghitung Subnetting Kelas C

Bit subnet kita hitung dari kiri ke kanan. Di kelas C, hanya ada 8 bit porsi host, diambil dari
oktet ke 4. Seperti berikut.

Biner Desimal CIDR

00000000 255.255.255.0 /24

10000000 255.255.255.128 /25

11000000 255.255.255.192 /26

11100000 255.255.255.224 /27

11110000 255.255.255.240 /28

11111000 255.255.255.248 /29

11111100 255.255.255.252 /30

Kita tidak bisa menggunakan /31 dan /32, karena setidaknya kita membutuhkan minimal 2 untuk
host, 1 untuk alamat network dan 1 untuk alamat broadcast.

Berdasarkan RFC 3021, /31 bisa digunakan untuk p2p, tapi ini diluar scope bahasan kita kali ini.

Ingat ya, class C memiliki lebar 256 bit host. Bisa kita pakai 254 ip address untuk dialokasikan, 2
diantaranya digunakan untuk alamat network dan alamat broadcast. 

Itu.. dengan catatan 1 network. Nah kalau mau dipecah-pecah lagi menjadi beberapa network,
mari kita hitung subnet yang bisa kita buat.

#1C: Subnetting 255.255.255.128 (/25)

Contoh alamat networknya adalah 192.168.100.0/25 atau dengan subnet mask 255.255.255.128.
Lihat oktet terakhir (128), jika diubah menjadi binari maka hasilnya adalah 1000000.

Mari kita hitung sesuai rumus menghitung subnetting diatas:

 Berapa subnet yang bisa dibentuk? 2^X(nilai bit yang on), dari 1000000, hanya 1 yang on. Berarti
2^1 = 2 subnet (ingat angka ini baik-baik).
 Jumlah host tiap subnet? 2^Y(nilai bit yang off)-2. Dari 1000000 ada 7 bit yang off, berarti 2^7-2
= 126 host setiap subnetnya.
 Block size atau alamat-alamat subnet dibentuk = 256 – 128(subnet-mask), hasilnya adalah 128.
Ingat ya, subnet pertama dimulai dari 0, maka subnet kedua adalah 128. Cuma itu, 0 dan 128.
Totalnya 2 subnet, ya kan?
 Alamat broadcastnya: subnet 0 adalah 127, dan alamat broadcast subnet 128 adalah 255. Inget
lagi rumus diatas 🙂
 Host yang valid: subnet 0 adalah dari 1 sampai 127, dan host yang valid subnet 128 adalah dari
129 sampai 254.

Selesai, hanya ada 2 subnet. (Kalau diteruskan dari alamat broadcast subnet 128, maka jadi
network selanjutnya, yaitu 192.168.101.0). Biasanya yang baru belajar akan bingung dimana
angka 256.

Ingat ya, nilai 256 tidak ada di ip address v4. Menghitungnya dari 0, sampai 255. Jika sampai
256, maka dia akan menambahkan nilai di subnet sebelah kirinya.

Agar lebih terbayang, kira-kira seperti ini topologi subnet yang barusan kita hitung. Ada 2 subnet
yang bisa dibuat dari total /24, menggunakan /25.

Gambar 10: Subnetting dengan /25 – 255.255.255.128

Nice! Dari kelas C (total 256 porsi host) tadi, kita sudah bisa membaginya menjadi 2 subnet,
dengan menggunakan /25. Mari, dilanjut.

#2C: Subnetting 255.255.255.192 (/26)

Sekarang, mari kita hitung subnetting dengan alamat network 192.168.100.0 subnet mask
255.255.255.192 atau /26. Binarinya adalah 110000.

 Jumlah subnet: 2^2 = 4 subnet yang bisa dibentuk. Ada 2 bit yang on, dari 11000000.
 Jumlah host tiap subnet: 2^y-2 = 62 host. Ada 6 bit yang off dari 11000000 maka 2^6 = 64 – 2
(untuk network dan broadcast), berarti 62.
 Block size dan alamat-alamat subnet yaitu 256-192 = 64. Kelipatan 64. Berarti 0, 64, 128, 192.
Total ada 4 subnet.
 Alamat broadcast masing-masing subnet: 63, 127, 191, dan 255.
 Host subnet yang valid: 1-62, 65-126, 129-190, dan 193-254.

Perhatikan pola alamatnya. Tinggal kurang 1 atau tambah 1 dari subnet selanjutnya atau dari
broadcast, terserahh… yang mana kamu suka. Gampang kan? Gampang kok! 

Kalau kita buat topologi networknya, kira-kira jadi seperti ini.

Gambar 11: Subnetting dengan /26 – 255.255.255.192


Misal, kamu hanya butuh 3 network, karena memang cuma ada 3 departement. Maka
penggunaan /26 sudah cocok. Karena pakai /25 akan kurang. 

Masih lebih 1 subnet kan? Tidak masalah sebab ketika melakukan subneting disarankan memang
ada spare/cadangan network yang kosong.

#3C: Subnetting 255.255.255.224 (/27)

Selanjutnya alamat network 192.168.100.0 dengan subnet mask 255.255.255.224 atau /27. Binari
porsi hostnya adalah 11100000.

 Jumlah subnet: 2^3 = 8 subnet. Ada 3 bit yang bernilai 1 atau on: 11100000.
 Jumlah host tiap subnet: 2^5-2= 30 host. Ada 5 bit yang bernilai 0 atau off: 11100000.
 Block size, atau interval tiap subnet: 256-224=32. Berarti subnet-subnetnya adalah 0, 32, 64, 96,
128, 160, 192, 224. Total ada 8 subnet.

!!Challenge
Sekarang giliran kamu, coba silakan gambarkan topologi yang bisa dibentuk dengan tabel subnet
diatas. Jumlah router, switch, terserah.

Begitu juga jumlah subnetnya, terserah (asal tidak kurang). Hasilnya bisa submit di komentar
bawah. 

#4C: Subnetting 255.255.255.240 (/28)

Alamat 192.168.100.0 dengan subnet mask 255.255.255.240 atau /28. Dengan nilai biner porsi
hostnya 11110000.

 Jumlah subnet: 2^4 = 64 subnet. 


 Host tiap subnet: 2^4-2 = 14 host.
 Block size/ interval/ nilai kelipatan subnet: 256 – 240 = 16. 

Biasanya orang jarang berurusan dengan subnet 112, 144, dllnya (cari sendiri), karena itu, jarang
yang terbiasa. Silakan kamu buat tabel subnettingnya di sheet app (excel, calc, etc), minimal 1
atau 2x.
#5C: Subnetting 255.255.255.248 (/29)

Banyak yaah. Kita bahas satu persatu. Sekarang network 192.168.100.0 dengan subnet mask
255.255.255.248 atau /29. Binari porsi hostnya adalah 11111000.

 Jumlah subnet: 2^5 = 32 subnet


 Host tiap subnet: 2^3-2 = 6 host.
 Block size: 256 – 248 = kelipatan 8. Dari subnet 0, 8, 16, 24, 32, 40, dst.

Jangan bingung menghitung binari hostnya. Ingat, kalau /29, kan ada 29 bit yang on. Tapi karena
kita bermain di class C, sampai oktet ketiga sudah on. Berarti sudah ada 24 binari.

Agar sampai ke 29, tinggal on-kan 5 binari di oktet ke empat. Oh ya, silakan buat subneting tabel
dan topologi yang bisa dibentuk.

#6C: Subnetting 255.255.255.252 (/30)

Terakhir, alamat 192.168.100.0 dengan subnet mask 255.255.255.252 atau /30. Binari di porsi
hostnya: 11111100.

 Jumlah host tiap subnet: 2^6 = 64 subnet


 Host tiap subnet: 2^2-2 = (hanya) 2 host.
 Interval subnet: 256 – 252 = kelipatan 4. Subnet 0, 4, 8, …, 240, 248, dan 252.

Sekarang muncul pertanyaan.

Siapa pula yang mau mensubnet network kelas C dengan /30. Ada banyak network (subnet)
hingga 64, sementara hostnya cuma ada 2. Ya kan?

Jawabannya, ada. Tapi tidak untuk koneksi LAN, melainkan WAN, yang biasanya digunakan
ISP untuk memberi koneksi point-to-point ke client mereka. Jadi .. jauh lebih hemat.

Selesai dengan kelas C. Berikut rangkumannya.

Ingat yah, kamu harus terbiasa dengan CIDR yang barusan kita hitung diatas. Sangat sering
digunakan untuk lab-lab CCNA dan network small to medium di lapangan.

b. Menghitung Subnetting Kelas B

Dengan kelas B, subnet yang bisa dibuat lebih banyak dibanding kelas C. Kita bisa
menggunakan sebanyak 14 bit untuk subneting di kelas B.
… atau 14 buah cidr, seperti berikut.

Subnet Mask CIDR Subnet Mask CIDR

255.255.0.0 (/16) 255.255.255.0 (/24)

255.255.128.0 (/17) 255.255.255.128 (/25)

255.255.192.0 (/18) 255.255.255.192 (/26)

255.255.224.0 (/19) 255.255.255.224 (/27)

255.255.240.0 (/20) 255.255.255.240 (/28)

255.255.248.0 (/21) 255.255.255.248 (/29)

255.255.252.0 (/22) 255.255.255.252 (/30)

255.255.254.0 (/23)

Kita bisa pakai cidr dari /16 sampai dengan /30, ada 14, ya kan? Dari /16 ke /23, adanya di oktet
ke tiga. Dari /24 sampai /30, adanya di oktet ke 4 (seperti kelas C sebelumnya).

Oh iya, saat kita mensubnet kelas B, artinya kita memiliki space address /16, lalu dipecah
(disubnet). Bukan masing-masing networknya /16.

Sama seperti kelas C diatas, berarti kita punya space address /24, totalnya. Mau dibuat menjadi 2
subnet, berarti pakai /25. Mau dibuat 4 subnet, berarti pakai /26. Gitu seterusnya. 

… bingung? Di konsep subneting awal sudah saya jelaskan dengan topologi.

Ayo kita mulai latihan hitung subnetting kelas B.

#1B: Subnetting 255.255.128.0 (/17)

Alamat network: 172.16.0.0, subnet mask: 255.255.128.0. Nilai binari (dari oktet ke 3 sampai
dengan oktet ke 4): 1000000.000000.

 Jumlah subnet: 2^1 = 2 subnet. (Sama seperti /25 di kelas C).


 Host tiap subnet: 2^15-2 = 32,776 host. (7 bit di oktet 3, 8 bit di oktet 4).
 Interval subnet: 256-128 = 128. Subnet 0.0 dan subnet 128.0. Total ada 2 subnet, ya kan? Lihat
tabelnya.

Subnet 0.0 128.0

First host 0.1 128.1


Last host 127.254 255.254

Broadcast 127.255 255.255

Contoh kali ini agak berbeda. Seperti saya katakan diatas, jika sudah sampai 256, maka dia akan
pindah ke oktet sebelah kiri.

Perhatikan nilai 127.255 broadcast. Jika diteruskan kan maka jadi subnet selanjutnya yaitu 128.0
(ingat, bukan 127.256). Mirip sih dengan /25. Cuma karena pindah oktet saja. 

