Anda di halaman 1dari 16

PANDUAN KREDENSIAL DAN REKREDENSIAL STAF MEDIK

UPTD RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PURUK CAHU


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat kebaikanNya
maka Panduan Kredensial dan Rekredensial Staf Medik Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Puruk Cahu ini dapat diterbitkan. Panduan ini bertujuan memberikan petunjuk mekanisme
kredensial dan rekredensial staf medik dalam rangka memperoleh kewenangan klinis dan
penugasan klinis untuk dapat bekerja secara profesional dan kompeten di UPTD RSUD Puruk
Cahu, sehingga keselamatan pasien terlindungi.
Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka meningkatkan mutu
pelayanan dan keselamatan pasien, komite medik UPTD RSUD Puruk Cahu akan selalu
memperbaiki diri dan bekerjasama erat dengan seluruh staf medik dalam memenuhi kebutuhan
tersebut. Besar harapan kami panduan ini membantu setiap anggota komite medik dalam
mengembangkan diri dan meningkatkan profesionalisme dalam pelayanan medik.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan
pedoman ini. Kami menyadari bahwa pedoman ini masih banyak kekurangan, untuk itu saran dan
masukan yang berharga senantiasa kami harapkan.

Puruk Cahu, 19 Januari 2022


Ketua Komite Medik
UPTD Rumah Sakit Umum Daerah Puruk Cahu

dr. Des Infrando Sinaga, M.Ked(Ped), Sp.A


Pembina Tk. I (IV/b)
NIP. 19761230 200604 1 006

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………….... 2


DAFTAR ISI …………………………………………………….......................... 3

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………… 4


BAB II DEFINISI …………………………………………….………... 8
BAB III TATA LAKSANA ……………………………………………… 10
BAB IV PENUTUP ……………………………………………………… 16

