Anda di halaman 1dari 177

S u r y a n in g r u m

Program Keahlian Teknologi Konstruksi dan Properti


TEKNIK
PENGUKURAN TANAH
Program Keahlian Teknologi Konstruksi dan Properti
BA. 01 .37.3401

TEKNIK PENGUKURAN TANAH


Program Keahlian Teknologi Konstruksi dan Properti
SM K/M A K Kelas X

Penulis : Suryaningrum

E ditor : Yuni M elfia


Layoute r : Edi S etiaw an
Design C over : A gus S usanto

Dicetak oleh CV Armico

Diterbitkan oleh PT Bumi Aksara


Jl. Sawo Raya No. 18
Jakarta - 13220

BUMI AKSARA

Hak cipta dilindungi undang-undang


Dilarang memperbanyak buku ini sebagian atau seluruhnya, dalam bentuk dan dengan
cara apa pun, baik secara mekanis maupun elektronis, termasuk fotokopi, rekaman, dan
lain-lain tanpa izin tertulis dari penerbit.

ISBN: 978-602-444-341-2 18.02.01


Pengantar"^
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang M aha Esa, yang telah
menciptakan alam semesta ini. Berkat anugerah-Nya manusia dapat mengembangkan
teknologi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu, wajiblah kita
sebagai manusia untuk mengembangkan kemampuan belajar dan berpikir. Dengan
mempelajari Teknik Pengukuran Tanah, kita dapat memahami secara komprehensif
mengembangkan teknologi untuk meningkatkan kemajuan bangsa Indonesia.
Buku ini disusun berdasarkan Kurikulum 2013 dan mengacu kepada Keputusan
Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 330/D.D5/KEP/KR/2017
tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran M uatan Nasional
(A), Muatan Kewilayahan (B), Dasar Bidang Keahlian (C l), Dasar Program Keahlian
(C2), dan Kompetensi Keahlian (C3).
Buku ini ditulis sebagai salah satu sumber belajar siswa SMK/MAK kelas X untuk
mempelajari dan memperdalam materi Pengukuran Tanah. Selain itu, buku ini ditulis
secara umum dalam rangka ikut serta mencerdaskan bangsa Indonesia menjelang
era globalisasi dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Anda dapat mempelajari buku ini sebelum dan sesudah dibahas oleh guru
dan dapat mendiskusikannya dengan teman agar mendapatkan hasil belajar yang
maksimal. Setiap bab dalam buku ini dilengkapi dengan Kompetensi Dasar, Kata
Kunci, Peta Konsep, Tugas, Info, Rangkuman, Refleksi Diri, Soal Latihan, dan Proyek.
Soal latihan diberikan beberapa jenis, setelah akhir bab dan setiap akhir semester.
Pembahasan materi disajikan dengan bahasa yang lugas dan mudah kita pahami,
dari pembahasan secara umum ke pembahasan secara khusus. Sebelum membaca
rangkuman materi, diharapkan Anda membuat rangkuman sendiri terlebih dahulu,
yang nantinya dibandingkan dengan rangkuman dalam buku. Dengan demikian,
Anda dapat membandingkan pokok materi yang dianggap penting untuk dirangkum
dan meningkatkan pemahaman Anda. Pada akhir buku juga dilengkapi dengan
Glosarium dan Indeks.
Dengan demikian, buku ini diharapkan dapat menjadi teman sekaligus menjadi
bacaan yang menyenangkan bagi Anda untuk mempelajari lebih dalam tentang
Pengukuran Tanah dan m enerapkannya dalam kehidupan sehari-hari untuk
diri sendiri dan lingkungan, serta mendorong Anda untuk mempelajari Teknik
Pengukuran Tanah secara lebih mendalam.
Jakarta

Penulis

C Kata Pengantar
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar ^
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar
3. Mem aham i, m enerapkan, m eng­ 3.14 Menerapkan prinsip-prinsip teknik pengukur­
analisis, dan mengevaluasi tentang an tanah
pengetahuan faktual, konseptual, 3.15 Menerapkan prosedur keselamatan dan ke­
operasional lanjut, dan metakognitif sehatan kerja serta lingkungan hidup K3LH.
secara m ultidisiplin sesuai dengan 3.16 Menerapkan prosedur pengoperasian jenis-
bidang dan lingkup kerja Dasar-Dasar jenis peralatan survei dan pemetaan
Teknik Konstruksi dan Properti pada 3.17 Menerapkan prosedur pekerjaan survei dan
tingkat teknis, spesifik, detail, dan pemetaan sederhana.
kompleks, berkenaan dengan ilmu
3.18 Menerapkan teknik pengoperasian alat sipat
pengetahuan, teknologi, seni, bu­
datar (leveling) dan alat sipat ruang {teodolit).
daya, dan humaniora dalam konteks
3.19 Menerapkan teknik perawatan dan pengecek­
pengembangan potensi diri sebagai
an jenis optik.
bagian dari keluarga, sekolah, dunia
kerja, warga masyarakat nasional, 3.20 Menerapkan proses pengecekan kebenaran
regional, dan internasional. data pengukuran.
4. Melaksanakan tugas spesifik dengan 3.21 Menerapkan teknik pengukuran dan pema­
menggunakan alat, informasi, dan tokan (staking out).
prosedur kerja yang lazim dilakukan 3.22 Menganalisis data hasil pengukuran.
serta memecahkan masalah sesuai 3.23 Mengevaluasi hasil pengukuran berupa gam­
dengan bidang kerja Dasar-Dasar bar kerja untuk pekerjaan konstruksi.
Teknik Konstruksi dan Properti. Me­ 4.14 Melaksanakan pengukuran sesuai dengan
nampilkan kinerja mandiri dengan prinsip-prinsip ukur tanah
mutu dan kuantitas yang terukur 4.15 Melaksanakan keselamatan dan kesehatan
sesuai dengan standar kompetensi kerja serta lingkungan hidup K3LH.
kerja. M enunjukkan keterampilan 4.16 Mengoperasikan peralatan survei dan pe­
menalar, mengolah, dan menyaji metaan
secara efektif, kreatif, produktif, kritis,
4.17 Melaksanakan pekerjaan survei dan pemetaan
mandiri, kolaboratif, komunikatif, dan
sederhana.
solutif dalam ranah abstrak terkait
4.18 Melaksanakan pengukuran dengan alat sipat
dengan pengembangan dari yang
datar (leveling) dan alat sipat ruang (teodolit).
dipelajarinya di sekolah, serta mampu
melaksanakan tugas spesifik secara 4.19 Melakukan perawatan dan pengecekan alat
mandiri. Menunjukkan keterampilan jenis optik.
m em persepsi, kesiapan, m eniru, 4.20 Melakukan pengecekan kebenaran data
membiasakan, gerak mahir, menja­ pengukuran.
dikan gerak alami, sampai dengan 4.21 Melakukan pengukuran dan pematokan (stak­
tindakan orisinal dalam ranah konkret ing out) sesuai gambar kerja konstruksi.
terkait dengan pengembangan dari 4.22 Membuat laporan hasil pengukuran.
yang dipelajarinya di sekolah, serta 4.23 Memperbaiki hasil pengukuran berupa gam­
mampu melaksanakan tugas spesifik bar kerja untuk pekerjaan konstruksi.
secara mandiri.

^ m j ^ T e k n i k Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X


Penggunaan Buku ^

Bagian paling awal yang harus A nda perhatikan


dengan cerm at sebelum m em pelajari isi buku: Judul
Bab, Apersepsi, Kom petensi Dasar, dan Kata Kunci.
Prinsip-Prinsip Pengukuran Tanah

1. Ilmu ukur tanah adalah cara yang dilakukan untuk


menghitung jarak, beda tinggi, dan sudut.
2. Pengukuran tanah (survei) dapat dibedakan menjadi
beberapa jenis sesuai peruntukannya.
3. Pengukuran tanah dipengaruhi oleh bidang geoid dan elipsoid bumi.
4. Prinsip pengukuran tanah yaitu melakukan pekerjaan pengukuran dari
keseluruhan menuju bagian-bagiannya.
5. Pekerjaan survei meliputi pengumpulan data (surveying), pengolahan
data, dan penggambaran ke bidang datar (pemetaan).
6. Pengumpulan data dalam survei meliputi alat ukur, juru ukur, dan kondisi
alam.
Ilmu ukur tanah merupakan teknik pengukuran tanah yang termasuk dalamIlmu geodesi, 7. Pengolahan data dalam survei meliputi reduksi hasil pengukuran, proses
yaitu metode/cara menentukan titik-titik di permukaan bumi. Dalam arti luas dapat
diartikan sebagai suatu cara (seni) mengukur jarak, luas, dan sudut di atas, pada, dan di hitungan, dan analisis hasil pengukuran.
bawah permukaan bumi baik secara horizontal maupun vertikal. Dengan demikian, teknik
pengukuran tanah dapat digunakan untuk mengetahui (dengan cara mengukur/surveyrng) 8. Penggambaran data dalam survei meliputi sistem proyeksi, penggunaan
detail permukaan bumi untuk pembuatan peta [mapping).
skala, dan pemberian simbol.

3.14 Menerapkan prinsip-prinsip ■ s pengukuran tanah,


4.14 Melaksanakan pengukuran s dengan prinsip-prinsip ukur tanah.

Kunei~^
Berisi ringkasan singkat tentang m a­
13 Pengukuran tanah
13 Pereferensian teri yang dipelajari pada setiap bab.
0 Lingkup (X 13 Prinsip pengukuran
0 Pemetaan

Latihan

A. Pilihlah jawaban yang benar!


Berilah tanda centang (✓) pada kotak yang Anda anggap sesuai! 1. Survei dengan luas sempit, menganggap bum i datar, atas dasar ketelitiannya
Setelah mempelajari bab ini, bagaimanakah penguasaan Anda terhadap materi-materi tergolong survei ....
berikut? A. geodetis D. traverse
B. planimetris E. kadastrial
Tidak Sangat
No. Materi M enguasai C. tacimetri
M enguasai M enguasai

1. Pengertian K3LH, tujuan, dan


manfaatnya. 0 O 2. Survei BPN yang di dalamnya terdapat pemasangan patok batas bidang tanah,
atas dasar tempatnya tergolong survei....
2. Faktor penyebab kecelakaan kerja
di lingkungan tempat kerja. C o V A. udara
B. hidrografi
D. tanah
E. pertahanan
3. Upaya pengendalian terhadap
keselamatan dan kesehatan kerja. o o o 3.
C. terestris
Berikut kompetensi yang harus dipunyai oleh seorang surveyor, kecuali....
4. Rambu/tanda bahaya di
lingkungan tempat kerja. c c
Dari materi-materi tersebut, bagian manakah yang paling Anda sukai? Mengapa?
o A. akademik
B. ketrampilan teknis
C. badan kekar
D. karakter yang baik
E. ketelitian

Apakah manfaat yang Anda dapatkan setelah mempelajari materi pada bab ini untuk
kehidupan sehari-hari? 4. Memiliki kendali emosi dan cepat tanggap termasuk kompetensi....
A. dasar
B. akademik

C Petunjuk Penggunaan Buku


W Proyek J
Lakukan pengukuran jarak sepanjang 200' meter yang terbagi dalam lima titik. Berisi soal-soal yang harus dikerjakan
Gunakan pita ukur sepanjang 40 meter! Terapkan prinsip pengukuran tanah yang oleh siswa untuk m engukur kem am ­
sudah Anda pelajari pada materi bab ini! Gambarkan posisi titik tersebut!
puan siswa dalam m em aham i m ateri
pada sem ester I dan sem ester II.

Proyek m erupakan tugas yang lebih


kompleks yang dapat dilakukan secara Semester 'E
p e ro ra n g a n atau k elom pok b e ru p a
m elakukan, m em buat, atau analisis. Pilihlah jawaban yang benar!
1. Tujuan diadakannya pengukuran tanah, kecuali....
A. menghitung luas
B. menghitung volume
C. mengukur perbedaan ketinggian
D. mengukur kedalaman air tanah
E. menentukan lokasi rencana konstruksi
2. Pengukuran tanah untuk pembuatan peta topografi dibutuhkan data kontur yang
detail. Informasi yang diperoleh dari data kontur tersebut adalah ....
A. luas wilayah
Glosarium terdapat pada akhir buku, B. perbedaan jarak
berisi definisi, arti, dan uraian istilah- C. perbedaan ketinggian
D. posisi astronomis
istilah penting yang ada dalam buku.
E. letak geografis

^fG losarium ^
absis : posisi titik yang diproyeksikan terhadap sumbu x dengan arah
horizontal pada bidang datar
astronomis : ilmu yang mempelajari posisi relatif benda-benda langit terhadap
benda-benda langit lainnya Daftar Pustaka m erupakan daftar buku
automatic level : sipat datar optis yang mirip dengan dumpy level tetapi dilengkapi yang digunakan sebagai bahan rujukan
dengan alat kompensator untuk membuat garis bidik mendatar
dalam penulisan buku.
secara otomatis
azimuth : sudut yang dibentuk dari garis arah utara terhadap garis arah
suatu titik yang besarnya diukur searah jarum jam

Pustaka ^

Basuki, Slamet. 2006. Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
D.W. Hendro Kustarto dan J. Andy Hartanto. 2012. Ilmu Ukur Tanah Metode dan
Aplikasi Bagian Kedua. Malang: Dioma
Frick, Heinz. 1979. Ilmu dan Alat Ukur Tanah. Yogyakarta: Kanisius
Muda, Iskandar. 2008. Jilid 1: Teknik Survei dan Pemetaan untuk SMK. Jakarta:
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Depdiknas.

^(TndekT^
A kesalahan pengukuran 13,14,15,119,
Indeks m erupakan daftar kata-kata
automatic level 44 120
p en tin g dan daftar pengarang yang
azimuth 40, 58, 65, 94 kesalahan sistematis 15,120
klinometer 41 d ig u n a k a n d a la m b u k u , te rs u s u n
kompas 94, 95 m enurut abjad dan m em berikan infor­
matahari 95 kompas 40
koreksi kalibrasi 117 masi m engenai halam an kata dan nam a
kuadran 58, 59 pengarang itu ditem ukan.
B
benang atas 65,83, 89, 140
benang bawah 65, 83, 89, 140 L
benang tengah 65, 83, 89, 140 leveling 5

Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


Kata P engantar......................................................................................................... iii
K om petensi In ti dan Kom petensi D asar............................................................. iv
P etunjuk Penggunaan B u k u .................................................................................. v

Bab I Prinsip-Prinsip Pengukuran T anah..................................................... 1


A. Ilmu Ukur Tanah............................................................................... 3
B. Ruang Lingkup Pengukuran (Pem etaan)...................................... 12
Latihan....................................................................................................... 18

Bab II Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan H id u p ......... 23


A. Ruang Lingkup K3LH....................................................................... 25
B. Pelaksanaan K3LH.................................................................. 28
Latihan....................................................................................................... 33

Bab III Peralatan Survei dan P e m e ta an ....................... i.......... ....................... 37


A. Jenis dan Prosedur Penggunaan Alat Ukur Sederhana................ 39
B. Jenis dan Prosedur Penggunaan Alat Ukur O ptik........................ 42
C. Jenis dan Prosedur Penggunaan Alat Ukur Elektronik............... 46
Latihan.................... 50

Bab IV Survei dan P em etaan............................ 55


A. Konsep Dasar Pekerjaan Survei dan Pemetaan............................. 57
B. Pem etaan.......................................................................................... 63
Latihan................................... 68

Ulangan A khir Semester I ...................................................................................... 73

B abV Penyipatan D atar dan Pengukuran S u d u t.......................................... 79


A. Pengukuran Sipat D atar................................................................... 81
B. Pengukuran Sipat Ruang.................................................................. 89
L a tih a n ......................................................................................................................... 96

C D aftar Isi
Bab VI Peraw atan dan Pengecekan Alat U kur................................................ 101
A. Pengecekan Alat-Alat Ukur Tanah Jenis O ptik............................ 103
B. Perawatan Alat-Alat Ukur Tanah Jenis O p tik .............................. 106
Latihan....................................................................................................... 109

Bab VII Pengukuran dan P em atokan................................................................ 113


A. Pengecekan Kebenaran Data Pengukuran..................................... 115
B. Pengukuran dan Pematokan............................................................ 120
Latihan....................................................................................................... 131

Bab V III Analisis dan Evaluasi D ata P engukuran............................................ 135


A. Analisis Data Pengukuran................................................................ 137
B. Evaluasi Data Pengukuran............................................................... 141
Latihan....................................................................................................... 145

Ulangan A khir Semester II ........................................................ 150


G losarium ............................................................................................................. 157
D aftar P ustaka.......................................................................................................... 159
Indeks 160

^ ^ 2 Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X 1


Ilmu ukur tanah merupakan teknik pengukuran tanah yang termasuk dalam ilmu geodesi,
yaitu metode/cara menentukan titik -titik di permukaan bumi. Dalam arti luas dapat
diartikan sebagai suatu cara (seni) mengukur jarak, luas, dan sudut di atas, pada, dan di
bawah permukaan bumi baik secara horizontal maupun vertikal. Dengan demikian, teknik
pengukuran tanah dapat digunakan untuk mengetahui (dengan cara mengukur/surveying)
detail permukaan bumi untuk pembuatan peta (mapping).

Kompetensi Dasar "B


3.14 Menerapkan prinsip-prinsip teknik pengukuran tanah.
4.14 Melaksanakan pengukuran sesuai dengan prinsip-prinsip ukur tanah.

Kunci ^
0 Bentuk bumi 0 Pengukuran tanah
0 Jenis survei 0 Pereferensian
0 Lingkup pengukuran 0 Prinsip pengukuran
0 Pemetaan
Konsep ^

Ilmu ukur tanah berperan penting dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam
bidang rekayasa konstruksi seperti pembangunan gedung, bendungan, jembatan,
dan jalan. Pada prinsipnya, ilmu ukur tanah mempelajari pengukuran tanah dalam
hal penentuan jarak, ketinggian, dan sudut. Oleh karena itu, dibutuhkan peran
seorang surveyor (pengukur tanah/juru ukur) yang andal dan terlatih. Mengapa
d e m ik ian ? S eb ag a im a n a k ita k e ta h u i, b e n tu k p e rm u k a a n b u m i m e m ilik i re lie f y a n g
bervariasi, sehingga dalam penentuan pekerjaan konstruksi diperlukan pengukuran
tanah yang cermat dan teliti. Hasil pengukuran tanah yang akurat hanya dihasilkan
dari seorang surveyor yang andal dan terlatih (berpengalaman).

Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


C 3 p lm u Ukur Tanah
Sebelum melakukan pengukuran tanah, perlu dipahami dahulu mengenai
pengetahuan dasar dalam ilmu ukur tanah sebagai berikut.

1. Pengukuran Tanah
Dalam ilmu ukur tanah, pengukuran memiliki tujuan antara lain sebagai
berikut.
a. Memperoleh data kontur permukaan tanah.
b. Membuat garis batas tanah.
c. Mengetahui luas dan volume.
d. Menentukan lokasi rekayasa teknik bangunan (gedung, jalan, dan jembatan).
Perhatikan peta topografi pada Gambar 1.1! Pada gambar tersebut terlihat
jelas relief perm ukaan bum i yang bervariasi, mulai dari bentuk dan tingkat
ketinggian yang berbeda-beda. Dengan adanya variasi relief permukaan bumi, akan
muncul pertanyaan bagaimana caranya dan metode apa yang digunakan untuk
menggambarkan relief tersebut. Agar dapat menggambarkan kondisi permukaan
bumi secara detail, tentunya perlu dilakukan pengukuran langsung di lapangan.
Pengukuran inilah yang kemudian dikenal sebagai survei pengukuran tanah.

Sumber: https://s-media-cache-ak0.pinimg.com/originals/44/7e/59/447e59
8184958b6cl 0a7lee505fd9744.jpg

Zi
Gambar 1.1 Peta topografi

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa ilmu ukur tanah


berfungsi untuk m em indahkan kondisi perm ukaan bum i (relief) yang tidak
ra ta d a n b e r a tu ra n ke d a la m b id a n g datar. O le h k a re n a itu, u n tu k m e m p e ro le h
gambaran bentuk permukaan bumi ke bidang datar maka diperlukan pekerjaan
survei sehingga didapatkan ukuran-ukuran permukaan bumi secara mendatar
maupun horizontal.

{ Bab I Prinsip-Prinsip Pengukuran Tanah


Oleh karena perbedaan objek permukaan bumi yang diukur dan prosedur
yang mempengaruhinya, teknik pengukuran dapat dibedakan menjadi berikut.
a. Pengukuran Berdasarkan Tingkat Ketelitian dan Keakuratannya
Berdasarkan tingkat ketelitian dan keakuratannya, pengukuran (survei) dapat
dibedakan menjadi berikut.
1) Plan Survey (Pengukuran Datar/Survei Planimetris)
Plan survey (pengukuran datar) adalah pengukuran yang tidak m em pertim ­
bangkan bentuk permukaan bumi. Pengukuran jenis ini menganggap bahwa
bumi sebagai bidang datar. Plan survey efektif digunakan untuk pengukuran
pada wilayah yang tidak terlalu luas, yaitu sekitar 0,5 derajat atau 55 km. Pada
kenyataannya, bumi merupakan bidang elipsoid yang tidak datar. Sehingga,
teknik plan survey tersebut menganggap bahwa:
a) Garis level {level line) merupakan garis lurus, sehingga garis unting-unting
{plumb line) pada suatu titik dianggap sejajar dengan titik yang lain.
b) Sudut yang terbentuk oleh garis level dan garis unting-unting adalah sudut
yang terdapat pada bidang datar.
c) Meridian yang melalui dua garis adalah garis paralel.
Oleh karena survei planimetris hanya efektif dilakukan pada wilayah yang
tidak terlalu luas, maka survei jenis ini kurang cocok untuk digunakan dalam
pengukuran pada proyek-proyek yang memiliki luasan besar seperti lokasi
industri, pembangunan jembatan, jalan kereta api, dan penentuan batas wilayah.
2) Geodetic Survey (Pengukuran Geodesi)
Geodetic survey (pengukuran geodesi) adalah pengukuran yang m em pertim ­
bangkan bentuk permukaan bumi. Pengukuran jenis ini mempertimbangkan
bentuk elipsoid bumi, sehingga lengkungan bumi dianggap dapat mempe­
ngaruhi hasil pengukuran. Pada jenis survei geodesi ini dilakukan pengukuran
jarak dan sudut secara teliti dan akurat. Perbedaan yang mendasar antara
survei planimetris dengan survei geodesi ini yaitu adanya garis melengkung
yang menghubungkan antara dua titik, sehingga sudut-sudut yang terbentuk
akibat perpotongan antargaris merupakan sudut bola. Oleh karena itu, dalam
survei geodesi memerlukan tingkat keahlian dalam pekerjaan lapangan dan
pengolahan data hasil pengukurannya secara matematis.
b. Pengukuran Berdasarkan Metode yang Digunakan untuk Menentukan Posisi
Berdasarkan metode yang digunakan untuk penentuan posisi, pengukuran
dapat dibedakan menjadi pengukuran terestris dan ekstraterestris.
1) Pengukuran Terestris
Metode pengukuran terestris adalah metode pengukuran yang didasarkan
pada pengamatan di permukaan bumi (terestrial).

Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


2) Pengukuran Ekstraterestris
Metode pengukuran ekstraterestris adalah metode pengukuran yang didasarkan
pada pengamatan terhadap objek luar angkasa seperti bulan dan bintang,
maupun satelit buatan. Contoh penggunaan metode ekstraterestris yang sudah
kita kenal seperti GPS, foto satelit, astronomi, dan lain-lain.
c. Pengukuran Berdasarkan Alat yang Digunakan
Berdasarkan alat (instrumen) yang digunakan, pengukuran dapat dibedakan
menjadi berikut.
1) Chain Survey
Survei jenis ini biasanya dilakukan pada lokasi yang tidak terlalu luas, yaitu
wilayah yang relatif sempit dan terbuka. Pengukurannya pun dilakukan dengan
mengukur jarak-jarak menggunakan meteran secara linier. Oleh karena survei
chain dilakukan pada wilayah yang sempit, survei ini sulit dilakukan pada
wilayah yang memiliki banyak rintangan seperti adanya pepohonan dan
bangunan penduduk yang padat. Survei chain sangat cocok digunakan untuk
proyek-proyek konstruksi seperti pembangunan gedung, jembatan, jalan raya,
dan saluran irigasi.
2) Traverse Survey
Survei traverse merupakan jenis survei yang digunakan untuk pengukuran
yang melibatkan jarak dan sudut. Pengukuran jarak menggunakan meteran
(chain) dan pengukuran sudut dengan teodolit m aupun kompas. Survei
traverse identik dengan survei poligon, karena alat dan metode yang digunakan
untuk pengukurannya sama. Misalnya, pengukuran pada wilayah yang relatif
padat menggunakan traverse tertutup, sedangkan pengukuran batas wilayah
menggunakan traverse terbuka. Jenis survei ini cocok diterapkan untuk proyek
berskala besar seperti perencanaan pembangunan waduk dan bendungan.
3) Tachimetry Survey
Metode survei tachimetri adalah metode pengukuran yang digunakan untuk
mengukur jarak secara horizontal dan vertikal. Pada metode ini, pengukuran
dilakukan melalui pengam atan ram bu m enggunakan alat teodolit yang
dilengkapi dengan lensa khusus dan benang stadia. Metode survei tachimetri
sangat sesuai digunakan untuk pengukuran pada wilayah yang sulit terjangkau
jika dilakukan pengukuran horizontal secara langsung. Metode survei ini
cocok diterapkan untuk mengambil data kontur pada proyek pembangunan
bendungan dan perumahan.
4) Leveling Survey
Leveling atau menyipat datar merupakan metode survei yang digunakan untuk
pengukuran ketinggian titik-titik secara vertikal terhadap pesawat penyipat
datar (waterpass) dan rambu. Metode ini sangat baik digunakan untuk proyek-

K Babi Prinsip-Prinsip Pengukuran Tanah


proyek konstruksi seperti perencanaan pembangunan bendungan, di mana
pengukuran kedalaman galian pondasi dan timbunan (urugan) sangat penting.
Dengan survei penyipat datar, mengukur kedalaman pondasi dan timbunan
(urugan) terhadap ketinggian permukaan tanah dapat dilakukan dengan baik.
5) Plan Tabling
Plan tabling merupakan metode survei yang digunakan untuk pengukuran secara
grafis melalui pekerjaan lapangan dan ploting secara bersamaan. Pada metode
ini, dilakukan pengeplotan garis kontur menggunakan alat pengukur lereng
dan plan table. Survei jenis ini memiliki keunggulan di mana data pengukuran
tidak akan terlewatkan karena dilakukan ploting langsung di lapangan. Akan
tetapi, kelemahan metode ini tidak dapat diterapkan untuk pengukuran pada
wilayah yang memiliki iklim lembab karena tingkat keakuratannya berkurang.
Perlu diingat, bahwa media ploting dapat berkerut karena pengaruh iklim
lembab sehingga data pengukuran (data ploting) rusak.
6) Triangular Survey
Survei triangulasi merupakan metode survei untuk pengembangan wilayah.
Wilayah yang akan dikembangkan dikelompokkan menjadi jaringan-jaringan
triangular (segitiga). Setiap sisi segitiga (baseline) diukur dengan teliti dan
semua sudutnya diukur dengan transit. Selanjutnya, garis-garis yang lain diukur
melalui data-data ukuran baseline dan sudut-sudutnya dikoreksi menggunakan
aturan-aturan sinus.
d. Pengukuran Berdasarkan Tujuannya
Berdasarkan tujuan dilakukannya pengukuran, survei dibedakan menjadi
berikut.
1) Survei Rekayasa
Survei rekayasa atau survei konstruksi adalah survei yang dilakukan untuk
pengukuran data-data yang digunakan untuk rekayasa konstruksi bangunan
secara lengkap. Survei rekayasa dilakukan untuk perencanaan pembangunan
jalan kereta api, jalan layang, saluran irigasi, jem batan, dan bendungan.
Tahapan survei jenis ini dimulai dengan pekerjaan lapangan seperti pengukuran
topografi, spesifikasi wilayah hingga pengukuran selesai.
2) Survei Geologi
Survei geologi dilakukan di permukaan bumi ataupun di bawah permukaan
b u m i. S u rv ei g eologi b e rfu n g si u n tu k m e n g e ta h u i lo k asi d a n v o lu m e c a d a n g a n
mineral (minyak bumi dan batu bara), dan tipe kelas batuan.
Melalui penentuan perbedaan struktur lapisan kulit bumi seperti adanya lipatan
dan patahan akan dapat diketahui potensi bahan tambang yang berharga.

Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


3) Survei Pertambangan
Survei pertambangan bermanfaat untuk pembuatan peta-peta permukaan
dan bawah tanah. Survei dilakukan secara topografis untuk pembuatan peta
permukaan terhadap kepemilikan tambang. Peta bawah tanah digunakan untuk
perencanaan dan pekerjaan konstruksi bawah tanah seperti menentukan lokasi
dan arah terowongan, ventilasi, dan arah aliran.
4) Survei Geografi
Survei geografi dilakukan untuk mengumpulkan data-data geografis dalam
pembuatan peta topografi. Peta topografi dapat digunakan untuk mengetahui
kondisi kem iringan lereng, perbedaan kontur, tata guna lahan, kondisi
permukaan, dan kondisi geologis secara umum.
5) Survei Arkeologi
Survei arkeologi bermanfaat untuk mengungkap adanya jejak-jejak bersejarah
seperti peninggalan barang antik dan situs peradaban akibat terkubur mate­
rial vulkanik atau gempa bumi. Melalui survei ini, wilayah yang diindikasikan
menyimpan jejak bersejarah dapat dilokalisir dan diidentifikasi guna menyim­
pulkan perkembangan kebudayaan terutama peradaban manusia.
6) Survei Pertahanan
Survei pertahanan merupakan bagian
pekerjaan penting militer untuk m e­
ngumpulkan data strategis. Informasi
topografis yang diperoleh dari hasil
survei bermanfaat untuk menentukan
strategi militer, menunjukkan lokasi-
lokasi strategis seperti penempatan alat
perang, jalur distribusi, dan evakuasi.
Sumber: http://tni.mil.id/mod/hews/images/normal/
7) Survei Rute bunia200306-029.gif
Survei rute digunakan untuk keperluan Gambar 1.2 Survei yang dilakukan militer
penentuan rute jalan raya atau jalan
kereta api dengan cara mengeset garis-garis di atas permukaan tanah. Survei
rute diawali dengan survei topografi untuk memperoleh data relief dan lokasi
yang akan digunakan untuk penentuan jalur (rute) jalan.
e. Pengukuran Berdasarkan Tempatnya
Berdasarkan tempatnya, survei dapat dibedakan menjadi berikut.
1) Survei Tanah
S urvei ta n a h te rd iri atas p e n g u k u ra n g aris b a ta s ta n a h y a n g d ib ag i b e rd a s a rk a n
bentuknya, ukurannya, luasnya, dan pematokan batas tanah untuk penentuan
lokasinya. Survei tanah meliputi survei kadastral, dan topografi. Survei

^ Bab I Prinsip-Prinsip Pengukuran Tanah


kadastral adalah survei untuk menentukan batas bidang tanah dan properti.
Survei topografi bertujuan untuk membuat peta yang menggambarkan kondisi
topografi wilayah tersebut seperti perbedaan relief dan lokasi geosfer.
2) Survei Bawah Tanah
Survei bawah tanah digunakan untuk perencanaan bawah tanah. Termasuk
dalam kegiatan survei bawah tanah yaitu survei pertambangan untuk penentuan
pekerjaan konstruksi tambang bawah tanah.
3) Survei Udara
Survei udara juga disebut pengindraan jauh untuk menghasilkan foto udara.
Survei ini dilakukan dengan cara m elakukan pem otretan kenam pakan
permukaan bumi melalui pesawat.
4) Survei Hidrologi
Survei hidrologi berkaitan dengan badan air di permukaan bumi seperti danau,
sungai, dan pantai di mana dalam survei ini dilakukan pengambilan data
kondisi permukaan bawah air. Survei hidrologi bermanfaat untuk pekerjaan
konstruksi bangunan air, penentuan garis pasang surut air laut, dan untuk
keperluan navigasi.

Analisislah jenis-jenis survei dalam pengukuran tanah! Mengapa survei perlu dikelompokkan
menjadi beberapa jenis? Jelaskan hasil analisis Anda!

2. Bentuk Bumi
Bentuk bumi merupakan pusat kajian dalam ilmu ukur tanah, namun karena
bentuknya yang tidak beraturan seperti adanya pegunungan, lereng, dan lembah
maka diperlukan kajian secara matematis. Pada awalnya, bumi dianggap memiliki
bentuk bulat seperti bola tetapi pada kenyataannya bentuk bumi adalah bidang
elipsoid karena pengaruh rotasi bumi sehingga mengalami pemepatan pada bagian
kutub. Mengingat bentuk elipsoid bumi dan penggambaran hasil pengukuran ke
bidang datar akan terjadi distorsi maka digunakan sistem proyeksi. Sistem proyeksi
tersebut antara lain sebagai berikut.
a. Sistem Proyeksi Berdasarkan Bidang Perantaranya
Sistem proyeksi berdasarkan bidang perantaranya terdiri atas tiga jenis.
1) Proyeksi azimuth, yaitu proyeksi yang menggunakan bidang datar.
2) Proyeksi silinder, yaitu proyeksi yang menggunakan bidang berbentuk silinder
3) Proyeksi konikal, yaitu proyeksi yang menggunakan bidang berbentuk kerucut.

3 Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


b. Sistem Proyeksi Berdasarkan Geometrisnya
Sistem proyeksi berdasarkan geometrisnya terdiri atas tiga.
1) Proyeksi ekuivalen, yaitu proyeksi yang berhubungan dengan luas di mana
luas daerah yang dipetakan sama dengan luas di peta setelah dikalikan dengan
skalanya.
2) Proyeksi ekuidistan, yaitu proyeksi yang berhubungan dengan jarak di mana
jarak asli di lapangan sama dengan jarak di peta setelah dikalikan skalanya.
3) Proyeksi konform, yaitu proyeksi yang berhubungan dengan sudut di mana
besar sudut di lapangan sesuai besar sudut di peta.
Permukaan bumi dapat dibedakan menjadi tiga bentuk sebagai berikut.
a. Dataran, permukaan bumi yang hampir rata sehingga perbedaan ketinggian
antara satu titik ke titik lainnya hampir tidak ada.
b. Perbukitan, sangat jelas perbedaan ketinggiannya.
c. Gunung, permukaan bumi yang paling tinggi di antara kedua bentuk permukaan
bumi yang lain.
Wilayah di atas m enandakan luas wilayah masing-masing. Wilayah datar
lebih sempit daripada wilayah bukit, dan wilayah bukit lebih sempit daripada
wilayah gunung. Berdasarkan perbedaan bentuk permukaan bumi tersebut, maka
pengukurannya pun berbeda karena pengaruh masing-masing medan gravitasi
sehingga penggunaan bidang referensi untuk melakukan perhitungan dalam
pengukuran pun juga berbeda. Oleh karena itu, perbedaan bentuk permukaan
bumi memerlukan teknik dan alat pengukuran yang berbeda untuk mendapatkan
tingkat ketelitian pengukuran.
Berdasarkan uraian tersebut, jelaslah bahwa pembuatan peta yang baik dalam
bidang teknik sipil, geologi, konstruksi, dan planologi sangatlah rumit. Pembuatan
peta yang baik, harus diawali dengan teknik pengukuran (surveying) yang baik dan
benar. Dalam pengukuran, seorang surveyor harus mampu mengatasi hambatan
karena keadaan fisik permukaan bumi sehingga didapatkan pengukuran yang
akurat dan detail untuk pembuatan peta yang baik.
M engingat bentuk bum i yang elipsoid, serta
kesan tiga dimensi pada ruang perm ukaan bumi
maka dalam pengukuran dapat menggunakan metode
sebagai berikut.
a. Metode Kartesius
Pengukuran titik-titik di permukaan bumi dapat
d ig a m b a rk a n d a la m d ia g ra m K a rte siu s se c a ra tig a
dimensi yaitu X, Y, dan Z. Titik X dan Y merupakan
perwakilan bidang datar (arah horizontal) suatu titik Gambar 13 Sistem Kartesius

{ Babi Prinsip-Prinsip Pengukuran Tanah |


di permukaan bumi. Sedangkan Z adalah ketinggian titik terhadap referensi bidang
tinggi yang menjadi acuan perhitungan.
b. Metode Geografis (Koordinat Polar)
Cara pengukuran lainnya menggunakan sistem Kutub

koordinat geografis, yaitu L, B, dan h. Dimana L adalah


lintang, yaitu titik yang menunjukkan arah utara dan
selatan. B adalah bujur, yaitu titik yang menunjukkan
arah barat dan timur. Sedangkan h (high), yaitu titik
yang menunjukkan ketinggian. L dan B merupakan
titik yang mewakili arah horizontal (datar) dan h me­
rupakan titik yang mewakili arah vertikal pada titik
yang bersangkutan terhadap titik acuan yang digunakan. Gambar 1.4 Sistem geografis

3. Prinsip Pengukuran
Prinsip-prinsip pengukuran sangat penting diterapkan dalam suatu pekerjaan
proyek. Prinsip-prinsip tersebut meliputi sebagai berikut.
a. Mulai Bekerja dari Keseluruhan ke Bagian-bagiannya
Prinsip ini merupakan prinsip yang paling utama dari pengukuran sehingga tidak
bisa diabaikan kecuali dalam keadaan terpaksa karena akan terjadi penumpukan
kesalahan pengukuran. Prinsip utama ini bertujuan untuk meminimalisir kesalahan-
kesalahan yang terjadi selama proses pengukuran sehingga tidak melebar ke titik
pengukuran yang lain dan mengakibatkan survei tak terkendali.
Perhatikan Gambar 1.5!

C’

A B C D E F

150 m
Z)
Gambar 1.5 Ilustrasi pengukuran antartitik
(cara pertama)

Pada Gambar 1.5 dilakukan pengukuran jarak AF yang panjangnya 150 meter
menggunakan meteran sepanjang 30 meter. Pengukuran dilakukan secara bagian per
bagian (titik per titik). Titik B, C, dan D diukur secara bebas dengan memperhatikan
titik acuan AF kurang lebih sepanjang 30 meter. Jika terjadi kesalahan pengukuran
pada titik C yang keluar dari titik AF, maka jarak sesungguhnya pada titik BC
dan CD menjadi salah. Sedangkan titik lainnya yaitu AB, DE, dan EF tetap benar.
Pada Gambar 1.5, kesalahan pengukuran dibatasi hanya pada satu titik.

Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


Perhatikan pula Gambar 1.6!

H
150 m

Gambar 1.6 Ilustrasi pengukuran antartitik


(cara kedua)

Pada Gambar 1.6 dilakukan pengukuran jarak AF dengan cara mengukur jarak
AB dengan menetapkan B sebagai B'. Selanjutnya titik yang lain (C, D, E, dst)
tetap diukur dengan acuan titik AF. Jika titik B berada di luar garis AF (B') maka
titik lainnya juga berada di luar garis AF (C, D', E', dan seterusnya) sehingga akan
terjadi kesalahan pengukuran di mana panjang jarak akan berbeda (AB * AB',
BC * B'C', dan seterusnya). Oleh karena itu, cara kedua tersebut tidak dianjurkan
untuk penentuan pengukuran jarak.
b. Meletakkan Posisi Satu Titik Minimal dengan Dua Kali Pengukuran
Prinsip pengukuran tanah yang kedua ini dapat dijelaskan sebagai berikut.
Perhatikan gambar-gambar berikut!