Biasanya orang terbiasa dari hitungan /24 sampai /30. Jika sudah dibawah itu, kita bingung

Tips:
Gunakan cara mengingat dengan penambahan nilai 8. Misal, /17 kelipatannya mirip dengan /25.
(Ingat: 17+8). Cuma pindah oktet.

#2B: Subnetting 255.255.192.0 (/18)

Alamat network: 172.16.0.0, subnet mask: 255.255.192.0 atau /18. Binarinya 11000000.000000.

 Jumlah subnet: 2^2 = 4 subnet.


 Host tiap subnet: 2^14-2 = 16,382 host tiap subnet.
 Interval subnet: 256-192 = kelipatan 64, di oktet ke 3.

Subnet 0.0 64.0 128.0 192.0

First host 0.1 64.1 128.1 192.1

Last host 63.254 127.254 191.254 255.254

Broadcast 63.255 127.255 191.255 255.255

Ingat, interval /18 sama dengan interval /26, yaitu 64. Hanya beda di posisi oktetnya saja.

#3B: Subnetting 255.255.224.0 (/19)

Alamat network: 172.16.0.0, subnet mask: 255.255.224.0 atau /19. Binarinya


11100000.00000000.

 Jumlah subnet: 2^3 = 8 subnet.


 Host tiap subnet: 2^13 -2 = 8,190 host tiap subnet.
 Interval subnet: 256-224 = kelipatan 32, di oktet ke 3.
#4B: Subnetting 255.255.240.0 (/20)

Alamat network: 172.16.0.0, subnet mask: 255.255.240.0 atau /20. Binarinya


11110000.00000000.

 Jumlah subnet: 2^4 = 16 subnet.


 Host tiap subnet: 2^13-2 = 4094 host tiap subnet.
 Interval subnet: 256-240 = kelipatan 16.

Silakan kamu buat tabel versi lengkapnya.

#5B: Subnetting 255.255.255.248.0 (/21)

Alamat network: 172.16.0.0, subnet mask: 255.255.24080 atau /21. Binarinya


11111000.00000000.

 Jumlah subnet: 2^5 = 32 subnet.


 Host tiap subnet: 2^11-2 = 2046 host.
 Interval subnet: 256-248 = kelipatan 8, dari 0, 8, 16, … sampai dengan 248.

#6B: Subnetting 255.255.255.252.0 (/22)

Alamat network: 172.16.0.0, subnet mask: 255.255.252.0 atau /22. Binarinya


11111100.00000000.

 Jumlah subnet: 2^6 = 64 subnet.


 Host tiap subnet: 2^10-2 = 1022 host.
 Interval subnet: 256-252 = kelipatan 4. Dari 0, 4, 8, 16, 20, … sampai dengan 252.

#7B: Subnetting 255.255.255.254.0 (/23)

Alamat network: 172.16.0.0, subnet mask: 255.255.254.0 atau /23. Binarinya


11111110.00000000.

 Jumlah subnet: 2^7 = 128 subnet.


 Host tiap subnet: 2^9-2 = 510 host.
 Interval Subnet: 256-254 = kelipatan 2. Dari 0, 2, 4, 6, 8, 10, hingga 254.
#8B: Subnetting 255.255.255.0 (/24)

Alamat network: 172.16.0.0, subnet mask: 255.255.240.0 atau /24. Binarinya


11111111.00000000.

 Jumlah subnet: 2^8 = 256 subnet.


 Host tiap subnet: 2^8-2 = 254 host.
 Interval subnet: 256-255 = block sizenya 1. Dari subnet 0, 1, dan seterusnya hingga 255.

Ya, kamu bisa subnet network kelas B hingga sampai /30. Diatas sudah kita bahas ketentuannya.
Kelas B bisa menggunakan cidr dari /30 hingga /16.

Sampai sini, dengan /24 di kelas B, kamu bisa punya 256 network subnet yang bisa dibentuk.
Masing-masing subnetnya bisa diisi sebanyak 254 host. 

Mari kita lanjut ke perhitungan subnetting ip address kelas A.

c. Menghitung Subnetting Kelas A

Dari contoh-contoh subnetting kelas B dan kelas C diatas, tidak jauh berbeda dengan subnetting
di kelas A. Hanya saja perhitungan subnetting kelas A bisa sampai oktet ke 2.

Karena dengan kelas A, kita bisa menggunakan cidr /15 hingga /8.

Kalau kamu mau mensubnet kelas A di oktet ke 3, gunakan cidr /16 sampai /23. Kalau mau
mensubnet di oktet ke 4, gunakan cidr /24 sampai dengan /30. Ini yang sering digunakan di
jaringan medium to high.

Saya juga tidak akan menjabarkan perhitungan subnetting di cidr /8 hingga /16. Nanti panjang
banget, lagian kan, sama saja.

Jumlah subnet, dan intervalnya sama. Secara pattern. Namun jumlah hostnya berbeda.

Contoh: alamat 10.0.0.0 dengan subnet mask 255.192.0.0 atau /10. Berarti binarinya adalah
11000000.00000000.00000000. Jumlah subnet dan interval atau block sizenya sama dengan /18
atau /25. Hanya saja dia di oktet kedua. Paham kan sampai disini?

Kemudian perhitungan hostnya juga berbeda, sebab nilai bit yang off, lebih panjang, yaitu 22 bit.
Berarti 2^22-2 = 4,194,304 host setiap subnetnya.
#7. Tips Mudah Menghitung Subnetting
Cara-cara perhitungan subnetting yang sudah saya jelaskan diatas adalah cara umum yang biasa
digunakan orang ketika beru belajar subnetting. Setelah itu, caranya bisa saja berubah.

Biasanya.. tiap masing-masing orang memiliki teknik sendiri dalam menghitung subnetting. Saya
pribadi, menggunakan ‘tabel sakti subnetting’. Seperti ini:

Gambar 12: Tabel Subnetting

Kalau kamu perhatikan, ada kesamaan block size dan subnet mask di tabel tersebut. Hanya beda
peletakan oktetnya saja. (Ingat hukum + dan – angka 8 yang diatas saya singgung).

Tabel diatas, suka saya sebut dengan tabel sakti, atau tabel malas, atau tabel bodoh-bodoh.
Tapi.. ampuh kok. Mendinglah daripada pake ip calculator!

Kamu hanya perlu terbiasa dengan /24 hingga /30. Dibawah itu, tinggal kurangkan dengan angka
8. Block size dan masknya akan sama.

Tips: saat ujian CCNA


Karena CCNA cukup sulit bagi mayoritas orang, saat memasuki ruang ujian, kamu boleh
membuat tabel subneting sendiri. Biar nanti tidak lagi repot menghitung ulang.

Tips lainnya, tergantung kamu. Bisa ikutin tabel diatas, atau bikin tabel sendiri yang lebih
nyaman. Selanjutnya biar lebih paham, mari kita quis subnetting.

Terserah, intinya. jangan sekali-kali bergantung dengan ip calculator kalau masih belajar
subnetting!

#8. Mengetahui Network Dari Sebuah IP Address


Saat belajar subnetting, banyak sekali contoh-contoh pertanyaan subnetting. Gitu juga saat ujian.
Sebagai bahan latihan, kamu bisa kunjungi website ini. Sangat bagus untuk melatih kemampuan
subnetting.

Disini saya hanya membahas satu saja, yaitu cara mengetahui alamat network dari sebuah ip
address.

Karena ini sangat sering di lapangan. Ketika troubleshoot atau assesment, kita kadang harus
mencari tau, IP sekian, adanya di network mana ya. Terhubung ke perangkat mana ya, dll.

a. Soal #1: ip address 172.17.199.20/18

Diketahui ada ip 172.17.199.20/18, sekarang coba kita cari tahu berapa alamat network dari ip
tersebut. Interval networknya berapa, subnet masknya, serta range ip nya.
 Pertama: ketahui subnet masknya. Jika tidak ada subnet mask, asumsi network tersebut adalah
classful.
 Dari /18, kita ketahui subnet masknya adalah 255.255.192.0 (lihat tabel subneting diats kalau
masih bingung).
 Kedua: setelah mengetahui masknya, otomatis kamu tahu block sizenya. Yaitu 64.
 Maka dari kelipatan 64, temukan lokasi subnet ip tersebut. Dari 0, 64, 128, 192. Berarti ada di
subnet 192.
 Sudah ketemu alamat networknya, ya kan? 172.17.192.0/18. 
 Bingung? Inget! Oktet ke tiga.

b. Soal #2: ip address 192.168.400.682/70

Engga ada ip address seperti ini mas 🙁

Serius, engga ada!

#9. Latihan Membuat Subnet


Sebagai materi penutup. Alangkah eloknya materi yang panjang ini berakhir dengan feedback
dari para pembaca. Sebagai uji pemahaman juga, silakan kerjakan soal berikut (dah kayak
sekolah ya).

a. Latihan Subnetting #1

Kamu punya project untuk membangun network ruang kantor, totalnya ada 129 orang. Dari 129
orang tersebut, terbagi atas 3 bidang departement, yaitu IT, Marketing, dan Direksi. 

Tim marketing lebih banyak diantara yang lain, setidaknya kamu harus menyediakan sebuah
network yang berkapasitas 50 orang untuk mereka.

Perangkat switch, dan router, terserah design yang kamu inginkan, asal efektif. Silakan tentukan
network utama untuk kantor tersebut beserta subnet untuk department-departemennya.

b. Latihan Subnetting #2

Startup yang sedang kamu bangun (ih mantep ini). Ternyata berkembang pesat dan harus
menyewa sebuah gedung perkantoran baru. Ada 40 orang karyawan setiapnya memiliki 1 PC.
Selain itu masing-masing mereka punya 2 gadget yang terhubung secara wireless.

Disamping itu, ada juga server-server local untuk development dan file server yang
membutuhkan sekitar 8 ip address. 

Silakan tentukan network utama untuk akses internet karyawan dan server local. Juga tentukan
apakah kamu ingin memisahkan network wired dengan wireless atau tidak, dan bagaimana
designnya.
Jawaban dari soal-soal diatas bisa kamu submit dan diskusikan di kolom komentar di bawah ini
— atau silakan bergabung ke group @belajarnetworking Telegram.

Kesimpulan
Alhamdulillah. 

Materi ini tergolong paling lama selesai. Namun saya harap pembaca dapat mengertinya dengan
mudah. Jika sulit dipahami, jangan sungkan-sungkan untuk terus latihan dan berdiskusi.

Sebab materi subnetting manapun juga memang seperti ini bentuknya. Kuncinya hanya
ketekunan latihan dan praktik (saya sarankan dengan ccna exploration lab).
Memahami Fungsi Gateway di Jaringan Komputer
Last updated: February 10, 2019 by fathurhoho
Leave a comment

Sebelum memulai belajar tentang dasar routing. Kamu harus sudah paham tentang gateway.
Biasanya teman-teman banyak yang bingung dan bertanya-tanya mengenai gateway.

Apa itu gateway? Fungsi gateway buat apa? Seperti apa cara kerja gateway?