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit diakui merupakan institusi yang sangat kompleks dan berisiko tinggi (high
risk), terlebih dalam kondisi lingkungan regional dan global yang sangat dinamis
perubahannya. Salah satu pilar pelayanan medik adalah clinical governance, dengan unsur
staf medik yang dominan. Direktur rumah sakit bertanggung jawab atas segala sesuatu yang
terjadi di rumah sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 UU Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit.
Keberadaan staf medik dalam rumah sakit merupakan suatu keniscayaan karena kualitas
pelayanan rumah sakit sangat ditentukan oleh kinerja para staf medik di rumah sakit tersebut.
Yang lebih penting lagi kinerja staf medik akan sangat mempengaruhi keselamatan pasien di
rumah sakit. Untuk itu rumah sakit perlu menyelenggarakan tata kelola klinis (clinical
governance) yang baik untuk melindungi pasien. Hal ini sejalan dengan amanat peraturan
perundang-undangan yang terkait dengan kesehatan dan perumahsakitan.
Setiap dokter di rumah sakit harus bekerja dalam koridor kewenangan klinis (clinical
privileges) yang ditetapkan oleh direktur rumah sakit. Salah satu faktor krusial dalam
keselamatan pasien adalah kewenangan dokter untuk melakukan tindakan medik yang saat ini
tidak dikendalikan dengan adekuat oleh komite medik rumah sakit. Dalam hal seseorang
kurang kompeten dalam melakukan tindakan medik tertentu karena sebab apapun, belum ada
mekanisme yang mencegah dokter untuk melakukan tindakan medik tersebut di rumah sakit.
Pada gilirannya kondisi ini dapat menimbulkan kecelakaan pada pasien.
Demi menjaga keselamatan pasien dari tindakan medik yang dilakukan oleh dokter
yang kurang kompeten, rumah sakit perlu mengambil langkah-langkah pengamanan dengan
cara pemberian kewenangan klinis melalui mekanisme kredensial yang dilaksanakan oleh
komite medik. Beberapa pihak yang terkait dengan upaya ini adalah Kolegium Kedokteran
Indonesia (KKI) dan komite medis rumah sakit. KKI dapat menjadi acuan untuk menentukan
lingkup dan jenis-jenis kewenangan klinis bagi setiap cabang ilmu kedokteran.
Rumah sakit harus menerapkan model komite medik yang menjamin tata kelola klinis
(clinical governance) untuk melindungi pasien. Dalam model tersebut setiap staf medik
dikendalikan dengan mengatur kewenangan klinis nya (clinical privilege) untuk melakukan
pelayanan medik, hanya staf medik yang memenuhi syarat-syarat kompetensi dan perilaku
tertentu sajalah yang boleh melakukan pelayanan medik. Pengaturan kewenangan klinis
tersebut dilakukan dengan mekanisme pemberian izin untuk melakukan pelayanan medik
(entering to the profession), kewajiban memenuhi syarat-syarat kompetensi dan perilaku
tertentu untuk mempertahankan kewenangan klinis tersebut (maintaining professionalism),
dan pencabutan izin (expelling from the profession). Untuk melindungi keselamatan pasien,
komite medik di rumah sakit harus memiliki ketiga mekanisme diatas. Fungsi lain di luar
ketiga fungsi di atas dilaksanakan oleh direktur rumah sakit.
Rumah sakit harus mengatur pemberian kewenangan klinis (clinical privilege) setiap
staf medik sesuai dengan kompetensinya yang nyata. Dengan demikian pemberian
kewenangan klinis tersebut harus melibatkan komite medik yang dibantu oleh mitra
bestarinya (peer group) sebagai pihak yang paling mengetahui masalah keprofesian yang
bersangkutan. Rincian kewenangan klinis (delineation of clinical privilege) setiap spesialisasi
di rumah sakit ditetapkan oleh komite medik dengan berpedoman pada norma keprofesian
yang ditetapkan oleh kolegium setiap spesialisasi. Komite medik wajib menetapkan dan
mendokumentasi syarat-syarat yang terkait kompetensi yang dibutuhkan melakukan setiap
jenis pelayanan medik sesuai dengan ketetapan kolegium setiap spesialisasi ilmu kedokteran.
Dalam hal komite medik merekomendasikan seorang staf medik untuk menerima
kewenangan klinis tertentu setelah dikredensial dan direktur rumah sakit dapat
menyetujuinya, maka direktur rumah sakit menerbitkan suatu surat keputusan untuk
menugaskan staf medik yang bersangkutan untuk melakukan pelayanan medik di rumah sakit.
Penugasan staf medik tersebut disebut sebagai penugasan klinis (clinical appointment).
Dengan memiliki surat penugasan klinis, maka seorang staf medik tergabung menjadi anggota
kelompok (member) staf medik yang memiliki kewenangan klinis untuk melakukan
pelayanan medik di rumah sakit. Mekanisme penugasan klinis (clinical appointment) ini
merupakan salah satu instrumen utama tata kelola klinis (clinical governance) yang baik.
Untuk menjamin agar komite medik berfungsi dengan baik, organisasi dan tata laksana
komite medik dituangkan dalam peraturan internal staf medik (medical staff by laws) yang
disusun dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan. Pada prinsipnya, peraturan
internal staf medik (medical staff by laws) merupakan dasar normatif bagi setiap staf medik
agar tercipta budaya profesi yang baik dan akuntabel.
Untuk menjaga kualitas mutu staf medik, UPTD RSUD Puruk Cahu membentuk
Komite Medik UPTD RSUD Puruk Cahu, yang terdiri dari 3 (tiga) sub komite, salah satunya
yaitu Sub Komite Kredensial yang bertugas mendapatkan dan memastikan staf medik yang
profesional dan akuntabel bagi pelayanan di UPTD RSUD Puruk Cahu. Dengan terkendalinya
tindakan medik di UPTD RSUD Puruk Cahu maka pasien lebih terlindungi dari tindakan
medik yang dilakukan oleh dokter yang tidak kompeten. Komite medik UPTD RSUD Puruk
Cahu akan menentukan jenis-jenis kewenangan klinis bagi setiap dokter yang bekerja di
UPTD RSUD Puruk Cahu berdasarkan kompetensinya melalui mekanisme kredensial.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Pedoman ini diterbitkan dengan tujuan utama untuk melindungi keselamatan pasien
melalui mekanisme kredensial dan rekredensial staf medik di UPTD Rumah Sakit
Umum Daerah Puruk Cahu.

