Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

INSTRUMEN HASIL BELAJAR ASPEK KOGNITIF DAN


PENGEMBANGANNYA

Oleh :

Kelompok V

1. Intan Maharani 4173121023


2. Fina Aulia Ritonga 4173321019
3.

Dosen Pengampu : Dr. Mariati P. Simanjuntak, S.Pd, M.Si


Mata Kuliah : DDEPPF

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya penulis
diberi kesehatan dan kesempatan untuk menyelesaikan tugas Makalah yang
diberikan kepada penyusun mengenai “Instrumen Hasil Belajar Ranah Kognitif
dan Pengembangannya”.

Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mendapat dukungan,


bimbingan, serta semangat dari banyak pihak sehingga penulis bisa
menyelesaikannya tepat waktu . Untuk itulah dengan penuh rasa hormat penyusun
ucapkan terima kasih.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari


sempurna dan masih memerlukan pengembangan lebih lanjut. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat penyusun harapkan agar
nantinya dapat diperoleh hasil yang lebih maksimal dan demi kesempurnaan tugas
berikutnya. Dalam kesempatan ini penyusun juga mohon maaf jika ada hal-hal
yang tidak berkenan dalam makalah ini dan proses yang dilalui dalam
penyusunannya.

Akhir kata, penyusun ucapkan terimakasih kepada semua yang


berpartisipasi demi terselesaikannya tugas ini dan semoga kita terus dalam
lindungan Tuhan Yang Maha Esa.

Medan, Oktober 2020

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penilaian merupakan salah satu dari delapan standar pendidikan nasional.
Penilaian memiliki beberapa prinsip dalam pelaksanaannya. Prinsip-prinsip
penilaian hasil belajar siswa dijabarkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2016 tentang Standar Penilaian
Pendidikan. Beberapa prinsip yang dijabarkan yaitu sahih, objektif, menyeluruh,
dan berkesinambungan. Secara keseluruhan, penilaian hasil belajar siswa
diharapkan mencakup kesinambungan semua aspek kompetensi yaitu sikap
(afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotorik) dimana tidak
hanya mengukur hasil atau apa yang diketahui siswa namun juga proses atau apa
yang telah dilakukan siswa untuk meningkatkan pemahaman siswa berdasarkan
pada prosedur dan kriteria yang jelas. Penilaian hasil belajar siswa merupakan hal
yang penting. Penilaian hasil belajar siswa dapat membantu menambah informasi
guru, orang tua siswa serta siswa itu sendiri tentang kelebihan dan kekurangan
masing-masing individu.
Evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk
menentukan kualitas (nilai dan arti) dari sesuatu, berdasarkan pertimbangan dan
kriteria tertentu dalam rangka pembuatan keputusan. Penilaian adalah suatu proses
atau kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan untuk mengumpulkan
informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik dalam rangka membuat
keputusankeputusan berdasarkan kriteria pertimbangan tertentu. Keputusan yang
dimaksud adalah keputusan tentang peserta didik, seperti nilai yang akan
diberikan atau juga keputusan tentang kenaikan kelas dan kelulusan. Secara umum
tes sebagai alat yang digunakan untuk mengukur pengetahuan atau penguasaan
obyek ukur terhadap seperangkat konten atau materi tertentu.
Tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka
melaksanakan kegiatan pengukuran, yang didalamnya terdapat berbagai
pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau
dijawab oleh peserta didik untuk mengukur aspek perilaku peserta didik. Tes hasil
belajar dilakukan untuk mengukur hasil belajar yakni sejauh mana perubahan

3
perilaku yang diinginkan dalam tujuan pembelajaran telah dapat dicapai oleh para
siswa. Dalam mengukur hasil belajar, siswa didorong untuk menunjukkan
penampilan maksimalnya. Dari penampilan maksimal yang ditunjukkan dalam
jawaban atas tes hasil belajar dapat diketahui penguasaan siswa terhadap materi
yang diajarkan dan dipelajari.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan instrument hasil belajar ranah kognitif?
2. Apa saja teknik dan instrument untuk menilai hasil belajar ranah kognitif?
3. Bagaimana pengembangan insturmen hasil belajar ranah kognitif?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari instrument hasil belajar ranah kognitif
2. Untuk mengetahui teknik dan instrument untuk menilai hasil belajar ranah
kognitif
3. Untuk mengetahui bagaimana pengembangan instrument hasil belajar ranah
kognitif

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Instrumen Hasil Belajar Ranah Kognitif
Hadijah (2016) menjelaskan bahwa instrumen merupakan alat yang dapat
digunakan untuk mengukur tingkat ketercapaian kompetensi. Selain itu, instrumen
juga diartikan sebagai alat bantu yang dipilih dan digunakan dalam kegiatan
pembelajaran mengumpulkan agar kegiatan pembelajaran tersebut, menjadi
sistematis dan dipermudah olehnya. Berdasarkan defenisi tersebut suatu instrumen
berfungsi untuk menjaring hasil pembelajaran. Instrumen juga diartikan sebagai
alat bantu, merupakan saran yang dapat diwujudkan dalam benda, misalnya
angket (questionnaire), daftar cocok (check list), pedoman wawancara (interview
guide atau interview schedule), soal tes (test), inventori (inventory), dan skala
(scale).
Sasaran pada kemampuan berpikir Anderson dan Krathwohl membagi
enam kategori dimensi proses kognitif yang merupakan revisi dari Taxonomy of
Educational Objective, dijelaskan dalam (Musfiqoh, 2013) dengan rincian sebagai
berikut :
1. Mengingat (remember) yaitu mendapatkan kembali pengetahuan yang
berhubungan dengan ingatan jangka panjang meliputi : mengenali dan me-
recall.
2. Memahami (understand) yaitu membangun pemahaman dari pesan – pesan
instuksional termasuk lisan, tulisan, dan komunikasi graphis meliputi :
interpretasi, memberi contoh, klasifikasi, meringkas, measukkan,
membandingkan dan menjelaskan.
3. Menerapkan (apply) yaitu menggunakan prosedur dalam situasi yang dihadapi
meliputi : melaksanakan dan menerapkan
4. Menganalisa (analyze) yaitu memecahkan bahan menjadi bagian – bagian –
bagian dan menentukan bagaimana bagian yang satu berhubungan dengan
bagian yang lainnya meliputi : membedakan, mengorganisir, dan pemberian
atribut.
5. Mengevaluasi (evaluate) yaitu membuat penilaian berdasarkan kriteria dan
standar meliputi : mengecek dan mengkritik.

5
6. Mencipta (create) yaitu menyatukan elemen – elemen untuk membentuk suatu
hubungan dan menyusun kembali elemen – elemen ke dalam pola baru
meliputi : membuat, merencanakan, dan menghasilkan.
Sasaran Penilaian Hasil Belajar oleh guru pada kemampuan berpikir adalah
sebagai berikut :
Tabel 1.2. Sasaran Penilaian Ranah Kognitif
(Sumber : Musfiqoh, 2013)
Kemampuan Berpikir Deskripsi
Mengingat : Pengetahuan hafalan ketepatan,
Mengemukakan kembali apa yang kecepatan, kebenaran pengetahuan yang
sudah dipelajari dari guru, buku, diingat dan digunakan ketika menjawab
sumber lainnya sebagaimana pertanyaan tentang fakta, defenisi
aslinya, tanpa melakukan konsep, prosedur, hukum, teori dari apa
perubahan. yang sudah dipelajari di kelas tanpa
diubah/berubah
Memahami : Kemampuan mengolah pengetahuan
Sudah ada proses pengolahan dari yang dipelajari menjadi sesuatu yang
bentuk aslinya tetapi arti dari kata, baru seperti menggantikan suatu
istilah, tulisan, grafik, tabel, kata/istilah dengan kata/istilah lain yang
gambar, foto tidak berubah. sama maknanya; menulis kembali suatu
kalimat/paragraph/tulisan dengan
kalimat/paragraph/tulisan sendiri
dengan tanpa mengubah artinya
informasi aslinya ; mengubah bentuk
komunikasi dari bentuk kalimat ke
bentuk grafik/tabel/visual atau
sebaliknya; memberi tafsir sebuah
kalimat – kalimat/paragraph/tulisan/data
sesuai dengan kemampuan siswa;
memperkirakan kemungkinan yang
terjadi dari suatu informasi yang
terkandung dalam suatu

6
kalimat/paragraph/tulisan/data.
Menerapkan : Kemampuan menggunakan pengetahuan
Menggunakan informasi, konsep, seperti konsep massa, cahaya, suara, listrik,
prosedur, prinsip, hukum, teori hukum penawaran, hukum Boyle, hukum
yang sudah dipelajari untuk sesuatu Archimedes,
yang beru/belum dipelajari. membagi/mengali/menambah/mengurangi/
menjumlah.
Menganalisis : Kemampuan mengelompokkan benda
Menggunakan keterampilan yang berdasarkan persamaan dan perbedaa
telah dipelajari terhadap suatu ciri – cirinya, memberi nama bagi
informasi yang belum diketahuinya kelompok tersebut, mennetukan apakah
dalam mengelompokkan informasi, satu kelompok sejajar/lebih tinggi/lebih
menentukan keterhubungan antara luas dari yang lain, menentukan mana
satu kelompok/informasi dengan yang lebih dulu dan mana yang
kelompok/informasi lainnya, antara belakangan muncul, menemukan
fakta dengan konsep, antara keterkaitan antara fakta dengan
argumentasi dengan kesimpulan, kesimpulan, menentukan konsistensi
benang merah pemikiran antara antara apa yang dikemukakan dibagian
saty karya dengan karya lainnya. awal dengan bagian berikutny.
Mengevaluasi : Kemampuan menilai apakah informasi
Menentukan nilai suatu benda atau yang diberikan berguna, apakah suatu
informasi informasi/benda
menarik/menyenangkan bagi dirinya,
adakah penyimpangan dari kriteria
suatu pekerjaan/keputusan/peraturan,
memberikan pertimbangan alternative
mana yang harus dipilih berdasarkan
kriteria; menilai benar/salah/bagus/jelek
dan sebagainya suatu hasil kerja
berdasarkan kriteria.
Mencipta : Kemampuan membuat suatu

7
Membuat sesuatu yang baru dari cerita/tulisan dari berbagai sumber yang
apa yang sudah ada sehingga hasil dibacanya, membuat suatu benda dari
tersebut merupakan satu kesatuan bagian yang tersedia, mengembangkan
utuh dan berbeda dari komponen fungsi baru dari suatu benda,
yang digunakan untuk mengembangkan berbagai bentuk
membentuknya kreativitas lainnya

B. Teknik dan Instrumen Penilaian Autentik


Teknik Tes
1. Pilihan Berganda
Rosyidi (2020) menjelaskan tes pilihan ganda adalah bentuk tes objektif
yang terdiri atas pertanyaan atau pernyataan (stem) dan diikuti sejumlah alternatif
jawaban (option), tugas testmemilih alternatif jawaban yang paling tepat.
Kemungkinan jawaban tersebut dapat berupa kata, frasa, nama tempat, nama
tokoh, lambang atau kalimat yang sudah pasti. Dilihat dari segi rumusan
kalimatnya, soal pilihan ganda dapat berupa kalimat tanya atau kalimat pertanyaan
yang tidak lengkap. Alternatif jawaban terdiri atas jawaban benar yang merupakan
kunci jawaban serta kemungkinan jawaban-jawaban salah yang disebut pengecoh
(distraktor). Alternatif jawaban ini beragam, ada yang menggunakan tiga alternatif
yang biasa nya digunakan disekolah tingkat dasar (SD/MI) kelas tingkat bawah
( 1-3 ), ada yangmenggunakan 4 alternatif yang biasanya digunakan ditingkat
SMP/MTs, dan ada yang menggunakan 5 alternatif pada tingkat SLTA dan
perguruan tinggi
Ada beberapa model soal pilihan ganda yang dapat digunakan dalam
evaluasi hasil belajar, yaitu : a) Model pilihan ganda biasa b) Model assosiasi c)
Model melengkapi berganda d) Model hubungan antar hal e) Model analisis kasus
f) Model pemakaian diagram, grafik, peta atau gambar. (Rosyidi, 2020)
2. Tes bentuk jawaban singkat atau isian singkat
Tes jawaban singkat adalah bentuk tes yang berupa kalimat pertanyaan
yang harus dijawab dengan jawaban singkat atau kalimat perintah yang harus
dikerjakan atau berupa kalimat pernyataan yang belum selesai sehingga testee