Gateway berfungsi sebagai gerbang transit sebuah packet yang mau dikirimkan ke network lain,
oleh perangkat gateway. Gateway identik dengan router, karena tugas router adalah merouting
paket.

Biar makin terbayang tentang gateway, mari kita ulas secara perlahan.

Kapan Gateway Dibutuhkan?


Gateway dibutuhkan ketika packet ingin dikirimkan ke network yang berbeda.

Coba perhatikan topologi ini.

Gambar 1: Point-to-point – Satu Network – Tidak Butuh Gateway

Apakah kedua laptop diatas membutuhkan gateway?


Jawabannya, engga butuh. Karena masih satu network. Coba silakan kamu hubungkan laptop
kamu secara peer to peer dengan laptop lain — atau bisa kamu simulasikan juga di packet tracer
atau GNS3.

Sekarang, gimana dengan topologi ini?

Gambar 2: Sebuah Broadcast Network – Tidak Butuh Gateway

Jawabannya, sama dengan diatas, masih belum membutuhkan gateway.

Ingat, selama tujuan packetnya masih satu network dengan sumber packetnya, ya tidak butuh
gateway. Packet langsung dikirimkan ke alamat tujuan.

Penjelasan Fungsi Gateway


Sebelum ke penjelasan fungsi dan cara kerja gateway, coba perhatikan lagi topologi berikut.

Gambar 3: Beda Network – Butuh Gateway

Misal, saat PC_01 mau ping ke PC_02, maka packet akan dikirimkan dulu ke interface fa0/1
router. Selanjutnya router mengirimkan packet tersebut ke PC_02 melalui interface fa0/2 nya.

Belum selesai, sebab ping (packet icmp) dikatakan berhasil jika sudah reply. Ketika PC_02
mengirim icmp reply, maka packet tersebut dikirim ke interface fa0/2 router. Selanjutnya router
mengembalikan ke PC_01 melalui interface fa0/1 nya.

Nyambung sampai sini? Gimana kalau dalam kasus tadi, PC_02 tidak mengatur alamat
192.168.2.1 sebagai gatewaynya?

Maka.. packet tidak bisa pulang, kalau kamu coba, maka hasilnya time out. Kita bahas satu
topologi lagi.

Gambar 4: Kebutuhan Gateway

Komunikasi antara PC_01 dengan PC_03, juga sebaliknya, tidak membutuhkan gateway. Tapi
komunikasi PC_01 atau PC_03 ke PC_02 juga sebaliknya, membutuhkan gateway, karena sudah
berbeda network.

Gimana, mudah kan?

Ini prosesnya, silakan ingat baik-baik:

Saat PC_01 mengirimkan packet, maka komputer akan melihat alamat tujuan packet tersebut.
Jika masih satu network dengannya, proses akan berlanjut ke pengiriman packet. Jika network
tujuan sudah tidak satu network dengannya, maka dia akan mengirimkan ke alamat gateway.
Selanjutnya, tugas gateway lah yang mengirimkan packet. Dalam hal ini adalah router. Maka dia
akan terlebih dahulu melihat tabel routingnya. Jika ada, dikirimkan. Akan kita bahas lebih lanjut
di materi dasar routing.

Sebaiknya, kamu sudah memahami tentang ip address dan subnetting. Minimal kamu paham saat
saya menuliskan 192.168.100.0/24 atau 192.168.2.1/24 seperti di topologi diatas.

Gateway Sebagai Protocol Converter


Istilah gateway di jaringan komputer ada banyak, ada default gateway, ada internet gateway, ada
ah.. balblabla. Tapi ya intinya hanya sebagai tempat transit packet. 

Gateway disebut sebagai protocol converter misalnya ketika dari network sumber, protocolnya
RIP, tapi untuk meneruskan ke network tujuan, digunakan routing protocol OSPF. 

Ada juga disebut sebagai internet gateway, contoh paling sering beredar misalnya kamu pakai
mikrotik, sebagai gatewaynya. Di mikrotik tersebut juga kamu konfigurasi NAT. 
Penjelasan Dasar Proses IP Routing

Materi ini sebenarnya sudah pernah saya tuliskan di blog pribadi saya. Namun bagi sebagian
orang mengaku masih sulit memahaminya, maka saya coba ulas lagi disini secara lebih perlahan,
berharap agar lebih mudah dipahami.

Jadi, kali ini kita tidak akan langsung belajar konfigurasi routing, melainkan hanya mempelajari
ip routing saja. IP routing adalah proses forwarding IP packet yang dilakukan oleh router.

Berikut 3 hal yang akan kamu pahami di setelah materi ip routing kali ini:

 Memahami topologi sederhana beda network


 Mempelajari cara kerja router
 Menganalisa perpindahan packet ke network yang berbeda

Di akhir materi nanti juga akan saya sediakan beberapa soal untuk mengevaluasi pemahaman
kamu mengenai ip routing.

Mari kita mulai materinya.

A. Terminologi Routing
Ada beberapa istilah yang perlu kita sepakati pemakaiannya di materi kali ini. Tadi saya katakan:

 IP routing (aktifitas forwarding ip packet)


 … yang dilakukan oleh router (perangkat yang merouting), dan
 IP packet (anggaplah seperti surat di analogi kantor pos).

Router yang dimaksud adalah kata kerja. Perangkat apapun yang bisa bertugas merouting, bisa
firewall, bisa komputer, bisa switch. Tapi tetap kita akan belajar dengan router yang selama ini
kita kenal.

Jadi secara ringkas, ip adalah routed protocol, sedangkan RIP, EIGRP, OSPF, dsb adalah routing
protocol. Objeknya adalah ip packet, pelakunya adalah router.

Selain itu, ada 2 teknik dalam merouting, yaitu statis dan dinamis. Jika statis dilakukan manual,
dinamis routing berarti router saling bertukar informasi routing mereka.

B. Pemahaman Dasar Routing


Saya ingatkan lagi materi dasar jaringan internetwork dimana router berperan merouting packet
dari sebuah network yang berbeda ke tujuan yang berbeda network pula.

Note: Teknik konfigurasi routing dibawah tidak perlu kamu pahami saat ini juga. Saya hanya
menjelaskan gambaran umum cara kerja router saja dan gambaran networknya.

Ini 3 hal yang harus diketahui oleh router dalam tugasnya merouting packet:

 Melihat network dari tujuan sebuah paket ip


 Rute menuju remote network dan memilih rute mana yang terbaik
 Memaintain tabel routing

1. Router Hanya Melihat Network Address

Router engga peduli mengenai host, alamat ip address host tersebut dan dimana lokasinya.
Router cuma melihat alamat network sebuah paket, dan rute mana yang terbaik menuju network
tersebut.

Perhatikan topologi berikut ini.

Gambar 1: Topologi A – Local Network Routing

Pertanyaannya, router menerima packet dengan alamat tujuan 192.168.100.10, kemana packet
akan diforward?

Saya yakin dengan mudah kamu bisa menjawab, packet akan diforward ke interface Ethernet0/2
(karena di topologi seperti itu), ya kan? 

Ngomong-ngomong, router engga tau bentuk topologi yang kita buat diatas seperti apa. Dia
hanya melihat tabel routingnya. Cara melihatnya di router Cisco IOS dengan perintah #show ip
route:
Router01#show ip route
Codes: L - local, C - connected, S - static, R - RIP, M - mobile, B - BGP
[output cut]
Gateway of last resort is not set
10.0.0.0/8 is variably subnetted, 2 subnets, 2 masks
C 10.0.0.0/8 is directly connected, Ethernet0/0
L 10.0.0.1/32 is directly connected, Ethernet0/0
172.16.0.0/16 is variably subnetted, 2 subnets, 2 masks
C 172.16.0.0/16 is directly connected, Ethernet0/1
L 172.16.0.1/32 is directly connected, Ethernet0/1
192.168.100.0/24 is variably subnetted, 2 subnets, 2 masks
C 192.168.100.0/24 is directly connected, Ethernet0/2
L 192.168.100.1/32 is directly connected, Ethernet0/2
Router#

(Akan lebih mengerti kalau kamu ikuti materi ini sembari praktek, gunakan packet tracer saja)

Yes, packet dengan tujuan 192.168.100.10 akan diforward melalui interface Ethernet0/2.
Perhatikan disitu ada flag C yaitu directly connected, router bisa langsung memforward packet
tersebut.

Transmisi packet akan berhasil dengan syarat client-client diatas sudah mengkonfigurasi
gateway. Silakan baca fungsi gateway kalau belum paham.

Melihat tabel routing

Sekarang pertanyaannya, gimana kalau ada packet dengan alamat tujuan 10.100.10.19? Ke
interface mana packet tersebut akan diteruskan?

Ingat, router tidak peduli dengan alamat 10.100.10.19, dia hanya peduli di network mana alamat
tersebut, kalau ada di routing tablenya, maka bisa dikirimkan.

Kalau kita hitung, berarti kan 10.100.10.19 berada di network 10.0.0.0/8, ya kan? atau belum
paham? Kalau belum silakan balik ke materi IP address dan silakan belajar subnetting terlebih
dahulu.

Nah di topologi kan tidak ada host dengan alamat 10.100.10.19. Tapi fokus kita disini adalah
routernya, router tidak peduli dengan host itu ada atau tidak. Network dari packet tersebut ada di
tabel routing. Itu intinya.

Proses selanjutnya seperti apa.. akan kita bahas dibawah.

IOS router versi 15 dan /32 di tabel routing

Satu lagi, di IOS versi 15, router menambahkan alamat interfacenya sendiri di tabel routing
seperti contoh diatas: 10.0.0.1/32 directly connected ke interface Ethernet0/0.
Tujuannya agar proses routing lebih efektif karena dia tinggal menforward packet tersebut ke
interfacenya sendiri. Kita juga lebih gampang mengetahui kalau router punya ip interface di
network tersebut.

2. Memilih Rute Terbaik

Satu lagi contoh, berdasarkan tabel routing dibawah ini. Jika ada packet dengan alamat tujuan
192.168.2.108, ke interface mana packet tersebut akan diforward?

Router02#show ip route
Codes: L - local, C - connected, S - static, R - RIP, M - mobile, B - BGP
[output cut]
192.168.1.0/24 is variably subnetted, 2 subnets, 2 masks
C 192.168.1.0/30 is directly connected, Serial1/0
L 192.168.1.2/32 is directly connected, Serial1/0
192.168.2.0/24 is variably subnetted, 10 subnets, 2 masks
C 192.168.2.0/27 is directly connected, Loopback0
L 192.168.2.1/32 is directly connected, Loopback0
C 192.168.2.32/27 is directly connected, Loopback1
L 192.168.2.33/32 is directly connected, Loopback1
C 192.168.2.64/27 is directly connected, Loopback2
L 192.168.2.65/32 is directly connected, Loopback2
C 192.168.2.96/27 is directly connected, Loopback3
L 192.168.2.97/32 is directly connected, Loopback3
C 192.168.2.128/27 is directly connected, Loopback4
L 192.168.2.129/32 is directly connected, Loopback4
[output cut]

Perhatikan, tabel routing cisco IOS menampilkan network classfull dan dibawahnya adalah
network-network yang sudah disubnet, jadi lebih enak ngelihatnya, ya kan?