2. Tujuan Khusus
a. Membantu Sub Bagian Kepegawaian dalam proses mendapatkan dan memastikan
staf medik yang kompeten dan profesional di UPTD Rumah Sakit Umum Daerah
Puruk Cahu;
b. Memberikan panduan mekanisme kredensial dan rekredensial bagi para dokter di
UPTD Rumah Sakit Umum Daerah Puruk Cahu;
c. Merekomendasikan kewenangan klinis bagi setiap staf medik di Rumah Sakit
Umum Daerah Puruk Cahu;
d. Merekomendasikan untuk diterbitkan kewenangan klinis bagi setiap dokter untuk
melakukan tindakan medik di UPTD Rumah Sakit Umum Daerah Puruk Cahu.

C. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup kredensial dan rekredensial staf medik, yaitu:
1. Staf medik yaitu dokter umum, dokter gigi, dokter spesialis dan dokter gigi spesialis
yang akan bergabung di UPTD Rumah Sakit Rumah Sakit Umum Daerah Puruk Cahu.
2. Staf medik yang sudah bekerja di UPTD Rumah Sakit Umum Daerah Puruk Cahu yang
masa kewenangan klinisnya berakhir sesuai kebijakan yaitu setiap 3 (tiga) tahun sekali.
D. LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4431);
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5063);
3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5072);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1419 Tahun 2005 tentang
Penyelenggaraan Praktik Dokter dan Dokter Gigi;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1045 Tahun 2006 tentang
Pedoman Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 512 Tahun 2007 tentang Izin
Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1438 Tahun 2010 tentang
Standar Pelayanan Kedokteran;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 755 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691 Tahun 2011 tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit;
11. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 496 Tahun 2005 tentang
Panduan Audit Medik;
12. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 631 Tahun 2005 tentang
Panduan Peraturan Internal Staf Medik (Medical Staff By Laws) di Rumah Sakit;
13. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 129 Tahun 2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
BAB II
DEFINISI

A. PROSES KREDENSIAL (CREDENTIALING)


Proses kredensial (credentialing) adalah proses evaluasi oleh suatu rumah sakit terhadap
seseorang untuk menentukan apakah yang bersangkutan layak diberi kewenangan klinis
(clinical privilege) dalam menjalankan tindakan medik tertentu di lingkungan rumah
sakit tersebut untuk suatu periode tertentu.

B. PROSES REKREDENSIAL (RE-CREDENTIALING)


Proses rekredensial (re-credentialing) adalah proses re-evaluasi oleh suatu rumah sakit
terhadap dokter yang telah bekerja dan memiliki kewenangan klinis di rumah sakit
tersebut untuk menentukan apakah yang bersangkutan masih layak diberi kewenangan
klinis tersebut untuk suatu periode tertentu.

C. KEWENANGAN KLINIS (CLINICAL PRIVILEGE)


Kewenangan klinis (clinical privilege) adalah kewenangan klinis untuk melakukan
tindakan medik tertentu dalam lingkungan sebuah rumah sakit tertentu berdasarkan
penugasan yang diberikan direktur rumah sakit.

D. SURAT PENUGASAN (CLINICAL APPOINTMENT)


Surat penugasan (clinical appointment) adalah surat yang diterbitkan oleh direktur
rumah sakit kepada seorang dokter atau dokter gigi untuk melakukan tindakan medik di
rumah sakit tersebut berdasarkan daftar kewenangan klinis yang ditetapkan baginya.

E. STAF MEDIK
Staf medik adalah dokter dan dokter gigi termasuk dokter spesialis dan dokter gigi
spesialis.

F. MITRA BESTARI (PEER-GROUP)


Mitra bestari (peer group) adalah sekelompok orang dengan reputasi tinggi yang
memiliki kesamaan profesi, spesialisasi dengan seorang dokter yang sedang menjalani
proses kredensial dan atau dianggap dapat menilai kompetensi untuk melakukan
tindakan medik tertentu.
BAB III
TATA LAKSANA