Gambar 1.7 (a) Sudut B dengan jarak, (b) siku dengan jarak, dan (c) jarak dengan jarak

Pada Gambar 1.7, titik A dan B merupakan titik kontrol, serta C adalah
titik yang ditentukan posisinya dari titik kontrol. Hasil pengukuran di lapangan
dipilih dua titik yang sudah ditetapkan, yaitu A dan B. Kemudian, dibuat sketsa
dengan jarak yang sudah diukur menggunakan skala tertentu. Selanjutnya, untuk
menentukan titik C dari AB yang sudah diketahui, dapat menggunakan cara
sebagai berikut.

^ Babi Prinsip-Prinsip Pengukuran Tanah B E | ^


1) Gambar 1.7 (a), yaitu dengan cara mengukur jarak BC dan sudut (3.
2) Gambar 1.7 (b), yaitu dengan cara membuat garis tegak lurus dari titik C ke
garis AB, kemudian diukur jarak dA dan dC, atau dB dan dC.
3) Gambar 1.7 (c), yaitu dengan cara mengukur jarak AC dan BC.

4. Pereferensian
Dalam pengukuran jarak, arah, dan posisi di atas permukaan bumi sangat
dibutuhkan sistem referensi matematis. Adapun sistem referensi yang paling baik
digunakan adalah sistem elipsoid oblate yang memiliki bentuk sederhana dan
hampir menyerupai geoid. Pada pengukuran yang menggunakan alat ukur dengan
instrumen gelembung nivo, hasil pengukuran dikondisikan relatif terhadap geoid
sehingga sebelum digunakan, perbedaan-perbedaan hasil pengukuran akibat geoid
dan elipsoid harus dikoreksi terlebih dulu.

Sudut definisi

Gambar 1.8 Tiga konsep permukaan bumi

Ruang Lingkup Pengukuran (Pemetaan)


Ruang lingkup pengukuran tanah sangat luas, mulai dari yang terkecil seperti
survei kadastrial penentuan batas tanah milik perorangan atau badan usaha
hingga survei untuk proyek-proyek pekerjaan besar seperti konstruksi. Pekerjaan
pengukuran tanah meliputi tiga proses yakni pengumpulan data, pengolahan
d ata, d a n p e n g g a m b a ra n ke b id a n g datar. K etiga p ro se s te rs e b u t m e n e n tu k a n b a ik
tidaknya hasil peta yang dibuat. Peta yang baik dan sesuai dengan peruntukannya
harus sebisa mungkin terhindar dari adanya distorsi yang disebabkan oleh faktor
alam, alat ukur yang digunakan, dan kesalahan manusia pembuat peta tersebut.
Oleh karena itu, pelaksanaan pengukuran tanah harus dikerjakan secermat mungkin
untuk mendapatkan hasil peta yang baik.

Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


1. Pengum pulan Data
Tahap pengumpulan data merupakan tahapan yang paling dominan. Ketelitian
hasil pengukuran ditentukan pada tahap ini. Dalam tahap pengumpulan data,
terdapat tiga faktor yang berpengaruh yaitu alat ukur, juru ukur, dan kondisi alam
pada saat pengukuran.
a. Alat Ukur
Sebagian besar peralatan ukur dilengkapi alat optik seperti lensa, prisma, dan
cermin. Demikian juga dengan alat ukur elektonik yang dilengkapi alat optik yang
berupa lensa dan cermin sehingga disebut electrooptical distance meter. Alat ukur
yang dibuat dengan tingkat keakuratan dan ketelitian standar internasional, ke­
tika digunakan di lapangan dapat berubah tingkat akurasinya. Perubahan akurasi
alat ukur dapat disebabkan beberapa faktor, _ _ _ _ _
seperti kondisi lingkungan (suhu, kelembapan M ■ IT VF
udara) atau bahkan alat terkena benturan pada Je|askan jenis.jenis alat ukur untuk
saat pengangkutan ke lapangan. Dikarenakan pengumpulan data pengukuran
faktor-faktor tersebut, alat ukur yang akan di- tanah!
gunakan sebaiknya dikalibrasi terlebih dahulu ^ _
sebelum digunakan.
b. Juru Ukur
Kesalahan yang dilakukan oleh juru ukur dapat mempengaruhi ketelitian hasil
pengukuran. Kesalahan pengukuran yang disebabkan oleh juru ukur biasanya
disebabkan faktor yang tidak disengaja dan disadari seperti faktor kebiasaan
(personal error). Misalnya, dalam proses pengukuran, ju ru ukur cenderung
mengalami penyimpangan alamiah yaitu gerakan yang tidak lurus sesuai arah
objek yang diukur. Oleh karena itu, diperlukan juru ukur yang terlatih agar dapat
mempertahankan gerakan yang lurus.
c. Kondisi Alam
Kondisi alam yang mempengaruhi hasil pengukuran antara lain cuaca, tekanan
udara, dan kelembapan. Kondisi alam tersebut mempengaruhi arah datangnya sinar
yang diterima lensa teropong pengukuran karena pemuaian atau pengerutan alat
ukur.

2. Pengolahan Data
Pengolahan data hasil pengukuran ditentukan oleh tiga faktor yakni reduksi
h asil p e n g u k u ra n , p ro se s h itu n g a n , d a n p ilih a n je n is an a lisis h asil p e n g u k u ra n .
Untuk dapat memperoleh hasil pengukuran yang teliti, maka diperlukan pengolahan
data yang baik dan benar dengan menerapkan ketiga faktor tersebut.

(^ Bab I Prinsip-Prinsip Pengukuran T a n a h ^ ^ ^ ^ ^


a. Reduksi Hasil Pengukuran
Reduksi hasil pengukuran
dimaksudkan untuk mengurangi Gelembung
kesalahan-kesalahan yang terjadi
pada saat pengukuran. Sebagai­
m ana diketahui, pengukuran
suatu titik di permukaan bumi
hanya berorientasi pada gaya be­
rat di titik tersebut. Dengan kata
lain, orientasi horizontal maupun
vertikal yang direpresentasikan
oleh gelembung nivo pada titik
tersebut tidak sama dengan titik Sumber: https://1.bp. blogspot.com/-fiZ6wa Ur47Q/V0h5I0M8-
lainnya. D ikarenakan terdapat sI/AAAAAAAAA74/eHPsDyx-qdoLLeoKScua_lrRNSQyCfuowCLcB/
s1600/1464366650147.jpg
beberapa titik ukur yang tidak
memiliki bidang nivo yang sama, Gambar 1.9 Gelembung nivo pada teodolit
maka diperlukan suatu bidang
referensi ukuran. Penggunaan referensi ukuran dimaksudkan agar semua data
hasil pengukuran terletak dalam satu bidang referensi yang sama. Hingga saat
ini, bidang referensi yang paling umum digunakan adalah referensi geoid. Geoid
adalah bidang hasil pengukuran ketinggian rata-rata permukaan air laut di seluruh
permukaan bumi dalam keadaan tidak terganggu (mean sea level).
Mengingat bidang geoid memerlukan perhitungan matematis yang sangat rumit,
karena sangat tergantung pada gaya berat di setiap titik-titik di atas permukaan
dan pengaruh distribusi massa di bawah permukaannya, maka dibutuhkan bidang
referensi lain yang lebih sederhana seperti elipsoid, bentuk bola, dan bidang datar.
Ketiga referensi tersebut menggunakan batasan luas wilayah yang dipetakan ke
dalam suatu bidang referensi hitungan dengan ketentuan sebagai berikut.
1) Referensi elipsoid, digunakan untuk memetakan wilayah yang luasnya lebih
dari 5.500 km persegi.
2) Referensi bola, digunakan untuk memetakan wilayah yang memiliki ukuran
panjang maksimal 100 km.
3) Referensi bidang datar, digunakan untuk memetakan wilayah yang memiliki
ukuran panjang tidak lebih dari 55 km.
b. Proses Hitungan
Proses perhitungan yang digunakan dalam pengolahan data hasil pengukuran
lazimnya menggunakan metode aljabar untuk menghitung beda tinggi (bidang
datar), penghitungan koordinat dan sudut, penggunaan metode ukur segitiga,
bola, dan elipsoid.

Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


c. Analisis Hasil Pengukuran
Secara um um , kesalahan pengukuran terdiri atas kesalahan besar (gross
error), kesalahan sistematis (systematic error), dan kesalahan secara kebetulan
(accidental error). Kemampuan analisis yang baik dari ketiga jenis kesalahan data
hasil pengukuran tersebut diperlukan untuk mendapatkan data yang lebih teliti.
Analisis ketiga kesalahan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
1) Kesalahan Besar
Kesalahan besar pada hasil pengukuran biasanya disebabkan oleh kelalaian juru
ukur, di mana terdapat data hasil ukur yang berbeda dan mencolok daripada
hasil ukuran lainnya. Misalnya, pada pengukuran dua buah titik sebanyak
lima kali didapatkan data hasil pengukuran 55,45; 55,44; 55,65; 55,53; 55,56.
Perbedaan hasil pengukuran terdapat pada angka 55,65, sehingga sebaiknya
dicoret dari data pengukuran jika menghendaki ketelitian dua desimal di
belakang koma.
2) Kesalahan Sistematis
Kesalahan sistematis disebabkan oleh kesalahan perbedaan pengukuran yang
tidak sesuai atau menyimpang dari sistem yang digunakan sebagai acuan.
Misalnya hasil pengukuran sudut yang diambil dari data ketinggian matahari
pada pagi hari dan sore hari akan menghasilkan data pengukuran yang
berbeda. Hal tersebut disebabkan karena perbedaan tekanan udara, suhu, dan
kelembapan yang mempengaruhi keakuratan alat ukur akibat sudut refraksi
yang berbeda. Kesalahan sistematis semacam ini dapat dihitung dan dikoreksi
dengan cara koreksi refraksi pada hasil pengukuran tersebut.
3) Kesalahan secara Kebetulan
Kesalahan secara kebetulan pada umumnya sangat kecil terjadi, hal ini dise­
babkan karena suatu alasan yang tidak dapat diatasi. Namun, kesalahan secara
kebetulan masih dapat ditolerir jika kesalahan besar dan sistematis sudah
dikoreksi.

3. Penggam baran
Tahap penggambaran atau penyajian data hasil pengukuran ke bidang datar
(pemetaan) meliputi tahap pemilihan sistem proyeksi, penggunaan skala, dan
pemberian simbol yang berlaku secara umum.
a. Sistem Proyeksi
Pemilihan sistem proyeksi digunakan dengan maksud mengurangi distorsi
y a n g d is e b a b k a n o leh b id a n g y a n g d iu k u r u n tu k d ip e ta k a n b u k a n m e ru p a k a n
bidang datar dan mencakup wilayah yang luas. Pemilihan sistem proyeksi yang
umum digunakan yaitu proyeksi kerucut (conical) atau lebih dikenal dengan sistem
proyeksi polyeder dan proyeksi silinder atau mercator.

^ Babi Prinsip-Prinsip Pengukuran Tanah


b. Penggunanan Skala
Skala adalah angka yang menunjukkan perbandingan jarak di peta dengan
jarak sesungguhnya di lapangan. Pada umumnya, peta perencanaan menggunakan
skala 1 : 1.000, dengan distorsi sebesar 10 cm di lapangan. Hal ini disebabkan
ketebalan pena gambar yang paling kecil adalah 0,1 mm. Semakin kecil skala yang
digunakan maka semakin besar distorsi yang ditimbulkan. Namun, distorsi yang
timbul akibat penggunaan skala hanya terjadi pada penggambaran manual dan
dapat diabaikan jika penggambaran peta sudah dilakukan secara digital dengan
bantuan software komputer.
c. Pemberian Simbol
Pemberian simbol pada peta sebaiknya menggunakan simbol baku yang sudah
diakui secara umum. Simbol peta dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu simbol
kualitatif dan simbol kuantitatif. Perhatikan Gambar 1.10!

GEDUNG DAN BANGUNAN LAINNYA


c m Pemukiman, Bangunan
Masjid, Gereja
Ms Gj
Pura, Vihara
Pr ™ Vh Kuburan: Islam, Kristen,
w ■* Cina, Buddha
*

Kantor Pemerintah/Fasilitas Umum:


M
Kecamatan, Kelurahan/Kantor Desa,
Kc Kl/Ds Rumah Sakit, Puskesmas, Balai Pengobatan,
Rs Pu Bp Polisi, Militer, Kotak Pos, Wartel, Listrik,
Pol Pos Tip 1st Menara, Pariwisata, Tempat Bersejarah,
Tambang, Sumber Gas ALam, Air Panas,
l jte. i S u m u r / S u m b e r A ir, P a n g k a la n M in y a k
* A o
# #
(b)
Sumber: //https://belajar.kemdikbud.go.id; http://4.bp.blogspot.com/_uCeOu3TemMO/
TS50JIvx WEI/AAAAAAAAADQ/C93 Y4cDW56E/sl600/simbol+peta.jpg

Gambar 1.10 (a) Simbol peta 1 dan (b) simbol peta 2

Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


Gambar simbol peta (1) pada Gambar 1.10 (a) adalah simbol kualitatif. Simbol
kualitatif adalah simbol yang digunakan untuk mewakili objek permukaan bumi
yang dipetakan. Simbol kualitatif biasanya digunakan untuk menggambarkan
kenampakan geografis alamiah seperti sungai, danau, batas wilayah, dan sebagainya.
Gambar simbol peta (2) pada Gambar 1.10 (b) adalah simbol kuantitatif, yaitu
simbol yang dinyatakan dalam bentuk angka-angka atau huruf-huruf. Simbol
kuantitatif biasanya digunakan untuk menggambarkan kenampakan alam buatan
manusia seperti gedung sekolah, rumah sakit, dan fasilitas publik lainnya.

1. Ilmu ukur tanah adalah cara yang dilakukan untuk ^ D a n o |y . |m a n


menghitung jarak, beda tinggi, dan sudut.
2. Pengukuran tanah (survei) dapat dibedakan menjadi
beberapa jenis sesuai peruntukannya.
3. Pengukuran tanah dipengaruhi oleh bidang geoid dan elipsoid bumi.
4. Prinsip pengukuran tanah yaitu melakukan pekerjaan pengukuran dari
keseluruhan menuju bagian-bagiannya.
5. Pekerjaan survei meliputi pengumpulan data (surveying), pengolahan
data, dan penggambaran ke bidang datar (pemetaan).
6. Pengumpulan data dalam survei meliputi alat ukur, juru ukur, dan kondisi
alam.
7. Pengolahan data dalam survei meliputi reduksi hasil pengukuran, proses
hitungan, dan analisis hasil pengukuran.
8. Penggambaran data dalam survei meliputi sistem proyeksi, penggunaan
skala, dan pemberian simbol.
4

f J Refleksi Diri
a. Berilah tanda centang (vO pada kotak yang Anda anggap sesuai!
Setelah mempelajari bab ini, bagaimanakah penguasaan Anda terhadap materi-materi
berikut?

Tidak Sangat
No. Materi Menguasai
Menguasai Menguasai
1.
□ □
Definisi ilmu ukur tanah dan
peranannya dalam berbagai
bidang.

{ Babi Prinsip-Prinsip Pengukuran Tanah
Tidak Sangat
No. Materi Menguasai
Menguasai Menguasai
2. Jenis-jenis survei pengukuran
tanah dan tujuannya. □ □ □
3. Prinsip-prinsip dalam pekerjaan
pengukuran tanah. □ □ □
4. Ruang lingkup pekerjaan
pengukuran tanah dan
prosedurnya.
□ □ □
b. Dari materi-materi tersebut, bagian manakah yang paling Anda sukai? Mengapa?
c. Apakah manfaat yang Anda dapatkan setelah mempelajari materi pada bab ini untuk
kehidupan sehari-hari?

^ Latihan ^

A. Pilihlah jawaban yang benar!


1. Survei dengan luas sempit, menganggap bum i datar, atas dasar ketelitiannya
tergolong survei....
A. geodetis D. traverse
B. planimetris E. kadastrial
C. tacimetri

2. Survei BPN yang di dalamnya terdapat pemasangan patok batas bidang tanah,
atas dasar tempatnya tergolong survei....
A. udara D. tanah
B. hidrografi E. pertahanan
C. terestris

3. Berikut kompetensi yang harus dipunyai oleh seorang surveyor, kecuali....


A. akademik D. karakter yang baik
B. keterampilan teknis E. ketelitian
C. badan kekar
4. Memiliki kendali emosi dan cepat tanggap termasuk kom petensi....
A. dasar
B. akademik
C. keterampilan teknis
D. karakter yang baik
E. psikomotorik

^ P j ^ T e k n i k Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


5. Praktik-praktik pengukuran survei yang baik adalah ....
A. survei yang teliti
B. survei menyeluruh
C. survei yang menggunakan alat canggih
D. survei yang cepat selesai
E. survei yang disesuaikan antara tujuan, dana dan waktu

6. Metode yang paling tepat digunakan untuk pembuatan jarak dalam rangka
pembuatan sketsa pada tempat terbuka adalah ....
A. GPS D. langkah
B. meteran E. teodolit
C. waterpass

7. Jenis pensil yang baik digunakan untuk survei adalah ....


A. pensil 2B
B. pensil warna
C. pensil HB
D. pensil EE
E. pensil 4H

8. Peralatan tulis yang tidak perlu digunakan pada saat survei adalah ...
A. pensil
B. pena gambar
C. penghapus
D. ballpoint
E. penggaris

9. Prinsip pertama pengukuran tanah adalah ....


A. bekerja dari keseluruhan menuju bagian
B. bekerja dari bagian menuju bagian
C. bekerja dari bagian menuju keseluruhan
D. bekerja secara keseluruhan
E. bekerja bebas

10. Prinsip kedua pengukuran menyatakan bahwa posisi suatu titik paling sedikit
ditentukan d a ri....
A. 1 pengukuran
B. 2 pengukuran
C. 3 pengukuran
D. 4 pengukuran
E. 5 pengukuran

{ Babi Prinsip-Prinsip Pengukuran Tanah


11. Bidang ekuipotensial yang direpresentasikan dengan permukaan laut rata-rata
disebut....
A. level
B. MSL
C. geoid
D. ellepsoid
E. topografi

12. Bentuk geoid dipengaruhi oleh ....


A. elipsoid bumi
B. laut
C. bintang
D. massa bumi
E. matahari

13. Penyimpangan geoid terhadap ellipsoid dinamakan ....


A. undulasi
B. presisi
C. ekuipotensial
D. defleksi
E. deklinasi

14. Sudut yang terbentuk antara normal geoid dengan normal ellipsoid adalah ....
A. helling
B. zenit
C. vertikal
D. horizontal
E. deviasi vertikal

15. Pengukuran tanah yang benar dilakukan d i ....


A. permukaan bidang datar
B. permukaan geoid
C. permukaan ellipsoid
D. permukaan bola
E. permukaan topografi

16. P e rm u k a a n g eo id y an g tid a k b e r a tu ra n d ise b a b k a n o le h ....


A. densitas massa bumi yang berbeda-beda
B. rotasi bumi
C. permukaan topografi
D. gravitasi
E. gelombang laut

Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X )


17. Arah gravitasi di suatu permukaan bumi adalah ....
A. sejajar bidang geoid
B. lurus bidang geoid
C. menuju suatu titik
D. tegak lurus topografi
E. tegak lurus dengan garis level

18. Gelembung nivo pada teodolit mencapai keseimbangan relatif terhadap ....
A. geoid
B. ellipsoid
C. bola
D. azimuth
E. sembarang

19. Istilah yang digunakan pada teodolit yang dapat diputar 180 derajat terhadap
sumbu horizontalnya disebut....
A. transit
B. circumverentor
C. gromatici
D. chorobates
E. slaag

20. Berikut peristiwa yang tidak mempengaruhi perkembangan teodolit adalah ....
A. ditemukannya circumferentor
B. ditemukannya vernier
C. ditemukannya transit
D. ditemukannya teleskop
E. ditemukannya chorobates

B. Selesaikan soal-soal berikut dengan benar!


1. Jelaskan perbedaan survei planimetris dan geodetis!
2. Jelaskan secara singkat, survei tambang, survei pem oteratan udara, survei
pertahanan, dan survei kadastral!
3. Jelaskan apakah seorang surveyor yang berkompeten hanya cukup menguasai
teori-teori pengukuran!
4. Berkaitan dengan tujuan pengukuran, apakah pengukuran yang teliti selalu baik?
Jelaskan!

5. Sebutkan jenis-jenis pekerjaan survei apa saja yang dilakukan oleh Badan
Pertanahan Nasional?

{ Babi Prinsip-Prinsip Pengukuran Tanah


6. Jelaskan apa akibatnya jika kita bekerja dengan prinsip dari bagian-bagian ke
keseluruhan!
7. Hal-hal apakah yang mempengaruhi pemilihan metode penentuan posisi titik
yang dijelaskan pada prinsip pengukuran kedua?
8. Gambarkan tiga macam konsep permukaan!
9. Jelaskan yang dimaksud geoid! Mengapa bentuknya tidak teratur seperti ellipsoid?
Dan mengapa diperlukan referensi terhadap geoid?
10. Jelaskan hubungan bentuk bumi dengan pelaksanaan pekerjaan pengukuran?

M Proyek 1
Lakukan pengukuran jarak sepanjang 200 meter yang terbagi dalam lima titik.
Gunakan pita ukur sepanjang 40 meter! Terapkan prinsip pengukuran tanah yang
sudah Anda pelajari pada materi bab ini! Gambarkan posisi titik tersebut!
— .............................. d

Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


Keselamatan dan Kesehatan Kerja
serta Lingkungan Hidup

Setiap pekerjaan pasti memiliki risiko yang mengancam keselamatan jiwa karyawan. Lalu
bagaimanakah jika seorang karyawan mengalami kecelakaan kerja? Tindakan apa sajakah
yang dilakukan perusahaan untuk melindungi karyawannya? Simak materi berikut!

Kompetensi Dasar
3.15 Menerapkan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan hidup K3LH.
4.15 Melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan hidup K3LH.

K u n ci J
0 Kecelakaan kerja 0 Lingkungan hidup
0 Kesehatan 0 Pengendalian K3LH
0 Keselamatan kerja
dl J ! f l Konsep ^

Setiap karyawan yang bekerja pada suatu instansi atau perusahaan tentu
berharap dapat bekerja sebaik mungkin tanpa terkendala risiko apa pun, terutama
kecelakaan kerja. Risiko terjadinya kecelakaan kerja tidak hanya membayangi
pekerjaan berat seperti proyek konstruksi saja, tetapi juga dapat terjadi pada
pekerjaan administrasi di belakang meja. Bagaimanakah jika seorang karyawan
mengalami kecelakaan kerja? Mengapa program keselamatan kerja sangat penting
bagi karyawan? Program keselamatan kerja yang dikenal dengan K3LH (Kesehatan
dan Keselamatan Kerja serta Lingkungan Hidup) adalah program perlindungan yang
wajib diterapkan bagi setiap perusahaan/instansi untuk melindungi karyawannya
sehingga proses produksi (pekerjaan) berjalan optimal. Bagaimanakah jika
perusahaan tidak menerapkan program K3LH? Apabila suatu perusahaan tidak
menerapkan program K3LH, maka perusahaan tersebut dapat dikatakan melanggar
hak-hak karyawan. Hal tersebut dikarenakan, program K3LH merupakan program
wajib yang harus dilaksanakan setiap perusahaan yang mempekerjakan karyawan
dan diatur dalam undang-undang ketenagakerjaan.

^ J J J ^ T e k n i k Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


Ruang Lingkup K3LH
Kecelakaan memang bersifat
tidak dapat diprediksi, akan tetapi
dapat dicegah dengan menganut
pedom an-pedom an keselam atan
kerja. Walaupun terkadang masih
juga terjadi kecelakaan pada saat
bekerja, setidaknya program ke­
selamatan kerja dapat m em buat
rasa tenang bagi karyawan dan
keluarganya. Berdasarkan uraian sumber: http://gmasf.weebiy.eom/upioads/8/9/8/4/89s40095/dsc-0254_orig.jpg
tersebut, dapat disimpulkan upaya
perusahaan untuk melindungi kese­ Gambar 2.1 Penggunaan alat pelindung diri di tempat
kerja
lamatan kerja bagi karyawannya
melalui suatu program yang disebut K3LH. Seperti pada gambar di atas, pelaksanaan
program K3LH dapat diketahui dengan penggunaan alat pelindung diri pada setiap
pekerja di tempat kerja tersebut.

1. Definisi dan Dasar Hukum


Definisi K3LH (Kesehatan dan Keselamatan Kerja serta Lingkungan Hidup)
adalah suatu program perlindungan terhadap seluruh karyawan atau tenaga
kerja agar senantiasa dalam keadaan sehat dan selamat selama dalam bekerja
di lingkungan pekerjaannya. Tidak hanya perlindungan terhadap karyawan,
program K3LH juga dimaksudkan untuk melindungi siapa saja selain karyawan
yang memasuki lingkungan tempat kerja suatu instansi atau perusahaan. Tempat
kerja adalah lingkungan untuk melakukan suatu pekerjaan baik di dalam ruangan
maupun di luar ruangan (lapangan) di mana terdapat potensi ancaman bahaya.
Dengan demikian, setiap karyawan maupun bukan karyawan yang berhubungan
dengan tempat kerja tersebut dilindungi dengan program K3LH.
Keselamatan kerja atau occupational safety merupakan suatu upaya untuk
melindungi karyawan dengan menjamin keutuhan fisik maupun nonfisik karyawan
yang bersangkutan. Dengan kata lain, keselamatan kerja dapat diartikan sebagai
suatu m etode untuk m enerapkan upaya-upaya keselam atan dan m encegah
terjadinya kecelakaan selama bekerja. Sehingga setiap orang yang berhubungan
dan berada di dalam ruang lingkup tempat kerja serta melakukan suatu pekerjaan
wajib m e m p e r h a tik a n K 3 L H a g a r tid a k te rja d i k e s a la h a n y a n g m e n g a k ib a tk a n
kecelakaan fatal.

{ Bab II Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Hidup


Dalam konteks K3LH, keselamatan kerja dapat diartikan sebagai suatu upaya
untuk menjamin tenaga kerja (sumber daya manusia perusahaan) dalam kondisi
aman dan sehat, sehingga terhindar dari kecelakaan yang dapat mengakibatkan
kecacatan dan kematian. Oleh karena itu, guna mendukung program tersebut
perlu diupayakan langkah-langkah yang berguna untuk menjaga keselamatan dan
kesehatan pekerja seperti berikut.
a. Pengaturan dan pembagian jam kerja term asuk jam istirahat yang harus
disesuaikan dengan kondisi fisik pekerja.
b. Pengaturan prosedur pekerjaan termasuk penggunaan alat-alat dan perlengkapan
kantor sesuai SOP (standard operating procedur).
c. Penyediaan sarana dan prasarana perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja
d. Peningkatan kedisiplinan pekerja untuk mematuhi ketentuan-ketentuan yang
tercantum dalam program K3LH dan meningkatkan pengetahuan dalam
melakukan pekerjaan secara efektif dan efisien.
Pelaksanaan K3LH selain memenuhi hak asasi pekerja juga telah diwajibkan
dalam undang-undang. Hal tersebut menunjukkan pentingnya penerapan K3LH di
setiap perusahaan atau instansi yang mempekerjakan karyawan. Adapun undang-
undang yang mengatur pelaksanaan K3LH adalah sebagai berikut.
a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Undang-
undang tersebut mengatur keselamatan kerja para pekerja di dalam wilayah hukum
Indonesia yang meliputi keselamatan kerja di darat, laut, maupun udara. Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja menyatakan bahwa setiap
pekerja berhak mendapatkan perlindungan keselamatan kerja untuk kesejahteraan
pekerja yang bersangkutan dan untuk meningkatkan produktivitas nasional, setiap
orang bukan pekerja yang sedang berada pada tempat kerja perlu terjamin juga
keselamatannya, dan setiap faktor produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara
aman dan efisien.
Lahirnya UU No. 1 Tahun 1970 sebagai bentuk penyesuaian terhadap per­
kembangan masyarakat, industrialisasi, dan teknologi yang semakin modern.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yang memuat
ketentuan-ketentuan umum tentang keselamatan kerja disusun atas dasar adanya
Undang-Undang Nom or 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
P ek erja seb ag ai a c u a n p e la k sa n a a n K3.

b. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan


Undang-undang terbaru yang mengatur tentang ketenagakerjaan khususnya
dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja tercantum dalam Pasal 86 dan 87 yang
meliputi sebagai berikut.

Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


1) Pasal 86 UU No. 13 Tahun 2003 ayat (1) menyatakan bahwa setiap pekerja/
buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan
dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan, serta perlakuan yang sama sesuai
dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama. Ayat (2) untuk
melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja
yang optimal maka diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.
Ayat (3) perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2) Pasal 87 UU No. 13 Tahun 2003 dalam ayat (1) menyatakan bahwa setiap
perusahaan wajib menetapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehat­
an kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan. Ayat (2)
ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehat­
an kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.

2. Tujuan dan Sasaran


Secara um um , penerapan program K3LH memiliki tujuan seperti yang
tercantum dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja, yaitu sebagai berikut.
a. Memberi perlindungan keselamatan kerja untuk kesejahteraan pekerja yang
bersangkutan dan untuk meningkatkan produktivitas nasional.
b. Menjamin keselamatan setiap orang bukan pekerja yang sedang berada pada
tempat kerja.
c. Menjaga setiap faktor produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman
dan efisien.
Berdasarkan tujuan tersebut, pelaksanaan K3LH dapat diaplikasikan untuk
tujuan-tujuan seperti berikut.
a. Sebagai tindakan untuk mencegah dan menghindari kecelakaan kerja melalui
penyediaan fasilitas perlindungan diri dari bahaya kebakaran, ledakan, dan
bahaya-bahaya lainnya yang dapat mengganggu keselamatan kerja.
b. Dapat memberikan pertolongan dan upaya penyelamatan diri pada kecelakaan
kerja pada saat terjadi kebakaran atau kejadian-kejadian berbahaya lainnya.
c. Mencegah dan mengendalikan pencemaran lingkungan dengan menyelenggarakan
kebersihan lingkungan sehingga diperoleh keserasian antara pekerja, lingkungan
kerja, peralatan kerja, dan proses produksinya.
Pelaksanaan K3LH sangat penting bagi tenaga kerja yang bersangkutan,
khususnya bagi tenaga kerja di bidang produksi. Pemahaman mengenai pentingnya
K3LH bagi tenaga kerja dapat meningkatkan kinerja dan produktivitas sehingga
mampu menguntungkan perusahaan dan mencegah adanya potensi kerugian. Bagi

{ Bab II Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Hidup


perusahaan, sasaran penerapan K3LH yaitu dapat mengurangi biaya yang harus
ditanggung perusahaan apabila timbul kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan
terhadap tenaga kerja yang diakibatkan karena hubungan kerja.

3. Fungsi dan Manfaat


Melalui penerapan program K3LH yang baik, antara tenaga kerja dan
perusahaan akan dapat merasakan manfaatnya. Sebagaimana yang diuraikan
dalam sasaran pelaksanaan K3LH di atas, tenaga kerja akan lebih merasa aman,
sehat, dan nyaman. Demikian juga perusahaan menjadi lebih berkualitas dan
sistematis sehingga dapat berkem bang lebih cepat. Misi perusahaan dalam
menghasilkan produk yang berkualitas dan berdaya saing hanya akan terwujud
jika tercipta hubungan yang harm onis antara tenaga kerja dan perusahaan.
Untuk mewujudkan hubungan yang harm onis tersebut, salah satunya dengan
cara penerapan program K3LH yang dapat m emberikan rasa keamanan dan
kenyamanan tenaga kerja dalam bekerja.

Identifikasikan ciri-ciri perusahaan yang sudah menerapkan program K3LH! Sebutkan dan
jelaskan program-program tersebut dan manfaatnya bagi karyawan!

Pelaksanaan K3LH
Sebelumnya telah diuraikan mengenai tujuan, sasaran, fungsi, dan manfaat
penerapan program K3LH terhadap tenaga kerja dan perusahaan. Selanjutnya
untuk dapat mewujudkan program tersebut, perlu dilakukan upaya-upaya nyata
yang mendukung pelaksanaan K3LH. Pelaksanaan K3LH untuk keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja dapat terwujud dengan melakukan upaya pengendalian.
Sebelum melakukan upaya pengendalian, perlu dipahami terlebih dahulu ancaman
atau bahaya yang dapat mengancam keselamatan para pekerja sebagai berikut.

1. Definisi Kecelakaan Kerja


Kecelakaan kerja dapat terjadi kapan saja dan di mana saja. Oleh karena
itulah diterapkan program K3LH yang berguna untuk melindungi keselamatan
dan kesehatan tenaga kerja.
Kecelakaan dapat didefinisikan sebagai suatu kejadian yang tidak terduga,
tidak disengaja, dan tidak diharapkan karena dapat mengakibatkan kerugian secara

V
^ ^ ^ J ^ T e k n ik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^
materi dan nonmateri. Kerugian yang ditimbulkan akibat kecelakaan kerja antara
lain kerusakan, kekacauan organisasi, keluhan dan kesedihan, kelainan dan cacat,
serta yang lebih fatal adalah kematian.
Kecelakaan yang terjadi di lingkungan kerja dapat diklasifikasikan sebagai
berikut.
a. Menurut Jenisnya
Kecelakaan m enurut jenis terjadinya dapat berupa terjatuh, tertimpa benda
yang jatuh, terjepit, tersengat listrik, tersambar petir, terkena radiasi bahan-bahan
kimia, dan lain-lain.
b. Menurut Penyebabnya
Kecelakaan kerja berdasarkan penyebabnya dapat terjadi karena mesin, peralatan
kantor, bahan kimia berbahaya, lingkungan kerja, dan lain-lain.
c. Menurut Sifatnya
Kecelakaan berdasarkan sifatnya dapat berupa luka ringan, luka berat,
keracunan, hingga kematian.

2. Faktor-Faktor Kecelakaan Kerja


Adapun faktor yang memengaruhi terjadinya kecelakaan kerja yaitu sebagai
berikut.
a. Faktor Tenaga Kerja
Kecelakaan kerja yang disebabkan karena faktor tenaga kerja, antara lain
dipengaruhi oleh hal-hal berikut.
1) Karena terbatasnya kecakapan dan kemampuan pekerja yang bersangkutan.
2) Kebiasaan dan perilaku tenaga kerja yang kurang baik di tempat kerja.
3) Adanya gangguan pendengaran, penglihatan, bahkan penyakit yang disebabkan
karena kelelahan fisik pada saat bekerja.
4) Adanya gangguan psikis dan mental seperti rasa takut, cemas, amarah, dan
tidak percaya diri.
5) Tidak digunakannya alat pelindung diri.
b. Faktor Lingkungan
Kecelakaan kerja yang disebabkan karena faktor lingkungan, antara lain
dipengaruhi oleh hal-hal berikut.
1) Kondisi lingkungan kerja yang tidak memadai seperti temperatur ruangan
tinggi, licin, berdebu, dan lembab.
2) Sirkulasi dan sanitasi yang buruk dan tidak memenuhi standar kesehatan.

| ^ B a b II Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Hidup ^ 3 ^


c. Faktor Manajemen
Kecelakaan kerja yang disebabkan karena faktor manajemen, antara lain
dipengaruhi oleh hal-hal berikut.
1) Pembagian tugas kerja yang tidak proporsional dan berisiko tinggi.
2) Minimnya tanda-tanda peringatan bahaya dan kurangnya sistem kerja dan
pengawasannya.
3) Kesejahteraan pekerja yang rendah, sehingga menyebabkan gejolak sosial dan
unjuk rasa yang mengakibatkan keresahan di kalangan pekerja/buruh.
d. Faktor Kesalahan Penggunaan Alat Kerja
Kecelakaan kerja yang disebabkan karena faktor kesalahan penggunaan alat
kerja, antara lain dipengaruhi oleh hal-hal berikut.
1) Peralatan kerja yang tidak memadai secara
kuantitas dan kualitasnya.
2) Tidak ada petunjuk cara pengoperasian alat.
3) Penggunaan peralatan di luar batas.
Kecelakaan di tempat kerja dapat dihindari
dengan menerapkan K3LH, di antaranya mene­
rapkan peraturan perundangan secara disiplin,
standarisasi kerja yang baik, pengawasan kerja Sumber: http://upload.wikimedia.org
yang ketat, memasang tanda-tanda peringatan, z J
Gambar 2 .2 Sim bol untuk pelabelan
dan melakukan penyuluhan dan pelatihan kese­ bahan kimia korosif
lamatan kerja bagi setiap tenaga kerja.

Berikan contoh cara penanggulangan dan pencegahan kecelakaan kerja yang disebabkan
oleh beberapa faktor! Sertakan gambar/rambu peringatan pada masing-masing contoh
pencegahan tersebut!

3. Tata Urutan dan Upaya Pengendalian K3LH


Upaya pengendalian dimaksudkan untuk mengurangi atau mencegah terjadinya
kecelakaan kerja yang berpotensi terjadi kapan saja. Pengendalian dapat diartikan
sebagai tahapan, langkah-langkah, dan metode yang dilakukan untuk mewujudkan
keselamatan dan kesehatan para tenaga kerja. Adapun tata urutan pengendalian
K3LH yaitu sebagai berikut.
a. Eliminasi
Eliminasi adalah segala tindakan, upaya, langkah-langkah yang perlu diambil
untuk menciptakan keamanan di lingkungan kerja. Secara etimologis, eliminasi

Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


berarti menghilangkan, yang dimaksud menghilangkan yaitu menghindari bahan-
bahan berbahaya seperti penggunaan bahan kimia yang beracun.
b. Substitusi
Substitusi adalah m engganti bahan-bahan yang berpotensi m engancam
keselamatan dengan bahan-bahan yang aman dan ramah lingkungan. Salah satu
cara mewujudkan keselamatan kerja dan menjaga kesehatan tenaga kerja yaitu
dengan cara mengganti bahan-bahan yang berbahaya dengan bahan-bahan yang
lebih aman dan ramah lingkungan sehingga dapat mengurangi timbulnya penyakit
yang disebabkan paparan bahan berbahaya tersebut.
c. Isolasi
Bahan-bahan yang mudah terbakar atau meledak perlu ditempatkan pada ruang
khusus yang memenuhi persyaratan khusus pula dalam penanganan terhadap bahan-
bahan tersebut. Perlu juga diatur mengenai penggunaan dan sistem distribusinya,
juga pelaksanaannya.
d. Rekayasa
Jika bahan-bahan yang mengandung bahaya seperti bahan beracun terpaksa
masih digunakan dan tidak dapat diganti, maka perlu dilakukan rekayasa bahan
untuk mengurangi sifat racun bahan tersebut tanpa merusak struktur kimianya
sehingga masih dapat digunakan secara aman.
f. Sirkulasi Udara
Ruang tempat kerja memerlukan sirkulasi udara yang baik. Sirkulasi udara
yang baik m am pu mengalirkan udara secara memadai sehingga menciptakan
suasana ruang kerja yang segar dan cukup terkena sinar matahari. Jika diperlukan,
khususnya ruangan yang berdebu dan berasap perlu dipasang jet exhauser guna
mencegah terjadinya polusi udara pada ruangan tersebut.
g. Administratif (Manajemen)
Metode adm inistratif merupakan tindakan untuk mengontrol penggunaan
bahan-bahan berbahaya yang meliputi pencatatan hingga penyimpanan. Maksud
tindakan administratif yaitu mencegah penggunaan bahan-bahan berbahaya tersebut
untuk keperluan lain di luar penggunaan semestinya.
h. Alat Pelindung Diri
Pemberian fasilitas dan penyediaan alat pelindung diri terhadap kemungkinan
bahaya wajib disediakan oleh perusahaan bagi semua karyawannya yang terlibat
langsung dalam proses produksi. Penggunaan alat pelindung diri dapat mencegah
terjadinya kecelakaan kerja. Penyediaan alat pelindung diri harus diperhatikan segi
kuantitas m aupun kualitasnya sesuai bidang pekerjaan yang dijalankan.

^ Bab II Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Hidup

.
1. Program K3LH adalah suatu program yang bertujuan
untuk melindungi pekerja dari ancaman kecelakaan
f Rangkuman
dan gangguan kesehatan kerja.
2. Pelaksanaan Program K3LH diatur dalam Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1970 yang mengatur keselamatan kerja para pekerja di dalam
wilayah hukum Indonesia.
3. Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak terduga, tidak disengaja,
dan tidak diharapkan karena dapat mengakibatkan kerugian secara materi
dan nonmateri baik bagi pekerja maupun perusahaan tempat kerja.
4. Kecelakaan kerja dapat disebabkan beberapa faktor seperti, lingkungan
kerja, pekerja yang bersangkutan, peralatan kerja, dan bahan kimia
berbahaya.
5. Untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan gangguan kesehatan kerja
perlu diterapkan Program K3LH. Tindakan yang dapat dilakukan untuk
mencegahnya antara lain penyuluhan dan pelatihan tenaga kerja terhadap
keselamatan kerja, penggunaan alat pelindung diri, pemasangan tanda/
rambu bahaya, dan penyediaan fasilitas penanganan terhadap kecelakaan
dan gangguan kesehatan kerja.

T R e f l e k s i Diri
a. Berilah tanda centang (V') pada kotak yang Anda anggap sesuai!
Setelah mempelajari bab ini, bagaimanakah penguasaan Anda terhadap materi-materi
berikut?

Tidak Sangat
No. Materi Menguasai
Menguasai Menguasai
1. Pengertian K3LH, tujuan, dan
manfaatnya. □ □
2. Faktor penyebab kecelakaan kerja
di lingkungan tempat kerja. □ □ { _

3. Upaya pengendalian terhadap


keselamatan dan kesehatan kerja. □ □ L
4. Rambu/tanda bahaya di
lingkungan tempat kerja. □ □ r
b. Dari materi-materi tersebut, bagian manakah yang paling Anda sukai? Mengapa?
c. Apakah manfaat yang Anda dapatkan setelah mempelajari materi pada bab ini untuk
kehidupan sehari-hari?

Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


M Latihan ^

A. Pilihlah jawaban yang benar!

1. Usaha yang mengutamakan tindakan pencegahan terhadap gangguan kesehatan


karena faktor pekerjaan dan lingkungan kerja adalah pengertian d a ri....
A. pemeriksaan kesehatan kerja D. body protector
B. job safety analysis E. isolasi
C. alat pelindung diri

2. Dibawah ini yang bukan termasuk tujuan K3LH adalah ....


A. menjamin tenaga kerja dalam meningkatkan produktivitas
B. mencegah dan mengurangi kerugian yang diderita oleh semua pihak yang
bekerja
C. memberi pertolongan dini bagi pekerja bila terjadi kecelakaan
D. mencegah kecelakaan di jalan raya
E. melindungi tenaga kerja dari bahaya kecelakaan pada saat bekerja

3. Berikut yang bukan termasuk unsur penyebab terjadinya kecelakaan adalah....


A. unsur manusia D. unsur lingkungan
B. unsur mesin E. keadaan tempat kerja
C. unsur keberuntungan

4. Kemampuan yang kurang dan konsentrasi yang kurang term asuk penyebab
kecelakaan karena u n s u r....
A. lingkungan D. teman kerja
B. manusia E. tempat kerja
C. mesin

5. Terkena arus listrik termasuk penyebab kecelakaan karena unsur ...


A. lingkungan D. teman kerja
B. manusia E. tempat kerja
C. mesin

6. Bekerja dekat dengan bagian-bagian benda yang berputar atau bagian mesin
yang berputar, dan tanpa perlindungan termasuk salah satu penyebab kecelakaan
karena unsur ...
A. lingkungan D. peralatan kerja
B. lingkungan kerja E. ketidaksengajaan
C. teman kerja

C Bab II Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Hidup


7. Fungsi peralatan pelindung kebisingan adalah untuk m elindungi....
A. mata
B. rambut
C. telinga
D. tangan
E. mulut

8. Rangkaian tata kerja yang berkaitan satu sama lain, sehingga menunjukkan
adanya suatu urutan tahap demi tahap serta jalan yang harus ditempuh dalam
rangka melaksanakan suatu bidang pekerjaan merupakan pengertian d a ri....
A. prosedur kerja D. kesehatan
B. keamanan E. pelindung diri
C. keselamatan

9. Di bawah ini merupakan hal yang harus terkandung dalam prosedur kerj a adalah

A. tujuan dan ruang lingkup aktivitas


B. pencatatan dan evaluasi terhadap kegiatan
C. siapa yang melaksanakan dan apa yang harus dikerjakan
D. material, perlengkapan dan dokumen yang digunakan
E. benar semua

10. Berikut pihak yang bertanggung jawab terhadap K3 di perusahaan/instansi,


kecuali....
A. bagian keamanan D. instruktur
B. pimpinan E. pekerja/karyawan
C. orang tua

11. Suatu kondisi di mana atau kapan munculnya sumber bahaya telah dapat di­
kendalikan ke tingkat yang memadai, ini adalah lawan dari bahaya (danger)
merupakan pengertian d a ri....
A. keamanan D. kepedulian
B. alat pelindung diri E. kebersihan
C. kesehatan

12. Syarat-syarat helm untuk alat pelindung diri, yaitu ...


A. ta h a n b e n tu ra n , m ere d am kejutan, tid ak m u d a h terbakar, d a n sulit disesuaikan
B. tahan benturan, meredam kejutan, tidak mudah terbakar, dan mudah
disesuaikan
C. tahan benturan, mudah terbakar, dan mudah pecah
D. tahan benturan, meredam kejutan, anti air, dan mudah terbakar
E. mudah terbakar, anti air, dan mudah pecah

Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


13. Berikut sarung tangan khusus dalam K3, kecuali...
A. sarung tangan bahan campuran karet
B. sarung tangan bahan kulit
C. sarung tangan bahan karet
D. sarung tangan bahan plastik
E. sarung tangan bahan asbes

14. Alat yang digunakan untuk melindungi telinga dari kebisingan yang berlebihan
merupakan fungsi penggunaan....
A. ear plug D. respirator
B. safety shoes E. dust masker
C. body protector

15. Alat yang digunakan untuk melindungi mata pemakai/karyawan dari partikel
kecil, merupakan fungsi penggunaan a la t....
A. ear plug D. respirator
B. safety shoes E. disposable overall
C. safety glasses

16. Pelindung mata atau kacamata digunakan untuk melindungi mata dari bahaya.
Pekerjaan yang wajib menggunakan peralatan pelindung ini adalah ....
A. mengecat D. mengukir
B. mengelas E. melukis
C. mengampelas

17. Berikut fungsi safety shoes bagi karyawan, kecuali....


A. melindungi kaki dari beram
B. melindungi kakidari benda panas
C. melindungi kakidari bahan kimia yang berbahaya
D. melindungi kaki dari udara
E. melindungi kaki dari kejatuhan benda berat

18. Cara kerja yang digunakan untuk meninjau kembali metode kerja dan mencegah
bahaya yang mungkin tidak dilihat/terlupakan dalam tata ruang gedung dan
dalam desain mesin, alat dan pengolahan yang telah dikembangkan setelah
mulainya produksi merupakan pengertian d a ri....
A. pemeriksaan kesehatan kerja
B. job safety analysis
C. alat pelindung diri
D. body protector
E. isolasi

^ Bab II Keselamatan dan Kesehatan Keria serta Lingkungan Hidup


19. Berikut ini merupakan langkah yang dilakukan untuk pencegahan terhadap
penyakit, kecuali....
A. pemeriksaan kesehatan karyawan
B. pendidikan kesehatan
C. penerangan sebelum bekerja
D. isolasi
E. golongan fisik

20. Berikut faktor penyebab gangguan kesehatan, kecuali....


A. golongan fisik
B. golongan pribadi
C. golongan kimia
D. golongan biologik
E. golongan psikologik

B. Selesaikan soal-soal berikut dengan benar!


1. Sebutkan syarat-syarat K3!
2. Kapan P2K3 (Pedoman Pelaksanaan Kesehatan Keselamatan Kerja) digunakan?
3 Sebutkan tiga hal yang terkait dalam K3!
4. Jelaskan tujuan K3?
5. Sebutkan ancaman bahaya yang dapat timbul di tempat kerja!
6. Kondisi tidak aman merupakan salah satu penyebab terjadinya kecelakaan kerja,
kondisi bagaimana yang dikatakan tidak aman?
7. Sebutkan karakter pribadi dalam karakter personal!
8. Sebutkan faktor-faktor yang menyebabkan kecelakaan kerja!
9. Sebutkan contoh tindakan yang termasuk tindakan yang tidak aman!
10. Tindakan apakah yang dilakukan jika terjadi kecelakaan?

Proyek }
Buatlah ram bu/tanda peringatan terhadap barang-barang yang sekiranya dapat
membahayakan keselamatan dan kesehatan kerja! Anda dapat menggunakan barang
yang sudah tidak terpakai, namun masih layak digunakan! Buatlah rambu/tanda
bahaya tersebut secara kreatif dan sebaik mungkin!

^ ^ ^ J ^ T e k n ik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X )


Peralatan Survei dan Pemetaan

KPS11PT-P01GRJT

Setiap benda yang digunakan untuk pengukuran tanah dapat disebut sebagai alat ukur
tanah. Sesuai lingkup pekerjaan ukur tanah, yaitu pengukuran jarak, beda tinggi, dan sudut,
alat ukur tanah terdiri dari beberapa jenis. Mengapa demikian? Masing-masing jenis alat ukur
tanah mempunyai fungsi dan cara pengoperasian yang berbeda-beda. Menurut jenisnya,
alat ukur tanah terdiri atas alat ukur sederhana, alat ukur optik, dan alat ukur elektronik.

Kompetensi Dasar B
3.16 Menerapkan prosedur pengoperasian jenis-jenis peralatan survei dan pemetaan.
4.16 Mengoperasikan peralatan survei dan pemetaan.

Kunci B
0 Alat ukur elektronik 0 Meteran
m Alat ukur tanah 0 Odometer
0 Keselamatan kerja 0 Teropong
0 Kompas 0 Teodolit
0 Klinometer 0 Waterpass
J J8E1 Konsep J

Sebagaimana telah dibahas dalam Bab I tentang definisi ukur tanah, lingkup
pekerjaan ukur tanah yaitu menentukan titik-titik di atas permukaan bumi. Tujuan
penentuan titik-titik tersebut untuk menghasilkan peta topografi (surveying). Pada
lingkup pekerjaan yang lebih sederhana, ilmu ukur tanah yaitu mengukur jarak
antartitik, menghitung sudut, dan menentukan beda tinggi. Guna mendukung
pekerjaan ukur tanah tersebut maka diperlukan peralatan pengukur tanah.
Peralatan pengukur tanah dapat dibedakan menurut jenis dan penggunaannya
sebagai berikut.

^ [^ 1 Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


W.W Jenis dan Prosedur Penggunaan Alat Ukur Sederhana
Apa sajakah yang term asuk alat ukur tanah sederhana? Alat ukur tanah
sederhana adalah alat ukur yang cara pengoperasiannya dan komponen alatnya
sangat sederhana. Alat ukur tanah yang termasuk alat ukur sederhana antara lain
sebagai berikut.

1. Meteran
Meteran termasuk alat ukur tanah sederhana yang
digunakan untuk pengukuran jarak. Dalam dunia
pengukuran tanah, meteran juga dikenal sebagai rantai
ukur atau pita ukur dengan panjang tertentu. Perlu
disepakati terlebih dahulu, pada jenis alat ukur meteran
ini kita sebut sebagai pita ukur untuk menyederhana­
kan penyebutan jenis alat. Biasanya pita ukur untuk Sumber: https://www.gpsmurah.com
pengukuran tanah berbentuk gulungan untuk memudah­
kan penggunaan dan pengangkutannya seperti terlihat G am bar 3.1 RoLLmeter
pada Gambar 3.1.
Pita ukur memiliki satuan panjang bervariasi, yaitu inch, feet, dan yard yang
biasa digunakan di luar negeri khususnya negara-negara Barat. Di Indonesia sendiri
satuan pengukuran dengan pita ukur ini menggunakan satuan meter, sentimeter,
dan milimeter. Ketelitian hasil pengukuran menggunakan pita ukur ini sangat
dipengaruhi oleh bahan pembuatannya, di mana daya muai dan daya regang
sangat berpengaruh. Daya muai adalah tingkat pemuaian bahan pembuat pita ukur
tersebut yang dipengaruhi oleh perubahan suhu udara. Sedangkan daya regang
adalah perubahan panjang pita ukur yang disebabkan karena adanya tegangan dan
tarikan. M enurut jenis bahan pembuatnya, pita ukur dapat dibedakan menjadi
berikut.
a. M etalic C lo th
Pita ukur jenis metalic cloth terbuat dari kain linen dengan anyaman kawat
tembaga atau kuningan yang halus. Dengan demikian, pita ukur jenis ini bersifat
sangat fleksibel, daya muai besar, dan mudah rusak, sehingga tingkat ketelitiannya
sangat rendah.
b. Steel Ta p e
Pita ukur jenis ini terbuat dari bahan baja sehingga memiliki sifat kaku, daya
m u a i kecil, d a n ta h a n lam a. O le h k a re n a itu , alat in i te rm a s u k m e m ilik i tin g k a t
ketelitian yang tinggi.

{ Bab III Peralatan Survei dan Pemetaan E 3 B I


c. Steel Alloy
Pita ukur jenis ini terbuat dari bahan baja alloy, yaitu bahan yang berasal
dari campuran baja dan nikel. Pita ukur jenis baja alloy ini sifatnya hampir sama
dengan pita ukur berbahan baja (steel tape), namun hampir tidak terpengaruh
perubahan suhu sehingga daya muainya sangat kecil. Dengan demikian, alat pita
ukur jenis steel alloy ini memiliki tingkat ketelitian yang sangat tinggi.
Dikarenakan alat ukur sederhana, cara penggunaan pita ukur pun juga sangat
sederhana. Juru ukur yang melakukan pengukuran dengan alat pita ukur ini cukup
membentangkannya dari satu titik ke titik lain yang akan diukur. Cara yang umum
dilakukan yaitu sebagai berikut.
1) Penggunaan pita ukur biasanya dilakukan oleh dua orang.
2) Orang pertam a memegang ujung meteran untuk diletakkan pada titik awal
(titik nol). Orang kedua memegang rol meter untuk menuju ke titik pengukuran
kedua.
3) Letakkan angka nol meter pada titik awal, dan usahakan pita ukur selurus
mungkin dengan titik kedua. Baca skala angka pada pita ukur di titik kedua
dengan tepat.

2. Kom pas
Peralatan survei sederhana yang kedua adalah kompas, yaitu alat yang berguna
untuk menentukan arah dengan memanfaatkan gaya medan magnet. Komponen
utama kompas adalah jarum penunjuk arah dan lingkaran berskala, di mana jarum
akan selalu menunjukkan arah utara dan selatan pada posisi horizontal karena
pengaruh medan magnet. Selain menunjukkan arah utara dan selatan, kompas
juga berguna untuk menentukan arah melalui besarnya sudut azimuth dari satu
titik ke titik lainnya, menghitung sudut horizontal, dan membuat sudut siku-siku.
Walaupun kompas termasuk alat ukur sederhana, namun alat ini juga tersedia
dalam berbagai jenis m enurut fungsi dan tujuan penggunaannya. Tetapi kompas
yang paling baik untuk menentukan arah dalam pengukuran tanah adalah kompas
yang dilengkapi nivo dan visir (alat pembidik) seperti terlihat pada gambar berikut.
Prosedur penggunaan kompas tersebut adalah se­
bagai berikut.
a. Kompas Bousol seperti pada gambar biasa diguna­
k a n d e n g a n m e n g g u n a k a n s ta tif (kaki tiga), leta k k a n
kompas pada titik pengamatan.
b. Atur posisi kompas pada posisi mendatar dengan
mengatur gelembung nivo tepat berada di tengah. Sumber: https://muud.jp/wp-content
c. Bidik ke arah atau titik yang dituju melalui visir dan
baca lingkaran skalanya. Gambar 3.2 Kompas Bousol

[ Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


3. Klinom eter
Klinometer merupakan alat yang digunakan
untuk mengukur tinggi suatu benda dengan m e­
m anfaatkan besar sudut elevasi yang terbentuk
dari titik pengamatan (garis horizontal) dengan
garis vertikal (titik posisi benda dengan ketinggian
benda). Dengan mengetahui sudut elevasi, maka
ketinggian suatu benda dapat dihitung. Cara meng­
Sumber: https://images-na.ssl-images-amazon.com
gunakan klinometer untuk mengetahui sudut elevasi
cukup mudah, yaitu dengan cara membidikkan Gambar 3.3 Klinometer
klinometer ke titik puncak benda yang diukur, lalu
baca sudut yang terbentuk.

4. Teropong Pendatar Tangan


Teropong pendatar tangan, sesuai namanya berfungsi untuk menentukan
pandangan m endatar pada suatu titik-titik ukur dengan ketinggian yang sama.
Selain itu, teropong ini juga dapat menentukan beda tinggi antara dua titik yang
diukur dan kemiringannya. Komponen utama alat teropong pendatar tangan yaitu
teropong sebagai alat bidik yang dilengkapi nivo sebagai instrumen pendatar. Cara
penggunaannya pun sangat sederhana, cukup dipegang dan arahkan teropong
ke titik yang diukur, kemudian atur gelembung nivo pada posisi mendatar. Pada
teropong pendatar jenis abney level atau sunto level dilengkapi dengan skala bacaan
untuk menentukan kemiringan. Untuk menentukan kemiringan menggunakan
abney level atau sunto level, ketinggian mata pada saat peneropongan dianggap
sebagai ketinggian alat. Sehingga sudut yang terbentuk antara teropong dengan
titik puncak yang diukur akan terbaca pada skala kemiringannya.

Sumber: https://www.forestry-suppliers.com; https://www.engineersupply.com

z )
Gambar 3.4 (a) Teropong pendatar tangan biasa dan (b) abney level

5. Odom eter
Odometer merupakan peralatan su rv e i s e d e rh a n a b e r b e n tu k r o d a d e n g a n
pegangan tangan yang dilengkapi alat pencatat putaran yang menunjukkan panjang
jarak setiap satu putaran roda. Biasanya odometer yang dilengkapi alat pencatat
jarak tersebut terdapat pada odometer m odern seperti pada Gambar 3.5.

^ __Bab III Peralatan Survei dan Pemetaan


Sumber: https://upload,wikimedia, org
▼ |
Gambar 3.5 Odometer

Prosedur penggunaan odom eter pun dapat dibilang sangat m udah. Seperti
halnya fungsi alat speedom eter pada kendaraan Anda, odom eter akan mencatat
panjang jarak setiap satu putaran roda. U ntuk m engukur panjang jarak yang
diukur, letakkan odom eter di titik awal, gelindingkan roda m enuju titik kedua
dengan arah lurus. Pada odom eter yang dilengkapi alat pencatat jarak, maka
kita tinggal m embaca hasilnya, nam un pada odom eter yang tidak dilengkapi
alat pencatat jarak, untuk m enghitung jaraknya yaitu jum lah putaran roda
dikalikan keliling lingkaran roda. Perlu diingat, penggunaan odom eter pada
pengukuran jarak hanya efektif pada jarak yang m emiliki lintasan lurus. Pada
lintasan yang terhalang, dan harus mengambil belokan, maka hasil pengukuran
perlu dikoreksi.

Identifikasikan jenis-jenis alat ukur tanah sederhana lainnya yang tidak tercantum dalam
materi di atas! Jelaskan spesifikasi dan prosedur penggunaannya!

Jenis dan Prosedur Penggunaan Alat Ukur Optik


Alat ukur optik merupakan jenis alat ukur tanah yang dilengkapi dengan
peralatan optik. Peralatan ukur jenis optik ini lebih akurat hasilnya jika dibandingkan
dengan alat ukur sederhana. Peralatan ukur optik yang sudah dikenal di kalangan
surveyor antara lain waterpass dan teodolit.

1. Waterpass
Waterpass m erupakan pesawat penyipat datar dengan kom ponen utam a
teropong yang dilengkapi nivo dan sumbu mekanis tegak. Alat ukur ini dapat
diputar secara horizontal pada saat ingin melakukan pembidikan titik yang lain
tanpa memindahkannya. Biasanya pesawat penyipat datar ini menggunakan statif

Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


(kaki tiga) pada saat digunakan untuk penyipatan seperti terlihat pada gambar
berikut.

Sumber: https://indonesiasurvey.com

Gambar 3.6 Waterpass dengan kaki tiga

Selain menggunakan statif, penggunaan waterpass juga mengandalkan per­


lengkapan lain untuk pelaksanaan pengukuran. Perlengkapan tersebut antara lain
sebagai berikut.
a. Unting-unting, yaitu alat yang digunakan untuk
3 .063 m
menentukan posisi waterpass tepat di atas titik 3.052 m
awal pengukuran (centering). 3.038 m

b. Bak ukur/ram bu ukur, yaitu papan berskala yang 3000 m 3 005 m


dapat dipanjangpendekkan dengan ukuran panjang
3 atau 4 meter. Fungsi bak ukur yaitu menunjukkan 2.950 m
angka hasil bidikan dalam penentuan jarak atau
beda tinggi, dan dapat menentukan ketinggian 2 900 m
posisi waterpass. Pembacaan hasil bidikan rambu Sumber: https://www.levelling, uhi. ac. uk

ukur seperti terlihat pada gambar di samping. Z )


Gambar 3.7 Pembacaan skala
c. Yalon, yaitu alat yang berupa lembing atau tongkat
rambu ukur
untuk menandai sementara titik-titik yang diukur.
a. Jenis-Jenis Waterpass
Pesawat penyipat datar (waterpass) yang biasa dipakai para surveyor terdiri
atas tiga jenis, yaitu sebagai berikut.
1) Dumpy Level
Dumpy level m erupakan alat sipat datar dengan
teropong yang hanya dapat bergerak sebesar 90°
terhadap sumbu rotasi. Alat ini hampir tidak dipakai
lagi dalam pengukuran karena sudah tergantikan
dengan tilting level dan automatic level. Dumpy Sumber: https://4Amimg.com

level terdiri atas komponen-komponen utama yaitu


Gambar 3.8 Dumpy level

{ Bab III Peralatan Survei dan Pemetaan C J E


landasan alat, sekrup penyetel, teropong, nivo,
dan tribarch.
2) Tilting Level
Pada tilting level, hanya terdapat tiga komponen
utama yaitu teropong, dudukan alat, dan nivo.
Pada alat jenis ini, terdapat sekrup pengungkit
yang berfungsi untuk mengungkit teropong naik Sumber: https://www.sage. unsw. edu.au
atau turun agar gelembung nivo tepat di tengah
ZJ
(fungsi centering) sehingga kedudukan teropong Gambar 3.9 Tilting level
berada pada posisi mendatar.
3) Automatic Level
Automatic level m erupakan alat penyipat datar
paling modern yang bekerja secara otomatis. Artinya
juru ukur tidak perlu menyetel gelembung nivo
untuk mendatarkan kedudukan alat, cukup dengan
mendatarkan bidang nivo secara kasar, maka secara
otomatis garis jurusan nivo pada posisi mendatar
Sumber: https://image, tigersupplies.com
sesuai target bidikan yang dikehendaki.
b. Prosedur Penggunaan W aterpass Gambar 3.10 Automatic level
Prosedur penggunaan waterpass dengan langkah-
langkah sebagai berikut.
1) Memasang Waterpass pada Statif
Perlu diperhatikan dalam pemasangan waterpass ke atas statif agar kedudukan
dasar alat tepat berada di tengah kepala statif dengan memposisikan kedudukan
tiga sekrup pendatar tepat pada bentuk statif tersebut. Pasang sekrup pada
statif yang menghubungkan alat dengan kuat agar tidak terlepas atau bergeser.
2) Mendirikan Waterpass
Proses mendirikan waterpass (set up alat), maksudnya adalah memposisikan
alat yang sudah terpasang pada statif tepat berada di titik awal pengukuran
dan siap untuk pembidikan target ukur. Pada proses ini, perlu diperhatikan
kedudukan gelembung nivo apakah sudah berada di tengah atau belum. Harus
diingat, untuk pembidikan target, posisi alat harus mendatar dan garis bidik
sejajar garis nivo yang ditandai dengan posisi gelembung nivo berada di tengah.
3) M e m b id ik Target
Pelaksanaan pembidikan target dilakukan dengan m engarahkan teropong
pada target yang sebelumnya sudah dipasang bak ukur. Atur teropong agar
target bidikan terlihat jelas menggunakan sekrup pengatur fokus, kemudian
fokuskan bidikan dengan menempatkan benang diafragma tegak dan benang
diafragma m endatar tepat pada target.

Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


4) Pembacaan Hasil Bidikan
Pembacaan hasil bidikan pada target dilakukan dengan membaca kedudukan
atau angka yang ditunjukkan oleh benang diafragma mendatar, benang stadia
atas, dan benang stadia bawah. Benang diafragma mendatar menunjukkan
bacaan benang tengah (bt), benang stadia atas menunjukkan bacaan atas (ba),
dan benang stadia bawah menunjukkan bacaan bawah (bb). Bacaan benang
tengah berfungsi untuk menentukan beda tinggi, sedangkan bacaan atas dan
bawah berfungsi untuk menentukan jarak.

2. Teodolit (T e o d o lit e )
Teodolit m erupakan alat ukur optik yang dilengkapi komponen lingkaran
pembacaan sebanyak dua buah untuk menentukan sudut mendatar (horizontal)
dan sudut tegak (vertikal). Komponen lainnya sama dengan alat sipat datar yaitu
teropong dan nivo. Karena digunakan untuk menentukan sudut baik mendatar
atau tegak, teodolit dinyatakan sebagai alat ukur sudut yang utama.
Berdasarkan jenis penggunaannya, teodolit
dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu teodo­
lit reiterasi dan teodolit repetisi. Teodolit reite-
rasi atau teodolit detik (sekon) digunakan pada
pengukuran triangulasi yang m em butuhkan
ketelitian pembacaan sudut sedetail mungkin
hingga 1/10’. Pada teodolit reiterasi ini, baca­
an lingkaran berskalanya tidak dapat diatur,
sedangkan pada teodolit repetisi atau teodolit
sumbu rangkap (ganda), lingkaran horizontal
berskala dapat diputar sehingga dapat dipilih
pembacaan lingkaran berskalanya menjadi 0°
pada saat penyipatan.
Prosedur penggunaan teodolit pada prinsipnya sama dengan waterpass, namun
sebelum mengoperasikan alat pengukur sudut ini perlu dilakukan pengaturan-
pengaturan pada bagian alat agar tepat kedudukannya di atas titik yang akan
diukur. Jenis prosedur ini dinamakan centering alat yang dapat dikerjakan dengan
dua cara, yaitu dengan bantuan unting-unting atau dengan cara optik. Adapun
prosedur pelaksanaan pekerjaan centering antara lain sebagai berikut.
a. Letakkan statif di atas titik yang akan diukur dengan kuat (ditancapkan di
tanah) agar tidak bergeser atau roboh.
b. L e ta k k a n te o d o lit d i atas s ta tif d a n k e n c a n g k a n sek ru p n y a.
c. Pasang unting-unting tepat di tengah sekrup pengencang untuk memposisikan
teodolit tepat di atas titik ukur. Untuk mengatur unting-unting tepat di atas

^ Bab 111 Peralatan Survei dan Pemetaan


titik, kita dapat mengaturnya dengan mengangkat atau menurunkan kaki statif
sedemikian rupa.
d. Setelah teodolit pada posisi yang tepat, atur gelembung nivo agar tepat di
tengah. Pada tahap ini, alat sudah dapat digunakan untuk pembidikan dengan
mengarahkan teropong ke target. Tetapi, lebih baik dilakukan centering secara
optik karena hasil centering dengan unting-unting masih terlalu kasar.
e. Centering secara optik kita lakukan dengan menempatkan benang silang tepat
berada di tengah-tengah titik ukur melalui pengamatan teropong. Jika benang
silang belum tepat posisinya, kendorkan sekrup pengencang dan geserkan
teodolit agar benang silang tepat di atas titik, jika sudah tepat, kencangkan
kembali sekrupnya.
f. Jika gelembung nivo berubah posisi selama centering optik, atur kembali agar
tepat di tengah. Periksa juga benang silang apakah mengalami pergeseran atau
tidak. Jika benang silang bergeser, ulangi pekerjaan centering optik dari awal
hingga benang silang benar-benar tepat di atas titik ukur dan gelembung nivo
kotak tepat di tengah.
g. Teodolit siap digunakan untuk pembidikan target dalam pembacaan sudut
melalui pembacaan benang tengah, benang atas, dan benang bawah.

Teodolit yang digunakan untuk pengukuran sudut banyak jenisnya. Carilah jenis-jenis
teodolit reiterasi atau repetisi berdasarkan mereknya! Jelaskan juga spesifikasi dan
fungsinya masing-masing!

MSM Jenis dan Prosedur Penggunaan Alat Ukur Elektronik


Alat ukur elektronik merupakan jenis peralatan survei m odern yang bekerja
secara digital dengan memanfaatkan gelombang inframerah. Melalui pemanfaatan
gelombang inframerah, alat ini masih dapat digunakan untuk pengukuran di
daerah yang kurang cahaya maupun di tempat gelap. Di dunia pengukuran tanah
sekarang, alat ukur m odern yang satu ini banyak digunakan karena lebih cepat
dan akurat daripada menggunakan alat lain (waterpass dan teodolit).

1. T o t a l S ta tio n
Sebagai salah satu alat ukur tanah modern, total station digunakan untuk
menentukan jarak dan sudut secara elektronis. Oleh karena itu, total station dapat
dikatakan alat ukur hasil kombinasi antara teodolit dan EDM (electronic distance

Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


measurement). Alat ini juga terintegrasi dengan GPS dan
program GIS {geographic information system), sehingga
memudahkan dalam pekerjaan pemetaan.
Dikarenakan bekerja secara elektronik dengan kemam­
puan gelombang inframerah, total station menjadi alat
utam a di kalangan pekerja survei yang m em erlukan
tingkat ketelitian tinggi. Pada alat ukur ini, ketelitian
bacaan jarak mencapai 0,1 m m hingga 1 m m dengan
jangkauan pengukuran jarak hingga 3 km. Penggunaan
total station juga dapat meminimalisir kesalahan kasar yang Sumber: https://www.vpcivil. co. in

disebabkan oleh juru ukur seperti kesalahan pembacaan


dan pencatatan hasil ukur karena hasil bacaan arah, sudut, Gambar 3.12 Total Station
dan jarak sudah ditampilkan dan terekam secara otomatis
di layar. Selain itu, kesalahan kolimasi dan indeks vertikal pun sudah diset nol,
sehingga tidak memerlukan pengaturan alat lagi. Kemampuan lain alat ukur total
station ini yaitu dapat menghitung secara otomatis posisi kedudukan alat, sehingga
pada pekerjaan staking out (pematokan) lebih mudah dilakukan.

2. Prosedur Penggunaan
Untuk mengoperasikan alat ukur total station bisa dikatakan cukup mudah.
Prosedur pemasangan alat (set up) hampir sama dehgan pemasangan waterpass mau­
pun teodolit, karena alat ini juga menggunakan statif. Perbedaannya, pengukuran
menggunakan total station ini dilakukan secara digital sehingga perlu memahami
dan menguasai sistem operasinya.
Ikuti langkah-langkah berikut untuk mengoperasikan total station dengan
mudah.
a. Sebelum digunakan untuk pengukuran, set up terlebih dahulu alat dengan
mendirikan statif di atas titik pengukuran.
b. Pasang total station di atas kepala statif dan kencangkan sekrupnya.
c. Atur total station (center point) menggunakan lensa center dengan menggeser
tribarch.
d. Atur juga posisi gelembung nivo tepat di tengah dengan menaikkan atau
menurunkan kaki statif.
e. Periksa kembali apakah center point pada lensa center sudah tepat, jika belum
ulangi lagi pekerjaan pada poin c dan d di atas.
f. Jika center point sudah tepat, tekan tombol power untuk menyalakan layar
sehingga akan muncul bacaan sudutnya. Apabila bacaan sudut tidak muncul
pada layar, putar teropong sebesar 90° sampai terdengar bunyi bip dan bacaan
sudutnya tampil di layar.

^ Bab III Peralatan Survei dan Pemetaan


g. Untuk memulai pengukuran, tekan M ENU -> JOB kemudian ENTER.
h. Untuk menamai jenis pekerjaan tekan CREATE kemudian isikan nama pekerjaan
pada JOB NAME, tekan ENTER -> ANG
i. Tekan M ENU -» COGO kemudian ENTER untuk memasukkan referensi
koordinat yang sudah ditentukan.
j. Tekan INPU T -» INPU T X, Y, Z kemudian ketikkan referensi koordinat
tersebut pada kolom yang tersedia lalu tekan ENTER sampai muncul tampilan
berikutnya. Setelah selesai memasukkan data referensi koordinat, tekan ESC
untuk mengembalikan tampilan layar ke tampilan bacaan sudut.
k. Langkah selanjutnya tekan STN -> K N O W N lalu isikan data nom or titik
kedudukan total station (ST), tinggi alat (HI), dan kode titik kedudukan
alat (CD) kemudian tekan ENTER -> COORD lalu isikan nomor titik tempat
berdirinya target (prisma/reflektor), tinggi target (HT), dan kode backsight
(CD) -> ENTER
l. Bidik target tem pat berdiri prism a (reflektor) backsight tepat di tengah,
kemudian tekan MSR1. Untuk mengunci koordinat tekan tombol ENTER.
Tekan MSR1 kembali untuk menyimpan data koordinat tersebut secara manual.
m. Bidik target kembali dengan kedudukan luar biasa, lalu tekan MSR2 untuk
penyimpanan data secara otomatis.
n. Perlu diingat, MSR1 berfungsi untuk mengubah data dan MSR2 digunakan
jika tidak ada data yang perlu diubah.
o. Pada pembacaan fronsight, kerjakan dengan cara yang sama mulai dari langkah-
langkah yang terdapat pada poin k di atas.
p. Untuk melihat data hasil bidikan tadi, cukup dengan menekan DAT.

Analisislah perbedaan antara alat ukur optik dan alat ukur elektronik! Tuliskan parameter
yang mendasar mengenai perbedaan tersebut!

1. Alat ukur tanah terdiri atas tiga jenis, yaitu yang


pertam a alat ukur sederhana seperti pita ukur,
r Rangkuman
kompas, klinometer, teropong pendatar tangan, dan
o d o m e te r. A lat u k u r k e d u a a d a la h alat u k u r o p tik sep e rti w aterpass d a n
teodolit. Alat ukur ketiga adalah alat ukur elektronik s<iperti total station,
2. Pesawat penyipat datar (PPD) waterpass terdiri ata s tiga jenis, yaitu
dumpy level, tilting level, dan automatic level.
3. Alat ukur optik seperti waterpass dan teodolit biasanya dilengkapi dengan
teropong, nivo kotak, dan statif.

^ m j ^ T e k n i k Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


4. Alat ukur penyipat datar waterpass digunakan untuk mengukur jarak dan
beda tinggi antartitik pengukuran. Sedangkan teodolit, digunakan untuk
pengukuran sudut vertikal dan horizontal.
5. M enurut jenis penggunaannya, teodolit terdiri atas teodolit reiterasi dan
teodolit repetisi.
6. Total station merupakan alat ukur jarak, beda tinggi, dan dapat menentukan
sudut paling modern, akurat, dan teliti dibandingkan waterpass maupun
teodolit.
7. Prosedur penggunaan alat ukur optik dan elektronik bisa dikatakan hampir
sama, yaitu mulai dari penyetelan alat (set up) hingga proses pembidikan,
yang membedakannya adalah cara pembacaannya.
8. Bacaan hasil bidikan pada alat ukur optik mengandalkan benang diafragma
yang menghasilkan bacaan benang tengah, benang bawah, dan benang
atas. Sedangkan pada alat ukur elektronik sudah tertampilkan secara
otomatis pada layar digital.
9. Alat ukur optik merupakan jenis alat ukur tanah yang dilengkapi dengan
peralatan optik. Peralatan ukur jenis optik ini lebih akurat hasilnya jika
dibandingkan dengan alat ukur sederhana. Peralatan ukur optik yang
sudah dikenal di kalangan surveyor antara lain waterpass dan teodolit.
10. Waterpass merupakan pesawat penyipat datar dengan komponen utama
teropong yang dilengkapi nivo dan sumbu mekanis tegak. Alat ukur ini
dapat diputar secara horizontal pada saat ingin melakukan pembidikan
titik yang lain tanpa memindahkannya.
11. Teodolit merupakan alat ukur optik yang dilengkapi komponen ling­
karan pembacaan sebanyak dua buah untuk menentukan sudut mendatar
(horizontal) dan sudut tegak (vertikal). Komponen lainnya sama dengan
alat sipat datar yaitu teropong dan nivo. Karena digunakan unuk
menentukan sudut baik m endatar atau tegak, teodolit dinyatakan sebagai
alat ukur sudut yang utama.

C J Refleksi Diri
a. Berilah tanda centang (■ /) pada kotak yang Anda anggap sesuai!
Setelah mempelajari bab ini, bagaimanakah penguasaan Anda terhadap materi-materi
berikut?

^ __ Bab III Peralatan Survei dan P e m e t a a n ^ ^ jj^


Tidak Sangat
No. Materi Menguasai
Menguasai Menguasai
1. Jenis dan prosedur penggunaan
alat ukur sederhana. □ □ □
2. Jenis dan prosedur penggunaan
alat ukur optik. □ □ □
3. Jenis dan prosedur penggunaan
alat ukur elektronik. □ □ □
b. Dari materi-materi tersebut, bagian manakah yang paling Anda sukai? Mengapa?
c. Apakah manfaat yang Anda dapatkan setelah mempelajari materi pada bab ini untuk
kehidupan sehari-hari?

^ Latihan ^

A. Pilihlah jawaban yang benar!


1. Berikut termasuk alat ukur sederhana, kecuali...
A. pita ukur
B. odometer
C. kompas
D. waterpass
E. klinometer

2. Alat ukur tanah sederhana yang komponen utamanya berupa roda adalah ...
A. klinometer
B. odometer
C. meteran gulung
D. waterpass
E. teodolit

3. Berikut alat ukur dengan tingkat ketelitian paling rendah hingga tinggi pada pita
ukur ad alah ...
A. metalic cloth - steel tape - steel alloy
B. metalic cloth - steel alloy - steel tape
C. steel tape - metalic cloth - steel alloy
D. steel alloy - steel tape - metalic cloth
E. steel alloy - metalic cloth - steel tape

Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


4. Visir pada kompas berguna u n tu k ....
A. pembidik target
B. penunjuk arah
C. pembacaan skala
D. centering alat
E. menandai titik

5. Statif atau kaki tiga biasa digunakan pada alat ukur tanah jenis berikut, kecuali

A. tilting level
B. dumpy level
C. abney level
D. automatic level
E. waterpass

6. Teropong pendatar tangan yang dilengkapi bacaan lingkaran berskala disebut....


A. tilting level
B. dumpy level
C. abney level
D. automatic level
E. waterpass

7. Fungsi abney level adalah ....


A. menghitung titik
B. mengukur beda tinggi
C. menghitung azimuth
D. menentukan kemiringan
E. mendatarkan alat

8. Alat ukur yang memiliki prinsip kerja seperti speedometer kendaraan adalah....
A. klinometer
B. odometer
C. termometer
D. barometer
E. total station

9. Untuk menentukan posisi waterpass tepat di atas titik pengukuran menggunakan

A. pin D. bak ukur


B. yalon E. prisma
C. unting-unting

^ Bab III Peralatan Survei dan P e m e t a a n ^ ^ ^ ^


10. Yalon adalah alat bantu pengukuran yang berfungsi u n tu k ....
A. menandai titik
B. mendatarkan alat
C. centering alat
D. target bidikan
E. mengetahui beda tinggi
11. Alat waterpass yang dilengkapi sekrup pengungkit adalah ...
A. tilting level
B. dumpy level
C. abney level
D. automatic level
E. teodolit

12. Teropong pada alat dumpy level hanya dapat berputar sebesar....
A. 45 derajat
B. 60 derajat
C. 90 derajat
D. 120 derajat
E. 180 derajat
13. Fungsi gelembung nivo adalah ....
A. centering alat
B. centering bidikan
C. pengaturan arah
D. koreksi sudut
E. koreksi bacaan

14. Alat ukur sudut dengan sumbu rangkap juga disebut....


A. teodolit reiterasi
B. teodolit repetisi
C. teodolit presisi
D. teodolit akurasi
E. teodolit triangulasi
15. Penggunaan total station memudahkan surveyor dalam melakukan pekerjaan
pengukuran karena bekerja secara elektronik. Prinsip elektronik memanfaatkan
gelom bang....
A. radio D. inframerah
B. sinar X E. laser
C. sinar gamma

Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


16. Alat ukur jarak elektronik disebut...
A. EDM
B. GPS
C. GIS
D. PPD
E. TS

17. Bacaan hasil pengukuran menggunakan total station dapat dibaca p a d a ....
A. rambu ukur
B. benang diafragma
C. display
D. lingkaran berskala
E. benang atas dan benang bawah

18. Perambatan gelombang inframerah pada total station dapat ditangkap kembali
oleh alat m enggunakan....
A. cermin
B. prisma
C. rambu ukur
D. yalon
E. teropong

19. Berikut yang termasuk alat ukur optik, kecuali...


A. tilting level
B. dumpy level
C. abney level
D. automatic level
E. teodolit

20. Total station memiliki jangkauan pengukuran jarak sejauh ....


A. 1.000 m
B. 1.500 m
C. 2.000 m
D. 2.500 m
E. 3.000 m

B. Selesaikan soal-soal berikut dengan benar!


1. Sebutkan jenis-jenis alat ukur tanah sederhana!
2. Jelask an sp esifik asi p ita u k u r m e n u r u t b a h a n p e m b u a tn y a !
3. Tuliskan prosedur penggunaan kompas!
4. Jelaskan fungsi teropong pendatar tangan dan abney levell

t' Bab III Peralatan Survei dan Pemetaan


5. Apakah fungsi dari odometer dan bagaimana cara kerjanya?
6. Sebutkan jenis alat ukur optik dan fungsinya masing-masing!
7. Sebutkan perlengkapan yang digunakan dalam pengukuran m enggunakan
waterpass dan teodolit!
8. Jelaskan perbedaan dumpy level, tilting level, dan automatic level]
9. Jelaskan perbedaan teodolit repetisi dan reiterasi!
10. Tuliskan prinsip kerja dari total station!

Proyek ^
Pada pekerjaan pengukuran tanah dibutuhkan perlengkapan tambahan seperti yalon
yang berfungsi untuk menandai titik -titik pengukuran sementara. Anda dapat membuat
yalon dengan bahan bambu yang dicat merah dan putih secara berselang-seling.
Namun, agar dapat digunakan dalam jangka waktu lama, pembuatan yalon lebih
baik menggunakan batangan pipa besi atau alum inium dengan diam eter sekitar 2
cm dan panjang 2 meter.

Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


Survei dan Pemetaan

Pekerjaan survei dan pemetaan meliputi pengumpulan data (surveying), pengolahan data,
dan penggambaran. Sebelum melakukan pengukuran untuk pengumpulan data, seorang
juru ukur (surveyor) tentu sudah menguasai teknik-teknik pengukuran, sehingga data yang
dikumpulkan tersebut benar-benar dapat dipertanggungjawabkan. Karena pembuatan peta
(pemetaan) memerlukan data yang sedetail-detailnya tentang permukaan bumi, seorang
juru ukur dituntut menguasai konsep-konsep pengukuran.

Kompetensi Dasar ^
3.17 Menerapkan prosedur pekerjaan survei dan pemetaan sederhana.
4.17 Melaksanakan pekerjaan survei dan pemetaan sederhana.

0 Besaran 0 Pemetaan situasi dan detail


0 Kerangka dasar horizontal 0 Satuan
0 Kerangka dasar vertikal 0 Sistem koordinat
0 Pemetaan linier
dll;flEl Konsep

Peta yang baik adalah peta yang dapat menggambarkan informasi detail
permukaan bumi. Sehingga perlu diperhatikan prosedur pekerjaan pengukurannya
untuk mengumpulkan data yang diperlukan sebagai data penggambaran. Mengapa
demikian? Suatu pekerjaan pengukuran membutuhkan tingkat kecermatan dalam
mengambil data di lapangan dan pengolahan data yang baik untuk mengoreksi
kesalahan data pengukuran. Dengan demikian akan diperoleh data pengukuran yang
akurat sehingga dapat digambarkan ke bidang datar dan hasilnya pun merupakan
representasi permukaan bumi yang sebenarnya. Oleh karena itu, pengukuran yang
tampaknya sederhana akan menjadi rumit jika juru ukur tidak menguasai konsep
pengukuran dan pemetaan yang baik. Konsep dasar pekerjaan survei dan pemetaan
harus dikuasai secara mendalam oleh seorang juru ukur agar dapat menghasilkan
data pengukuran yang akurat dan menghasilkan peta yang valid.

^ E 1 Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


® J~ K o n se p Dasar Pekerjaan Survei dan Pemetaan
Sebelum melakukan pekerjaan survei dan pem etaan, seorang juru ukur
(surveyor) harus menguasai konsep-konsep dasar survei dan pemetaan terlebih
dahulu. Apa sajakah konsep-konsep dasar tersebut? Konsep dasar survei dan
pemetaan akan diuraikan sebagai berikut.

1. Besaran dan Satuan dalam Survei dan Pemetaan


Besaran dan satuan sudah menjadi hal biasa yang digunakan dalam pekerjaan
survei dan pemetaan untuk data masukan, pengolahan data, dan output data.
Besaran dan satuan dalam survei dan pemetaan terdiri atas berikut.
a. Jarak dan Tinggi
Data jarak terdiri atas jarak mendatar (horizontal) dan jarak tegak (vertikal).
Yang termasuk jarak m endatar (horizontal) adalah jarak antartitik (d) dan panjang
keseluruhan jarak (L). Sedangkan jarak tegak (vertikal) meliputi ketinggian (h)
dan beda tinggi (AH). Satuan yang umum dipakai untuk besaran jarak dan tinggi
adalah satuan metrik seperti meter (m) atau kilometer (km).
b. Luas
Satuan luas yang um um digunakan adalah meter persegi (m2), namun untuk
wilayah yang relatif lebih luas digunakan satuan hektare (ha) atau kilometer
persegi (km2).
c. Volume
Volume biasa digunakan untuk menghitung besarnya galian dan timbunan.
Satuan yang dipakai yaitu meter kubik (m2).
d. Sudut
Besaran sudut pada pengukuran dan pemetaan horizontal maupun vertikal
terdiri atas sistem besaran sudut seksagesimal, sentisimal, dan radian.
1) Seksagesimal
Pada sistem seksagesimal, lingkaran dibagi menjadi 360° bagian yang sama
di mana 1° nilainya sama dengan 60’ dan 1’ sama dengan 60”.
2) Sentisimal
Besaran sentisimal direpresentasikan melalui satuan grid (g), sentigrid (cg),
dan senti-sentigrid (ccg), di mana 1 grid sama dengan 100 sentigrid dan 1
sentigrid sama dengan 100 senti-sentigrid.
3) Radian
Besaran radian dinyatakan dalam sudut panjang busur lingkaran, di mana 1
radian (rad) adalah besar sudut pusat lingkaran yang mempunyai busur sama

^ Bab IV Survei dan Pemetaan


dengan jari-jari lingkaran. Dikarenakan besar keliling lingkaran adalah 2nr
maka besarnya sudut radian lingkaran tersebut adalah 2n rad.

2. Sistem Koordinat
Sistem koordinat digunakan untuk menggambarkan posisi titik-titik di per­
mukaan bumi yang telah dilakukan pengukuran. Pada Bab I sudah disinggung
mengenai penggambaran titik-titik menggunakan sistem koordinat Kartesius dan
koordinat polar (metode geografis), sehingga di sini akan dibahas mengenai sistem
empat kuadran dan penentuan jurusan dua titik.
a. Sistem Empat Kuadran
Sistem kuadran merupakan ruang-ruang yang terbentuk pada sistem koordinat
dengan besar sudut yang sama. Sistem kuadran terdiri atas empat bagian yaitu
kuadran I, II, III, dan IV.
1) Letak kuadran I berada di kanan atas dengan nilai koordinat X dan Y positif (+).
2) Kuadran II berada di kanan bawah dengan nilai koordinat X positif (+) dan
Y negatif (-).
3) Kuadran III berada di kiri bawah dengan nilai koordinat X dan Y sama-sama
negatif (-).
4) Kuadran IV berada di kiri atas dengan nilai koordinat X negatif (-) dan Y
positif (+). Lebih jelasnya perhatikan Gambar 4.1!

ZJ
Gambar 4.1 Sistem empat kuadran

b. Menentukan Jurusan Dua Titik (Azimuth)


Menentukan jurusan dua titik (a^B) jika sudah diketahui koordinat masing-
masing titik tersebut, perlu diperhatikan letak kuadran titik tersebut berada. Untuk
menentukan jurusan antara dua titik, perhatikan gambar berikut!

Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


Dari Gambar 4.2 diketahui titik A dan >
B dengan koordinat yang sudah diketahui B(Xb, Yb)
masing-masing (XA, YA) dan (XB, YB), jarak
titik A ke B (dAB), sudut arah AB (a AB), dan
sudut azim uth (a ). Sehingga diperoleh
persamaan matematis sebagai berikut.
1) Persamaan (1): tan a , - , (x y )
’ v' AB (Y Y )
' b 1K'
maka:
* (XR - X .)
a . n = arc tan B A/
(yB - y a) Z)
Gambar 4.2 Penenl uan dua titik
2) Persamaan (2): d,„ = ^ A^
Sin a AB

3) Persamaan (3): dAB = CBg A


AB

Persamaan di atas berlaku untuk penentuan jurusan dua titik, sehingga perlu
dipahami khususnya untuk penghitungan koordinat. Dari hasil perhitungan, maka
dapat diperoleh ketentuan dengan kuadran yaitu sebagai berikut.
1) Kuadran I, a = a AB
2) Kuadran II, a AB = 180° + a
3) Kuadran III, a AB = 180° + a
4) Kuadran IV, 180 + a AB = 360° + a
Perhatikan contoh berikut.
Contoh:
Pada suatu pengukuran sesuai gambar di atas, diketahui titik A dengan koordinat
A (100, -100), titik B dengan koordinat B (200, -200). Tentukan azimuth titik AB\
Penyelesaian:
Diketahui:
A (100, -100), sehingga XA = 100, YA = -100
B (200, -200), sehingga XB = 200, 7B = -200
Ditanyakan: a AB = ...?
Jawab:
dA = XB - XA = 200 - 100 = 100 (positif)
dB = Yb - Y a = -200 - (-100) = -100 (negatif)

^ Bab IV Survei dan Pemetaan


Karena A positif dan B negatif, maka a ABterletak pada kuadran II (lihat ketentuan
kuadran sebelumnya), sehingga a bernilai negatif (pada Gambar 4.2, nilai a = 45°).
a AB = 180° + a = 180° + (-45°) - 135°.

3. Kerangka Dasar Pemetaan


Seperti yang sudah dibahas sebelumnya mengenai sistem koordinat, titik-titik
permukaan bumi direpresentasikan pada bidang datar oleh absis, ordinat, dan
ketinggian titik tersebut. Semua titik-titik yang diwakili oleh absis dan ordinat
merupakan kerangka dasar horizontal. Sedangkan ketinggian titik diukur secara
terpisah sebagai kerangka dasar vertikal.
a. Kerangka Dasar Horizontal
Prinsip pengukuran kerangka dasar horizontal dapat dilakukan jika sudah
diketahui dua buah titik koordinat yang menjadi acuan (sama halnya pada
penentuan jurusan dua titik). Dengan demikian, untuk menentukan titik-titik
koordinat selanjutnya dibutuhkan data sudut dan jarak yang terbentuk antara
titik-titik tersebut.
Pengukuran kerangka dasar horizontal terdiri atas beberapa metode sebagai berikut.
1) Metode Poligon
Metode poligon digunakan untuk penentuan titik-titik horizontal di permukaan
bumi yang terdiri atas rangkaian segi banyak. Parameter yang digunakan untuk
pengukuran antara lain sudut, jarak, dan azimuth.
Perhatikan poligon pada Gambar 4.3 beserta cara perhitungannya.

Gambar 4.3 Poligon terbuka

Berdasarkan Gambar 4.3, dapat ditentukan masing-masing sudut azimuth di


setiap titik . D ik e ta h u i a.AB = 120° (in g a t su d u t a z im u th su a tu titik d ih itu n g
berdasarkan arah utara yang ditunjukkan koordinat Y). Maka, untuk menghitung
titik B - E yaitu sebagai berikut.
a 12 = ctj + P, - 180° (sudut kanan) .... (1)
a n - otj - P, + 180° (sudut kiri) .... (2)

Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


Dikarenakan sudut yang dihitung berada di kanan, maka kita gunakan per­
samaan (1).
Titik yang sudah diketahui a AB = 120°, dengan demikian dapat dihitung:
a Rr = 120° + 90° - 180° - 30°
a CD = 30° + 225° - 180° = 75°
a DE
nc = 75° + 135° - 180° = 30°
Kemudian untuk m enentukan koordinat titik-titik tersebut, gunakan per­
samaan (2) dan (3).
Persamaan (2):

d AB _ <*■ - X .)
Sin a AB

* b “ *A = d AB S l n «A B

*B =XA + d AB S i n « A B - .. (4)
Persamaan (3):

dAB = - Ya)
Cos a AB

= d AB C 0 S «A B

= + d AB C0S « A B "... (5)


Jika koordninat titik A pada Gambar 4.3 diketahui, misalnya (100, 200) dan
jarak AB adalah 20 meter, maka untuk menentukan koordinat titik B gunakan
persamaan (4) dan (5). Sehingga, penentuan koordinat titik B dapat dihitung
sebagai berikut.
Diketahui koordinat titik A (100, 200), sehingga X A = 100 dan YA = 200.
Persamaan (4):
Xb = + dAR Sin aAB
= 100 + (20 x Sin 120°)
= 100 + (20 x 0,86)
= 100 + 17,32
= 117°
Persamaan (5):
7 B = + d AB C 0 S «A B
= 200 + (20 x Cos 120°)
= 200 + ( - 10 )
= 190°
Jadi, koordinat titik B adalah (117, 190).

^ Bab IV Survei dan Pemetaan


2) Metode Triangulasi
Metode triangulasi pada prinsipnya sangat sederhana, jika sudah diketahui
panjang sisi (jarak) dan dua sudutnya. Perhatikan Gambar 4.4!
Y

Gambar 4.4 Pengukuran metode triangulasi

Berdasarkan Gambar 4.4, jika sudah diketahui koordinat titik A, jarak AB,
dan besar sudut 1, 2, dan 3 (perlu diingat besar sudut segitiga = 180°) maka
dapat ditentukan koordinat titik-titik lainnya. Adapun langkah penentuan
koordinatnya dapat menggunakan cara seperti metode poligon yang telah
diuraikan sebelumnya.
b. Kerangka Dasar Vertikal
Kerangka dasar vertikal merupakan pengukuran ketinggian titik sehingga
didapat beda tinggi antara dua atau lebih titik-titik pengukuran. Pengukuran beda
tinggi selanjutnya akan dibahas pada pengukuran sifat datar pada Bab V.
c. Pengukuran Titik Detail
Pengukuran titik detail dilakukan untuk penggambaran di peta. Data yang
diambil adalah data fisik permukaan bumi yang akan dijadikan referensi di dalam
peta. Data fisis permukaan bumi yang diambil yaitu jarak antara titik ikat dan
titik detail, beda tinggi antara kedua titik tersebut, dan sudut jurusan.

Analisislah dua penentuan koordinat menggunakan poligon dan triangulasi tersebut!


Menurut Anda, manakah metode yang paling mudah? Berikan penjelasan singkat!

Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


Pemetaan
Hasil pengukuran yang dikumpulkan surveyor kemudian digambarkan dalam
bentuk peta. Pekerjaan pengukuran tanah untuk pembuatan peta (pemetaan) dapat
dikelompokkan sebagai berikut.

1. Pem etaan Linier


Pemetaan linier biasanya digunakan untuk perencanaan dan pendahuluan
secara sederhana. Pada peta ini, sering diabaikan tingkat ketelitian atau titik-titik
detail di lapangan. Pemetaan linier juga cukup dengan melakukan pengukuran
secara sederhana menggunakan pita ukur untuk mendapatkan data jarak tanpa
menghitung besarnya sudut.
Kerangka pemetaan linier juga disebut sebagai pengukuran trilaterasi yaitu
mengukur daerah yang akan dipetakan dan membaginya dalam bentuk segitiga.
Data yang diukur yaitu panjang jarak sisi-sisi segitiga tersebut dimana salah
satu sisinya berada pada jalur survei. Selanjutnya dilakukan pengukuran untuk
menentukan sudut siku-siku terhadap basis dan titik target yang diperlukan. Pada
prinsipnya, pemetaan linier dilakukan dengan dua tahap, pertama menentukan
titik sudut siku-siku pada garis survei (basis) yang tegak lurus terhadap titik
detail yang dipilih. Kedua, mengukur jarak ke titik basis dan ke titik detail yang
dimaksud.

Gambar 4.5 (a) Metode segitiga dan (b) metode siku-siku

Saat melakukan pengukuran pada pemetaan linier perlu diperhatikan hal-hal


berikut.
a. Membagi seluruh wilayah yang akan dipetakan menjadi bagian-bagian yang
lebih kecil (trilaterasi).
b. Pada pembagian secara trilaterasi harus ada sudut yang berbentuk siku-siku
agar mudah dilakukan penggambaran secara cermat.

Bab IV Survei dan Pemetaan


c. H indari daerah yang sulit dilakukan pengukuran, sebaiknya pembagian
trilaterasi pada daerah yang relatif datar.
d. Antara titik ukur satu dengan yang lain harus saling terlihat.
e. D iusahakan titik kontrol (basis) sebagai basis utam a pem etaan dengan
menembus di tengah-tengah daerah pengukuran.
Adapun pelaksanaan pengukuran dilakukan dengan mengukur titik-titik detail
seperti jalan dan belokannya, sudut-sudut bangunan, dan saluran air terhadap garis
survei yang telah dibuat sebelumnya. Semua sisi-sisi segitiga dan sisi kontrol harus
diukur terlebih dahulu dan selanjutnya diukur titik detailnya. Setelah dilakukan
pengukuran, kemudian yang harus dilakukan yaitu penggambaran sketsa dari
masing-masing titik detail. Penggambaran sketsa harus terlihat jelas bagian kerangka
utama dari pemetaan yang dilakukan tersebut, seperti adanya garis penghubung
yang merupakan salah satu sisi segitiga atau basis yang sudah didesain sebelumnya.
Setelah data dikumpulkan dan sebelum disajikan dalam bentuk grafis, sebaiknya
dilakukan koreksi data hasil pengukuran karena pengukuran menggunakan pita
ukur pada pemetaan linier ini cenderung kurang teliti. Hal ini penting dilakukan
karena pemetaan linier pada umumnya berkaitan dengan penggunaan lahan,
sehingga kepentingan akan tanah sangat tinggi apalagi di wilayah perkotaan.
Setelah dilakukan koreksi, data hasil pengukuran tersebut dapat disajikan.
Proses penyajian data (penggambaran) dapat dilakukan secara berurutan dimulai
dari sketsa kasar, pembuatan kerangka segitiga dan penggambaran garis-garis
survei (basis), kemudian menampilkan detail-detail yang sudah diperoleh.

2. Pem etaan Situasi dan Detail


Pem etaan situasi dan detail adalah pem etaan suatu wilayah yang telah
dilakukan pengukuran dalam bentuk dimensi horizontal dan vertikal dalam satu
gambar peta. Adapun tujuan pemetaan situasi ini adalah merekam data situasi di
lapangan untuk dipetakan ke bidang datar dengan skala tertentu. Dengan demikian,
gambaran situasi di lapangan tersebut dapat mewakili keadaan permukaan bumi
yang sebenarnya dari suatu wilayah yang dipetakan.
Prinsip pemetaan situasi dan detail ini antara lain meliputi pengukuran berikut,
a. Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal
Pengumpulan data pada pemetaan situasi dan detail ini dilakukan dengan
pengukuran kerangka dasar horizontal dan vertikal. Pengukuran kerangka dasar
horizontal diselenggarakan dengan tujuan pem etaan yang tidak terlalu besar
sehingga dapat menggunakan metode poligon. Penggunaan metode poligon,
khususnya pengukuran poligon utama dapat mewakili seluruh wilayah dan dapat
digunakan sebagai batas daerah pengukuran.

Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


b. Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal
Pengukuran kerangka dasar vertikal untuk menentukan beda tinggi, di mana
beda tinggi tersebut selalu mengikuti kerangka dasar horizontal yang telah diukur
sebelumnya. Materi pengukuran beda tinggi, akan dibahas pada Bab V.
c. Pengukuran Titik Detail
Pengukuran titik detail yang dimaksud adalah penentuan posisi titik-titik
detail dan tingginya terhadap posisi titik-titik ikat pada kerangka dasar utama
maupun kerangka cabang. Oleh karena itu, data yang diambil pada pengukuran
titik detail ini antara lain beda tinggi antara titik ikat kerangka dengan titik detail
yang bersangkutan, jarak antara titik kerangka dan titik detail tersebut, dan sudut
antara sisi kerangka dengan arah menuju titik detail yang bersangkutan (sudut
jurusan magnetis).
Sebelum melakukan pengukuran, siapkan dahulu alat yang akan digunakan,
yakni teodolit yang dilengkapi kompas dan perlengkapan tambahan lainnya seperti
bak ukur, yalon, dan pita ukur, karena alat-alat tersebut digunakan untuk mengukur
sudut jurusan magnetis, jarak horizontal, dan beda tinggi. Adapun pelaksanaan
pengukurannya dilakukan dengan cara-cara berikut.
a. Membuat sketsa wilayah yang akan diukur disertai orientasi arah utara sasaran.
b. Set up teodolit pada posisinya (misal x x) hingga siap digunakan.
c. Arahkan pemegang rambu ke titik detail yang akan diukur (misal titik A).
d. Catat tinggi teodolit, lalu bidikkan teropong ke bak ukur dengan bacaan yang
sama dengan ketinggian teodolit tersebut.
e. Hitung beda tinggi dan jarak dengan membaca bacaan benang atas, benang
bawah, dan benang tengah.
f. Pindahkan teodolit ke posisi pengukuran selanjutnya (misal x 2), namun bak
ukur jangan dipindahkan (tetap di titik A) karena bak ukur tersebut berfungsi
sebagai titik ikat terhadap titik selanjutnya.
g. Pada posisi pengukuran yang baru (x2), bidikan teropong ke bak ukur sebagai
titik ikat tersebut (titik A). Selanjutnya baru dilakukan pengukuran ke titik
selanjutnya (misal titik B).
h. Lakukan cara-cara pengukuran tersebut hingga data pengukuran titik detail
sudah mencukupi.
Setelah pengukuran dilakukan, maka akan diperoleh data titik ikat dan titik
detail. Data titik ikat meliputi data jarak, beda tinggi alat (benang tengah), dan
b e d a tin g g i titik A d a n titik B. S ed a n g k a n d a ta titik d e ta il m e lip u ti s u d u t ju ru s a n
(azimuth), jarak horizontal antara titik ikat dengan titik detail, dan tinggi titik detail
yang didapat dari tinggi titik ikat dan beda tinggi kedua titik yang bersangkutan.

C Bab IV Survei dan Pemetaan


Langkah selanjutnya dalam pemetaan situasi dan detail yaitu penyajian data
(penggambaran). Penyajian data (penggambaran data) pengukuran pemetaan
situasi dan detail dapat dilakukan dengan tahapan-tahapan berikut.
a. Penentuan kerangka dasar (titik ikat) dengan cara ploting pada kertas milimeter
menggunakan sistem koordinat kartesius.
b. Gambarkan titik-titik detail tersebut (ploting) secara grafis dengan memuat
informasi azimuth, jarak horizontal, dan ketinggian.
c. Gambarkan garis kontur dan detail yang termuat dalam pemlotingan tersebut.
d. Tuangkan hasil penggambaran garis kontur dan detailnya ke kertas gambar. Agar
lebih memudahkan penggambaran, gunakan kertas kalkir untuk pemlotingan
garis kontur tersebut.

Identifikasikan dalam hal apa sajakah yang membedakan antara pemetaan linier dan
pemetaan situasi dan detail! Uraikan penjelasan Anda secara singkat dan jelas!

1. Besaran dan satuan yang digunakan dalam peng- ;r R a n p k i i m a n


ukuran tanah antara lain jarak dan tinggi, luas,
volume, serta sudut. Jarak dan tinggi menggunakan
satuan meter atau kilometer. Besaran luas menggunakan satuan meter
persegi, untuk wilayah yang luas digunakan satuan hektare atau kilometer
persegi. Besaran volume menggunakan satuan meter kubik. Besaran sudut
menggunakan satuan seksagesimal, sentisimal, dan radian.
2 . Besaran sudut seksagesimal menggunakan satuan derajat, di mana 1
derajat sama dengan 60 menit, dan 1 menit sama dengan 60 detik.
Besaran sudut sentisimal dinyatakan dengan grid, sentigrid, dan senti-
sentigrid, di mana 1 grid sama dengan 100 sentigrid, dan 1 sentigrid sama
dengan 100 senti-sentigrid.
4. Besaran radian dinyatakan dengan sudut panjang busur lingkaran, di
mana satu lingkaran besarnya 2n rad.
5. M e n e n tu k a n ju r u s a n d u a t itik h a r u s m e m p e r h a tik a n a tu r a n e m p a t
kuadran yang merupakan ruang-ruang pada sistem koordinat Kartesius
dengan besar sudut yang sama, di mana kuadran I nilai X dan Y positif.
Kuadran II nilai X positif dan Y negatif. Kuadran III, nilai X dan Y
negatif. Kuadran IV, nilai X negatif dan Y positif.

Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


6. Pengumpulan data pemetaan terdiri atas pengukuran kerangka dasar
horizontal, kerangka dasar vertikal, dan pen g u k u ran titik detail.
Pengukuran kerangka dasar horizontal dapat dilakukan dengan metode
poligon dan triangulasi. Pengukuran kerangka dasar vertikal dilakukan
dengan penyipatan datar untuk menghitung beda tinggi. Pengukuran
titik detail dilakukan untuk menggambarkan di peta di mana data yang
diambil adalah data fisik permukaan bumi sebagai referensi.
7. Pemetaan linier digunakan untuk perencanaan pendahuluan suatu proyek
yang sering mengabaikan tingkat ketelitian atau titik-titik detail di lapangan.
Pemetaan linier dilakukan dengan trilaterasi, yaitu membagi wilayah
yang diukur ke dalam bentuk segitiga dan ditentukan sudut siku-sikunya
terhadap garis survei atau basis.
8. Pemetaan situasi dan detail dilakukan dengan tujuan mengambil data
lapangan sedetail mungkin untuk dipetakan. Situasi detail yang dimaksud
meliputi data fisik permukaan bumi seperti beda tinggi, jarak, dan sudut
jurusan (magnetis).
— ............................... ............... ............... ' i

r J Refleksi Diri
a. Berilah tanda centang (•/) pada kotak yang Anda anggap sesuai!
Setelah mempelajari bab ini, bagaimanakah penguasaan Anda terhadap materi-materi
berikut?

Tidak Sangat
No. Materi Menguasai
Menguasai Menguasai
1. Besaran dan satuan dalam
pengukuran tanah. □ (J □
2. Pengukuran kerangka dasar
horizontal dan vertikal. □ □ □
3. Sistem koordinat pemetaan
empat kuadran. □ □ Lm
J
4. Penentuan koordinat-koordinat
suatu titik. □ □

K Bab IV Survei dan Pemetaan


Tidak Sangat
No. Materi Menguasai
Menguasai Menguasai

5. Pemetaan sederhana linier.


□ □ □
6. Pemetaan situasi dan detail.
□ □ □
b. Dari materi-materi tersebut, bagian manakah yang paling Anda sukai? Mengapa?
c. Apakah manfaat yang Anda dapatkan setelah mempelajari materi pada bab ini untuk
kehidupan sehari-hari?

M Latihan 3
A. Pilihlah jawaban yang benar!

1. Jarak AB jika diketahui koordinat titik A (34,23; 4,44) dan B (5,45; 9,76) adalah

A. 29,26 m D. 29,37m
B. 29,27 m E. 29,25m
C. 29,20 m

2. Jarak AB pada koordinat titik A (40,91; 15,08) dan B (-52,11; 20.40) adalah ....
A. 93,10 D. 93,19
B. 93,13 E. 93,20
C. 93,17

3. Jarak AB dalam meter dari A (-80,89; 25,72) ke B (0,00; 31,04) adalah ....
A. 81,28 m D. 81,08m
B. 81,26 m E. 81,06m
C. 81,16 m

4. Besar azimuth AB jika diketahui A (34,23; 4,44) ke B (5,45; 9,76) adalah ....
A. 100°28’2 3 ”
B. 280°28’23”
C. -280°28’23”
D. 79°28’23”
E. -79°28’23”

^ H O ^ T e k n ik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


5. Besarnya azimuth AB jika diketahui A (40,91; 15,08) ke B (-52,11; 20.40) adalah

A. 176°16’20 D. 273°16’20
B. 176°16’24 E. 86°16’20”
C. 273°16’24”

6. Besar azimuth AB jika diketahui A (-80,89 ; 25,72) ke B (0,00 ; 31,04) adalah ....
A. 266° 14’14” D. 86° 14’14”
B. -266°14’14 E. -86°14’14
C. 86°14’10”

7. Jika diketahui azimuth AB = 40°50’30”, azimuth BC = 240°33’35”, maka besar


sudut ABC adalah....
A. 199°43’5”
B. 160°16’55”
C. 160°17’55”
D. 199°43’55”
E. 101°24’05”

8. Jika diketahui azimuth AB = 340°50’30”, azimuth BC = 40o33’35”, maka besar


sudut ABC adalah....
A. -20°17’5”
B. 59°43’5”
C. 300°16’5”
D. 120°16’5”
E. 239°43’5”

9. Jika diketahui azimuth AB = 140°50’30”, azimuth BC = 2°33’35”, maka besar sudut


ABC adalah....
A. 138°16’55”
B. 221°43’5”
C. 22°16’55”
D. 138°16’55”
E. 38°17’5”

10. Jika diketahui azimuth koordinat A(0;0), B(5;5) dan C (—10;—10), maka besar
sudut BAC adalah....
A. 45°
B. 90°
C. 120°
D. 180°
E. 270°

^ __Bab IV Survei dan Pemetaan


11. Diketahui bacaan vertikal 265°33’10”, maka besar helling adalah ....
A. 4°26’50”
B. -4°26’50”
C. 265°33’10”
D. 5°33’10”
E. -5°33’10”

12. Diketahui bacaan vertikal 275°33’10”, maka besarnya helling adalah ....
A. 5°33’10”
B. -5°33’10”
C. 275°33’10”
D. -275°33’10”
E. 180°33’10”

13. Selisih bacaan horizontal biasa dan luar biasa akan selalu m endekati....
A. 00°00’00”
B. 60°00’00”
C. 90°00’00”
D. 120°00’00”
E. 180°00’00”

14. Suatu target dibidik, diperoleh bacaan horizontal posisi biasa 80°30’10” dan
bacaan horizontal posisi biasa 260°30’20”, maka kesalahan kolimasi horizontalnya
adalah....
A. 0” D. 10”
B. 5” E. -1 0 ”
C. -5 ”

15. Suatu target dibidik, diperoleh bacaan horizontal posisi biasa 80°30’10” dan
bacaan horizontal posisi biasa 260°30’0”, maka kesalahan kolimasi horizontalnya
adalah....
A. 0” D. 10”
B. 5” E. -1 0 ”
C. - 5 ”

16. Suatu target dibidik, diperoleh bacaan vertikal posisi biasa 89°30’10” dan bacaan
v e rtik a l p o sisi b iasa 270°29’4 0 ”, m a k a k e sa la h a n k o lim a si v e rtik a ln y a a d a la h ....
A. 0”
B. 5”
C. -5 ”
D. 10”
E. -10”

Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


17. Garis referensi tempat semua garis diacu disebut....
A. utara
B. sudut
C. meridian
D. paralel
E. basis

18. Sudut yang terbentuk dari garis meridian dinamakan ....


A. azimuth
B. basis
C. zenit
D. helling
E. bearing

19. Pemetaan linier dilakukan dengan cara trilaterasi yang membentuk segitiga
dengan s u d u t....
A. 45°
B. 60°
C. 90°
D. 120°
E. 180°

20. Pada pemetaan situasi diperlukan pengukuran berikut, kecuali....


A. titik fundamental
B. kerangka dasar horizontal
C. kerangka dasar vertikal
D. beda tinggi
E. jarak

B. Selesaikan soal-soal berikut dengan benar!


1. Sebutkan besaran dan satuannya masing-masing dalam pengukuran tanah!
2. Jelaskan yang dimaksud seksagesimal, sentisimal, dan radian!
3. Apakah yang Anda ketahui tentang aturan empat kuadran? Jelaskan!
4. Diketahui koordinat titik A (300, 200) dan titik B (100, -100), a = 60 derajat.
Tentukan azimuth titik AB\
5. Jelaskan tentang pengukuran kerangka dasar horizontal!
6. Jelask an p e n g u k u r a n k e ra n g k a d a s a r vertikal!
7. Apakah yang Anda ketahui tentang basis dalam pemetaan linier?

C Bab IV Survei dan Pemetaan


8. Alat apakah yang digunakan dalam pengukuran titik detail? Sebutkan parameter
apa sajakah yang diukur menggunakan alat tersebut!
9. Perhatikan gambar poligon berikut!

Berdasarkan gambar di atas, tentukan azimuth BC, CD, dan DEl


10. Berdasarkan gambar soal nomor 9, jika diketahui koordinat titik A (1.000; 2.000)
dan jarak titik A ke titik B adalah 50 meter. Tentukan koordinat titik B, C, D,
dan E\

Proyek )
Lakukan pengukuran tanah pekarangan rumah Anda untuk pemetaan linier! Lakukan
pengukuran sesuai prosedur m eliputi pengambilan data seperti penentuan basis,
persiapan peralatan, dan pencatatan data ukur; pengolahan data; dan penyajian
data (penggambaran)! Pemetaan lin ie r biasanya digunakan untuk perencanaan
proyek perumahan, sehingga dengan melakukan pemetaan linier yang Anda kuasai,
Anda dapat memberikan kontribusi nyata pada suatu proyek perumahan yang akan
dikerjakan.

WpMTeknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X


Semester P B
J
Pilihlah jawaban yang benar!

1. Pengukuran tanah untuk pembuatan peta topografi dibutuhkan data kontur yang
detail. Informasi yang diperoleh dari data kontur tersebut adalah ....
A. luas wilayah
B. perbedaan jarak
C. perbedaan ketinggian
D. posisi astronomis
E. letak geografis

2. Pengukuran yang didasarkan pada efek kelengkungan bumi adalah ....


A. planimetris
B. geodetis
C. terestris
D. ekstraterestris
E. geografis

3. Survei ekstraterestris adalah survei yang dilakukan berdasarkan pengamatan


terh ad ap ....
A. permukaan bumi D. azimuth
B. objek luar angkasa E. meridian
C. kelengkungan bumi

4. Survei traverse juga dapat disebut survei yang menggunakan metode pengukuran

A. triangular D. tachimetri
B. trilaterasi E. trigonometri
C. poligon

5. Survei leveling adalah metode pengukuran yang juga disebut sebagai pengukuran

A. sudut D. poligon
B. sipat datar E. segitiga
C. sipat ruang

6. Survei kadastral merupakan jenis survei yang dilakukan oleh ....


A. BPN D. P e rta m b a n g a n
B. BPS E. Arkeolog
C. Militer

Ulangan Akhir Semester I


7. Dihidros TNI AL merupakan instansi yang melakukan survei hidrologi yang
bermanfaat u n tu k ....
A. proyek konstruksi bangunan air
B. penentuan garis pasang surut air laut
C. navigasi lalu lintas laut
D. penentuan debit air sungai
E. inventarisir sumber daya laut

8. Penggambaran permukaan bumi ke bidang datar memerlukan sistem proyeksi


agar peta yang dihasilkan dapat menggambarkan realita permukaaan bumi
sesungguhnya. Sistem proyeksi yang digunakan untuk penggambaran dengan
bidang datar adalah....
A. silinder D. ekuivalen
B. azimut E. ekuidistan
C. konikal

9. Proyeksi peta yang mempertimbangkan luas wilayah yang dipetakan meng­


gunakan sistem proyeksi....
A. ekuidistan D. konikal
B. ekuivalen E. geometris
C. konform

10. Bidang referensi yang baik digunakan untuk pengukuran jarak, arah, dan lokasi
di atas permukaan bumi adalah ....
A. elipsoid D. konikal
B. geoid E. azimut
C. silinder

11. Dasar hukum pelaksanaan K3LH adalah ....


A. UU No. 1 Tahun 1970
B. UU No. 2 Tahun 1970
C. UU No. 3 Tahun 1970
D. UU No. 4 Tahun 1970
E. UU No. 5 Tahun 1970

12. Tujuan pelaksanaan K3LH sesuai undang-undang keselamatan kerja, kecuali....


A. m e lin d u n g i k e se la m a ta n p e k e rja
B. meningkatkan produktivitas nasional
C. melindungi dan menjamin keselamatan setiap orang bukan pekerja di
lingkungan kerja
D. mencegah kecelakaan kerja
E. menggunakan faktor produksi secara aman dan efisien

Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Ketas X ^


13. Undang-undang yang memuat ketentuan-ketentuan pokok pekerja sebagai acuan
pelaksanaan K3 adalah....
A. UU No. 1Tahun 1970 D. UU No. 14 Tahun 1970
B. UU No. 13 Tahun 1969 E. UU No. 13 Tahun 2003
C. UU No. 14 Tahun 1969

14. Aturan keselamatan dan kesehatan kerja dalam undang-undang ketenagakerjaan


tertuang dalam Pasal....
A. 85 dan 86 D. 85 dan 87
B. 86 dan 87 E. 86 dan 88
C. 87 dan 88

15. Penyelenggaraan program keselamatan dan kesehatan kerja diatur dalam UU


No. 13 Tahun 2003 Pasal....
A. 86 ayat (1) D. 87 ayat (2)
B. 86 ayat (2) E. 85 ayat (1)
C. 87 ayat (1)

16. Kecelakaan kerja dapat disebabkan karena bahan kimia berbahaya. Bahan kimia
yang bersifat merusak bahan lainnya disebut....
A. destruktif D. reaktif
B. korosif E. isolatif
C. adiktif

17. Alat pelindung diri dari bahan kimia berbahaya yang beracun adalah ....
A. masker D. sepatu boot
B. eyeglass E. helm
C. sarung tangan

18. Menciptakan bahan kimia baru yang tidak berbahaya termasuk tindakan K3LH,
y a itu ....
A. substitusi D. administrasi
B. eliminasi E. rekayasa
C. isolasi

19. Berikut yang dimaksud tindakan eliminasi pada pengendalian K3LH adalah ....
A. mengganti bahan berbahaya dengan bahan yang tidak berbahaya terhadap
keselamatan dan kesehatan kerja
B. menyimpan bahan-bahan berbahaya pada tempat yang aman
C. m e n g u ra n g i risik o b a h a y a b a h a n -b a h a n k im ia b e ra c u n
D. menghilangkan benda-benda dan bahan-bahan kimia berbahaya
E. memodifikasi bahan-bahan berbahaya agar aman digunakan

Ulangan Akhir Semester I E 8 E


20. Jika bahan kimia beracun terpaksa harus digunakan, maka tindakan yang tepat
adalah....
A. eliminasi D. administrasi
B. substitusi E. rekayasa
C. isolasi

21. Kecelakaan kerja dapat terjadi akibat kelelahan fisik pekerja. Upaya yang benar
mengenai pencegahan kecelakaan kerja tersebut adalah ....
A. menciptakan kondisi lingkungan yang nyaman
B. memasang tanda-tanda atau rambu peringatan
C. mengatur tugas kerja secara proporsional
D. memberi fasilitas alat pelindung diri
E. menyediakan tempat istirahat di lingkungan kerja

22. Pita ukur yang memiliki tingkat ketelitian paling rendah terbuat dari bahan ....
A. alumunium D. baja
B. baja ringan E. baja alloy
C. kain linen

23. Ketelitian pita ukur dipengaruhi oleh bahan pembuatnya. Faktor yang meme­
ngaruhi ketelitian tersebut adalah....
A. jenis bahan pembuatnya D. konstanta pemuaian
B. skala pengukuran E. konstanta kalibrasi
C. daya muai dan daya regang

24. Alat ukur sederhana yang bekerja dengan memanfaatkan gaya medan magnet
adalah....
A. odometer D. kompas
B. klinometer E. waterpass
C. abney level

25. Fungsi kompas dalam pengukuran tanah adalah ....


A. menentukan arah utara dan selatan
B. menghitung sudut azimut
C. menentukan arah horizontal
D. menentukan arah vertikal
E. m e n g h itu n g s u d u t h ellin g

26. Alat untuk mengukur kemiringan lereng adalah ....


A. odometer D. kompas
B. klinometer E. waterpass
C. abney level

Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


27. Alat tambahan pada waterpass ataupun teodolit yang berfungsi sebagai penyangga
alat adalah....
A. statif D. pin
B. unting-unting E. tribach
C. yalon

28. Peralatan pelengkap alat ukur tanah yang berfungsi sebagai penanda titik peng­
ukuran adalah....
A. pin
pin D. patok
B. bak ukur E. statif
C. yalon

29. Jenis-jenis alat ukur waterpass yang benar adalah ....


A. automatic level D. abney level
B. dumpy level E. teodolit
C. tilting level

30. Jumlah sumbu pada teodolit repetisi adalah .


A. satu D. empat
B. dua E. lima
C. tiga

31. Total station merupakan alat ukur hasil kombinasi antara teodolit dengan ....
A. GPS D. EDM
B. kompas E. GIS
C. waterpasss

32. Besaran 10 derajat jika dijadikan besaran sentisimal yang benar adalah ....
A. 1,11 grid D. 1.111
B. 11,1 grid E. 11.111 grid
C. I l l grid
33. Jika 2 grid diubah menjadi besaran seksagesimal, maka besaran tersebut menjadi
... derajat
A. 0,18 D. 180
B. 1,8 E. 1.800
C. 18
34. Penulisan besaran seksagesimal 3,6 derajat yang benar adalah ....
A. 03°06’00”
B. 03°03’0 6 ”
C. 03°06’06”
D. 03°36’00”
E. 03°01’01”

Ulangan Akhir Semester I Jj


35. Besar sudut 5 radian sama dengan .... derajat
A. 114°38’58 D. 114°0f 08:
B. 114°64’96 E. 114°18’04
C. 114°06’04”
36. Jarak titik A dan B jika diketahui koordinat titik A (21,37) dan B (24,67) adalah...
A. 30,14 meter D. 29,85 meter
B. 30,15 meter E. 45,89 meter
C. 29,84 meter

37. Jika koordinat titik B (47, 37), jarak BA = 50 meter, dan a BA= 60°. Maka ordinat
titik A adalah ....
A. 38 D. -112
B. -38 E. -28
C. 112

38. Koordinat titik A (37, 36); B (47, 46), dan a AB = 45°. Maka jarak kedua titik
tersebut adalah....
A. 14,14 meter D. 17,14 meter
B. 15,14 meter E. 18,14 meter
C. 16,14 meter

39. Pemetaan linier menggunakan metode trilaterasi menggunakan m o d e l....


A. poligon terbuka D. segitiga siku-siku
B. poligon tertutup E. segitiga sama sisi
C. traverse

40. Titik yang berfungsi sebagai titik kontrol pada pemetaan linier adalah ....
A. titik awal D. titik detail
B. titik akhir E. titik kedua
C. basis

Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


Penyipatan Datar dan Pengukuran
Sudut

Bagi seorang juru ukur atau orang yang hendak terjun di dunia pengukuran tanah, teknik
pengukuran dengan sipat datar dan sipat ruang adalah teknik yang wajib dikuasai. Mengapa
demikian? Teknik pengukuran tanah dengan penyipatan datar dan penyipatan ruang
dapat digunakan untuk mengetahui profil permukaan bumi. Yaitu dengan mengetahui
koordinat-koordinat di permukaan bumi untuk penggambaran peta topografi atau tujuan
lain seperti proyek-proyek konstruksi.

Kompetensi D asar ^
3.18 Menerapkan teknik pengoperasian alat sipat datar (leveling) dan alat sipat ruang
(theodolit).
4.18 Melaksanakan pengukuran dengan alat sipat datar (leveling) dan alat sipat ruang
(theodolit).

0 Barometris 0 Leveling profil


0 Leveling 0 Leveling resiprokal
0 Leveling luas 0 Trigonometris
0 Leveling memanjang
Konsep ^

Penyipatan Datar dan Pengukuran Sudut

meliputi

w t

Pada prinsipnya, pengukuran dengan alat sipat datar adalah m engukur


perbedaan ketinggian antara dua atau lebih titik di permukaan bumi. Pengukuran
sipat datar memerlukan ketelitian, sehingga keakuratan alat sipat datar yang
digunakan sangat penting. Alat yang digunakan dalam pengukuran beda tinggi
ini dikenal sebagai pesawat penyipat datar.
Pada pengukuran sipat datar dikenal beberapa metode yang dapat digunakan
untuk penyipatan datar. Adanya beberapa metode penyipatan datar tersebut juga
digunakan beberapa alat yang berfungsi sesuai tujuan penggunaannya. Agar lebih
jelas mengenai pengukuran sipat datar, metode, dan alat yang digunakan, ikuti
pembelajaran materi berikut.

Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


3 Pengukuran Sipat Datar
Di dalam ruang lingkup pengukuran tanah, alat yang digunakan untuk menyipat
datar tersebut yaitu waterpass.
Pengukuran beda tinggi antara dua titik atau lebih m em iliki beberapa
metode/teknik. Teknik pertama, teknik barometris, yaitu cara pengukuran dengan
memanfaatkan perbedaan tekanan udara antara dua titik pengukuran. Teknik
kedua, pengukuran dengan teknik trigonometris, yaitu pengukuran secara geometris
di antara dua titik dengan bidang horizontal yang melalui titik pengukur (juru
ukur). Teknik ketiga, pengukuran dengan metode alat sipat datar. Sipat datar
ini merupakan metode pengukuran yang paling baik hasilnya jika dibandingkan
dengan kedua metode lainnya.

1. Teknik Pengukuran Barometris


Teknik pengukuran dengan metode barometris adalah pengukuran beda tinggi
(elevasi) dengan memanfaatkan tekanan udara (atmosfer) di suatu wilayah dengan
menggunakan alat barometer. Pengukuran beda tinggi dengan alat tersebut mudah
dilakukan, nam un membutuhkan ketelitian dalam membaca hasil pengukuran
karena dipengaruhi oleh ketinggian permukaan di mana suhu, kelembapan, dan
tekanan udara sangat berpengaruh. Oleh karena itu, hasil pengukuran dengan
barometer harus dikoreksi terhadap adanya pengaruh suhu dan gravitasi bumi.
Pada prinsipnya, untuk mengetahui beda tinggi antara satu wilayah dengan
wilayah lainnya dapat m enggunakan barom eter jika wilayah tersebut tidak
memungkinkan atau sulit dilakukan pengukuran secara langsung (sipat datar atau
trigonometris) karena terkendala kondisi alam.

2. Teknik Pengukuran Trigonom etris


Teknik pengukuran dengan metode trigonometris adalah pengukuran jarak
langsung yang meliputi kemiringan lereng (jarak miring), ketinggian alat ukur,
ketinggian benang tengah rambu dan sudut tegak sehingga didapatkan beda tinggi.
Pada pengukuran ini, alat yang digunakan adalah alat sipat ruang/sudut yaitu teodolit.
Melalui metode trigonometris ini, pada prinsipnya hanya mengukur besarnya
sudut yang terbentuk dari dua titik ukur. Besarnya jarak yang digunakan dalam
pengukuran beda tinggi biasanya sudah diketahui atau mengukur jarak dari
peta. Jika besarnya jarak dan sudut sudah diketahui, maka dengan menggunakan
hubungan geometris beda tinggi dapat dihitung. Perlu diingat, jika pengukuran
jarak antara dua titik untuk menghitung beda tinggi tidak terlalu jauh, maka
masih dapat menggunakan bidang nivo sebagai bidang datar. Sebaliknya, jika jarak
pengukuran antara dua titik yang akan dihitung beda tingginya terlalu jauh, maka

BabV Penyipatan Datar dan Pengukuran Sudut


tidak boleh m enggunakan bidang
nivo sebagai bidang datar, tetapi
dianggap sebagai bidang lengkung.
Perhatikan Gambar 5.1!
Pada Gambar 5.1 tampak cara
pengukuran beda tinggi dengan meto­
de trigonometris sebagai berikut.
Titik A adalah titik instrumen
alat ukur, titik B adalah titik yang
akan dicari tingginya, tA adalah tinggi
instrumen alat ukur, a adalah sudut
helling (miring), dm adalah jarak
m iring antara titik A titik B, dAB
adalah jarak horizontal antara titik
A dan titik B, AHab adalah selisih
atau beda tinggi antara titik A dan
B, Ba adalah bacaan benang atas
(rambu ukur), Bt adalah bacaan benang tengah, Bb adalah bacaan benang bawah.
Benang tengah berfungsi sebagai kontrol yaitu Bt = 0,5(Ba + Bb), sehingga dapat
dihitung besarnya jarak horizontal antara titik A dan B (dAB) sebagai berikut.

dAB = A (Ba - Bb) x cos2 a + B cos a

Keterangan:
A = konstanta pengali, biasanya besarnya = 1 0 0
B = konstanta penambah, karena dianggap kecil maka B = 0
Ba = bacaan benang atas
Bb = bacaan benang bawah
Bt = bacaan benang tengah
a = sudut miring (helling)
dAB = jarak horizontal titik A dan B
Jadi, perhitungan besarnya jarak datar sebagai berikut.

d AB = 1 0 0 (Ba - Bb) x co s2 a

Setelah diketahui besarnya jarak datar, maka dapat dihitung beda tinggi sebagai
berikut.
AHab = dAB
AB x tan a + tA - Bt

Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


maka tinggi titik B adalah:

H B=
____ H .A+
_____ AHab
___________

Keterangan:
Ha = tinggi titik A
Hb = tinggi titik B
AHab = beda tinggi titik A dan B

Lakukan pengukuran suatu titik menggunakan cara trigonometri! Ukur jarak dan beda
tinggi titik-titik tersebut!

3. Teknik Pengukuran Alat Sipat Datar


Pada bab sebelumnya telah diuraikan mengenai bentuk permukaan bumi yang
tidak beraturan sehingga mempunyai perbedaan ketinggian antara satu tempat
dengan tempat lainnya. Adanya perbedaan ketinggian tersebut berarti terdapat
selisih ketinggian yang dapat digunakan untuk mengukur ketinggian tempat lain
(titik kedua) jika ketinggian titik pertama sudah diketahui.
Dalam pengukuran tanah, terdapat empat jenis pengukuran sipat datar yang
biasa dilakukan. Masing-masing jenis pengukuran sipat datar tersebut memiliki
tujuan yang berbeda-beda sesuai peruntukannya.
a. Menyipat Datar Memanjang
Pengukuran menyipat datar memanjang dilakukan untuk mengetahui ketinggian
titik-titik yang dilewati sebagai kerangka vertikal wilayah yang akan dipetakan.
Hasil pengukuran ini akan didapatkan data-data ketinggian dari sepanjang jalur
pengukuran melalui rambu ukur.
Perhatikan Gambar 5.2!
B

^ BabV Penyipatan Datar dan Pengukuran Sudut


Rambu II

Keterangan:
b = bacaan rambu belakang
m = bacaan rambu muka

-Zj
G am ba r 5.2 (a) Pengukuran sipat datar dan (b) pengukuran sipat datar memanjang

Pada Gambar 5.2 (a) tampak pengukuran beda tinggi antara dua titik. Guna
m engukur beda tinggi antara dua titik tersebut dapat dilakukan perhitungan
dengan cara berikut.
Tinggi titik B = Tinggi titik A + beda tinggi titik A dan B.
atau secara matematis ditulis

H BB = H.A + AHab

Misalkan nilai AHab negatif maka berarti tinggi titik B lebih rendah dari titik A.
Sebaliknya, jika AHab positif maka titik B lebih tinggi dari titik A.
Pada Gambar 5.2 (b) tampak gambar pengukuran sipat datar memanjang,
dilakukan pengukuran beda tinggi di antara titik. Sehingga, untuk mengetahui
ketinggian titik selanjutnya, yaitu ketinggian titik sebelumnya ditambah beda
tinggi antara dua titik yang bersangkutan.
Pada pengukuran sipat datar memanjang, dilakukan dua kali pembacaan
rambu ukur, yaitu rambu ukur belakang dan muka pada setiap bidikan alat.
Sehingga didapatkan dua data seri yang kemudian diolah menjadi data beda tinggi
dan jarak antara kedua titik tersebut. Data tambahan untuk menghitung jarak
dilakukan dengan pembacaan benang atas dan benang bawah yang digunakan
sebagai kontrol pembacaan benang tengah sebagaimana dalam penghitungan jarak
secara trigonometris yang telah dibahas sebelumnya.

Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


b. Menyipat Datar Resiprokal
Pengukuran menyipat datar resiprokal dilakukan untuk menghitung beda tinggi
antara dua titik yang tidak dapat dilewati oleh juru ukur atau akibat terhalang kondisi
alam sehingga mengganggu jalur pengukuran. Pengukuran jenis ini biasanya dilakukan
di tepi sungai dengan kondisi tanah lunak sehingga harus dilakukan pengukuran
berulang-ulang pada setiap posisi alat ukur.
Oleh karena itu, peralatan yang harus disediakan dalam pengukuran sipat datar
resiprokal ini sebagai berikut.
1) Alat ukur tilting level.
2) Sekrup pengungkit berskala.
3) Termometer.
4) Barometer.
5) Pilar-pilar yang kuat di setiap sisi sungai.
Pada pengukuran sipat datar resiprokal tidak dapat dilakukan pembacaan
langsung terhadap rambu muka. Oleh karena itu, data yang dikumpulkan dihasilkan
dari pembacaan pergeseran skala sekrup pengungkit (tilting screw). Cara pembacaan
skala pengungkit ini dilakukan dengan membaca kedudukan benang tengah yang
berimpit pada target atas, target bawah yang terdapat pada rambu ukur, dan ketika
alat ukur pada posisi mendatar. Sehingga, untuk mendapatkan pembacaan skala
pengungkit, juru ukur harus menempatkan benang mendatar diafragma terhadap
kedua bayangan target atas dan target bawah, menempatkan alat ukur secara
mendatar, dan selanjutnya mengungkit benang diafragma menggunakan sekrup
pengungkit.
Perlu diperhatikan bahwa pada pengukuran sipat datar resiprokal ini terdapat
masalah jarak yang tidak seimbang antara pengukuran rambu muka dan belakang
akibat pengaruh refraksi dan kelengkungan bumi. Untuk menghilangkan kesalahan
tersebut, maka perlu dilakukan pengukuran temperatur, tekanan, dan kelembapan
udara serta penggunaan rumus perhitungan yang berlaku. Perhatikan Gambar 5.3!

Gambar 5.3 Pengukuran sipat datar resiprokal

{ Bab V Penyipatan Datar dan Pengukuran Sudut


Dari Gambar 5.3 dapat ditentukan beda tinggi titik A dan titik B yaitu sebagai
berikut.

AHab = 0,5 {(a - b) + (a' + b')}

Keterangan:
a = bacaan rambu di titik A dengan posisi di C
a' = bacaan rambu di titik A dengan posisi di D
b = bacaan rambu di titik B dengan posisi di C
b' = bacaan rambu di titik B dengan posisi di D
Jika jarak rambu ukur di titik B terlalu jauh maka digunakan pengukuran de­
ngan tipe jungkit (tilting level). Untuk menghitung tinggi titik B di seberang sungai
tersebut, dilakukan dengan pembacaan benang tengah pada rambu belakang dan
ketinggian alat ukur. Jika ketinggian alat ukur di titik A (H 4i) dan tinggi titik A
(Ha) diketahui, maka tinggi titik B (HR) dapat dihitung sebagai berikut.

Ha + HA1 = H b + Bt' atau H b = Ha + Ha1 - Bt'


Keterangan:
H = tinggi alat ukur di titik A
Ha = tinggi titik A
H g = tinggi titik B
Bt' = bacaan benang tengah yang ditukar
Perhatikan Gambar 5.4! .-r Tinggi rambu atas (tra)

Bacaan benang atas (Ba)


Benang tengah yang akan
Bacaan benang __
diukur (Bt)
tengah (Bt)
Bacaan benang — *■ Tinggi rambu bawah ( t j
bawah (Bb)

Benang Rambu Ukur


Diafragma
-Z j
G am bar 5.4 Pembacaan benang tengah

Berdasarkan Gambar 5.4, data ta, Bt, tb, t , dan trb sudah diketahui sehingga
harus dicari nilai Bt' untuk menghitung tinggi titik B. Untuk menentukan nilai
Bt’ maka menggunakan rumus berikut.

{ B t - B b ) * { t ra- t rh)
B t' —trb, +
cBa - Bb)

Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X )


Keterangan:
Bt = bacaan benang tengah
B t' - bacaan benang tengah yang akan diukur
Ba = bacaan benang atas
tra - tinggi rambu atas
trb = tinggi rambu bawah
Dikarenakan pengukuran sipat datar resiprokal dipengaruhi oleh refraksi dan
kelengkungan bumi, maka hasil perhitungan perlu dikoreksi. Sehingga untuk
menghitung tinggi titik B tersebut, rumus yang digunakan menjadi:

H b = H a + Ha1 - Bt’ - 0,0673 D2

Keterangan:
D = jarak horizontal titik A dan B
Perhitungan pengukuran beda tinggi sipat datar resiprokal yang telah diuraikan
di atas dikenal sebagai teknik penyeberangan titik. Untuk mengukur beda tinggi
resiprokal dengan penyeberangan titik juga dapat dilakukan dengan teknik double
leveling menggunakan alat sipat datar otomatis.
c. Menyipat Datar Profil
Pengukuran menyipat datar profil dilakukan dengan tujuan mengetahui profil
permukaan bumi (beda tinggi) sehingga dapat diketahui banyaknya galian dan
tim bunan yang akan dikerjakan pada proyek-proyek konstruksi. Menyipat datar
profil biasanya dilakukan dengan dua bagian yaitu sipat datar profil memanjang
dan sipat datar profil melintang.
1) Profil Memanjang
Profil memanjang adalah gambaran irisan tegak lapangan sepanjang garis
rencana proyek yang didapatkan dari perhitungan jarak dan beda tinggi titik-
titik yang diukur. Pelaksanaan pengukuran profil memanjang tidak berbeda
dengan pengukuran sipat datar memanjang, yaitu melalui jalur pilar yang
akan menjadi titik ikat potongan melintang. Yang perlu diperhatikan dalam
pelaksanaan pengukuran profil memanjang yaitu pengukuran harus dilakukan
sepanjang garis tengah daerah pemetaan pada setiap perubahan ketinggian
permukaan tanah, memerlukan data jarak dari pita ukur, dan pengukuran
dengan teodolit untuk membuat garis seksi yang lurus.
Untuk menghitung kedalaman galian dan ketinggian timbunan, dapat dilakukan
d e n g a n ca ra m e n g a m b il d a ta k etin g g ia n d a ri setiap titik p ita u k u r, y a itu d e n g a n
menghitung ketinggian titik pita terhadap rencana dan selisih dari masing-
masing ketinggian tersebut.

|[ Bab V Penyipatan Datar dan Pengukuran Sudut


2) Profil Melintang
Untuk mendapatkan banyaknya tanah yang harus digali dan untuk menimbun
diusahakan harus sama. Oleh karena itu, pengukuran profil memanjang
belum lah m em adai sehingga diperlukan pengukuran profil m elintang.
Pengukuran profil melintang dilakukan secara tegak lurus pada potongan
memanjang yang melalui titik-titik ikat menggunakan pita ukur.
Pelaksanaan pengukuran profil melintang pertama kali dilakukan dengan
pengaturan garis potongan melintang menggunakan prisma untuk memperoleh
garis tegak lurus terhadap arah datang potongan melintang. Jika terjadi belokan
pada titik ikat, maka harus dibuat dua arah datang dan arah belokan. Kemudian
dihitung beda tingginya garis potongan tersebut dimulai dari titik ikat yang
dibentuk oleh potongan memanjang.

Gambar 5.5 Arah potongan melintang

d. Menyipat Datar Luas


Pengukuran menyipat datar luas merupakan bentuk modifikasi dari pengukuran
menyipat datar memanjang, namun lebih dilakukan untuk tujuan menghasilkan
data grafis berupa peta kontur dengan cara menghitung titik-titik ketinggian pada
suatu area. Setelah data ketinggian dari masing-masing titik yang sudah diukur
diperoleh, maka dapat dihubungkan di antara titik-titik ketinggian tersebut menjadi
garis kontur.
Jenis pengukuran menyipat datar luas dapat digunakan untuk perencanaan
pekerjaan konstruksi di mana dalam pembuatan desainnya lebih terarah karena
melalui pengukuran sipat datar luas ini dapat diketahui bentuk relief dan luas
suatu wilayah. Untuk perencanaan konstruksi, pengukuran sipat datar ini dilakukan
melalui dua tahap yaitu pengukuran kerangka dasar vertikal dan pengukuran

Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


ketinggian titik detail. Pengukuran kerangka dasar vertikal dilakukan untuk
mengukur ketinggian pilar-pilar yang dipasang sesuai perencanaan, sedangkan
pengukuran ketinggian titik detail dilakukan untuk penggambaran garis kontur.

Pengukuran Sipat Ruang


Pengukuran sipat ruang atau pengukuran sudut untuk tujuan pem etaan
dilakukan untuk menentukan kerangka dasar horizontal dan kerangka dasar vertikal
daerah yang akan dipetakan. Pengukuran sudut adalah pengukuran suatu sudut
yang terbentuk antara satu titik dengan titik lainnya menggunakan alat pengukur
sudut (teodolit). Dengan menggunakan alat ukur sudut teodolit, maka dapat diukur
sudut arah ke dua titik atau lebih dan sudut curaman terhadap bidang horizontal.

1. Pengukuran Sudut Horizontal


Pengukuran sudut horizontal atau sudut antara sisi dilakukan dengan dua
metode pengukuran yaitu reiterasi dan repetisi.
a. Metode Reiterasi
Pengukuran sudut metode reiterasi dilakukan
dengan pembacaan arah semua target pada satu
kedudukan hingga selesai (kedudukan biasa).
Setelah pembacaan arah pada target akhir selesai,
selanjutnya kedudukan alat diubah m enjadi
kedudukan luar biasa dan pengukuran dilakukan
dengan pembacaan m undur hingga ke arah target
pertama.
Gambar 5.6 Metode reiterasi
Pengukuran sudut dengan metode reiterasi
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
1) Pasang teodolit secara mendatar pada titik 0.
2) Bidik sasaran awal misal titik A dengan tepat dan kencangkan sekrup klem
horizontal.
3) Setel lingkaran graduasi (lingkaran berskala) pada angka 00°00’00”.
4) Putar sekrup halus horizontal untuk menempatkan sasaran pada pusat benang
silang teropong.
5) Baca lingkaran skala horizontal dan catat hasilnya (A b). Pada pengamatan ini,
teropong dalam keadaan biasa.
6) Bidik sasaran kedua, misal titik B dengan tepat. Sebelum membidik sasaran
kedua ini, kendorkan dahulu sekrup klem. Kencangkan kembali sekrup setelah
pembidikan.

| Bab V Penyipatan Datar dan Pengukuran Sudut


7) Baca lingkaran skala horizontal (Bb).
8) Bidik target B kembali dengan membalikkan teropong dan memutar alat sebesar
180°. Baca lingkaran graduasi dan catat hasilnya (BJ. Pada pengamatan ini,
teropong dalam kedudukan luar biasa.
9) Bidik target A dengan memutar teropong ke arah target A tersebut. Baca ling­
karan berskala dan catat hasilnya (AJ .
Pada pengukuran sudut di atas, sudut yang diambil untuk perhitungan adalah
hasil rata-rata sudut yang didapat (dicatat) pada kedudukan biasa ditambah sudut
pada kedudukan luar biasa. Pengukuran A b, Bb, Bjb, dan A [b merupakan suatu
pengukuran seri. Guna menambah seri pengukuran, maka penem patan arah
pertama pada bacaan lingkaran berskala (graduasi) disetel pada angka 90°00’00”.
Jika target yang akan dibidik lebih dari satu (sudut banyak), maka pembacaan
tetap dilakukan dengan kedudukan biasa hingga semua target terbidik. Kemudian
kembali melakukan bidikan pada keadaan luar biasa dari target akhir hingga ke
target pertama kembali.
b. Metode Repetisi
Pengukuran sudut dengan metode repetisi
m enggunakan teodolit bersum bu rangkap
(ganda) seperti teodolite wild T{.
Perhatikan Gambar 5.7.
Seperti ditunjukkan pada Gambar 5.7,
pengukuran sudut dalam berbagai arah dengan Gambar 5.7 Pengukuran cara repetisi
metode repetisi biasanya dilakukan beberapa
kali (A , A , A , dan seterusnya). Sehingga, pengukuran dengan metode tersebut
akan memakan waktu yang lama dan hanya efektif untuk mengukur sudut tunggal.
Pengukuran sudut dengan metode repetisi dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut.
1) Letakkan secara mendatar teodolite wild T pada titik 0°.
2) Tempatkan bacaan lingkaran berskala pada angka 00°00’00”
3) Buka klem bawah dan kencangkan klem atas untuk mengarahkan teropong
bidik ke arah titik A .
4) Buka klem atas dan kencangkan plat bawah, kemudian bidikkan teropong ke
arah Bl dengan memutar plat atas (bacaan a j.
5) K e n d o rk a n k le m b a w a h d a n k e n c a n g k a n k le m atas u n tu k m e m b id ik titik A
lagi (bacaan bidikan titik A t).
6) Kencangkan plat bawah untuk membidik titik B} dengan memutar plat atas
yang telah dibuka klemnya (bacaan a )
7) Untuk mendapatkan bacaan rata-rata, ulangi langkah nomor 5 dan 6 beberapa
kali.

Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


Analisislah pengukuran sudut horizontal cara repetisi dan reiterasi! Manakah cara yang
paling baik digunakan? Beri penjelasan Anda!

2. Pengukuran Sudut Vertikal


Sudut vertikal adalah sudut yang terbentuk antara arah horizontal dan target
yang dibidik. Ketelitian pengukuran sudut vertikal ini dipengaruhi oleh penempatan
pembacaan nol lingkaran vertikal pada arah horizontal.
90° 90°

Gambar 5.8 Pengukuran sudut vertikal

Pengukuran sudut vertikal seperti terlihat pada Gambar 5.8, dapat dilakukan
dengan cara berikut.
a. Letakkan teodolit di atas titik 0 pada kedudukan biasa dengan mengatur
bayangan gelembung nivo U (nivo kotak) pada posisi berimpit.
b. Bidik target dan periksa gelembung nivo U dengan cermat agar tetap pada
posisi berimpit dan catat hasilnya.
c. Putar teropong bidik menjadi kedudukan luar biasa, kemudian bidik kembali
target yang sama. Catat hasilnya.
d. Hasil dari kedua pengukuran tersebut diambil rata-rata untuk menghilangkan
salah indeks. Salah indeks adalah kesalahan dalam menempatkan pembacaan
nol lingkaran vertikal pada arah horizontal.

3. Pengukuran Poligon
Pengukuran sudut dengan cara poligon digunakan untuk menyajikan sebaran
titik ikat secara berurutan di daerah pengukuran.

^ BabV Penyipatan Datar dan Pengukuran Sudut


Selain pengukuran sudut, cara poligon juga mengukur jarak melalui dua metode
pengukuran, yaitu metode poligon terbuka dan poligon tertutup.
Perhatikan Gambar 5.9!

Gambar 5.9 (a) Poligon terbuka dan (b) poligon tertutup

Pada Gambar 5.9, ditunjukkan rangkaian segi banyak (poligon), di mana


gambar pertama adalah poligon terbuka Gambar 5.9 (a), dan poligon tertutup
Gambar 5.9 (b). Pada poligon terbuka, titik awal pengukuran dimulai dari titik
A dan berakhir di titik D. Sedangkan pada poligon tertutup, pengukuran dimulai
dari titik A dan berakhir juga di titik A.
Hasil pengukuran poligon yang digunakan untuk melakukan penghitungan
koordinat dapat dilakukan dengan cara berikut.
a. Hasil pengukuran poligon (data mentah) harus dikoreksi untuk mendapatkan
data yang benar dan akurat sebagai data kontrol atau data ukuran sisi dan
sudut. Adapun caranya yaitu sebagai berikut.
1) Data jarak diperoleh dari jarak rata-rata masing-masing sisi yang diukur.
2) Data sudut diperoleh dari hasil pengukuran dengan metode reiterasi dan
repetisi.
b. Melakukan koreksi jarak dan sudut sesuai hasil kontrol pada data kontrol
tersebut.
c. Hitung koordinat pada setiap titik poligon menggunakan rumus-rumus yang
berlaku.

4. Pengukuran Azimuth
A z im u th a d a la h b e sa rn y a s u d u t y a n g te rc ip ta a n ta ra a ra h u ta ra d e n g a n a ra h
sisi/sasaran/target yang akan diukur. Sudut azimuth juga dapat disebut sebagai
sudut kompas yang dihitung searah jarum jam.
a. Azimuth Kompas
Azimuth kompas adalah pengukuran dengan menggunakan kompas untuk
pengukuran azimuth awal dan akhir pada pengukuran yang sederhana. Pengukuran

^ J j^ O ^ T e k n iik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


tersebut dilakukan hanya pada bagian sisi
poligon, tetapi jika menghendaki hasil yang
lebih baik dapat diukur pada dua sisi poligon.
Perhatikan Gambar 5.10!
Untuk melakukan pengukuran azimuth
seperti Gambar 5.10 dapat dilakukan dengan
langkah sebagai berikut.
1) Letakkan teodolit pada salah satu titik
ikat secara mendatar.
Gambar 5.10 Pengukuran azimuth kompas
2) Posisikan lingkaran berskala pada angka
00°00’00” pada titik B, lalu kencangkan klem atas.
3) Buka klem bawah, kemudian arahkan teropong ke arah utara sesuai arah yang
ditunjukkan jarum kompas. Selanjutnya, kencangkan klem bawah dan buka
klem atas.
4) Bidikkan teropong ke arah titik lain yang berada pada satu sisi dengan teodolit
misalnya titik A, lalu catat bacaan lingkaran berskalanya.
5) Dari hasil pengukuran tersebut didapatkan azimuth titik B terhadap titik A.
b. Azimuth Matahari
Azimuth matahari adalah sudut Zenith
antara arah utara dengan proyeksi
matahari terhadap titik pengamatan
(bidang horizontal). Pada prinsipnya
azimuth matahari (a) diperoleh dari
pengukuran tinggi matahari (h) pada
saat pembidikan tinggi (t) matahari
tersebut dilakukan yang membentuk
segitiga astronom is dengan titik
sudut masing-masing berada pada
zenith, Kutub Utara, dan matahari
seperti pada Gambar 5.11.
Melalui hubungan segitiga as­ Gambar 5.11 Sistem koordinat bola langit (horizontal)
tronom is seperti pada Gambar 5.11,
maka dapat diperoleh perhitungan secara matematis sebagai berikut.

Cos (90 - 8) = Cos (90 - h) Cos (90 - L) + Sin (90 - h) Sin (90 - L) Cos a

Sin 5 = S in h S in L + C o s h C o s L C o s a

^ Bab V Penyipatan Datar dan Pengukuran Sudut


Keterangan:
5 = deklinasi matahari, dapat dicari pada tabel matahari yang diterbitkan dinas
topografi angkatan darat atau teknik geodesi ITB.
L = lintang, diperoleh dari hasil interpolasi peta topografi
h = ketinggian matahari
a = azimuth matahari
Apabila nilai deklinasi matahari dan lintang sudah diketahui, maka dapat
dihitung besarnya sudut azimuth matahari dengan cara sebagai berikut.

(Sin 5 - Sin h Sin L)


a = arc Cos
(Cos h Cos L)

Pengukuran tinggi matahari dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu


dengan penadahan bayangan matahari pada selembar kertas, dengan filter khusus
pada lensa objektif, dan menggunakan prisma Roelofs. Ketiga jenis pengukuran
tersebut dilakukan untuk menghindari kerusakan mata akibat sinar yang masuk
teropong sangat berbahaya jika dilakukan pengukuran langsung.
Adapun prosedur pengukurannya sebagai berikut.
1) Letakkan alat pada titik dari sisi yang akan diukur azimuthnya.
2) Pasang filter atau prisma Roelofs di depan lensa objektif. Jika dilakukan
penadahan bayangan, fokuskan lensa pada jarak tak terhingga ke arah mana
saja selain matahari.
3) Setelah matahari mendekati sasaran, siapkan penunjuk waktu yang sudah
dikalibrasi dengan zona waktu yang benar (GMT).
4) Ketika matahari sudah berada pada sasaran, catatlah waktu pada saat matahari
berada pada pusat lensa, ketinggian matahari, arah mendatar matahari, dan
arah mendatar ke target di ujung sisi lainnya.
5) Berdasarkan tabel matahari pada tahun yang bersangkutan, dapat diketahui
deklinasi matahari pada saat terbidik.
6) Tentukan nilai L (lintang) dengan melakukan interpolasi peta topografi.
7) Tentukan nilai azimuth matahari (a) menggunakan rumus di atas.
8) Tentukan besarnya sudut mendatar antara matahari dan target (s).
9) Tentukan besarnya azimuth sisi (A) dengan rumus:

A =a +s

Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


1. Alat sipat datar digunakan untuk mengukur beda
tinggi dan jarak antara dua titik atau lebih di ®
permukaan bumi.
2. Alat sipat ruang digunakan untuk menghitung besar sudut yang tercipta
antara pengukuran satu dengan titik pengukuran lainnya.
3. Penyipatan datar dan penyipatan ruang berfungsi untuk mengambil data
koordinat dalam penggambaran relief permukaan bumi.
4. Pengukuran sipat datar dapat dilakukan dengan cara barometris dan
trigonometris.
5. Penyipatan ruang/sudut dilakukan dengan cara pengukuran sudut
horizontal vertikal, poligon, dan azimuth.
6. Pengukuran sudut horizontal atau sudut antara sisi dilakukan dengan
dua metode pengukuran yaitu reiterasi dan repetisi.
7. Sudut vertikal adalah sudut yang terbentuk antara arah horizontal dan
target yang dibidik.
8. Pengukuran sudut dengan cara poligon digunakan untuk menyajikan
sebaran titik ikat secara berurutan di daerah pengukuran.
9. Azimuth adalah besarnya sudut yang tercipta antara arah utara dengan
arah sisi/sasaran/target yang akan diukur. Sudut azimuth juga dapat
disebut sebagai sudut kompas yang dihitung searah jarum jam.

f J Refleksi Diri
a. Berilah tanda centang (■/) pada kotak yang Anda anggap sesuai!
Setelah mempelajari bab ini, bagaimanakah penguasaan Anda terhadap materi-materi
berikut?

Tidak Sangat
No. Materi Menguasai
Menguasai Menguasai
1. Teknik pengukuran barometris.
□ □ □
2. Teknik pengukuran trigonometris.
□ □ □
3. T eknik p e n gu ku ra n alat sipat
datar. □ □ □

^ BabV Penyipatan Datar dan Pengukuran Sudut


T idak Sangat
No. M ate ri M enguasai
M enguasai M enguasai

4. Teknik pengukuran sudut


horizontal dan vertikal. □ □ O
5. Teknik pengukuran poligon dan
azimuth. □ □ □
b. Dari materi-materi tersebut, bagian manakah yang paling Anda sukai? Mengapa?
c. Apakah manfaat yang Anda dapatkan setelah mempelajari materi pada bab ini untuk
kehidupan sehari-hari?

M Latihan J
A. Pilihlah jawaban yang benar!

1. Jarak antara dua titik merupakan ....


A. jarak terjauh
B. jarak terpendek
C. jarak melengkung
D. jarak terendah
E. jarak mendatar

2. Peralatan utama pengukuran jarak langsung adalah ....


A. yalon
B. pita ukur
C. kompas
D. unting-unting
E. waterpass

3. Peralatan tambahan pengukuran jarak langsung adalah ...


A. yalon
B. ra n ta i u k u r
C. pen ukur
D. pegas ukur
E. roli meter

Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


4. Fungsi pengukur adalah ....
A. sebagai target
B. membuat garis
C. menulis di lapangan
D. menandai titik sementara
E. menggambar titik ukur

5. Fungsi prisma sudut adalah ....


A. memantulkan cahaya
B. membuat siku-siku
C. menandai sementara
D. target
E. membelokkan target

6. Pelurusan dilakukan jika ....


A. target terhalang
B. pita ukur kurang panjang
C. melewati sungai
D. target melengkung
E. pengukuran pada medan bergelombang

7. Alat yang amat membantu pelurusan adalah ....


A. yalon D. patok
B. prisma E. rambu ukur
C. unting-unting

8. Sumber kesalahan yang sering terjadi pada pengukuran jarak langsung adalah

A. alam
B. manusia
C. alat ukur
D. titik awal
E. tidak diketahui

9. Cara mengecek kesalahan pita ukur yang paling praktis adalah ....
A. dibandingkan dengan ukuran standar
B. dicoba-coba beberapa kali bentangan
C. d ik a lib ra si
D. pengukuran pada suhu standar
E. dicocokkan dengan hasil pengukuran lapangan

^ BabV Penyipatan Datar dan Pengukuran Sudut


10. Pita ukur yang paling teliti terbuat d a ri....
A. fiber D. plastik
B. kain E. nilon
C. baja

11. Sudut dapat dihitung sebagai selisih bacaan horizontal target terhadap bacaan
horizontal reference object (RO), jika diketahui bacaan horizontal ke RO
345°20’50” dan bacaan horizontal ke target 40°21’10” berapakah besar sudut
kanan yang terbentuk....
A. 55°0’20”
B. 560°’20”
C. -304°59’40”
D. 304°59’40”
E. -55°0’20”

12. Jika diketahui bacaan horizontal ke RO 0°0’0” dan bacaan horizontal ke target
340°56’50” berapakah besar sudut kanan yang terb en tu k ....
A. 340°55’50” D. 19°3’10”
B. -340°56’50” E. -19°3’10”
C. 340°56,50”

13. Jika diketahui azimuth ke RO 10°15’20” dan azimuth ke target 340°56’50”


berapakah besar sudut kanan yang terbentuk....
A. 331°18’30” D. 29°19’30”
B. 330°41’30” E. -29°19’30”
C. 29°15’30”

14. Bacaan horizontal yang terbaca pada teodolit akan berupa azimuth jika bidikan
ke RO diset sebesar ....
A. 0°0’0”
B. 90°0’0”
C. 180°
D. sembarang
E. azimuth RO

15. K o n tro l d a ta p a lin g re n d a h jik a b id ik a n ke R O d i s e t ....


A. utara
B. asimut RO
C. sembarang
D. 0°0’0”
E. 90°0’0”

Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


16. Pada pembidikan 3 seri rangkap, jumlah bacaan horizontalnya adalah...
A. 3 bacaan
B. 6 bacaan
C. 9 bacaan
D. 12 bacaan
E. 15 bacaan

17. Pada pembidikan 3 seri rangkap, jumlah sudut yang terhitung adalah ....
A. 3 sudut
B. 6 sudut
C. 9 sudut
D. 12 sudut
E. 15 sudut

18. Pada pembidikan 3 seri rangkap, seting RO seri yang kedua adalah ....
A. 0°0’0”
B. 60°0’0”
C. 90°0’0”
D. 120°0’0”
E. 180°0’0”

19. Jumlah sudut zenith dan helling akan selalu sebesar ....
A. 0°0’0”
B. 60°0’0”
C. 90°0’0”
D. 120°0’0”
E. 180°0’0”

20. Diketahui bacaan vertikal 92°30’10”, berapakah besarnya helling ....


A. 2°30’10”
B. -2°30’10”
C. 92°30’10”
D. -92°30’10”
E. 180°0’0”

B. Selesaikan soal-soal berikut dengan benar!


1. Jelaskan perbedaan sudut dan arah!
2. Bedakan keuntungan dan kerugian seting bacaan horizontal ke titik RO
3. Jika dikehendaki 3 seri, pada angka berapakah RO dibidik di tiap seri?
4. Jelaskan perbedaan pengertian poligon dan traverse?

^ BabV Penyipatan Datar dan Pengukuran Sudut


5. Mengapa poligon diadakan?
6. Dengan alat apa jarak-jarak poligon dan sudut-sudut poligon diukur?
7. Apakah kita dapat bebas memilih alat ukur jarak dan sudut pada pengukuran
poligon?
8. Jika diinginkan pengukuran poligon dengan ketelitian linear 1 : 10.000, alat
apakah yang cocok digunakan untuk keperluan tersebut?
9. Untuk keperluan azimuth awal, jika telah diketahui dua titik yang berkoordinat,
apakah masih diperlukan pengukuran azimuth?
10. Untuk keperluan pengembalian batas, azimuth apakah yang diperlukan?

Proyek
Lakukan pengukuran dengan menerapkan penyipatan datar dan penyipatan ruang
pada lapangan sepak bola! Catat besarnya jarak, beda tinggi, dan sudut yang
terbentuk pada setiap titik yang diukur! Gambarkan pada bidang datar.

Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X J|


Perawatan dan Pengecekan
Alat Ukur

Pekerjaan yang sama pentingnya dengan pengukuran tanah yaitu pemeriksaan dan
perawatan alat ukur tanah tersebut. Pengecekan (pemeriksaan) dilakukan untuk tujuan
memastikan komponen-komponen alat ukur berfungsi dengan baik. Sedangkan perawatan
bertujuan untuk mencegah kerusakan alat ukur termasuk komponen-komponennya sehingga
dapat digunakan dalam jangka waktu lama (usia pakai alat).

Kompetensi D asar m

3.19 Menerapkan teknik perawatan dan pengecekan jenis optik.


4.19 Melakukan perawatan dan pengecekan alat jenis optik.

K u n ci ^
0 Kerusakan
0 Komponen alat ukur
0 Pengecekan
0 Perawatan
J J!BI Konsep

Perawatan dan Pengecekan Alat Ukur

meliputi

'r

Alat ukur tanah jenis optik, baik waterpass maupun teodolit akan dapat di­
gunakan untuk pengukuran atau pengumpulan data ukur tanah jika komponen-
komponennya berfungsi dengan baik. Sebaliknya, jika salah satu komponen alat
tidak berfungsi dengan baik, maka hasil pengukuran tidak akan akurat. Bahkan alat
tersebut tidak dapat digunakan untuk melakukan pengukuran. Dengan demikian,
pengecekan (pemeriksaan) alat ukur dan perawatannya sangat penting dilakukan,
sama pentingnya melakukan pengukuran. Mengapa demikian? Karena dengan
melakukan pemeriksaan dan perawatan alat ukur tersebut, kegiatan pengukuran
dapat dilakukan dengan baik dan akurat hasilnya.
Bagaimana pulakah cara pengecekan dan perawatan alat ukur tanah optik
yang baik dan benar? Guna mengetahui proses pengecekan dan perawatan alat
ukur tanah optik yang baik dan benar, simak materi berikut!

Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


M.M Pengecekan Alat-Alat Ukur Tanah Jenis Optik
Pengecekan alat ukur tanah tidak kalah pentingnya dengan pekerjaan pengukur­
an. Pengecekan dilakukan guna memastikan alat yang akan digunakan untuk
pengukuran berjalan sesuai tujuannya. Pekerjaan pengecekan alat ukur dapat
berlangsung jika kita sudah mengetahui komponen-komponen alat ukur yang kita
gunakan dan fungsinya masing-masing. Berikut diuraikan komponen-komponen
alat ukur tanah dan cara pemeriksaannya.

1. Kom ponen-Kom ponen Alat Ukur


Alat ukur optik terdiri atas alat ukur
waterpass dan teodolit. Sebelum melakukan
pengecekan alat ukur tersebut, sebaiknya
kita pahami dahulu komponen-komponen
apa saja yang terdapat dalam alat ukur
tersebut.
Waterpass adalah alat ukur penyipat
datar optik. Sesuai namanya, tentu saja
komponen utamanya adalah teropong atau
lensa optik yang berfungsi sebagai alat
pembidik target. Adapun komponen-kom­
ponen waterpass lainnya dapat kita lihat Sumber: http://mataharielectronic.com

pada gambar di samping. Gambar 6.1 Komponen waterpass


Sesuai gambar tersebut, komponen-kom­
ponen yang terdapat pada waterpass dan fungsinya dapat disebutkan sebagai berikut.
a. Tribarch, berfungsi sebagai alas penyangga alat.
b. Lensa okuler, berfungsi untuk mengamati target yang dibidik.
c. Pengatur lensa okuler, berfungsi untuk m engatur fokus bacaan benang
diafragma.
d. Visir, berfungsi untuk membidik target secara kasar.
e. Pengatur fokus (mikrometer), berfungsi untuk memperjelas target yang dibidik.
f. Teleskop, berfungsi untuk melakukan pembidikan ke target.
g. Pelindung lensa objektif, berfungsi untuk melindungi lensa objektif.
h. Lensa objektif, berfungsi untuk melihat target bidikan.
i. Cermin nivo, berfungsi untuk melihat nivo kotak pada saat centering dan
pembidikan.
j. Sekrup penggerak halus horizontal, mengunci bidikan target supaya bacaan
sudut tidak berubah.

^ Bab VI Perawatan dan Pengecekan ALat Ukur |


k. Nivo kotak, berfungsi sebagai pendatar waterpass terhadap target (centering).
l. Sekrup pengatur gelembung nivo, berfungsi untuk menengahkan gelembung
nivo.
m. Lingkaran berskala horizontal, berfungsi untuk pembacaan horizontal.
n. Sekrup leveling (tiga sekrup ABC), berfungsi untuk mendatarkan nivo kotak.
Alat ukur optik selanjutnya adalah teodolit. Teodolit merupakan alat ukur
sudut yang dilengkapi bacaan horizontal dan vertikal. Berbeda dengan waterpass,
di mana waterpass hanya dapat digunakan untuk pengukuran sudut horizontal saja.
Dengan demikian, komponen alat ukur teodolit juga berbeda dengan waterpass
walaupun pada prinsipnya banyak yang sama. Perhatikan gambar berikut, sehingga
Anda dapat mengetahui komponen-komponen teodolit.

Sumber: http://www.mohaveinstrument.com

Gambar 6.2 Komponen teodolit SOKKIA TM1A


Pada gambar tersebut diberikan contoh komponen teodolit SOKKIA TM1A
dengan komponen-komponen sebagai berikut (amati Gambar 6.2).
a. Tribarch (plat dasar).
b. Sekrup pendatar nivo (ABC).
c. Nivo kotak pendatar alat.
d. Sekrup pengunci penggerak horizontal.
e. Sekrup mikrometer.
f. Sekrup pengatur bacaan horizontal dan vertikal.

Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


g. Lensa objektif.
h. Visir pembidik target secara kasar.
i. Ring pengatur fokus lensa objektif.
j. Penutup koreksi reticle.
k. Lensa okuler.
l. Lensa mikrometer.
m. Sekrup pengunci penggerak vertikal.
n. Sekrup penggerak halus vertikal.
o. Sekrup penggerak halus horizontal.
p. Nivo tabung.
q. Sekrup pengatur nivo tabung.
r. Cermin reflektor cahaya.
s. Slot pemasangan kompas.
Kom ponen-kom ponen teodolit pada dasarnya sama di
Sumber:
setiap jenis teodolit berbagai merek. Hanya bentuk dan letak http://mohaveinstrument.com
komponen yang berbeda antara merek satu dengan merek yang
lain. Perhatikan gambar di samping! Dapatkah Anda sebutkan Gambar 6.3
nama-nama komponen teodolit TOPCON tersebut? Teodolit TOPCON

Jelaskan komponen-komponen pada alat teodolit TOPCON beserta fungsinya masing-


masing!

2. Pengecekan Alat Ukur


Pada um um nya alat ukur tanah optik sudah dilengkapi buku petunjuk
mengenai cara penggunaan, pengecekan, dan perawatannya. Pengecekan alat ukur
dilakukan dengan tujuan mengetahui ada tidaknya kerusakan alat baik komponen-
komponennya maupun keseluruhannya. Dengan demikian dapat diketahui masih
layak atau tidak alat ukur tersebut digunakan untuk melakukan pengukuran.
Selain itu, pengecekan juga dapat mengindikasikan perlu tidaknya perbaikan alat
tersebut, sehingga jika ada kerusakan tidak akan menjadi semakin parah.
Setelah Anda mengetahui kom ponen-kom ponen alat ukur waterpass dan
teodolit, melakukan pengecekan alat akan lebih mudah dilakukan. Pengecekan
y a n g p a lin g u ta m a a d a la h m e n e n tu k a n a p a k a h m a sin g -m a s in g k o m p o n e n alat
dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Misalnya, pengecekan pada komponen
sekrup pendatar nivo (tiga sekrup ABC) apakah masih dapat diputar ataukah

| Bab VI Perawatan dan Pengecekan Alat Ukur


sudah aus. Jika sekrup pendatar nivo tersebut sudah tidak berfungsi, maka kita
tidak dapat mendatarkan alat (mengatur gelembung nivo ke tengah).

m :m Perawatan Alat-Alat Ukur Tanah Jenis Optik


Peralatan ukur tanah agar dapat digunakan dengan baik dan memiliki usia
pakai jangka panjang harus selalu dilakukan perawatan rutin sehingga terhindar
dari kerusakan. Sebelum melakukan perawatan, tentunya harus diketahui (dengan
pengecekan) jenis-jenis kerusakan apa saja yang dapat terjadi pada alat-alat ukur
tersebut. Hal ini penting, karena selain dapat melakukan perawatan dengan benar,
juga dapat menentukan jenis perawatannya. Berikut akan dibahas mengenai jenis-
jenis kerusakan pada alat ukur optik dan cara perawatannya.

1. Jenis Kerusakan Alat Ukur


Sebagaimana peralatan mekanis pada umumnya, peralatan ukur tanah juga
dapat mengalami kerusakan. Jika alat ukur tanah rusak, tentunya tidak akan dapat
digunakan untuk melakukan pengukuran. Kerusakan yang sering terjadi pada alat
ukur tanah waterpass maupun teodolit antara lain sebagai berikut.
a. Kerusakan garis bidik sehingga tidak sejajar dengan garis nivo.
b. Lensa teropong pecah atau kotor karena debu dan berjamur, atau bahkan
tidak bisa diputar.
c. Sumbu pertama tidak tegak, dan sumbu kedua tidak mendatar.
d. Diafragma horizontal tidak bisa mendatar atau diafragma vertikal tidak bisa
ditegakkan.
e. Nivo kotak rusak.
f. Bacaan sudut horizontal atau vertikal tidak jelas terlihat.
g. Sekrup pengatur fokus dan gerakan horizontal tidak bisa diputar.

2. Perawatan Alat Ukur


Perawatan alat ukur tanah harus dilakukan secara baik dan secermat mungkin.
Dengan melakukan perawatan, alat ukur tanah dapat digunakan untuk pengukuran
dengan baik. Seperti kita ketahui bersama, semua alat ukur optik dilengkapi
dengan buku petunjuk penggunaan maupun cara perawatannya. Oleh karena itu,
sebaiknya instruksi-instruksi yang terdapat dalam buku petunjuk tersebut kita
laksanakan dengan baik. Prosedur perawatan alat ukur tanah optik tersebut dapat
kita lakukan sebagai berikut.

Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


a. Penyimpanan
Sebaiknya alat ukur tanah disimpan dengan baik
dalam keadaan bersih dan kering. Penyim panan
sebaiknya memperhatikan suhu udara dan kelembapan
ruangan. Hal tersebut penting dilakukan agar alat
terhindar dari debu dan tum buhnya jam ur pada
lensa. Jika penyimpanan alat tetap di dalam kotaknya,
sebaiknya diberikan silica gel. Tetapi jika disimpan
tanpa kotaknya, sebaiknya disimpan di lemari yang
Sumber: http://www.bmisurplus.com
kering dengan sirkulasi udara yang baik dan diberi
lampu untuk menjaga suhu dan kelembapan. Gambar 6.4 Kotak penyimpanan
teodolit
b. Pengangkutan
Guncangan dan benturan pada alat ukur dapat memengaruhi keakuratan
hasil pengukuran. Oleh karena itu, menjaga alat ukur dari bahaya guncangan
dan benturan terutama pada saat pengangkutan perlu diperhatikan. Pada rute pe­
ngangkutan dengan melewati jalan yang bergelombang atau rusak, sebaiknya alat
diletakkan dalam kotaknya dan dijaga dengan baik agar terhindar dari benturan
dan guncangan.
c. Mengeluarkan dari Kotak
Perlu diperhatikan pada saat mengeluarkan alat ukur dari kotak penyimpanannya.
Mengeluarkan alat ukur dari kotaknya harus dilakukan secara hati-hati, yaitu
dengan mengangkat dan memegang dengan kedua tangan karena umumnya alat
tersebut agak berat. Selain itu, jika hanya dipegang pada salah satu bagiannya
saja, kemungkinan dapat m erusak komponen-komponen alat tersebut. Setelah
dikeluarkan dari kotaknya, segera pasang alat ukur pada statif yang sudah disiapkan
sebelumnya. Kencangkan sekrup sehingga alat ukur tersebut kokoh terpasang pada
statif dan tidak jatuh.
d. Memasukkan Kembali ke Kotak
Setelah melakukan pengukuran, dan dirasa
penggunaan alat sudah cukup, masukkan kembali
alat ke dalam kotak penyimpanannya. Sebelum
Jelaskan faktor-faktor yang me­
melepas alat dari statifnya, persiapkan dahulu nyebabkan kerusakan pada alat
kotak penyimpanan sehingga siap menerima alat ukur tanah!
ukur tanah tersebut. Setelah kotak penyimpanan
siap, baru kita lepaskan alat ukur tanah tersebut
dari statifnya dan meletakkannya ke dalam kotak
penyimpanan tersebut.

^ Bab VI Perawatan dan Pengecekan Alat Ukur


1. Pengecekan dan perawatan alat ukur tanah jenis / [ I g k lltT ia n
optik sangat penting dilakukan untuk menjaga usia * ®
pakai dan keakuratan hasil pengukuran.
Pengenalan terhadap komponen-komponen alat ukur juga sangat penting
sehingga kita dapat melakukan pengecekan dan pemeriksaan dengan baik
dan cermat.
Komponen utam a alat ukur tanah jenis optik terdiri atas, teropong
pembidik, lensa objektif dan okuler, nivo kotak, serta lingkaran horizontal
berskala.
4. Perawatan alat ukur optik harus selalu m em perhatikan faktor suhu
dan kelembapan. Oleh karena itu, perlu diperhatikan tempat dan kotak
penyimpanan selalu kering, terdapat sirkulasi udara, dan suhu ruangan
yang normal.
Jika harus disimpan pada kotak penyimpanannya, alat ukur tanah optik
harus diberi silica gel agar tidak lembab sehingga bagian optik tidak
berjamur.
6 . Agar alat ukur optik tidak rusak dan hasil bacaan tetap akurat, kita
harus menjaga alat tersebut supaya terhindar dari benturan pada saat
pengangkutan maupun penyetingan alat.

f J Refleksi Diri
a. Berilah tanda centang (vO pada kotak yang Anda anggap sesuai!
Setelah mempelajari bab ini, bagaimanakah penguasaan Anda terhadap materi-materi
berikut?

Tidak Sangat
No. Materi Menguasai
Menguasai Menguasai
1. Komponen-komponen alat ukur
tanah optik. □ □ □
2. Pengecekan alat ukur tanah
optik. □ (J □
3. Jenis kerusakan alat ukur.
□ □ C
4. Prosedur perawatan alat ukur
melalui penyimpanan. O (J □

^ jJ jJ jJ ^ T e k n ik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X )


Tidak Sangat
No. Materi Menguasai
Menguasai Menguasai
5. Prosedur perawatan alat ukur
melalui pengangkutan □ □ □
6. Prosedur perawatan alat ukur:
mengeluarkan dari kotak dan
memasukkan kembali ke kotak
□ C □
b. Dari materi-materi tersebut, bagian manakah yang paling Anda sukai? Mengapa?
c. Apakah manfaat yang Anda dapatkan setelah mempelajari materi pada bab ini untuk
kehidupan sehari-hari?

M Latihan B
A. Pilihlah jawaban yang benar!
1. Alat ukur tanah optik sebelum digunakan harus dilakukan ....
A. perawatan D. pengaturan
B. pengecekan E. penyetelan
C. perbaikan

2. Agar alat ukur waterpass dan teodolit dapat dipakai selama mungkin, maka
tindakan yang harus dilakukan adalah ....
A. perawatan D. perbaikan
B. pengecekan E. penyimpanan
C. pengaturan

3. Pada saat penyimpanan alat ukur, faktor yang harus diperhatikan adalah ....
A. kotak penyimpanan
B. keamanan
C. suhu dan kelembapan
D. transportasi
E. perawatan

4. Manfaat melakukan pengecekan dan perawatan alat ukur tanah optik, kecuali...
A. mengetahui kerusakan alat
B. mencegah kerusakan alat
C. menambah usia pakai alat
D. melakukan perbaikan alat
E. menjaga alat tetap berfungsi baik

^ Bab VI Perawatan dan Pengecekan Alat U k u r ^ ^ ^ ^ ^


5. Komponen waterpass yang berfungsi mengatur fokus bacaan benang diafragma
adalah....
A. tribarch D. nivo
B. pengatur lensa okuler E. sekrup penggerak horizontal
C. visir
6. Fungsi pelindung lensa objektif, kecuali....
A. melindungi lensa objektif dari sengatan sinar matahari langsung
B. melindungi lensa objektif dari kotoran
C. melindungi lensa objektif dari debu
D. melindungi lensa objektif dari benturan
E. melindungi lensa objektif dari jamur

7. Pada saat centering alat, posisi mendatar ditentukan oleh gelembung nivo yang
berada d i ....
A. tepi D. tengah
B. kanan E. atas
C. kiri
8. Komponen yang berfungsi mendatarkan alat adalah ....
A. lingkaran berskala horizontal D. sekrup pengatur gelembung nivo
B. nivo kotak E. cermin nivo
C. sekrup leveling ABC

9. Fungsi visir pada alat ukur waterpass adalah ....


A. membidik target secara kasar
B. membidik target secara optik
C. centering
D. mengatur bacaan horizontal
E. memperjelas bacaan benang diafragma
10. Bagian alat ukur optik paling bawah yang berfungsi menyangga alat adalah ....
A. tribarch D. unting-unting
B. statif E. yalon
C. kaki tiga

11. Berikut komponen alat ukur yang terdapat di waterpass dan teodolit, kecuali....
A. sekrup penggerak halus horizontal D. lensa objektif
B. sek ru p p en g g e rak halus vertikal E. le n sa o k u le r
C. nivo kotak

12. Berikut komponen teodolit yang tidak terdapat di watepass, kecuali...


A. sekrup penggerak halus vertikal D. nivo kotak
B. sekrup pengunci penggerak vertikal E. slot pemasangan kompas
C. nivo tabung

Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


13. K om ponen-kom ponen teodolit bagian atas yang terdapat pada teleskop,
kecuali....
A. visir D. mikrometer
B. lensa objektif E. nivo
C. lensa okuler

14. Faktor yang dapat menyebabkan tumbuhnya jamur pada lensa optik adalah ....
A. silica gel
B. kotak penyimpanan
C. suhu dan kelembapan udara
D. sinar lampu pada saat penyimpanan
E. alat terkena hujan dan panas

15. Agar alat ukur optik tidak ditumbuhi jamur, maka pada saat menyimpan di dalam
kotak penyimpanan harus d ib e ri....
A. sinar D. pengatur suhu
B. sirkulasi udara E. pengatur kelembapan
C. silica gel

16. Kerusakan yang terjadi sehingga alat tidak dapat mendatarkan nivo kotak terjadi
pada kom ponen....
A. sekrup penggerak horizontal
B. sekrup penggerak vertikal
C. sekrup ABC
D. Sekrup pengunci penggerak horizontal
E. sekrup pengatur gelembung nivo

17. Benturan dan guncangan pada alat biasa terjadi pada s a a t....
A. penyimpanan D. pengangkutan
B. pengecekan E. perbaikan
C. perawatan

18. Berikut merek-merek teodolit modern, kecuali...


A. Wild D. Sokkia
B. Topcon E. South
C. Nikon
19. Tindakan perawatan alat ukur tanah ketika sudah selesai dilakukan pengukuran
adalah...
A. pengecekan komponen
B. m e m a s u k k a n k e k o ta k p e n y im p a n a n k e m b a li
C. mengelap dan membersihkan alat
D. memasang pada statif
E. melakukan kalibrasi

^ Bab VI Perawatan dan Pengecekan Alat Ukur


20. Tindakan pengecekan alat ukur agar hasil pengukuran akurat adalah ....
A. centering D. kolimasi
B. set up E. koreksi
C. kalibrasi

B. Selesaikan soal-soal berikut dengan benar!


1. Jelaskan tujuan melakukan pengecekan dan perawatan alat ukur tanah optik!
2. Sebutkan komponen-komponen alat ukur waterpass\
3. Sebutkan komponen-komponen alat ukur teodolit!
4. Komponen waterpass apakah yang harus diperiksa jika alat tidak bisa mendatar?
Jelaskan!
5. Sebutkan komponen yang membedakan antara waterpass dan teodolit!
6. Sebutkan jenis-jenis kerusakan alat ukur tanah optik!
7. Perawatan apakah yang harus dilakukan agar waterpass dan teodolit tidak
berjamur?
8. Bagaimanakah cara m enghindari benturan dan guncangan pada saat peng­
angkutan teodolit?
9. Jelaskan cara penyimpanan waterpass dan teodolit!
10. Jelaskan mengapa saat mengeluarkan teodolit dari kotak penyimpanan harus
menggunakan dua tangan!

Buatlah kotak penyimpanan te o d o lit ataupun waterpass dengan bahan apa saja
m enurut selera Anda! Parameter yang harus diperhatikan dalam pembuatan kotak
penyimpanan tersebut antara lain, keterjagaan alat dari benturan dan guncangan,
suhu dan kelembapan, sirkulasi udara, serta kemudahan dalam pengangkutan.
Dengan mem perhatikan parameter tersebut, kotak penyimpanan yang Anda buat
dapat menjaga alat ukur tersebut dengan baik.

Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


Pekerjaan pengukuran tanah tidak terlepas dari kendala-kendala yang mengakibatkan
hasil pengukuran menjadi tidak akurat. Ketidakakuratan hasil pengukuran tersebut dapat
disebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor alat ukur, juru ukur, dan alam. Agar data
hasil pengukuran menjadi akurat (benar), perlu dilakukan pemeriksaan data sehingga
nantinya data hasil pengukuran tersebut dapat digambarkan (dipetakan) secara benar
pula. Mengapa demikian? Dengan gambar (peta) pengukuran yang benar, pekerjaan
pematokan juga dapat dilakukan dengan benar. Dengan kata lain, pematokan dipengaruhi
oleh keakuratan peta hasil pengukuran. Sehingga pengecekan (pemeriksaan) data hasil
pengukuran sangat penting.

Kompetensi
3.20 Menerapkan proses pengecekan kebenaran data pengukuran.
3.21 Menerapkan teknik pengukuran dan pematokan (staking out).
4.20 Melakukan pengecekan kebenaran data pengukuran.
4.21 Melakukan pengukuran dan pematokan (staking out) sesuai gambar kerja konstruksi.

0 Kesalahan pengukuran 0 Pematokan


0 Koordinat 0 Sudut defleksi
0 Koreksi
Konsep J

Pada prinsipnya, semua pengukuran pasti mengalami kesalahan karena


penentuan harga pengukuran baik jarak maupun sudut tidak selalu tepat. Kita
hanya dapat menentukan harga pengukuran dengan perkiraan. Dengan melakukan
pengecekan data hasil pengukuran, kita dapat memperkirakan besarnya kesalahan
pada pengukuran tersebut.
Terdapat beberapa kesalahan dalam pengukuran tanah, baik kesalahan karena
faktor alat (sistematika), kesalahan karena faktor juru ukur (kesalahan besar),
maupun kesalahan karena juru ukur dan atau kondisi alam (kesalahan acak).
Kesalahan-kesalahan tersebut harus dikoreksi untuk mendapatkan data yang benar.
Oleh karena itu, pentingnya pengecekan kebenaran data pengukuran mutlak harus
dilakukan oleh pengguna data pengukuran tersebut.

Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


Pengecekan Kebenaran Data Pengukuran
Data pengukuran yang benar adalah data hasil pengukuran yang sudah diperiksa
dari kesalahan-kesalahan yang ditimbulkan baik dari juru ukur, alat ukur, maupun
kesalahan yang disebabkan oleh alam. Pengecekan data pengukuran berarti juga
melakukan perhitungan kesalahan-kesalahan. Dengan demikian dapat disimpulkan,
bahwa data pengukuran yang benar diperoleh dari hasil pengukuran dan koreksi
hasil pengukuran tersebut.
Sebagaimana kita ketahui, pengukuran tanah guna pemetaan meliputi peng­
ukuran jarak, beda tinggi, dan sudut. Seperti yang telah diuraikan di atas, setiap
pengukuran pasti mengandung kesalahan-kesalahan. Oleh karena itu, agar dapat
melakukan pengecekan kebenaran data pengukuran, maka harus mengetahui
terlebih dahulu kesalahan-kesalahan pengukuran tersebut.

1. Kesalahan Pengukuran Jarak


Setiap pengukuran termasuk pengukuran jarak pasti mengalami kesalahan.
Kesalahan pengukuran jarak termasuk kesalahan yang tidak dapat ditoleransi.
Oleh karena itu, hasil pengukuran jarak yang mengandung kesalahan tersebut
harus ditiadakan dan pengukuran harus diulang kembali. Agar dapat menghindari
kesalahan pengukuran jarak, sebaiknya pengukuran dilakukan dua kali. Kesalahan
pengukuran jarak biasanya bersumber dari pita ukur yang digunakan dan juru ukur.
a. Kesalahan Pita Ukur (Alat Ukur)
Dikarenakan beberapa faktor yang tidak dapat dihindari, seperti kondisi
peralatan dan alam, hasil pengukuran akan mengalami kesalahan yang besarnya
konstan (tetap). Misalnya kesalahan pengukuran dengan pita ukur yang sudah
tua dan pengaruh cuaca akan memengaruhi konstanta pemuaian pita ukur, maka
kesalahan yang disebabkan oleh pita ukur harus dikoreksi untuk menghasilkan
data pengukuran jarak yang benar.
1) Koreksi Kalibrasi Pita Ukur
Sebelum digunakan untuk pengukuran, maka pita ukur harus dikalibrasi
terlebih dahulu dengan pita ukur standar yang telah diakui kebenarannya
agar dapat menghilangkan kesalahan pengukuran. Sebagai contoh, pita ukur
sepanjang 50 meter dikalibrasi sehingga menghasilkan jarak 49,975 meter.
Dengan demikian, didapatkan konstanta kalibrasi sebesar 0,025 meter, yang
artinya setiap pengukuran sepanjang 50 meter terdapat penyimpangan hasil
pengukuran sebesar 0,025 meter.
Adapun untuk menghilangkan kesalahan tersebut, harus dilakukan koreksi
kalibrasi dengan persamaan berikut.
K = kd

^ Bab VII Pengukuran dan Pematokan


Keterangan:
K = besarnya koreksi
k = konstanta kalibrasi
d = perbandingan jarak yang diukur menggunakan pita ukur standar
Contoh:
Pada pengukuran jarak dengan pemenggalan sebanyak 5 titik didapat hasil
pengukuran sebagai berikut.
Titik 1 = 49,955 m, titik 2 = 49,925 m, titik 3 = 49,890 m, titik 4 = 49,950 m,
dan titik 5 = 49,945 m. Dari pengukuran tersebut didapatkan koreksi besarnya
jarak yang benar adalah sebagai berikut.
Jumlah total jarak ukur = titik 1 + 2 + 3 + 4 + 5 = 249,66 m maka
249,66
= 4,99 m
50
Konstanta kalibrasi = 0,025 m
Sehingga besarnya koreksi adalah:
K = kd
= 0,025 x (249,66 : 50)
= 0,025 x 4,99
= 0,12 meter
Jadi, hasil pengukuran menggunakan pita ukur tersebut benar jika sudah
dikoreksi sebesar 0,12 meter.
2) Koreksi Pemuaian Pita Ukur
Penggunaan pita ukur berbahan logam (steel alloy) sangat dipengaruhi oleh
suhu udara yang dapat menyebabkan pemuaian sehingga mengurangi ketelitian
hasil pengukuran. Guna menghilangkan kesalahan pengukuran akibat pemuaian
pita ukur dapat menggunakan rumus berikut.

K = d k ( t - t')

Keterangan:
K = koreksi muai pita ukur
d = total jarak
c = koefisien muai
t = suhu pada saat pengukuran
t' = suhu baku (suhu yang tidak menyebabkan pemuaian)
Contoh:
Dari contoh soal sebelumnya, diketahui koefisien muai pita ukur sebesar
0,0000009/°C, sementara suhu baku sebesar 20°C. Misalnya pengukuran titik
1 dilakukan pada suhu 28°C, titik 2 = 29°C, titik 3 = 27°C, titik 4 = 28°C,
dan titik 5 = 27°C maka koreksi akibat pemuaian tersebut adalah:

Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


K = dk (t - t')
= 249,66 x 0,0000009 x {(28 - 20) + (29 - 20) + (27 - 20) + (28 - 20) +
(27 - 20) : 5}
= 249,66 x 0,0000009 x {(8 + 9 + 7 + 8 + 7) : 5}
= 249,66 x 0,0000009 x 7,8
= 0,0017 meter
Jadi, koreksi akibat pemuaian tersebut adalah 0,0017 meter.
3) Koreksi Tegangan Pita Ukur
Pita ukur yang terbuat dari bahan baja memiliki massa cukup besar, dan akan
semakin bertambah besar seiring bertambahnya panjang pita ukur tersebut
dibandingkan pita ukur yang terbuat dari kain. Besarnya koreksi hasil pengukuran
yang disebabkan tegangan pita ukur tersebut adalah sebagai berikut.

Keterangan:
T = tegangan lapangan
Tg = tegangan baku
A = luas penampang pita ukur
E - besaran modulus Young
Contoh:
Pada pengukuran titik 3 yaitu 49,890 meter memiliki tegangan lapangan sebesar
200 N /m m dan tegangan bakunya 150 N/mm. Sedangkan luas penampang
pita ukur sebesar 5 mm, dan besar modulus Young adalah 150.000 N/mm.
Setelah besarnya koreksi adalah sebagai berikut.
{49, 890 x (200 - 150)} 2 494 5
’ = 0,0033 meter
(5 x 150.000) 750.000
Jadi, koreksi tegangan pita ukurannya adalah 0,0033 meter.
b. Kesalahan Juru Ukur
Kesalahan juru ukur terjadi akibat kekurangan yang dimiliki juru ukur tersebut.
Misalnya pada saat pembacaan hasil pengukuran, hasil pengukuran akan berbeda
jika dilakukan pembacaan oleh dua orang yang berbeda. Kesalahan tersebut
dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kesalahan akibat kecenderungan juru
ukur melakukan kesalahan yang sama, dan kesalahan akibat faktor psikis yang
mempengaruhi hasil pengukuran.

2. K e s a la h a n P e n g u k u ra n B e d a T in g g i
Kesalahan pengukuran beda tinggi disebabkan oleh kesalahan juru ukur,
kesalahan pengaturan alat, dan kesalahan yang disebabkan oleh alam.

^ Bab VII Pengukuran dan Pematokan


a. Kesalahan Juru Ukur
Jenis kesalahan juru ukur, antara lain sebagai berikut.
1) Kesalahan Besar
Kesalahan besar disebabkan karena kecenderungan juru ukur yang kurang
hati-hati, kurang pengalam an, dan m ungkin karena kelelahan sehingga
mengakibatkan kesalahan pembacaan bak ukur dan kesalahan pencatatan
baik karena salah pendengaran maupun salah mencatat data pada kolom yang
benar.
2) Kesalahan Sistemik
Kesalahan sistemik disebabkan karena ketelitian alat ukur yang sudah berkurang
seperti rambu ukur tidak tegak lurus, salah kolimasi, kesalahan skala rambu,
dan kesalahan titik nol rambu tersebut. Pada kesalahan tegak rambu, sebaiknya
pada rambu diberikan nivo kotak agar ketegakan rambu dapat diatur. Dengan
demikian kesalahan tersebut dapat dihindari.
3) Kesalahan Acak
Kesalahan acak biasanya terjadi karena kondisi alam atau mungkin karena
kesalahan juru ukur sendiri. Akibat kondisi alam, pengukuran dipengaruhi
oleh angin dan suhu, serta kekuatan tanah yang memengaruhi kestabilan
kedudukan alat ukur. Suhu juga berpengaruh pada pemuaian nivo dan alat
ukur secara keseluruhan. Akibat juru ukur, kesalahan pengukuran disebabkan
karena kurang pengalaman dan kelemahan pada penglihatan. Oleh karena itu,
untuk mengatasi kesalahan yang disebabkan oleh juru ukur tersebut perlu
ditingkatkan keterampilan juru ukur bahkan diganti dengan juru ukur yang
lebih berpengalaman.
b. Pengaturan Alat
Pengaturan alat ukur sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengukuran
beda tinggi. Kesalahan yang paling utama pada pengaturan alat ini adalah salah
kolimasi. Agar kesalahan kolimasi dapat dihilangkan, diperlukan pengaturan alat
dengan cara sebagai berikut.
1) Atur dua buah bak ukur yang diletakkan di atas dua titik dengan jarak 60 meter.
2) Letakkan alat ukur di tengah dua bak ukur dan di antara kedua bak ukur tersebut.
3) Bidik bak ukur pertama kemudian baca benang tengahnya.
4) Bidik bak ukur kedua dan atur ketinggian titiknya hingga hasilnya sama
dengan bacaan pada bak ukur pertama.
5) Pindahkan alat ke dekat bak ukur kedua (titik kedua) hingga eyepiece tepat
pada bak ukur tersebut, kemudian baca ketinggiannya pada bak ukur kedua
tersebut.

k Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


Pengaturan alat (set up) sangat penting pada suatu pengukuran. Jelaskan bagaimana
cara set up waterpass pada pengukuran beda tinggi agar diperoleh data pengukuran
yang akurat dan benar!

c. Kesalahan oleh Alam


Kesalahan oleh alam disebabkan karena faktor kelengkungan bumi dan refraksi.
Bumi sebagai suatu bulatan besar memiliki jari-jari (R = 6.370 km), sedangkan garis
nivo akan melengkung sesuai bentuk permukaan bumi, tetapi garis bidikan (L)
selalu mendatar atau tegak lurus terhadap garis gaya berat di tempat pengamatan.
Sehingga, koreksinya adalah K = 0,0785 L.
Efek refraksi juga harus diperhatikan, karena dapat membuat garis bidikan
tidak mendatar tetapi melengkung ke arah permukaan bumi. Besarnya efek refraksi
sebesar 1/7 efek kelengkungan bumi, sehingga besarnya koreksi menjadi

K = — (0,0785 L) + 0,0673 L
7

3. Kesalahan Pengukuran Sudut


Kesalahan pengukuran sudut juga dapat disebabkan karena faktor kesalahan
alat, juru ukur, dan kesalahan yang disebabkan oleh alam. Berikut beberapa
kesalahan yang timbul akibat ketiga faktor tersebut.
a. Kesalahan Alat
Kesalahan yang paling berpengaruh karena alat adalah kesalahan akibat
terungkitnya lingkaran berskala, salah periodik, dan salah pusat lingkaran.
1) Kesalahan Lingkaran Berskala Terungkit
Pada umumnya kesalahan lingkaran berskala terungkit sangat kecil dan jarang
terjadi, seandainya besarnya kesalahan lingkaran terungkit sebesar 1’ pada
pengukuran sebesar 45°, besarnya kesalahan yang terjadi hanyalah sebesar
0,004.
2) Kesalahan Graduasi Lingkaran
Pada alat ukur teodolit modern kesalahan graduasi lingkaran jarang terjadi,
tetapi pada alat ukur teodolit lama masih sering terjadi kesalahan. Agar
k e sa la h a n p e m b a g ia n skala lin g k a ra n in i d a p a t d ih ila n g k a n , selalu d ila k u k a n
pengukuran seri (berulang) dengan m elakukan pem bacaan arah yang
bersangkutan pada beberapa bagian lingkaran.

Bab VII Pengukuran dan Pematokan


3) Kesalahan Pusat Lingkaran
Kesalahan pusat lingkaran disebabkan karena ketidaktelitian pembuat alat
pada saat menentukan pusat lingkaran berskala, sehingga terjadi keadaan
eksentrisitas pembacaan sudut yang bersangkutan di mana sumbu putar tidak
melalui pusat lingkaran. Jika arah bidikan terletak pada garis yang melalui
pusat lingkaran berskala, maka tidak terdapat kesalahan. Akan tetapi, jika
diputar sebesar 90° maka terdapat kesalahan sebesar x. Kesalahan semakin
besar (2x) jika diputar sebesar 270°. Dengan demikian, untuk menentukan
besarnya kesalahan pada pem utaran sembarang (A) didapatkan rumus:

X = x sin A

b. Kesalahan Juru Ukur


Kesalahan juru ukur juga dapat berbentuk kesalahan besar, kesalahan sistemik,
dan kesalahan acak. Kesalahan besar dapat diatasi dengan melakukan pengukuran
berulang. Kesalahan sistemik diatasi dengan peneraan alat (kalibrasi) dan direduksi
dari hasil ukuran. Kesalahan acak diatasi dengan perataan kwadrat sehingga dapat
ditentukan hasil ukuran yang paling benar dengan tingkat ketelitiannya. Cara
tersebut sering dinamakan metode least square atau salah menengah. Misalnya
kita melakukan pengukuran dengan alat teodolit yang sama sebanyak n kali pada
sudut a , maka sudut a tersebut dapat dirata-ratakan dengan harga rata-rata sebagai
berikut.

„ 1 , , [Ia ]
X = — (a, + a , + a , + .... + a ) = L— -
n 1 2 3 " n

c. Kesalahan Karena Faktor Alam


Sama dengan kesalahan besar, sistemik, dan kesalahan acak, kesalahan
karena alam juga dapat diatasi dengan teknik yang sama, yaitu membuang dan
mereduksi hasil ukuran sehingga yang tertinggal hanya kesalahan kebetulan
saja. Salah kebetulan tidak dapat dihindari, seperti adanya getaran bum i secara
terus-menerus.

J W Pengukuran dan Pematokan


Suatu rancangan konstruksi yang didapatkan dari pengukuran tanah, selanjut­
nya diaplikasikan ke lapangan untuk memulai pekerjaan konstruksi tersebut.
Proses pem indahan rancangan yang berbentuk gambar (peta) ke atas permukaan
bum i disebut pematokan (staking out). Proses ini juga m em butuhkan ketelitian
pengukuran yang tinggi, karena jika terjadi penyimpangan maka pekerjaan harus

TV Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X


diulang yang berarti juga membutuhkan tambahan biaya, tenaga, serta waktu.
Misalnya pematokan pada konstruksi bangunan rumah, harus diperhatikan tegak
lurusnya tembok sehingga nantinya pemasangan ubin menjadi benar.
Proses pematokan berkaitan erat dengan pengukuran (survei) yang dilakukan
sebelumnya, di mana titik ikat yang diukur pada pemetaan sebelumnya harus
tetap tersedia. Demikian juga dengan kerangka dasar yang masih diperlukan
untuk mematok rancangan konstruksi yang sudah dibuat. Pada subbab ini, akan
diuraikan mengenai proses pematokan yang umum digunakan di lapangan yaitu
pematokan garis lurus dan pematokan lengkungan.

1. Pem atokan Garis Lurus


Pematokan garis lurus, misalnya pematokan jalan raya adalah pematokan garis
singgung yang menghubungkan antara dua titik potong. Artinya garis singgung
tersebut berfungsi sebagai pelurus yang menyinggung dua buah lengkungan, di
mana pematokan dimulai dari belokan satu ke belokan yang lain. Pada umumnya,
pematokan garis singgung dilakukan setiap jarak 50 meter yang diikatkan pada
sepasang tiang titik ikat pada jarak sekitar 500 meter. Adapun proses pematokan
garis singgung dimulai dengan menentukan titik awal dari rencana sumbu jalan.
a. Pematokan Titik Awal
Sepasang tiang titik ikat diperlukan 0
untuk pematokan rencana sumbu ja­
lan, di mana salah satu titik ikat ter­
sebut sebagai titik awal yang harus
tersedia di lapangan dan diketahui
koordinatnya. Misalnya titik awal yang
akan dicari letaknya di lapangan adalah
titik 0 yang didapatkan dari pemetaan
sebelum nya m em punyai koordinat Gambar 7.1 Pematokan titik 0
(XQ, Y0). Perhatikan Gambar 7.1!
Agar dapat menentukan titik 0, maka digunakan acuan yang dimulai dari
titik A atau titik B. Akan tetapi, agar pengukuran lebih teliti sebaiknya dilakukan
dari kedua titik tersebut. Langkah penentuannya yaitu dengan menghitung sudut
jurusan garis AB (a AB), A0 (a A0), sudut a , dan jarak A0.
1) Sudut jurusan garis AB (a AB):
(X. - X )
a AB = arc tan — i-----A.
(Yb - ya)

{ Bab VII Pengukuran dan Pematokan


2) Sudut jurusan garis AO (a A0):
, (X - X .)
= arc tan —°------Al
(n -
3) Sudut a:
a = a A B ~ a Ao

4) Menghitung jarak AO:

d - (X0 - Xa)
S ln t t AO

Setelah perhitungan tersebut diperoleh nilainya, maka dilakukan pematokan


dengan cara sebagai berikut.
1) Letakkan teodolit di titik di atas titik A.
2) Bidikkan teodolit ke titik B dengan pembacaan lingkaran horizontal misalnya x.
3) Putar teodolit searah putaran jarum jam sehingga didapatkan pembacaan
lingkaran horizontal menjadi x + (360° - a).
4) Ukur dengan pita ukur sesuai panjang jarak titik A0 yang sudah dihitung di
atas searah garis bidik teleskop. Dengan demikian letak titik 0 dapat diketahui.
Dengan metode yang sama, penentuan titik 0 juga dapat dicari dari titik
B yaitu dengan menghitung sudut jurusan titik BQ (a B0), sudut (3, dan jarak B(].
Kemudian pelaksanaan pematokannya dimulai dari titik B dengan langkah-langkah
yang sama.
b. Pematokan Sumbu Rencana Jalan
Pematokan sumbu rencana jalan
dilakukan dengan pematokan garis
singgung yang m enghubungkan
dua titik (titik awal dengan titik
B). N am un, sebelum m elakukan
pematokan dengan jarak setiap 50
meter pada garis singgung tersebut,
harus ditentukan terlebih dahulu
arah pelurusnya.
Sebelum melakukan pematokan,
terlebih dahulu hitung sudut jurusan
garis 0A (a ()4), sudut jurusan pelurus
1 (a 0B), sudut Aqb, dan jarak pelurus
1 (d J .

0ESS Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


1) Sudut jurusan garis OA (a 0A):

a O.A. = arc tan ( * . - * q)


(y a - w
2) Sudut jurusan pelurus 1 (a ):

a UnD
r>
= arc tan a - x°}
^
3) Sudut A ob:
Y = a n„ " a ,OB
4) Jarak pelurus 1 (dQB):
j . - *„>
OB — ;----------
sin a 0B
Setelah perhitungan tersebut diperoleh nilainya, maka dilakukan pematokan
dengan cara sebagai berikut.
1) Letakkan teodolit di titik 0.
2) Bidikkan teodolit ke titik B dengan bacaan lingkaran horizontal misalnya x.
3) Putar teodolit searah putaran jarum jam sehingga didapatkan pembacaan
lingkaran horizontal menjadi x + (360° - y).
4) Ukurkan pada jarak setiap 50 meter dari titik 0 ke titik B searah garis bidik
teleskop, sehingga titik B dapat dipatok.
Dengan cara yang sama, titik C juga dapat dipatok dengan melakukan
perhitungan sudut jurusan pelurus BC, sudut luar 0BC, dan jarak pelurus 2.
1) Sudut jurusan pelurus BC:

a BC = arc tan ( x . -
o r. - y r)
2) Sudut luar 0BC:
^ ^B 0 ^B C

3) Jarak pelurus 2 (d ):
<*c * b)
^B C
sin a BC
Setelah melakukan perhitungan tersebut, lakukan pematokan dengan cara
sebagai berikut.
1) Letakkan teodolit di titik B.
2) Bidikkan teodolit ke titik C dengan bacaan lingkaran horizontal misalnya x.
3) Putar teodolit searah putaran jarum jam sehingga didapatkan pembacaan
lingkaran horizontal menjadi x + (360° - 5).
4) Ukurkan pada jarak setiap 50 meter dari titik B ke titik C searah garis bidik
teleskop, sehingga titik C dapat dipatok.

^ Bab VII Pengukuran dan Pematokan


c. Pematokan Garis Singgung
Pematokan garis singgung dilakukan dengan membuat pematokan setiap 50
meter pada garis singgung tersebut setelah semua data kedudukan awal, arah, dan
panjang pelurus diketahui. Adapun pemasangannya dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut.
1. Letakkan teodolit di titik 0, kemudian tentukan arah pelurus tersebut (aOB)
dan rentangkan pita ukur sepanjang 50 meter. Dengan demikian titik pertama
diketahui. Pasangkan patok di titik tersebut (titik 0 + 50) sampai setengah
jarak pelurus (titik 0 + 250).
2. Atur teodolit dengan memindahkannya ke titik tengah pelurus (titik 0 + 250)
dan bidikkan ke titik 0. Atur bacaan teodolit dalam kedudukan luar biasa, dan
ukur jarak 50 meter, kemudian pasang patok pada pelurus tersebut hingga ke
titik B.

2. Pem atokan Lengkungan


Pelaksanaan pem atokan lengkungan setelah semua data diketahui perlu
mempertimbangkan bentuk lengkungan tersebut, di mana pada lengkungan lebih
dari 100 meter, pematokan harus dilakukan dengan teodolit sehingga didapatkan
ketelitian yang tinggi. Pada lengkungan dengan jari-jari kecil, pematokan dilakukan
dengan teknik pengukuran jarak m enggunakan pita ukur. Sedangkan pada
lengkungan yang sederhana, pematokan dapat dilakukan dengan kombinasi dua
metode tersebut.
a. Lengkungan dengan Jari-Jari Pendek
Pematokan pada lengkungan dengan jari-jari pendek dapat dilakukan dengan
metode sebagai berikut.
1) Pematokan Pusat Lengkungan
Pada Gambar 7.3, belokan
iP
terletak pada perpotongan
jalan dengan panjang garis
singgung QP dan QP|5 maka
pelaksanaan pematokan pa­
da pusat lengkungan d a ­
pat dilakukan dengan cara
berikut.
a) Ukur pelurus dengan ja­
rak QP dan QPl dari Q.
Gambar 7.3 Pematokan belokan jalan
b) Pasang patok pada titik
tersebut dengan baut besi di atasnya sehingga jelas kedudukan titik P dan
P, tersebut.

^ j ^ ^ J jT e k n ik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


c) Pasang pita ukur pada masing-masing baut besi dari titik P dan P untuk
mendapatkan pusat lengkungan.
d) Selanjutnya, setiap titik yang akan diset dilakukan dengan cara memasang
pita ukur dari titik 0 dengan panjang jari-jari ke arah titik P atau ke arah
titik Pr
Perlu dicatat, bahwa metode tersebut hanya dapat dilakukan pada lengkungan
dengan jari-jari kurang dari 50 meter karena keterbatasan panjang pita ukur
yang tersedia pada umumnya.
2) Pematokan pada Garis Singgung
Pematokan pada garis singgung dapat dilakukan jika titik deviasi kurang dari
50°, di mana panjang lengkungannya cukup pendek. Sesuai Gambar 7.3 terlihat
b merupakan sebuah offset garis singgung dengan jarak a meter. Garis AB sejajar
dengan garis singgung yang memotong jari-jari. Panjang AP sama dengan
panjang b dan panjang AO sama dengan jari-jari dikurangi panjang a.
Pada segitiga AOB, panjang OA = V(0B - A B ), sehingga r - b = ffr - a atau
b = r - ffr - a . Dengan demikian, pematokan b dapat diset langsung dengan
menghitung dari setiap jarak a sepanjang garis singgung. Misalnya kita ambil
selang absis sepanjang x meter, didapatkan koordinat sebagai berikut.
a) Koordinat titik 1, yaitu:
X, = x
Yl = r - V(r - X,) = r - V(r - x)
b) Koordinat titik 2, yaitu:
X2 = 2x
Y2 = r - V(r - X2) = r - V{r - (2x)}
c) Koordinat titik 3, yaitu:
X3 = 3x
Y2 = r - V(r - X2) = r - V{r - (3x)}
d) Sedangkan untuk koordinat titik n (koordinat selanjutnya), yaitu:
X n = n.x
Yn = r - V(r - X n) = r - V{r - (nx)}

Contoh:
Berdasarkan Gambar 7.3, misalnya diketahui sudut defleksi 6 = 60°, jari-
jari lengkungan 60 meter, dan selisih absis 6 meter maka, dapat ditentukan
koordinat titik-titiknya sebagai berikut.
Titik 1: = 6, T, = 60 - V (60 - 6) = 60 - V3564 - 60 - 59,69 = 0,31
Titik 2: X2 = 12, Yt = 60 - V (60 - 12) = 60 - V3456 = 60 - 58,79 = 1,21

^ Bab VII Pengukuran dan Pematokan


Titik 3: X3 = 18, Yl = 60 - V(60 - 18) = 60 - V3276 =
Titik 4: X4 = 24, Yx = 60 - V(60 - 24) = 60 - V3024 =
Titik 5: X5 = 30, T, = 60 - V (60 - 30) = 60 - V2700 =
Berdasarkan perhitungan di atas, cara pematokannya dapat dilakukan sebagai
berikut.
a) Ukur m undur sepanjang pelurus dari titik Q dengan jarak QP dan QP{,
kemudian patok kedudukan titik P dan P .
b) Patok setiap jarak 5 meter sepanjang pelurus di antara titik Q dan titik
singgung.
c) Patok offset b pada sudut 60° terhadap garis singgung dan patok di setiap
titik.
b. Pematokan pada Busur Lingkaran
Pematokan lengkungan dengan metode busur lingkaran ini selalu diawali dari
titik singgung P yang merupakan titik pusat sumbu koordinat bersama-sama titik
Pj (garis hubung titik singgung dengan titik potong) sebagai sumbu X dan titik
0P sebagai sumbu Y. Pematokan busur lingkaran ini dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut.
1) Metode Selisih Busur x 2

Berdasarkan gambar di samping, unsur-


unsur yang diketahui adalah jari-jari,
sudut defleksi, dan panjang lengkungan.
Jika jum lah penggalan sebanyak n,
panjang segmen busur tersebut yaitu
1
a - —
n
Besarnya sudut 8 (defleksi) di pusat
lingkaran dapat ditentukan dengan
rumus:
f o^
fU- 1J n j G am bar 7.4 Metode selisih busur
V

U n tu k m e n e n tu k a n k o o rd in a t u ju n g se g m e n b u s u r d a p a t d ig u n a k a n sebagai
sistem koordinat dengan titik singgung P sebagai pusat salib sumbu. Adapun
cara perhitungannya sebagai berikut,
a) Koordinat titik 1, yaitu:
X. = r sin 5
1 6
Y = r - r cos 8 = 2r sin—
1 2

Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


b) Koordinat titik 2, yaitu:
X = r sin 26
v .s . 26
Y = r - r cos 26 = 2r sin—
2
c) Koordinat titik 3, yaitu:
X - r sin 36
v = r - r cos 36 = o2r sin—
Y • 35
3 2
Dengan menggunakan rumus yang sama seperti di atas, juga dapat ditentukan
koordinat titik ke-n, yaitu:
X - r sin n6
v * ~ . «6
Y = r - r cos no = 2r sin— n

Contoh:
Misalkan diketahui data sesuai Gambar 7.4, yaitu jari-jari = 30 meter, sudut
defleksi = 60°, dan titik yang diambil sebanyak 5 buah. Dari data tersebut
maka dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut.

Panjang busur = r 6 — = 30 x 60 x = 31,4 meter.


180° 180
1 314
Titik yang diambil = 5 buah, maka a = — = —— = 6,28 meter.
Sehingga, n 5

360° ^ f 6,28 '360°"


8=M = 0,20x57,3 = 11,46°
U Jv 2n, l 30 J s, 2n y
Dengan dem ikian, koordinat titik-titik tersebut dapat diketahui dengan
perhitungan berikut.
a) Koordinat titik 1:
X 1 = r sin 6 = 30 sin 11,46° = 6 meter
g
Y = r - r cos 5 = 2r sin— = 60 sin ''l 1,46° A= 60 sin 5,73 = 0,5 meter
1 2 v 2 y
b) Koordinat titik 2:
X 2 = r sin 26 = 30 sin 22,92 = 12 meter
2g 11,46°
Y = r - r cos 26 = 2r sin— = 60 sin 2x = 60 sin 11,46 = 2 meter
2
c) Koordinat titik 3:
X } = r s in 36 = 30 sin 34,38 = 17 m e te r
3g
' 11,46°A
Y = r - r cos 36 = 2r sin— = 60 sin 3 x ------- = 60 sin 17,19 = 5 meter
3 2 V 7

^ Bab VII Pengukuran dan Pematokan


d) Koordinat titik 4:
X = r sin 45 = 30 sin 45,84 = 21 meter

45 11,46 o 'N
Y = r - r cos 46 = 2r sin— = 60 sin 4x = 60 sin 22,92 = 9 meter
4 2
e) Koordinat titik 5:
X5 = r sin 56 = 30 sin 57,3 = 25 meter

5§ 11,46° ^
Y = r - r cos 56 = 2r sin— = 60 sin 5 x ------- = 60 sin 28,65 = 14 meter.
5 2 V
2) Metode Perpanjangan Tali Busur
Langkah awal penentuan koordinat dengan P x2 x2 x3
metode perpanjangan tali busur, pada mulanya
(langkah awal) sama dengan cara pematok­
an garis singgung, dengan absis dan ordinat
pematokan diambil sepanjang sumbu X dan
tegak lurus terhadapnya. Tetapi pada langkah
kedua, absis dan ordinat pematokan diletak­
kan pada sumbu baru yang dibuat dengan
perpanjangan tali busur dan tegak lurus ter­
hadapnya. Perhatikan Gambar 7.5!
Misalnya panjang tali busur pertama adalah x, Gambar 7.5 Metode perpanjangan
besar sudut pusat dengan panjang tali busur tali busur
x akan selalu sama pada setiap pematokan
dengan:

Dengan demikian:
6 x
— = arc sin —
2 2r
X
6 = 2 arc sin —-
2r
Sehingga, penentuan koordinat titik 1 dihitung dari xt dan y} pada sudut 90°
dengan rumus berikut.
v 8
X = x cos —
2
vY ■ —
- x sin 5
2
Dengan rumus yang sama, koordinat titik 2 dan seterusnya juga dihitung
menggunakan panjang x 2 dan y 2, x 3 dan dan seterusnya pada sudut 90°.

Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


Dengan metode perpanjangan tali busur, tentukan koordinat titik yang diambil sebanyak
5 buah dengan sudut defleksi 45° dan jari-jari lengkungan sepanjang 60 meter!

3) Metode Koordinat Polar


Pem atokan pada m etode koordinat polar langsung dilakukan dari titik
5 38 58
singgung P, sehingga sudut-sudut yang dibentuk adalah — , 6, — , 26, — ,
2 2 2
dan seterusnya. Jika diambil panjang tali busur sebesar x, maka dari hubungan
8 x
tersebut juga berlaku: sin— = — .
2 2r
Untuk setiap pematokan dari titik P, dapat ditentukan koordinatnya sebagai
berikut.
a) Koordinat titik 1
Setiap pematokan titik, besar sudut akan selalu bergerak sebesar — , dan
8
6 2
besarnya jarak = x. Sehingga, Sj = — , dx - x.
b) Koordinat titik 2

S1 = — = 6 , d ' = 2r sin 6
2
c) Koordinat titik 3
36 36
S = — , d = 2 r sin
3 2 3 2
d) Koordinat titik 4
46
S = — = 26, d. = 2r sin 26
2
e) Koordinat titik ke-n
Gambar 7.6 Metode koordinat polar
6
S = n— , d 2 r sin n —
2 " 2
Untuk pelaksanaan pematokan dengan metode koordinat polar ini, dapat
dilakukan dengan cara berikut. (Amati Gambar 7.6).
a) Letakkan teodolit di titik singgung P dan arahkan teleskop ke titik
p o to n g 1.
b) Putar teleskop sebesar — terhadap arah Px untuk mendapatkan arah
pematokan titik 1. ^

C Bab VII Pengukuran dan Pematokan


c) Ukurkan hasil pengukuran jarak pertama (d sehingga diketahui titik
patok yang pertama.
d) Ulangi langkah-langkah di atas untuk mendapatkan titik pematokan yang
lain.

1. Pengecekan kebenaran data pengukuran u n tu k


mengetahui besarnya kesalahan pengukuran yang T Rangkuman
meliputi kesalahan pengukuran jarak, beda tinggi,
dan sudut.
2. Kesalahan-kesalahan pengukuran disebabkan karena beberapa faktor
seperti faktor alat, juru ukur, dan kondisi alam.
3. Berdasarkan jenisnya, kesalahan pengukuran dapat dibedakan menjadi
kesalahan besar, kesalahan sistemik, dan kesalahan acak atau kebetulan.
4. Pematokan m erupakan kebalikan dari surveying, di m ana rancangan
pekerjaan konstruksi di atas kertas diterapkan ke lapangan di atas per­
mukaan bumi.
5. Pekerjaan pematokan yang umum digunakan yaitu pematokan garis lurus
dan pematokan lengkungan.

( j Refleksi Diri
a. Berilah tanda centang (vO pada kotak yang Anda anggap sesuai!
Setelah mempelajari bab ini, bagaimanakah penguasaan Anda terhadap materi-materi
berikut?

Tidak Sangat
No. Materi Menguasai
Menguasai Menguasai
1. Kesalahan pengukuran jarak.
□ □ E
2. Kesalahan pengukuran beda
tinggi. □ □
3. Kesalahan pengukuran sudut.
□ □ □
4. Metode pematokan garis lurus.
□ □ c
5. Metode pematokan lengkungan.
□ □ L
b. Dari materi-materi tersebut, bagian manakah yang paling Anda sukai? Mengapa?
c. Apakah manfaat yang Anda dapatkan setelah mempelajari materi pada bab ini untuk
kehidupan sehari-hari?

^ ^ 5 3 1 Te_knik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


U Latihan
j
A. Pilihlah jawaban yang benar!
1. Pada kesalahan pengukuran jarak yang disebabkan kesalahan pita ukur, perlu
dilakukan koreksi dengan cara ....
A. kalibrasi
B. koreksi pemuaian
C. koreksi tegangan
D. semua jawaban benar
E. semua jawaban salah

2. Konstanta kalibrasi pita ukur sebesar 0,015 meter b e ra rti....


A. pengukuran benar
B. pengukuran lebih panjang 0,015 meter
C. pengukuran kurang dari 0,015 meter
D. pengukuran tidak perlu dikoreksi
E. pengukuran dikurangi 0,015 meter

3. Pengukuran sebuah titik 1 dan 2 didapatkan jarak sebesar 49,725 meter. Besarnya
konstanta kalibrasi adalah....
A. 0,275 D. 0,245
B. 0,265 E. 0,235
C. 0,255

4. Jika dilakukan pengukuran 5 buah titik masing-masing diketahui sebesar 49,975:


49,785; 49,975; 49,875; 49,825; dan konstanta kalibrasi sebesar 0,075 meter,
maka besarnya koreksi adalah ... meter.
A. 0,27 D. 0,57
B. 0,37 E. 0,67
C. 0,47

5. Berikut unsur yang harus diketahui untuk mengoreksi pemuaian pita ukur
kecuali....
A. total jarak
B. koefisien pemuaian
C. suhu pengukuran
D. suhu baku
E. s u h u ra ta -ra ta

6. Efek refraksi kelengkungan bum i dapat menyebabkan kesalahan hasil data


pengukuran. Besarnya efek refraksi kelengkungan bumi adalah ....

Bab VII Pengukuran dan Pematokan


A. D. A
7 7
B. 2_ E. A
7 7
C. 3

7. Akibat alat ukur yang sudah berkurang ketelitiannya dapat menyebabkan hasil
pengukuran tidak akurat. Kesalahan yang disebabkan alat ukur ini disebut....
A . ' salah besar D. salah kolimasi
B. salah sistemik E. salah kebetulan
C. salah acak

8. Kesalahan pencatatan hasil pengukuran karena salah pembacaan lingkaran berskala


horizontal merupakan jenis kesalahan ....
A. acak D. kebetulan
B. sistemik E. semua jawaban benar
C. besar

9. Pembacaan benang tengah pada lingkaran berskala horizontal benar jika ....
A. Ba - Bb D. 0,5(Ba + Bb)
B. Ba + Bb E. 2(Ba - Bb)
C. 0,5(Ba - Bb)

10. Jika diketahui bacaan benang atas 1,250 dan benang bawah 1,150. Maka bacaan
benang tengahnya adalah....
A. 1,200 D. 1,275
B. 1,250 E. 1,175
C. 1,225

11. Sesuai soal nomor 10, besarnya jarak pada pembacaan benang diafragma tersebut
adalah....
A. 0,5 meter D. 50 meter
B. 5 meter E. 100 meter
C. 10 meter

12. Pekerjaan pematokan menggunakan titik 0 yang berfungsi sebagai....


A. titik awal D. titik potong
B. titik bantu E. titik akhir
C. titik singgung

13. Pada pematokan titik awal, diketahui dua sudut jurusan dengan besar masing-
masing 60 derajat dan 45 derajat. Besarnya sudut a adalah ....

3 E 3 Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


A. 105 D. 15
B. 75 E. 115
C. 25
14. Diketahui koordinat titik 0 (100, 200), titik B (200, 100), sudut jurusan 0B = 60
derajat. Besar jarak pelurus 0B adalah ....
A. 115 meter D. 118 meter
B. 116 meter E. 119 meter
C. 117 meter
15. Pada pematokan garis singgung diketahui sudut defleksi = 45 derajat, jari-jari
lengkungan 50 meter, dan selisih absis 9 meter. Koordinat di titik 1 adalah ....
A. (9; 0,8) D. (8; 0,9)
B. (0,8; 9) E. (9; 8)
C. (0,9; 8)

16. Berdasarkan data pada soal nom or 15 di atas, besarnya absis titik 2, 3, dan 4
secara berurutan adalah....
A. 9; 18; 27 D. 9; 12; 15
B. 18; 27; 36 E. 18; 36; 45
C. 36; 27; 18
17. Ordinat titik 4 pada soal nomor 15 di atas adalah ....
A. 5 D. 20
B. 10 E. 25
C. 15
18. Koordinat titik 4 pada soal di atas adalah ....
A. (9, 10) D. (36, 15)
B. (18, 15) E. (36, 25)
C. (27, 25)

19. Pada pematokan dengan metode selisih busur, penentuan absis koordinat titik
1 ditentukan o le h ....
A. sudut defleksi dan jari-jari
B. sudut defleksi dan jarak
C. jarak dan jari-jari
D. sudut defleksi, jarak, dan jari-jari
E. jari-jari saja
20. Diketahui busur lingkaran dengan sudut defleksi 60 derajat dan jari-jari 80
meter. Panjang busur lingkarannya tersebut adalah ....
A. 83,7 meter D. 82,7 meter
B. 83,8 meter E. 82,8 meter
C. 83,9 meter

^ Bab VII Pengukuran dan Pematokan


B. Selesaikan soal-soal berikut dengan benar!
1. Apakah yang Anda ketahui mengenai pengecekan data pengukuran?
2. Jelaskan data pengukuran yang benar!
3. Sebutkan kesalahan-kesalahan yang terjadi pada pengukuran tanah!
4. Sebutkan faktor-faktor penyebab kesalahan pengukuran tanah!
5. Jelaskan yang dimaksud kesalahan kolimasi!
6. Apakah yang dimaksud pematokan?
7. Mengapa pematokan harus dikerjakan dengan teliti?
8. Sebutkan teknik pematokan yang sering digunakan!
9. Jelaskan mengenai pematokan garis lurus!
10. Jelaskan mengenai pematokan lengkungan!

Buatlah sketsa pemodelan metode-metode pematokan yang sudah Anda pelajari!


Membuat sketsa dapat memudahkan dalam penguasaan metode pematokan sehingga
nantinya dapat diaplikasikan di lapangan secara teram pil.

^ ^ 3 Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


' B Analisis dan Evaluasi Data
Pengukuran

Analisis data hasil pengukuran merupakan tahap pengolahan data, di mana nantinya
akan diketahui harga perkiraan awal suatu pengukuran. Misalnya pada pengukuran beda
tinggi, jika sudah diketahui bacaan benang atas dan benang bawah, dapat ditentukan
besarnya jarak dari bacaan kedua benang tersebut tanpa melakukan pengukuran jarak
secara langsung. Analisis yang tepat akan memudahkan pekerjaan pengukuran sehingga
hasil penggambaran data pengukuran tersebut benar-benar akurat. Namun demikian, hasil
penggambaran pun juga harus dievaluasi apakah sudah sesuai data hasil pengukuran atau
belum, jikalau belum sesuai maka perlu dilakukan koreksi hingga gambar menjadi benar.

Kompetensi Dasar ^
3.22 Menganalisis data hasil pengukuran.
3.23 Mengevaluasi hasil pengukuran berupa gambar kerja untuk pekerjaan konstruksi.
4.22 Membuat laporan hasil pengukuran.
4.23 Memperbaiki hasil pengukuran berupa gambar kerja untuk pekerjaan konstruksi.

Kunci
0 Analisis 0 Koreksi
0 Evaluasi 0 Gambar kerja
J J S f l Konsep ^

Pada Bab V telah dibahas mengenai pengukuran sipat datar menggunakan


waterpass, di mana dalam pengukuran tersebut parameter yang diukur adalah
ketinggian titik, beda tinggi, dan jarak antartitik. Pada bab ini, akan dibahas
mengenai analisis data pengukuran waterpass dan evaluasinya.
Sebagaimana telah dibahas pada bab-bab sebelumnya, bahwa pengukuran tidak
lepas dari kesalahan-kesalahan, perlu dilakukan pengecekan data pengukuran.
Dengan melakukan analisis dan evaluasi data pengukuran, maka data pengukuran
te rs e b u t d a p a t d ik o re k si seh in g g a m e n ja d i d a ta y a n g b en a r. B a g a im a n a k a h p ro se s
analisis dan evaluasi data pengukuran pada waterpass tertutup? Simak materi
berikut.

Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


J f l B Analisis Data Pengukuran
Sebagaimana telah diuraikan di atas, analisis data pengukuran dilakukan
untuk mengetahui harga awal suatu pengukuran dari hasil pembacaan benang
diafragma (benang tengah, benang atas, dan benang bawah). Teknis analisis data
hasil pengukuran tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Contoh Analisis Jarak Data H asil Pengukuran W a te rp a s s Tertutup


Hasil pengukuran waterpass perlu dicatat pada form ulir pencatatan data
pengukuran yang selanjutnya dapat digunakan untuk laporan hasil pengukuran.
Dari laporan pencatatan hasil pengukuran ini, dapat kita lakukan analisis terhadap
data-data pengukuran yang tercatat dalam formulir tersebut. Misalnya data hasil
pengukuran awal dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 8.1 Data Hasil Pengukuran Awal

Berdasarkan Tabel 8.1, dapat Anda analisis sementara dengan menentukan


jarak antartitik (jarak = (Ba - Bb) x 100), yaitu sebagai berikut.
a. Jarak titik ATO = (1,150 - 1,080) x 100 = 7 meter
b. Jarak titik ATI = (1,310 - 1,250) x 100 = 6 meter
c. Jarak titik BT1 = (1,320 - 1,140) x 100 = 18 meter
d. Jarak titik BT2 = (1,480 - 1,340) x 100 = 14 meter
e. Jarak titik CT2 = (1,350 - 1,270) x 100 = 8 meter
f. Jarak titik C T 3 = (1,460 - 1,320) x 100 = 14 m e te r
g. Jarak titik DT3 = (1,780 - 1,470) x 100 = 31 meter
h. Jarak titik DT0 = (1,280 - 1,120) x 100 = 16 meter

Bab VIII Analisis dan Evaluasi Data P e n g u k u r a n J Q ^ ^


Analisis perhitungan tersebut benar jika bacaan benang tengah juga benar.
Namun, jika bacaan benang tengah (Bt) salah, maka besarnya jarak antartitik
tersebut juga akan salah. Hingga pada tahap ini, Anda dapat mengetahui kesalahan
pengukuran pada penentuan jarak ATO, ATI, dan DTO, dengan asumsi bacaan
benang atas dan benang bawah dalam tabel adalah benar.
Langkah selanjutnya, analisis bacaan benang tengah dari Tabel 8.1 apakah
sudah benar.
Perlu diingat Bt benar jika Bt = 0,5 (Ba + Bb). Sehingga, dapat dihitung Bt
yang benar sebagai berikut.
a. Titik ATO
Bt = 0,5 x (1,150 + 1,080) = 1,115 (rambu belakang)
b. Titik ATI
Bt - 0,5 x (1,310 + 1,250) = 1,280 (rambu muka)
c. Titik BT1
Bt = 0,5 x (1,320 + 1,140) = 1,230 (rambu belakang)
d. Titik BT2
Bt - 0,5 x (1,480 + 1,340) = 1,410 (rambu muka)
e. Titik CT2
Bt = 0,5 x (1,350 + 1,270) = 1,310 (rambu belakang)
f. Titik CT3
Bt = 0,5 x (1,460 + 1,320) = 1,390 (rambu muka)
g. Titik DT3
Bt = 0,5 x (1,780 + 1,470) = 1,625 (rambu belakang)
h. Titik DTO
Bt = 0,5 x (1,280 + 1,120) = 1,200 (rambu muka)
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, kemudian analisis hasil pengukuran
pada Tabel 8.1. Sehingga jelas terlihat data bacaan benang tengah yang salah yaitu
di titik ATO dan DT3. Kesalahan pembacaan benang tengah tersebut, dapat juga
disebabkan karena bacaan Ba dan atau Bb yang salah, juga bisa disebabkan karena
memang bacaan Bt yang salah. Dengan demikian, jarak ATO dan DT3 hasilnya
pun menjadi salah. Namun, jika kesalahan terletak pada pembacaan benang tengah
saja, maka perhitungan jarak tersebut tetap benar.
S etelah A n d a m e la k u k a n an a lisis d a ta p e n g u k u r a n p a d a ta b e l te rse b u t, d a n
kesalahan bacaan dapat diketahui, maka pengukuran pada titik rambu TO dan
T3 harus diulang atau dilakukan pembacaan rambu kembali. Dari sini dapat
disimpulkan bahwa, analisis data penting dilakukan untuk mendapatkan data
hasil pengukuran yang benar dan juru ukur dapat mengambil tindakan perlunya
mengulang pembacaan atau pengukuran.

Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X


Kemudian, dari analisis yang sudah dilakukan tersebut, didapatkan data hasil
pengukuran yang benar seperti pada Tabel 8.2.
Tabel 8.2 Contoh Lembar Data Hasil Perhitungan Pengukuran -1
Titik Bacaan Benang Diafragma Jarak Beda Tinggi
Alat Rambu Belakang Muka Belakang Muka Positif Negatif
Ba Bt Bb Ba Bt Bb
TO 1,150 1,115 1,080
A 7 6
T1 1,320 1,230 1,140 1,310 1,280 1,250
B 18 14
T2 1,350 1,310 1,270 1,480 1,410 1,340
C 8 14
T3 1,780 1,625 1,460 1,390 1,320
D 31 16
TO 1,470 1,280 1,200 1,120

2. Contoh A nalisis Beda T in ggi Data H a sil Pengukuran W a te rp a s s


Tertutup
Berdasarkan tabel perhitungan sebelumnya (Tabel 8.2), dapat kita analisis data
hasil pengukuran tersebut dengan menghitung beda tinggi antartitik.
Perhatikan Tabel 8.3!
Tabel 8.3 Contoh Lembar Data Hasil Perhitungan Pengukuran -2
Titik Bacaan Benang Diafragma Jarak Beda Tinggi
Alat Rambu Belakang Muka Belakang Muka Positif Negatif
Ba Bt Bb Ba Bt Bb
T0 1,150 1,115 1,080
A 7 6
T1 1,320 1,230 1,140 1,310 1,280 1,250
B 18 14
T2 1,350 1,310 1,270 1,480 1,410 1,340
C 8 14
T3 1,780 1,625 1,460 1,390 1,320
D 31 16
T0 1,470 1,280 1,200 1,120

5,280 5,280 64 50
5,2 8 0 64

5,280 50
0 114

Bab VIII Analisis dan Evaluasi Data Pengukuran


M enentukan beda tinggi antartitik dapat dihitung dengan mencari selisih
bacaan benang tengah rambu belakang dengan rambu muka. Dari Tabel 8.3 dapat
ditentukan beda tinggi antartitik sebagai berikut.
a. Titik T0T1 = 1,115 - 1,280 = -0,165
b. Titik T1T2 = 1,230 - 1,410 = -0,180
c. Titik T2T3 = 1,310 - 1,390 = -0,080
d. Titik T3T0 = 1,625 - 1,200 = +0,425

Berdasarkan tabel pengukuran (Tabel 8.3), jika bacaan benang tengah belum diketahui,
bagaimanakah caranya menentukan beda tinggi antartitik? Jelaskan cara perhitungannya!

Harga perhitungan beda tinggi tersebut kita masukkan ke tabel seperti berikut.
Tabel 8.4 Contoh Lembar Data Hasil Perhitungan Pengukuran -3

Sebagaimana diketahui bahwa pengukuran waterpass tertutup, maka harga


beda tinggi antara titik awal dengan titik akhir harus bernilai nol. Sehingga, dari
analisis Tabel 8.4 dapat disimpulkan jika hasil pengukuran sudah benar dan tidak
perlu dilakukan koreksi ataupun pengukuran ulang.

Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


J 3 B Evaluasi Data Pengukuran
Proses evaluasi data hampir sama dengan analisis data hasil pengukuran di
atas, bedanya pada proses evaluasi kita juga melakukan koreksi atas kesalahan-
kesalahan hasil pengukuran. Setelah kita mengevaluasi data hasil pengukuran
tersebut, selanjutnya dapat kita gambarkan hasil pengukurannya.

1. Evaluasi H asil Pengukuran


Misalnya diperoleh data hasil pengukuran poligon tertutup dengan data seperti
Tabel 8.5.
Tabel 8.5 Contoh Lembar Data Hasil Perhitungan Pengukuran Poligon Tertutup
Titik Bacaan Benang Diafragma Jarak Beda Tinggi
Alat Rambu Belakang Muka Belakang Muka Positif Negatif
Ba Bt Bb Ba Bt Bb
T0 1,154 1,118 1,083
A 7,1 6,5 0,166
T1 1,322 1,231 1,141 1,317 1,284 1,252
B 18,1 14,8 0,184
T2 1,353 1,312 1,272 1,489 1,415 1,341
C 8,1 13,7 0,085
T3 1,788 1,632 1,466 1,397 1,329
D 31,2 16,4 0,427
T0 1,476 1,287 1,205 1,123

5,293 5,301 64,5 51,4 0,427 0,435


5,293 64,5 0,427
5,301 51,4 0,435
-0,008 115,9 -0,008

Berdasarkan data hasil pengukuran tersebut (Tabel 8.5) dapat dievaluasi pada
hasil pengukuran beda tinggi. Pada Tabel 8.5, terdapat selisih beda tinggi sebesar
-0,008. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, untuk pengukuran poligon
tertutup selisih beda tinggi titik awal dan akhir nilainya harus nol, maka kita
lakukan koreksi beda tinggi tersebut.
Diketahui dari data di atas, kesalahan beda tinggi sebesar -0,008, sehingga
besarnya koreksi agar selisihnya m enjadi nol adalah +0,008. Adapun untuk
melakukan koreksi beda tinggi tiap titik dapat kita lakukan dengan cara berikut.

Bab VIII Analisis dan Evaluasi Data Pengukuran


a. Jumlahkan beda tinggi tiap titik (beda tinggi total) untuk koreksi beda tinggi
tiap titik.
Dari data tersebut, beda tinggi total = 0,427 + 0,435 = 0,862.
Sehingga, besar koreksi tiap titik = + = 0,00928.
0,862
b. Hitung besar koreksi beda tinggi tiap titik
Titik T0 = 0,166 x 0,00928 = 0,001
Titik T1 = 0,184 x 0,00928 = 0,002
Titik T2 - 0,085 x 0,00928 = 0,001
Titik T3 = 0,427 x 0,00928 = 0,004
Sehingga beda tinggi setelah dilakukan koreksi adalah sebagai berikut.
T0 = -0,166 + 0,001 = -0,165
T l = -0,184 + 0,002 = -0,182
T2 = -0,085 + 0,001 = -0,084
T3 = 0,427 + 0,004 = +0,431
ET0-3 - -0,165 -0,182 -0,084 + 0,431 = -0,431 + 0,431 = 0 (benar).
Dari perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa setelah dilakukan evaluasi
data hasil pengukuran terdapat perbedaan beda tinggi antara hasil pengukuran
dengan hasil evaluasi. Dengan demikian, evaluasi data pengukuran sangat penting
untuk mendapatkan data pengukuran yang benar dan dapat digambarkan secara
tepat.

2. Gam bar Kerja H asil Pengukuran


Setelah Anda mendapatkan harga koreksi data pengukuran, tentukan ketinggian
titik-titik tersebut terhadap ketinggian muka air laut (ketinggian lokal). Perhitungan
ketinggian lokal tersebut nantinya kita gunakan untuk penggambaran penampang
titik-titik yang diukur.
a. Penentuan Ketinggian Lokal
Rumus untuk menghitung ketinggian lokal titik-titik yang diukur, yaitu sebagai
berikut.

Hn = Hn - 1 + Ahn
Keterangan:
Hn = tinggi titik ukur yang dicari
Hn - 1 = tinggi lokal titik ukur yang sudah diketahui
Ahn = beda tinggi antartitik ukur
Dengan menggunakan rumus tersebut, ketinggian lokal titik-titik tersebut
dapat dihitung, yaitu sebagai berikut.

Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


Misalkan diketahui tinggi lokal titik TO = 120 meter, maka:
T l = 120 - 0,165 = 119,835 meter
T2 = 119,835 - 0,182 = 119,653 meter
T3 - 119,653 - 0,084 = 119,569 meter
T0 = 119,569 + 0,431 = 120 meter
b. Penggambaran Penampang
Setelah data ketinggian lokal titik-titik tersebut diketahui, Anda dapat meng­
gambarkan bentuk penampang poligon tertutup tersebut.
Berdasarkan data pengukuran dalam Tabel 8.5 diketahui hasil sebagai berikut.
1) Ketinggian Lokal
T l = 119,835 meter
T2 = 119,653 meter
T3 = 119,569 meter
T0 = 120 meter
2) Jarak Antartitik
Jarak titik AT0 = 7,1 meter Jarak titik CT3 = 13,7 meter
Jarak titik ATI = 6,5 meter Jarak titik DT3 = 31,2 meter
Jarak titik BTl = 18,1 meter Jarak titik DTO = 16,4 meter
Jarak titik BT2 = 14,8 meter Jarak total = 115,9 meter
Jarak titik CT2 = 8,1 meter
Dengan demikian, dari data tersebut dapat digambarkan seperti gambar
berikut.
Ketinggian (m)

.Jarak (m)

C Bab VIII Analisis dan Evaluasi Data Pengukuran


Berdasarkan gambar penampang hasil pengukuran pada halaman 143, coba jelaskan cara
mengevaluasi kebenaran penggambaran gambar tersebut! Adakah kesalahan kedudukan
antartitik-titik tersebut?

Analisis data hasil pengukuran penting dilakukan ^ Ra n g k u fTl'a H


untuk mengetahui kebenaran data hasil pengukuran
tersebut, sehingga dapat diambil keputusan perlu
tidaknya melakukan pengukuran ulang.
Evaluasi data pengukuran juga tidak kalah penting, di mana kesalahan
data hasil pengukuran dapat dikoreksi sehingga menjadi data yang benar.
3. Data hasil pengukuran yang benar dapat menggambarkan secara jelas
bentuk fisik permukaan bumi yang diukur.
Cara mengoreksi bacaan benang tengah yaitu dengan rumus:
Bt = 0,5 (Ba + Bb).
5. Beda tinggi titik awal dan titik akhir pada suatu pengukuran poligon
tertutup dengan waterpass yang benar adalah nol. Sehingga, jika terdapat
selisih harus dikoreksi sebesar nilai selisih tersebut.
Hasil koreksi beda tinggi digunakan untuk perhitungan ketinggian titik
lokal (ketinggian di atas permukaan air laut), sehingga harus dihitung
secara cermat.

f J Refleksi Diri
a. Berilah tanda centang (•/) pada kotak yang Anda anggap sesuai!
Setelah mempelajari bab ini, bagaimanakah penguasaan Anda terhadap materi-materi
berikut?

Tidak Sangat
No. Materi M enguasai
Menguasai M enguasai

1. Analisis data hasil pengukuran


waterpass tertutup. □ □ □
2. Evaluasi data hasil pengukuran
waterpass tertutup. □ □ □

Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


Tidak Sangat
No. Materi Menguasai
Menguasai Menguasai
3. Koreksi jarak dan beda tinggi dari
data hasil pengukuran. □ □ □
4. Penentuan titik lokal (ketinggian
lokal) dari data pengukuran. □ □ □
b. Dari materi-materi tersebut, bagian manakah yang paling Anda sukai? Mengapa?
c. Apakah manfaat yang Anda dapatkan setelah mempelajari materi pada bab ini untuk
kehidupan sehari-hari?

Latihan ^
A. Pilihlah jawaban yang benar!

1. Perhitungan jarak antartitik di lapangan dapat diketahui dengan m enghitung....


A. benang atas - benang bawah dikali konstanta
B. benang bawah - benang atas dikali konstanta
C. benang tengah belakang - benang tengah muka dikali konstanta
D. benang tengah belakang + benang tengah muka dikali konstanta
E. benang atas + benang bawah dibagi dua

2. Bacaan benang tengah yang benar adalah ....


A. Bt = Ba + Bb D. Bt = (Ba - Bb) x 2
B. Bt = Ba - Bb E. Bt = (Ba - Bb) : 2
C. Bt = (Ba + Bb) x 2

3. Cara perhitungan beda tinggi antartitik dari data hasil pengukuran adalah ....
A. benang atas - benang bawah
B. benang bawah - benang atas
C. benang tengah belakang - benang tengah muka
D. benang tengah belakang + benang tengah muka
E. benang atas + benang bawah

4. Besar beda tinggi titik ukur awal dan akhir yang benar pada pengukuran poligon
tertutup adalah ....
A. sama D. nol
B. lebih tinggi E. titik akhir negatif
C. lebih rendah

C Bab VIII Analisis dan Evaluasi Data Pencukuran


5. Jika diketahui jarak titik ATO = 5 meter, dan jarak titik ATI = 12 meter, maka
jarak titik TO dan T1 adalah ....
A. 7 meter
B. 17 meter
C. 3,5 meter
D. 8,5 meter
E. 70 meter

6. Data pengukuran diperoleh bacaan benang tengah rambu belakang 1,567 dan
benang tengah rambu muka 1,435. Beda tinggi antartitik tersebut adalah ....
A. -0,132 D. +0,066
B. +0,132 E. +0,264
C. -0,066

7. Diketahui bacaan rambu belakang Ba = 1,645 dan Bb = 1,263 dan rambu muka
Ba = 1,232 dan Bb = 1,244. Beda tinggi kedua titik tersebut adalah ....
A. -0,216 D. +0,432
B. +0,216 E. -0,108
C. -0,432

8. Berdasarkan soal nomor 7 di atas, bacaan benang tengah rambu belakang adalah

A. 2,908 D. 2,476
B. 1,454 E. 1,238
C. 2,181

9. Berdasarkan soal nomor 7, bacaan benang tengah rambu muka adalah ...
A. 2,908 D. 2,476
B. 1,454 E. 1,238
C. 2,181

10. Jika diketahui selisih beda tinggi titik awal dan akhir = +0,362, besarnya koreksi
adalah....
A. +0,638 D. +1,362
B. -0,638 E. -1,362
C. -0,362
11. Suatu pengukuran diperoleh bacaan benang atas = 1,752 dan benang bawah
= 1,344. Bacaan benang tengah yang benar adalah ....
A. 1,548 D. 1,845
B. 1,458 E. 1,485
C. 1,854

^ ^ ^ 3 Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X J|


12. Diketahui data pengukuran diperoleh bacaan Ba - 1,736 dan bacaan Bb = 1,353.
Besarnya jarak titik tersebut adalah ....
A. 0,383 meter D. 383 meter
B. 3,83 meter E. 3.830 meter
C. 38,300 meter

13. Diketahui jum lah beda tinggi titik awal -0,567 dan beda tinggi titik akhir
+0,463. Besarnya koreksi beda tinggi adalah ....
A. -0,104 D. +0,208
B. +0,104 E. 0
C. -0,208

14. Dari data soal nomor 13, besar koreksi tiap titiknya adalah ....
A. -0,10097 D. +0.18342
B. +0,10097 E. +0,22462
C. -0,18342

15. Jika diketahui titik 1 dengan beda tinggi 0,261 maka besarnya koreksi beda tinggi
tiap titik sesuai soal nom or 13 adalah ....
A. -0,026
B. +0,026
C. -0,26
D. +0,26
E. +0,052

16. Berdasarkan soal nom or 15, setelah dikoreksi maka beda tinggi titik 1 tersebut
adalah....
A. 0,235
B. 0,209
C. 0,521
D. 0,287
E. 0,001

17. Jika diketahui ketinggian titik T0 adalah 70 meter, ketinggian titik T1 pada soal
nomor 16 ad alah ....
A. 70,235 meter
B. 70,287 meter
C. 70,521 meter
D. 69,713 m e te r
E. 69,765 meter

{ Bab VIII Analisis dan Evaluasi Data Pengukuran


Perhatikan tabel hasil pengukuran berikut untuk menjawab soal nom or 18 - 20!

Titik Bacaan Benang Diafragma Jara c Beda Tinggi


Alat Rambu Be akang Muka Belakang Muka Positif Negatif
Ba Bt Bb Ba Bt Bb
T0 1,219 1,145
A 0,166
T1 1,312 1,112 1,321 1,241
B 0,184
T2 1,355 1,137 1,446 1,432
C 0,085
T3 1,432 1,312 1,196
D
T0 1,242 1,342 1,234

0,435

18. Berdasarkan data pengukuran di atas, jarak titik BT1 adalah ....
A. 10 meter D. 40 meter
B. 20 meter E. 50 meter
C. 30 meter

19. Besar beda tinggi titik T2T3 adalah ...


A. -0,008 D. +0,049
B. +0,008 E. -0,106
C. -0,049

20. Bacaan benang tengah rambu belakang yang benar pada titik T3 adalah ...
A. 1,182 D. 1,337
B. 1,212 E. 1,288
C. 1,246

B. Selesaikan soal-soal berikut dengan benar!


1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan analisis data hasil pengukuran!
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan evaluasi data hasil pengukuran!
3. Jelaskan cara menganalisis data hasil pengukuran waterpass pada poligon tertutup!
4. Jelaskan data yang digunakan untuk menghitung jarak antartitik!
5. Jelaskan jika bacaan benang tengah pada data pengukuran salah?

g E l Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X__j |


6. Bagaimanakah cara mengukur beda tinggi dari data hasil pengukuran?
7. Jelaskan manfaat melakukan analisis data pengukuran!
8. Data apa sajakah yang diperlukan untuk menggambarkan penampang poligon
tertutup?
9. Jelaskan cara melakukan koreksi beda tinggi antartitik disertai contoh p er­
hitungannya!
10. Jelaskan bilamana suatu pengukuran di lapangan harus diulang! Parameter apa
yang digunakan untuk mengulangi pengukuran tersebut?

M Proyek J
Gambarkan penampang poligon tertutup dari data hasil pengukuran berikut!

Titik Bacaan Benang Diafragma Jarak Beda Tinggi


Alat Rambu Belakang Muka Belakang Muka Positif Negatif
Ca Bt Bb Ba Bt Bb
T0 1,541 1,461 1,381
A 0,166
T1 1,223 1,317 1,411 1,137 1,329 1,521
B 0,184
T2 1,533 1,632 1,731 1,844 1,493 1,142
C 0,085
T3 1,887 1,816 1,646 1,469 1,292
D
T0 1,745 1,787 1,619 1,451

0,435

Langkah pengerjaannya sebagai berikut.


1. Analisis jarak dan beda tinggi antartitik.
2. Hitung besar koreksi beda tinggi antartitik.
3. Hitung ketinggian lo ka l tiap titik jika diketahui T0 = 50 meter.
4. Penggambaran penampang hasil pengukuran.
Dengan m engerjakan tugas proyek tersebut, diharapkan Anda dapat membuat
gambar kerja untuk pekerjaan konstruksi dari data hasil pengukuran titik -titik di
lapangan. Selamat bekerja!

..................................................................

^ Bab VIII Analisis dan Evaluasi Data Pengukuran


Semester IT B
J
Pilihlah jawaban yang benar!
1. Alat yang paling baik digunakan dalam pengukuran sipat datar adalah ....
A. pita ukur D. teodolit
B. odometer E. total station
C. waterpass

2. Alat yang digunakan untuk mengukur perbedaan tekanan udara pada penyipatan
datar ad alah ....
A. termometer D. barometer
B. odometer E. speedometer
C. klinometer

3. Penyipatan datar secara geometris dilakukan dengan menggunakan metode ....


A. trigonometris
B. barometris
C. waterpass
D. termometris
E. poligon

4. Syarat pengukuran sipat datar bahwa alat sipat datar dalam kedudukan mendatar.
Arti kedudukan mendatar pada alat sipat datar adalah ....
A. alat ukur mendatar
B. garis nivo mendatar
C. bidang nivo mendatar
D. gelembung nivo mendatar
E. garis bidik mendatar

5. Pada penyipatan datar, pengukuran beda tinggi antara dua titik harus diketahui
dahulu kedudukan tinggi titik pertam a. Ketinggian titik pertam a diperoleh
d a r i....
A. koordinat loka D. geoid
B. mean sea level E. elipsoid
C. k o o rd in a t titik p e rta m a

6. Besarnya konstanta pengali pada pengukuran jarak horizontal adalah ....


A. 0.1 D. 100
B. 1 E. 1.000
C. 10

Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


7. Teknik pengukuran sipat datar yang melalui medan pengukuran dengan peng­
halang sungai adalah....
A. memanjang D. profil
B. resiprokal E. melintang
C. luas

8. Pengukuran sudut horizontal dilakukan sebanyak dua kali, maka awal pengukur­
annya ad alah ....
A. 0° ; 90° D. 90° ; 0°
B. 0° ; 180° E. 180° ; 0°
C. 90° ; 180°

9. Jika kedudukan biasa pada pengukuran sudut vertikal adalah 55°, pada kedudukan
luar biasa adalah....
A. 235° D. 325°
B. 145° E. 25°
C. 125°

10. Pada kedudukan luar biasa, pembacaan lingkaran berskala diatur pada posisi....
A. 0° D. 180°
B. 90° E. 270°
C. 120°

11. Pengukuran azimut matahari dapat dilakukan dengan melakukan perhitungan


berikut, kecuali....
A. deklinasi matahari D. ketinggian matahari
B. lintang E. tabelmatahari
C. bujur

12. Kesalahan sistematis pada pengukuran sudut dapat dikoreksi dengan melakukan
hal berikut, kecuali ....
A. kalibrasi alat
B. pengukuran tambahan
C. pengamatan cuaca pada saat pengukuran
D. pengukuran ulang
E. pengaturan alat

13. Fungsi sekrup penggerak halus horizontal pada waterpass adalah....


A. mengunci bidikan target
B. menengahkan gelembung nivo
C. m e n g a tu r fo k u s b a c a a n h o riz o n ta l
D. mengatur fokus bacaan benang diafragma
E. memperjelas target yang dibidik

C Ulangan Akhir Semester II


14. Keakuratan hasil pengukuran dengan alat ukur optik dapat berkurang jika alat
tersebut mengalami benturan dan guncangan yang terjadi pada s a a t....
A. penyimpanan
B. pengangkutan
C. mengeluarkan dari kotak
D. menyimpan kembali ke kotak
E. pemasangan alat pada statif

15. Fokus bacaan benang diafragma dapat diatur dengan komponen ....
A. pengatur fokus
B. pengatur lensa okuler
C. lingkaran berskala horizontal
D. sekrup penggerak halus horizontal
E. sekrup penggerak halus vertikal

16. Kesalahan pengukuran jarak yang disebabkan karena pemuaian pita ukur dapat
dilakukan dengan kalibrasi pita ukur agar diperoleh hasil pengukuran yang
akurat. Konstanta kalibrasi pada pengukuran jarak 49,858 adalah ....
A. -0,858 D. +0,142
B. +0,858 E. 0,025
C. -0,142

17. Pada tiga kali pengukuran dihasilkan jarak 49,890; 49,978; dan 49,980.
Perbandingan jarak terhadap pita ukur standar pada tiga pengukuran tersebut
adalah....
A. 2,99 meter D. 49,94 meter
B. 29,9 meter E. 0,05 meter
C. 4,99 meter

18. Pada pengukuran jarak dihasilkan angka 49,978 meter, tegangan lapangan 200
N/mm, tegangan baku 150 N/mm, luas penampang pita ukur 12 mm. Besarnya
koreksi tegangan pita ukur adalah ....
A. 0,13 meter D. 0,00013 meter
B. 0,013 meter E. 0,000013 meter
C. 0,0013 meter

19. Pada suatu pengukuran jarak yang dilakukan sebanyak 5 kali diperoleh data
seb ag ai b e rik u t.
1) 49,867 meter pada suhu 27° C
2) 49,978 meter pada suhu 29° C
3) 49,879 meter pada suhu 28° C
4) 49,978 meter pada suhu 28° C
5) 49,998 meter pada suhu 26° C

Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X


Besarnya koreksi pemuaian pita ukur pada suhu baku 25° C adalah ....
A. 0,005 meter D. 0,0008 meter
B. 0,0005 meter E. 0,006 meter
C. 0,008 meter

20. Pada pematokan titik awal sebagai titik ikat, data yang harus tersedia adalah ....
A. ketinggian titik awal
B. jarak titik awaldengan titik akhir
C. koordinat titik awal
D. koordinat titik akhir
E. sudut horizontal

21. Besarnya sudut antara dua sudut jurusan titik 0 = 60° dan titik B = 30° adalah ....
A. 30° D. 120°
B. 60° E. 160°
C. 90°

22. Koordinat titik A (20,20), titikB (30, 30). Maka besar sudut jurusan AB adalah ....
A. 30° D. 75°
B. 45° E. 90°
C. 60°

23. Pada suatu pematokan lengkungan, jari-jari lengkungan 100 meter dengan selisih
absis 25 meter. Koordinat titik pertama adalah ....
A. (25; -3,17) D. (-25; 3,17)
B. (-25; -3,17) E. (3,17; 25)
C. (25; 3,17)

24. Pematokan dengan metode selisih busur diperoleh data jari-jari = 50 meter dan
besarnya sudut defleksi 50° dengan pengambilan titik sebanyak 5 buah. Dari data
tersebut dapat diketahui letak koordinat titik pertama adalah ....
A. (1 ; 8) D. (18 ; 38)
B. (38 ; 18) E. (8 ; 18)
C. (8 ; 1)

25. Pematokan dengan metode koordinat polar dapat dilakukan langsung pada ....
A. titik awal
B. garis pelurus
C. titik k e d u a
D. titik singgung
E. garis busur

C Ulangan Akhir S e m e s te M I^ ^ ^ ^ P
26. Analisis data yang benar pada bacaan benang tengah dari hasil bacaan Ba = 1,869
dan Bb = 1,483 adalah ....
A. 1,766 D. 1,767
B. 1,667 E. 1,676
C. 1,776

27. Beda tinggi dari pengukuran dua titik jika diketahui hasil pengukuran rambu
belakang dan muka masing-masing 1,785 dan 1,387 yang benar adalah ....
A. -0,398 D. +0,199
B. +0,398 E. 1,586
C. -0.199

28. Besarnya jarak yang benar dari hasil bacaan benang Ba = 1,282; Bt = 1,233; dan
Bb = 1,184 adalah ....
A. 0,98 meter D. 4,9 meter
B. 9,8 meter E. 49 meter
C. 98 meter

29. Guna analisis beda tinggi yang benar dapat diperoleh dari hasil pembacaan ....
A. benang tengah rambu muka
B. benang tengah rambu belakang
C. benang tengah rambu belakang titik 1 dan titik 2
D. benang tengah rambu muka titik 1 dan titik 2
E. benang tengah rambu belakang dan rambu muka suatu titik

30. Beda tinggi suatu titik adalah 0,743. Hasil bacaan benang tengah rambu belakang
adalah 1,895. Besarnya bacaan benang tengah rambu muka adalah ....
A. 1,152
B. 1,319
C. 2,638
D. 1,463
E. 1,875

31. Analisis awal pada hasil pembacaan benang diafragma diperoleh beda tinggi +0,834.
Kedudukan titik kedua terhadap titik pertama adalah ....
A. leb ih tin g g i se b e lu m d ik o re k si
B. lebih rendah sebelum dikoreksi
C. sama setelah dikoreksi
D. lebih tinggi setelah dikoreksi
E. lebih rendah setelah dikoreksi

Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


32. Jika bacaan benang tengah salah, maka cara memperoleh harga bacaan benang
tengah yang benar yaitu dengan m enghitung....
A. selisih benang atas dan benang bawah
B. selisih benang tengah rambu belakang dan rambu muka
C. rata-rata bacaan benang atas dan benang bawah
D. rata-rata bacaan benang tengah
E. tidak ada yang benar

33. Kesalahan pembacaan benang diafragma dikarenakan pengaturan fokus bacaan


benang diafragma tidak dapat berfungsi merupakan kesalahan ....
A. acak D. kondisi alam
B. sistemik E. juru ukur
C. kebetulan

34. Kesalahan pembacaan benang diafragma dikarenakan kurang tegaknya rambu


ukur termasuk jenis kesalahan ....
A. besar D. acak
B. sistemik E. juru ukur
C. kebetulan

35. Jenis kesalahan yang disebabkan kesalahan pembacaan oleh juru ukur disebut
kesalahan ....
A. acak D. kebetulan
B. juru ukur E. besar
C. sistemik
36. Pada pengukuran sipat datar memanjang diperoleh data hasil bacaan titik 1
rambu belakang: Ba = 1,838; Bb = 1,437. Rambu muka titik 1 bacaan Ba = 1,878;
Bb = 1,373. Titik 2 rambu belakang, Ba = 1,874; Bb = 1,358. Rambu muka, Ba -
1,543; Bb= 1,395. Titik 3 rambu belakang, Ba - 1,482; Bb - 1,413. Rambu muka,
Ba - 1,393; Bb = 1,123. Titik 4 rambu belakang, Ba = 1,348; Bb = 1,248. Rambu
muka, Ba - 1,948; Bb = 1,352. Berdasarkan data tersebut, total jarak pengukuran
titik-titik tersebut adalah ....
A. 108,6 meter D. 43,3 meter
B. 151,9 meter E. -43,3 meter
C. 260,5 meter
37. Dari soal nomor 36, total beda tinggi pengukuran tersebut adalah ....
A. -0,004 meter D. 0,7 meter
B. 0,348 meter E. 0,004 meter
C. -0,352 meter

C Ulangan Akhir S e m e s t e r j J j j ^ ^
38. Dari soal nomor 36, perbandingan beda tinggi pada pengukuran tersebut dapat
diperoleh kesimpulan sebagai berikut, kecuali....
A. titik 1 lebih rendah terhadap titik 2
B. titik 2 lebih rendah terhadap titik 3
C. titik 3 lebih rendah terhadap titik 4
D. titik 3 lebih tinggi terhadap titik 4
E. semua jawaban benar

39. Dari soal nom or 36, titik yang paling tinggi dari pengukuran memanjang ter­
sebut adalah....
A. titik 0 D. titik 3
B. titik 1 E. titik 4
C. titik 2

Dari soal nomor 36, bacaan benang tengah titik 2 yang benar adalah
A. 1,637 dan 1,616 D. 1,469 dan 1,447
B. 1,616 dan 1,625 E. 1,616 dan 1,447
C. 1,616 dan 1,469

Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


^^Glosarium
absis : posisi titik yang diproyeksikan terhadap sumbu x dengan arah
horizontal pada bidang datar
astronomis ilmu yang mempelajari posisi relatif benda-benda langit terhadap
benda-benda langit lainnya
automatic level : sipat datar optis yang mirip dengan dumpy level tetapi dilengkapi
dengan alat kompensator untuk membuat garis bidik mendatar
secara otomatis
azimuth sudut yang dibentuk dari garis arah utara terhadap garis arah
suatu titik yang besarnya diukur searah jarum jam
benang stadia dua buah benang atau goresan pada diafragma yang jaraknya
sama dan sejajar dengan benang diafragma mendatar
diafragma bidang berupa lempeng kaca, di mana bayangan dari benda yang
berada di depan lensa objektif akan tampak
dumpy level sipat datar optis tipe kekar, sumbu tegak menjadi satu dengan
teropong
ellipsoid b entuk tiga dim ensi dari ellips yang d ip u tar pada sum bu
pendeknya dan merupakan bentuk matematis bumi, spheroid
persamaan kata ellipsoid
equator garis khatulistiwa yang membagi bumi bagian utara dan bumi
bagian selatan sama besar
fokus ketajaman penampakan objek pada teropong dan dapat diatur
dengan tombol fokus
garis bidik garis pandangan mata melalui lubang teropong ke perpotongan
benang diafragma
garis nivo garis khayal yang menyinggung gelembung udara yang ada di
dalam nivo pada posisi mendatar
geoid bentuk tidak beraturan yang mewakili permukaan air laut di bumi
dan memiliki energi potensial yang sama
geometri : ilmu yang mempelajari bentuk matematis di atas permukaan
bumi
gradien besarnya nilai perbandingan sisi muka terhadap sisi samping yang
membentuk sudut tegak lurus
grid bentuk empat persegi panjang sebagai referensi posisi absis dan
ordinat
heksagesimal sistem besaran sudut yang menyajikan sudut dengan sebutan
derajat, menit, second

C Glo sa mjm_
horizontal garis atau bidang yang tegak lurus terhadap garis atau bidang yang
menjauhi pusat bumi
interpolasi metode perhitungan ketinggian suatu titik di antara dua titik yang
dihubungkan oleh garis lurus
kartesian sistem koordinat siku-siku
koordinat posisi titik yang dihitung dari posisi nol sumbu X dan posisi nol
sumbu Y
koreksi nilai yang dijum lahkan terhadap nilai pengam atan sehingga
diperoleh nilai yang dianggap benar
kuadran ruang-ruang yang membagi sudut satu putaran menjadi 4 ruang
yang pusat pembagiannya adalah titik 0
meridian garis-garis khayal di permukaan bumi yang menghubungkan kutub
utara dan kutub selatan bumi
nivo bejana gelas tertutup di mana pada salah satu sisinya berbentuk
cembung yang berisi cairan hampir penuh sehingga ada bagian
sisa berupa gelembung udaranya (uap ether)
ordinat posisi titik yang diproyeksikan terhadap sumbu y yang arahnya
vertikal pada bidang datar
orientasi pengukuran untuk mengetahui posisi absolut dan posisi relatif
objek-objek di atas permukaan bumi
planimeter alat untuk menghitung koordinat secara konvensional
planimetris bidang datar 2 dimensi yang dinyatakan dalam sumbu X dan Y
proyeksi peta proses memindahkan informasi geometrik dari bidang lengkung
ke bidang datar melalui bidang perantara
radian sistem besaran sudut yang menyajikan sudut satu putaran = 2
radian
statif kaki tiga untuk menyangga alat waterpass atau teodolit optis
teleskop teropong yang di dalamnya terdapat lensa objektif dan lensa okuler
topografi peta yang menyajikan informasi di atas permukaan bumi baik
unsur alam maupun unsur buatan manusia dengan skala sedang
dan kecil
triangulasi serangkaian segitiga yang diukur sudut-sudutnya untuk menentukan
koordinat titik-titik di lapangan
tribach penyangga sumbu kesatu dan teropong
trilaterasi serangkaian segitiga yang diukur j arak-j araknya untuk menentukan
koordinat titik-titik di lapangan
zenith titik atau garis yang menjauhi pusat bumi dari permukaan bumi

Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


Pustaka %

Basuki, Slamet. 2006. Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

D.W. Hendro Kustarto dan J. Andy Hartanto. 2012. Ilmu Ukur Tanah Metode dan
Aplikasi Bagian Kedua. Malang: Dioma

Frick, Heinz. 1979. Ilmu dan Alat Ukur Tanah. Yogyakarta: Kanisius

Muda, Iskandar. 2008. Jilid 1: Teknik Survei dan Pemetaan untuk SMK. Jakarta:
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Depdiknas.

Nawawi, Gunawan. 2001. Modul Program Keahlian Mekanisasi Pertanian: Meng­


operasikan dan Merawat Alat Ukur Tanah. Jakarta: D irektorat Pendidikan
Menengah Kejuruan, Depdiknas.

Sinaga, Indra. 1997. Pengukuran dan Pemetaan Pekerjaan Konstruksi. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan

Syaifullah, Arief. 2014. Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Pertanahan
Nasional

Wongsotjitro, Soetomo. 1988. Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta: Kanisius

C Daftar P u s t a k a jj2 3 ^
^ Q n d e k s^ J

A kesalahan pengukuran 13, 14,15, 117,


automatic level 44 118
azimuth 40, 58, 65, 92 kesalahan sistematis 15,118
kompas 92, 93 klinometer 41
matahari 93 kompas 40
koreksi kalibrasi 115
B kuadran 58, 59
benang atas 65, 81, 87, 138
benang bawah 65, 81, 87, 138
L
benang tengah 65, 81, 87,138 leveling 5

C M
chain survey 5 menyipat datar luas 88
menyipat datar memanjang 83
D menyipat datar profil 88
dumpy level 43 menyipat datar resiprokal 85
metalic cloth 39
E meteran 39
electrooptical distance meter 13 metode poligon 60
ellipsoid 8, 9,12,15 metode barometris 81
metode reiterasi 89
G metode repetisi 90
garis kontur 65, 66
metode triangulasi 62
gelembung nivo 12, 14, 47
metode trigonometris 81
geodetic survey 4
geoid 12,15 N
nivo 44, 45,
I
ilmu ukur 2 , 1 7 O
odometer 41, 42
K
K3LH 23,24,25,26,27,28 P
kecelakaan kerja 28, 29, 30, pematokan 120, 121, 122,
kesalahan besar 15,118 pemetaan 60, 63

Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


pengukuran ekstraterestris 5 survei rekayasa 7
pengukuran sipat datae 80 survei tachimetri 5
pengukuran terestris 4 survei tanah 7
peta 56,120 survei triangulasi 7
pita ukur baja 39, 40 surveyor 2, 9
plan survey 4
profil melintang 88 T
profil memanjang 87 teknik pengukuran 9
proyeksi azimuth 8 teodolit 45, 46, 49, 65,103,104,105,
proyeksi konikal 8 120,123,124
proyeksi silinder 8 teropong pendatar tangan 41
tilting level 44
R topografi 3, 38
relief 3 total station 46,47,49

S U
simbol peta 16,17 unting-unting 42
skala 16
SOP 26
W
waterpass 6, 42,43, 44, 49, 81,103,104,
staking out 120
105,137
survei arkeologi 7
survei geografi 7 Y
survei geologi 4, 7 yalon 43, 65
survei pertambangan 7

C Indeks
Penulis ^
Nama Lengkap Suryaningrum, S.T.
No Telp. Kantor : (0271) 634303
Email suryaningrum89@gmail.com
Alamat Facebook : surya muses
Alamat Banyuanyar, Jl. Tamanegara 1,
Rt. 04 Rw. 08, Surakarta, 57137
Bidang Keahlian : Teknologi Ilmu Ukur Tanah

Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:


Universitas Sebelas Maret, Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil

Riwayat Pekerjaan/Profesi (10 Tahun Terakhir):


1. Editor PT. Putra Nugraha Sentosa
2. Penulis di CV. Dharma Aksara

Judul Buku dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):


Tidak ada

Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):


Tidak ada

g E l Teknik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


msm Revieweir^
Nama Lengkap Sumaryono, S.Pd.
Telp Kantor/HP (021) 4720310/081315737001
Email bandisumaryono@gmail.com
Alamat Facebook
Alamat Kantor Jin. Balai Pustaka Baru No. 1 Rawamangun,
Jakarta Timur
Bidang Keahlian Teknik Gambar Bangunan

Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:


SI : Universitas Negeri Jakarta, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Program
Studi Pendidikan Bangunan (2010)

Riwayat Pekerjaan/Profesi (10 Tahun Terakhir):


Guru SMK Negeri 26 Jakarta

Judul Buku dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):


Tidak ada

Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):


Tidak ada

Nama Lengkap Drs. Mort Budiono


Telp Kantor/HP : (021)4720310/081584243935
Email : mortbudiono@gmail.com
Alamat Facebook
Alamat Kantor : Jin. Balai Pustaka Baru No. 1 Rawamangun,
Jakarta Timur
Bidang Keahlian : Teknik Gambar Bangunan

Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:


SI : IKIP Jakarta, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Program Studi
Pendidikan Bangunan (1994)

Riwayat Pekerjaan/Profesi (10 Tahun Terakhir):


Guru SMK Negeri 26 Jakarta

Judul Buku dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):


T id a k a d a

Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):


Tidak ada

C Profil Reviewer
Editor

Nama Lengkap : Yuni Melfia, S.T.


Telp Kantor/HP :(021) 4700988
Email : melfronge@gmail.com
Alamat Kantor : Jl. Bawal Raya No. 17 Rawamangun, Jakarta Timur
Bidang Keahlian : Matematika dan Fisika

Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:


SI Teknik Sipil Universitas Andalas

Riwayat Pekerjaan/Profesi (10 Tahun Terakhir):


Editor buku sekolah PT Bumi Aksara (2003 - sekarang)

Judul Buku yang Diedit dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):
1. Matematika SMA/MA Kelas X, XI, dan XII Kelompok Peminatan Kurikulum
2013 Bumi Aksara (tahun 2016)
2. Konsep dan Penerapan Fisika SMA/MA Kelas X, XI, dan XII Kelompok
Peminatan Kurikulum 2013 Bumi Aksara (tahun 2016)
3. Solusi Cerdas UN SMA/MA IPA Basinar (tahun 2012)
4. Tematik SD/MI Kelas I dan IV Bailmu (tahun 2009)
5. Matematika SMA/MA Kelas XI dan XII Kelompok IPA Bailmu (tahun 2009)
6. Matematika SMA/MA Kelas XI dan XII Kelompok IPS Bailmu (tahun 2009)
7. Sains Fisika SMA/MA Kelas 1, 2, dan 3 Bumi Aksara (tahun 2007)
8. Matematika SMP/MTs Kelas 1, 2, dan 3 Bumi Aksara (tahun 2005)
9. Ilmu Pengetahuan Alam SMP/MTs Kelas VII, VIII, dan IX Bumi Aksara (tahun
2007)
10. Memahami dan Berlatih Matematika SD/MI Kelas I s.d. VI Bumi Aksara
(tahun 2006)
11. Sains Fisika SMP/MTs Kelas 1, 2, dan 3 Bumi Aksara (tahun 2008)
12. Sains Fisika Kelas la, lb, 2a, 2b, 3a, dan 3b SMA Bumi Aksara (tahun 2004)

^ P J J j^ T e k n ik Pengukuran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


Konsultan^
Nama : Raden Purnomo Setiady Akbar, APU
Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 23 Januari 1956
Telepon : (021) 82493956 / 08121033367 / 081219497510 (WA)
Email : rpsakbar@yahoo.co.id
Alamat Rumah : Limus Pratama Regency Blok H. No. 39 Bogor
Bidang Keahlian : Peneliti Pendidikan, Pengembang Kurikulum,
Konsultan Pendidikan, dan Mediator

Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:


D3 : Pendidikan Teknik Listrik, FKIT IKIP Medan (1975 - 1977)
51 : Program Sarjana Pendidikan Teknik Listrik Fakultas Pendidikan Teknologi
Kejuruan (FPTK) IKIP Surabaya (1977 - 1982)
52 : Program Magister Pendidikan Teknologi Kejuruan, Program Pasca Sarjana
IKIP Yogyakarta (1983 - 1987)
53 : Program Doktor Jurusan Pengembangan Kurikulum Kejuruan PPS IKIP
Bandung (1988-1995)

Judul Buku dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):


1. Pengantar Statistika (Edisi Kedua) Bumi Aksara, Jakarta, 2006
2. Metodologi Penelitian Sosial (Edisi Kedua) Bumi Aksara, Jakarta, 2006

Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):


1. Peta Pendidikan di Kawasan Timur Indonesia. Anggota (Depdikbud) (2006)
2. Model Pembelajaran dengan IT, Satu Guru Tiga Kelas. Penanggung Jawab
(Depdikbud) (2007)
3. Guru M enurut Anak Indonesia. Penanggung Jawab (Depdikbud) (2008)
4. Apresiasi Budaya Kerja Guru Indonesia. Penanggung Jawab (Depdikbud)
(2009)
5. Keterampilan Dasar Kejuruan Teknik. Penanggung Jawab (Depdikbud) (2010)
6. Pendidikan Kejuruan di Kawasan Timur Indonesia. Penanggung Jawab (Dep­
dikbud) (2011)
7. Public Reform for Good Government Governance. Anggota (UNPI) (2012)
8. P ro fil P e m u d a In d o n e sia . A n g g o ta (K e m e n p o ra ) (2013)
9. Evaluasi Laboratorium Olahraga pada LPTK di Indonesia. Penanggung Jawab
(Depdikbud) (2014)

C Profil Konsultan
10. Pelaksanaan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Anggota (Depdikbud) (2015)
11. Implementasi Continuous Auditing & Continuous Monitoring pada Instansi
Pemerintah untuk Meningkatkan Efektivitas Pengendalian Intern dan Manaje­
men Risiko, Anggota (BPKP) (2016)

Informasi Lain:
1. Pemakalah pada Konferensi Penelitian Keuangan Sektor Publik II (Asosiasi
Peneliti Keuangan Sektor Publik), 2009
2. Penyaji Seminar Pengkajian Keberhasilan Pendidikan 2005 - 2006 (Sarana dan
Prasarana Pendidikan), Balitbang, 2010
3. Master o f Trainers (MOT), Pendidikan Kesadaran Bela Negara Pemuda
Tingkat Nasional, Tahun 2008, 2009, dan 2010
4. Pelatihan Matematika dengan Metode Gasing, Peserta, Surya Institut, 2012

^ J J J ^ T e j< n ik Pengu*<uran Tanah SMK/MAK Kelas X ^


J E 5 5 1 Penerbit ^

Nama Penerbit PT Bumi Aksara


Tahun Berdiri 1990
Tahun Penerbitan Buku Pertama 1990 BUMI AKSARA
Tanda Daftar Perusahaan (TDP) 09.04.1.46.04343
Alamat Jl. Sawo Raya No. 18 Rawamangun,
Jakarta Timur
Nomor Telepon (021) - 4700988
Nomor Faksimile (021) - 4700989
Nomor Pelayanan Pelanggan 081286008690
Akun Facebook www.facebook/bumiaksaraonline.com
Alamat Email info@bumiaksara.com

C Profil Penerbit
Peduli lingkungan

S u m b e r : h ttp e :/ / g o a .g l/ z n F P N x

"keindahan alam adalah anugerah yang


menumbuhkan penghargaan dan rasa syukur"
-Louie Schwartzberg-

• BUMI AKSARA
Jl. Sawo Raya No. 18, Rawamangun
Jakarta Timur - 13220, Indonesia
Telp. : (021) 4700988/4757544
Fax. : (021) 4700989
Site : www.bumic.ksara.com
www.bumiaksaraonline.com
Email : editorial@bumiaksara.com
marketing@bumiaksara.com

Anda mungkin juga menyukai