Lalu, ke interface mana packet tadi akan diforward?

Serius.. kalau kamu masih bingung menjawabnya, silakan pelajari materi subnetting yang sudah
kita bahas sebelumnya.

Rute menuju remote network

Contoh-contoh diatas semuanya masih local network, alias terhubung langsung ke router. Jika
seperti itu, kita bahkan tidak perlu mengkonfigurasi routing apapun karena router sudah tau rute
menuju network tersebut.

Sekarang kita kembangkan topologinya seperti berikut ini.

Gambar 2: Topologi B – Remote Network Routing

Silakan diperhatikan, network 192.168.2.96/27 dan lainnya adalah remote network bagi
Router01, karena tidak terhubung langsung dengannya. Begitu juga network 172.16.0.0/16 bagi
Router02 dan seterusnya.
Sekarang pertanyaannya, jika router01 menerima packet dari PC02 dengan alamat tujuan
192.168.2.77, kemana packet akan diteruskan?

Ingat, router diatas itu tidak paham seperti apa wujud topologi yang kita buat. Sehingga
jawabannya, tentu: tergantung tabel routing. 

Nah karena tidak terhubung langsung, network address dari 192.168.2.77 belum ada di tabel
routing Rourter01 (tabelnya routingnya masih sama dengan output show ip route diatas yang
pertama kali).

Sehingga harus kita konfigurasi, dari topologi kita paham kalau tujuan paket tersebut terhubung
ke router02.

Cara meroutingnya ada 2, dengan static routing, atau dynamic routing. Saya contohkan dengan
static routing, ingat saja 2 hal ini:

1. Alamat network yang ingin dirouting (yang akan ditambahkan ke tabel routing).
2. Rute menuju alamat network tersebut.

Ingat, Router02 pun harus tau rute menuju ke PC02 (si pengirim paket) agar paket tersebut bisa
reply.

Berikut konfigurasi di Router01:

R1(config)#ip route 192.168.2.0 255.255.255.128 192.168.1.2


R1(config)#do show ip route
[output cut]
10.0.0.0/8 is variably subnetted, 2 subnets, 2 masks
C 10.0.0.0/8 is directly connected, Ethernet0/0
L 10.0.0.1/32 is directly connected, Ethernet0/0
172.16.0.0/16 is variably subnetted, 2 subnets, 2 masks
C 172.16.0.0/16 is directly connected, Ethernet0/1
L 172.16.0.1/32 is directly connected, Ethernet0/1
192.168.1.0/24 is variably subnetted, 2 subnets, 2 masks
C 192.168.1.0/30 is directly connected, Serial1/0
L 192.168.1.1/32 is directly connected, Serial1/0
192.168.2.0/25 is subnetted, 1 subnets
S 192.168.2.0 [1/0] via 192.168.1.2
192.168.100.0/24 is variably subnetted, 2 subnets, 2 masks
C 192.168.100.0/24 is directly connected, Ethernet0/2
L 192.168.100.1/32 is directly connected, Ethernet0/2
R1(config)#

Lho, kok dikonfigurasi dengan subnet mask 255.255.255.128 (/25)? Saya summari agar
mencakup semua alamat loopback0 sampai loopback4 router02.

Sekarang konfigurasi di Router02:

R2(config)#ip route 172.16.0.0 255.255.0.0 192.168.1.1


R2(config)#do show ip route
Codes: L - local, C - connected, S - static, R - RIP, M - mobile, B - BGP
[output cut]
S 172.16.0.0/16 [1/0] via 192.168.1.1
192.168.1.0/24 is variably subnetted, 2 subnets, 2 masks
C 192.168.1.0/30 is directly connected, Serial1/0
L 192.168.1.2/32 is directly connected, Serial1/0
192.168.2.0/24 is variably subnetted, 10 subnets, 2 masks
C 192.168.2.0/27 is directly connected, Loopback0
L 192.168.2.1/32 is directly connected, Loopback0
C 192.168.2.32/27 is directly connected, Loopback1
L 192.168.2.33/32 is directly connected, Loopback1
C 192.168.2.64/27 is directly connected, Loopback2
L 192.168.2.65/32 is directly connected, Loopback2
C 192.168.2.96/27 is directly connected, Loopback3
L 192.168.2.97/32 is directly connected, Loopback3
C 192.168.2.128/27 is directly connected, Loopback4
L 192.168.2.129/32 is directly connected, Loopback4
192.168.100.0/24 is variably subnetted, 4 subnets, 2 masks
C 192.168.100.0/25 is directly connected, Loopback88
L 192.168.100.1/32 is directly connected, Loopback88
C 192.168.100.128/25 is directly connected, Loopback99
L 192.168.100.129/32 is directly connected, Loopback99
R2(config)#

Selesai, sekarang PC02 sudah bisa berkomunikasi ke network 192.168.2.0/25 yang terhubung ke
Router02. Silakan coba sendiri di lab masing-masing.

Ini rangkumannya:

 Router bekerja berdasarkan tabel routing. 


 Entri di tabel routing tersebut bisa ditambahkan (dikonfigurasi) baik secara statis maupun
dinamis.
 Isi tabel routing: alamat networknya, dan rute menuju alamat network tersebut.

Bahasan konfigurasi ini akan kita bahas lebih lanjut di bab berikutnya. Sekarang cukup pahami
konsep dasarnya. 

Route path selection

Ada kondisi dimana terdapat beberapa network tapi pathnya berbeda. Seperti berikut ini.

Gambar 3: Route Selection

PC02 ingin mengirim packet ke alamat 192.168.100.10. Sesampainya di Router01, ke interface


mana kah paket tersebut akan diforward?

Ini akan kita bahas nanti, namun jika kamu penasaran, silakan dipraktekkan dengan skenario
sebagai berikut:

1. Di router01: konfigurasi routing ke 192.168.100.0/24, arahkan ke interface serial1/0 atau


192.168.1.2.
2. Hapus konfigurasi nomer 1, di router01: konfigurasi routing ke 192.168.100.0/25 dan
192.168.100.128/25, arahkan ke interface serial1/0 atau 192.168.2.
3. Test ping dan tracreoute dari PC02 ke alamat 192.168.100.10 setelah skenario 1 dan skenario 2.

*note: interface lo88 router02 adalah: 192.168.100.10/25.

Nah, itu masih di Router01 (kamu coba sendiri), sekarang kita lihat sedikit di router02.
Bagaimana jika router02 menerima packet dengan alamat tujuan 192.168.100.10?

Ke interface mana packet tersebut akan diforward? (misal yang mengirim packet adalah interface
loopback 0).

Berikut tabel routingnya:

R2#show ip route
Codes: L - local, C - connected, S - static, R - RIP, M - mobile, B - BGP
[output cut]
S 10.0.0.0/8 [1/0] via 192.168.1.1
S 172.16.0.0/16 [1/0] via 192.168.1.1
192.168.1.0/24 is variably subnetted, 2 subnets, 2 masks
C 192.168.1.0/30 is directly connected, Serial1/0
L 192.168.1.2/32 is directly connected, Serial1/0
192.168.2.0/24 is variably subnetted, 10 subnets, 2 masks
C 192.168.2.0/27 is directly connected, Loopback0
L 192.168.2.1/32 is directly connected, Loopback0
C 192.168.2.32/27 is directly connected, Loopback1
L 192.168.2.33/32 is directly connected, Loopback1
C 192.168.2.64/27 is directly connected, Loopback2
L 192.168.2.65/32 is directly connected, Loopback2
C 192.168.2.96/27 is directly connected, Loopback3
L 192.168.2.97/32 is directly connected, Loopback3
C 192.168.2.128/27 is directly connected, Loopback4
L 192.168.2.129/32 is directly connected, Loopback4
192.168.100.0/24 is variably subnetted, 5 subnets, 3 masks
S 192.168.100.0/24 [1/0] via 192.168.1.1
C 192.168.100.0/25 is directly connected, Loopback88
L 192.168.100.10/32 is directly connected, Loopback88
C 192.168.100.128/25 is directly connected, Loopback99
L 192.168.100.138/32 is directly connected, Loopback99
R2#

Setelah dicoba, packet diteruskan ke interface loopback88, bukan ke interface s1/0 atau via
192.168.1.1 (router01) untuk menuju PC03. 

R2#traceroute 192.168.100.10 source lo 0


Type escape sequence to abort.
Tracing the route to 192.168.100.10
VRF info: (vrf in name/id, vrf out name/id)
1 192.168.100.10 4 msec 4 msec *
R2#

Kenapa packet dikirimkan ke interface loopback88?


Dalam membangun routing tabel, 3 faktor berikut yang menentukan:

 Administrative distance: tingkat kepercayaan rute, semakin kecil nilainya, maka rute tersebut
semakin diutamakan.
 Metric: oleh routing protocol sendiri, punya metric masing-masing.
 Prefix length:  prefix length terpanjang akan menjadi prioritas.

Dah, ini akan kita bahas di lain kesempatan. Sebagai catatan, berikut adalah nilai default
administrative distance routing protocol di cisco.

Routing Protocol AD Value

Connected 0

Static 1

eBGP 20

EIGRP (internal) 90

IGRP 100

OSPF 110

IS-IS 115

RIP 120

EIGRP (external) 170

iBGP 200

EIGRP summary route 5

3. Memaintain Routing Table

Satu lagi sebelum kita bahas tentang proses ip routing. Tadi saya katakan, ada 2 teknik
membangun atau mengkonfigurasi routing:

1. Static routing: admin sendiri yang mengkonfigurasi secara manual alamat network, rute menuju
alamat network tersebut, dan metricnya.
2. Dynamic routing: router akan saling bertukar informasi routingnya ke router tetangganya.

Juga akan kita bahas nanti. Intinya ketika belajar, mulai dari static routing terlebih dahulu. 
Saya ingatkan lagi, jika kamu belum pernah belajar konfigurasi routing sama sekali, tidak perlu
khawatir, intinya kamu cukup pahami beberapa point besarnya:

 Router tidak tau bentuk topologi, router cuma melihat tabel routingnya. 
 Router tidak peduli alamat ip dan lokasi host ada dimana, dia hanya perlu tahu alamat
networknya (maka kamu perlu paham subnetting).
 Kalau network tersebut terhubung langsung dengannya, tidak perlu konfigurasi apa-apa, router
sudah tau rute menuju network tersebut.
 Sebaliknya, kalau tujuan paketnya ada di remote network, maka tabel routing perlu dibuat,
dengan static atau dynamic routing.

C. Proses IP Routing
Semoga dari penjelasan singkat diatas kamu sudah punya bayang-bayang dengan routing.
Topologi yang akan kita gunakan untuk mempelajari proses ip routing kali ini jauh lebih
sederhana.

Gambar 4: Belajar IP Routing

Kita akan mencoba mengirim paket ICMP dari Host-A (192.168.1.2) ke Host-B (192.168.2.2)
dan memperhatikan proses routing packet hingga reply kembali ke Host-A.