A. PROSES KREDENSIAL
Direktur UPTD RSUD Puruk Cahu menetapkan berbagai kebijakan dan prosedur bagi
staf medik untuk memperoleh kewenangan klinis dengan berpedoman pada Peraturan Internal
Staf Medik (Medical Staff by Laws) UPTD RSUD Puruk Cahu. Selain itu, direktur rumah
sakit bertanggung jawab atas tersedianya berbagai sumber daya yang dibutuhkan agar
kegiatan ini dapat terselenggara. Untuk melaksanakan kredensial dibutuhkan beberapa
instrumen, antara lain daftar rincian kewenangan klinis untuk setiap spesialisasi, daftar mitra
bestari yang mempresentasikan tiap spesialisasi dan buku putih (white paper) untuk setiap
pelayanan medik. Setiap rumah sakit mengembangkan instrumen tersebut sesuai dengan
kebutuhannya.
Secara garis besar, proses kredensial di UPTD RSUD Puruk Cahu melewati tahapan
sebagai berikut:
1. Staf medik yang telah dinyatakan baik hasil Medical Check Up dan interview
mengajukan permohonan kewenangan klinis kepada direktur dengan mengisi formulir
daftar rincian kewenangan klinis yang telah disediakan rumah sakit dengan dilengkapi
bahan-bahan pendukung.
2. Berkas permohonan staf medik yang telah lengkap disampaikan oleh Direktur UPTD
RSUD Puruk Cahu kepada komite medik melalui sekretaris komite medik dan
diteruskan ke sub komite kredensial perihal permohonan untuk mengkredensial staf
medik.
3. Sekretaris komite medik melakukan pengecekan berkas staf medik, yang terdiri dari:
a. Kartu Tanda Pengenal (KTP)
b. Ijazah Pendidikan Dokter Umum / Dokter Gigi / Dokter Spesialis / Dokter Gigi
Spesialis;
c. Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Izin Praktik (SIP) staf medik;
d. Sertifikat ACLS dan atau ATLS dan atau Resusitasi Neonatus dan atau Hiperkes
(untuk dokter umum) dan sertifikat pendukung lainnya yang pernah diikuti
(simposium dan atau workshop).
4. Kajian terhadap formulir daftar rincian kewenangan klinis yang telah diisi oleh
pemohon.
5. Dalam melakukan kajian sub komite kredensial dapat membentuk panel atau panitia ad-
hoc dengan melibatkan mitra bestari dari disiplin yang sesuai dengan kewenangan klinis
yang diminta.
6. Sub komite kredensial melakukan seleksi terhadap anggota panel atau panitia ad-hoc
dengan mempertimbangkan reputasi, adanya konflik kepentingan, bidang disiplin, dan
kompetensi yang bersangkutan.
7. Pengkajian oleh sub komite kredensial dan mitra bestari meliputi elemen:
1) Kompetensi:
a) Berbagai area kompetensi sesuai standar kompetensi yang disahkan oleh
lembaga pemerintah yang berwenang untuk itu;
b) Kognitif;
c) Afektif;
d) Psikomotor.
2) Kompetensi fisik;
3) Kompetensi mental/perilaku;
4) Perilaku etis (ethical standing).
8. Kewenangan klinis yang diberikan mencakup derajat kompetensi dan cakupan praktik.
9. Kriteria yang harus dipertimbangkan dalam memberikan rekomendasi kewenangan
klinis:
1) Pendidikan:
a) Lulus dari sekolah kedokteran yang terakreditasi, atau dari sekolah kedokteran
luar negeri dan sudah diregistrasi;
b) Menyelesaikan program pendidikan konsultan.
2) Perizinan (lisensi):
a) Memiliki surat tanda registrasi yang sesuai dengan bidang profesi;
b) Memiliki izin praktek dari dinas kesehatan setempat yang masih berlaku.
3) Kegiatan penjagaan mutu profesi:
a) Menjadi anggota organisasi yang melakukan penilaian kompetensi bagi
anggotanya; dan
b) Berpartisipasi aktif dalam proses evaluasi mutu klinis.
4) Kualifikasi personal:
a) Riwayat disiplin dan etik profesi;
b) Keanggotaan dalam perhimpunan profesi yang diakui;
c) Keadaan sehat jasmani dan mental, termasuk tidak terlibat penggunaan obat
terlarang dan alkohol, yang dapat mempengaruhi kualitas pelayanan terhadap
pasien;
d) Riwayat keterlibatan dalam tindakan kekerasan;
e) Memiliki asuransi proteksi profesi (professional indemnity insurance).
5) Pengalaman dibidang keprofesian:
a) Riwayat tempat pelaksanaan praktik profesi;
b) Riwayat tuntutan medik atau klaim oleh pasien selama menjalankan profesi.
10. Sub komite kredensial mengajukan rekomendasi kewenangan klinis staf medik kepada
komite medik;
11. Komite medik merekomendasikan kewenangan klinis staf medik kepada direktur;
12. Direktur menerbitkan surat penugasan klinis (clinical appointment) kepada staf medik
tersebut jika staf medik tersebut sudah bergabung dengan UPTD RSUD Puruk Cahu.