8
harus mengisikan kata untuk melengkapi kalimat tersebut.Bentuk tes ini tepat
digunakan untuk mengetahui tingkat ingatan/hafalan dan pemahaman peserta
didik.Tes ini juga dapat memuat jumlah materi yang banyak, namun tingkat
berpikir yang diukur cenderung rendah.(Rosyidi, 2020)
Kaidah-kaidah utama penyusun soal bentuk ini adalah sebagai berikut: a)
Rumusan butir soal harus sesuai dengan kemampuan (kompetensi dasar dan
indikator) b) Jawaban yang benar hanya satu c) Rumusan kalimat soal harus
komunikatif d) Rumusan soal harus menggunakan bahasa yang baik, kalimat
singkat, dan jelas sehingga mudah dipahami e) Jawaban yang dituntut oleh butir
berupa kata, frase, angka, simbol, tahun, tempat, dan sejenisnya harus singkat dan
pasti. f) Rumusan butir soal tidak merupakan kalimat yang belum lengkap, bagian
yang dikosongkan (perlu diisi oleh testee) maksimud dua untuk satu kalimat soal
g) Titik-titik kosong sebagai tempat jawaban hendaknya diletakan pada akhir atau
dekat akhir kalimat daripada pada awal kalimat.(Rosyidi, 2020)
3. Tes Menjodohkan
Tes bentuk menjodohkan atau memasangkan adalah suatu bentuk tes yang
terdiri dari suatu seri pertanyyan dan satu seri jawaban. Masing-masing
pertanyaan mempunyai jawabnya yang tercantum dalam seri jawaban.(Rosyidi,
2020)
4. Tes Uraian
Tes bentuk uraian merupakan alat evaluasi hasil belajar yang paling tua.
Tes uraian disebut pula dengan tes esai (essay test) atau tes subjektif. Dikatakan
tes subjektif terutama terkait dengan proses pemeriksaan dan pemberian skor dari
tester (evaluator) yang relatif lebih bersifat subjektif jika dibandingkan dengan
pada tes objektif. Secara umum tes uraian ini memiliki karakteristik sebagai
berikut, pertama, tes uraian adalah tes yang berupa pertanyaan atau perintah yang
jawabannya menuntut testee mengorganisasikan gagasan atau hal-hal yang telah
dipelajarinya dengan cara mengemukakan gagasan tersebut dalam bentuk tulisan.
Perbedaan yang sangat jelas antara tes objektif dan tes uraian (tes subjektif).
Kedua, jumlah butir soalnya umumnya terbatas, yaitu berkisar empat sampai
dengan sepuluh butir. Ketiga, pada umumnya, butir-butir soal tes diawali denga
katakata: jelaskan, terngkan, uraikan, mengapa, bagaimana, dan kata-kata laian

9
yang menuntut testee memberikan uraian jawaban secara lebih luas. Tes uraian
dgunakan secara luas untuk bebagai macam keperluan antara lain digunakan
sebagai ulangan harian, ulangan umum, ataupun ulangan kenaikan kelas. Pada
perguruan tinggi, biasanya para dosen menggunakan bentuk uraian tes ini pada
saat ujian tengah semester (UTS) atau ujian akhir semester (UAS).
Dari sisi kemampuan, tes uraian ini digunakan untuk mengukur
kemampuan yang tidak dapat diukur dengan bentuk tes objektif.Secara umum
terdapat dua situasi dimana guru atau dosen untuk mengukur kemampuan yang
sangat tinggi yang tidak efektif diukur dengan tes bentuk objektif seperti
kemampuan analisis, sintesis, maupun evaluasi.Keempat, tes uraian digunakan
jika guru ingin mengukur kemampuan menulis. Dalam contoh ini, guru biasanya
mengukur kemampuan testee untuk menulis beberapa kalimat sehingga terbentuk
sebuah cerita. Kemampuan yang diukur adalah kemampuan mengekpresikan
gagasan dalam sebuah cerita yang meruntut dan komunikatif.(Rosyidi, 2020)

Tes bentuk uraian ini ada dua macam menurut Rosyidi (2020), yaitu tes
uraian terbatas atau uraian terstruktur dan tes uraian bebas.
1) Tes uraian terbatas, disebut pula dengan tes uraian terstruktur atau tes
uraian objektif adalah tes uraian yang sifat jawabannya dibatasi (sudah
terarah) baik ditinjau dari segi materi maupun jawabannya. Penskoran
pada tes uraian terbatas cenderung lebih konsisten dan objektif.
2) Uraian bebas, yaitu bentuk tes uraian yang menghendaki jawaban yang
terurai (jawaban panjang). Tes uraian bebas ini bebas melalui tulisan atau
karangan. Jadi testee memiliki kebebasan mengemukakan jawaban melalui
tuliasan. Benar tidaknya tulisan testee hanya dapat diskor oleh guru yang
benar-benar berpegalaman. Bentuk tes ini tepat digunakan apabila
bertujuan untuk:
a) Mengungkapkan pandangan para siswa terhadap suatu masalah
sehingga dapat diketahuai luas dan intensitasnya,
b) Megupas suatu masalah yang kemungkinan jawaban beraneka
ragam sehingga tidak ada satu jawaban yang pasti

10
c) Mengembangkan daya analisis siswa dalam melihat suatu persoalan
dari berbagai segi atau dimensinya.

Teknik Non – Tes


Ada beberapa teknik non tes yang dapat digunakan untuk mengevaluasi
hasil belajar kognitif yaitu portofolio, proyek (penugasan), dan produk Depdiknas
(dalam Rosyidi, 2020). Teknik non tes ini sifatnya untuk melengkapi teknik tes.
1. Penilaian Portofolio
Menurut Poulson, portofolio sebagai kumpulan pekerjaan siswa yang
menunjukan usaha, perkembangan dan kecakapan mereka dalam satu bidang
atau lebih. Portofoli dapat digunakan oleh peserta didik untuk melihat kemauan
mareka sendiri, terutama dalam hal perkembangan pengetahuan mereka, sikap,
ketrampilan dan ekspresinya terhadap sesuatu.Jadi dapat dikatakan bahwa
penilaian portofolio adalah kumpulan hasil karya seorang peserta didik yang
digunakan sebagai instrument evaluasi untuk menilai kompetensi peserta didik.
Kumpulan hasil karya tersebut difokuskan kepada dokumen tentang kerja
peserta didik sebagai bukti tentang apa yang dapat dilakukan oleh peserta
didik, misalnya, ulangan harian, tugastugas terstruktur, catatan perilaku peserta
didik, dan laporan aktifitas di luar Sekolah.
2. Penilaian Proyek
Penilaian proyek adalah penilaian pada kemampuan melakukan “Scientific
Inquiry” yang dapat memberikan informasi tentang kemampuan peserta didik
mengaplikasikan pengetahuan dalam merencanakan, mengorganisasi
penyelidikan, bekerjasama, mengidentifikasi, mengumpulkan informasi,
menganalisis danmenginterpretasikan serta mengomunikasikan temuannya
dalam bentuk laporan tulisan Depdiknas(dalam Rosyidi, 2020)).
3. Penilaian Produk
Penilaian terhadap hasil karya peserta didik pada periode tertentu
Depdiknas (dalam Rosyidi, 2020)

11
C. Perencanaan, Pengembangan, dan Penyusunan Instrumen Hasil Belajar
Ranah Kognitif
1. Perencanaan, Pengembangan, dan Penyusunan Instrumen Hasil
Belajar Berdasarkan Kisi-Kisi Tes
A. Perencanaan Instrumen Hasil Belajar Berdasarkan Kisi Kisi Tes
Menurut Yusuf (2017:188) bahwa, tes yang baik bukanlah sekali jadi,
melainkan membutuhkan waktu yang cukup lama;dengan tenaga yang ahli di
bidangnya serta memahami konsep-konsep tes tes hasil belajar. Ketekunan dan
ketelitian sangat diperlukan dalam mendisiplinkan diri pada waktu penyusunan
instrumen tes belajar perlu dirancang secara baik dan mempunyai hubungan erat
dengan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan di titik awal dari perencanaan dan
penyusunan tes hasil belajar. Kekurang tepatan dalam perumusan tujuan
pembelajaran membawa dampak negatif dalam penyusunan instrumen tes hasil
belajar; mulai dari penyusunan kisi kisi ujian dan pemilihan tipe instrumen,
hingga dalam peyusunan butir-butir instrumen.
B. Pengembangan Instrumen Hasil Belajar Berdasarkan Kisi Kisi Tes
Branch (2009: 2) said that, ADDIE is an acronym for Analyze, Design,
Develop, Implement, and Evaluate. ADDIE is a product development concept. The
ADDIE concept is being applied here for constructing performance-based
learning. The educational philosophy for this application of ADDIE is that
intentional learning should be student centered, innovative, authentic, and
inspirational. The concept of systematic product development has existed since
the formation of social com-munities. Creating products using an ADDIE process
remains one of today’s most effective tools. Because ADDIE is merely a process
that serves as a guiding framework for complex situations, it is appropriate for
developing educational products and other learning resources. The purpose of
this book is to introduce ADDIE as a fundamental process for creating effective
learning resources.
This book promotes strategies that move away from didactic, limiting,
passive, singular modes of design, and instead move toward designs that facil-
itate active, multi-functional, situated, inspirational approaches to learning. The
goals of this book are to first present the ADDIE concept (Fig. 1), and second, use

12
ADDIE as a way to organize the common procedures associated with
instructional design

Artinya, ADDIE adalah akronim untuk Menganalisis, Merancang,


Mengembangkan, Menerapkan, dan Mengevaluasi. ADDIE adalah konsep
pengembangan produk. Konsep ADDIE diterapkan di sini untuk membangun
pembelajaran berbasis kinerja. Filosofi pendidikan untuk aplikasi ADDIE ini
adalah bahwa pembelajaran yang disengaja harus berpusat pada siswa, inovatif,
otentik, dan inspirasional.
Konsep pengembangan produk sistematis telah ada sejak pembentukan
komunitas sosial. Membuat produk menggunakan proses ADDIE tetap menjadi
salah satu alat paling efektif saat ini. Karena ADDIE hanyalah sebuah proses yang
berfungsi sebagai kerangka kerja panduan untuk situasi yang kompleks, sangat
sesuai untuk mengembangkan produk pendidikan dan sumber belajar lainnya.
Tujuan buku ini adalah untuk memperkenalkan ADDIE sebagai proses mendasar
untuk menciptakan sumber belajar yang efektif.
Buku ini mempromosikan strategi yang beralih dari mode desain yang
didaktis, membatasi, pasif, tunggal, dan sebaliknya bergerak ke arah desain yang
memfasilitasi pendekatan aktif untuk pembelajaran yang multifungsi, terletak,
inspiratif. Tujuan buku ini adalah untuk pertama-tama menyajikan konsep ADDIE
(Gbr. 1), dan kedua, menggunakan ADDIE sebagai cara untuk mengatur prosedur
umum yang terkait dengan desain instruksional.

13
Menurut Jamilah dan Purnawa (2009:126-131) bahwa prosedur yang dilakukan
untuk mengembangkan instrumen buku pengukuran hasil belajar pronunciation
yang dapat digunakan meliputi :
1. Perencanaan Dan Penyusunan Instrument
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menyusun instrumen pengukuran
hasil belajar adalah mengembangkan kompetensi dan indikator hasil pembelajaran
yang diturunkan dari silabus dan referensi lain yang berhubungan dengan
pembelajaran. Dari indikator-indikator tersebut kemudian dibuat tabel yang
sesuai. Langkah berikutnya adalah membuat butir-butir instrumennya lengkap
dengan kriteria pengukuran dan penelaahan butir-butir instrumen. Aspek-aspek
yang dikembangkan dalam butir-butir tes mencakup pengetahuan dan
keterampilan.
Berikut adalah kisi-kisi instrumen yang diturunkan dari teori tentang
aspek-aspek belajar dan silabus perkuliahan yang dipakai sebagai acuan bahan
pembelajaran selama kuliah berlangsung. Kisi-kisi tersebut kemudian disusun
dalam indikator dan subindikator ke dalam sebuah tabel. Instrumen kemudian
disusun dengan berpedoma pada kisi-kisi di atas. Instrumen yang telah disusun
kemudian diseminarkan untuk mendapatkan masukan dan direvisi sesuai dengan
masukan dan saranuntuk perbaikan.
2. Uji Coba lnstrumen
Instrumen yang telah tersusun dan telah diseminarkan kemudian
diujicobakan pada sampel yang telah ditentukan. Uji coba dilakukan dalam 2
tahap. Tahap kedua dilakukan setelah dilakukan revisi terhadap butir-butir
instrument yang gugur dalam uji coba pertama. Revisi dilakukan dengan cara
melakukan pengubahan stem soal dan options untuk butir-butir tersebut,
sedangkan aspek atau konstruk pada subindikator yang diukur oleh butir soal tetap
sama dengan aspek pada soal semula.
3. Analisis Hasil Pengetesan Uji Coba Pertama
 Uji Validitas Tes

Uji validitas meliputi dua hal, yairu validitas isi dan validitas teoritik.
Validitas isi dimintakan pada seorang pakar yang dapat membandingkan antara

14
silabus, kisi-kisi, dan instrumennya. Hasil kesimpulan yang diperoleh
menunjukkan bahwa kisi-kisi tes sudah mencakup semua aspek yang dituangkan
dalam silabus perkuliahan dan butir-butir instrumen yang disusun sudah sesuai
dengan kisi-kisinya. Sebagai bahan pembanding dilakukan polling terhadap
peserta tes mengenai kesesuaian tes sebagai alat ukur untuk mengukur hasil
belajar.
 Uji Reabilitasi Tes
Uji reabilitasi tes untuk mesing masing instrumen dilakukan dengan teknik
yang berbeda.
 Analisi Butir
Analisi meliputi uji daya beda dan tingkat kesulitan butir.Uji daya beda
diterapkan untuk masing-masing jeni tes.
4. Revisi instrument
Ada bebrapa yang gugur jika tes tersebut terdapat kesalahan pada uji
validitas. Kemudian di revisi dengan berbagai cara. Tingakat kesulitan soal juga
mempengaruhi banyak atau tidak nya revisi yang akan dilakukan.
5. Analisis Hasil pengetesan Hasil Uji Coba Kedua
 Uji Validitas Tes
Seperti pada uji pertama, uji validitas meliputi dua hal, yaitu validitas isi
dan validitas teroritik. Validitas isi dimintakan pada seorang pakar untuk menjadi
validator untuk tes tahap pertama. Untuk validasi ini dilakukan dengan
membandingkan antara silabus, kisi-kisi, dan Hasil. Kesimpulan yang diperoleh
menunjukkan bahwa kisi_kisi tes zudahmencakupsemuaaspekyang dituangkan
dalam silabus perkuliahan, dan butir_butir instrumen yang disusun sudah sesuai
densan kisi-kisinya. polling kembali dilakukan terhadap peserta tes untuk
meminta pendapat mereka mengenaikan kesesuaian tes.
 Uji Reabilitasi Tes
Uji reabilitasi tes untuk mesing masing instrumen dilakukan dengan teknik
yang berbeda.
 Analisi Butir

15
Analisi meliputi uji daya beda dan tingkat kesulitan butir.Uji daya beda
diterapkan untuk masing-masing jenis tes.
C. Penyusunan instrumen hasil belajar berdasarkan kisi kisi tes
Menurut Sumarno (2002:38-42) ada bebrapa yang perlu diperhatikan
dalam menyusun instrumen diantaranya:
1. Langkah-Langkah Penyusunan Tes
Test yang telah didesign dapat digunakan sebagai alat seleksi atau
penerimaan, klasifikasi atau placement, evaluasi atau diagnosis, dan konseling.
Tes dapat digunakan untuk seleksi ketika ingin dilakukan pemilihan atau
pemisahan sekelompok orang dari kelompok orang tertentu. Misalnya tes
penerimaan mahasiswa baru. Tes dapat digunakan untuk klasifikasi atau
placement, adalah tes yang digunakan untuk mengelompok orang ke dalam
beberapa kelompok. Tes dapat digunakan untuk evaluasi atau diagnosis ketika
peserta didik ditetapkan kemampuannya di dalam kelas.
Langkah-langkah penyusunan tes secara garis besar dikelompokkan
menjadi empat yaitu perencanaan, penulisan butir, penelaahan butir tes (kualitatif
dan kuantitatif), dan perakitan butir tes:
 Perencanaan Tes
a. Menentukan Tujuan Tes
Seperti dipaparkan di atas tujuan tes bermacam-macam.Masih diragukan
bahwa sebuah tes tunggal dapat dikembangkan untuk memenuhi semua tujuan tes
secara maksimal.Tes yang dikembangkan untuk seleksi cenderung memiliki
tingkat kesukaran yang tinggi. Tes klasifikasi digunakan untuk membedakan
peserta tes di sepanjang rentang kemampuan yang lebar harus terdiri atas butir tes
yang memiliki tingkat kesukaran sedang. Tes diagnostik digunakan untuk
menentukan daerah kelamahan tertentu dari peserta tes harus terdiri atas butir tes
dengan tingkat kesukaran mudah.
b. Mempersiapkan Area/Materi Yang Akan Dicover
Aktivitas ini merupakan hal yang sangat penting untuk mendapatkan
validitas logis dan validitas sampling. Validitas logis dan validitas sampling
adalah versi validitas tampilan (facevalidity) yang njlimet (mutahir). Halini
mencakup definisi domain dari tingkah laku/kompetensi yang akan diukur melalui

16
tes dan design logis dari butir untuk mengcover semua area penting dari domain
tersebut. Validitas logis khusunya berguna di dalam mengembangkan tes prestasi.
Pada langkah ini kembangkan kisi-kisi domain untuk tes. Kisi-kisi materi
ajar juga merupakan deskripsi mengenai ruang lingkup dan isi dari apa yang akan
diujikan, yang terdiri atas matrik pokok bahasan dan sub pokok bahasan.
Penentuan materi yang akan diujikan merupakan bagian yang sangat penting
karena di dalam suatu ujian tidak mungkin semua materi/indikator yang telah
diajarkan dapat diujikan dalam waktu yang terbatas, misalnya dalam waktu satu
atau dua jam.
Oleh karena itu, setiap dosen harus menentukan materi mana yang sangat
penting dan penunjang, sehingga dalam waktu yang sangat terbatas
materi/indikator yang diujikan hanya menanyakan materi-materi yang sangat
penting saja. Penentuan materi penting dilakukan dengan memperhatikan kriteria:
1. Urgensi, yaitu materi secara teoritis mutlak harus dikuasai oleh mahasiswa.
2. Kontinuitas, yaitu materi lanjutan yang merupakan pendalaman dari satu atau
lebih materi yang sudah dipelajari sebelumnya.
3. Relevansi, yaitu materi yang diperlukan untuk mempelajari atau memahami
mata kuliah lainnya.
4. Keterpakaian, yaitu materi yang memiliki nilai terapan tinggi dalam kehidupan
sehari-hari.
c. Menentukan kompetensi yang akan diujikan
Menentukan standar kompetensi merupakan acuan atau target utama yang harus
dipenuhi melalui setiap kompetensi dasar yang ada.
Untuk kata kerja ranah kognitif yang dikembangakan oleh Bloom adalah:
1) level ingatan, diantaranya: menyebutkan, menentukan, menunjukkan,
mengingat kembali, mendefinisikan.
2) level pemaham, diantaranya: membedakan, mengubah, memberi contoh,
memperkirakan, mengambil kesimpulan.
3) level penerapan, diantaranya: menggunakan, menerapkan,
4) level analisis, diantaranya: membandingkan, mengklasifikasikan,
mengkategorikan, menganalisis,

17
5) level sintesis, dianatanya: menghubungkan, mengembagkan,
mengorganisasikan, menyusun, dan
6) level evaluasi, diantaranya: menafsirkan, menilai, dan memutuskan.
d. Menetapkan Penyebaran Butir Tes Berdasarkan: Kompetensi Dan Materi
Setelah kegiatan penentuan materi yang akan ditanyakan selesai, kegiatan
berikutnya adalah menentukan secara tepat penyebaran butir tes berdasarkan:
kompetensi dan materi. Kompetensi yang akan diukur tergantung pada tuntutan
kompetensi, baik standar kompetensi maupun kompetensi dasarnya. Setiap
kompetensi di dalam kurikulum/silabus memiliki tingkat keluasan dan kedalaman
kemampuan yang tidak sama. Makin tinggi kemampuan yang diukur, maka makin
sulit soalnya. Bila ingin mengukur perilaku yang lebih tinggi, dosen dapat
mendaftar terlebih dahulu semua perilaku yang paling sulit/tinggi, berdasarkan
rumusan kompetensinnya (baik kompetensi dasar maupun kompetensi standar).
e. Menyusun Kisi-Kisi Butir Tes
Menyusun kisi kisi ini dikenal dengan istilah “test blue-pirint” atau “table
of specification”. Kisi kisi tes adalah format bentuk matrik yang memuat
informasi yang dijadikan pedoman untuk menulis dan merakit butir tes untuk
menulis atau untuk merakit butir tes menjadi perangkat tes. Tujun untuk
penyusunan kisi-kisi adalah untuk menetukan ruang lingkup dan tekanan tes yang
setepat-tepatnya, sehingga menjadi petunjuk dalam menulis soal.
Tabel Penyusunan Kisi-kisi Tes
NO KOMPETENSI HASIL MATERI NO.
DASAR BELAJAR/INDIKATOR POKOK SOAL
1.
2.

Keterangan :
Isi pada kolom 2,3,dan 4 harus sesuai dengan pernyataan yang ada dalam
kurikulum atau silabus
Kisi kisi yang baik harus sesuai dengan persyaratan sebagai berbagai berikut :

18
 Kisi kisi harus dapat mewakili isi silabus/kurikulum atau materi yang telah
secara tepat dan profesional.
 Komponen-komponen diuraikan secara jelas dan mudah dipahami
 Materi yang hendak dinyatakan dapat dibuatkan soalnya.
2. Menulis Butir Tes
Dalam penulisan soal pilihan ganda harus memiliki keterampilan dan
ketelitian. Hal yang sulit di lakukan dalam menulis soal pilihan ganda adalah
menuliskan pengecohnya. Pedoman umum dalam penulisan soal pilihan gnada
adalah : (1) pokok soal harus jelas, (2) pilihan harus homogen, (3) panjang
kalimat pilihan jawaban diusahakan sama, (4) tidak ada petunjuk yang
mengarahkan ke pilihan jawaban yang benar, (5) menghindari pemilihan jawaban
seperti: semua benar, ketiganya salah, atau sejenisnya, (6) semua pilihan jawaban
memiliki hubungan yang yang logis dengan pokok-soal, (7)tidak menggunakan
kata negativ ganda, (8) memakai bahasa baku, (9) letak jawaban benar di tentukan
secara acak.
3. Menelaah Butir Secara Kualitatif
Validasi butir tes secara kualitatif dilakukan sebelum butir tes
diujikan/digunakan. Aspek yang perlu diperhatikan dalam memvalidasi butir tes
secara kualitatif adalah berkenaan dengan aspek materi, konstruksi, bahasa, dan
kunci jawaban . Ada dua cara/teknik yang dapat ditempuh untuk menelaah
(memvalidasi) butir tes secara kualitatif, yaitu: teknik moderator dan teknik panel.
Teknik moderator merupakan teknik berdiskusi yang di dalamnya terdapat satu
orang penengah atau wasit. Berdasarkan teknik ini, setiap butir tes didiskusikan
secara bersama-sama dengan beberapa ahli, seperti dosen yang mengajar materi,
ahli materi, penyusun atau pengembang kurikulum, ahli tes. Kelemahan teknik ini
adalah memerlukan waktu yang lama untuk mendiskusikan setiap satu butir tes.
Teknik panel merupakan suatu teknik dimana setiap butir tes ditelaah berdasarkan
kaidah-kaidah penulisan butir tesnya, yaitu ditelaah dari segi materi, konstruksi,
Bahasa atau budaya, kebenaran kunci jawaban atau pendoman pensekoran yang
dilakukan oleh beberapa penelaah.
4. Merakit Butir-Butir Tes Menjadi Perangkat Tes

19
Merakit soal adalah menyusun soal yang siap pakai menjad i satu
perangkat atau paket. Untuk memudahkan pelaksanaannya, penulis soal harus
memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:
 Mengelompokkan soal yang mengukur kompetensi dan materi yang sama,
kemudian soal-soalitu ditempatkan dalam urutan yang sama.
 Memberi nomor urut soal didasarkan nomor urut soal dalam kisi-kisi
 Mengecek setiap soal dalam satu paket apakah soal-soal sudah mengikuti
kaidah.
 Membuat petunjuk umum dan khusus untuk mengerjakan soal.
 Membuat format jawaban, lembaran kunci dan petunjuk penilaian
5. Menelaah Butir Secara Kuantitatif
Penelaahan butir secara kuantitatif adalah penelaahan butir berdasarkan
pada data empirik dari butir tes yang bersangkutan. Penelaahan butir tes secara
kuantitatif dilakukan setelah tes diujikan. Data diperoleh dari peserta yang
mengerjakan butir tes tersebut.
Menurut Rukajat (2018:41-42), ada langkah-langkah pembuatan serta cara
penyusunan kisi-kisi tes tertulis:
1. Langkah Langkah Pembuatan Kisi Kisi Tes Tulis
a. Mendaftar pokok-pokok materi yang akan diteskan (berdasarkan silabus).
b. Memberikan imbangan bobot/presentase untuk masing – masing satu
materi(berdasarkan pada luas dan tingkat kedalaman materi).
c. Merinci banyaknya butir soal (proporsi jumlah item) untuk tiap-tiap materi.
d. Menetukan proporsi/presentase untuk setiap pokok aspek intelektual yang
diukur bagi setiap pokok-pokok materi.
e. Mengisi sel-sel dalam kisi-kisi.
f. Pemberian nomor item.
2. Penyusunan Kisi-Kisi Tes Tulis
Penulisan butir soal untuk tes tertulis merupakan suatu kegiatan yang
sangat penting dalam menyiapkan bahan ujian. Setiap butir soal yang ditulis harus
berdasarkan indikator soal yang sudah di susun didalam kisi-kisi dan berdasarkan
kaidah penulisan soal bentuk objektif dan kaidah penulisan soal uraian.

20
Penggunaan bentuk soal yang tepat dala tes tertulis, sangat tergantung
pada perilaku/kompetensi yang akan diukur. ada kompetensi yang lebih tepat
diukur/ditanyakan dengan menggunakan tes tertulis dengan bentuk soal uraian,
ada pila kompetensi yang lebih tepat diukur dengan menggunakan tes tertulis
dengan bentuk soal objektif. Bentuk tes tertulis pilihan ganda maupun uraian
memiliki kelebihan dan kelemahan satu sama lain.
Keunggulan dan kelebihan bentuk pilhan ganda antaranya adalah dapat
mengukur kemampuan/perilaku secara objektif, sedangkan unutk soal uraian
diantaranya adalah dapat mengukur kemampuan mengorganisasikan gagasan dan
menytakan jawabanya menurut kata-kata atau kalimat sendiri. Kelemahan soal
bentuk pilihan ganda diantaranya adalah sulit menyusun.
2. Perencanaan, Pengembangan, dan penyusunan Instrumen hasil Belajar
Berdasarkan Kata Kerja Operasional (KKO)
Menurut Nurgiyantoro (2018: 11-12) kata kerja operasional yang dapat
dipergunakan dalam indikator jumlahnya relatif banyak. Namun, pemilihan kata
kerja mana yang akan dipakai haruslah dipertimbangkan dengan cermat sesuai
dengan kompetensi yang akan dibelajarkan dan kemudian ditagih kadar
penguasaannya. Ada perbedaan karakteristik kata-kata kerja operasional terhadap
tuntutan kinerja kebahasaan. Di satu sisi, ada yang lebih bernuansa makna untuk
menagih capaian hasil pembelajaran bahasa dan satra yang bersifat aktif reseptif
(menyimak dan membaca ), di sisi lain untuk tagihan yang bersifat aktif produktif
(berbicara dan menulis) walau sama-sama menuntut kinerja kebahasaan.
Maksudnya, ada sejumlah kata kerja operasional yang sekedar menuntut kinerja
logika (intelektual) saja dan bersifat aktf reseptif, tetapi juga ada kata kerja yang
menuntut untuk berunjuk kerja secara aktif-indrawi dan produktif. Namun, tetap
saja ada sejumlah kata-kata kerja operasional yang dapat dipergunakan di kedua
kelompok tersebut, sedang yang membedakan adalah konteks pemakaian.
Menurut Zaim ( 2016: 32-35) untuk mengetahui pada tingkatan mana
proses kognitif itu berjalan, kita dapat membedakannya dengan melihat kata kerja
yang digunakan. Penggunaan kata kerja operasional ini juga harus
mempertimbangkan dalam menyusun instrument penilaian untuk berbagai
kategori jenis perilaku yang akan dinilai. Penilaian pengetahuan dapat dilakukan

21
dengan berbagai teknik penilaian seperti tes tulis, tes lisan, penugasan, observasi,
dan portofolio. Masing-masing teknik penilaian ini mempunyai karakteristik
tertentu. Oleh karena itu, seorang guru harus mengetahui teknik penilaian mana
yang cocok dilakukan untuk menilai pengetahuan tertentu.
According Junoh, et al., (2012) in Nayef (2013: 170), successive levels of Bloom’s
Taxonomy can be classified into two groups (lower and higher) which have
different values. The “synthesis, evaluation, and analysis” level in Bloom’s
Taxonomy can be classified as higher-order thinking, whereas “knowledge and
comprehension” can be classified as lower-order thinking. The application level
can be included in both groups of Bloom’s Taxonomy. At this level of taxonomy
(application), students are expected to demonstrate their ability in the
“knowledge and comprehension” levels.
Tingkat taksonomi Bloom yang berurutan dapat diklasifikasikan ke dalam
dua kelompok (lebih rendah dan lebih tinggi) yang memiliki nilai berbeda.
Tingkat "sintesis, evaluasi, dan analisis" di bloom taksonomi dapat
diklasifikasikan sebagai pemikiran tingkat tinggi, sedangkan "pengetahuan dan
pemahaman" dapat diklasifikasikan sebagai pemikiran tingkat rendah. Level
aplikasi dapat dimasukkan dalam kedua grup taksonomi bloom. Pada tingkat
taksonomi (aplikasi) ini, siswa diharapkan untuk melakukannya menunjukkan
kemampuan mereka di tingkat "pengetahuan dan pemahaman".
Menurut Nurgiyantoro (2004: 96) penjabaran indikator ke dalam butir-
butir soal harus mempertimbangkan kata kerja operasional yang dipakai. Tuntutan
tingkah laku yang ditunjuk dalam indikator dijadikan dasar penulisan soal agar
terjadi kesesuaian antara keduanya. Dengan demikian, kemampuan siswa
menjawab butir-butir soal itu betul-betul merupakan petunjuk bahwa siswa telah
menguasai bahan pembelajaran yang diujikan. Misalnya, jika kata kerja dalam
indikator berbunyi "mengungkapkan kembali", "menunjukkan", atau "menulis",
butir-butir soal yang dikembangkan harus menuntut siswa untuk berunjuk kerja
kesastraan dengan aktivitas yang sesuai. Misalnya, jika indikator berbunyi: "Siswa
dapat mengungkapkan kembali secara lisan isi drama radio yang didengarnya",
tugas yang diberikan harus menyuruh siswa untuk mengungkapkan kembali

22
secara lisan isi drama tersebut. Untuk itu, sebelumnya kita harus menyiapkan
media yang diperlukan dan memberi tugas siswa untuk mendengarkannya.
According Keshavarz (2011: 4) the following is a list of verbs for use when
creating student learning outcome statements (Scott, 2003):
 To measure knowledge (common terms, facts, principles, procedures), ask
these kinds of questions: Define, Describe, Identify, Label, List, Match,
Name, Outline, Reproduce, Select, State. Example: “List the steps involved
in building an information system.”
 To measure comprehension (understanding of facts and principles,
interpretation of material), ask these kinds of questions: Convert, Defend,
Distinguish, Estimate, Explain, Extend, Generalise, Give examples, Infer,
Predict, Summarize. Example: “Summarize the basic principles of
software design.”
 To measure application (solving problems, applying concepts and
principles to new situations), ask these kinds of questions: Demonstrate,
Modify, Operate, Prepare, Produce, Relate, Show, Calculate, Solve, Use.
Example: “Calculate
 the shortest path from node A to node B in the following graph.” To
measure analysis (recognition of unstated assumptions or logical fallacies,
ability to distinguish between facts and inferences), ask these kinds of
questions: Diagram, Differentiate, Distinguish, Illustrate, Infer, Point out,
Relate, Select, Separate, Subdivide. Example: “Analyse the requirements
of a school information system.”
 To measure synthesis (integrate learning from differ oriented software
design with structured software design.”
Artinya, berikut ini adalah daftar kata kerja untuk digunakan saat membuat
pernyataan hasil belajar siswa (Scott, 2003):
 Untuk mengukur pengetahuan (istilah, fakta, prinsip, prosedur) yang
umum, tanyakan hal pertanyaan semacam ini: Tentukan, Jelaskan,
Identifikasi, Label, Daftar, Cocokkan, Nama, Garis Besar, Reproduksi,

23
Pilihan, Negara. Contoh: "Sebutkan langkah-langkah yang terlibat dalam
membangun sistem informasi."
 Untuk mengukur pemahaman (pemahaman tentang fakta dan prinsip,
interpretasi materi), ajukan pertanyaan-pertanyaan berikut: Konversi,
Pertahankan, Bedakan, Perkirakan, Jelaskan, Perpanjang, Generalisasi,
Berikan contoh, Infer, Prediksi, Ringkas. Contoh: “Ringkas dasarnya
prinsip-prinsip desain perangkat lunak."
 Untuk mengukur aplikasi (menyelesaikan masalah, menerapkan konsep
dan prinsip ke yang baru situasi), ajukan pertanyaan-pertanyaan berikut:
Peragakan, Ubah, Operasikan, Siapkan, Produksi, Hubungkan, Tunjukkan,
Hitung, Selesaikan, Gunakan. Contoh: “Hitung jalur terpendek dari simpul
A kesimpul B dalam grafik berikut. "
 Untuk mengukur analisis (pengakuan terhadap asumsi yang tidak
dinyatakan atau kesalahan logika, kemampuan untuk membedakan antara
fakta dan kesimpulan), tanyakan pertanyaan-pertanyaan berikut: Diagram,
Bedakan, Bedakan, Ilustrasikan, Infer, Tunjukkan, Hubungkan, Pilih,
Pisahkan, Bagi. Contoh: "Analisis persyaratan sistem informasi sekolah."
 Untuk mengukur sintesis (mengintegrasikan pembelajaran dari desain
perangkat lunak berorientasi berbeda dengan terstruktur desain perangkat
lunak."
According Luimnigh (2007 : 19) In simple terms, this is what it means to
be able too perateat each level of the cognitive domain:
o Knowledge: you know something
o Comprehension: you understand what you know
o Application: you can take something from one context and use it in another
o Analysis: you can break something down
o Synthesis: you can create something new as a result of analysis
o Evaluation: you can pass judgement on something
When writing learning outcome in the cognitive domain, you need to
decide which level of thinking behavior you want your students to be able to
demonstrateasa result of learning. Once you’ve decided the level, there is asset of

24
suitabla action verbs from which to choose forth at level. These verbs a relisted in
the following sections. Please not ethat the lists are not exhaustive. Also, it is
inevitable that some verbs may be associated with more than one level. Keep in
mind that the classifications are not completely categorical. When writing
learning out comes, it is useul to be tolerant of a certain amount of overlap and
ambiguity and to avoid the feeling that you have to exercise unequi vocal
precision with the drafting of every objective.
Artinya, secara sederhana, inilah artinya dapat beroperasi di setiap level domain
kognitif:
• Pengetahuan: Anda tahu sesuatu
• Pemahaman: Anda memahami apa yang Anda tahu
• Aplikasi: Anda dapat mengambil sesuatu dari satu konteks dan menggunakannya
dalam lain
• Analisis: Anda dapat memecah sesuatu
• Sintesis: Anda dapat membuat sesuatu yang baru sebagai hasil analisis
• Evaluasi: Anda dapat menilai sesuatu
Saat menulis hasil belajar di ranah kognitif, Anda perlu memutuskan
tingkat perilaku berpikir yang Anda inginkan agar siswa Anda dapat tunjukkan
sebagai hasil dari pembelajaran. Setelah Anda memutuskan level, ada satu set kata
kerja tindakan yang cocok untuk memilih level tersebut. Kata kerja ini terdaftar di
bagian berikut. Harap dicatat bahwa daftar ini tidak lengkap. Juga, tidak dapat
dihindari bahwa beberapa kata kerja dapat dikaitkan dengan lebih dari satu level.
Perlu diingat bahwa klasifikasi tidak sepenuhnya kategorikal. Saat menulis hasil
belajar, penting untuk bersikap toleran terhadap sejumlah tumpang tindih dan
ambiguitas tertentu dan untuk menghindari perasaan bahwa Anda harus
menggunakan ketelitian yang jelas dengan penyusunan setiap tujuan.

25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Instrumen merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat
ketercapaian kompetensi. Selain itu, instrumen juga diartikan sebagai alat bantu
yang dipilih dan digunakan dalam kegiatan pembelajaran mengumpulkan agar
kegiatan pembelajaran tersebut, menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.
Teknik dan instrument untuk menilai hasil belajar ranah kognitif ini ialah
teknik tes dan non tes dimana teknik tes ini terdiri dari tes pilihan ganda, tes
bentuk jawaban singka atau isian singkat, tes menjodohkan, tes uraian. Teknik
non tes terdiri dari portofolio, proyek (penugasan), dan produk Depdiknas Teknik
non tes ini sifatnya untuk melengkapi teknik tes.
Konsep pengembangan produk sistematis telah ada sejak pembentukan
komunitas sosial. Membuat produk menggunakan proses ADDIE tetap menjadi
salah satu alat paling efektif saat ini. Karena ADDIE hanyalah sebuah proses yang
berfungsi sebagai kerangka kerja panduan untuk situasi yang kompleks, sangat
sesuai untuk mengembangkan produk pendidikan dan sumber belajar lainnya.
Prosedur yang dilakukan untuk mengembangkan instrumen buku
pengukuran hasil belajar pronunciation yang dapat digunakan meliputi
Perencanaan Dan Penyusunan Instrument , Uji Coba lnstrumen Analisis Hasil
Pengetesan, Uji Coba Pertama, Revisi instrument, Analisis Hasil pengetesan
Hasil, Uji Coba Kedua

26
DAFTAR PUSTAKA
Hadijah & Santih A. (2016). PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL
BELAJAR KOGNITIF MATA PELAJARAN FISIKA PADA POKOK
BAHASAN MOMENTUM DAN IMPULS SMA KELAS XI. Jurnal
Pendidikan Fisika. Vol. 4(1)
Rosyidi, D. (2020). Teknik dan Instrumen Asesmen Ranah Kognitif. Jurnal
Tasyiri’. Vol 27(1).
Musfiqoh, HM. (2013). Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Kurikulum 2013.
Sidoarjo : Nizamia Learning Center.

27

Anda mungkin juga menyukai