Alamat MAC masing-masing NIC perangkat sengaja dicantumkan karena nanti kita akan
mengamati proses ARP juga. Kemudian, di router tidak ada konfigurasi routing apapun karena
kedua network terhubung langsung.

Let’s begin.

1. Membentuk packet ICMP

Host-A akan membuat paket ICMP echo request yang nantinya akan ditempatkan di IP packet,
berisi 192.168.1.2 sebagai source address dan 192.168.2.2 sebagai destination address.

Gambar 4: Packet ICMP

Terlihat di gambar bahwa IP packetnya berisi protocol 1 (icmp) beserta alamat sumber dan
tujuannya. Di materi ip address sudah pernah kita bahas tentang ini.

2. Apakah tujuan paket berada di local network atau remote network?

Masih berada di layer network dengan IP protocol, Host-A akan mencari tahu, apakah alamat
192.168.1.2 berada satu network dengannya, atau berada di network berbeda?

Maka dia akan membandingkan dengan alamat ip nya sendiri dan subnet masknya.
Gambar 5: Membandingkan network tujuan paket

Host-A dengan ip address 192.168.1.1 di subnet mask 255.255.255.0, berarti alamat ip yang satu
network dengannya adalah 192.168.1.1 sampai 192.168.1.254.

Maka diketahui bahwa 192.168.1.2 berada di remote network.

3. Tujuan paket berada di remote network, kirim ke gateway!

Host-A sudah mendaftarkan alamat 192.168.1.1 (interface e0/0 router). Saya tidak ingin
membuat kamu pusing, tapi coba perhatikan output dari route -ndari Host-A tersebut. 

Karena komputer juga memiliki kapabilitas untuk merouting (bisa static, isa dynamic). Sehingga
gateway dipertimbangkan sebagai rute (default route).

Sederhananya, jika tidak ada rute menuju paket 192.168.1.2 tadi, maka packet akan dibuang.
Tidak jadi dikirimkan. Dalam hal ini paket akan dikirim ke gateway.

4. Membungkus packet kedalam frame (framing, encapsulating)

Agar packet bisa dikirimkan ke alamat gateway (192.168.1.1), maka Host-A harus mengetahui
alamat hardware (MAC: media access control) dari interface e0/0 router.

Masih ingat kan materi enkapsulasi deenkapsulasi TCP/IP?

Perangkat hanya bisa berkomunikasi dan saling bertransmisi data melalui hardware, layer 2 dan
layer 1. Makanya packet tersebut perlu dibungkus dulu menjadi frame.

Sekali lagi dan perlu diingat, packet icmp yang tadi udah berisi ip address sumber dan tujuan,
akan dibungkus ke dalam frame, dimana frame juga harus berisi alamat sumber dan tujuan, tapi
alamat hardware.

 IP packet, isinya ICMP, source address: 192.168.1.2 Host-A, destination address: 192.168.2.2
Host-B.
 Dibungkus ke dalam frame, isinya IP packet yang data payloadnya adalah ICMP. Source address
frame: 0C:0C:99:49:CA:00 eth0 Host-A, destination address frame: aabb.cc00.0100 eth0/0
Router.

Gambar 6: Frame dari Host-A ke e0/0 Router

Ada perbedaan antara frame dan packet. Alamat packet dari awal biasanya tidak berubah
(kecuali ada translasi). Sedangkan alamat frame, selalu alamat perangkat di transit, tidak pernah
lompat.

Misal rutenya Bogor (sumber) -> Cianjur -> Padalarang -> Bandung (tujuan). 
Maka isi alamat sumber dan tujuan packet selalu Bogor dan Bandung. Sedangkan alamat
framenya bisa Bogor -> Cianjur, Cianjur -> Padalarang, dan seterusnya. 

5. Memanfaatkan address resolution protocol (ARP)

Balik lagi ke proses tadi, packet sudah dibungkus jadi frame dan ingin dikirimkan ke interface
e0/0 router. Bagaimana cara mengetahui alamat hardware interface e0/0 router tersebut?

Maka digunakanlah ARP atau address resolution protocol, fungsinya untuk menerjemahkan
alamat IP menjadi alamat hardware.

Alamat IP nya kan sudah diketahui, yaitu alamat gateway (e0/0 router). Maka host A tinggal
menyebar pesan ARP melalui interface eth0 nya berisi “siapa yang tahu alamat hardware dari
192.168.1.1?”

Gambar 7: ARP broadcast dari Host-A

Coba perhatikan, pesan ARP tersebut dikirimkan secara broadcast ke alamat ff:ff:ff:ff…, alias
layer 2 broadcast. Ini sudah kita bahas juga di jenis-jenis traffic jaringan komputer. [Baca
broadcast traffic].

Andaikata NIC eth0 host-A diatas terhubung ke switch, maka pesan broadcast tersebut kaan
diteruskan juga oleh switch. [Ingat materi dasar broadcast domain].

Kembali ke proses tadi, router yang merasa bahwa alamat 192.168.1.1 adalah miliknya, dia
membalas pesan ARP tersebut dengan pesan “oh 192.168.1.1 itu gue, alamat
hardwarenya aabb.cc00.0100”.

Gambar 8: ARP reply oleh Router

6. Alamat MAC disimpan ke tabel arp (cache)

Bayangkan jika setiap kali ingin mengirim frame, tiap perangkat harus nanya-nanya dulu berapa
alamat hardware alamat si IP sekian? Tentu tidak efektif.

Tidak hanya tabel routing (alamat network), alamat mac pun ada tabelnya, tapi secara default
tidak permanen, ada jangka waktunya. Sering disebut dengan arp cache atau mac address table
jika di switch.

Kembali ke proses, maka Host-A akan menyimpan alamat hardware ethernet0/0 Router di tabel
arp nya.

gns3@Host-A:~$ arp -a
? (192.168.1.1) at aa:bb:cc:00:01:00 [ether] on eth0

Begitu juga dengan Router, alamat hardware ether0 dari Host-A akan disimpan ke tabel arp nya.
Router#show ip arp
Protocol Address Age (min) Hardware Addr Type Interface
Internet 192.168.1.1 - aabb.cc00.0100 ARPA Ethernet0/0
Internet 192.168.1.2 67 0c0c.9949.ca00 ARPA Ethernet0/0
Internet 192.168.2.1 - aabb.cc00.0110 ARPA Ethernet0/1
Internet 192.168.2.2 66 0c0c.99d5.d900 ARPA Ethernet0/1

Oh ya, sampai di step ini, router belum mengetahui alamat hardware Host-B (192.168.2.2). 

Lihat bahwa disitu ada kolom “Age (min)” yaitu jangka waktu cache yang saya katakan tadi.
Tanda (-) berarti alamat interface router itu sendiri, yaitu 192.168.1.1:aabb.cc00.0100 dan
192.168.2.1:aabb.cc00.0110.

Sekarang, frame tadi sudah siap untuk ditransmisikan oleh Host-A — dan sedang dalam perjalan
ke ethernet0/0 router 🛫🛫 

Melalui media — layer 1 physical, dalam hal ini kabel UTP.

(Lama yee)

7. Pemeriksaan frame (FCS: Frame Check Sequence)

Masih panjang prosesnya. Ketika mengirim frame, dua perangkat yang berada dalam satu
collision domain yang sama (eth0 host-A dan eth0/0 router) akan menjalankan CRC (cyclic
redundancy check) dan hasilnya akan dicocokkan field FCS (frame check squence).

Jika FCS tidak sesuai, maka frame akan didiscard saat itu juga. Tidak ada error recovery di layer
2, hal ini cuma ada di transport layer. Jika CRC sudah sesuai, maka alamat tujuan di frame akan
dibandingkan dengan:

 Apakah mac address tersebut adalah interface router?


 Mac address adalah alamat broadcast dari subnet dimana interface router berada di subnet
tersebut juga.
 Mac address tersebut adalah alamat multicast dimana router juga termasuk dari multicast
tersebut.

Dalam hal ini, alamat tujuan frame tadi diketahui adalah alamat interface e0/0 router.

Maka sekarang router akan mengekstrak (deenkapsulasi) / membuka bungkusan frame tersebut
sehingga menyisakan ip packet.

8. Pemeriksaan packet 

Sampailah kita pada tahap kinerja router yang kita bahas di awal. Disini, router memeriksa
alamat tujuan dari packet (yang dibongkar dari frame tadi).

Router memeriksa keberadaan network dari alamat tujuan packet (192.168.2.2 – Host-B) tersebut
di tabel routingnya.
Gambar 9: Router memeriksa tabel routing

Ternyata alamat network tujuan packet (192.168.2.2) sudah terdaftar di tabel tabel routing
(192.18.2.0/24) dan terhubung secara langsung ke interface ethernet0/1.

Berarti paket bisa dikirimkan.

9. (lagi) Framing packet di router

Packet pertama tadi sudah didapat dari bongkaran frame yang diterima dari Host-A, ternyata
penerimanya bukan router tersebut, tapi router bisa membantu memforwardnya karena alamat
tujuan packet ada di tabel routing.

Maka sama seperti proses tadi, router pun membungkus kembali packet tadi dengan frame yang
berbeda. 

 Alamat sumber dan tujuan packet tetap sama, yaitu Host-A ke Host-B, tidak berubah.
 Packet dienkapsulasi kedalam frame dengan alamat sumber (ethernet0/1
router: aabb.cc00.0110) dan alamat tujuan (eth0 Host-B: 0C:0C:99:D5:D9:00)

Gambar 9: Frame dari Router ke Host-B

(Klik gambar untuk memperbesar, periksa alamat ip, dan alamat frame, bandingkan dengan
topologi diatas).

Ini masih mengirim packet ya. Sehingga icmp payloadnya masih echo request, belum reply. 

10. (lagi lagi) Router harus tau alamat hardware Host-B

Syarat transmisi frame tadi tidak berubah. Router pun tetap harus tahu berapa alamat hardware
eth0 Host-B. Mari kita lihat:

Router#show ip arp
Protocol Address Age (min) Hardware Addr Type Interface
Internet 192.168.1.1 - aabb.cc00.0500 ARPA Ethernet0/0
Internet 192.168.1.2 0 0c0c.9949.ca00 ARPA Ethernet0/0
Internet 192.168.2.1 - aabb.cc00.0510 ARPA Ethernet0/1
Internet 192.168.2.2 0 0c0c.99d5.d900 ARPA Ethernet0/1
Router#

Masih ada. Tapi kok age nya 0 menit?


Artinya decremental counting terhadap alamat hardware Host-A dan Host-B tidak berjalan. Hal
ini dikarenakan ada transmisi antara Host-A dan Host-B yang sedang berjalan secara konstan.

(Saya sedang pinging Host-A dan Host-B juga sebaliknya).

Okay, karena alamat frame (0c0c.99d5.d900 Host-B) sudah terdaftar di tabel arp router, maka
frame sudah bisa dikirim. Inget, isinya packet, yang berisi icmp, yang berisi echo request
payload.

11. Host-B menerima frame dan memeriksanya

Sampailah frame tadi ke eth0 Host-B. Oleh host-B, dilakukan pemeriksaan frame CRC seperti
sebelumnya. Jika hasilnya sesuai dengan field FCS, maka dilanjutkan dengan pemeriksaan
alamat frame.