Berakhirnya kewenangan klinis:


1. Kewenangan klinis akan berakhir bila surat penugasan klinis (clinical appointment)
habis masa berlakunya atau dicabut oleh direktur rumah sakit.
2. Surat penugasan klinis untuk setiap staf medik memiliki masa berlaku untuk tiga tahun.
3. Pada akhir masa berlakunya surat penugasan tersebut rumah sakit harus melakukan
rekredensial terhadap staf medik yang bersangkutan.
4. Proses rekredensial ini lebih sederhana dibandingkan dengan proses kredensial awal
sebagaimana diuraikan di atas karena sudah memiliki informasi setiap staf medik yang
melakukan pelayanan medik di rumah sakit.

Pencabutan, perubahan/modifikasi, dan pemberian kembali kewenangan klinis:


1. Pertimbangan pencabutan kewenangan klinis tertentu oleh direktur rumah sakit
didasarkan pada kinerja profesi di lapangan, misalnya staf medik yang bersangkutan
terganggu kesehatannya, baik fisik maupun mental;
2. Pencabutan kewenangan klinis juga dapat dilakukan bila terjadi kecelakaan medik yang
diduga karena inkompetensi atau karena tindakan disiplin dari komite medik;
3. Kewenangan klinis yang dicabut sebagaimana dimaksud dalam diktum 1) dan 2) di atas
dapat diberikan kembali bila staf medik tersebut dianggap telah pulih kompetensinya.
4. Dalam hal kewenangan klinis tertentu seorang staf medik diakhiri, komite medik akan
meminta sub komite mutu profesi untuk melakukan berbagai upaya pembinaan agar
kompetensi yang bersangkutan pulih kembali.
5. Komite medik dapat merekomendasikan kepada direktur rumah sakit pemberian
kembali kewenangan klinis tertentu setelah melalui proses pembinaan.