Frame pun dibongkar untuk melihat isi packet dan protocol serta data yang terkandung
didalamnya.

12. Packet diterima oleh Host-B

Dari pemeriksaan frame, Host-B menyadari bahwa tujuan packet adalah dirinya sendiri
(192.168.2.2). Dari protocol yang ada didalam packet, ditemukan adanya pesan ICMP request.

Sampai disini, Host-B bekerja di network layer. Protocol ICMP memiliki echo request dan echo
reply (ini yang harus dihandle oleh host-B).

13. Giliran Host-B, mengirim  ICMP echo reply

Oh ya, ketika sebuah sudah sampai ke penerima, ada juga pengecekan CRC seperti di frame tadi.
Namun lagi lagi, kalau terdapat error, packet akan didiscard. Sebag di layer network tidak ada
error recovery layaknya transport layer.

Sampai disini, Host-B membuat packet baru, dengan protocol ICMP, didalamnya payload echo
reply, alamat tujuan pun diganti dengan 192.168.1.1 (host-A).

Sampai disini, Host-B membuat packet baru, dengan protocol ICMP, didalamnya payload echo
reply, alamat tujuan pun diganti dengan 192.168.1.1 (host-A).

14. Membandingkan alamat tujuan paket dengan network sendiri

Sama seperti proses diawal tadi, Host-B pun tetap harus memeriksa apakah alamat (192.168.2.1),
satu network dengannya, atau tidak. 

Gambar 10: Host-B membandingkan alamat tujuan paket


Karena alamat tujuan packet berada di remote network, maka Host-B pun harus mengirimkannya
ke gateway.

Kalau Host-B tidak mengkonfigurasi gateway (atau gatewaynya salah), atau tidak ada satupun
rute menuju 192.168.1.2 di tabel routingnya (sama kayak router), maka packet tidak bisa pulang.

Tidak ada echo reply, dalam hal ini Host-A akan menerima pesan ICMP time out.

15. Mencari tau alamat hardware gateway

Harus lewat gateway dulu kan, berarti alamat hardware ethernet0/1 router (gateway) juga harus
diketahui oleh Host-B, agar frame bisa ditransmisikan.

gns3@Host-B:~$ arp -a
? (192.168.2.1) at aa:bb:cc:00:05:10 [ether] on eth0

Ternyata alamat hardware ethernet0/1 router sudah ada di tabel ARP Host-B. Maka frame bisa
dikirim. Jika tidak, maka Host-B akan membroadcast pesan ARP seperti diatas.

16. dst, hingga packet ICMP reply sampai ke Host-A

 Frame dikirim dari eth0 Host-B: 0C:0C:99:D5:D9:00 ke ethernet0/1 Router: aabb.cc00.0110,


berisi packet dengan source Host-A: 192.168.2.2 dan destination Host-B: 192.168.1.1
 Router menerima packet dari Host-B di interface e0/1 nya.
 Frame diperiksa, run CRC, dan dibongkar, lalu dilihat alamat tujuan packet tersebut. 
 Alamat tujuan packet adalah 192.168.2.1, bukan router.
 Sekarang tugas router meneruskan packet, dilakukan pemeriksaan tabel routing, dan network
192.168.2.1 terhubung langsung ke interface ethernet0/0 (192.168.1.0).
 Packet (tidak diubah), pun dibungkus kedalam frame. Alamat sumber frame yaitu ethernet0/0
router, dan alamat tujuannya adalah eth0 (192.168.1.2 Host-A).
 Selama alamat hardware dari 192.168.1.2 Host-A masih ada di tabel ARP router, maka frame
bisa dikirim. Jika tidak, router juga akan mengirim pesan ARP.
 Frame diterima oleh Host-A, run CRC. Lalu dibongkar, frame dibuang, menyisakan ip packet.
 IP packet diperiksa, diketahui bahwa Host-A adalah penerima packet tersebut. Maka Host-A
menerima packet icmp reply.

Gambar 11: Host-A menerima ICMP echo reply

Selesai, panjang juga kan..

Simpulan
Demikian materi proses ip routing kali ini. Hal ini sangat penting untuk kamu pahami sebagai
fundamental routing switching (iya, switching juga, yang akan kita bahas nanti).

 Alamat sumber dan tujuan packet tidak akan berubah (kecuali ada address translation), hingga
packet tersebut sampai ke tujuan.
 Begitu juga dengan protocol yang ada di dalam (IP) packet tersebut.
 Sedangkan alamat frame terus berubah sesuai collision domainnya (dua node di sebuah link). 
 Packet icmp [echo request] butuh icmp [echo reply] maka packet tersebut tidak cukup jika
hanya sampai tujuan, harus bisa kembali juga.
 IP routing terjadi di network layer, pengirimannya berdasarkan tabel routing (di router),
termasuk juga gateway (di end device). 
 Framing terjadi di data link layer, pengirimannya berdasarkan tabel mac address atau tabel ARP.

# Evaluasi Pemahaman IP Routing


Lah.. gimana ini. Tadi kan sudah kesimpulan.

Sesuai janji saya di awal materi, kita akan menjawab beberapa soal untuk mengevaluasi
pemahaman ip routing. 

Soal-soal berikut tidak sulit, tapi kamu harus benar-benar bisa menjawabnya. Sebab sebagai
dasar ip routing adalah satu pondasi penting pemahaman jaringan komputer. 

Let’s begin.

Soal IP routing #1

Router R1 menerima packet dengan source address 172.16.12.99 dan destination address
192.168.47.108. Apa yang dilakukan router R1 terhadap paket tersebut?

Soal 1 ip routing

Jika kamu menjawab “paket diterima oleh router R1 (berasal dari) interface Serial0/0, namun
karena tidak ada satupun rute menuju network 192.168.47.0/24 (dengan asumsi clasfull), maka
paket dibuang/didiscard”.

Maka jawaban kamu sempurna!

Oh ya, kalau dari tabel routing diatas terdapat [Codes *] alias candidate default, alias default
gateway (seperti di end device), maka paket tadi akan dikirimkan kemari.

Terlepas paket tersebut (pada akhirnya) sampai atau tidak ke tujuannya, yang terpenting adalah
router sudah memforwardnya sesuai tabel routingnya.

Soal IP routing #2

Sekarang, ada 2 buah LAN network, terhubung oleh satu buah link WAN network dengan serial
link. Di LAN R2 terdapat WebServer dan ingin diakses oleh Host2 yang berada di LAN R1.

Soal 2 ip routing
Dari gambar sudah terlihat jelas bahwa:

 Frame pertama: mac address asal nya adalah e0 Host2, mac address tujuannya adalah e0/1 R1.
 Alamat tujuan paket adalah alamat WebServer dan alamat asal paket adalah Host2.
 Nomor port di header segment (inget layer transport, protocol data unitnya adalah segment),
adalah TCP port 80 alias HTTP.

Soal IP routing #3

Sekarang kita kembangkan lagi topologinya. Ada server web dan server DNS terhubung di LAN
R2. Juga di LAN sudah terdapat masing-masing sebuah switch. Bagaimana prosesnya jika Host1
ingin mengakses web server (ngonfig.net)?

Soal 3 ip routing

Kalau kamu mengira Host1 akan langsung memframing IP packet yang berisi protocol
HTTP/HTTPS (TCP port 80 atau 443), maka jawabannya tersebut salah.

 Host1 harus tahu dulu ip dari ngonfig.net. Karena tidak ada koneksi host-to-host dengan nama
domain.
 Maka host1 terlebih dahulu membuat packet yang mengandung segment dengan protocol UDP
port 53 di headernya.
 DNS server akan menjawab paket tersebut dan memberitahu IP dari server ngonfig.net
 Host1 mengirim paket HTTP (TCP port 80) request (ada 3 way handshake dulu, ya kan), karena
HTTP menggunakan TCP.

Silakan kamu jabarkan prosesnya.

Bagaimana prosesnya ketika Host1 mengirim DNS request pertama kali, dia akan membuat
frame kan?

Lalu mengirimkannya ke e0 yang terhubung ke Sw1, bagaimana jika Sw1 juga tidak tahu alamat
hardware e0 (gatewaynya Host1)? Ke interface mana saja pesan arp tersebut (ikutan) disebar?

VLSM atau Variable Length Subnet Mask


Last updated: December 11, 2018 by fathurhoho
3 Comments
VLSM atau variable length subnet mask adalah jenis perhitungan subnetting dimana panjang
subnet mask yang kita berikan akan disesuikan dengan banyaknya jumlah host di setiap subnet
tersebut.

Belajar VLSM kali ini tidaklah sulit, karena intinya: cara perhitungannya sama saja dengan yang
sudah kita bahas di materi belajar subnetting sebelumnya.

Cuma beda dikit aja, serius.

Saya yakin kamu akan sangat mudah memahami materi VLSM kali ini. Kecuali kamu memang
tidak mengikuti bab ip addressing ini dari awal.

Ada 2 teknik perhitungan subnetting:

 FLSM: fixed length subnet mask. Satu network, kita pecah-pecah menjadi beberapa network
(subnet) dimana setiap lebar subnet yang satu sama dengan lebar subnet yang lainnya.
 VLSM: variable length subnet mask. Kebalikannya, sebuah network yang kita subnet,
menghasilkan subnet-subnet yang berbeda panjang subnet masknya antara subnet satu dengan
yang lain.

Nah, yang kita bahas sebelumnya itu adalah teknik FLSM. Nanti akan kita ulas lagi perbedaan
antara FLSM dan VLSM.

Tapiiii… disini saya tidak akan bahas lagi tata cara perhitungannya. Kita akan lebih mempelajari
cara pemetaan (design subnet) jaringan yang efektif dan mudah dalam pengembangannya.
Sebagai permulaan, ini topologi yang akan kita bahas.

Gambar 1: Belajar VLSM

Ada 3 network di topologi tersebut:

 Workstation LAN: di kaki e0/0 Router01 menuju switch yang terhubung ke client-client,
sebanyak 50 hosts.
 Point-to-Point WAN: di kaki s1/0 Router01 menuju kaki s1/0 Router02, cuma butuh 2 hosts.
 Server-LAN: di kaki e0/0 Router02 menuju ke server-server yang banyaknya 12 hosts.

Walau sebenarnya jarang ada topologi seperti ini, sengaja kita pakai untuk belajar dasar
perhitungan VLSM saja. 

 Dikatakan point-to-point WAN: seperti kita ingin menghubungkan 2 gedung, dengan 2 router
dedicated di gedung tersebut.
 Tapi gedung Router02 isinya server-server (seharusnya ada switch disana).
 Sedang gedung Router01 untuk workstation, para karyawan. 

Jelas ya? Mari kita mulai.

1. Teknik Subnetting dengan FLSM (Fixed Length Subnet


Mask)
Dari ip space 192.168.10.0/24, berarti kita punya 254 lebar host yang bisa dihitung-hitung
(dialokasikan). Nah kalau FLSM, lebar setiap subnet yang kita buat nanti, sama semua.

Disana kan cuma ada 3 network. 

Dari 192.168.10.0/24 dibagi menjadi 3 network, kita bisa pakai:

 /26 untuk setiap subnet (workstation LAN, point-to-point, server LAN), sama semua. Lebar host
dari /26 adalah 64, dengan 62 valid host. Ya kan?
 /24 akan habis jika dipakai 4x /26. Sedang kebutuhan network kita cuma 3, berarti ada satu
block /26 yang tersisa, bisa digunakan juga untuk spare.

Gambar 2: Teknik FLSM (A)

Masih bingung cara menghitungnya? Mari kita ulas.

a. Menentukan subnet mask untuk kebutuhan jumlah host

“Bro, gedung Router01 ntar yang paling banyak jumlah hostnya. Karena karyawan disana
semua, kira-kira sebanyak 50 hosts.”
“Di gedung Router02 isinya cuma server-server, sekitar 12 an server, tapi ini kita pasangin router
dedicated aja. Nanti ada satu network point to point buat hubungin ke gedung Router01”

Dari percakapan ini, fokus kita ke workstation LAN yang isinya 50 hosts. Nah berapa subnet
mask yang panjang hostnya sampai 50?

Biar gampang, kita pakai tabel sakti.

Gambar 3: 50 host, menggunakan /26

Dengan /26, kita punya lebar host 62 yang bisa dipakai. Dari kebutuhan 50, masih ada 12 ip nanti
yang sisa. Cukup bagus buat spare, ya kan?

b. Ini perhitungannya

Well, saya tidak ingin menyesatkan pola belajar kamu dengan tabel itu. Minimal kamu harus
sudah tau cara perhitungannya, karena tabel tersebut cuma memudahkan saja, bukan jadi
bocoran.

2 pangkat berapa (y) yang jumlahnya mencukupi 64 host?

Ingat di materi subnetting sebelumnya, untuk mencari tahu jumlah host dan subnet masknya, kita
gunakan rumus 2^y-2. Dimana y adalah bit host yang aktif.

2^y-2 sama dengan atau lebih dari 64 host?

Jawabannya adalah 2 pangkat 6 = 64 (kurang 2 untuk broadcast address dan network address).

Alias 1100.0000 = 64 bit host yang on di oktet ke 4. 

Berapa subnet masknya?

Setelah itu sudah kita cari tahu subnet masknya dengan rumus 256 – jumlah host yang diketahui
tadi. Berarti 256 – 64 = 192. 

Di oktet 4, inget, kelas C. Berarti 255.255.255.192.

c. Subnet yang terbentuk

Karena FLSM, perhitungan selesai. Kita gunakan 255.255.255.192 alias /26 untuk setiap subnet,
semuanya sama.

 Valid host: 62 host


 Interval / block size = 64
 Subnet mask = 255.255.255.192
Gampang kan?

Kalo ga nyambung sama sekali, sana belajar subnetting dulu dari dasar.

2. Teknik Subnetting FLSM Bagian 2


Karena /24 bisa habis dengan 4x /26, sedang yang kita gunakan cuma 3 block subnet. Maka
masih sisa 1 lagi /26 dengan alamat network 192.168.10.192/26.

“Bro, nanti kemungkinan besar ada penambahan network lagi”.

Yes, ini harus benar-benar dipertimbangkan saat mensubnet network.

Nah, dari topologi yang udah kita design diatas, efektif engga sih jika spare address tadi berada
di block subnet terakhir (ke empat)? 

Jawabannya, sah sah saja. Tapi akan lebih efektif kita tempatkan di block ke 2 setelah
workstation LAN (dengan asumsi penambahan karyawan yang peluang penambahannya lebih
besar).

Selain itu, pertimbangannya adalah kemudahan routing (summarization yang akan kita bahas
nanti) karena jika block nya lompat, maka route summarization akan sulit dilakukan.

Gambar 4: Teknik FLSM (B)

Perhatikan urutan subnetnya, ada perubahan. Walau subnet mask tiap subnet masih tetap sama
panjang.

So, nantinya Router02 hanya akan mengenali LAN di network Router01 sebagai satu block
subnet 192.168.10.0/25 (dengan lebar 126 host).

2x /26 kalau disatukan menjadi sebuah network, jadinya /25, ya kan?

Dah.. ini bayang-bayang saja, nanti kita bahas.

2. Keuntungan Menggunakan VLSM


Perlu saya sampaikan, antara VLSM dan FLSM, tidak ada yang lebih baik. Semuanya tergantung
design jaringan yang kita buat.

 Jaringan LAN enterprise A dengan kelas A address: 10.0.0.0/8.


 Punya beberapa site, site A, site B, site C, dan seterusnya.
 Dari global ip space 10.0.0.0/8 tadi disubnet menjadi beberapa site menggunakan FLSM
(biasanya).
 Tapi tiap site, mereka pasti akan membuat subnet untuk network mereka.
 Nah subnet tiap site didesign dengan VLSM. 

Okay, perlahan nanti akan kamu lihat design jaringan yang saya sebutkan diatas. Dibawah nanti
akan saya berikan salah satu contohnya.

Sekarang pertanyaannya, kenapa VLSM itu diperlukan?

Perhatikan topologi yang udah kita bahas diatas.

Maka pertanyaannya kita balik: “untuk apa network point-to-point menggunakan /26?”

Jumlah host yang dibutuhkan kan cuma 2, berarti terbuang sebanyak 60 ip address. Sayang
banget kan???

… nantinya akan menjadi masalah, ketika network sudah routed, ternyata ip address kurang.
Karena tidak segampang itu mengubah skema pengelamatan jaringan yang sudah live.

Semuanya harus diganti, routing diubah, alamat-alamat server akan diubah, ribet. Maka sangat
penting mengalokasikan subnet mask yang sesuai untuk tiap subnetwork. 

3. Cara Menghitung VLSM


Menghitung VLSM ga susah! Kecuali kamu benar-benar tidak mengikuti bab ip addressing ini
dari awal.

 Subnet dihitung dari kebutuhan host terbesar. (Kebutuhan hostnya diurutkan)


 Jika FLSM, masalah selesai. Semua network dikasih sama panjang.
 Tapi di VLSM, tiap subnet akan dihitung lagi.
 Networknya mengikuti dari subnet yang sudah dihitung sebelumnya. 

Kita kembali ke topologi diatas. Jika didesign dengan VLSM, maka hasilnya kira-kira seperti ini.

Satu-satu dulu deh.

a. Perhitungan VLSM dasar


Gambar 5: Menghitung VLSM (A)

Network tadi akan kita urutkan terlebih dahulu:

1. Workstation LAN, paling banyak, yaitu 50 host. Menggunakan /26 dengan alamat network
192.168.10.0/26.
2. Server-LAN, kedua, ada 12 host. Menggunakan /28 (karena punya 14 valid host). Dengan alamat
network 192.168.10.64/28.
3. Point-to-point WAN, terakhir, cuma ada 2 host, cukup dengan /30. Dengan alamat network
192.168.10.80/30. 
4. Kalau ada network lagi, berarti bisa pakai network mulai dari 192.168.10.84 (akhir dari network
point to point WAN).

Nah, tidak ada bedanya (perhitungannya). Cuma beda pengalokasian saja. 

Karena di VLSM, sisa network jadi banyak, lihat di topologi block hijau, yaitu sisa alamat ip
yang bisa digunakan (Bisa disubnet lagi). 

(Kamu akan sulit memahami sisa ip address diatas kalau belum paham range host valid tiap slash
subnet).

b. Perhitungan VLSM lanjutan

Design yang kita buat diatas masih sedikit kurang efektif. (Tapi kalau ada soal seperti ini,
jawaban diatas udah paling bener). 

Kita tidak sedang belajar untuk menjawab soal perhitungan VLSM, tapi teknik skema
pengalamatan jaringan. Kalau mau belajar perhitungan dasar subnetting silakan balik ke bab
sebelumnya.

Okay, ini cara yang lebih baik.

 Kita kan butuh 3 network. Punya space address 192.168.10.0/24


 Hitung dari turunan /24, yaitu /25, 26, dan seterusnya. 
 Kalau /25, kita bisa bagi 2, kalau /26 kita bisa bagi 4, kalau /27, kita bisa bagi 8, dan seterusnya.
 Tapi LAN workstation ga mungkin dikasih dibawah /26, karena butuh paling tidak 50 host.

Jadinya perhitungan kita ubah seperti ini :

 Space address 192.168.10.0/24 tadi kita pecah jadi 2 block subnet besar, masing-masing /25.
o Workstation LAN: 192.168.10.0/25
o Server LAN dan WAN: 192.168.128.0/25
 Server LAN dan WAN kita pisahkan lagi dari total ip space 192.168.128.0/25.
o Server LAN: 192.168.10.128/26
o WAN: 192.168.10.192/26

Maka topologi yang kita buat jadinya seperti berikut: 

Gambar 6: Menghitung VLSM (B)

Silakan diamati topologinya. 

Alasan kenapa dibuat seperti itu, ya jawabannya adalah efisiensi routing kedepannya. Alokasi
subnet tidak lompat-lompat. 

Ini intinya: bagilah global space ip address dengan FLSM menjadi sedikit jumlah network besar,
lalu VLSM subnet-subnet tersebut untuk membentuk network yang lebih kecil setiapnya.
c. Pengalokasian sisa ip address

Mulai sekaran, kalau ada yang nanya “bagus VLSM atau FLSM?”. Jawab saja, “engga ada”. Ga
bisa dibandingkan. Pertama, pakei FLSM untuk subnet besar, selanjutnya subnet besar itu
disubnet lagi sesuai kebutuhan host dengan VLSM.

Oh ya, manakala network tadi mau berkembang, sudah enak. Jadi seperti ini. 

Gambar 7: Menghitung VLSM (3)

Sudah jelas sampai sini?

4. Design Subnet yang Efektif dengan VLSM dan FLSM


Kalau kamu masih ingat dengan tahapan membuat subnet yang kita bahas di bab sebelumnya,
maka design yang kita buat diatas juga masih belum sempurna.

Disana sudah dijelaskan bahwa ketika membuat subnet:

 Bedakan network LAN dan WAN


 Bisa dengan 1 kelas ip, asal jauh jaraknya
 … atau bedakan kelas ip addressnya. 

Kalau kamu perhatikan topologi yang kita bahas tadi. Permasalahan alokasi ip address
disebabkan karena kita menggabungkan alokasi untuk network LAN dan network point-to-point
WAN.

Jadinya kepotong, ya kan.

Jujur saya katakan, kalau kamu mengerjakan lab exploration CCNA, disana kamu akan banyak
sekali melihat skema ip address untuk jaringan yang luas, skala enterprise.

 Ini salah satu contohnya.

Gambar 8: Belajar subnetting VLSM dan FLSM dari CCNA Exploration LAB

… atau ini

Gambar 9: Contoh Lab Subnetting VLSM dan FLSM

Perhatikan, disana dibedakan network untuk LAN, WAN, maupun internet.

Kalau kamu engga coba lab-lab diatas, sayang banget. Darisana kamu bisa belajar bener-bener
VLSM hingga bener-bener mahir, hingga teknik routing dan summarizationnya. 
Saya nol pengalaman dan bukan network engineer saat belajar dengan lab tersebut.

Setelah berkesempatan menghandle jaringan enterprise beberapa perusahaan, skemanya ya


seperti itu juga. Lucky me i’ve learned them!

Simpulan
Sekian mengenai belajar VLSM. Mudah-mudahan cukup menjelaskan teknik design /
pengalamatan ip jaringn komputer. 

Di bab berikutnya kita akan belajar mengenai summarization atau yang dikenal dengan
supernetting. 

Jika terlalu lama menanti bab berikutnya silakan kerjakan lab yang saya sebutkan diatas dan
diskusi bisa dilakukan di group @belajarnetworking telegram. 

Bagikan jika bermanfaat.

CCNA Static route


Router R1 ports:

- f0/0 ip address: 60.61.62.1/24

- f0/1 ip address: 192.168.1.1/24

Router R2 ports:

- f0/0 ip address: 60.61.62.2/24

- f0/1 ip address: 10.11.12.1/24

Router R3 ports:

- f0/0 ip address: 10.11.12.2/24

- f0/1 ip address: 172.16.1.1/24

PC1 have e0: ip address 192.168.1.2/24

PC2 have e0 ip address 172.16.1.2/24


Lab require: PC1 can connect to PC2
Step1: Configure ip address for ports of Routers

Router R1

Port f0/0
R1#configure terminal

R1(config)#interface fastEthernet 0/0

R1(config-if)#ip address 60.61.62.1 255.255.255.0

R1(config-if)#no shutdown

R1(config-if)#exit

Port f0/1
R1#configure terminal

R1(config)#interface fastEthernet 0/1

R1(config-if)# ip address 192.168.1.1 255.255.255.0

R1(config-if)no shutdown

R1(config-if)#exit

R1(config)#exit
Router R2

Port f0/0
R2#configure terminal 

R2(config)#interface fastEthernet 0/0

R2(config-if)#ip address 60.61.62.2 255.255.255.0

R2(config-if)#no shutdown

R2(config-if)#exit

Port f0/1

R2#configure terminal 
R2(config)#interface fastEthernet 0/1

R2(config-if)#ip address 10.11.12.1 255.255.255.0

R2(config-if)#no shutdown

R2(config-if)#exit

Router R3

Port f0/0
R3#configure terminal 

R3(config)#interface fastEthernet 0/0


R3(config-if)#ip address 10.11.12.2  255.255.255.0

R3(config-if)#no shutdown

R3(config-if)#exit

Port f0/1

R3#configure terminal 
R3(config)#interface fastEthernet 0/1

R3(config-if)#ip address 172.16.1.1 255.255.255.0

R3(config-if)#no shutdown

R3(config-if)#exit

Step 2: Configure ip for PCs 


PC1

ip 192.168.1.2 255.255.255.0 192.168.1.1 (ip-subnetmask-gw)

PC2

ip 172,16,1,2 255.255.255.0 172.16.1.1 (ip-subnetmask-gw)

Step 3: Configure static route 

Router R1
R1#configure terminal
R1(config)#ip route 10.11.12.0 255.255.255.0 f0/0

R1(config)#ip route 172.16.1.0 255.255.255.0 f0/0

R1(config)#exit

R1# show ip route

Router R2
R2#configure terminal

R2(config)#ip route 192.168.1.0.0 255.255.255.0 f0/0

R2(config)#ip route 172.16.1.0 255.255.255.0 f0/1

R2(config)#exit

R2#show ip route

Router R3
R3#configure terminal

R3(config)#ip route 192.168.1.0.0 255.255.255.0 f0/0

R3(config)#ip route 60.61.62.0 255.255.255.0 f0/0

R3(config)#exit
R3#show ip route

Step 4: Check connect between PC1 and PC2


PC1> ping 172.16.1.2

84 bytes from 172.16.1.2 icmp_seq=1 ttl=61 time=50.222 ms

84 bytes from 172.16.1.2 icmp_seq=2 ttl=61 time=44.179 ms

84 bytes from 172.16.1.2 icmp_seq=3 ttl=61 time=38.323 ms

84 bytes from 172.16.1.2 icmp_seq=4 ttl=61 time=52.193 ms

84 bytes from 172.16.1.2 icmp_seq=5 ttl=61 time=52.702 ms

PC2> ping 192.168.1.2

84 bytes from 192.168.1.2 icmp_seq=1 ttl=61 time=64.201 ms

84 bytes from 192.168.1.2 icmp_seq=2 ttl=61 time=47.265 ms

84 bytes from 192.168.1.2 icmp_seq=3 ttl=61 time=54.286 ms

84 bytes from 192.168.1.2 icmp_seq=4 ttl=61 time=39.279 ms

84 bytes from 192.168.1.2 icmp_seq=5 ttl=61 time=46.208 ms

 Buka aplikasi GNS3.


 Buatlah topologi seperti gambar di bawah.
 

 Konfigurasi IP di tiap-tiap router


 Konfigurasi pada Router R8

 Konfigurasi pada Router R6


 Konfigurasi pada Router R7

 Konfigurasi Routing Static


 Router R8
 Penjelasan ~
               Memperkenalkan network 10.10.11.0/30 dengan melewati ip 10.10.10.2
               Memperkenalkan network 10.10.11.0/30 dengan melewati ip 10.10.12.1

 Router R6

 Penjelasan ~
               Memperkenalkan network 10.10.12.0/30 dengan melewati ip 10.10.11.2
               Memperkenalkan network 10.10.12.0/30 dengan melewati ip 10.10.10.1
 Router R7

 Penjelasan ~
               Memperkenalkan network 10.10.10.0/30 dengan melewati ip 10.10.12.2
               Memperkenalkan network 10.10.10.0/30 dengan melewati ip 10.10.11.1

Sekarang anda bisa mencoba jaringan anda dengan ping ke tiap-tiap IP


Konfigurasi Routing (Static Routing) di Cisco Packet Tracer - Kali ini saya akan
memposting tentang Konfigurasi Routing Static di Cisco Paket Tracer.
Sebelum ke langkah-langkahnya, saya akn menjelaskan sedikit tentang apa itu Routing static
dan juga apa itu Cisco Packet tracer?

Sobat bisa lihat artikel lainnya tentang Jaringan Cisco disini.

Apa itu Routing Static ?

Routing artinya yaitu menghubungkan, jadi disini adalah untuk menghubungkan jaringan


(network) yang berbeda segmen/network, supaya jaringan tersebut dapat saling terhubung.

Static artinya dilakukan secara manual, jadi dapat disimpulkan bahwa Routing Static adalah


metode routing yang berfungsi untuk menghubungkan jaringan yang berbeda segmen/network
secara manual.

Inti dari pembahasan ini menurut saya yaitu mau kemana? dan lewat mana?, Seperti itu
sob 😁

Sebenernya, routing itu ada dua(2) metode loh sob, yang pertama dengan metode secara static
dan yang kedua yaitu secara dynamic. Perbedaannya, kalo static kan manual, nah kalo
dynamic dilakukan secara otomatis. Tetapi, sebenernya metode routing dynamic juga tidak
begitu otomatis sob, soalnya tetap ada konfigurasinya juga. Untuk routing dynamic ini terdapat
beberapa jenis loh sob, jadi nantikan saja artikel yang membahas routing dynamic diartikel
berikutnya ya ..hhee. 

Nah, Sekarang sobat sudah tahu dengan Routing Static ini, selanjutnya mari ketahap
konfigurasiya. Pertama silahkan sobat buat topologi seperti contoh yang saya lakukan seperti
pada gambar dibawah ini.

Gambar.1  Topologi
Buat skema jaringan seperti gambar diatas.
Keterangan :

 Untuk menghubungkan dari Router ke Router menggunakan ethernet Serial dan


menggunakan kabel Serial DCE.
 Dari Router ke Switch menggunakan kabel Straight.
 Dari Switch ke PC menggunakan kabel Straight

Untuk pengalamatan Ip Address berikut adalah tabel keterangannya :

Gambar.2  Tabel keterangan

Jika sudah paham akan pengalamatan, sekarang akan langsung ke konfigurasi.


Klik pada Router0, klik pada CLI, lalu konfigurasi seperti berikut ini :

Continue with configuration dialog? [yes/no]: no

Router>enable

Router#configure terminal

Router(config)#interface se0/0/0

Router(config-if)#ip address 192.168.1.1 255.255.255.0

Router(config-if)#clock rate 64000

Router(config-if)#no shutdown

Router(config-if)#exit

Router(config-if)#interface fa0/0

Router(config-if)#ip address 192.168.2.1 255.255.255.0

Router(config-if)#no shutdown

Router(config-if)#exit
Selanjutnya konfigurasi pada Router1, klik pada Router1 dan pilih CLI, berikut konfigurasinya :

Continue with configuration dialog? [yes/no]: no

Router>enable

Router#configure terminal

Router(config)#interface se0/0/0

Router(config-if)#ip address 192.168.1.2 255.255.255.0

Router(config-if)#no shutdown

Router(config-if)#exit

Router(config)#interface fa0/0

Router(config-if)#ip address 192.168.3.1 255.255.255.0

Router(config-if)#no shutdown

Router(config-if)#exit

Sekarang tinggal konfigurasi Routing Static.


Klik Pada Router0, pilih CLI, berikut konfigurasinya :

Router(config)#ip route 192.168.3.0 255.255.255.0 192.168.1.2

Keterangan:

 Warna biru : Perintah untuk Routing Static.


 Warna merah : IP Network yang ada pada Router1.
 Warna hijau : Netmask IP Network yang bersangkutan.
 Warna pink : IP Address dari Router1 untuk jalur dari Router0 ke Router1 

Selanjutnya di Router1.
Klik Pada Router1, pilih CLI, berikut konfigurasinya :

Router(config)#ip route 192.168.2.0 255.255.255.0 192.168.1.1
Keterangan:

 Warna biru : Perintah untuk Routing Static.


 Warna merah : IP Network yang ada pada Router1.
 Warna hijau : Netmask IP Network yang bersangkutan.
 Warna pink : IP Address dari Router1 untuk jalur dari Router0 ke Router1

Kemudian konfigurasi pada setiap PC dengan ip address seperti pada tabel diatas tadi.
Caranya klik pada PC, pilih Desktop, pilih IP Configuration.

PC0 :

Ip Address = 192.168.2.2

Netmask = 255.255.255.0

Gateway = 192.168.2.1

PC1 :

Ip Address = 192.168.2.3

Netmask = 255.255.255.0

Gateway = 192.168.2.1

PC2 :

Ip Address = 192.168.3.2

Netmask = 255.255.255.0

Gateway = 192.168.3.1

PC3 :

Ip Address = 192.168.3.3

Netmask = 255.255.255.0

Gateway = 192.168.3.1

Lakukan pengecekan dari setiap PC ke PC lainnya dengan perintah PING.


Caranya masuk ke PC, klik Command Prompt.

Contoh : Ping dari PC0 ke PC 3 (192.168.3.3)

Gambar.3  ping

Jika berhasil akan tampil seperti gambar diatas.

Selesai..

Anda mungkin juga menyukai