B. PROSES REKREDENSIAL
Rekredensial adalah proses re-evaluasi terhadap staf medik (dokter umum, dokter gigi
umum, dokter spesialis dan dokter gigi spesialis) yang telah memiliki kewenangan klinis
(clinical privilege) dan surat penugasan klinis (clinical appointment) untuk menentukan
kelayakan kembali pemberian kewenangan klinis tersebut.
Walaupun seorang dokter telah mendapatkan surat penugasan (clinical appointment) dari
direktur namun surat penugasan tersebut mempunyai masa berlaku. Masa berlaku surat
penugasan dari Direktur UPTD RSUD Puruk Cahu yaitu selama 3 (tiga) tahun, hal tesebut
sesuai dengan kebijakan divisi pelayanan medik. Selain itu, surat penugasan dapat berakhir
setiap saat bila tenaga medik tersebut dinyatakan tidak kompeten untuk melakukan tindakan
medik tertentu.
Pada akhir masa berlakunya surat penugasan tersebut, rumah sakit harus melakukan
rekredensial terhadap tenaga medik. Proses rekredensial ini lebih sederhana dibandingkan
dengan proses kredensial awal sebagaimana diuraikan diatas karena rumah sakit telah memiliki
informasi setiap dokter yang melakukan tindakan medik di rumah sakit tersebut.
Proses rekredensial mempertimbangkan:
a. Perawatan pasien-praktis menyediakan perawatan pasien dengan belas kasih, tepat,
dan efektif untuk promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan penyakit,
dan perawatan pasien terminal;
b. Pengetahuan medis/klinis akan bidang biomedis, klinis dan ilmu sosial yang ada dan
berkembang serta aplikasi pengetahuan tersebut pada perawatan pasien dan
menyalurkan ilmu kepada orang lain;
c. Pembelajaran dan perbaikan berbasis praktik dengan menggunakan bukti dan
metode ilmiah untuk menyelidiki, mengevaluasi dan memperbaiki praktik-praktik
perawatan pasien;
d. Keterampilan interpersonal dan komunikasi yang memungkinkan mereka untuk
membangun dan mempertahankan hubungan profesional dengan pasien, dan
anggota-anggota tim perawatan kesehatan lainnya;
e. Profesionalisme tercermin dari komitmen untuk pengembangan profesional
berkelanjutan, praktik etis, pemahaman dan kepekaan terhadap keragaman, sikap
bertanggung jawab terhadap pasien, profesi mereka, dan masyarakat;
f. Praktik berbasis sistem melalui pemahaman konteks dan sistem dimana pelayanan
kesehatan disediakan.
Proses rekredensial didokumentasikan dalam formulir penilaian kinerja dokter spesialis
(on going professional review).
Berdasarkan hasil kesepakatan Komite Medik dan Sub Komite Kredensial, secara garis
besar proses rekredensial di UPTD RSUD Puruk Cahu adalah sebagai berikut:
1. Direktur UPTD RSUD Puruk Cahu mengajukan kepada komite medik dan dilanjutkan
kepada sub komite kredensial untuk dilakukan rekredensial kepada staf medik.
2. Sub komite kredensial dan sekretaris komite medik mengumpulkan berkas para kandidat
rekredensial yaitu:
a. STR yang masih berlaku;
b. Hasil Medical Check Up;
c. Surat rekomendasi dari sub komite etika dan disiplin profesi;
d. Sertifikat terbaru sesuai kompetensi 3 (tiga) tahun terakhir;
e. Salinan asuransi profesi yang dimiliki;
f. Kandidat rekredensial mengajukan permohonan kewenangan klinis kembali kepada
Direktur dengan mengisi formulir daftar kewenangan klinis yang telah disediakan
UPTD RSUD Puruk Cahu.
3. Berkas dievaluasi oleh sub komite kredensial dan panitia mitra bestari (tim rekredensial).
4. Tim rekredensial mengajukan rekomendasi penambahan atau pengurangan kewenangan
klinis staf medik tersebut kepada ketua komite medik.
5. Ketua komite medik meneruskan dan merekomendasikan kewenangan klinis tersebut
kepada Direktur UPTD RSUD Puruk Cahu untuk diterbitkan penugasan klinis.
6. Direktur UPTD RSUD Puruk Cahu menetapkan dan menerbitkan kembali surat
penugasan klinis (clinical appointment) kepada staf medik tersebut.

Visi penyelenggaraan kegiatan perumahsakitan oleh staf medik adalah “Terwujudnya


rumah sakit yang unggul dan menjadi pilihan utama masyarakat Murung Raya dan
sekitarnya”.
BAB IV
PENUTUP

Rumah sakit memiliki proses efektif untuk mengumpulkan, memverifikasi dan


mengevaluasi syarat kredensial (lisensi, pendidikan, pelatihan, kompetensi dan pengalaman)
bagi staf medik yang diizinkan untuk memberikan perawatan pasien tanpa pengawasan.
Karenanya, rumah sakit perlu menyelenggarakan tata kelola klinis yang baik untuk
melindungi pasien. Demi menjaga keselamatan pasien dari tindakan medik yang dilakukan
oleh dokter yang kurang kompeten, rumah sakit perlu mengambil langkah-langkah
pengamanan dengan cara pemberian kewenangan klinis melalui mekanisme kredensial yang
dilaksanakan oleh komite medik. Untuk menjaga kualitas mutu pelayanan yang diberikan oleh
staf medik, maka UPTD RSUD Puruk Cahu melakukan proses kredensial dan rekredensial
untuk para staf mediknya.
Kredensial dilakukan untuk staf medik. Tujuannya membantu Direktur UPTD RSUD
Puruk Cahu untuk menentukan kewenangan klinis hingga diterbitkan surat penugasan klinis
yang sesuai dengan kompetensinya. Selain itu, dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun atau sesuai
dengan masa diberlakukannya surat penugasan klinis sebelumnya, staf medik dievaluasi
kembali melalui proses rekredensial. Seluruh proses ini diharapkan dapat menjaga mutu
pelayanan medik yang baik bagi pasien rumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai