Anda di halaman 1dari 141

DIALOG TIMUR-BARAT i

DIALOG
TIMUR-BARAt

Percakapan:

Pastur Alvin V.P. Hart


&
Satyaraja Dasa Adhikari (Steven Rosen)
ii DIALOG TIMUR-BARAT

Akhirnya! Sebuah penilaian yang jernih dan


ringkas terhadap dua tradisi teistik besar dunia,
disajikan dalam bahasa sehari-hari untuk dapat
dimengerti oleh orang awam. Penuh keterus-
terangan namun penuh hormat, jujur namun
obyektif, diskusi antara sarjana teologi Kristen
dan seorang bhakta terpelajar dalam tradisi
Vaishnava ini menorehkan standar baru dalam
upaya-upaya dialog antar-agama.

PEMBAHASAN MELIpUTI:
ï Reinkarnasi: ï Apakah Semua Agama
Fakta atau Fiksi? Itu Sama?
ï Yesus di dalam Veda ï Makan Daging dan
ï Doa dan Mantra Minum Minuman Keras
ï Bhakti yang Murni ï Siapa Itu Tuhan?
ï Keagamaan Tertinggi ï Kerajaan Tuhan
ï Pemujaan Berhala ï dan Masih Banyak Lagi!
ï Kristus dan Krishna
DIALOG TIMUR-BARAT iii

DIALOG
TIMUR-BARAt

Percakapan:

Pastur Alvin V.P. Hart


&
Satyaraja Dasa Adhikari (Steven Rosen)
iv DIALOG TIMUR-BARAT

Pastur Alvin Van Pelt Hart adalah seorang teolog Kristen terkenal
dan telah bertindak sebagai Pastur Keuskupan sejak tahun 1949,
ketika beliau menerima gelar Master of Divinity dari General
Teological Seminary di New York City. Pada pertengahan tahun
1950an beliau diminta untuk menulis satu bab tentang ì Agama
dan Rintangannyaî (ì Religion and the Handicappedî ) untuk
sebuah buku yang berjudul ì Rintangan dan Cara Mengatasinyaî
(The Handicapped and Their Rehabilitation, St. Louis, Thomas
Publication, 1957). Kini karya beliau ini diakui sebagai kontribusi
penting di bidangnya. Pastur Hart bertindak sebagai pastur
khusus dan pengawas Clinical Pastoral Education di Rumah Sakit
Bellevue dari tahun 1953 sampai 1966. Sejak saat itu hingga kini
Pastur Hart masih menjabat posisi yang sama di Rumah Sakit St.
Lukeís-Roosevelt.

Satyaraja Dasa Adhikari (Steven Rosen) adalah seorang penulis


lepas dan penulis beberapa buku, termasuk Food for The Spirit:
Vegetarianism and World Religions (ì Makanan Bagi Sang Roh:
Vegetarian dan Agama-Agama Dunia,î New York, Bala Books,
1987), Indiaís Spiritual Renaissance: The Life and Times of Lord
Chaitanya (ì Kebangkitan Spiritual India: Detik-Detik Kehidupan
Sri Chaitanya,î New York, FOLK Books, 1988), Archeology and the
Vaishnava Tradition: The Pre-Christian Root of Krishna Worship
(ì Arkeologi dan Tradisi Vaisnava: Akar Pemujaan Kepada Krishna
Di Era Pra-Kristen,î Calcuta, India, Firma KLM Ltd., 1989). Beliau
adalah murid dari Sri Srimad A. C. Bhaktivedanta Swami Prabhu-
pada, Acarya-Pendiri International Society for Krishna Conscious-
ness (ISKCON/ Masyarakat Kesadaran Krishna Internasional).
Meskipun Satyaraja Dasa tidak dilahirkan di India, tulisan serta
kesarjanaannya telah memberi beliau reputasi sebagai juru bicara
penting dalam komunitas keagamaan India. Sebagai seorang
Vaisnava dari Amerika, beliau bertindak sebagai Kepala Bidang
Hubungan Antar Agama untuk ISKCON New York.
DIALOG TIMUR-BARAT v
vi DIALOG TIMUR-BARAT

DIALOG TIMUR-BARAT
Percakapan:
Pastur Alvin V.P. Hart dan Satyaraja Dasa Adhikari (Steven Rosen)

Judul Asli
KriSHNa CoNSciouSNESS aNd CHriStiaNitY
EAST-WEST DIALOGUES
Conversations between
The Rev. Alvin V.P. Hart and Satyaraja Dasa Adhikari (Steven Rosen)

Alih bahasa: Tim Penerjemah PUSTAKA BHAKTI-BHAGAVATA


Hak cipta © dilindungi Undang-Undang.
© Copyright 2006, Sampradaya Kesadaran Krishna Indonesia.

Para pembaca yang tertarik kepada isi buku ini dan ingin men-
dapatkan keterangan lebih lanjut, dipersilakan menghubungi
alamat di bawah ini:

NARAYANA SMRTI
Jln. Sudarsan Chakra No. 3 Maguwoharjo
Yogyakarta
www.narayanasmrti.com
DIALOG TIMUR-BARAT vii

DAFtAR ISI
KATA PENGANTAR vii

BAB SATU 1
*AGAMA ItU SAtU*
*MONOtEISME*
*î ANdA BUKAN BAdANî *
*PERINtAH TERpENtING*
*PERpINdAHAN SANG ROH*
*8.400.000 JENIS KEHIdUpAN*
*EVOLUSI SpIRItUAL*
*TUjUAN TERAKHIR*

BAB DUA 23
*VEGEtARIANISME*
*KEYAKINAN DAN KEGIAtAN*
*BELAS KASIH & KARUNIA*
*ARIStOtELES & AQUINAS*
*JANGAN MINUM MINUMAN KERAS*
*SANtO FRANSISKUS*
*KUASA*
*KEbAIKAN UNtUK SEMUA MAKHLUK*

BAB TIGA 39
*UCApKAN NAMA SUCI TUHAN*
*KESAdARAN KRISHNA*
*ASpEK PRIMER DAN SKUNdER TUHAN YANG MAHA ESA*
*KRISHNA AdALAH SESOSOK PRIbAdI*
*PEMUjAAN BERHALA*
*YAHWEH DAN VISHNU*
*GARUdA DAN CHERUb*
*PENtINGNYA GARIS PERGURUAN*
viii DIALOG TIMUR-BARAT

BAB EMPAT 61

*BHAGAVAd-GItA*
*HAtHA-YOGA*
*DIOGENES DAN KENIKMAtAN INdERA*
*EMpAt ZAMAN DAN YUGA DHARMA*
*RAMANANdA ROY*
*PENOLAKAN GItA*

BAB LIMA 79

*ApAKAH YESUS DIRAMALKAN DALAM VEdA?*


*BRAHMAN, PARAMAtMA, DAN BHAGAVAN*
*KERAjAAN TUHAN*
*DOA KRIStEN*
*ApA ItU OM*
*MENGUCApKAN HARE KRISHNA*
*SIApAKAH RAdHARANI?*

BAB ENAM 97

*SRI CHAItANYA DAN YESUS KRIStUS*


*VASUdEVA DAttA*
*KEbAHAGIAAN ROHANI DALAM BHAKtI*
*MAHAbHAVA & SAINS TENtANG CINtA*
*CINtA KASIH KEpAdA TUHAN DALAM PERpISAHAN*
*TUjUAN TERtINGGI*
DIALOG TIMUR-BARAT ix

KATA PENGANTAR
olEH
PASTUR AlViN VaN PElt Hart

Tidak seperti kebanyakan kolega saya, saya selalu percaya akan


pentingnya sikap mengakui adanya perbedaan-perbedaan di
antara para penganut berbagai agama di dunia. Saya menyadari
bahwasanya sekilas cara pandang seperti ini terasa agak nekat.
Dari sudut tradisi, cara pandang tersebut bahkan seolah ì non-
Kristen,î sebab pada umumnya orang Kristen sejati hendaknya
mampu untuk tidak begitu memperhatikan perbedaan-perbedaan
yang ada, dan memang mesti menghormati adanya perbedaan.
Tetapi di sinilah inti persoalannya. Saya berkeyakinan bahwasa-
nya orang bisa menghormati perbedaan-perbedaan hanya jika ia
pertama-tama mengakui adanya perbedaan-perbedaan tersebut.
Jika tidak demikian, tidaklah mungkin sikap penghormatan itu
dicapai.
Walaupun kebanyakan orang mengklaim bahwa merupakan
tindakan terpuji bila kita menyingkirkan sepenuhnya perbedaan-
perbedaan yang ada dan bersikap seolah tidak ada perbedaan,
tapi orang-orang seperti itulah yang seringkali menjadi begitu
ter-jebak dalam prasangka dan sikap keagamaan yang eksklusif
sehingga klaim awal mereka di atas menjadi tidak logis. Karena
secara dangkal menyangkal segala perbedaan, orang-orang
seperti itu kembali tidak memberi kesempatan kepada dirinya
sendiri untuk mengembangkan suatu pengertian atau sikap
penghargaan akan perbedaan-perbedaan itu.
ix
x DIALOG TIMUR-BARAT

Dalam dialog dengan Satyaraja Dasa, saya menemukan


suatu spirit yang sama, yakni seseorang yang juga menghargai
perbedaan-perbedaan (juga kesamaan) yang ada dalam agama-
agama besar dunia. Selama periode empat tahun, kami telah
banyak melakukan dialog antar-agama. Semula dimulai dalam
suasana formal, dialog-dialog ini sekarang menjadi diskusi-diskusi
penuh persahabatan. Menurut saya, hal ini menjadi bukti hipotesa
saya. Satyaraja dan saya telah mengembangkan suatu kedekatan
melalui perbedaan-perbedaan kami.
Setelah perbincangan berlangsung beberapa kali, kami memilih
untuk merekamnya, terutama bermaksud untuk menggunakannya
sebagai referensi. Namun, baru-baru ini saya memutuskan untuk
melakukan pendekatan kepada Satyaraja Dasa dengan pemikir-
an untuk menuangkan percakapan-percakapan kami ke dalam
sebuah buku. Ketika saya menyampaikan ide tersebut, sambil
tertawa beliau menyampaikan bahwa beliau telah menyalin bebe-
rapa percakapan kami yang telah direkam beliau telah memiliki
ide yang sama beberapa minggu sebelumnya. Rupanya kami
telah berada dalam ì frekuensiî yang sama.
Inilah buku tersebut. Sebuah naskah dialog panjang antar
aga-ma, yang telah diedit secara cermat. Tidak dapat diragukan
bahwa mereka yang tertarik pada masalah-masalah kemanusiaan
dan ilmu sosial akan mendapati bahwa buku ini sangat menarik.
Para penganut agama dan para pencari kebenaran baik dari tradisi
Barat maupun Timur juga akan menemukan kearifan dan manfaat
di dalam dialog ini. Akan tetapi, komunikasi multi disiplin ilmu
yang hidup dan penuh persahabatan yang dapat ditemukan dalam
halaman-halaman buku ini akan memberikan kesan mendalam di
hati orang yang sungguh-sungguh ingin memahami keberadaan
ì tetanggaî mereka. Dan jika pemahaman tersebut mengantarkan
pada sikap saling menghargai, baik saya maupun Satyaraja akan
mengangap buku kecil ini mencapai sukses besar.
DIALOG TIMUR-BARAT 1

BAB SATU
*AGAMA ItU SAtU*
*MONOtEISME*
*î ANdA BUKAN BAdANî *
*PERINtAH TERpENtING*
*PERpINdAHAN SANG ROH*
*8.400.000 JENIS KEHIdUpAN*
*EVOLUSI SpIRItUAL*
*TUjUAN TERAKHIR*

Pastur Hart: Pada perbincangan terdahulu, Anda mengutip ayat


Alkitab: ì Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat
untuk mengajar...î (II Timotius 3.16-17). Sejujurnya, mungkin
Anda masih ingat, saya kurang bisa menerima interpretasi Anda.
Anda menggunakan ayat ini untuk memperlihatkan bahwa orang
Kristen berpeluang untuk menggunakan kitab-kitab suci dari
Timur, yakni kesusastraan Veda, untuk memahami Kebenaran
Mutlak. Se-mentara bisa jadi hal ini benar adanya, yakni bahwa
kitab suci dari Timur dapat digunakan, saya pikir Anda tidaklah
bisa meng-gunakan kutipan dari Pejanjian Baru tersebut untuk
menopang cara pandang ini. Namun tetap, pendapat Anda
tidaklah tanpa nilai. Anda memberi alasan bahwa kesusastraan
Veda juga adalah kitab suci, dan yang dimaksudkan oleh Alkitab
dalam ayat ini adalah semua kitab suci...
Tetapi secara tradisi yang dimaksud oleh ayat ini adalah
Perjanjian Lama; setidaknya begitulah penafsiran yang umum.
Bagaimanapun, setelah bersilang pendapat dengan Anda dengan
2 DIALOG TIMUR-BARAT

cara seperti itu, saya memikirkannya selama beberapa waktu.


Mengapa Alkitab menyebut ìsem ua kitab suciî jika yang dimak-
sud hanya literatur yang termasuk dalam Alkitab? Apakah para
nabi dan penyusun Alkitab tidak menyadari keberadaan kitab
suci Veda, yang telah ada banyak generasi jauh sebelum adanya
tradisi Alkitab? Saya pikir tidaklah demikian.
Tetapi, saya tidak bisa setuju begitu saja dengan interpretasi
Anda. Saya menelusuri bukti-bukti kepustakaan dan menemukan
sebuah pernyataan luar biasa di dalam ì Kitab Mormonî (ì The
Book of Mormonî ). Secara umum kitab ini tidak memiliki hubung-
an dengan saya dan sangat jarang saya baca.
Satyaraja Dasa: Apa yang Anda temukan?
Pastur Hart: Mohon mendengarkan. Saya cukup menyukainya,
meskipun secara pasti hal ini menopang sudut pandang Anda.
Perkenankan saya membacakannya untuk Anda: ì Tidakkah kamu
mengetahui bahwa ada lebih dari satu bangsa? Tidakkah kamu
mengetahui bahwa Aku, Tuhan Yang Maha Esa, menciptakan
se-mua orang, dan bahwa Aku ingat mereka yang ada di pulau-
pulau di tengah lautan: dan bahwa Aku memerintah surga di atas
dan bumi di bawah, dan Aku berikan kata-kata-Ku kepada anak
manusia, ya, bahkan kepada semua bangsa di bumi. Mengapa
kamu berbisik, apakah karena kamu merasa menerima kata-
kata-Ku lebih banyak? Ketahuilah bahwa pernyataan dua bangsa
se-bagai saksi bagimu bahwa Aku adalah Tuhan, bahwa Aku
ingat satu bangsa seperti halnya bangsa lainnya? Ketahuilah
bahwa Aku berbicara dengan makna kata yang sama kepada
satu bangsa seperti kepada bangsa lainnya. Dan apabila dua
bangsa akan di-perintah bersama, pernyataan ilham dua bangsa
itu juga akan cocok... Dan karena Aku sudah menurunkan ilham
kepadamu janganlah engkau mengangap bahwa Aku tidak akan
menurunkan ilham yang lain, karena nubuat-Ku belum selesai,
dan tidak akan selesai hingga manusia terakhir...
Satyaraja Dasa: Ini luar biasa...
Pastur Hart: Tunggu, masih ada lanjutannya: ì Lalu karena kamu
sudah memiliki Alkitab janganlah kamu mengangap di situ sudah
DIALOG TIMUR-BARAT 3
berisikan semua ilham-Ku. Jangan kamu menganggap bahwa Aku
tidak akan menurunkan lagi ilham lain. Karena Aku penguasa
semua orang, baik di Timur maupun di Barat, di Utara maupun
di Selatan, dan di pulau-pulau di tengah lautan, dan mereka akan
menuliskan ilham yang Aku sabdakan kepada mereka. Sebab dari
kitab yang ditulis itulah Aku akan mengadili dunia...
Sekarang bukan berarti bahwa saya menerima hal tersebut di
atas sebagai ilham atau apa pun. Tetapi pernyataan di dalam ki-
tab itu secara pasti mengemukakan kebenaran. Dan saya pikir
pernyataan itu memberikan dukungan kepada posisi Anda terkait
kesusastraan Veda dan kitab-kitab suci lainnya dari Timur.
Satyaraja Dasa: Ya. Agama itu satu. Agama diwahyukan secara
bervariasi, diturunkan secara selektif sesuai dengan waktu dan
keadaan. Tetapi intisarinya sama. Misalnya kamus. Ada kamus
kecil, versi kecil, kamus saku. Atau ada pula kamus besar, kamus
lengkap, seperti yang ada di atas meja Anda. Pengetahuan di da-
lamnya sama, tetapi kamus lengkap mengungkap lebih terperinci,
menjelaskan setiap nuansa dari kata-kata yang tercatat.
Tentu hal yang sesungguhnya adalah upaya menemukan
suatu tradisi yang mengungkap wahyu yang paling mulia dan
paling lengkap. Seingat saya, Yesus mengemukakan dengan jelas
keterbatasan wahyu Kristen: ì Masih banyak hal yang harus Kuka-
takan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menang-
gungnya .î (Yohanes 16.12).
Pastur Hart: Ya. Walau ada dikatakan bahwa Yesus memberikan
pengetahuan rahasia yang mendalam kepada murid-muridnya,
adalah juga benar bahwa tradisi Alkitab secara keseluruhan di-
wahyukan dalam bentuk parabel, kisah-kisah perumpamaan, dan
nampaknya, ada kesulitan besar untuk menemukan cara yang
sistematis dan terpadu untuk menemukan kebenaran-kebenaran
mendalam yang asli tersebut. Selaras dengan poin Anda, Anda
akan tertarik untuk mengetahui bahwa Alkitab juga mengutip
Yesus yang berkata, ì Kamu tidak percaya, waktu Aku berkata-
kata dengan kamu tentang hal-hal duniawi, bagaimana kamu
4 DIALOG TIMUR-BARAT

Satyaraja Dasa: Persis. Tetapi, Krishna bersabda di dalam


Bhaga-vad-gita: Sekarang Aku akan menjelaskan kepadamu
pengetahuan ini secara lengkap, baik yang bersifat material
maupun spiritual. Sekali hal ini diketahui, tidak ada lagi hal lain
lebih lanjut untuk diketahui.î (Bg. 7.2). Dan, ada pendekatan
yang jelas dan sistema-tis untuk mencapai tingkat keinsafan akan
Tuhan ini, yang disebut kesadaran Krishna. Jadi banyak sekali
hal yang disajikan oleh wahyu Veda.
Pastur Hart: Ketika Anda menyebut ì tradisi Veda,î saya paham
yang Anda maksud adalah lebih dari sekedar agama purba dari
India. Coba kita bahas, apakah pemahaman saya benar. Dalam
diskusi kita baru-baru ini, jika dapat saya ringkas, apa yang me-
ngemuka adalah sebagai berikut: Ada sebuah tradisi monoteisme
purba yang dikenal sebagai Vaishnavaisme, yaitu pemujaan
kepa-da Shri Visnu (Krishna, Tuhan). Mulanya paham ini disebut
sana-tana dharma, atau ì fungsi kekal sang roh.î Kultur suci dan
kitab suci yang menguraikan tentang kebenaran-kebenaran ini
dapat disebut sebagai ì tradisi Veda.î Apa ini benar?
Satyaraja Dasa: Ya.
Pastur Hart: Hal menarik yang terlintas di benak saya adalah
bahwa melalui pengamatan dangkal terhadap sejarah agama-
agama, nampak bahwa hanya agama Yahudi, Kristen dan Islam
yang merupakan agama-agama monoteistik yang ada, atau se-
tidaknya ketiga agama inilah agama monoteistik paling awal.
Tetapi, sekarang saya dapat melihat dengan jelas bahwa ada pen-
dahulunya, yakni tradisi Veda (Vaishnava) India purba. Ini sangat
menarik. Sebagai orang Kristen, saya tertarik dengan pemikiran
tentang adanya sebuah kultur purba yang memiliki penghayatan
akan cinta kasih kepada Tuhan, khususnya kepada ì Satu Tuhan
Yang Mahakuasa,î yang sama dengan apa yang familiar dengan
pemahaman saya, yang ada mendahului Yudea-Kristen. Saya tidak
meragukan lagi hal ini. Tetapi, di mana tradisi ini berujung? Me-
ngapa agama dari India tidak lagi dipandang sebagai monoteisme?
Satyaraja Dasa: Sistem asli cinta kepada Tuhan secara teknis
lebih dikenal sebagai bhakti-yoga, atau sains tentang pelayanan
DIALOG TIMUR-BARAT 5
suci. Berkebalikan dengan pemahaman umum, Indialah yang
pertama melahirkan tradisi monoteistik Anda benar dan tradisi itu
ber-landaskan pada bhakti-yoga, pelayanan kepada Sri Krishna.
Cara pandang mengenai ì Satu Tuhan Yang Mahakuasaî adalah
bagian tak terpisahkan dari kultur Veda yang asli, dan hal ini
jelas ter-ungkap di dalam bagian-bagian awal kitab suci Veda.
Kebanyakan para ahli tidak berselisih pandang akan hal ini.
Tetapi, akibat pengaruh ajaran Buddha sekitar lima ratus tahun
Sebelum Masehi, dan ajaran monistik î segalanya satuî  dari
Sankara pada abad kedelapan Sesudah Masehi, konsep Veda yang
asli menjadi terkaburkan. Apa yang pada akhirnya berkembang
adalah suatu bentuk kebingungan yang kini dikenal secara luas
sebagai ì Hinduisme,î dengan paham banyak dewa dan keinginan
untuk manunggal ke dalam keberadaan Yang Mahakuasa. Se-
belum munculnya pemikiran-pemikiran penuh penafsiran ini,
cinta dan pemujaan kepada Satu Tuhan Yang Mahakuasa yang
dikenal dengan nama yang tak terhingga banyaknya tapi terutama
sekali dikenal sebagai ì Krishnaî  telah menjiwai tradisi Veda.
Tradisi monoteistik ini ada lebih dahulu daripada tiga tradisi
monoteistik yang populer (Yahudi, Kristen, dan Islam) tersebut.
Kebetulan, tradisi Veda yang asli ini tidaklah pernah lenyap.
Tentunya tidak dapat disangkal bahwa tradisi ini ì hilangî selama
beberapa waktu. Tetapi kini ia tumbuh dengan subur. Kenyata-
annya ada jutaan orang yang menekuni jalan ini di India. Dan di
Barat, tradisi ini dihadirkan oleh International Society for Krishna
Consciousness.
Pastur Hart: Para pengikut tradisi monoteistik purba ini pasti
menghargai apa yang Yesus sebut sebagai ì perintah yang pertama
dan utamaî : mencintai Tuhan dengan sepenuh hati, segenap jiwa,
dan pikiran. Dan perintah penting yang kedua, menurut Yesus
adalah seperti ini: mencintai sesama sebagaimana mencintai diri
sendiri. Saya ingin tahu. Sebagai praktisi modern yang mem-
praktikkan bhakti-yoga purba ini, atau sistem Vaishnava, bagai-
mana Anda menginterpretasikan perintah Yesus ini?
Satyaraja Dasa: Perintah pertama ini sama dengan intisari bhakti-
6 DIALOG TIMUR-BARAT

yoga. Tetapi, bagaimana perintah ini dipenuhi, diekpsresikan de-


ngan cara yang terbaik di dalam kesusastraan Veda. Alkitab, yang
barangkali dapat dipandang sebagai Vedangga, atau tambahan
Veda, memberikan beberapa petunjuk tentang bagaimana me-
menuhi perintah untuk mencintai Tuhan. Akan tetapi, mencintai
Tuhan berarti mengenal Tuhan dan orang dapat mengenal Tuhan
secara paling jelas melalui kitab-kitab Veda. Ini bukan hal untuk
diperdebatkan. Orang hanya perlu melakukan studi perban-
dingan.
Pastur Hart: Ya. Saya kira, dalam satu makna, adalah benar
bahwa informasi yang termuat di dalam kitab-kitab Veda itu
lebih banyak. Dan hal ini cenderung memberikan lebih banyak
kemudahan. Seperti yang Anda katakan mencintai Tuhan berarti
mengenal Tuhan. Yaitu bahwa jika Anda benar-benar mengenal
Tuhan, ba-gaimana mungkin Anda tidak akan mencintai-Nya.
Tuhan adalah yang paling menakjubkan...
Tetapi bagaimana dengan perintah kedua, mencintai sesama?
Satyaraja Dasa: Ini adalah ajaran yang sangat penting dan perlu
dicermati. Yesus membedakan antara mencintai Tuhan dan men-
cintai sesama, dimana Yesus mengatakan agar kita mencintai
se-sama seperti mencintai Tuhan. Tetap ada perbedaan di sana.
Jadi, tidaklah benar bahwa kita memperlihatkan kepada Tuhan
cinta kita kepada-Nya dengan cara mencintai sesama, kendati
pen-campuran-makna kedua perintah itu umumnya diterima
secara luas di lingkungan Kristen. Dapatkah Anda menangkap
maksud saya?
Pastur Hart: Ya. Tentu. Saya pikir orang-orang Kristen yang
telah matang mengetahui bahwa ada perbedaan. Setidaknya
saya ber-bicara tentang lingkungan saya sendiri. Kalau tidak ada
perbedaan, maka mencintai Tuhan dan mencintai sesama adalah
hal yang sama. Dan terkandung makna di dalam pernyataan Yesus
ini bah-wa kedua jenis cinta itu tidaklah sama. Tetapi, bagaimana
ke-mudian cara kita memperlihatkan kepada Tuhan bahwa kita
mencintai-Nya? Melalui doa-doa?
Satyaraja Dasa: Itu salah satu cara. Tetapi saya mengusulkan
DIALOG TIMUR-BARAT 7
se-suatu yang menghubungkan kedua perintah itu. Dan hal itu
dapat dirangkum menjadi satu ungkapan pendek: sebarluaskan
ajaran itu. Dakwah.
Apa yang dimaksud dengan benar-benar menolong makhluk
lain, atau mencintai sesama? Begitu kita mengajukan pertanyaan
ini kepada diri kita sendiri, maka kita diberondong oleh rangkaian
hal klise: membantu tuna wisma, memberi makan mereka
yang kelaparan. Tentu saja hal seperti itu tergolong perbuatan
keba-jikan. Namun, tindakan-tindakan seperti itu hanya bisa
dipandang ì salehî oleh mereka yang tidak begitu introspektif.
Saya menyadari bahwa penilaian ini kelihatannya kasar. Tetapi,
tanyalah diri kita dengan pertanyaan ini: Dapatkah hal ini benar-
benar diterima se-bagai tindakan cinta yang spiritual, misalnya
dengan mengulurkan tali kepada seseorang yang sedang
tenggelam? Atau menyumbang pakaian? Atau memberi makan?
Apakah kita sudah begitu payah sehingga kita mengangap bahwa
respon wajar manusia atas pen-deritaan orang lain ini sebagai
tindakan pengorbanan yang saleh ala ì Kristen,î sebagai upaya
untuk memenuhi perintah kedua ter-sebut?
Malangnya, jawabannya akan kompak: Ya! Dengan cara demi-
kian perintah Alkitab untuk mencintai sesama sudah dikurangi
esensi rohaninya sampai pada apa yang sebenarnya hanya me-
rupakan reaksi dasar manusia terhadap penderitaan orang lain.
Lebih dari itu, hal ini membatasi perintah untuk mencintai sesama
tersebut tetap pada tataran badaniah. Perintah itu terbatasi. Ia
tidak mencapai potensi spiritualnya.
Inilah jiwa dari argumen saya. Marilah kita berikan napas ke-
hidupan yang baru kepada perintah-Tuhan yang kedua. Atau,
marilah kita kembalikan nyawa aslinya, mengangkatnya sekali
lagi sampai tataran spiritual. Jika perintah itu adalah perintah
agama, mestinya tidak hanya dimaksudkan untuk badan me-
lainkan juga untuk roh yang kekal. Maka kemudian, keyakinan
saya adalah bahwa esensi sejati dari cinta Kristen semua cinta
kasih spiritual pada dasarnya adalah berbagi pengetahuan ten-
tang Tuhan dengan sesama. Mencintai sesama, yang terbaik
8 DIALOG TIMUR-BARAT

dilak-sanakan dengan cara menyebarluaskan ajaran kesadaran


Tuhan. Dengan cara demikian, seseorang dapat memperlihatkan
cintanya kepada Tuhan dengan cara yang terbaik.
Pastur Hart: Saya setuju sepenuhnya. Tetapi marilah kita lanjut-
kan. Saya tertarik dengan konsep tentang sang roh ini. Anda me-
nyebutkan tentang interpretasi berdasarkan pada sang roh atas
perintah tersebut, bukan interpretasi material atau badaniah. Atau,
sebagai unsur tambahan atas interpretasi material. Hal ini penting,
setidaknya menurut cara saya untuk memandang berbagai hal.
Aquinas, seperti yang Anda ketahui, banyak berbicara mengenai
sang roh...
Satyaraja Dasa: Tetapi, penjelasan Aquinas sangat membi-
ngungkan. Ia mengajarkan bahwa ada roh sayuran, roh binatang,
dan roh yang berakal-budi.
Pastur Hart: Benar. Dan awalnya dia menyatakan bahwa
binatang buas dan bahkan wanita tidak terhitung sebagai bagian
dari roh-roh yang berakal-budi. Saya tidak mengatakan bahwa
saya setuju atau bahwa dia masuk akal dalam semua ulasannya
mengenai sang roh. Ingat, saya ini dari Keuskupan, bukan Katolik!
[tertawa].
Satyaraja Dasa: Konsep Veda mengenai sang roh jauh lebih
jelas. Tidak ada tiga jenis roh seperti yang salah dimengerti oleh
Aquinas. Kebingungan Aquinas muncul karena penyamaan yang
salah de-ngan badan. Karena pada dasarnya dia melihat ada tiga
jenis badan, dia menyimpulkan bahwa ada tiga jenis roh. Tetapi,
sang roh sa-tu dalam sifat, karena sepenuhnya bersifat spiritual.
Dalam ranah spiritual, dualitas tidak bisa muncul.
Menurut Brahma-vaivarta Purana, terdapat 8.400.000 jenis ke-
hidupan, atau wujud badaniah, dan ì jenis rohî yang sama ber-
pindah melalui tiap-tiap jenis badan itu, melalui evolusi bertahap
hingga pada akhirnya sampai pada wujud/badan manusia. Wujud
manusia ini bagaikan pintu masuk yang mengantarkan kita untuk
dapat mencapai alam transenden atau, sebaliknya, kembali turun
ke dalam jenis kehidupan yang lebih rendah. Perbuatan saleh
meningkatkan diri kita dalam ranah kemanusiaan, dan kegiatan
DIALOG TIMUR-BARAT 9
tidak saleh memerosotkan kita. Ini disebut karma, atau hukum
sebab-akibat. Sesuai dengan perbuatan, kita berpindah ke dalam
badan yang pantas untuk kita. Itulah hukum alam.
Pastur Hart: Reinkarnasi? Itu adalah sebuah konsep yang sangat
menarik, dengan sejarah panjang di lingkungan Kristen... Cukup
kontroversial... Anda tahu, meskipun Santo Thomas Aquinas tidak
dikenal secara resmi sebagai yang menyebarkan pandangan ten-
tang reinkarnasi, namun di dalam Summa Teologia karyanya, dia
menguraikan bagaimana roh-roh orang yang meninggal dunia
mencapai ì tempatî mereka masing-masing setelah kematian. Ia
mengatakan bahwa makhluk hidup memiliki kecenderungan
un-tuk ì tenggelamî (gravitas) dan juga ì bangkitî (levitas); tidak
di-ketahui apa yang persisnya dia maksudkan.
Di dalam Surat Kedua Peter, kata exitus (ì keluarî ) digunakan
untuk orang ì meninggal.î Ungkapan ini mengisyaratkan bahwa
ada sesuatu yang memang ada, yang pada saat kematian beranjak
pergi, atau ì keluar,î dari badan. Reinkarnasi akan mampu menje-
laskan banyak hal seperti ke mana roh itu pergi setelah kematian.
Bagaimanapun, tidaklah bisa dipercaya bahwa Tuhan yang
penuh karunia akan mengirim seorang pendosa ke ì nerakaî
setelah ha-nya satu kelahiran di dunia yang edan ini... Pasti ada
tenggang waktu...
Satyaraja Dasa: Ya, menurut tradisi Veda, kita sang roh sebe-
narnya tidaklah mati. Dapat dikatakan kita hanya didaur-ulang.
Pastur Hart: [tertawa] Reinkarnasi juga diterima oleh banyak filsuf
pada permulaan Gereja. Menurut cara berpikir saya, reinkarnasi
merupakan penjelasan logis akan apa yang terjadi pada saat ke-
matian. Bagaimanapun, Hukum Pertama Termodinamika hukum
kekekalan energi menyatakan bahwa energi tidak dapat dicip-
takan maupun dihancurkan. Jadi, apa yang terjadi terhadap
energi itu, sesuatu yang menghidupkan badan tersebut, pada
saat kema-tian?
Satyaraja Dasa: Tidak diragukan, itu sebuah pernyataan retorik,
yang tidak perlu dijawab lagi.
Pastur Hart: Tentu. Reinkarnasi adalah jawaban yang dapat
10 DIALOG TIMUR-BARAT

dite-rima. Para pendiri Gereja pada masa-masa awal mengetahui


hal itu. Kenyataannya, cukup menarik jika Anda mempelajari
sejarah tentang bagaimana dunia Kristen modern sampai menolak
doktrin ini. Hal ini dijelaskan secara terperinci oleh seorang teolog
Kristen terkenal, Dr. Geddes Mac-Gregor. Buku karyanya berjudul
Reinkar-nasi di dalam Kristen (Reincarnation in Christianity).
Buku itu sangat mengagumkan.
Satyaraja Dasa: Saya mengerti bahwa pada masa-masa awal,
Gereja dipengaruhi oleh Plato, yang telah memberikan penekanan
tambahan terhadap kepercayaan reinkarnasi.
Pastur Hart: Ajaran Kristen awalnya adalah pengikut Plato sampai
pada zaman Aquinas, ketika filsafat Aristoteles mulai me-rembes
ke dalam ajaran Gereja. Tapi, Gereja yang sudah dipe-ngaruhi
oleh Plato, seperti Plato sendiri, mendukung dengan kuat
pemikiran tentang reinkarnasi. Saya pikir doktrin ini disingkirkan
sebelum Dewan Gereja Kelima, atau Dewan Kedua di Konstan-
tinopel. Hal itu terjadi pada abad keenam.
Satyaraja Dasa: Mengapa ajaran reinkarnasi disingkirkan?
Pastur Hart: Itu sulit untuk... Ada masalah-masalah... Yah,
awalnya ajaran reinkarnasi disingkirkan karena sebuah maklumat
paus, yang kemudian pada gilirannya dipengaruhi oleh para
pemimpin politik saat itu terutama Kaisar Justinian. Kelihatannya
bahwa ì yang berkuasaî mengharapkan orang menjadi kurang
berkete-tapan hati untuk mencapai kesempurnaan. Jika orang-
orang ber-pikir bahwa mereka memiliki lebih dari satu kehidupan
untuk menjadi orang Kristen yang sempurna, mereka mungkin
meng-ambil jalan perbuatan berdosa dalam hidup ini, dengan
berpikir ì saya akan menebusnya pada kehidupan berikutnya.î
Jadi, di-putuskan untuk menghapus ajaran reinkarnasi. Semua
teks re-inkarnasi dikeluarkan dari Alkitab... Bagaimanapun, ini
skenario yang lebih simpatik. Sebenarnya ada persepektif lain
yang meng-ungkap kisah yang lebih penuh tipu daya. Politik...
intrik... Apa pun itu, demikianlah sejarah. Dan tidak banyak yang
dapat kita lakukan terkait hal itu.
Satyaraja Dasa: Namun, kami bisa memberi mereka kebenaran.
DIALOG TIMUR-BARAT 11
Kami dapat menjelaskan logika dan bahkan landasan kitab suci
atas reinkarnasi. Tradisi Veda nihil politik, setidaknya pada
tingkat spiritual dan filosofis. Para penganut yang terlibat dalam
organisasi dan manajemen barangkali harus mengotori tangan
mereka sampai tingkat tertentu, tetapi hal itu tidak sampai pada
poin-poin teologi atau interpretasi ajaran. Politik hanya terjadi
sampai tingkat or-ganisasi.
Pastur Hart: Tapi, bagaimana cara seseorang menerima penge-
tahuan? Tentunya dia mesti menggunakan daya pikir dan daya
spekulasinya. Pemimpin-pemimpin politik cenderung mempe-
ngaruhi cara berpikir kita, dan mereka cenderung mengarahkan
cara kita berspekulasi...
Satyaraja Dasa: Tidak. Barangkali demikian di dunia Barat me-
mang, demikianlah sejarah kebudayaan Barat dan anomali tra-disi
Yudea-Kristen. Tetapi di Timur, khususnya dalam tradisi Vaish-
nava, adalah para brahmana golongan pendeta dan intelektual-
murni yang akan dimintai bimbingan. Tentunya bukan para
politisi.
Anda tahu, ada tolok-ukur, pramana, atau cara untuk memper-
oleh pengetahuan, dalam tradisi Veda. Dan hal ini membuat para
pemimpin politik sulit untuk meluaskan pengaruhnya. Pramana
yang paling penting adalah shruti atau shabda yang merupakan
kesaksian atau ilham yang valid, khususnya sebagaimana
yang dinyatakan menurut kitab suci oleh para penyembah-
murni Tuhan yang termasuk dalam rangkaian garis perguruan
(parampara). Jadi, kecil sekali ruang bagi pengaruh luar.
Pastur Hart: Adakah pramana yang lain?
Satyaraja Dasa: Oh, ada pratyaksha, atau ì persepsi indera,î dan
anumana atau ì simpulan analisisî . Juga kadang ada upamana,
atau ì analogi;î abhava (kadangkala disebut anupalabdhi), atau
ì bukti yang berasal dari non-eksistensi atau non-persepsi;î dan
arthapatti, yaitu ì kesimpulan dari suatu keadaan.î Jiva Gosvami
juga menerima arsha, atau ì pernyataan orang suci,î sambhava,
atau ì kemungkinan,î aithiya, atau ì pengetahuan tradisi;î dan
cheshta, atau ì taksiranî . Hanya terdapat perbedaan halus di
12 DIALOG TIMUR-BARAT

antara banyak cara ini, dan semua ada tempatnya tatkala kita
mencari pengetahuan. Tetapi, para pencari pengetahuan spiritual
utamanya menerima proses shabda, sebab shabda dipandang
tidak pernah salah, khususnya ketika diterima dengan cara yang
benar.
Pastur Hart: Pada awal diskusi, Anda menyebutkan ada
8.400.000 jenis kehidupan. Saya mengerti bahwa itu adalah
pengetahuan Veda, pernyataan kitab suci saya kira Anda akan
menyebutnya sebagai shabda, setidaknya menurut pramana-
pramana yang baru saja Anda sebutkan. Tapi, saya tidak bisa
mengerti bagaimana hal itu bisa merupakan hal yang akurat.
Kelihatannya hanya ada beberapa jenis kehidupan, setidaknya
itulah yang dapat saya pahami.
Satyaraja Dasa: Yang dimaksud 8.400.000 jenis kehidupan tersebut
adalah keanekaragaman spesies. Dalam hal pengelompokan yang
lebih luas, sebenarnya ada enam jenis kehidupan, yaitu bangsa
ikan, tumbuh-tumbuhan, serangga, jenis unggas, binatang buas,
dan bangsa manusia.
Pastur Hart: Itu lebih masuk akal.
Satyaraja Dasa: Oh, ya. Menurut Padma Purana ada 900.000 je-
nis ikan; 2.000.000 jenis tumbuh-tumbuhan dan pohon; 1.100.000
jenis serangga; 1.000.000 jenis unggas; 3.000.000 jenis binatang,
dan 400.000 jenis manusia tidak dapat diragukan bahwa kita dapat
melihat banyak di antaranya di New York ini.
Pastur Hart: [tertawa] Oke. Jadi, itulah semua 8.4000.000 jenis
ke-hidupan. Itu bisa saya terima. Tunggu, Anda mengatakan ada
400.000 jenis manusia? Bagaimana bisa demikian?
Satyaraja Dasa: Tidak seperti para ahli biologi modern, literatur
Veda tidak menarik perbedaan berdasarkan penampilan fisik
la-hiriah atau sifat morfologis semata. Faktor utama yang
menentukan adalah tingkat kesadaran. Dan dalam hal ini ada
banyak tingkat kesadaran...
Pastur Hart: Saya paham. Banyak yang dapat saya serap.
Mari kita mundur sebentar. Jadi, melalui suatu evolusi alamiah
DIALOG TIMUR-BARAT 13
kita sampai pada wujud manusia...hmm... Ini mirip dengan
pernyataan Origen. Origen adalah seorang pastur Gereja awal
yang menya-takan bahwa ketika sang roh jatuh dari dunia
spiritual, pertama-tama ia lahir sebagai malaikat mungkin Anda
akan mengatakan dia lahir sebagai Dewa Brahma, atau dewa
tingkat tinggi lainnya dan kemudian, karena kontak dengan
hawa nafsu yang tidak ra-sional yang terlahir dari kehidupan
materialistik, ia jatuh ke dalam jenis kehidupan yang lebih
rendah dan dari sana lalu naik ke ke-hidupan manusia. Secara
alamiah dia meningkat. Pada titik ini tingkat manusia seseorang
menjadi bertanggungjawab terhadap perbuatannya. Kembali, di
sinilah karma aksi dan reaksi men-cuat, dan sang roh bisa naik
ataupun turun. Ke surga atau ke neraka. Tentunya tergantung
pada perbuatan seseorang dan ke-yakinannya akan Tuhan.
Satyaraja Dasa: Itu adalah konsep Veda. Tetapi Veda melangkah
lebih jauh. Yang dimaksud naik dan turun, seperti yang Anda
ka-takan, adalah kehidupan di dunia ini ada planet-planet surga
dan planet-planet neraka, dan menurut perbuatan seseorang dan
keyakinan relatifnya terhadap Tuhan atau iblis, orang menda-
patkan badan di salah satu planet tersebut. Bisa naik atau turun.
Tetapi, Krishna mengajarkan untuk melampaui ì naik dan
turunî di dunia ini. Krishna bersabda, ì Siapa pun yang pada
saat ke-matian meninggalkan badannya sambil ingat pada diri-
Ku, ia men-capai kerajaan Tuhan.î Pencapaian yang demikian
sangatlah jarang. Dan ada perbedaan nyata baik di dalam Alkitab
maupun Veda antara surga dan Kerajaan Tuhan. Orang-orang
yang ber-kebajikan dan saleh boleh jadi masuk surga, tetapi
hanya pe-nyembah-murni Tuhan yang dapat pergi ke Kerajaan
Tuhan. Hal ini jarang dicapai. Surga adalah tempat yang ì baik,î
tetapi Kerajaan Tuhan adalah ì transenden.î Dengan kata lain,
Kerajaan Tuhan berada melampaui baik dan buruk dualitas dunia
ini. Tempat itu adalah persinggahan terakhir.
Pastur Hart: Saya punya satu pertanyaan, dan saya ingin tahu
apakah ada jawabannya di dalam Veda. Melalui jenis kehidupan
yang mana kita memasuki wujud manusia ini?
14 DIALOG TIMUR-BARAT

Satyaraja Dasa: Ya, tradisi Veda menguraikan tentang hal ini


de-ngan cukup jelas. Tetapi ada variabel. Dijabarkan hirarki
dasar wujud-wujud badan... Roh berevolusi dari badan ikan ke
kehi-dupan tumbuh-tumbuhan. Dan kemudian berevolusi ke
serangga, burung, dan akhirnya binatang berkaki empat. Dari
sini, kita men-dapati ada tiga gerbang menuju wujud manusia...
Pada dasarnya, jika roh lahir sebagai manusia dalam sifat-sifat
kebaikan, dia datang melalui badan sapi. Manusia dalam sifat
nafsu datang melalui ba-dan singa. Dan manusia dalam sifat-sifat
kebodohan datang me-lalui badan monyet... Ini uraian umum...
Tentu saja, untuk menca-pai evolusi manusia kelas tinggi, dalam
sifat kebaikan, secara umum seseorang berevolusi melalui banyak
wujud manusia... Ini pengertian lain tentang hal tersebut...
Pastur Hart: Tidak diragukan lagi bahwa hal ini ditentukan oleh
sifat-sifat alam yang menguasai seseorang, sebagaimana yang
pernah Anda katakan, secara umum kita semua adalah sebuah
kombinasi dari tiga sifat alam ini... Sungguh menarik...
Satyaraja Dasa: Ya. Secara umum, inilah aturannya, meskipun
ada perkecualian-perkecualian. Namun, pengetahuan ini
hanyalah bersifat akademis, sedikitnya dalam satu makna, sebab
melalui pintu mana pun kita memasuki badan manusia, kewajiban
utama kita sama: kita harus berserah diri kepada Tuhan dan
kita harus memulainya dengan cara keluar dari konsep hidup
badaniah. Langkah pertama sekali dalam keinsafan jati diri adalah
memahami identitas diri kita yang berbeda dengan badan. Tidak
ada soal melampaui keadaan ini jika langkah pertama tersebut
tidak di-insafi sepenuhnya.
Bukan posisi saya untuk mengajari Anda, tetapi saya pikir ke-
banyakan agamawan dewasa ini bahkan belum sampai pada
tingkat dasar ini. Inilah salah satu alasan mengapa kita masih
memposisikan diri dengan sebutan ì agama Andaî dan ì agama
saya.î Kita menilai melalui pakaian luar. Kita belum mengembang-
kan kemampuan untuk melampaui penglihatan badaniah bah-
kan dalam kaitan dengan diri kita sendiri (yang merupakan
pe-ngalaman terdekat kita). Secara alamiah, tanpa disadari kita
DIALOG TIMUR-BARAT 15
meluaskan penyamaan diri yang salah dengan pakaian luar ini
dan kita menyebut diri sebagai ì orang Kristenî atau ì orang Hinduî
karena badan kita dilahirkan dalam keluarga Kristen atau Hindu.
Tetapi identitas sejati kita bukanlah badan ini dan, identitas kita
melampaui sebutan-sebutan badan. Kita adalah roh yang murni
bersifat spiritual. Bagian tak terpisahkan dari Krishna. Dan kita
menjadi religius dengan cara mengembangkan rasa cinta kepada
Tuhan, bukan dengan memberi cap menurut sebutan badaniah
atau keluarga, bahkan jika hal itu terasa sebagai sikap religius.
Pastur Hart: Itu hal yang sangat mendalam. Saya tidak
mengatakan bahwa saya setuju dengan segala yang Anda
katakan tetapi se-cara pasti Anda telah memberi saya bahan
pemikiran. Pandangan ì non sektarianî yang Anda ketengahkan
juga diajarkan oleh para mistikus (ahli kebatinan) Kristen,
beberapa di antaranya kenya-taannya bahkan tidak begitu mistis.
Santo Agustinus sendiri, setelah menjadi pendiri aliran ortodok,
disebutkan pernah berkata: ì Agama yang diajarkan Yesus ada
lebih dahulu daripada apa yang sekarang dikenal sebagai agama
Kristen.î
Berbagai interpretasi atas pernyataan ini meliputi pandangan-
pandangan yang sangat Katolik, universal, dan bersifat non-
sektarian.
Menurut saya ada agama ì biasa,î jika Anda berkenan, dan ada
agama ì transendenî , atau rohani. Anda menekankan sisi tran-
senden, tetapi tidak semua orang mampu merangkul sisi ini. Juga,
ini belum tentu cocok bagi semua orang.
Satyaraja Dasa: Dalam hal ini saya tidak setuju dengan pendapat
Anda. Yang saya bicarakan adalah intisari dari kebenaran
agama. Benar, bisa jadi ada dua level agama yang berbeda,
yaitu agama biasa dan agama transenden, seperti yang Anda
katakan. Tetapi wahyu Veda dimaksudkan untuk mengantarkan
semua orang secara bertahap sampai level tertinggi itu. Tidak
membiarkan mereka membusuk di dalam liang pemahaman
yang salah. Jika Anda memberi seseorang kebenaran-sebagian,
Anda sedang mem-bohonginya. Mereka hendaknya mengetahui
tujuan tertinggi, dan menurut cara-cara dan sarananya, mereka
16 DIALOG TIMUR-BARAT

hendaknya berusaha mencapai hal itu. Sabda-sabda Krishna


di dalam Bhagavad-gita disimpulkan dengan perintah untuk
meninggalkan agama ì biasaî dan memeluk agama ì transenden.î
Agama transenden terwujud dalam penyerahan diri sepenuhnya
kepada kaki-padma Tuhan.
Pastur Hart: Saya mengerti. Ya, jika Anda menempatkannya de-
ngan cara demikian, saya langsung setuju. Tetapi pembicaraan
ini mengingatkan saya akan pertanyaan-pertanyaan yang meng-
hantui saya sejak masa muda.
Sebagai contoh, kita berbicara tentang evolusi sang roh
melewati bermacam-macam jenis kehidupan di dunia material ini.
Tetapi hal ini secara alami menimbulkan pertanyaan yang lebih
mendasar: mengapa sejak awal ada dunia material ini?
Satyaraja Dasa: Dunia material adalah sebuah manifestasi yang
memang diperlukan terkait kesempurnaan Tuhan.
Pastur Hart: Mengapa demikian?
Satyaraja Dasa: Tuhan memiliki banyak potensi, dan potensi-
potensi ini meliputi energi yang terbatas maupun yang tanpa
batas. Tuhan pasti memiliki keduanya, bukan? Jika salah satu
energi ini tidak dimiliki oleh Tuhan, maka Tuhan tidak bisa
disebut sem-purna. Maka itu bukanlah Tuhan. Jadi, dunia material
adalah per-wujudan dari energi-terbatas Tuhan, yang harus
ada sehingga Tuhan disebut sempurna dan dengan demikian
merupakan bagian penting dari Tuhan.
Pastur Hart: Oke, saya bisa menerima hal itu. Cukup masuk
akal. Tetapi itu tidak menjelaskan mengapa kita datang ke mari.
Apakah kita tidak berbahagia secara sempurna dalam hubungan
kita de-ngan Tuhan di kerajaan Tuhan? Bagaimanakah pandangan
Veda mengenai hal ini?
Satyaraja Dasa: Kita adalah bagian tak terpisahkan dari Tuhan.
Kita bagaikan sampel kecil dari Yang Mahakuasa. Sifat apa pun
yang dimiliki oleh Tuhan secara penuh, kita juga memilikinya,
tapi dalam skala yang kecil. Sebagai contoh, Tuhan memiliki se-
luruh kekuatan, ketampanan, kekayaan, kemasyhuran, penge-
tahuan, dan ketidakterikatan. Sebagai bagian dari Tuhan, kita juga
DIALOG TIMUR-BARAT 17
memiliki sifat-sifat tersebut, tapi dalam skala kecil.
Kemudian, salah satu dari sifat-sifat Tuhan adalah bahwa Tuhan
bebas sepenuhnya inilah yang membuat Dia adalah Tuhan. De-
mikian pula, sebagai bagian tak terpisahkan dari Tuhan, kita
me-miliki kebebasan kecil. Bagaimanapun, jika Tuhan tidak
memberi kita kebebasan, lalu bagaimanakah kita dapat memilih
untuk men-cintai-Nya? Maka itu akan menjadi pemaksaan, dan
tidak bisa benar-benar dipandang sebagai cinta. Jadi, Tuhan
memberi kita pilihan dan secara alamiah beberapa di antara kita
menyalah-gunakan pilihan itu, dan mereka memutuskan untuk
meninggal-kan Tuhan. Tetapi, kitab suci Veda menegaskan
bahwa hanya sejumlah kecil saja roh-jiva yang benar-benar
meninggalkan Tuhan. Dijelaskan bahwa hanya seperempat
bagian saja dari keseluruhan eksistensi ada di sini bagi roh-roh
yang membangkang tersebut. Sementara sebagian besar tetap
dalam kedudukan dasarnya se-bagai pelayan kekal Tuhan.
Makhluk hidup dalam jumlah yang tanpa batas selalu melayani
Tuhan secara kekal, dan hanya be-berapa saja yang cenderung
jatuh ke dunia material ini.
Pastur Hart: Tetapi pertanyaan saya...
Satyaraja Dasa: Saya akan menuju ke situ. Tetapi, saya perlu
memberikan informasi latar belakang. Sekarang pertanyaan Anda:
di antara beberapa yang memang jatuh itu, mengapa bahkan ada
satu saja yang ingin meninggalkan dunia spiritual yang sempurna
itu? Benar demikian pertanyaan Anda?
Pastur Hart: Ya.
Satyaraja Dasa: Seperti sudah saya jelaskan, kita adalah bagian
tak terpisahkan dari Krishna, sehingga kita juga memiliki sifat-sifat
seperti Krishna, tapi dalam skala kecil. Oke. Sekarang salah satu
dari sifat-sifat Krishna adalah Penikmat Tertinggi. Jadi kita juga
pasti memiliki kecenderungan untuk menikmati dalam takaran
kecil. Kenikmatan mengisyaratkan personalitas dan rasa rasa
inilah esensi jawaban saya atas pertanyaan Anda.
Beberapa orang menyukai makanan yang banyak jenisnya, dan
18 DIALOG TIMUR-BARAT

mewah, sementara ada orang lain yang hanya menyukai nasi.


Keduanya ingin menikmati, tapi yang satu ingin sesuatu yang
me-wah dan yang lain suka yang sederhana. Itulah yang disebut
rasa. Keanekaragaman rasa berasal dari dunia spiritual, sehingga
rasa itu bisa terefleksi di sini secara terbalik. Rasa baik dan rasa
yang tidak begitu baik.
Kenikmatan sempurna ada di dunia spiritual, sementara ke-
nikmatan dan kepuasan yang lebih rendah atau tidak sempurna
terdapat di dunia material ini. Kemudian, ketika pada awalnya,
masih di kerajaan Tuhan, terbetik pada diri kita cita rasa yang
le-bih rendah, hal itu masih tetap dalam bentuk pelayanan
suci sebab tidak begitu mudah bagi kita untuk meninggalkan
pelayanan suci tersebut. Kerajaan Tuhan adalah alam cinta kasih
dan pe-layanan tidak ada hal lain di sana. Kita tidaklah menjadi
iri hati di dunia spiritual, seperti yang sering dikatakan. Tidak.
Tidak ada sifat material seperti rasa iri tersebut bisa muncul di
dunia spiritual. Yang terjadi adalah bahwa kita ingin melayani
Krishna dengan cara yang lebih rendah, suatu cara yang tidak
diperlukan di dunia spiritual.
Sebagai contoh, kita barangkali ingin melayani Tuhan
sebagai pencipta. Mengingat bahwa di dunia spiritual tidak ada
penciptaan maupun peleburan di sana kekal pelayanan sebagai
pencipta hanya dapat terlaksana di tempat lain. Di dunia material.
Itulah sebabnya kita lahir sebagai dewa mulia, seperti Brahma,
dan kita melayani sebagai pencipta. Perhatikan bahwa kita
masih melayani. Tapi, dalam wujud Dewa Brahma sekarang kita
berada di dunia material kesulitan mulai muncul, dan tanpa dapat
dihindari kita jatuh semakin merosot ke dalam jenis kehidupan
yang lebih ren-dah. Dengan cara demikian, keterikatan dan
berbagai sifat material yang lebih rendah berkembang. Sifat-sifat
ini menghantui dan menyiksa kita kelahiran demi kelahiran.
Lambat laun kita tersadar kembali, dan sewajarnya kita meningkat,
bertemu seorang pe-nyembah-murni Tuhan ketika akhirnya kita
siap dan maju kem-bali kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Tapi, marilah kita kembali ke belakang sebentar. Perlu juga di-
DIALOG TIMUR-BARAT 19
tekankan bahwa terdapat unsur-unsur tertentu yang melekat pada
ranah kenikmatan tingkat rendah yang barangkali cocok dengan
cita rasa kita. Misalnya, di dunia material kita dapat menjadi pusat
perhatian, bukannya Krishna. Jadi, ketika kita memiliki rasa yang
rendah seperti itu yang terlahir dari sifat iri hati dan nafsu (ini
sangat disederhanakan) maka kita harus memuaskannya di alam
yang rendah. Itulah sebabnya dunia material diciptakan agar
kita dapat memainkan kegiatan yang menyimpang itu yakni me-
nuruti rasa yang lebih rendah tersebut dan sibuk dalam sebuah
pelayanan yang lebih rendah.
Tetapi, kita hanya dapat memainkan hal itu secara sementara
saja, dan berangsur-angsur Krishna memperlihatkan kepada
kita sifat lebih rendah yang sebenarnya dari cita rasa kita itu.
Dengan demikian kita mengembangkan suatu rasa yang lebih
tinggi seiring berjalannya waktu, dan secara sukarela kita kembali
kepada Tuhan. Ini seperti timbulnya rasa untuk merokok. Dan
kemudian ketika kita menderita sakit karena berusaha memenuhi
hasrat tersebut, kita menjadi sadar lalu meninggalkan kebiasaan
buruk itu, kemudian sedikit demi sedikit mengembangkan rasa
yang lebih tinggi ketika racun rokok sudah keluar dari pembuluh
darah. Maka kemudian kita akan heran mengapa kita bisa sampai
me-rokok.
Pastur Hart: Sangat menarik. Ini merupakan jawaban yang
sangat memuaskan, lebih dalam dari apa yang saya bayangkan
pada a-walnya. Aquinas memberikan penjelasan yang mirip
dalam bu-kunya berjudul Summa Theologiae tetapi sekarang
ini menjadi sangat jelas. Anda tahu, masih akan ada orang-orang
yang tidak dapat mengikuti logika yang kuat ini.
Satyaraja Dasa: Orang yang demikian setidak-tidaknya dapat
memahami contoh berikut: jika Anda sedang tenggelam dan se-
seorang melemparkan seutas tali kepada Anda untuk menyela-
matkan diri Anda, apa yang akan Anda lakukan?
Pastur Hart: [tertawa] Anda raih tali itu untuk menyelamatkan
nyawa Anda!
Satyaraja Dasa: Benar. Anda tidak akan mulai merenungkan ba-
gaimana bisa Anda berada di dalam air atau bagaimana bisa Anda
20 DIALOG TIMUR-BARAT

mengalami keadaan yang menyulitkan tersebut. Ada waktu untuk


memikirkan hal itu nanti. Anda juga tidak akan bertanya kepada
orang yang melempar tali itu ì Siapakah Anda? Apakah ini tali
ter-baik yang Anda miliki?î Tidak. Jika Anda sedang tenggelam,
segera pegang tali itu! Jadi kita sudah tenggelam dalam lautan
yang disebut dunia material ini. Bagaimana sampai kita ada di
sini, adalah ma-salah kedua. Perhatian utama adalah kembali
kepada Tuhan.
Pastur Hart: Bravo! Saya setuju sepenuhnya. Apakah Anda pikir
bahwa setelah kita kembali kepada Tuhan kita bisa jatuh lagi ke
dunia ini? Bagaimanapun, rasa kita yang lebih rendah bisa jadi
kambuh lagi.
Satyaraja Dasa: Tentu tidak. Secara mayoritas tidak. Di dunia
ini, jika seseorang menderita kanker atau penyakit serius lainnya
yang mengancam jiwa sebagai akibat dari kebiasaan buruk seperti
makan daging rasa lebih rendah mereka itu akan segera dihen-
tikan, setidaknya jika ia cerdas. Poinnya sebagai berikut: ketika
satu-satunya pilihan adalah kematian, Anda mulai serius mem-
pertimbangkan prioritas Anda. Anda akan heran betapa cepatnya
cita rasa seseorang berubah. Jika itu adalah penyakit yang dapat
dikendalikan oleh tingkah laku, perhatikan saja dan lihatlah per-
ubahan vital yang seringkali terjadi. Dan, pada saatnya, Anda
pasti mengembangkan rasa yang lebih baik untuk diri Anda
sen-diri. Tentunya, ada saja orang yang tidak mau belajar dari pe-
ngalaman mereka. Orang-orang yang malang dan keras kepala
seperti itu jarang adanya. Kebanyakan orang akan bekerja keras
untuk memperbaiki kembali cita rasa buruk mereka terutama jika
nyawa mereka taruhannya.
Lebih jauh hendaknya dicatat bahwa orang yang kembali ke
tempat tinggal Krishna, dijamin oleh Krishna bahwa mereka tidak
akan kembali lagi ke negeri kelahiran dan kematian yang tidak
menyenangkan ini. Tempat bermain yang penuh penderitaan
yang secara keliru kita sebut ì rumah.î Krishna mengatakan hal
ini secara langsung di dalam Bhagavad-gita. Ketika pada akhirnya
kita tersadar, Krishna mengatakan bahwa kita tidak akan pernah
DIALOG TIMUR-BARAT 21
kembali lagi ke dunia material ini.
Pastur Hart: Terimakasih.
Satyaraja Dasa: Hare Krishna.
22 DIALOG TIMUR-BARAT
DIALOG TIMUR-BARAT 23

BAB SATU
*AGAMA ItU SAtU*
*MONOtEISME*
*î ANdA BUKAN BAdANî *
*PERINtAH TERpENtING*
*PERpINdAHAN SANG ROH*
*8.400.000 JENIS KEHIdUpAN*
*EVOLUSI SpIRItUAL*
*TUjUAN TERAKHIR*

Pastur Hart: Pada perbincangan terdahulu, Anda mengutip ayat


Alkitab: ì Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat
untuk mengajar...î (II Timotius 3.16-17). Sejujurnya, mungkin
Anda masih ingat, saya kurang bisa menerima interpretasi Anda.
Anda menggunakan ayat ini untuk memperlihatkan bahwa orang
Kristen berpeluang untuk menggunakan kitab-kitab suci dari
Timur, yakni kesusastraan Veda, untuk memahami Kebenaran
Mutlak. Se-mentara bisa jadi hal ini benar adanya, yakni bahwa
kitab suci dari Timur dapat digunakan, saya pikir Anda tidaklah
bisa meng-gunakan kutipan dari Pejanjian Baru tersebut untuk
menopang cara pandang ini. Namun tetap, pendapat Anda
tidaklah tanpa nilai. Anda memberi alasan bahwa kesusastraan
Veda juga adalah kitab suci, dan yang dimaksudkan oleh Alkitab
dalam ayat ini adalah semua kitab suci...
Tetapi secara tradisi yang dimaksud oleh ayat ini adalah
Perjanjian Lama; setidaknya begitulah penafsiran yang umum.
Bagaimanapun, setelah bersilang pendapat dengan Anda dengan
24 DIALOG TIMUR-BARAT

cara seperti itu, saya memikirkannya selama beberapa waktu.


Mengapa Alkitab menyebut ìsem ua kitab suciî jika yang dimak-
sud hanya literatur yang termasuk dalam Alkitab? Apakah para
nabi dan penyusun Alkitab tidak menyadari keberadaan kitab
suci Veda, yang telah ada banyak generasi jauh sebelum adanya
tradisi Alkitab? Saya pikir tidaklah demikian.
Tetapi, saya tidak bisa setuju begitu saja dengan interpretasi
Anda. Saya menelusuri bukti-bukti kepustakaan dan menemukan
sebuah pernyataan luar biasa di dalam ì Kitab Mormonî (ì The
Book of Mormonî ). Secara umum kitab ini tidak memiliki hubung-
an dengan saya dan sangat jarang saya baca.
Satyaraja Dasa: Apa yang Anda temukan?
Pastur Hart: Mohon mendengarkan. Saya cukup menyukainya,
meskipun secara pasti hal ini menopang sudut pandang Anda.
Perkenankan saya membacakannya untuk Anda: ì Tidakkah kamu
mengetahui bahwa ada lebih dari satu bangsa? Tidakkah kamu
mengetahui bahwa Aku, Tuhan Yang Maha Esa, menciptakan
se-mua orang, dan bahwa Aku ingat mereka yang ada di pulau-
pulau di tengah lautan: dan bahwa Aku memerintah surga di atas
dan bumi di bawah, dan Aku berikan kata-kata-Ku kepada anak
manusia, ya, bahkan kepada semua bangsa di bumi. Mengapa
kamu berbisik, apakah karena kamu merasa menerima kata-
kata-Ku lebih banyak? Ketahuilah bahwa pernyataan dua bangsa
se-bagai saksi bagimu bahwa Aku adalah Tuhan, bahwa Aku
ingat satu bangsa seperti halnya bangsa lainnya? Ketahuilah
bahwa Aku berbicara dengan makna kata yang sama kepada
satu bangsa seperti kepada bangsa lainnya. Dan apabila dua
bangsa akan di-perintah bersama, pernyataan ilham dua bangsa
itu juga akan cocok... Dan karena Aku sudah menurunkan ilham
kepadamu janganlah engkau mengangap bahwa Aku tidak akan
menurunkan ilham yang lain, karena nubuat-Ku belum selesai,
dan tidak akan selesai hingga manusia terakhir...
Satyaraja Dasa: Ini luar biasa...
Pastur Hart: Tunggu, masih ada lanjutannya: ì Lalu karena kamu
sudah memiliki Alkitab janganlah kamu mengangap di situ sudah
DIALOG TIMUR-BARAT 25
berisikan semua ilham-Ku. Jangan kamu menganggap bahwa Aku
tidak akan menurunkan lagi ilham lain. Karena Aku penguasa
semua orang, baik di Timur maupun di Barat, di Utara maupun
di Selatan, dan di pulau-pulau di tengah lautan, dan mereka akan
menuliskan ilham yang Aku sabdakan kepada mereka. Sebab dari
kitab yang ditulis itulah Aku akan mengadili dunia...
Sekarang bukan berarti bahwa saya menerima hal tersebut di
atas sebagai ilham atau apa pun. Tetapi pernyataan di dalam ki-
tab itu secara pasti mengemukakan kebenaran. Dan saya pikir
pernyataan itu memberikan dukungan kepada posisi Anda terkait
kesusastraan Veda dan kitab-kitab suci lainnya dari Timur.
Satyaraja Dasa: Ya. Agama itu satu. Agama diwahyukan secara
bervariasi, diturunkan secara selektif sesuai dengan waktu dan
keadaan. Tetapi intisarinya sama. Misalnya kamus. Ada kamus
kecil, versi kecil, kamus saku. Atau ada pula kamus besar, kamus
lengkap, seperti yang ada di atas meja Anda. Pengetahuan di da-
lamnya sama, tetapi kamus lengkap mengungkap lebih terperinci,
menjelaskan setiap nuansa dari kata-kata yang tercatat.
Tentu hal yang sesungguhnya adalah upaya menemukan
suatu tradisi yang mengungkap wahyu yang paling mulia dan
paling lengkap. Seingat saya, Yesus mengemukakan dengan jelas
keterbatasan wahyu Kristen: ì Masih banyak hal yang harus Kuka-
takan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menang-
gungnya .î (Yohanes 16.12).
Pastur Hart: Ya. Walau ada dikatakan bahwa Yesus memberikan
pengetahuan rahasia yang mendalam kepada murid-muridnya,
adalah juga benar bahwa tradisi Alkitab secara keseluruhan di-
wahyukan dalam bentuk parabel, kisah-kisah perumpamaan, dan
nampaknya, ada kesulitan besar untuk menemukan cara yang
sistematis dan terpadu untuk menemukan kebenaran-kebenaran
mendalam yang asli tersebut. Selaras dengan poin Anda, Anda
akan tertarik untuk mengetahui bahwa Alkitab juga mengutip
Yesus yang berkata, ì Kamu tidak percaya, waktu Aku berkata-kata
dengan kamu tentang hal-hal duniawi, bagaimana kamu akan
26 DIALOG TIMUR-BARAT

percaya kalau Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal


surgawi? (Yohanes 3.12).
Satyaraja Dasa: Persis. Tetapi, Krishna bersabda di dalam
Bhaga-vad-gita: Sekarang Aku akan menjelaskan kepadamu
pengetahuan ini secara lengkap, baik yang bersifat material
maupun spiritual. Sekali hal ini diketahui, tidak ada lagi hal lain
lebih lanjut untuk diketahui.î (Bg. 7.2). Dan, ada pendekatan
yang jelas dan sistema-tis untuk mencapai tingkat keinsafan akan
Tuhan ini, yang disebut kesadaran Krishna. Jadi banyak sekali
hal yang disajikan oleh wahyu Veda.
Pastur Hart: Ketika Anda menyebut ì tradisi Veda,î saya paham
yang Anda maksud adalah lebih dari sekedar agama purba dari
India. Coba kita bahas, apakah pemahaman saya benar. Dalam
diskusi kita baru-baru ini, jika dapat saya ringkas, apa yang me-
ngemuka adalah sebagai berikut: Ada sebuah tradisi monoteisme
purba yang dikenal sebagai Vaishnavaisme, yaitu pemujaan
kepa-da Shri Visnu (Krishna, Tuhan). Mulanya paham ini disebut
sana-tana dharma, atau ì fungsi kekal sang roh.î Kultur suci dan
kitab suci yang menguraikan tentang kebenaran-kebenaran ini
dapat disebut sebagai ì tradisi Veda.î Apa ini benar?
Satyaraja Dasa: Ya.
Pastur Hart: Hal menarik yang terlintas di benak saya adalah
bahwa melalui pengamatan dangkal terhadap sejarah agama-
agama, nampak bahwa hanya agama Yahudi, Kristen dan Islam
yang merupakan agama-agama monoteistik yang ada, atau se-
tidaknya ketiga agama inilah agama monoteistik paling awal.
Tetapi, sekarang saya dapat melihat dengan jelas bahwa ada pen-
dahulunya, yakni tradisi Veda (Vaishnava) India purba. Ini sangat
menarik. Sebagai orang Kristen, saya tertarik dengan pemikiran
tentang adanya sebuah kultur purba yang memiliki penghayatan
akan cinta kasih kepada Tuhan, khususnya kepada ì Satu Tuhan
Yang Mahakuasa,î yang sama dengan apa yang familiar dengan
pemahaman saya, yang ada mendahului Yudea-Kristen. Saya tidak
meragukan lagi hal ini. Tetapi, di mana tradisi ini berujung? Me-
ngapa agama dari India tidak lagi dipandang sebagai monoteisme?
DIALOG TIMUR-BARAT 27
Satyaraja Dasa: Sistem asli cinta kepada Tuhan secara teknis
lebih dikenal sebagai bhakti-yoga, atau sains tentang pelayanan
suci. Berkebalikan dengan pemahaman umum, Indialah yang
pertama melahirkan tradisi monoteistik Anda benar dan tradisi itu
ber-landaskan pada bhakti-yoga, pelayanan kepada Sri Krishna.
Cara pandang mengenai ì Satu Tuhan Yang Mahakuasaî adalah
bagian tak terpisahkan dari kultur Veda yang asli, dan hal ini
jelas ter-ungkap di dalam bagian-bagian awal kitab suci Veda.
Kebanyakan para ahli tidak berselisih pandang akan hal ini.
Tetapi, akibat pengaruh ajaran Buddha sekitar lima ratus tahun
Sebelum Masehi, dan ajaran monistik î segalanya satuî  dari
Sankara pada abad kedelapan Sesudah Masehi, konsep Veda yang
asli menjadi terkaburkan. Apa yang pada akhirnya berkembang
adalah suatu bentuk kebingungan yang kini dikenal secara luas
sebagai ì Hinduisme,î dengan paham banyak dewa dan keinginan
untuk manunggal ke dalam keberadaan Yang Mahakuasa. Se-
belum munculnya pemikiran-pemikiran penuh penafsiran ini,
cinta dan pemujaan kepada Satu Tuhan Yang Mahakuasa yang
dikenal dengan nama yang tak terhingga banyaknya tapi terutama
sekali dikenal sebagai ì Krishnaî  telah menjiwai tradisi Veda.
Tradisi monoteistik ini ada lebih dahulu daripada tiga tradisi
monoteistik yang populer (Yahudi, Kristen, dan Islam) tersebut.
Kebetulan, tradisi Veda yang asli ini tidaklah pernah lenyap.
Tentunya tidak dapat disangkal bahwa tradisi ini ì hilangî selama
beberapa waktu. Tetapi kini ia tumbuh dengan subur. Kenyata-
annya ada jutaan orang yang menekuni jalan ini di India. Dan di
Barat, tradisi ini dihadirkan oleh International Society for Krishna
Consciousness (Masyarakat Kesadaran Krishna International,
yang di Indonesia dimediasi oleh Sampradaya Kesadaran Krishna
Indonesia, SAKKHI red.).
Pastur Hart: Para pengikut tradisi monoteistik purba ini pasti
menghargai apa yang Yesus sebut sebagai ì perintah yang pertama
dan utamaî : mencintai Tuhan dengan sepenuh hati, segenap jiwa,
dan pikiran. Dan perintah penting yang kedua, menurut Yesus
adalah seperti ini: mencintai sesama sebagaimana mencintai diri
28 DIALOG TIMUR-BARAT

sendiri. Saya ingin tahu. Sebagai praktisi modern yang mem-


praktikkan bhakti-yoga purba ini, atau sistem Vaishnava, bagai-
mana Anda menginterpretasikan perintah Yesus ini?
Satyaraja Dasa: Perintah pertama ini sama dengan intisari bhakti-
yoga. Tetapi, bagaimana perintah ini dipenuhi, diekpsresikan de-
ngan cara yang terbaik di dalam kesusastraan Veda. Alkitab, yang
barangkali dapat dipandang sebagai Vedangga, atau tambahan
Veda, memberikan beberapa petunjuk tentang bagaimana me-
menuhi perintah untuk mencintai Tuhan. Akan tetapi, mencintai
Tuhan berarti mengenal Tuhan dan orang dapat mengenal Tuhan
secara paling jelas melalui kitab-kitab Veda. Ini bukan hal untuk
diperdebatkan. Orang hanya perlu melakukan studi perban-
dingan.
Pastur Hart: Ya. Saya kira, dalam satu makna, adalah benar
bahwa informasi yang termuat di dalam kitab-kitab Veda itu
lebih banyak. Dan hal ini cenderung memberikan lebih banyak
kemudahan. Seperti yang Anda katakan mencintai Tuhan berarti
mengenal Tuhan. Yaitu bahwa jika Anda benar-benar mengenal
Tuhan, ba-gaimana mungkin Anda tidak akan mencintai-Nya.
Tuhan adalah yang paling menakjubkan...
Tetapi bagaimana dengan perintah kedua, mencintai sesama?
Satyaraja Dasa: Ini adalah ajaran yang sangat penting dan perlu
dicermati. Yesus membedakan antara mencintai Tuhan dan men-
cintai sesama, dimana Yesus mengatakan agar kita mencintai
se-sama seperti mencintai Tuhan. Tetap ada perbedaan di sana.
Jadi, tidaklah benar bahwa kita memperlihatkan kepada Tuhan
cinta kita kepada-Nya dengan cara mencintai sesama, kendati
pen-campuran-makna kedua perintah itu umumnya diterima
secara luas di lingkungan Kristen. Dapatkah Anda menangkap
maksud saya?
Pastur Hart: Ya. Tentu. Saya pikir orang-orang Kristen yang
telah matang mengetahui bahwa ada perbedaan. Setidaknya
saya ber-bicara tentang lingkungan saya sendiri. Kalau tidak ada
perbedaan, maka mencintai Tuhan dan mencintai sesama adalah
hal yang sama. Dan terkandung makna di dalam pernyataan Yesus
DIALOG TIMUR-BARAT 29
ini bah-wa kedua jenis cinta itu tidaklah sama. Tetapi, bagaimana
ke-mudian cara kita memperlihatkan kepada Tuhan bahwa kita
mencintai-Nya? Melalui doa-doa?
Satyaraja Dasa: Itu salah satu cara. Tetapi saya mengusulkan
se-suatu yang menghubungkan kedua perintah itu. Dan hal itu
dapat dirangkum menjadi satu ungkapan pendek: sebarluaskan
ajaran itu. Dakwah.
Apa yang dimaksud dengan benar-benar menolong makhluk
lain, atau mencintai sesama? Begitu kita mengajukan pertanyaan
ini kepada diri kita sendiri, maka kita diberondong oleh rangkaian
hal klise: membantu tuna wisma, memberi makan mereka
yang kelaparan. Tentu saja hal seperti itu tergolong perbuatan
keba-jikan. Namun, tindakan-tindakan seperti itu hanya bisa
dipandang ì salehî oleh mereka yang tidak begitu introspektif.
Saya menyadari bahwa penilaian ini kelihatannya kasar. Tetapi,
tanyalah diri kita dengan pertanyaan ini: Dapatkah hal ini benar-
benar diterima se-bagai tindakan cinta yang spiritual, misalnya
dengan mengulurkan tali kepada seseorang yang sedang
tenggelam? Atau menyumbang pakaian? Atau memberi makan?
Apakah kita sudah begitu payah sehingga kita mengangap bahwa
respon wajar manusia atas pen-deritaan orang lain ini sebagai
tindakan pengorbanan yang saleh ala ì Kristen,î sebagai upaya
untuk memenuhi perintah kedua ter-sebut?
Malangnya, jawabannya akan kompak: Ya! Dengan cara demi-
kian perintah Alkitab untuk mencintai sesama sudah dikurangi
esensi rohaninya sampai pada apa yang sebenarnya hanya me-
rupakan reaksi dasar manusia terhadap penderitaan orang lain.
Lebih dari itu, hal ini membatasi perintah untuk mencintai sesama
tersebut tetap pada tataran badaniah. Perintah itu terbatasi. Ia
tidak mencapai potensi spiritualnya.
Inilah jiwa dari argumen saya. Marilah kita berikan napas ke-
hidupan yang baru kepada perintah-Tuhan yang kedua. Atau,
marilah kita kembalikan nyawa aslinya, mengangkatnya sekali
lagi sampai tataran spiritual. Jika perintah itu adalah perintah
agama, mestinya tidak hanya dimaksudkan untuk badan me-
30 DIALOG TIMUR-BARAT

lainkan juga untuk roh yang kekal. Maka kemudian, keyakinan


saya adalah bahwa esensi sejati dari cinta Kristen semua cinta
kasih spiritual pada dasarnya adalah berbagi pengetahuan ten-
tang Tuhan dengan sesama. Mencintai sesama, yang terbaik
dilak-sanakan dengan cara menyebarluaskan ajaran kesadaran
Tuhan. Dengan cara demikian, seseorang dapat memperlihatkan
cintanya kepada Tuhan dengan cara yang terbaik.
Pastur Hart: Saya setuju sepenuhnya. Tetapi marilah kita lanjut-
kan. Saya tertarik dengan konsep tentang sang roh ini. Anda me-
nyebutkan tentang interpretasi berdasarkan pada sang roh atas
perintah tersebut, bukan interpretasi material atau badaniah. Atau,
sebagai unsur tambahan atas interpretasi material. Hal ini penting,
setidaknya menurut cara saya untuk memandang berbagai hal.
Aquinas, seperti yang Anda ketahui, banyak berbicara mengenai
sang roh...
Satyaraja Dasa: Tetapi, penjelasan Aquinas sangat membi-
ngungkan. Ia mengajarkan bahwa ada roh sayuran, roh binatang,
dan roh yang berakal-budi.
Pastur Hart: Benar. Dan awalnya dia menyatakan bahwa
binatang buas dan bahkan wanita tidak terhitung sebagai bagian
dari roh-roh yang berakal-budi. Saya tidak mengatakan bahwa
saya setuju atau bahwa dia masuk akal dalam semua ulasannya
mengenai sang roh. Ingat, saya ini dari Keuskupan, bukan Katolik!
[tertawa].
Satyaraja Dasa: Konsep Veda mengenai sang roh jauh lebih
jelas. Tidak ada tiga jenis roh seperti yang salah dimengerti oleh
Aquinas. Kebingungan Aquinas muncul karena penyamaan yang
salah de-ngan badan. Karena pada dasarnya dia melihat ada tiga
jenis badan, dia menyimpulkan bahwa ada tiga jenis roh. Tetapi,
sang roh sa-tu dalam sifat, karena sepenuhnya bersifat spiritual.
Dalam ranah spiritual, dualitas tidak bisa muncul.
Menurut Brahma-vaivarta Purana, terdapat 8.400.000 jenis ke-
hidupan, atau wujud badaniah, dan ì jenis rohî yang sama ber-
pindah melalui tiap-tiap jenis badan itu, melalui evolusi bertahap
hingga pada akhirnya sampai pada wujud/badan manusia. Wujud
DIALOG TIMUR-BARAT 31
manusia ini bagaikan pintu masuk yang mengantarkan kita untuk
dapat mencapai alam transenden atau, sebaliknya, kembali turun
ke dalam jenis kehidupan yang lebih rendah. Perbuatan saleh
meningkatkan diri kita dalam ranah kemanusiaan, dan kegiatan
tidak saleh memerosotkan kita. Ini disebut karma, atau hukum
sebab-akibat. Sesuai dengan perbuatan, kita berpindah ke dalam
badan yang pantas untuk kita. Itulah hukum alam.
Pastur Hart: Reinkarnasi? Itu adalah sebuah konsep yang sangat
menarik, dengan sejarah panjang di lingkungan Kristen... Cukup
kontroversial... Anda tahu, meskipun Santo Thomas Aquinas tidak
dikenal secara resmi sebagai yang menyebarkan pandangan ten-
tang reinkarnasi, namun di dalam Summa Teologia karyanya, dia
menguraikan bagaimana roh-roh orang yang meninggal dunia
mencapai ì tempatî mereka masing-masing setelah kematian. Ia
mengatakan bahwa makhluk hidup memiliki kecenderungan
un-tuk ì tenggelamî (gravitas) dan juga ì bangkitî (levitas); tidak
di-ketahui apa yang persisnya dia maksudkan.
Di dalam Surat Kedua Peter, kata exitus (ì keluarî ) digunakan
untuk orang ì meninggal.î Ungkapan ini mengisyaratkan bahwa
ada sesuatu yang memang ada, yang pada saat kematian beranjak
pergi, atau ì keluar,î dari badan. Reinkarnasi akan mampu menje-
laskan banyak hal seperti ke mana roh itu pergi setelah kematian.
Bagaimanapun, tidaklah bisa dipercaya bahwa Tuhan yang
penuh karunia akan mengirim seorang pendosa ke ì nerakaî
setelah ha-nya satu kelahiran di dunia yang edan ini... Pasti ada
tenggang waktu...
Satyaraja Dasa: Ya, menurut tradisi Veda, kita sang roh sebe-
narnya tidaklah mati. Dapat dikatakan kita hanya didaur-ulang.
Pastur Hart: [tertawa] Reinkarnasi juga diterima oleh banyak filsuf
pada permulaan Gereja. Menurut cara berpikir saya, reinkarnasi
merupakan penjelasan logis akan apa yang terjadi pada saat ke-
matian. Bagaimanapun, Hukum Pertama Termodinamika hukum
kekekalan energi menyatakan bahwa energi tidak dapat dicip-
takan maupun dihancurkan. Jadi, apa yang terjadi terhadap
energi itu, sesuatu yang menghidupkan badan tersebut, pada
32 DIALOG TIMUR-BARAT

saat kema-tian?
Satyaraja Dasa: Tidak diragukan, itu sebuah pernyataan retorik,
yang tidak perlu dijawab lagi.
Pastur Hart: Tentu. Reinkarnasi adalah jawaban yang dapat
dite-rima. Para pendiri Gereja pada masa-masa awal mengetahui
hal itu. Kenyataannya, cukup menarik jika Anda mempelajari
sejarah tentang bagaimana dunia Kristen modern sampai menolak
doktrin ini. Hal ini dijelaskan secara terperinci oleh seorang teolog
Kristen terkenal, Dr. Geddes Mac-Gregor. Buku karyanya berjudul
Reinkar-nasi di dalam Kristen (Reincarnation in Christianity).
Buku itu sangat mengagumkan.
Satyaraja Dasa: Saya mengerti bahwa pada masa-masa awal,
Gereja dipengaruhi oleh Plato, yang telah memberikan penekanan
tambahan terhadap kepercayaan reinkarnasi.
Pastur Hart: Ajaran Kristen awalnya adalah pengikut Plato sampai
pada zaman Aquinas, ketika filsafat Aristoteles mulai me-rembes
ke dalam ajaran Gereja. Tapi, Gereja yang sudah dipe-ngaruhi
oleh Plato, seperti Plato sendiri, mendukung dengan kuat
pemikiran tentang reinkarnasi. Saya pikir doktrin ini disingkirkan
sebelum Dewan Gereja Kelima, atau Dewan Kedua di Konstan-
tinopel. Hal itu terjadi pada abad keenam.
Satyaraja Dasa: Mengapa ajaran reinkarnasi disingkirkan?
Pastur Hart: Itu sulit untuk... Ada masalah-masalah... Yah,
awalnya ajaran reinkarnasi disingkirkan karena sebuah maklumat
paus, yang kemudian pada gilirannya dipengaruhi oleh para
pemimpin politik saat itu terutama Kaisar Justinian. Kelihatannya
bahwa ì yang berkuasaî mengharapkan orang menjadi kurang
berkete-tapan hati untuk mencapai kesempurnaan. Jika orang-
orang ber-pikir bahwa mereka memiliki lebih dari satu kehidupan
untuk menjadi orang Kristen yang sempurna, mereka mungkin
meng-ambil jalan perbuatan berdosa dalam hidup ini, dengan
berpikir ì saya akan menebusnya pada kehidupan berikutnya.î
Jadi, di-putuskan untuk menghapus ajaran reinkarnasi. Semua
teks re-inkarnasi dikeluarkan dari Alkitab... Bagaimanapun, ini
skenario yang lebih simpatik. Sebenarnya ada persepektif lain
DIALOG TIMUR-BARAT 33
yang meng-ungkap kisah yang lebih penuh tipu daya. Politik...
intrik... Apa pun itu, demikianlah sejarah. Dan tidak banyak yang
dapat kita lakukan terkait hal itu.
Satyaraja Dasa: Namun, kami bisa memberi mereka kebenaran.
Kami dapat menjelaskan logika dan bahkan landasan kitab suci
atas reinkarnasi. Tradisi Veda nihil politik, setidaknya pada
tingkat spiritual dan filosofis. Para penganut yang terlibat dalam
organisasi dan manajemen barangkali harus mengotori tangan
mereka sampai tingkat tertentu, tetapi hal itu tidak sampai pada
poin-poin teologi atau interpretasi ajaran. Politik hanya terjadi
sampai tingkat or-ganisasi.
Pastur Hart: Tapi, bagaimana cara seseorang menerima penge-
tahuan? Tentunya dia mesti menggunakan daya pikir dan daya
spekulasinya. Pemimpin-pemimpin politik cenderung mempe-
ngaruhi cara berpikir kita, dan mereka cenderung mengarahkan
cara kita berspekulasi...
Satyaraja Dasa: Tidak. Barangkali demikian di dunia Barat me-
mang, demikianlah sejarah kebudayaan Barat dan anomali tra-disi
Yudea-Kristen. Tetapi di Timur, khususnya dalam tradisi Vaish-
nava, adalah para brahmana golongan pendeta dan intelektual-
murni yang akan dimintai bimbingan. Tentunya bukan para
politisi.
Anda tahu, ada tolok-ukur, pramana, atau cara untuk memper-
oleh pengetahuan, dalam tradisi Veda. Dan hal ini membuat para
pemimpin politik sulit untuk meluaskan pengaruhnya. Pramana
yang paling penting adalah shruti atau shabda yang merupakan
kesaksian atau ilham yang valid, khususnya sebagaimana
yang dinyatakan menurut kitab suci oleh para penyembah-
murni Tuhan yang termasuk dalam rangkaian garis perguruan
(parampara). Jadi, kecil sekali ruang bagi pengaruh luar.
Pastur Hart: Adakah pramana yang lain?
Satyaraja Dasa: Oh, ada pratyaksha, atau ì persepsi indera,î dan
anumana atau ì simpulan analisisî . Juga kadang ada upamana,
atau ì analogi;î abhava (kadangkala disebut anupalabdhi), atau
ì bukti yang berasal dari non-eksistensi atau non-persepsi;î dan
34 DIALOG TIMUR-BARAT

arthapatti, yaitu ì kesimpulan dari suatu keadaan.î Jiva Gosvami


juga menerima arsha, atau ì pernyataan orang suci,î sambhava,
atau ì kemungkinan,î aithiya, atau ì pengetahuan tradisi;î dan
cheshta, atau ì taksiranî . Hanya terdapat perbedaan halus di
antara banyak cara ini, dan semua ada tempatnya tatkala kita
mencari pengetahuan. Tetapi, para pencari pengetahuan spiritual
utamanya menerima proses shabda, sebab shabda dipandang
tidak pernah salah, khususnya ketika diterima dengan cara yang
benar.
Pastur Hart: Pada awal diskusi, Anda menyebutkan ada
8.400.000 jenis kehidupan. Saya mengerti bahwa itu adalah
pengetahuan Veda, pernyataan kitab suci saya kira Anda akan
menyebutnya sebagai shabda, setidaknya menurut pramana-
pramana yang baru saja Anda sebutkan. Tapi, saya tidak bisa
mengerti bagaimana hal itu bisa merupakan hal yang akurat.
Kelihatannya hanya ada beberapa jenis kehidupan, setidaknya
itulah yang dapat saya pahami.
Satyaraja Dasa: Yang dimaksud 8.400.000 jenis kehidupan tersebut
adalah keanekaragaman spesies. Dalam hal pengelompokan yang
lebih luas, sebenarnya ada enam jenis kehidupan, yaitu bangsa
ikan, tumbuh-tumbuhan, serangga, jenis unggas, binatang buas,
dan bangsa manusia.
Pastur Hart: Itu lebih masuk akal.
Satyaraja Dasa: Oh, ya. Menurut Padma Purana ada 900.000 je-
nis ikan; 2.000.000 jenis tumbuh-tumbuhan dan pohon; 1.100.000
jenis serangga; 1.000.000 jenis unggas; 3.000.000 jenis binatang,
dan 400.000 jenis manusia tidak dapat diragukan bahwa kita dapat
melihat banyak di antaranya di New York ini.
Pastur Hart: [tertawa] Oke. Jadi, itulah semua 8.4000.000 jenis
ke-hidupan. Itu bisa saya terima. Tunggu, Anda mengatakan ada
400.000 jenis manusia? Bagaimana bisa demikian?
Satyaraja Dasa: Tidak seperti para ahli biologi modern, literatur
Veda tidak menarik perbedaan berdasarkan penampilan fisik
la-hiriah atau sifat morfologis semata. Faktor utama yang
DIALOG TIMUR-BARAT 35
menentukan adalah tingkat kesadaran. Dan dalam hal ini ada
banyak tingkat kesadaran...
Pastur Hart: Saya paham. Banyak yang dapat saya serap.
Mari kita mundur sebentar. Jadi, melalui suatu evolusi alamiah
kita sampai pada wujud manusia...hmm... Ini mirip dengan
pernyataan Origen. Origen adalah seorang pastur Gereja awal
yang menya-takan bahwa ketika sang roh jatuh dari dunia
spiritual, pertama-tama ia lahir sebagai malaikat mungkin Anda
akan mengatakan dia lahir sebagai Dewa Brahma, atau dewa
tingkat tinggi lainnya dan kemudian, karena kontak dengan
hawa nafsu yang tidak ra-sional yang terlahir dari kehidupan
materialistik, ia jatuh ke dalam jenis kehidupan yang lebih
rendah dan dari sana lalu naik ke ke-hidupan manusia. Secara
alamiah dia meningkat. Pada titik ini tingkat manusia seseorang
menjadi bertanggungjawab terhadap perbuatannya. Kembali, di
sinilah karma aksi dan reaksi men-cuat, dan sang roh bisa naik
ataupun turun. Ke surga atau ke neraka. Tentunya tergantung
pada perbuatan seseorang dan ke-yakinannya akan Tuhan.
Satyaraja Dasa: Itu adalah konsep Veda. Tetapi Veda melangkah
lebih jauh. Yang dimaksud naik dan turun, seperti yang Anda
ka-takan, adalah kehidupan di dunia ini ada planet-planet surga
dan planet-planet neraka, dan menurut perbuatan seseorang dan
keyakinan relatifnya terhadap Tuhan atau iblis, orang menda-
patkan badan di salah satu planet tersebut. Bisa naik atau turun.
Tetapi, Krishna mengajarkan untuk melampaui ì naik dan
turunî di dunia ini. Krishna bersabda, ì Siapa pun yang pada
saat ke-matian meninggalkan badannya sambil ingat pada diri-
Ku, ia men-capai kerajaan Tuhan.î Pencapaian yang demikian
sangatlah jarang. Dan ada perbedaan nyata baik di dalam Alkitab
maupun Veda antara surga dan Kerajaan Tuhan. Orang-orang
yang ber-kebajikan dan saleh boleh jadi masuk surga, tetapi
hanya pe-nyembah-murni Tuhan yang dapat pergi ke Kerajaan
Tuhan. Hal ini jarang dicapai. Surga adalah tempat yang ì baik,î
tetapi Kerajaan Tuhan adalah ì transenden.î Dengan kata lain,
36 DIALOG TIMUR-BARAT

Kerajaan Tuhan berada melampaui baik dan buruk dualitas dunia


ini. Tempat itu adalah persinggahan terakhir.
Pastur Hart: Saya punya satu pertanyaan, dan saya ingin tahu
apakah ada jawabannya di dalam Veda. Melalui jenis kehidupan
yang mana kita memasuki wujud manusia ini?
Satyaraja Dasa: Ya, tradisi Veda menguraikan tentang hal ini
de-ngan cukup jelas. Tetapi ada variabel. Dijabarkan hirarki
dasar wujud-wujud badan... Roh berevolusi dari badan ikan ke
kehi-dupan tumbuh-tumbuhan. Dan kemudian berevolusi ke
serangga, burung, dan akhirnya binatang berkaki empat. Dari
sini, kita men-dapati ada tiga gerbang menuju wujud manusia...
Pada dasarnya, jika roh lahir sebagai manusia dalam sifat-sifat
kebaikan, dia datang melalui badan sapi. Manusia dalam sifat
nafsu datang melalui ba-dan singa. Dan manusia dalam sifat-sifat
kebodohan datang me-lalui badan monyet... Ini uraian umum...
Tentu saja, untuk menca-pai evolusi manusia kelas tinggi, dalam
sifat kebaikan, secara umum seseorang berevolusi melalui banyak
wujud manusia... Ini pengertian lain tentang hal tersebut...
Pastur Hart: Tidak diragukan lagi bahwa hal ini ditentukan oleh
sifat-sifat alam yang menguasai seseorang, sebagaimana yang
pernah Anda katakan, secara umum kita semua adalah sebuah
kombinasi dari tiga sifat alam ini... Sungguh menarik...
Satyaraja Dasa: Ya. Secara umum, inilah aturannya, meskipun
ada perkecualian-perkecualian. Namun, pengetahuan ini
hanyalah bersifat akademis, sedikitnya dalam satu makna, sebab
melalui pintu mana pun kita memasuki badan manusia, kewajiban
utama kita sama: kita harus berserah diri kepada Tuhan dan
kita harus memulainya dengan cara keluar dari konsep hidup
badaniah. Langkah pertama sekali dalam keinsafan jati diri adalah
memahami identitas diri kita yang berbeda dengan badan. Tidak
ada soal melampaui keadaan ini jika langkah pertama tersebut
tidak di-insafi sepenuhnya.
Bukan posisi saya untuk mengajari Anda, tetapi saya pikir ke-
banyakan agamawan dewasa ini bahkan belum sampai pada
tingkat dasar ini. Inilah salah satu alasan mengapa kita masih
DIALOG TIMUR-BARAT 37
memposisikan diri dengan sebutan ì agama Andaî dan ì agama
saya.î Kita menilai melalui pakaian luar. Kita belum mengembang-
kan kemampuan untuk melampaui penglihatan badaniah bah-
kan dalam kaitan dengan diri kita sendiri (yang merupakan
pe-ngalaman terdekat kita). Secara alamiah, tanpa disadari kita
meluaskan penyamaan diri yang salah dengan pakaian luar ini
dan kita menyebut diri sebagai ì orang Kristenî atau ì orang Hinduî
karena badan kita dilahirkan dalam keluarga Kristen atau Hindu.
Tetapi identitas sejati kita bukanlah badan ini dan, identitas kita
melampaui sebutan-sebutan badan. Kita adalah roh yang murni
bersifat spiritual. Bagian tak terpisahkan dari Krishna. Dan kita
menjadi religius dengan cara mengembangkan rasa cinta kepada
Tuhan, bukan dengan memberi cap menurut sebutan badaniah
atau keluarga, bahkan jika hal itu terasa sebagai sikap religius.
Pastur Hart: Itu hal yang sangat mendalam. Saya tidak
mengatakan bahwa saya setuju dengan segala yang Anda
katakan tetapi se-cara pasti Anda telah memberi saya bahan
pemikiran. Pandangan ì non sektarianî yang Anda ketengahkan
juga diajarkan oleh para mistikus (ahli kebatinan) Kristen,
beberapa di antaranya kenya-taannya bahkan tidak begitu mistis.
Santo Agustinus sendiri, se-telah menjadi pendiri aliran ortodok,
disebutkan pernah berkata: ì Agama yang diajarkan Yesus ada
lebih dahulu daripada apa yang sekarang dikenal sebagai agama
Kristen.î
Berbagai interpretasi atas pernyataan ini meliputi pandangan-
pandangan yang sangat Katolik, universal, dan bersifat non-
sektarian.
Menurut saya ada agama ì biasa,î jika Anda berkenan, dan ada
agama ì transendenî , atau rohani. Anda menekankan sisi tran-
senden, tetapi tidak semua orang mampu merangkul sisi ini. Juga,
ini belum tentu cocok bagi semua orang.
Satyaraja Dasa: Dalam hal ini saya tidak setuju dengan pendapat
Anda. Yang saya bicarakan adalah intisari dari kebenaran
agama. Benar, bisa jadi ada dua level agama yang berbeda,
yaitu agama biasa dan agama transenden, seperti yang Anda
38 DIALOG TIMUR-BARAT

katakan. Tetapi wahyu Veda dimaksudkan untuk mengantarkan


semua orang secara bertahap sampai level tertinggi itu. Tidak
membiarkan mereka membusuk di dalam liang pemahaman
yang salah. Jika Anda memberi seseorang kebenaran-sebagian,
Anda sedang mem-bohonginya. Mereka hendaknya mengetahui
tujuan tertinggi, dan menurut cara-cara dan sarananya, mereka
hendaknya berusaha mencapai hal itu. Sabda-sabda Krishna
di dalam Bhagavad-gita disimpulkan dengan perintah untuk
meninggalkan agama ì biasaî dan memeluk agama ì transenden.î
Agama transenden terwujud dalam penyerahan diri sepenuhnya
kepada kaki-padma Tuhan.
Pastur Hart: Saya mengerti. Ya, jika Anda menempatkannya de-
ngan cara demikian, saya langsung setuju. Tetapi pembicaraan
ini mengingatkan saya akan pertanyaan-pertanyaan yang meng-
hantui saya sejak masa muda.
Sebagai contoh, kita berbicara tentang evolusi sang roh
melewati bermacam-macam jenis kehidupan di dunia material ini.
Tetapi hal ini secara alami menimbulkan pertanyaan yang lebih
mendasar: mengapa sejak awal ada dunia material ini?
Satyaraja Dasa: Dunia material adalah sebuah manifestasi yang
memang diperlukan terkait kesempurnaan Tuhan.
Pastur Hart: Mengapa demikian?
Satyaraja Dasa: Tuhan memiliki banyak potensi, dan potensi-
potensi ini meliputi energi yang terbatas maupun yang tanpa
batas. Tuhan pasti memiliki keduanya, bukan? Jika salah satu
energi ini tidak dimiliki oleh Tuhan, maka Tuhan tidak bisa
disebut sem-purna. Maka itu bukanlah Tuhan. Jadi, dunia material
adalah per-wujudan dari energi-terbatas Tuhan, yang harus
ada sehingga Tuhan disebut sempurna dan dengan demikian
merupakan bagian penting dari Tuhan.
Pastur Hart: Oke, saya bisa menerima hal itu. Cukup masuk
akal. Tetapi itu tidak menjelaskan mengapa kita datang ke mari.
Apakah kita tidak berbahagia secara sempurna dalam hubungan
kita de-ngan Tuhan di kerajaan Tuhan? Bagaimanakah pandangan
Veda mengenai hal ini?
DIALOG TIMUR-BARAT 39
Satyaraja Dasa: Kita adalah bagian tak terpisahkan dari Tuhan.
Kita bagaikan sampel kecil dari Yang Mahakuasa. Sifat apa pun
yang dimiliki oleh Tuhan secara penuh, kita juga memilikinya,
tapi dalam skala yang kecil. Sebagai contoh, Tuhan memiliki se-
luruh kekuatan, ketampanan, kekayaan, kemasyhuran, penge-
tahuan, dan ketidakterikatan. Sebagai bagian dari Tuhan, kita juga
memiliki sifat-sifat tersebut, tapi dalam skala kecil.
Kemudian, salah satu dari sifat-sifat Tuhan adalah bahwa Tuhan
bebas sepenuhnya inilah yang membuat Dia adalah Tuhan. De-
mikian pula, sebagai bagian tak terpisahkan dari Tuhan, kita
me-miliki kebebasan kecil. Bagaimanapun, jika Tuhan tidak
memberi kita kebebasan, lalu bagaimanakah kita dapat memilih
untuk men-cintai-Nya? Maka itu akan menjadi pemaksaan, dan
tidak bisa benar-benar dipandang sebagai cinta. Jadi, Tuhan
memberi kita pilihan dan secara alamiah beberapa di antara kita
menyalah-gunakan pilihan itu, dan mereka memutuskan untuk
meninggal-kan Tuhan. Tetapi, kitab suci Veda menegaskan
bahwa hanya sejumlah kecil saja roh-jiva yang benar-benar
meninggalkan Tuhan. Dijelaskan bahwa hanya seperempat
bagian saja dari keseluruhan eksistensi ada di sini bagi roh-roh
yang membangkang tersebut. Sementara sebagian besar tetap
dalam kedudukan dasarnya se-bagai pelayan kekal Tuhan.
Makhluk hidup dalam jumlah yang tanpa batas selalu melayani
Tuhan secara kekal, dan hanya be-berapa saja yang cenderung
jatuh ke dunia material ini.
Pastur Hart: Tetapi pertanyaan saya...
Satyaraja Dasa: Saya akan menuju ke situ. Tetapi, saya perlu
memberikan informasi latar belakang. Sekarang pertanyaan Anda:
di antara beberapa yang memang jatuh itu, mengapa bahkan ada
satu saja yang ingin meninggalkan dunia spiritual yang sempurna
itu? Benar demikian pertanyaan Anda?
Pastur Hart: Ya.
Satyaraja Dasa: Seperti sudah saya jelaskan, kita adalah bagian
tak terpisahkan dari Krishna, sehingga kita juga memiliki sifat-sifat
40 DIALOG TIMUR-BARAT

seperti Krishna, tapi dalam skala kecil. Oke. Sekarang salah satu
dari sifat-sifat Krishna adalah Penikmat Tertinggi. Jadi kita juga
pasti memiliki kecenderungan untuk menikmati dalam takaran
kecil. Kenikmatan mengisyaratkan personalitas dan rasa rasa
inilah esensi jawaban saya atas pertanyaan Anda.
Beberapa orang menyukai makanan yang banyak jenisnya, dan
mewah, sementara ada orang lain yang hanya menyukai nasi.
Keduanya ingin menikmati, tapi yang satu ingin sesuatu yang
me-wah dan yang lain suka yang sederhana. Itulah yang disebut
rasa. Keanekaragaman rasa berasal dari dunia spiritual, sehingga
rasa itu bisa terefleksi di sini secara terbalik. Rasa baik dan rasa
yang tidak begitu baik.
Kenikmatan sempurna ada di dunia spiritual, sementara ke-
nikmatan dan kepuasan yang lebih rendah atau tidak sempurna
terdapat di dunia material ini. Kemudian, ketika pada awalnya,
masih di kerajaan Tuhan, terbetik pada diri kita cita rasa yang
le-bih rendah, hal itu masih tetap dalam bentuk pelayanan
suci sebab tidak begitu mudah bagi kita untuk meninggalkan
pelayanan suci tersebut. Kerajaan Tuhan adalah alam cinta kasih
dan pe-layanan tidak ada hal lain di sana. Kita tidaklah menjadi
iri hati di dunia spiritual, seperti yang sering dikatakan. Tidak.
Tidak ada sifat material seperti rasa iri tersebut bisa muncul di
dunia spiritual. Yang terjadi adalah bahwa kita ingin melayani
Krishna dengan cara yang lebih rendah, suatu cara yang tidak
diperlukan di dunia spiritual.
Sebagai contoh, kita barangkali ingin melayani Tuhan
sebagai pencipta. Mengingat bahwa di dunia spiritual tidak ada
penciptaan maupun peleburan di sana kekal pelayanan sebagai
pencipta hanya dapat terlaksana di tempat lain. Di dunia material.
Itulah sebabnya kita lahir sebagai dewa mulia, seperti Brahma,
dan kita melayani sebagai pencipta. Perhatikan bahwa kita
masih melayani. Tapi, dalam wujud Dewa Brahma sekarang kita
berada di dunia material kesulitan mulai muncul, dan tanpa dapat
dihindari kita jatuh semakin merosot ke dalam jenis kehidupan
DIALOG TIMUR-BARAT 41
yang lebih ren-dah. Dengan cara demikian, keterikatan dan
berbagai sifat material yang lebih rendah berkembang. Sifat-sifat
ini menghantui dan menyiksa kita kelahiran demi kelahiran.
Lambat laun kita tersadar kembali, dan sewajarnya kita meningkat,
bertemu seorang pe-nyembah-murni Tuhan ketika akhirnya kita
siap dan maju kem-bali kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Tapi, marilah kita kembali ke belakang sebentar. Perlu juga di-
tekankan bahwa terdapat unsur-unsur tertentu yang melekat pada
ranah kenikmatan tingkat rendah yang barangkali cocok dengan
cita rasa kita. Misalnya, di dunia material kita dapat menjadi pusat
perhatian, bukannya Krishna. Jadi, ketika kita memiliki rasa yang
rendah seperti itu yang terlahir dari sifat iri hati dan nafsu (ini
sangat disederhanakan) maka kita harus memuaskannya di alam
yang rendah. Itulah sebabnya dunia material diciptakan agar
kita dapat memainkan kegiatan yang menyimpang itu yakni me-
nuruti rasa yang lebih rendah tersebut dan sibuk dalam sebuah
pelayanan yang lebih rendah.
Tetapi, kita hanya dapat memainkan hal itu secara sementara
saja, dan berangsur-angsur Krishna memperlihatkan kepada
kita sifat lebih rendah yang sebenarnya dari cita rasa kita itu.
Dengan demikian kita mengembangkan suatu rasa yang lebih
tinggi seiring berjalannya waktu, dan secara sukarela kita kembali
kepada Tuhan. Ini seperti timbulnya rasa untuk merokok. Dan
kemudian ketika kita menderita sakit karena berusaha memenuhi
hasrat tersebut, kita menjadi sadar lalu meninggalkan kebiasaan
buruk itu, kemudian sedikit demi sedikit mengembangkan rasa
yang lebih tinggi ketika racun rokok sudah keluar dari pembuluh
darah. Maka kemudian kita akan heran mengapa kita bisa sampai
me-rokok.
Pastur Hart: Sangat menarik. Ini merupakan jawaban yang
sangat memuaskan, lebih dalam dari apa yang saya bayangkan
pada a-walnya. Aquinas memberikan penjelasan yang mirip
dalam bu-kunya berjudul Summa Theologiae tetapi sekarang
ini menjadi sangat jelas. Anda tahu, masih akan ada orang-orang
yang tidak dapat mengikuti logika yang kuat ini.
42 DIALOG TIMUR-BARAT

Satyaraja Dasa: Orang yang demikian setidak-tidaknya dapat


memahami contoh berikut: jika Anda sedang tenggelam dan se-
seorang melemparkan seutas tali kepada Anda untuk menyela-
matkan diri Anda, apa yang akan Anda lakukan?
Pastur Hart: [tertawa] Anda raih tali itu untuk menyelamatkan
nyawa Anda!
Satyaraja Dasa: Benar. Anda tidak akan mulai merenungkan ba-
gaimana bisa Anda berada di dalam air atau bagaimana bisa Anda
mengalami keadaan yang menyulitkan tersebut. Ada waktu untuk
memikirkan hal itu nanti. Anda juga tidak akan bertanya kepada
orang yang melempar tali itu ì Siapakah Anda? Apakah ini tali
ter-baik yang Anda miliki?î Tidak. Jika Anda sedang tenggelam,
segera pegang tali itu! Jadi kita sudah tenggelam dalam lautan
yang disebut dunia material ini. Bagaimana sampai kita ada di
sini, adalah ma-salah kedua. Perhatian utama adalah kembali
kepada Tuhan.
Pastur Hart: Bravo! Saya setuju sepenuhnya. Apakah Anda pikir
bahwa setelah kita kembali kepada Tuhan kita bisa jatuh lagi ke
dunia ini? Bagaimanapun, rasa kita yang lebih rendah bisa jadi
kambuh lagi.
Satyaraja Dasa: Tentu tidak. Secara mayoritas tidak. Di dunia
ini, jika seseorang menderita kanker atau penyakit serius lainnya
yang mengancam jiwa sebagai akibat dari kebiasaan buruk seperti
makan daging rasa lebih rendah mereka itu akan segera dihen-
tikan, setidaknya jika ia cerdas. Poinnya sebagai berikut: ketika
satu-satunya pilihan adalah kematian, Anda mulai serius mem-
pertimbangkan prioritas Anda. Anda akan heran betapa cepatnya
cita rasa seseorang berubah. Jika itu adalah penyakit yang dapat
dikendalikan oleh tingkah laku, perhatikan saja dan lihatlah per-
ubahan vital yang seringkali terjadi. Dan, pada saatnya, Anda
pasti mengembangkan rasa yang lebih baik untuk diri Anda
sen-diri. Tentunya, ada saja orang yang tidak mau belajar dari pe-
ngalaman mereka. Orang-orang yang malang dan keras kepala
seperti itu jarang adanya. Kebanyakan orang akan bekerja keras
untuk memperbaiki kembali cita rasa buruk mereka terutama jika
DIALOG TIMUR-BARAT 43
nyawa mereka taruhannya.
Lebih jauh hendaknya dicatat bahwa orang yang kembali ke
tempat tinggal Krishna, dijamin oleh Krishna bahwa mereka tidak
akan kembali lagi ke negeri kelahiran dan kematian yang tidak
menyenangkan ini. Tempat bermain yang penuh penderitaan
yang secara keliru kita sebut ì rumah.î Krishna mengatakan hal
ini secara langsung di dalam Bhagavad-gita. Ketika pada akhirnya
kita tersadar, Krishna mengatakan bahwa kita tidak akan pernah
kembali lagi ke dunia material ini.
Pastur Hart: Terimakasih.
Satyaraja Dasa: Hare Krishna.
44 DIALOG TIMUR-BARAT
DIALOG TIMUR-BARAT 45

BAB DUA
*VEGEtARIANISME*
*KEYAKINAN DAN KEGIAtAN*
*BELAS KASIH & KARUNIA*
*ARIStOtELES & AQUINAS*
*JANGAN MINUM MINUMAN KERAS*
*SANtO FRANSISKUS*
*KUASA*
*KEbAIKAN UNtUK SEMUA MAKHLUK*

Pastur Hart: Sejak saya membaca buku Anda, Makanan untuk


Sang Jiwa: Vegetarianisme dan Agama-Agama Dunia (Food for
The Spirit: Vegetarianism and The Wold Religions), saya telah
me-ninggalkan kebiasaan makan daging. Itu hal yang sudah
sejak la-ma saya pertimbangkan. Tapi buku Anda telah banyak
menolong saya. Buku itu memberi saya persepektif teologi yang
sangat men-dalam mengapa daging harus ditinggalkan.
Sejak berhenti makan daging, saya merasa lebih sehat dan lebih
terhubung dengan karya-karya Tuhan, dengan semangat yang ada
pada benda-benda hidup. Dalam hal ini ajaran Veda nam-paknya
lebih dinamis dibandingkan ajaran-ajaran diet keagamaan tradisi
spiritual lainnya. Dalam tradisi Kristen, tentunya, ada santo agung
seperti Santo Fransiskus, yang juga menganut ajaran ini, tapi saya
rasa dalam Veda hal ini ditekankan lebih tandas.
Satyaraja Dasa: Tradisi Veda, yang mengakui adanya satu jenis
roh pada semua makhluk hidup, sewajarnya menekankan ahimsa,
atau ì tidak menyakiti,î dan hal ini seringkali diperluas menjadi
paham vegetarian. Khususnya para Vaishnava, mereka mening-
galkan makanan dari unsur daging, ikan dan telur. Mereka adalah
lacto-vegetarian.
46 DIALOG TIMUR-BARAT

Tetapi alasan di balik diet mereka pada dasarnya hanya sebagian


saja karena mereka tidak ingin menyakiti makhluk hidup lain.
Alasan yang lebih utama mengapa mereka menjadi vegetarian
di-landasi oleh perintah kitab suci bahwa Tuhan hanya menerima
makanan-makanan lacto-vegetarian sebagai persembahan korban
suci. Penyembah Tuhan yang penuh rasa cinta mempersembahkan
kepada Tuhan hanya apa yang berkenan diterima oleh Tuhan
se-bagai korban suci, dan kemudian para penyembah dengan
suka-cita menerima ì sisaî persembahan itu sebagai makanannya.
Secara tradisi ini disebut prasadam atau ì karunia Tuhan.î Menurut
tradisi Veda, hanya prasadam seperti itulah yang patut dimakan
oleh orang yang ingin mengembangkan cinta kasih rohani kepada
Tuhan. Jika prasadam ini dibagikan kepada orang lain, potensi
rohaninya bahkan menjadi lebih besar. Dalam keadaan mana
pun, makanan suci ini dipandang tidak berbeda dengan Tuhan,
karena makanan demikian telah memiliki sifat-sifat seperti Tuhan
melalui hubungan cinta kasih rohani...
Pastur Hart: Itu seperti apa yang dilakukan dalam Misa Kudus,
dimana Roti Suci dipandang tidak berbeda dengan badan Kristus,
dan minuman anggur tidak berbeda dengan darah beliau.
Satyaraja Dasa: Ya, ada kemiripan. Tetapi, kami mengadakan
Komuni tiga kali sehari! Dan prasadam adalah makanan sung-
guhan bukan sebagai pengganti,yang berupa hanya satu jimpit
roti dan setetes minuman anggur. Prasadam adalah hidangan
lengkap; setiap suap makanan yang masuk ke dalam mulut pe-
nyembah Tuhan diubah menjadi badan Tuhan. Dengan cara
demi-kian, para penyembah Tuhan sebenarnya dipeliharan oleh
karunia Tuhan.
Dengan kata lain, seorang Vaishnava makan hanya makanan
yang sudah dipersembahkan sebagai sakramen (korban suci)
kepada Tuhan. Orang lain mungkin makan makanan yang demi-
kian hanya pada hari Minggu, atau setidaknya tatkala mereka
terinspirasi untuk berbuat demikian.
Pastur Hart: Kebetulan, sebagai orang yang tidak minum
DIALOG TIMUR-BARAT 47
minuman keras, Anda pasti senang mendengar bahwa minuman
anggur, yang sekarang dibagikan sebagai darah Kristus, tidak
selalu di-gunakan dalam upacara itu. Setidaknya itulah yang
dikatakan oleh ahli-ahli terhormat tertentu. Mulanya, menurut
satu pandang-an, yang dimaksudkan itu adalah sari buah anggur.
Pada zaman Alkitab, Anda tahu, semua hasil olahan anggur di-
sebut minuman anggur, baik difermentasi ataupun tidak. Inilah
yang mereka klaim saat ini. Ada tiga belas kata berbeda yang di-
gunakan dalam bahasa Hibrani dan Kaldea, dan ada empat dalam
bahasa Yunani. Kata umum dalam bahasa Yunani adalah oinos.
Kata bahasa Yunani ini sama dengan yayin atau yain dalam ba-
hasa Hibrani, vinum dalam bahasa Latin, dan wine dalam bahasa
Inggris. Kendatipun demikian, dalam penggunaan bahasa kuno
dalam Alkitab, yang dimaksud oleh kata-kata itu hanyalah sari
buah anggur.
Di dalam Septuagint, Alkitab dalam versi Yunani, bahasa Hibrani
untuk sari buah anggur diterjemahkan sebanyak tigapuluh tiga
kali menjadi oinos dalam bahasa Yunani. Oinos juga digunakan
untuk menunjuk minuman jenis lainnya, seperti buah tunjung
dan kurma.
Satyaraja Dasa: Apakah ini pendapat Anda, atau dapatkah Anda
mengutip para ahli atau otoritas yang lain dalam bahasan ini?
Pastur Hart: Oh, tentu. Hal ini hampir merupakan pengetahuan
umum di kalangan para ahli sejarah Perjanjian Lama. Menurut
Profesor Samuel Lee dari Cambridge, akar kata dari kata bahasa
Hibrani yang kita diskusikan ini adalah yain atau wine, minuman
anggur. Tetapi bahkan Profesor Lee mengakui bahwa pada zaman
Alkitab kata itu tidak mengacu pada minuman keras yang dibuat
melalui fermentasi. Lebih menunjuk pada sirup kental tidak me-
mabukkan yang dihasilkan dengan cara merebus. Proses merebus
ini membuat sari buah anggur tahan lama dan bisa disimpan. Jadi
kita hendaknya jangan berpikir bahwa nabi-nabi zaman Alkitab
mengizinkan konsumsi minuman keras. Yang dimaksud wine
(mi-numan anggur) pada zaman itu adalah sari buah anggur.
Satyaraja Dasa: Jadi, minuman keras dilarang pada zaman
48 DIALOG TIMUR-BARAT

Alkitab?
Pastur Hart: Oh, tentu saja. Kita ketahui dari Alkitab bahwa mi-
numan keras menimbulkan ketagihan (Amsal 23.35), bermuara
pada kelaliman (Amsal 4.17), dan menjauhkan si peminum dari
Tuhan (Amos 6.6).
Satyaraja Dasa: Sangat menarik...sungguh...dan saya hanya ber-
harap bahwa orang Kristen awam akan belajar dari semua ini.
Tetapi, saya ingin kembali sebentar kepada masalah vegetarian
ini. Dalam riset saya atas tradisi Kristen, saya menemukan bahwa
mereka juga menganjurkan vegetarian, setidaknya pada suatu
ma-sa dalam sejarah Kristen. Sudah pasti demikian halnya pada
masa-masa awal Pendiri Gereja. Tetapi bagian yang membuat
pikiran saya bertanya-tanya adalah: kapan ini terhenti? Bagaimana
kea-daan yang mengelilingi masa dipopulerkannya makan daging
da-lam tradisi Kristen?
Pastur Hart: Saya pikir kebiasaan makan daging dapat dilacak
sampai zaman Kaisar Konstantin, pada permulaan abab keempat...
Oh, ya, ini menyangkut Maklumat Milan... Anda tahu, Konstantin
bukanlah seorang teolog. Ia hanyalah seorang politisi, dan Ke-
kristenan yang lebih sederhana diwariskan kepadanya î cukup
beriman saja kepada Yesus.î
Satyaraja Dasa: Saya pikir itu adalah doktrin Paulus... Walau
Paulus tidak pernah bertemu Yesus secara fisik. Tetapi, dia me-
miliki keberanian untuk berbantah dengan murid-murid Yesus
tentang doktrin. Dia berbantah dengan mereka yang belajar secara
langsung dari Yesus!
Pastur Hart: Yah, Anda mungkin akan menemui masalah dengan
pemikiran seperti itu. Terjadi salah kaprah umum bahwa Paulus
berselisih paham dengan murid-murid Yesus, terutama karena ia
menitikberatkan iman. Tetapi, harus diingat bahwa Paulus meng-
gunakan kata bahasa Yunani pistis, yang artinya bukan hanya
ì keyakinanî atau ì kepercayaan,î seperti yang dimengerti pada
umumnya, tetapi kata itu juga bermakna ì penyerahan diri sepe-
nuhnya.î Kata itu mengisyaratkan penerapan nyata dari iman.
Jadi, kata-kata Paulus ì cukup beriman sajaî tidaklah sesederhana
DIALOG TIMUR-BARAT 49
itu. Doktrin Paulus belakangan dikacaukan oleh para politisi dan
orang-orang yang tidak bertanggung jawab, tapi...
Satyaraja Dasa: Saya paham. Jadi Paulus bersama para rasul
me-nyatakan bahwa orang hendaknya mengikuti hukum lama ter-
masuk diet makanan.
Pastur Hart: Bukan hanya hukum itu sendiri. Paulus juga mene-
kankan spirit di balik hukum itu. Ini cukup rumit. Cukuplah
dikata-kan bahwa orang bisa mendapatkan bukti kuat untuk
menjalani kehidupan vegetarian berdasarkan pada hukum lama,
Torah, se-perti yang Anda kutip dalam buku Anda Makanan untuk
Sang Jiwa. Tetapi, beberapa orang juga mengatakan bahwa Paulus
menolak hukum-hukum itu. Namun, Yesus sendiri menyatakan
bahwa hukum ini harus diikuti setidaknya menurut Matius. Tapi
Paulus, dalam satu makna, mengatakan ì tidakî  hal yang penting
adalah iman kepada Yesus.
Satyaraja Dasa: Jadi, dalam satu makna, yang saya maksudkan
masihlah tetap demikian. Oleh karena doktrin Paulus lebih me-
narik bagi Kaisar Konstantin tidak persis doktrin Paulus, melain-
kan penyimpangan dari doktrin Paulus, yang menyatakan bahwa
ì keyakinanî hanyalah ì kepercayaanî dan bukan penerapan nyata
keimanan bentuk Kekristenan yang demikianlah yang dipeluk
oleh Kekaisaran Roma, dan norma-norma pada akhirnya ditetap-
kan oleh mereka yang sedang berkuasa. Ajaran Kristen yang asli
dan murni akhirnya dikaburkan oleh penyimpangan atas ajaran
Paulus. Sebenarnya, saya bahkan pernah membaca bahwa ahli-
ahli agama masa kini mencibir dengan menyebut Kristen modern
sebagai ì Pauliani,î atau ì Gerejani,î tapi mereka jarang menye-
butnya sebagai ì Kristiani.î
Pastur Hart: Kembali, Anda mengatakan bahwa ì Konstantin
memilihî ajaran Kristen Paulus. Saya tidak tahu apa kita bisa
me-nyebutnya sebagai pilihan secara sadar. Konstantin bukanlah
seorang teolog. Ia dan para politisi lainnya hanyalah tertarik
untuk menjadikan Kristen ì dapat diterima secara sosial.î Dan
hal inilah, dapat dikatakan sebagai saat di mana tradisi Kristen
paling banyak menderita.
50 DIALOG TIMUR-BARAT

Bagaimanapun, sudah tentu benar bahwa seiring perjalanan


sejarah, jenis keagamaan ì cukup beriman sajaî inilah yang
kemu-dian mengizinkan orang-orang Kristen makan daging.
ì Perbuatanî tidak masuk hitungan. Jadi, apa yang Anda makan
(yang dipan-dang sebagai ì perbuatanî atau ì tindakkan,î yang
tidak sama de-ngan ì keyakinanî ) bukan hal penting hanya apa
yang diyakini itu yang penting. Siapa yang akan menduga bahwa
makanan kita akan mempengaruhi iman kita, atau sebaliknya?!
Tentu saja, orang Kristen yang cerdas segera menyadari bahwa
iman tanpa perbuatan tidaklah berguna, sebagaimana yang dise-
butkan di dalam Alkitab. Lagi pula, hal ini bahkan tersirat di dalam
ajaran Paulus, ketika Paulus menggunakan kata pistis. Jadi, iman
dan perbuatan itu berhubungan. Dan, saya kira ini jelas, bahwa
jika Anda benar-benar beriman kepada Yesus jika Anda men-
cintai Yesus, seperti yang Yesus katakan Anda akan mematuhi
perintah-perintahnya. Ini meliputi semua hukum Perjanjian Lama,
seperti Janganlah Engkau Membunuh.
Tetapi, ini sudah agak direndahkan. Kaum Protestan terutama
Kristen dari ordo ì Lahir Kembaliî  siapa pun mereka mene-
kankan iman daripada perbuatan, meskipun Alkitab benar-benar
mengajarkan bahwa dua hal ini harus berjalan seiring. Saya pikir
permasalahan dimulai ketika Paulus mencoba mengajarkan ke-
pada kaum Pharisi, yang sangat gandrung dengan perbuatan/
pekerjaan. Saya pikir kemudian dia mencoba melangkahi
dengan memperlihatkan kepada mereka pentingnya iman. Dan,
sebagai akibatnya, pentingnya perbuatan dihapus. Sehingga pada
akhirnya kita mewarisi suatu iman yang bias.
Satyaraja Dasa: Keterangan yang luar biasa! Ceritakanlah kepada
saya, apakah hal ini berakar pada tradisi Perjanjian Lama?
Pastur Hart: Tidak persis demikian. Kenyataanya, pola hidup
ve-getarian dengan mudah didapatkan pembenarannya di dalam
Perjanjian Lama, khususnya apabila Anda membandingkannya
dengan Perjanjian Baru, yang sedikit agak samar-samar ketika
menyangkut masalah diet.
DIALOG TIMUR-BARAT 51
Perjanjian Lama menyebutkan bahwa seseorang harus dengan
cermat melindungi kesehatan dan nyawanya (Daut 4.15). Ini bisa
dianggap sebagai pengesahan atas vegetarian. Terutama dewasa
ini, ketika telah didokumentasikan secara menyeluruh bahwa ve-
getarian secara meyakinkan adalah lebih sehat daripada makan
daging.
Satyaraja Dasa: Tentu saja, akan ada orang yang beragumentasi
bahwa vegetarian tidak benar-benar lebih sehat. Mereka menga-
takan bahwa hanya orang aneh dan orang gila yang mendukung
pandangan ini. Tapi kemudian biarlah mereka melakukan studi
atas karya sangat meyakinkan dari almarhum Paavo Airola,
otoritas terkemuka dunia di bidang nutrisi dan biologi alamiah.
Atau biar-lah mereka mencermati Jurnal Asosiasi Medis Amerika
, atau Jurnal Nutrisi Klinis Amerika, atau bahkan Review Borden
atas Riset Nutrisi, yang lebih ortodok. Semua referensi ini sangat
kuat mendukung vegetarian sebagai diet yang lebih sehat
daripada makanan yang mengandung daging.
Pastur Hart: Bagaimanapun, jika perintah untuk melindungi
ke-sehatan masih belum cukup, masih ada perintah Perjanjian
Lama yang lain yang bahkan lebih jelas: ëtzarbaalay hayyim. Ini
dalam bahasa Hibrani asli, dan diterjemahkan seperti ini: Manusia
se-harusnya memiliki belas kasih terhadap binatang. Jadi, jika
kita menggabungkan kedua perintah ini, vegetarian nampaknya
meru-pakan kesimpulan yang wajar. Sayangnya, sangatlah sedikit
orang berpandangan seperti itu...
Satyaraja Dasa: Tradisi Perjanjian Lama rupanya memiliki pan-
dangan yang mendalam mengenai hak-hak binatang. Seperti
Talmud misalnya, yang menyebutkan, ì Jika hati manusia menjadi
berbangga, katakan kepadanya, bahwa lalat-kecil telah mengalah-
kan kamu dalam soal menciptakan...î Tapi, mari kita kembali
sebentar pada ajaran Kristen...
Pastur Hart: Ya, saya ingin menjawab pertanyaan awal Anda.
Saya pikir pembenaran untuk makan daging benar-benar dimulai
dari Aristoteles, terutama dalam lingkungan Kristen. Tentu saja
dia banyak dipengaruhi oleh Thomas Aquinas.
52 DIALOG TIMUR-BARAT

Pandangan para pengikut Aristoteles-Aquinas ini, yang hampir


tergolong sebagai pengikut Descartes, pada dasarnya menganggap
bahwa binatang ada di bumi ini untuk kenikmatan kita, tanpa
bi-natang itu sendiri memiliki suatu tujuan. Orang-orang Kristen
mo-dern kebanyakan memeluk pandangan seperti ini terhadap
dunia, pandangan yang kurang lebih bersifat egosentris.
Kemudian, terdapat aliran pemikiran lain dalam Kristen tradi-
sional, dan ini mungkin bisa disebut pandangan para pengikut
Agustinus-Fransiskus. Golongan ini termasuk dalam lingkup
pemi-kiran Plato dan pada dasarnya mengajarkan bahwa semua
makh-luk adalah saudara, di bawah Bapa yang sama yaitu Tuhan.
Barangkali masih diingat bahwa Santo Fransiskus adalah Santo
Pembela Binatang (Patron Saint of Animal), dan ia mengajarkan
tentang hubungan yang sangat dekat segala sesuatunya di bawah
Tuhan. Juga, saya pikir, sejalan dengan garis ini, apabila Yesus
sungguh-sungguh hendak dikenal sebagai ì Raja Damai,î bentuk
Kristen yang mengikuti pandangan Agustinus-Fransiskus harus
dipandang sebagai yang lebih otentik, karena lebih memperli-
hatkan sifat-sifat karunia dan belas kasih yang universal. Ini tepat
dan tentu cocok dengan cara hidup vegetarian.
Satyaraja Dasa: Terima kasih. Saya benar-benar menghargai pen-
jelasan itu. Jika tidak demikian, agama Kristen nampak seperti
agama yang tidak memiliki nurani. Bagaimana bisa seseorang,
dengan hati nurani yang bersih, memohon karunia kepada Tuhan
jika ia sendiri tidak siap untuk berkarunia kepada mereka yang
lebih lemah daripada dirinya? Itu benar-benar munafik! Jika kita
berdoa memohon karunia Tuhan sementara kita sendiri tidak
ber-sedia berkarunia kepada mereka yang lebih lemah daripada
diri kita, maka kita tidak lebih daripada orang munafik. Bukankah
demikian?
Kekerasan akan melahirkan kekerasan. Jika kita tidak berkaru-
nia, bagaimana mungkin kita akan bisa menerima karunia? Kita
tidak akan mendapatkannya. Sebaliknya, keadilan surga akan
diperlihatkan. Kita menuai apa yang kita tabur. Ini disebut karma
di Timur.
DIALOG TIMUR-BARAT 53
Pastur Hart: Aha, hukum semesta sebab dan akibat. Saya percaya
sepenuhnya bahwa ada reaksi tragis sebagai akibat dari makan
daging. Cinta kasih Kristen semestinya menjangkau semuanya,
meluas bahkan sampai kaum binatang.
Satyaraja Dasa: Sepanjang sejarah Kristen, ada lagi yang lain...
Pastur Hart: Ya. Pada permulaan masa Kristen Latin dan Romawi
Timur, demikian pula pada periode perkembangan pesatnya
pada Abad Pertengahan, seni Kristen memproklamirkan dengan
lantang pentingnya serta indahnya kerajaan binatang. Binatang
dengan penuh kasih sayang dihadirkan dalam ukiran Kristen,
dalam nas-kah-naskah penjelasan Alkitab, pada jendela-jendela
bergambar, dan juga pada permadani.
Salah satu kutipan favorit saya adalah pernyataan dari Santo
John Chrysostom, dari abad keempat, yang berkata, ì Para santo
penuh cinta kasih dan lemah lembut kepada umat manusia, dan
bahkan kepada binatang buas sekalipun,î dan ì Tentunya kita
harus memperlihatkan kebaikan hati dan kelembutan untuk ba-
nyak alasan, tetapi, di atas semuanya, karena mereka memiliki
asal-usul yang sama dengan diri kita.î Pandangan mengenai asal-
usul yang sama ini khususnya ditekankan oleh Santo Fransiskus,
dan diikuti oleh mereka yang mengaguminya, yang banyak di
antaranya adalah vegetarian.
Dan banyak santo dari masa pemerintahan Raja George, ratusan
tahun sebelum Fransiskus, terkenal akan cinta kasih mereka ter-
hadap binatang. Santo John Zedazneli berkawan dengan beruang
di dekat asramanya; Santo Shio bersahabat dengan serigala; Santo
David dari Geresja melindungi kijang dan burung-burung dari
pemburu, dan ia menyatakan, ì Dia yang saya yakini dan puja,
Dia memelihara dan memberi makan semua makhluk ini, yang
Dia Sendiri telah ciptakan.î Santo-santo awal bangsa Celtic juga
berpihak pada rasa kasih sayang terhadap binatang. Sebagai
con-toh, Santo Wales, Cornwall, dan Britany dari Irlandia, pada
abad kelima dan keenam setelah Masehi, rela menderita demi
saha-batnya yakni kaum binatang, menyembuhkan mereka dan
juga berdoa untuk mereka.
54 DIALOG TIMUR-BARAT

Ini tentunya adalah contoh-contoh yang baik. Tetapi, tidak


dapat diragukan bahwa agama Kristen secara keseluruhan
telah gagal membangun suatu teologi moral yang memuaskan
terkait binatang. Sebaliknya, para resi dan orang-orang suci
Veda semua mendu-kung vegetarianisme dan rasa belas kasih
terhadap binatang. Tapi, sekali lagi, itu terjadi karena memang
Anda memiliki teologi moral yang sangat maju terkait binatang.
Satyaraja Dasa: Menurut Anda, mengapa bagian dari teologi
moral yang begitu penting ini bisa menjadi sangat kurang dalam
tradisi Kristen?
Pastur Hart: Oh. Ada sederet alasan yang secara khusus dijadikan
pembenaran atas perlakuan buruk terhadap binatang. Saya akan
meringkas hal ini menjadi tiga kelompok yang berbeda: (1) Bi-
natang adalah ì hak milik kitaî dan kita dapat ì berbuat apa pun
terhadap mereka sesuka hati kita,î (2) karena binatang ì tidak
memiliki akal-budi,î mereka tidak memiliki roh; dan (3) mereka
tidak merasakan sakit. Studi mendalam terhadap Alkitab mem-
buktikan dengan jelas bahwa argumen-argumen ini tidak memiliki
dasar. Kesusastraan Veda, seperti yang Anda ketahui, bahkan
lebih jelas lagi dalam poin ini. Namun, orang harus memikirkan
hal ini dan menentukan keputusan mereka sendiri.
Satyaraja Dasa: Namun tetap, saya pikir bahwa kesimpulan apa
pun yang dicapai, tanpa dapat dihindari orang pasti sampai pada
hal ini: bahwa cinta dan belas kasih Kristus bersifat universal,
dan sewajarnya meluas sampai kaum binatang, sebab mereka
juga ciptaan Bapa. Orang Kristen sejati harus sampai pada pe-
mahaman ini. Ia harus mengembangkan tingkat kepekaan agama
setinggi ini...
Pastur Hart: Hal ini melampaui agama Kristen, sebagaimana
yang Anda katakan, ini semata-mata merupakan kepekaan
agama yang tidak bersifat sektarian. Khususnya, jika seseorang
ingin menyebut dirinya orang ì Kristen,î dia setidak-tidaknya
hendaknya memper-timbangkan doktrin cinta kasih Yesus yang
luas dan mencakup semua makhluk ciptaan Tuhan. Jika dia
berbuat kurang daripada itu, dia bukanlah orang Kristen.
DIALOG TIMUR-BARAT 55
Satyaraja Dasa: Konsep ì dominasi (kuasa)î adalah satu yang
paling sering saya hadapi. Saya pikir Anda sudah mencatatnya
sebagai yang pertama dari tiga pembenaran atas makan daging
dalam tradisi Alkitab: ì mereka adalah milik kita dan kita boleh
berbuat apa pun yang ingin kita lakukan.î
Pastur Hart: Ini sebenarnya hal yang memalukan. Kata bahasa
Hibrani yang digunakan dalam Alkitab (untuk dominasi) berasal
dari akar kata radah, dikutip sebagai yirdu, yang mengandung
makna pengurusan atau perlindungan. Dengan kata lain, Alkitab
meminta kepada kita untuk memelihara atau melindungi saudara
kita yang lebih lemah bukan membunuh dan memakan mereka.
Sebagai contoh, seorang raja dikatakan memiliki kuasa atas
rakyatnya. Tapi itu bukan berarti bahwa raja boleh memakan
rakyatnya, atau menyakiti mereka. Tidak. Raja harus memelihara
rakyatnya, membantu mereka, dan bahkan mencintai mereka.
Inilah makna ì kuasaî yang dimaksudkan oleh Alkitab.
Saya juga ingin menunjukkan bahwa ayat-ayat Alkitab yang
memberi kuasa atas binatang muncul dalam Kejadian 1.26. Hanya
dalam tiga ayat berikutnya, dalam Kejadian 1.29, diet vegetarian
dianjurkan. Dengan kata lain, Tuhan memberikan kita kuasa
atas binatang dan kemudian hanya dalam tiga ayat berikutnya,
me-larang kita untuk menjadikan mereka makanan. Secara tegas,
kuasa yang diberikan Tuhan kepada kita tidak termasuk men-
jadikan binatang sebagai makanan.
Satyaraja Dasa: Ya, hal itu tercantum di dalam buku saya. Juga,
tepat dalam ayat selanjutnya Kejadian 1.30 Tuhan memberi
kejelasan bahwa binatang memang bernyawa. Jadi, pembenaran
nomor dua juga ditolak. Tuhan bersabda bahwa semua makhluk,
baik di daratan, di lautan, atau di udara memiliki ì roh yang hidup
(nyawa)î di dalam badan mereka. Tuhan menggunakan kata
nephesh untuk ì rohî dan chayah untuk ì hidup.î Ini adalah dua
kata yang sama yang digunakan untuk menguraikan tentang roh
di dalam badan manusia. Jadi, binatang dan manusia memiliki
jenis roh yang sama, setidaknya menurut Alkitab.
56 DIALOG TIMUR-BARAT

Pastur Hart: Ya, ini membuat orang bertanya-tanya mengapa


Aquinas begitu bingung mengenai masalah ini... Dapatkah Anda
menceritakan kepada saya sedikit lagi tentang kode etik yang
terdapat di dalam kitab suci Veda? Saya menyukainya karena hal-
hal seperti ini sangat jelas di dalam teks-teks Veda. Aquinas tidak
akan muncul maksudnya bahwa orang tidak akan mengalami
kebingungan dan masalah terkait dengan doktrin Aquinas jika
mereka mempelajari literatur Veda secara ilmiah.
Satyaraja Dasa: Ya. Itu benar. Berhubungan dengan vegetarian
dan nasib binatang, kitab suci Veda khususnya sangat jelas. Hal
ini penting. Sebelum seseorang mengerti bahwa dirinya bukan
badan dan bahwa ia hendaknya tidak secara bertingkah menyakiti
makhluk hidup lain dua hal mendasar ini tidak ada soal untuk
bisa melangkah lebih jauh. Ini adalah suatu bentuk kematian
spi-ritual kemajuan tidak mungkin dicapai tanpa kejelasan akan
dua hal ini.
Lima ratus tahun yang lalu, Krishna sendiri turun dalam peran
sebagai penyembah-Nya sendiri. Ini adalah manifestasi Tuhan
yang sangat rahasia, yang dikenal sebagai Chaitanya Mahaprabhu.
Ingat buku yang saya berikan beberapa minggu yang lalu, ì Ke-
bangkitan Spiritual India: Detik-Detik Kehidupan Sri Caitanyaî ?
Pastur Hart: Ya, saya hampir selesai membacanya sekarang...
Satyaraja Dasa: Ada satu bab yang menguraikan perjumpaan Sri
Chaitanya dengan Chand Kazi, pemimpin Muslim di Navadwipa,
Benggala Barat.
Pastur Hart: Saya ingat peristiwa itu. Mereka membahas pen-
tingnya vegetarian di dalam Al Qurían dan Veda.
Satyaraja Dasa: Ya, dan ini sangat-sangat penting. Chand Kazi
mencoba menghentikan sanklrtana, pengucapan nama suci
secara beramai-ramai di jalanan. Sri Chaitanya biasa membawa
penyem-bahNya ke jalan, menyanyikan Hare Krishna, Hare
Krishna, Krishna Krishna, Hare Hare, Hare Rama, Hare Rama,
Rama Rama, Hare Hare. Ketika Chand Kazi menolak secara tegas,
Sri Chaitanya bisa saja memberi rincian penjelasan mengenai
nama suci. Pe-mahaman Sri Chaitanya ilmiah, dan Dia telah
DIALOG TIMUR-BARAT 57
menjelaskan me-ngenai pengucapan suara rohani ini banyak
kali sebelumnya.
Namun, terkait kejadian dengan Chand Kazi, Sri Chaitanya tidak
melakukan demikian. Sri Chaitanya memberikan penjelasan ten-
tang vegetarian, yang sangat memberi pencerahan, bukannya
men-jelaskan tentang nama suci yang dicela oleh Chand Kazi. Apa
hu-bungannya? Mengapa berbicara mengenai vegetarianisme,
jika pengucapan nama sucilah yang ditolak oleh Chand Kazi?
Pastur Hart: Saya paham. Oleh karena seseorang tidak akan me-
ngerti hal yang lebih dalam jika ia tidak menangkap sepenuhnya
rasa belas kasih Tuhan, Sri Chaitanya memulai penyampaian-Nya
dengan penjelasan tentang vegetarian.
Satyaraja Dasa: Tepat. Chand Kazi tidak akan mengerti
tentang cinta kasih kepada Tuhan dan pentingnya pengucapan
nama suci Tuhan dengan penuh rasa cinta. Itulah sebabnya Sri
Chaitanya menjelaskan pentingnya vegetarianisme, belas kasih
yang melan-dasinya dan penglihatan spiritual yang lebih luas.
Untuk menopang pandangan-pandangan-Nya, Sri Chaitanya
menggunakan baik ayat-ayat Al Qurían kitab suci Kazi sendiri dan
kitab suci Veda.
Guru spiritual saya sendiri, Sri Srimad A.C. Bhaktivedanta Swami
Prabhupada, juga berusaha melakukan pendekatan seperti itu.
Manakala beliau terlibat dalam dialog antar-agama, secara sangat
sadar beliau mempertahankan percakapan itu terbatas mengenai
dua poin utama: ì Kamu bukan badan,î dan ì Janganlah Kamu
Membunuh.î
Pastur Hart: Sangat menarik...Saya penasaran, belakangan,
ketika Sri Chaitanya pergi ke Orissa, apakah Dia juga mengalami
penen-tangan sejenis itu adakah ì Chand Kaziî di Jagannath Puri?
Satyaraja Dasa: Hal itu tidak diketahui secara luas. Tentu
saja, Sri Chaitanya memperoleh popularitas lebih besar dalam
kegiatan-kegiatan masa belakangan, sehingga dapat dikatakan
Sri Chaitanya menghadapi penentangan yang lebih sedikit dari
masyarakat umum. Sri Chaitanya mengumpulkan beribu-ribu
penyembah. Na-mun tetap saja, selalu ada penentangan (oposisi)
58 DIALOG TIMUR-BARAT

di dunia material ini, khususnya bagi mereka yang mencoba


mengajarkan pesan-pesan Tuhan.
Ada satu orang, Govinda Vidyadhara, pemimpin politik yang
menentang misi Chaitanya Mahaprabhu. Catatan sejarah di Jagan-
nath Puri memberi bukti dokumen bahwa politisi jahat ini telah
mencoba membunuh Raja Prataparudra, pengikut setia Sri Chai-
tanya. Beberapa laporan dari Survei Arkeologi India menyatakan
bahwa meskipun Govinda Vidyadhara tidak membunuh sang raja,
dia berhasil membunuh putra raja. Tetapi, bagaimanapun, hal ini
sama sekali tidak menghalangi misi Chaitanya...Tapi, kita sudah
berbicara terlalu jauh...Yang sedang kita bahas adalah vegetarian.
Pastur Hart: Ya, saya memang ingin mendengar lebih banyak
tentang kitab suci Veda dan kasih sayang terhadap binatang.
Seper-tinya ada aturan-aturan etika terkait hal ini yang
memungkinkan para pengikut tradisi Anda, tradisi Veda, menjadi
sangat jelas me-ngenai pentingnya hak-hak binatang. Tadi Anda
hendak menje-laskan hal ini...
Satyaraja Dasa: Tradisi Veda lebih menekankan sarva-bhuta-hita
(ì pengabdian untuk kebaikan semua makhlukî ) di atas loka-hita
(ì pengabdian untuk kebaikan manusiaî ). Menurut tradisi Veda,
sistem etika yang pertama di atas telah mencakup yang kedua.
Itulah sebabnya ia lebih lengkap. Jika seseorang peduli terhadap
semua makhluk hidup, maka sewajarnya ia akan peduli juga ter-
hadap kemanusiaan. Jika ini dibalik, belum tentu selalu benar.
Menurut pandangan Veda, orang hendaknya memandang daya-
hidup yang sama yang ada di dalam setiap makhluk hidup tan-pa
memperhatikan ì pakaian luarnyaî (badan). Orang yang tidak
dapat memahami prinsip kehidupan yang ada di dalam badan
binatang, boleh jadi lambat-laun akan salah memahami apa se-
benarnya daya hidup itu dan kehilangan rasa kemanusiaannya.
Oleh sebab itu, sarva-bhuta-hita, atau keinginan untuk berbuat
kebaikan terhadap semua makhluk hidup, adalah etika yang lebih
tinggi yang dijelaskan dalam tradisi Veda. Dan hal ini diperluas
sampai poin vegetarianisme oleh semua penganut Vaishnava
dharma, atau jalan Veda yang asli.
DIALOG TIMUR-BARAT 59
Tentu saja menjadi keinginan kami agar semua agama besar
dunia naik menuju kode-kode etik yang penuh belas kasih ini
ji-ka mereka ingin mengerti kebenaran-kebenaran spiritual yang
lebih dalam. Jika seseorang masih menyamakan dirinya dengan
badan luar, dan jika ia menyamakan binatang dengan badan luar
mereka sehingga memakan daging binatang ia tidak akan per-nah
bisa maju dalam jalan untuk kembali kepada Tuhan.
Pastur Hart: Jadi, para pengikut kitab suci Veda melihat semua
makhluk hidup secara merata?
Satyaraja Dasa: Ya. Krishna membenarkan hal ini di dalam
Bhaga-vad-gita (5.18): ì Para resi yang rendah hati, berkat
pengetahuan yang sejati, melihat seorang brahmana yang
terpelajar dan baik hati, seekor sapi, gajah, anjing, dan orang yang
makan daging anjing dengan penglihatan yang sama.î
Pastur Hart: Ah, inilah penglihatan spiritual yang sebenarnya.
60 DIALOG TIMUR-BARAT
DIALOG TIMUR-BARAT 61

BAB TIGA
*UCApKAN NAMA SUCI TUHAN*
*KESAdARAN KRISHNA*
*ASpEK PRIMER DAN SKUNdER TUHAN YANG MAHA ESA*
*KRISHNA AdALAH SESOSOK PRIbAdI*
*PEMUjAAN BERHALA*
*YAHWEH DAN VISHNU*
*GARUdA DAN CHERUb*
*PENtINGNYA GARIS PERGURUAN*

Pastur Hart: Ketika kita menyebut nama Tuhan dan kita hen-


daknya belajar bagaimana melakukan hal ini setiap saat, bahkan
di tengah kesibukkan sehari-hari kita kita hendaknya sadar akan
Dia, maka kemudian doa kita akan memberikan efek yang lebih
dalam, makna yang mendalam. Saya tahu ini yang menjadi pemi-
kiran dasar dalam kesadaran Krishna. Dalam tradisi Kristen juga,
kita diajarkan untuk tetap berdoa. Ini adalah satu perintah Alkitab
(Tesalonika 5.17). Namun, kita juga diingatkan agar waspada ter-
hadap pengulangan ucapan yang ì sia-sia.î Dan saya mengetahui
bahwa para penyembah Krishna juga mewaspadai hal ini. Kitab
suci Anda memerintahkan agar mengucapkan nama suci dengan
ì penuh perhatianî dan senantiasa dalam kesadaran Krishna.
Satyaraja Dasa: Ini adalah proses yang amat penting untuk
men-capai keinsafan Tuhan pada zaman ini: ì Ucapkan nama
suci! Ucap-kan nama suci! Ucapkan nama suci! Pada zaman Kali
tidak ada cara lain untuk keinsafan spiritual. Tidak ada cara lain!
Tidak ada cara lain! Tidak ada cara lain!î
Pastur Hart: Dalam satu makna, hal ini juga dapat dipandang
sebagai jiwa dari proses Kristen. Contohnya, dalam Misa
Latin, sebelum Alkitab dibaca, ada doa yang diucapkan oleh
Pastur: dominus sit in corde meo et in labiis meis, yang artinya
62 DIALOG TIMUR-BARAT

ì Semoga Tuhan selalu ada di hati dan di bibir hamba.î Adakah


cara yang lebih baik agar Tuhan berkenan berada di bibir kita
kecuali de-ngan mengucapkan nama suci-Nya? Oleh sebab itu,
Mazmur meng-ajarkan kepada kita bahwa sejak ì matahari terbit
hingga terbenam,î nama suci Tuhan harus dipuji. Dan Paulus
menggemakan pemi-kiran ini dengan mengatakan kepada
kita bahwa ì siapa yang ber-seru kepada nama Tuhan, akan
diselamatkan.î (Roma 10.13)
Satyaraja Dasa: Ya. Inilah kesadaran Krishna.
Pastur Hart: Tapi, sambil sadar akan Tuhan. Ini konsep yang me-
narik. Tuhan adalah Pencipta, Pemelihara. Tuhan adalah penga-
laman terdekat kita. Tetapi tetap saja Tuhan sulit digapai. Menjadi
sadar akan Tuhan kedengarannya jauh lebih mudah daripada
kenyataannya. Pada tahap awal, sebenarnya tidaklah mungkin
untuk menjadi benar-benar sadar akan Tuhan, sebab dapat dika-
takan bahwa keterikatan telah menempatkan kita dalam keadaan
amnesia spiritual. Kita bahkan tidak tahu siapa Tuhan. Kita telah
lupa akan Bapa kita yang asli. Saya mengalami kesulitan untuk
menjelaskan hal ini kepada murid-murid seminari saya.
Satyaraja Dasa: Sewajarnya hal ini sulit. Dalam tradisi Alkitab
ti-dak banyak terdapat informasi tentang Kerajaan Tuhan. Seperti
apa Kerajaan Tuhan itu? Di mana tempatnya? Seperti apa Tuhan
itu? Apakah Tuhan termanifestasi dalam banyak wujud? Satu
wujud saja? Tidak berwujud? Bagaimana Anda memusatkan
pikiran atau memanggil Tuhan jika konsep Ketuhanan Anda
samar-samar? Jika informasi yang Anda miliki tentang Tuhan masih
samar, bagaimana Anda bisa berharap untuk mengembangkan
hubungan yang dekat dengan Tuhan?
Secara analogi, ungkapan ì amnesiaî ini sebenarnya cukup tepat.
Kita telah lupa akan hubungan kekal kita dengan Tuhan. Dan
seperti halnya amnesia (sakit lupa ingatan) biasa, upaya terbaik
untuk penyembuhannya adalah dengan membawa si pasien ke
lingkungan aslinya, Ini akan membangkitkan ingatannya. Tetapi,
untuk bisa membawanya ke lingkungannya yang asli, pertama-
tama Anda harus mengetahui di mana lingkungannya berada.
DIALOG TIMUR-BARAT 63
Anda harus mengetahui keluarganya, kawan-kawan dan rekan-
rekannya. Kemudian, dengan menghadirkan lingkungan itu, per-
lahan-lahan dia akan sembuh. Dan dia mengingat kehidupannya
yang sebenarnya.
Demikian pula, dalam kesadaran Krishna, segala keterangan
terperinci tentang Kerajaan Tuhan diungkap. Sesungguhnya ini
sangatlah menakjubkan. Semua rekan dekat Tuhan di Kerajaan-
Nya mereka yang tidak pernah jatuh ke dunia ini...kita menge-
tahui tentang keberadaan dan kediaman mereka...Juga, diajarkan
di dalam Alkitab bahwa Tuhan berada di mana-mana. Tetapi
hanya di dalam kitab suci Veda diajarkan secara persis bagaimana
hal ini bisa demikian. Bagaimana Tuhan memperbanyak diri
menjadi empat wujud, kemudian menjadi tiga avatar Vishnu
(purusa), yang memasuki setiap atom. Segala rincian ini ada di
sana, lebih dari kemampuan pikiran untuk menyerapnya. Hal ini
membangkitkan ingatan, menembus keterikatan material kita.
Maka kita sembuh.
Bahkan suara nama suci maha-mantra Hare Krishna berasal
dari dunia spiritual. Ketika kita mendengar dengan penuh keren-
dahan hati ucapan nama suci itu, itu akan terasa seperti mendengar
seseorang yang sedang berteriak, sementara kita sedang terbuai
dalam tidur. Suara itu membangunkan kita. Awalnya suara itu
mungkin menciptakan rasa yang tidak menyenangkan tetapi
akhirnya suasana menjadi seperti terbangun dari tidur di pagi
yang baru. Menyegarkan dan menyemangatkan. Kita juga akan
menyesal mengapa kita telah menghabiskan banyak waktu dalam
keadaan terbuai.
Dengan adanya informasi yang terperinci seperti ini, menjadi
sesuatu yang mudah untuk memusatkan pikiran kepada Tuhan
saat seseorang mengucapkan nama suci, atau memanjatkan doa
kepada-Nya. Sebagai tambahan, seseorang menjadi cepat sembuh
dari amnesia spiritualnya...
Pastur Hart: Saya juga takjub akan rincian yang melimpah di
dalam teks-teks Veda. Kami juga menyadari Tuhan sebagai Sang
64 DIALOG TIMUR-BARAT

Pencipta, Pemelihara, dan Yang Mengharapkan Kebaikan semua


makhluk hidup, dan kami mengenal Dia sebagai Anak Allah, yang
mati atas dosa-dosa kita...
Satyaraja Dasa: Tapi jika Anda merenungkan uraian Anda sendiri
tentang Tuhan, Anda akan merasakan bahwa penjelasan itu
uta-manya bersifat egosentris. Maksudnya adalah bahwa uraian
ter-sebut terpusat pada diri Anda dan kaum Anda. Tuhan adalah
Pencipta dan Pemelihara pencipta dan pemelihara siapa? Anda.
Yesus mati untuk dosa siapa? Dosanya sendiri? Tentu tidak. Yesus
mati untuk dosa Anda dosa saya dan dosa Anda.
Tetapi, bagaimana tentang Tuhan dan hak-hak-Nya? Bagaimana
tentang Dia? Apakah tradisi Alkitab memiliki informasi tentang
si-fat keberadaan Tuhan sendiri?
Pastur Hart: Para filsuf Kristen akan mengatakan bahwa pengeta-
huan yang demikian ada di luar jangkauan manusia. Sifat keber-
adaan pribadi Tuhan tidak terbatas, sehingga tidak terjangkau
oleh makhluk yang terbatas.
Satyaraja Dasa: Saya menyebut alasan itu hanya pembenaran
belaka, sebab informasi tentang hal itu tidak ditemukan di dalam
Alkitab. Pertimbangkan hal ini: Jika Tuhan tidak terbatas, seba-
gaimana yang Anda katakan, tentunya Tuhan memiliki kemam-
puan untuk membuat diri-Nya dikenal secara lengkap oleh
makhluk yang terbatas. Dan jika Anda menyangkal bahwa Tuhan
memiliki kemampuan untuk melakukan hal itu, maka Anda
sedang membatasi Tuhan.
Pastur Hart: Jadi, secara logika, kita dapat mengetahui sifat
keberadaan pribadi Tuhan...hmmm... Tetapi itu haruslah melalui
hak prerogatif-Nya. Tuhanlah yang harus mengambil inisiatif...
Tidaklah mungkin dengan cara lain...
Satyaraja Dasa: Ya, tentu saja. Dengan hak prerogatif-Nya
sendiri, Tuhan mengambil inisiatif dan mengungkap diri-Nya
kepada kita. Inilah yang namanya ilham.
Pastur Hart: Saya bisa menerima hal itu.
Satyaraja Dasa: Tentu. Dan Tuhan melakukan demikian apabila
kita membuat Dia puas... Jadi dengan mengucapkan nama suci-
DIALOG TIMUR-BARAT 65
Nya secara tulus dan menyebarluaskan ajaran-ajaran-Nya kepada
orang lain...
Pastur Hart: Ya, saya mengerti... Tetapi itu masih sesuatu yang
asbtrak...
Satyaraja Dasa: Tidak masalah. Tuhan akan tetap sebagai sesuatu
yang abstrak sampai Anda belajar mengucapkan nama-nama
pri-mer-Nya di bawah bimbingan seorang guru spiritual yang
dapat dipercaya.
Pastur Hart: Nama primer?
Satyaraja Dasa: Pokok bahasan ini diuraikan dengan sangat
jelas oleh Bhaktivinoda Thakura, tokoh suci yang agung dalam
ke-sadaran Krishna pada akhir abad kesembilan belas. Di dalam
buku karyanya, Hari Nama Chintamani, beliau menjelaskan bah-
wa ada nama primer (utama) dan ada nama sekunder (kedua)
Tuhan. Sementara beliau tetap mengakui bahwa hal yang paling
utama adalah ketulusan dan pemusatan perhatian, beliau juga
menekankan bahwa orang hendaknya mengucapkan nama
primer Tuhan.
Sekarang, yang mana nama-nama yang primer dan mana nama-
nama yang skunder? Bagaimana hal itu ditentukan? Ini sangat me-
narik. Bhaktivinoda Thakura menjelaskan bahwa nama skunder
adalah nama-nama Tuhan yang biasa, abstrak atau nama-nama
yang menggambarkan Tuhan, nama yang mana kita sudah
terbiasa menyebutnya di dunia ini. Nama-nama itu menguraikan
Tuhan sebatas hubungan Tuhan dengan diri kita. Nama-nama
itu bersifat eksternal dan tentunya kurang bersifat intim. Sang
Pencipta, Sang Pemelihara seperti yang Anda sebutkan tadi.
Nama-nama itu agak terasa jauh dan abstrak. Dan kebanyakan
bersifat impersonal (tanpa wujud pribadi). Sedikit sekali kaitan
nama-nama itu dengan sifat keberadaan pribadi Tuhan.
Akan tetapi, nama-nama primer Tuhan, nama-nama yang lebih
intim, terkait secara langsung dengan sifat keberadaan pribadi
Tuhan. Nama-nama itu menjelaskan tentang siapa Tuhan dalam
hubungan dengan rekan-rekan kekal-Nya di kerajaan Tuhan. Na-
ma itu tidak mesti berhubungan dengan interaksi Tuhan dengan
66 DIALOG TIMUR-BARAT

dunia material.
Pastur Hart: Dapatkah Anda memberikan beberapa contoh?
Satyaraja Dasa: Ya, tetapi jika Anda tidak familiar dengan
rincian sifat-sifat internal Tuhan, sebagaimana yang terungkap
di dalam kitab-kitab suci Veda, sewajarnya nama-nama itu akan
terdengar asing bagi Anda. Sebagai contoh, nama-nama seperti
Yashomati-nandana, Nanda-kishor, Damodara nama-nama ini
menguraikan Krishna dalam hubungan dengan kawan-kawan
kekal-Nya, di kerajaan-Nya. Sebenarnya nama-nama ini tidak
ada kaitannya dengan dunia kita yang bersifat relatif ini. Jenis
nama ini bersifat primer, dan nama ini sangat rahasia serta sangat
dicintai oleh Krishna. Nama-nama itu juga sangat dicintai oleh
para penyembah-murni Krishna, yang mengenal Krishna dengan
sangat baik.
Nama-nama skunder kurang lebih seperti uraian tentang Tuhan
dari cara pandang kita. Dan, ingat, cara pandang kita sudah
ter-pisah dari realitas. Kita sedang terjangkit amnesia spiritual.
Se-mentara nama-nama primer itu seperti uraian dari lingkungan
da-lam Tuhan. Umpamanya, jika saya menyebut Anda sebagai
ì sang pastur,î murid-murid seminari Anda mungkin akan tahu
siapa yang saya maksudkan. Tetapi jika saya menyebut Anda
dengan nama Anda sendiri ini bersifat lebih intim dan orang
tidak akan salah duga.
Selanjutnya, untuk mengembangkannya lebih jauh, jika saya
menyebut Anda dengan nama julukan Anda katakanlah nama
yang hanya orang tua dan kawan-kawan dekat Anda yang menge-
tahuinya ini bahkan lebih intim lagi. Nama yang demikian dapat
disamakan dengan nama-nama Tuhan yang diungkap di dalam
kitab suci Veda, seperti ì Krishnaî atau ì Govinda.î Nama-nama ini
bersifat lebih intim dan dengan demikian mempercepat proses
penyembuhan amnesia spiritual kita. Lebih daripada itu, nama-
nama itu dengan rnudah manghantarkan kita ke dalam rasa cinta
kasih kepada Tuhan.
Pastur Hart: Saya kira saya mengerti sekarang. Misalnya, nama
DIALOG TIMUR-BARAT 67
ì Tuhan,î tentunya merupakan nama skunder. Kita menyebut Dia
ì God (Tuhan)î karena Dia ìgood (baik)î kepada kita. Kata itu
berasal dari bahasa Jerman yang artinya ì the Good One (Dia Yang
Baik),î Nama itu merupakan sebuah uraian tentang bagaimana
Tuhan berhubungan dengan kita.
Bagaimana mengenai ì Awoonî ? Ini adalah nama dalam bahasa
Armenia yang digunakan Yesus untuk menyebut Tuhan. Nama
itu berarti ì Bapa Semesta Kita.î Apakah ini...
Satyaraja Dasa: Kembali, nama itu hanya menggambarkan
bagai-mana Tuhan berhubungan dengan kita di dunia material
ini. Yesus ingin memperlihatkan kepada para pengikutnya bahwa
kita me-miliki asal-usul yang sama. Kita semua berasal dari Bapa
semesta yang sama. Akan tetapi, rasa, atau hubungan seperti itu
tidak ter-dapat di dunia spiritual.
Pastur Hart: Tuhan bukan Bapa di kerajaan Tuhan?
Satyaraja Dasa: Tuhan memang selalu merupakan sumber
kita. Jadi, dalam makna yang seperti itu...Tapi sang anak selalu
menjadi terbiasa mengambil sesuatu dari sang ayah. ì Berikanlah
kami roti setiap hari...î
ì Apa yang ayah saya dapat lakukan untuk saya?î sang anak se-
lalu meminta. ì Ayah harus memelihara saya.î Mentalitas seperti
itu wajar bagi anak kecil, tetapi ketika ia dewasa, dia ingin me-
lakukan sesuatu sebagai balasan. Demikian pula, ketika seseorang
matang secara spiritual dan pergi ke Kerajaan Tuhan, dia tidaklah
menginginkan hubungan yang belum sempurna ini. Sebaliknya,
ia ingin memberikan pelayanan, bukan meminta.
Sebenarnya Yesus menggunakan konsep ì Bapaî sebagai pen-
dorong bagi kita untuk mengingat kebergantungan kita kepada
Tuhan, khususnya dalam tahap permulaan kehidupan spiritual
kita.
Tetapi, Kerajaan Tuhan adalah negeri pengabdian dan cinta
ka-sih. Kita tidak hendak mengambil sesuatu dari-Nya. Kita di
sana hanyalah untuk mempersembahkan pelayanan suci. Di
tempat tinggal tertinggi itu, ada lima hubungan (rasa) utama:
seseorang dapat melayani Tuhan dalam hubungan netral, atau
68 DIALOG TIMUR-BARAT

dalam sikap sebagai pelayan rendahan, sebagai kawan, sebagai


orang tua, dan bahkan sebagai kekasih. Tapi, seseorang tidak
pernah meng-anggap Tuhan sebagai Bapa, setidaknya tidak
dalam makna seperti yang diartikan orang Kristen.
Pastur Hart: Sebagai kekasih?
Satyaraja Dasa: Ya, Krishna adalah sesosok pribadi, dan segala
hubungan antar pribadi berasal dari Tuhan. Tentu saja cinta di
alam spiritual terpisah dari hawa nafsu dan kesementaraan dunia
material ini. Sifat cinta itu berbeda sepenuhnya. Cinta tersebut
sempurna dan murni. Cinta tersebut bersifat spiritual. Sang Pujaan
tidak pernah terpengaruh oleh konsep material...
Pastur Hart: Oh, Anda mengingatkan saya akan sesuatu. Anda
menggunakan kata ì sosok pujaanî dalam makna yang luas,
untuk menunjuk kepada Tuhan. Tapi, saya memiliki pertanyaan
tentang pemujaan Arca. Anda tentunya mengetahui bahwa
pemujaan ber-hala dilarang dalam tradisi Alkitab. Ada larangan
yang keras dalam Perjanjian Lama untuk memahat patung hal in
terutama agar pengikut Yahweh, Tuhan Yang Maha Esa, tidak
bersujud di ha-dapan berhala Baal dan Ishtar, berhala tetangga
mereka. Dengan kata lain, pada saat itu ada pemujaan kepada
banyak dewa, se-hingga sebagai upaya untuk menghindari hal
ini, ada larangan keras terhadap pemujaan kepada dewa yang
ì lebih rendahî  termasuk di dalamnya berbagai bentuk pemujaan
berhala.
Satyaraja Dasa: Ya. Dan kemudian, seperti biasa, larangan
itu keluar jalur. Sehingga bahkan Arca Krishna pun Tuhan
Sendiri ditolak oleh mereka yang menganggap dirinya ì beriman
Kristen.î
Pastur Hart: Oh, tidak. Saya tidak sependapat. Saya pikir uta-
manya Anda akan menemukan bahwa umat Yahudi dan Islam
yang keras menentang pemujaan Arca...
Satyaraja Dasa: Anda benar. Menurut sejarah, Islam-lah yang
utamanya menolak Arca. Yahudi juga menentang pemujaan
kepada suatu wujud rohani, tetapi seperti yang Anda sebutkan,
hal ini terjadi terutama karena mereka menerima larangan keras
DIALOG TIMUR-BARAT 69
yang terdapat dalam kitab Perjanjian Lama.
Pastur Hart: Ya. Hal yang menarik adalah bahwa tidaklah pernah
dengan tandas dinyatakan tidak boleh memahat suatu wujud
Tuhan! Pertama, dikatakan: Jangan ada padamu allah lain di
ha-dapan-Ku (Keluaran 20.3). Oke. Saya kira Anda akan setuju
de-ngan hal itu. Tuhan Yang Maha Esa yang bersabda, dan pada
dasamya Dia menyalahkan pemujaan kepada para dewa.
Berikutnya, dan ini adalah ayat kunci tentang pelarangan pe-
mujaan berhala, Tuhan bersabda, ì Jangan membuat bagimu
pa-tung yang menyerupai apa pun yang ada di langit atas, atau
yang ada di bumi di bawah atau yang ada di dalam air di bawah
bumi... Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah
kepadanya, sebab Aku, Tuhan, Allahmu, adalah Allah yang
cemburu.î (Keluaran 20.4-5)
Sungguh sangat mengherankan bagi saya bahwa para pengi-
kut kebudayaan Yudea-Kristen telah mengembangkan kebencian
yang sangat dalam tehadap pemujaan Arca, hanya berdasarkan
pada teks ini. Bagaimanapun, saya yakin Anda akan setuju bahwa
tidaklah sepantasnya kita membuat, bersujud, dan memuja ì tuhan
yang lebih rendahî daripada Krishna. Tetapi Anda sedang memuja
Tuhan Yang Maha Esa. Sangat jelas bahwa teks Keluaran ini lebih
condong melarang pemujaan kepada dewa-dewa daripada me-
mahat wujud-wujud.
Krishna tidak menyerupai sesuatu di bumi di bawah, di langit
atas atau di dalam air di bawah bumi. Krishna melampaui sega-
lanya. Oleh karena itu, dalam hal membuat sebuah wujud diri-
Nya, Anda tidaklah melanggar perintah yang melarang pemujaan
berhala. Koreksi saya jika saya salah, tapi dewa-dewa dan me-
mang semua makhluk hidup diciptakan menurut wujud Tuhan.
Bukan sebaliknya. Dan jika ini benar, maka membuat wujud
Krishna lalu memujanya, sesuai ketentuan kitab suci Veda, tentu
kemudian tidak tergolong sebagai pemujaan berhala.
Satyaraja Dasa: Benar. Poin lain yang ada hubungannya
adalah: Jika kita mengatakan bahwa wujud Krishna yang tampak
seperti manusia adalah ì seperti-manusia,î mereka menuduh
70 DIALOG TIMUR-BARAT

kami se-bagai yang ì memirip-miripkanî (anthropomorphic).


Dan ini akan menjadi benar. Tapi, kita diciptakan menurut
wujud Tuhan! Jadi sudah pasti ada beberapa kemiripan. Sebagai
konsekuensinya, kita lebih suka mengatakan bahwa wujud kita
adalah theomorphic. Kitalah yang seperti Tuhan. Bukan Tuhan
yang seperti kita.
Saya kira itu terdengar membingungkan... [tertawa]
Pastur Hart: Yah, poin yang utama adalah bahwa wujud Tuhan-
lah yang lebih dulu ada. Wujud kita mengikuti wujud Tuhan.
Satyaraja Dasa: Wujud Vishnu, khususnya, dengan empat
tangan, tentu tidak menyerupai wujud mana pun yang ada di
bumi di bawah, di langit atas atau di dalam air di bawah bumi.
Pastur Hart: [tertawa] Benar. Benar. Kutipan Keluaran kehilangan
makna dalam hal ini.
Satyaraja Dasa: Bagaimanapun, agar kita jangan terlalu jauh
keluar jalur, kita sedang menjelaskan tentang wujud dan nama
primer dan sekunder Tuhan. Alkitab penuh dengan wujud dan
nama-nama yang bersifat sekunder...
Pastur Hart: Apa contoh wujud sekunder Tuhan?
Satyaraja Dasa: Wujud yang hanya melambangkan Tuhan.
Semak yang terbakar, misalnya...
Pastur Hart: Ah, ya. Ini adalah manifestasi yang aneh. Dalam
Deuteronomy (4.24), Tuhan diuraikan sebagai api yang
membakar. Adakah perlambang yang sama seperti itu di dalam
kitab suci Veda?
Satyaraja Dasa: Hmmm?...Ishvara tatva yena jvalita jvalana. Kata
jvalana ini artinya ì api.î Dengan demikian Tuhan dibandingkan
dengan api. Ini terdapat di dalam Chaitanya Charitamrta (adi
7.116). Tetapi, kembali, ini adalah wujud perlambang Tuhan.
Krishna adalah Tuhan Yang Maha Esa itu sendiri.
Pastur Hart: Ya, saya tahu. Tetapi manifestasi ini menarik bagi
saya, khususnya ketika terdapat hubungan antara Alkitab dan
Veda. Ceritakan kepada saya, apakah ada manifestasi di mana
Krishna dikenal memakai sejenis mahkota? Saya menanyakan hal
ini karena Yahweh, Tuhan di dalam Alkitab, dijelaskan memakai
DIALOG TIMUR-BARAT 71
ì ketopong keselamatanî (Yesaya 59.16-18). Terpisah dari inter-
pretasi kiasan biasa, beberapa orang yakin bahwa Tuhan benar-
benar mengenakan mahkota yang seperti itu. Setelah membaca
beberapa teks Veda, tidak mengherankan bagi saya jika banyak
simbol Alkitab atau sesuatu yang secara tradisi dianggap sebagai
simbol memiliki dasar yang kuat ada dalam realitas.
Satyaraja Dasa: Percaya atau tidak, Sri Hari (Krishna) kadangkala
dijelaskan memakai mahkota. Ya, di dalam Srimad-Bhagavatam
(6.4.39) terdapat uraian yang indah tentang Sri Krishna. Di antara
perhiasan Krishna, hiasan di kepala-Nya dijelaskan sebagai maha-
kirita, yakni mahkota yang besar dan maha indah.
Pastur Hart: Persamaan yang demikian sangatlah menakjubkan.
Saya benar-benar menikmati studi perbandingan ini. Suatu tradisi
yang saat ini berbeda secara geografis dan budaya, setidaknya
sampai tingkat tertentu, ternyata memiliki banyak persamaan,
lebih dari yang diperkirakan orang. Bagi saya, ini seperti
mendengarkan tentang suatu masa pada zaman dahulu ketika
kita semua memuja satu Tuhan yang sama, sebelum terjadinya
pemisahan yang dibuat-buat yang kini menimpa kita. Sebelum
Kali-yuga, atau zaman per-tengkaran dan kemunafikan ini,
mendapat kesempatan untuk berkembang.
Satyaraja Dasa: Ya, saya juga menyukai dialog ini. Hal ini
memberi penghargaan kepada semua budaya, dan pada akhirnya
mem-perlihatkan kepada kita bagaimana segala sesuatunya dapat
di-telusuri dalam kebudayaan Veda. Sesungguhnya, saya sudah
cukup banyak melakukan riset mengenai hal ini...
Pastur Hart: Saya tahu. Andalah orang yang secara pasti harus
diajak berdiskusi mengenai hal ini. Anda pernah mengatakan ke-
pada saya bahwa Anda menemukan adanya banyak kemiripan
antara uraian Yahweh di dalam Alkitab dan Vishnu di dalam
kitab-kitab Veda. Dapatkah saya mendengarnya sekarang?
Satyaraja Dasa: Itu sudah lama. Saat ini saya hanya ingat
beberapa di antaranya....hmmm....Suara Yahweh dijelaskan
seperti halilintar (Ayub 40.9); Vishnu memiliki suara seperti
halilintar (Srimad-Bhagavatam 4.30.7)
72 DIALOG TIMUR-BARAT

Yahweh diuraikan memiliki gada dan tongkat (Mazmur 23.4/


89.32); dan telah dikenal luas bahwa Vishnu, tergantung pada
wujud yang mana, memiliki gada (Srimad-Bhagavatam 6.4 39)
dan trisula (Srimad-Bhagavatam 4.30.7).
Api dikirim oleh Yahweh untuk menghanguskan para lawan-
Nya (Mazmur 97.3, atau 50.3 juga lihat Deutronomy 9.3); chakra
Sri Visnu memiliki daya hancur seperti api peleburan dan mem-
bakar musuh-musuh-Nya menjadi abu (Srimad-Bhagavatam
6.8.23).
Yahweh, pada saat-saat tertentu membawa perisai (Deutronomy
33.29; Mazmur 84.12); begitu pula Sri Vishnu (Srimad-Bhaga-
vatam 6.4.39). Perbandingan itu tidak ada habisnya. Dan hal uta-
ma yang harus dimengerti ialah bahwa Tuhan itu satu. Tatkala
kita berbicara mengenai Krishna, atau Vishnu, atau Yahweh, yang
kita maksudkan adalah Tuhan Yang Maha Esa.
Pastur Hart: Terkait diskusi kita, ada faktor umum lainnya, sesu-
atu yang memberikan penekanan tambahan bahwa Vishnu dan
Yahweh adalah satu dan sama. Di dalam Ensiklopedia Yahudi,
pada bagian tentang etimologi cherub (malaikat bersayap), saya
menemukan informasi yang paling menakjubkan; Dillman, Duff,
dan para ahli kitab suci lainnya ì masih mendukung adanya hu-
bungan antara cherub milik Yahweh dan gryphus [Garuda].î
Satyaraja Dasa: Itu luar biasa. Dan jika saya mengingat Alkitab
saya, walau kadangkala ada penjelasan tentang banyak malaikat
bersayap, Yahweh hanya mengendarai satu, sebagaimana Vishnu
yang hanya mengendarai Garudaji...hmmm...Kedua konsep ten-
tang Tuhan ini mencakup kendaraan yang seperti burung, walau-
pun konsep-konsep ini terpisahkan sangat jauh, sebagaimana
yang Anda ungkapkan, baik secara geografi maupun kebudayaan.
Yah, karena kita berbicara mengenai Tuhan yang sama. Saya
sangat percaya! [tertawa].
Pastur Hart: Mungkin kita sudah agak keluar dari pembahasan
awal, namun karena kita berbicara tentang Tuhan sebagai sesosok
pribadi, dan juga dalam wujud-wujud yang melambangkan Tuhan,
saya ingin tahu apa pendapat Anda mengenai satu bagian tertentu
DIALOG TIMUR-BARAT 73
di dalam Alkitab. Jika Anda membaca Keluaran (33.18-23), jelas
bahwa Tuhan tidak dengan mudah mengungkap kemuliaan-Nya,
atau wajah-Nya. Tentu saja, saya tahu Anda dapat dikatakan se-
bagai seorang fundamentalis (percaya penuh bahwa apa yang
ada di dalam kitab suci adalah kenyataan) sehingga kemungkinan
besar Anda akan menerima secara harfiah banyak pernyataan Al-
kitab mengenai wujud Tuhan dan saya tidak yakin bahwa saya
akan setuju dengan hal ini dalam segala keadaan. Tetapi, dalam
bagian tertentu dari Keluaran ini disebutkan bahwa Tuhan ber-
sedia memperlihatkan kepada Nabi Musa ì punggung-Nya.î Yang
pasti adalah Tuhan tidak memperlihatkan wajah-Nya melainkan
ì punggung-Nyaî diperlihatkan kepada Musa.
Saya tahu, menurut pandangan Anda, hal ini menegaskan secara
pasti bahwa Tuhan memilki wujud, ì punggungî dan ì wajah.î Tapi
saya ingin tahu apakah Anda melihat peluang penafsiran berupa
kiasan pada teks ini khususnya?
Satyaraja Dasa: Pertama-tama, ayat Keluaran itu jelas menun-
jukkan bahwa Tuhan memiliki wujud Anda benar. Tanyakan diri
Anda pertanyaan ini: Mengapa para nabi Alkitab berulang kali
menggunakan kiasan tentang wujud pribadi untuk menje-laskan
tentang Tuhan jika Tuhan memang sebenarnya impersonal (tidak
berwujud)? Penafsiran impersonal itu adalah usul yang ber-
bahaya. Menyesatkan. Barangkali Anda mengatakan bahwa ki-
asan tentang wujud pribadi ini digunakan hanya untuk membantu
kita mengerti tentang Tuhan. Tapi, apa bukti Anda bahwa semua
pernyataan Alkitab itu hendaknya jangan diartikan secara harfiah?
Mengapa kita mengasumsikan bahwa semua pernyataan Alkitab
itu hanyalah kiasan? Bagaimanapun, sekedar bahan renungan...
Selanjutnya, berhubungan dengan Nabi Musa yang melihat
ì punggungî Tuhan, penekanan akan ì punggungî Tuhan disebut-
kan di dalam Srimad-Bhagavatam dan, ya, ada semacam makna
kiasan. Atau lebih tepatnya bisa dinyatakan sebagai pengertian
yang ì lebih mendalam.î Menurut Skanda Dua Srimad-Bhaga-
vatam (2.6.10), ì punggungî (paschimah) Tuhan mewakili rasa
frustasi dan kebodohan. Lebih penting lagi, ì punggungî Tuhan
74 DIALOG TIMUR-BARAT

dikatakan sebagai tempat kedudukan dari keinsafan impersonal.


Dengan kata lain, orang yang cukup beruntung dikaruniai penam-
pakan ì bagian depanî Tuhan, akan meraih keinsafan Tuhan sam-
pai pada aspek pribadi yang tertinggi. Tetapi, para impersonalis
(orang yang percaya bahwa Tuhan tidak berwujud) harus puas
dengan ì punggungî Tuhan saja.
Tentu saja, ì punggungî Tuhan juga bersifat transenden, sehingga
para impersonalis berangsur-angsur dapat naik sampai konsep
personal, menyadari Krishna sebagai Personalitas Tertinggi Tuhan
Yang Maha Esa. Tentu saja ini masih sangat jauh bagi para imper-
sonalis. Maka kemudian secara tradisi orang dapat mengerti
kedudukan para filsuf Yahudi, sebab pemimpin mereka, Musa,
hanya diberikan pengetahuan tentang punggung Tuhan saja. Jika
Anda ingin mengerti ajaran Alkitab dari cara pandang Veda, Anda
dapat memandangnya dengan cara seperti ini.
Pastur Hart: Luar biasa menarik...Anda mungkin tertarik untuk
mengetahui bahwa telah dilakukan penyelidikan terperinci untuk
membandingkan ajaran Kristen dengan ajaran Vaishnava.
Satyaraja Dasa: Ya, saya memperhatikan ada karya John Plott
di tempat kerja Anda. Karya ini adalah sumbangsih yang sangat
pen-ting, dimana ia membandingkan ajaran-ajaran dan teologi
Rama-nujacharya dengan Santo Bonaventura.
Pastur Hart: Ya, tapi itu bersifat akademis. Saya akan lebih
tertarik dengan karya Anda, atau karya orang yang nyata-nyata
merupakan bagian dari tradisi ini...
Satyaraja Dasa: Hal itu sangat penting. Pengetahuan Veda me-
nurun melalui garis perguruan, sampradaya. Firasat Anda benar.
Anda tidak bisa masuk ke dalam kebenaran-kebenaran ini tanpa
belajar dari seorang guru spiritual yang termasuk dalam salah
satu garis perguruan yang orisinil. Para rasul belajar di bawah
bimbingan Yesus. Bahkan Aquinas belajar di bawah bimbingan
Albertus Magnus. Ada hubungan esoterik penting antara guru
dan murid.
Ada empat sampradaya autentik, atau garis perguruan yang
DIALOG TIMUR-BARAT 75
orisinil. Padma Purana, bagian dari kitab Veda, menyebutkan
nama empat sampradaya ini dan bahkan meramalkan keempat
guru terkemuka yang akan muncul dari garis perguruan yang
bonafide tersebut:

sampradaya vihina ye mantras te viphala matah


atah kalau bhavishyanti chatvarah sampradayinah
shri-brahma-rudra-sanaka vaishnava kshitipavanah
chatvaras te kalau bhavya hy utkale purushottamah
ramanujam shrihi svichakre madhvacharyam chaturmuhash
srivishnusvaminam rudro nimbadityam chatuksanaha

Pastur Hart: Sangat menarik. Apakah itu bahasa Sanskerta


aslinya?
Satyaraja Dasa: Ya. Terjemahan bebasnya seperti ini: ì Orang yang
mengucapkan sebuah mantra, atau doa, tetapi mantra tersebut
diterima bukan melalui salah satu dari empat garis perguruan
yang bonafide, maka kegiatan itu kurang lebih hanyalah mem-
buang-buang waktu. Dengan demikian, pada Kali-yuga akan ada
empat pengajar penting yang mewakili masing-masing sampra-
daya ini. Sampradaya-sampradaya ini dikenal sebagai; Shri Sam-
pradaya, Brahma Sampradaya, Rudra Sampradaya, dan Sanaka
(Kaumara) Sampradaya. Shri (Laksmi sakti Sri Vishnu) memilih
Ramanuja untuk mendirikan sampradyanya; Dewa Brahma yang
bermuka empat, memilih Madhva; Rudra (Shiva) memilih Vishnu
Swami; dan empat ì Sanaî (Sanaka, Sanatkumara, Sananda, Sana-
tana) memilih Nimbarka.î Di dalam ayat inilah terdapat rahasia
pengetahuan Veda, sebab kebenaran esoterik Kerajaan Tuhan
turun melalui garis perguruan.
Pastur Hart: Anda memulai kutipan itu dengan mengatakan
bahwa jika seorang menerimanya bukan dari garis perguruan,
mantra atau pemujaan seseorang tidak akan ada manfaatnya. Atau
Anda mengatakan bahwa itu ì membuang-buang waktu saja.î Ini
per-nyataan yang keras.
76 DIALOG TIMUR-BARAT

Satyaraja Dasa: Ini dimaksudkan untuk memperlihatkan penting-


nya menerima pengetahuan dari garis perguruan. Tidak cukup
hanya dengan penekankan semata. Tepatnya kata bahasa San-
skerta yang digunakan dalam ayat yang saya kutip adalah viphala,
yang artinya ì tidak membuahkan hasil.î Jika Anda tidak meng-
hubungkan diri dengan salah satu garis perguruan yang ada ini,
maka pengucapan nama suci atau pemujaan Anda dipandang sia-
sia, setidak-tidaknya dalam analisis pencapaian tertinggi. Makna
yang lebih dalam itu kurang lebih seperti ini: Pemujaan atau
peng-ucapan nama suci macam apa pun, jika diarahkan kepada
Tuhan, adalah baik, dan berangsur-angsur akan mengangkat
seseorang sampai tingkat pencapaian yang paling tinggi bahkan
sampai tingkat pembebasan, atau moksah. Tetapi ì buahî yang
sesung-guhnya dari pemujaan itu adalah berkembangnya cinta
yang murni kepada Tuhan. Jadi, pencapaian tertinggi inilah yang
dapat dicapai hanya jika seseorang menerima inisiasi (diksa)
dalam garis per-guruan.
Pastur Hart: Saya kira tradisi Kristen cukup memberikan bukti
bahwa garis perguruan bonafide yang demikian sangatlah
penting. Yesus memulai sesuatu yang seperti garis perguruan
itu bermula dari Simon/ Peter. Tapi tidak lama kemudian, dalam
tempo kurang dari enam puluh lima tahun, terjadi sejarah
yang memalukan...Dan kemudian pada abad keempat, ketika
Konstantin membuat agama Kristen menjadi ì bisa diterima secara
sosialî  Kekristenan yang sejati tertutupi. Sejarah Kepausan...
Paus deMedici dan penerusnya mungkin orang yang paling
menyimpang dalam sejarah keaga-maan.
Akan tetapi, dalam Gereja Ortodok Timur dan di antara tokoh-
tokoh kebatinan Kristen, sudah ada gerakan reformasi yang kuat,
suatu usaha untuk mendapatkan kembali potensi spiritual masa
awal Kekristenan. Mungkin Anda sudah mendengar tentang
Hesychasm, sebuah teknik meditasi mantra yang dipraktikkan
oleh orang-orang Kristen sejak abad ketiga setelah Masehi.
Me-todenya adalah pengucapan sederhana, ì Doa Yesus,î yang
DIALOG TIMUR-BARAT 77
berbunyi seperti ini: ì Yesus Kristus, Putra Bapa, berkarunialah
kepada hamba.î Saya secara pribadi sangat menemukan kenya-
manan dalam mantra ini.
Satyaraja Dasa: Doa Yesus ini tak dapat diragukan lagi sangatlah
murni. Tetapi, saya lebih memilih maha-mantra Hare Krishna ini
terasa lebih murni.
Pastur Hart: Saya kira Anda tidak obyektif...
Satyaraja Dasa: Apakah Anda sudah melihatnya secara obyektif?
Di dalam Doa Yesus, Anda memohon suatu karunia kepada
Yesus, Anak Allah. Ini baik. Hal ini tentu terpuji. Ada banyak
hal duniawi yang bisa diminta kepada Tuhan. Dan dengan
mempertimbangkan hal ini, sungguh merupakan suatu berkat jika
kita dapat menemu-kan seseorang yang berdoa untuk sesuatu
yang sepenting karunia rohani.
Tetapi, maha-mantra Hare Krishna ini tidak meminta apa pun,
bahkan sesuatu yang sehalus karunia rohani pun tidak. Doa itu
hanya memohon ì Sibukkanlah hamba dalam pelayanan kepada-
Mu.î Doa itu tidak mengharapkan pamrih apa pun. Lebih dari
itu, doa itu menyapa Tuhan, Bapa dan potensi dalam-Nya. Doa
ini sangat esoterik dan murni. Tidak ada bandingannya. Jadi,
bahkan secara obyektif...
Pastur Hart: Ya, saya mengerti... Tapi, sulit untuk bersikap
obyektif terkait kedalaman doa-doa seseorang. Saya lebih suka
meng-ucapkan Doa Yesus.
Meskipun baru-baru ini dipopulerkan oleh gerakan Abad Baru
(New Age) sebagai hasil dari kemunculannya di Petualangan
seorang Peziarah dan Franny dan Zooey, ì Doa Yesusî memiliki
tradisi panjang dan terhormat di dalam Philokalia, sebuah buku
penting dalam kebatinan Kristen. Kata Philokalia secara harfiah
berarti ì cinta akan keindahan spiritual,î dan saya bisa mengatakan
bahwa buku itu secara pasti membawa para pembacanya sampai
tingkat apresiasi setinggi itu. Bagi saya, buku ini adalah salah
satu yang paling saya sukai, beserta Awan Ketidaktahuan, Malam
Sang Jiwa karya Santo John, dan Tiruan Kristus karya Thomas
aíKempis.í
78 DIALOG TIMUR-BARAT

Bagaimanapun, poin yang ingin saya sampaikan adalah bahwa


Philokalia juga menekankan pentingnya menerima guru spiritual.
Kata bahasa Yunani yang digunakan adalah starets dan geront,
tetapi pada dasarnya kedua kata itu maknanya sama. Orang
harus belajar tentang ì Doa Yesusî dari guru yang berkualifikasi
yang sudah ahli dalam pengucapan tersebut. Hasil pengucapan
di ba-wah guru yang benar disebut theosis, atau ì spiritualisasi
kembali personalitas diri.î
Satyaraja Dasa: Kedengarannya tidak seperti rata-rata orang
Kristen.
Pastur Hart: Memang tidak, Anda benar. Sebenarnya sangat
jarang ada saat ini.
Satyaraja Dasa: Saya pikir bahwa segalanya merosot sebagai aki-
bat dari satu poin ini: keseluruhan konsep tentang guru spiritual
telah melemah. Tentu dalam tradisi Kristen nasibnya hampir pasti
demikian. Ketika Aquinas memadukan filsafat Gereja dengan lo-
gika Aristoteles, tanpa disadari dia telah menerima konsep guru
yang tanpa potensi spiritual.
Pastur Hart: Bagaimana bisa demikian?
Satyaraja Dasa: Karena Aristoteles telah menolak gurunya! Jika
Anda mempelajari ajaran Plato, guru Aristoteles, Anda menemukan
filsafat yang sangat spiritual; sampai batas tertentu Plato adalah
insan yang telah menginsafi jati diri. Tetapi Aristoteles, dalam
usahanya untuk mengambil pemikiran-pemikiran Plato sedikit
lebih jauh dan mengakomodasi zaman ilmiah, telah membuat
fil-safat gurunya menjadi sangat materialistik. Aristoteles tidak
memiliki kualifikasi untuk melakukan penyesuaian atas ajaran
gurunya.
Jadi, ketika Aquinas menggunakan pandangan-pandangan
Aristoteles untuk membangun ajaran Gereja...
Pastur Hart: Ya, saya mengerti... Itu bisa dijadikan tesis yang
menarik...
Satyaraja Dasa: Saya punya pertanyaan untuk Anda. Dewasa
ini, umumnya orang Kristen merasa tidak memerlukan seorang
DIALOG TIMUR-BARAT 79
guru spiritual. Saya pikir ini sebagian besar disebabkan oleh fakta
bahwa orang Kristen merasa Yesus adalah satu-satunya guru.
Anda tahu, keeksklusifan Kristen. Yesus adalah satu-satunya
jalan...
Pastur Hart: Ya, saya mengerti maksud Anda. Saya harus me-
ngatakan bahwa ini adalah konsep yang sangat picik. Tentu
hal itu tidak mewakili Kristen yang sejati. Apa yang Anda sebut
ì Keeksklusifan Kristen,î tentunya didasarkan atas kitab Yohanes
(14.6), di mana Yesus berkata, ì Akulah jalan, kebenaran dan
hi-dup; tidak ada seorang pun datang kepada Bapa, kalau tidak
melalui aku.î
Satyaraja Dasa: Itu dia. Itulah ayat yang selalu mereka kutip.
Hanya melalui Yesus, kata mereka. Kita tidak memerlukan guru
spiritual yang masih hidup.
Pastur Hart: Ya. Ini adalah interpretasi yang malang tetapi satu
interpretasi yang cukup dominan. Bagaimanapun, bahasa Yunani
yang asli menceritakan kisah yang berbeda. ego eimi ha hodos
kai ha alatheia kai ha zoa; oudeis erketai pros ton patera ei ma
di emou.
Satyaraja Dasa: Bisa Anda terjemahkan?
Pastur Hart: Saya sudah kutip ayat itu, tetapi kata kunci di
sini adalah erketai. Ini benar-benar adalah sebuah kata kerja
ì present-tense,î (waktu kini). Dengan kata lain, terjemahan
yang lebih akurat akan menjadi seperti berikut; ì Akulah jalan,
kebenaran, dan hidup; tidak ada seorang pun saat ini datang
kepada Bapa, kalau tidak melalui aku.î Anda lihat? Di Palestina,
dua ribu tahun silam, Yesus-lah sang guru. Jika Yesus ingin
mengatakan bahwa beliau adalah guru untuk segala zaman,
beliau akan menggunakan kata lain selain erketai, tetapi beliau
tidak melakukannya.
Tentunya dalam satu makna, saya dapat berempati kepada
ka-wan-kawan Kristen saya. Saya juga menerima Yesus sebagai
juru selamat saya. Tetapi secara obyektif, tidak ada alasan untuk
me-ngatakan bahwa beliau adalah satu-satunya guru, walaupun
80 DIALOG TIMUR-BARAT

banyak yang mengatakan seperti itu.


Satyaraja Dasa: Ya. Jadi Anda mengerti bagaimana pentingnya
keberadaan seorang pembimbing yang masih hidup, guru
spiritual yang memiliki badan, telah dikaburkan. Akibatnya, orang
tidak tahu bagaimana menginterpretasi kitab suci. Sebagai contoh,
Alkitab memiliki dua kisah penciptaan yang berbeda. Lebih dari
itu, Alkitab Matius dan Lukas berisi dua garis keturunan Yesus
yang bersimpangan sepenuhnya. Yang mana dari kedua kisah itu
yang merupakan perumpamaan? Yang mana yang harus diterima
sebagai analogi atau kiasan?
Pastur Hart: Tetapi, Luther mengatakan bahwa kita ì semua me-
miliki hak untuk menafsirkan kitab suci...
Satyaraja Dasa: Kebebasan yang lebih tak bertanggung jawab!
Siapakah diri kita hingga berani menafsirkan. Ada orang yang
menggunakan kitab suci untuk membenarkan pembunuhan. Ada
orang yang menggunakan kitab suci untuk mengusulkan perang,
dan ada orang yang menggunakannya untuk mencapai kedamaian
dunia. Anda menggunakan kitab suci untuk membuktikan bahwa
Yesus adalah Juru Selamat yang ditunggu-tunggu orang Yahudi.
Orang Yahudi menggunakannya dengan sama efektifnya untuk
membuktikan bahwa Yesus tidak mungkin Juru Selamat tersebut.
Pastur Hart: Apa yang dapat dilakukan?
Satyaraja Dasa: Kitab suci Veda menganjurkan metode tiga titik
uji. Guru, shastra dan sadhu. Maksudnya adalah bahwa orang
harus mendekati seorang guru dalam garis perguruan yang ajar-
annya dibenarkan oleh kitab-kitab suci, dan oleh orang-orang suci
serta para resi terdahulu. Metode ini akan memecahkan semua
masalah atas penafsiran kitab suci yang menyimpang.
Pastur Hart: Tapi guru spiritual haruslah murni. Kalau tidak
demi-kian masalah yang sama terjadi...
Satyaraja Dasa: Tepat. Tetapi, kitab suci Veda menegaskan
bahwa orang harus mendekati seorang guru, dan guru itu harus
terhubung dengan salah satu dari empat sampradaya yang
saya sebutkan sebelumnya. Berikutnya adalah bagaimana cara
membedakan bahwa guru tersebut murni. Oh, ada begitu banyak
DIALOG TIMUR-BARAT 81
teks... Menurut Mundaka Upanishad (1.2.12) dua kualifikasi
utama guru adalah srotryam, yaitu bahwa beliau berasal dari garis
perguruan, dan brahma nistham, bahwa beliau mantap dalam
Kebenaran Mu-tlak hidupnya didedikasikan kepada Krishna.
Sebagai tambahan, guru hendaknya mampu mengendalikan
lidahnya, perut dan kemaluannya... Penyembah-murni Tuhan,
guru spiritual, memiliki dua puluh enam sifat utama... Semua
per-nyataannya ditopang oleh kitab suci... Dan interpretasinya
atas kitab suci tidak pernah menyimpang dari guru-guru
pendahulunya dalam garis perguruan atau sampradaya... Anda
paham? Ini sangat jelas. Ada begitu banyak referensi...
Pastur Hart: Perkumpulan Anda termasuk garis perguruan yang
mana?
Satyaraja Dasa: Garis Brahma-Madhva. Salah satu dari empat
tadi...
Pastur Hart: Ya. Di mana kedudukan Sri Chaitanya?
Satyaraja Dasa: Sri Chaitanya memodifikasi ajaran Madhva. Saya
kira kita sudah membahas ini sebelumnya...
Pastur Hart: Tapi memang benar Sri Chaitanya menerima per-
guruan Brahma-Madhva?
Satyaraja Dasa: Ya. Guru Sri Chaitanya adalah Ishvara Puri, yang
merupakan murid dari Madhavendra Puri yang termasyhur. Mela-
lui guru-nya, Madhavendra Puri jelas terhubung dengan Madhva
sampradaya. Dan dengan cara demikian kami terhubung dengan
Brahma-Madhva-Gaudiya sampradaya.
Pastur Hart: Gaudiya?
Satyaraja Dasa: Gaudiya menunjuk kepada Sri Chaitanya.
Karena Sri Chaitanya menghidupkan kembali garis perguruan,
dan karena Dia adalah avatara yang lama dinanti, Sri Chaitanya
diberi tempat khusus. Daerah di Benggala, tempat Sri Chaitanya
memperlihatkan kegiatan-Nya, kadangkala dikenal sebagai
ì Gauda-desh.î Karena itu disebut ì Gaudiyaî sampradaya.
Pastur Hart: Saya pikir diksa atau inisiasi adalah hal penting. Di
dalam tradisi Anda hal itu sangat jelas...
Satyaraja Dasa: Logikanya seperti ini. Daripada membaca
82 DIALOG TIMUR-BARAT

roman Perang dan Perdamaian, ada beberapa orang yang


berusaha menghemat waktu dengan cara membaca ringkasannya.
Demikian pula, bukannya mencari guru spiritual yang bonafide,
beberapa orang puas dengan penjual obat yang kata-katanya
mungkin mu-dah diikuti, atau, beberapa orang bahkan tidak
ingin berurusan dengan guru spiritual, atau, beberapa orang
menganggap diri me-reka sendiri sebagai guru spiritual...
Pastur Hart: ì Orang yang berpikir bahwa dirinya adalah guru
spiritual bagi dirinya sendiri maka ia sudah menipu muridnya.î
Satyaraja Dasa: [tertawa] Ya.
Demikian pula, tidak seorang pun yang hanya membaca ring-
kasan roman Perang dan Perdamaian dapat berharap untuk
me-rasakan berbagai nuansa dalam kehidupan dan rasa frustasi
Pierre, Natasha, serta Pangeran Andrei. Sementara hal ini adalah
sebuah contoh kasar, prinsipnya semestinya jelas: boleh jadi ada
jalan pintas dalam banyak wilayah kehidupan, tetapi orang akan
me-nemui masalah jika ia berkecenderungan untuk mencari jalan
pin-tas di wilayah-wilayah yang penuh kerumitan. Yang terbaik
adalah seseorang menerima ajaran dari mereka yang sudah
sukses me-nelusuri jalan itu. Kehidupan spiritual adalah sebuah
usaha keras. Orang yang tidak menerima guru spiritual dari garis
perguruan pasti akan melewatkan titik acuan ilmu pengetahuan
spiritual.
DIALOG TIMUR-BARAT 83

BAB EMPAT
*BHAGAVAd-GItA*
*HAtHA-YOGA*
*DIOGENES DAN KENIKMAtAN INdERA*
*EMpAt ZAMAN DAN YUGA DHARMA*
*RAMANANdA ROY*
*PENOLAKAN GItA*

Pastur Hart: Dapatkah Anda menceritakan tentang Bhagavad-


gita? Dalam percakapan-percakapan kita sebelumnya, Anda
begitu banyak mengutip dari sana. Saya sangat mengagumi karya
itu se-jak saya masih kuliah.
Satyaraja Dasa: Bhagavad-gita, atau ì Nyanyian Tuhan,î adalah
salah satu kitab suci paling penting yang berasal dari India.
Walau-pun secara luas diterbitkan serta dibaca sebagai sebuah
teks terpisah, Bhagavad-gita aslinya muncul sebagai satu bagian
di dalam Mahabharata, sebuah epos sejarah agung yang terdiri
atas 100.000 sloka, yang terkenal sebagai puisi terpanjang dalam
kha-sanah literatur dunia.
Pastur Hart: Tetapi Gita...
ëSatyaraja Dasa: Ya. Gita berada di dalam bab dua puluh lima
sampai bab empat puluh dua dari bagian Bhisma-parva, Maha-
bharata. Diawali oleh Sri Krishna Tuhan Yang Maha Esa yang
sedang berdiri di tengah medan perang Kuruksetra sebagai seo-
rang kusir untuk kawan dan penyembah-Nya, Arjuna. Dialog yang
kemudian terjadi adalah gita, atau ì nyanyian,î sang Bhagavan,
84 DIALOG TIMUR-BARAT

ì Tuhan Yang Maha Esa.î Tuhan melantunkan kidung-Nya karena


penyembah-Nya, Arjuna, sedang membutuhkan tuntunan.
Dibuat bingung oleh tugas dan kewajibannya untuk bertempur,
Arjuna enggan terlibat dalam perang saudara yang menghadang-
nya. Sri Krishna kemudian menguraikan dampak dari keengganan
penyembah-Nya itu. Krishna menjelaskan bahwa sebagai seorang
ksatriya, kewajiban khusus Arjuna adalah bertempur atas nama
pihak yang benar. Keengganan Arjuna untuk bertempur, yang
se-pintas terdengar mulia, sesungguhnya dilandasi ilusi, yaitu
ke-keliruan menyamakan badan dengan diri sejatinya (sang roh).
Itulah penegasan Sri Krishna.
Pihak musuh, bagaimanapun, telah banyak melakukan keja-
hatan, dan sudah ditakdirkan kalah, kendatipun banyak di antara
mereka adalah sanak-saudara Arjuna. Krishna telah menetapkan
nasib mereka, atau, sesungguhnya merekalah yang telah menen-
tukan nasib mereka sendiri, dan Krishna menyemangatkan
Arjuna untuk bertindak sebagai alat guna menegakkan reaksi
yang sepan-tasnya. Tujuh ratus ayat Gita terdiri atas argumentasi-
argumentasi yang terperinci terkait dengan hal ini dan kepatuhan
akhir Arjuna.
Pastur Hart: Anda telah menguasai seni menjelaskan hal-hal yang
kompleks sehingga menjadi mudah dipahami. Tentu saja, Anda
sedang menyampaikan kesimpulan dari garis perguruan, dan
me-nurut tradisi itu sendiri, inilah cara pandang yang hendaknya
ki-ta terima. Tetapi, selama berabad-abad terdapat banyak ulasan
yang berupa tafsiran. Dapatkah Anda memberi tahu saya, menurut
pengalaman sejarah, ulasan Gita yang manakah yang berfaedah
dan yang manakah yang palsu?
Satyaraja Dasa: Kebanyakan ulasan yang populer dewasa ini
jelas-jelas bias. Ulasan-ulasan tersebut tidak memiliki kedalaman
makna dan tidak menghormati ulasan tradisi yang sangat penting
untuk menyusun penafsiran pribadi seseorang. Dengan demikian,
Bhagavad-gita Menurut Aslinya karya Srila Prabhupada adalah
satu-satunya terjemahan dan ulasan dalam Bahasa Inggris yang
memberi penghormatan sepantasnya terhadap ulasan-ulasan
DIALOG TIMUR-BARAT 85
bo-nafide sepanjang sejarah...
Pastur Hart: Bagaimana dengan ulasan Gita yang baru karya Dr.
Barbara Stoler Miller. Anda tahu, ia adalah ahli Bahasa Sanskerta
dari Colombia. Dalam hal prosa...
Satyaraja Dasa: Ya, itu terjemahan yang bagus. Dan khususnya
saya menghargai bagian simpulan, tentang Thoreau memberikan
Gita kepada Waden Pond...
Pastur Hart: Ya.Ya.
Satyaraja Dasa: Tetapi, sejauh menyangkut keautentikan dan
kesetiaan terhadap tradisi, saya hanya menganjurkan karya
Prabhupada.
Pada masa lampau Bhagavad-gita telah banyak kali dirongrong
oleh ulasan yang tak perlu, dimana yang paling awal adalah
ulasan agung karya Shankaracharya pada abad kedelapan Masehi.
Sementara ulasan Shankaracharya memiliki makna penting ter-
sendiri, ulasan tersebut menghilangkan sifat teistik yang sangat
penting dari keseluruhan ajaran Bhagavad-gita. Penafsiran Shan-
karacharya menutupi sifat personal Tuhan bagi para pengikut
Shankara, yakni para impersonalis (orang yang tidak mengakui
adanya wujud pribadi Tuhan).
Penafsiran yang dipaksakan itu membuka sebuah perguruan
baru penafsiran Gita, dan lambat-laun tafsiran-tafsiran yang kurang
bermakna membanjiri pasaran. Penulis-penulis kontemporer, da-
lam karya-karya mereka, tanpa ragu menempatkan Gita-Gita yang
bias ini sebagai rujukan, seraya menyebut orang-orang seperti:
Gandhi, Aurobindo, Huxley, Hartman, Steiner, Tagore dan banyak
lagi yang lainnya sebagai otoritas. Sementara orang-orang ini
barangkali adalah orang-orang yang menduduki posisi tertentu
di bidangnya masing-masing, sulit diterima bahwa mereka adalah
otoritas atas Bhagavad-gita.
Pastur Hart: Saya sudah membaca Makna Penting Bhagavad-gita
bagi Teologi Kristen (The Significance of the Bhagavad-gita for
Christian Theology) karya Geoffrey Parrinder, dan disertasi Ph.D.
dari William Blauchard, yang berjudul, ì Mencermati Hu-bungan
Perjanjian Baru dengan Bhagavad-gita.î Sangat bagus. Oh, saya
86 DIALOG TIMUR-BARAT

juga sudah membaca Bhagavad-gita oleh Charles Wil-kins. Itu


adalah terjemahan pertama ke dalam bahasa Inggris, Anda tahu,
yang diterbitkan tahun 1785.
Satyaraja Dasa: Sayangnya, ulasan-ulasan yang lebih penting
atas Bhagavad-gita jarang sekali dikenal oleh para pembaca
modern: Anugita, atau ayat-ayat Gitamahatmya. Jayatirta, yang
berasal dari sampradaya Brahma-Madhva, menulis ulasan yang
sangat penting atas Gita, demikian pula ulasan Vedanta Deshika
dari perguruan Ramanuja.
Pastur Hart: Tidak, saya belum pernah mendengar semua itu.
Satyaraja Dasa: Ulasan yang lebih penting lagi adalah karya
Vishvanatha Chakravarti Thakura dan Baladeva Vidyabhusana,
sebab ulasan-ulasan ini adalah ulasan Brahma-Madhva-Gaudiya
sehingga ulasan ini mengetengahkan kesimpulan tertinggi, yaitu
cinta kasih rohani kepada Tuhan.
Pastur Hart: Rasanya saya tidak mengetahui keberadaan ulasan-
ulasan tersebut....
Satyaraja Dasa: Ulasan-ulasan Gita tersebut belum tersedia
dalam bahasa Inggris. Tetapi, inilah ulasan-ulasan Gita menurut
tradisi yang telah ditegakkan sejak lama. Anda mengerti,
penafsiran-penafsiran palsu bertindak sedemikian rupa sehingga
mengabur-kan pesan sejati Gita, termasuk mengaburkan ulasan-
ulasan terpenting atas Gita.
Untuk saat ini, orang dapat menyelami misteri Bhagavad-gita
dengan bantuan Bhagavad-Gita Menurut Aslinya karya Sri Srimad
A. C. Bhaktivedanta Swami Prabhupada. Ini adalah edisi Bhaga-
vad-gita yang definitif, dilengkapi ayat asli dalam bahasa San-
skerta, terjemahan kata per kata, terjemahan ke dalam bahasa
Inggris, dan penjelasan yang panjang-lebar. Inti dari semua
ulasan menurut tradisi Bhagavad-gita dapat ditemukan dalam
versi ini dan ini, terimalah.
Pastur Hart: Sebagai hadiah? Terima kasih.
Satyaraja Dasa: Yang saya mohon adalah agar Anda membacanya
dengan teliti.
DIALOG TIMUR-BARAT 87
Pastur Hart: Terimakasih banyak.
Satyaraja Dasa: Hadiah ini saya maksudkan untuk membantu
Anda agar terhindar dari ulasan yang menyimpang.
Pastur Hart: [tertawa] Yah, membaca buku ini akan menghabiskan
waktu yang cukup lama. Kelihatannya ada seribu halaman. Kira-
kira. Ya, saya akan mulai membacanya malam ini juga...
Satyaraja Dasa: Edisi ini dianjurkan di dalam Bhagavad-gita
sendiri.
Pastur Hart: Hmmmm?
Satyaraja Dasa: Ya, di dalam Gita Bab Empat Krishna bersabda
dengan lantang: evam parampara praptam, imam rajarshayo
viduh. Ini ayat aslinya dalam bahasa Sanskerta,yang pada intinya
menyatakan bahwa untuk mengetahui kebenaran Gita seseorang
harus mendekati seorang guru spiritual yang termasuk dalam garis
perguruan (parampara); tidak akan cukup hanya melalui pende-
katan akademis. Misteri kitab-kitab suci hanya dapat dipecahkan
oleh para praktisinya, melalui mistik keagamaan, seperti yang
Anda ketahui, dan penjelasan kitab suci yang terbaik adalah yang
diwariskan oleh mereka yang dalam hidupnya mengamalkan
kitab suci itu sendiri.
Dalam hal ini, pesan Bhagavad-gita sangat jelas: mendekatkan
diri kepada insan yang telah menginsafi jati diri, untuk mengerti
Bhagavad-gita. Beliau dapat memberi pengetahuan sebab beliau
telah mantap dalam kebenaran. Sebaliknya, seseorang yang ber-
spekulasi dengan pikirannya, betapa pun mahirnya, hanya dapat
mengajari cara berspekulasi. Orang yang mempelajari Bhagavad-
gita hanya secara akademis dari jarak jauh tidak akan pernah bisa
masuk ke dalam pemahaman yang lebih mendalam. Akan tetapi,
orang yang dalam hidupnya mengamalkan Bhagavad-gita dapat
memecahkan semua masalah filsafat, sejarah maupun pe-nafsiran,
baik untuk dirinya sendiri maupun mereka yang dia di-dik. Inilah
nilai dari Gita karya Srila Prabhupada.
Pastur Hart: Sebuah pengesahan yang cukup panjang-lebar.
Terimakasih sekali lagi.
Beberapa pertanyaan teologi: Mengapa Kurukshetra dipilih
88 DIALOG TIMUR-BARAT

se-bagai medan perang utama? (Saya katakan ì utamaî sebab


saya memahami bahwa itu adalah perang dunia...) Jelas bahwa
tempat itu dipandang sebagai tempat suci sebelum terjadinya
percakapan suci antara Krishna dan Arjuna lima ribu tahun
silam. Kenyataanya, sejauh yang bisa saya ingat, secara khusus
dinyatakan bahwa Kurukshetra adalah tempat suci bahkan
sebelum Bhagavad-gita diwahyukan.
Satyaraja Dasa: Kurukshetra adalah dataran luas di dekat kota
Delhi sekarang, sebelah tenggara Thanesar, dan sangat dekat
dengan Panipat. Kurukshetra adalah bagian dari daerah lebih lu-
as yang disebut Dharmakshetra. Kurukshetra dipandang sebagai
tempat suci karena tempat itu terbentang di antara pertemuan
dua sungai yang paling suci di India, Yamuna dan Saraswati. Ini
salah satu alasannya.
Tentu saja, dialog suci antara Krishna dan Arjuna yang bersifat
spiritual sepenuhnya tidak dibatasi oleh pertimbangan ruang
dan waktu, yang merupakan faktor-faktor material. Jadi Kuru-
kshetra selalu merupakan tempat suci sebab percakapan rohani
yang terjadi jutaan tahun silam dengan Dewa Matahari, Vivasvan,
pada suatu hari akan terulang kembali antara Krishna dan Arjuna.
Hal ini telah terjadi lima ribu tahun silam, tetapi para resi agung
selalu mengetahui bahwa hal itu suatu saat akan terjadi lagi.
Oleh karena itu, tempat tersebut selalu dipandang suci, bahkan
sebelum zaman Krishna dan Arjuna.
Pastur Hart: Bagaimana ajaran-ajaran Gita mengenai pencapaian?
Arjuna adalah raja agung yang ingin meninggalkan kemewahan;
ia tertarik pada pelepasan ikatan. Tapi, Krishna tidak mengizinkan
Arjuna melepaskan keterikatan secara dangkal. Ini menarik. Bu-
kankah Gita pada puncaknya mengajarkan pelepasan ikatan?
Satyaraja Dasa: Ya, tapi Gita mengajarkan pelepasan ikatan
yang sempurna, atau yukta vairagya. Jenis pelepasan ikatan yang
umumnya kita mengerti belumlah sempurna. Pelepasan ikatan
yang demikian bersifat kering. Meninggalkan kenikmatan duniawi
tidak secara otomatis menjadikan seseorang pecinta Tuhan. Oleh
karena itu, Gita mengajarkan bahwa pelepasan ikatan yang sejati
DIALOG TIMUR-BARAT 89
bukanlah meninggalkan hal-hal duniawi melainkan menggu-
nakan hal-hal tersebut dalam pelayanan kepada Krishna. Menurut
Gita, hal ini adalah pelepasan ikatan tertinggi. Yang ditinggalkan
lebih dari sekadar hasil dari kegiatan seseorang yang ditinggalkan
adalah mentalitas pamrih (mengharapkan hasil). Bekerja, dengan
penuh rasa bhakti, untuk Krishna. Inilah pelepasan ikatan yang
sejati. Dan pelepasan ikatan jenis inilah yang Krishna inginkan
agar dimengerti oleh Arjuna.
Ini adalah soal memahami siapa diri kita dalam hubungan
dengan Krishna. Apakah kita penikmat atau yang dinikmati. Di
samping itu, apa yang bisa kita tinggalkan jika segalanya adalah
milik Tuhan?
Ambilah sebuah contoh, misalnya Anda menemukan dompet
di jalan. Jika Anda ambil dompet itu lalu menyimpannya, Anda
adalah pencuri, hanya mementingkan kenikmatan indera Anda
sendiri. Dalam bahasa Sanskerta, itu disebut seorang bhogi, pe-
nikmat indera. Sekarang, jika Anda tidak memedulikan dompet
itu, dengan berpikir ì itu bukan milik saya itu bukan urusan sa-ya,î
Anda masih bertindak kurang tepat. Anda tidak punya hati. Anda
bisa saja membantu pemiliknya dengan cara mengembalikan
dompet itu. Ini dapat dibandingkan dengan tyaga, atau jenis pe-
lepasan ikatan pada umumnya yang ditolak di dalam Gita. Tetapi
jika Anda mengambil dompet itu lalu mencoba menemukan pe-
miliknya, ini dapat dibandingkan dengan seorang bhakta, seorang
penyembah Tuhan, yang selalu berusaha menggunakan benda-
benda di dunia ini untuk pelayanan kepada Krishna, pelayanan
kepada pemilik asli dompet itu.
Jadi, dalam satu makna, orang yang menikmati (bhogi)
dan orang yang melepaskan ikatan (tyaga) adalah sama saja.
Hanya para bhakta yang memiliki kebajikan dalam pengertian
sebenarnya.
Pastur Hart: Ya. Urusan menikmati dan melepaskan ikatan
ini bagaimana dalam satu makna keduanya mengantarkan pada
tujuan akhir yang sama mengingatkan saya tentang suatu kisah
dalam kehidupan Diogenes, seorang filsuf Yunani.
90 DIALOG TIMUR-BARAT

Ketika Alexander Agung bersiap untuk menaklukkan India,


terlebih dahulu dia singgah di tempat temannya yang bernama
Diogenes. Ketika bertemu, mereka saling menyambut dengan pe-
nuh kasih sayang, sebab mereka adalah kawan lama yang tidak
saling bertemu sejak beberapa waktu. Duduk nyaman di atas kursi
kesayangannya sementara kawannya yang diliputi kecemasan
ber-jalan mondar-mandir, Diogenes membuka pembicaraan:
ì Akan pergi ke mana Anda sekarang?î
Alexander menjawab, ì Pertama-tama saya hendak menaklukkan
Asia Kecil.î
ì Dan setelah itu Anda akan ke mana?í Diogenes bertanya kepada
kawannya yang penuh ambisi itu. Ia selalu heran mengamati sifat
Alexander yang ingin berkuasa.
ì Setelah itu saya akan menaklukkan India,î jawab Alexander.
ì Lalu kemudian apa?î tanya sang rohaniwan.
Alexander menjawab: ì Saya akan menaklukkan seluruh dunia.î
Sambil tersenyum tenang, Diogenes menatap mata
Alexander dengan pandangan yang jelas-jelas menantang seraya
berkata, ì Setelah menaklukkan dunia, lalu apa yang akan Anda
lakukan?î
ì Ah,î jawab Alexander, ì kemudian saya akan istirahat dan
ber-santai.î
Jawaban itu membuat Diogenes tertawa terbahak-bahak. Di-
panggilnya kawannya yang paling setia, seekor anjing kurus yang
sedang istirahat di sebelahnya. ì Apa kamu dengar apa yang baru
saja dikatakan orang gila ini?î Diogenes bercerita kepada anjing-
nya. ì Dia akan istirahat setelah menaklukkan dunia. Sedangkan
kita sudah istirahat dan tidak menaklukkan apa pun terkecuali,
mungkin, keinginan untuk menjadi penakluk dunia.î
Lalu Diogenes berbalik memandang Alexander dan berkata,
ì Jika istirahat dan santai adalah tujuan terakhir Anda, mengapa
Anda tidak bergabung saja bersama saya dan anjing saya sekarang
di ruangan yang nyaman ini? Ada cukup ruangan untuk kita ber-
tiga di sini. Mengapa Anda hendak menciptakan begitu banyak
DIALOG TIMUR-BARAT 91
gangguan di seluruh dunia hanya agar Anda bisa kembali ke sini
kemudian istirahat bersama saya? Anda dapat melakukannya
sekarang.î
Tidak mampu berkata-kata, Alexander pergi dengan perasaan
sangat malu, tapi apa yang dapat dia lakukan? Dia sudah terikat
dan terkondisikan. Tapi sang rohaniwan secara pasti telah
memberi dia bahan renungan.
Satyaraja Dasa: Cerita yang menarik. Kami mendukung kesim-
pulan tersebut, tapi hanya jika pelayanan kepada Krishna, Tuhan,
adalah kesepakatan akhir antara Alexander dan Diogenes.
Pastur Hart: Ya, itulah yang saya maksudkan. Alexander adalah
bhogi, si penikmat indera, dan Diogenes adalah tyagi, orang
yang melepaskan ikatan. Apa yang diperlukan adalah seorang
penyem-bah Tuhan, bhakta.
Satyaraja Dasa: Ya. Inilah poinnya...
Pastur Hart: Katakanlah, mungkin ini sudah agak keluar jalur,
tapi mengingat bahwa kita sedang berbicara mengenai Bhagavad-
gita, saya ingin bertanya tentang yoga. Banyak bab menguraikan
hal ini, dan, sejak tahun 60-an, orang sudah mendengar begitu
banyak tentang fenomena yoga. Saya tahu bahwa Gita adalah
salah satu kitab asli yang menjelaskan tentang bermacam-macam
sistem yoga. Karena beberapa alasan, ì Raja yogaî terlintas di
benak saya. Beberapa murid saya mengikuti berbagai bentuk Raja
yoga, dan saya hanya ingin tahu bagaimana hal ini berhubungan
dengan ajaran Bhagavad-gita.
Satyaraja Dasa: Sistem Raja yoga dijelaskan di dalam Bagavad-
gita. Tetapi, sangat disayangkan bahwa murid Anda terlibat dalam
hal seperti itu sekali lagi, ini secara langsung berhubungan de-
ngan terjemahan dan ulasan yang bias atas Bhagavad-gita.,
Arjuna sendiri menolak sistem yoga ini, dengan menganggapnya
terlalu sulit untuk zaman sekarang. Krishna setuju dengan penda-
pat Arjuna, dan menganjurkan Bhakti-yoga yang lebih sederhana,
di mana seseroang belajar untuk memusatkan indera-inderanya
kepada Yang Mahakuasa melalui pelayanan suci, seperti yang
92 DIALOG TIMUR-BARAT

sudah kita bahas. Proses Bhakti-yoga ini adalah ì Rajaî yoga yang
tertinggi, karena raja berarti ì raja.î Bhakti-yoga adalah raja segala
proses yoga.
Pastur Hart: Tetapi, apa kemudian Raja yoga yang lebih rendah
ini, yang begitu populer dewasa ini?
Satyaraja Dasa: Meskipun pada umumnya disebut sebagai Raja
yoga, kebanyakan orang dewasa ini sebenarnya menunjuk pada
Ashtangga yoga atau yoga dengan delapan bagian yang juga
dikenal sebagai Hatha yoga.
Delapan bagian dari proses ini meliputi Yama (ì disiplin dan
pengekangan diriî ), Niyama (ì praktik keagamaanî ), Asana
(ì po-sisi badanî ), Pranayama (mengendalikan dan mengatur
perna-pasan), Pratyahara (ì mengekang indera dari obyek indera),
Dharana (memantapkan pikiran kepada Tuhan), Dhyana (me-
ditasi kepada Tuhan), dan Samadhi (ì kekhusukan sepenuhnya
kepada Tuhanî ).
Ini dimaksudkan sebagai proses bertahap yang memerlukan
waktu ribuan tahun untuk mencapai kesempurnaan. Ya, yoga
ini dimaksudkan untuk zaman sebelumnya, ketika orang hidup
se-lama ribuan tahun lamanya. Itulah sebabnya dengan benar
Arjuna menolak, dengan menyebutnya sebagai hal yang sulit
dan tidak praktis untuk zaman saat ini. Aslinya, proses Raja yoga
dimak-sudkan untuk memberikan para pengikutnya suatu tingkat
pengu-asaan atas badan dan pikiran, agar keduanya perlahan-
lahan dapat digunakan dalam pelayanan dan kekhusukan kepada
Tuhan.
Orang telah mengalihkannya menjadi urusan kenikmatan in-
dera. Kini mereka menghentikannya pada tahap pertengahan,
yaitu tatkala energi ì Kundaliniî bangkit, dan mereka mendapati
badan mereka sehat untuk melakukan hubungan seks, dan
melupakan Tuhan.
Energi Kundalini ini diangkat melalui nadi Shushumna, salah
satu dari 72.000 nadi yang ada di dalam tubuh kita. Proses yoga
dimaksudkan untuk membersihkan, atau menyucikan nadi-nadi
DIALOG TIMUR-BARAT 93
kita sehingga energi Kundalini bisa bergerak tanpa halangan. Hal
ini biasanya dicapai melalui bagian Pranayama dari porses yoga
ini, yang untuk satu proses ini saja memerlukan waktu lebih dari
satu kehidupan untuk menjadi sempurna.
Pastur Hart: Jadi, proses yang rumit ini ditolak oleh kitab suci
untuk zaman sekarang dan sebaliknya Bhakti-yoga dianjurkan.
Tapi, mengapa Krishna tidak memulai ajaran tentang hal ini
pada halaman pertama? Mengapa ada anjuran untuk mencoba
Raja yoga dan hanya setelah Arjuna menolaknya baru Krishna
menganjurkan Bhakti? Apa itu berarti bahwa proses Ashtanga
dianjurkan pada zaman sebelumnya? Kelihatannya Anda tadi
menyinggung hal ini...
Satyaraja Dasa: Ya, Krishna muncul pada penghujung zaman
se-belumnya, Dvapara-yuga. Krishna mengemukakan pandangan
sejarah tentang proses yoga tersebut, hanya untuk memperlihat-
kan, dengan adanya penolakan oleh Arjuna, bahwa proses itu
memang sudah ketinggalan zaman. Arjuna adalah individu yang
sangat berkualifikasi. Jika proses itu tidak mungkin dilakukan oleh
Arjuna, kita hendaknya bahkan tidak berpikir untuk melaksa-
nakannya.
Proses Raja yoga, menurut kitab suci, sebenarnya dimaksudkan
untuk Satya-yuga, zaman yang pertama, yaitu ketika masa-hidup
manusia teramat panjang sebenarnya mereka hidup sampai
ri-buan tahun lamanya. Setelah zaman itu, datang Treta-yuga,
dimana umur manusia mulai berkurang, dan proses yang
dianjurkan untuk menginsafi Tuhan adalah melaksanakan
upacara yadnya secara besar-besaran. Berikutnya datang
Dvapara-yuga, dan kembali umur manusia berkurang. Pada
zaman itu, pemujaan di kuil secara mewah dianjurkan sebagai
proses yang telah ditetapkan.
Dvapara-yuga ini memiliki makna istimewa dalam banyak segi.
Pertama, Sri Krishna sendiri muncul pada waktu itu, sehingga
orang mendapat inspirasi secara langsung. Lebih jauh, proses
me-ditasi mantra menjadi sarana yang populer guna memuaskan
94 DIALOG TIMUR-BARAT

Arca. Hal ini menjadi persiapan bagi para penyembah pada Kali-
yuga, ketika meditasi mantra akan menjadi latihan spiritual yang
dianjurkan.
Tetapi, kita kembali sejenak ke zaman Dvapara-yuga. Caitanya-
caritamrita (madhya 8) secara khusus mencatat bahwa pada
Dvapara-yuga Tuhan dipuja dengan mantra sebagai berikut:
namas te vasudevaya
namak samkarshanaya cha
pradyumnayanirudhaya
tubyam bhagavate namaha

ì Hamba bersujud ke hadapan Personalitas Tuhan Yang Maha


Esa, yang memperbanyak diri sebagai Vasudeva, Sankarshana,
Pra-dyumna, dan Aniruddha.î Doa pujian ini pada mulanya
muncul di dalam kitab Srimad-Bhagavatam, dan secara khusus
mengan-jurkan untuk memuja Krishna, beserta tata pemujaan di
kuil, pada Dvapara-yuga.
Hal ini mengantarkan kepada Zaman Besi, Kali-yuga, ketika
umur kita berkurang sangat banyak dan kita kehilangan semua
kualifikasi yang lebih halus, seperti sifat-sifat yang diperlukan
dalam proses Raja-yoga, upacara korban suci secara terperinci,
dan pemujaan Arca secara mewah di tempat suci. Pada zaman ini,
satu-satunya harapan kita adalah dengan mengucapkan nama suci
dengan tulus di tengah pergaulan para Vaishnava (ì san-kirtanaî ).
Yang dianjurkan secara khusus adalah pengucapan maha-mantra
Hare Krishna: Hare Krishna, Hare Krishna, Krishna Krishna, Hare
Hare, Hare Rama, Hare Rama, Rama Rama, Hare Hare.
Sebagaimana Sri Krishna muncul secara pribadi pada Dvapara-
yuga, Krishna datang lagi pada Kali-yuga, yang kembali diikuti
oleh rekan-rekan pribadi-Nya. Akan tetapi, kali ini Krishna muncul
dengan mengambil warna keemasan yang berlawanan dengan
warna kehitam-hitaman Sri Krishna dan Dia muncul dalam as-
pekNya yang paling rahasia, yang secara resmi memperkenalkan
dan mengumandangkan gerakan Hari-nama Sankirtana, yuga-
DIALOG TIMUR-BARAT 95
dharma (ì proses untuk zaman iniî ), yang terdiri dari pengucapan
maha-mantra Hare Krishna ini.
Yang dimaksud tentunya adalah avatara Sri Chaitanya Maha-
prabhu. Kitab suci memberi keterangan kepada kita bahwa orang-
orang yang paling beruntung akan berlindung kepada manifestasi
Tuhan yang bercahaya cemerlang ini, dan pada diri-Nya mereka
akan menemukan perlindungan dari zaman Kali.
Pastur Hart: Hal yang menarik. Maka kemudian, pada intinya,
Bhagavad-gita menyimpulkan dengan memberitahu kita untuk
berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa Krishna dengan
bertindak dalam bhakti dan mengucapkan nama suci-Nya. Hal
in sangat luar biasa. Benar-benar terasa seperti dalam agama
Kristen. Pada intinya kesimpulannya sama.
Sebenarnya, perintah terakhir Bhagavad-gita ini adalah favorit
saya: ì Tinggalkan segala dharma dan hanya berserah diri kepada-
Ku,î Krishna bersabda, ì Aku akan melindungimu dari segala re-
aksi dosa.î Perintah ini penuh misteri bagi saya pada awalnya saya
harus mengakuinya. Tapi, saya pikir maksudnya adalah bahwa
orang pada akhirnya harus meninggalkan keagamaan biasa dan
berserah diri kepada Tuhan. Orang tidak dapat terus-menerus
bersembunyi di balik ritual dan formalitas. Jika memang ini yang
dimaksudkan oleh Sri Krishna, maka saya harus mengakui bahwa
perintah ini secara ringkas menyambungkan ajaran terakhir dan
tertinggi dari semua tradisi keagamaan.
Satyaraja Dasa: Tidak dapat diragukan lagi, bahwa ini
adalah ajaran yang sangat mulia. Para pengikut Ramanuja juga
memandang sloka ini sebagai charama-shloka, atau ì sloka
terakhirî dari Bha-gavad-gita. Tetapi Anda akan kaget mengetahui
bahwa ini secara pasti bukanlah ajaran tertinggi.
Pastur Hart: Saya tidak dapat membayangkan sesuatu yang
lebih tinggi daripada itu. Bagi orang-orang Kristen, kepatuhan
sepe-nuhnya kepada kehendak Tuhan adalah yang tertinggi...
Satyaraja Dasa: Perbedaan dan nuansa halus dari ì kepatuhanî
dan ì cintaî dipaparkan dengan jelas dalam tradisi Vaishnava.
Uraian dalam tradisi Vaishnava jauh lebih dalam daripada
96 DIALOG TIMUR-BARAT

perintah Bhagavad-gita tadi. Anda akan kaget mengetahui bahwa


Chaitanya Mahaprabhu, dalam satu makna, menolak ajaran
Bhagavad-gita tadi, dengan menempatkannya sebagai ajaran
yang lebih rendah.
Ketika Mahaprabhu berbincang dengan Ramananda Roy, Sri
Chaitanya meminta agar Sri Ramananda menguraikan tentang
puncak tertinggi kehidupan spiritual. Ramananda memulai
dengan menjelaskan konsep strata sosial dalam Veda yakni
sistem Var-nasrama dan beliau menjelaskan lebih lanjut bahwa
setiap orang hendaknya melakukan tugas-tugas sosial yang sudah
ditetapkan khususnya sebagai pelayanan kepada Tuhan. Akan
tetapi, Maha-prabhu menolak ajaran ini, mengatakannya sebagai
ajaran yang dangkal.
Lalu Ramananda Roy mengusulkan intisari Bhakti-yoga, yang
ditemukan di dalam bab sembilan Bhagavad-gita (sloka 27):
ì ...Apa pun yang engkau lakukan, segala yang engkau makan,
segala yang engkau persembahkan dan berikan sebagai sum-
bangan, demikian pula segala pertapaan yang engkau lakukan,
hendaknya dilakukan sebagai persembahan kepada-Ku.î Percaya
atau tidak, Chaitanya Mahaprabhu menolak pula usul ini bahwa
segala sesuatu yang kita lakukan, hendaknya dilakukan sebagai
suatu persembahan kepada Tuhan menganggapnya sebagai hal
yang dangkal.
Akhirnya, Sri Ramananda merasa aman untuk melompat menuju
perintah ì terakhirî Bhagavad-gita, perintah yang Anda kutip tadi:
ì Tinggalkan segala dharma dan hanya berserah-diri kepada-Ku...î
Tetapi, kembali Mahaprabhu menolaknya, dengan menyebutnya
sebagai hal yang dangkal. Sloka tersebut tergolong karma-mishra-
bhakti, atau ì kegiatan berpahala yang bercampur dengan bhakti,î
sebab Krishna masih memerintah Anda tentang bagaimana ber-
tindak. Jadi, tindakan itu belum bersifat spontan... Anda mengerti,
seseorang akan diminta untuk ì meninggalkanî sesuatu hanya jika
ia sedang berada dalam ilusi bahwa ada hal yang harus diting-
galkan. Tetapi, segala sesuatu pada puncaknya adalah milik
DIALOG TIMUR-BARAT 97
Krishna. Tidak ada yang merupakan milik kita. Inilah keinsafan
yang dicapai. Jadi, ketika kita diminta untuk ì meninggalkanî se-
suatu, atau ketika kita sibuk dalam bhakti dengan suasana hati
bahwa kita sudah ì meninggalkanî sesuatu...itu masih merupakan
karma-mishra-bhakti. Masih bercampur. Belum bhakti yang
murni.
Berikutnya, Sri Ramananda memutuskan untuk menguraikan
suatu keadaan yang benar-benar transenden (melampaui segala
hal duniawi). Beliau berpikir bahwa ini tentunya akan diterima
sebagai puncak tertinggi kehidupan spiritual. Untuk menjelaskan
keadaan mulia ini, beliau mengutip sloka lain dari bab terakhir
Bhagavad-gita yakni bab delapan belas (sloka 54): ì Orang yang
mantap secara spiritual seperti itu segera menginsafi Brahman
Tertinggi. Ia tidak pernah bersedih maupun berkeinginan untuk
mendapatkan sesuatu; dia bersikap sama terhadap semua makhluk
hidup. Dalam keadaan demikian, dia mencapai bhakti yang murni
kepada-Ku.î Ramananda Roy pertama-tama menganjurkan bhakti
yang dipersembahkan sambil melepaskan ikatan terhadap tin-
dakan berpahala, tetapi di sini beliau menganjurkan bahwa bhakii
yang dilakukan dengan pengetahuan yang lengkap dan keinsafan
spiritual adalah lebih tinggi.
Kembali, Mahaprahu menolak pernyataan itu, menganggapnya
sebagai hal yang dangkal. Kali ini Ramananda terjebak dalam
jnana-mishra-bhakti. Kata mishra berarti ì tercampur,î dan di sini
pernyataan Ramananda tercemar oleh ì pengetahuan yang ber-
campur dengan bhakti.î Penekanan sloka ini adalah ì keinsafanî
bukan cinta kepada Krishna yang bebas dari motivasi pribadi.
Ramanda Roy mulai menangkap maksud sebenarnya.
Anda lihat, Sri Chaitanya menyemangatkan Ramananda untuk
melangkah lebih tinggi lagi. Mereka menikmati hal ini bersama-
sama. Dalam bahasa Benggali khususnya, Anda dapat menghargai
diskusi ini sebagai pertukaran rasa yang sangat manis. Sri Chai-
tanya terus-menerus berkata kepadanya: eho bahya age kaha
ara, yang berarti, ì Ini hal-hal yang bersifat eksternal: masuk lebih
98 DIALOG TIMUR-BARAT

dalam lagi; lebih dalam lagi.î


Pastur Hart: Apakah pada akhirnya Ramananda Roy memberikan
jawaban yang tepat kepada Sri Chaitanya?
Satyaraja Dasa: Oh, ya. Kata-kata berikutnya yang keluar dari
mulut Ramananda melontarkan Sri Chaitanya ke dalam keadaan
ekstasi spiritual.
Pastur Hart: Apakah Anda tahu slokanya?
Satyaraja Dasa: Saya hanya dapat memparafrasenya, tapi, dengan
mengutip bagian esoterik dari skanda sepuluh Srimad-Bhaga-
vatam (10.14.3). Sri Ramanda berkata, ì Tuhanku tercinta, dalam
bahasan tertinggi, orang hendaknya meninggalkan sepenuhnya
kegiatan keagamaan yang mengharapkan pahala, spekulasi mo-
nistik, dan pengembangan pengetahuan. Ia hendaknya memulai
kehidupan spiritualnya yang murni dalam bhakti dengan cara
menerima keterangan tentang kegiatan-kegiatan Tuhan dari se-
orang penyembah Tuhan yang telah menginsafi jati diri sejatinya,
yang termasuk dalam garis perguruan. Jika seseorang memupuk
kehidupan spiritualnya dengan cara mengikuti prinsip-prinsip ini,
dan menjaga dirinya dalam jalan hidup yang jujur, maka walau
Engkau tidak pernah dapat ditaklukkan, tapi Engkau sendiri,
de-ngan cara yang tidak dapat dipahami, takluk oleh proses
seperti itu.î
Setelah mendengar uraian seperti itu, Sri Chaitanya melunak,
lalu mengatakan bahwa inilah awal dari kesempuranan sejati.
Inilah awal yang sebenarnya dari puncak tertinggi kehidupan spi-
ritual, sebab kesadaran yang demikian terputus sepenuhnya dari
keinginan, bahkan untuk pencapaian karma, impersonalisme,
dan pencarian pengetahuan yang paling halus sekali pun. Setelah
itu, Sri Chaitanya meminta agar Sri Ramananda menguraikan
topik-topik tingkat lanjut dalam cinta kasih rohani kepada Tuhan,
mengangkat kesempurnaan sampai tingkat tertingginya. Dengan
kata lain, jawaban ini sempurna, tetapi ada juga yang lebih sem-
purna dan paling sempurna.
Pastur Hart: [tertawa] Saya sangat terkesan.
Jadi, apakah para pengikut Sri Chaitanya pada puncaknya me-
DIALOG TIMUR-BARAT 99
nolak Bhagavad-gita?
Satyaraja Dasa: Oh, tidak. Tidak sama sekali. Mohon jangan
salah memahami kata-kata saya. Kata ì menolakî mungkin terlalu
kasar, sebab kata itu mengisyaratkan keputusan akhir. Tidak. Para
pe-ngikut Mahaprabhu memuja Bhagavad-gita sebagai sabda suci
Sri Krishna. Tetapi mereka akan menolak pernyataan Anda bahwa
kesimpulan Gita sloka yang Anda dikutip adalah filsafat yang
tertinggi. Sebenarnya, Bhagavad-gita hanyalah sebuah studi pen-
dahuluan hal yang memang diperlukan, tapi bersifat mendasar.
Dari sana, seseorang harus mempelajari Srimad-Bhagavatam.
Ke-mudian, jika seseorang sangat beruntung, ia dapat memasuki
rahasia Chaitanya Charitamrita. Karya inilah yang mengungkap
pencapaian tertinggi yang mungkin dicapai dalam kehidupan
spiritual.
100 DIALOG TIMUR-BARAT
DIALOG TIMUR-BARAT 101

BAB LIMA
*ApAKAH YESUS DIRAMALKAN DALAM VEdA?*
*BRAHMAN, PARAMAtMA, DAN BHAGAVAN*
*KERAjAAN TUHAN*
*DOA KRIStEN*
*ApA ItU OM*
*MENGUCApKAN HARE KRISHNA*
*SIApAKAH RAdHARANI?*

Pastur Hart: Dengan segala informasi yang begitu terperinci


tersedia di dalam teks-teks Veda, saya ingin tahu adakah Yesus
diramalkan di dalamnya? Suatu kali Anda pernah menyebutkan
bahwa inkarnasi-inkarnasi Tuhan diramalkan di dalam Veda Anda
menyebut Buddha, Rama, Krishna, dan Sri Chaitanya semua
diramalkan...
Satyaraja Dasa: Ya. Tentunya Yesus adalah shaktyavesha avatara,
yang berarti bahwa beliau adalah inkarnasi yang dikuasakan
secara khusus. Saya akan menjelaskan lebih banyak tentang
ma-nifestasi khusus ini nanti. Dalam keadaan mana pun, avatara-
avatara yang seperti itu diuraikan di dalam kitab suci Veda berupa
kualifikasinya, apabila inkarnasi tersebut tidak disebutkan iden-
titasnya secara khusus. Kitab suci Veda menguraikan dengan
sangat terperinci, dengan memaparkan semua sifat yang dapat
diamati untuk mengenali sesosok shaktyavesha avatara. Dengan
cara demikian Keilahian bisa ditentukan.
Yesus, seperti yang Anda ketahui, cukup spesial, jadi, seperti
yang mungkin diduga, beliau disebutkan secara khusus di dalam
Maha Bavishya Purana. Purana purba ini, yang merupakan
bagian dari khasanah literatur Vaishnava, menyebutkan bahwa
102 DIALOG TIMUR-BARAT

beliau disalib rupanya beliau kemudian pergi ke India setelah


pe-nyaliban.
Pastur Hart: Sangat menarik. Orang-orang Islam juga percaya
bahwa Yesus tidak meninggal di tiang salib. Mereka juga tidak
percaya dengan kebangkitan Yesus.
Satyaraja Dasa: Ada banyak tradisi purba sehubungan dengan
hal ini.
Bagaimanapun, kitab suci Veda meramalkan sepenuhnya
sejarah Yesus karena Veda telah disusun 5000 tahun silam.
Disebutkan secara khusus bahwa orang menyebut beliau
sebagai ì sang juru selamat,î bahwa beliau disalib, dan bahwa
orang percaya Yesus lahir dari seorang perawan. Juga, di dalam
Bhavishya Purana ada kutipan Yesus yang menyatakan bahwa
beliau mencoba ber-kotbah kepada orang-orang ì Amalekite,î
yang merupakan suatu sekte Yahudi pada zaman itu...
Pastur Hart: Apakah nama Yesus disebutkan?
Satyaraja Dasa: Nama yang digunakan adalah Issa inilah nama
sebutan Yesus bagi banyak orang pada masa itu.
Pastur Hart: Ya, ejaan bahasa Latin dari Yesus adalah Iesus:
dalam bahasa Arab adalah Isa.
Satyaraja Dasa: Oh, juga, kata itu aslinya berasal dari akar kata
Sanskerta Isha, yang merupakan kependekan dari kata ì Ishvara,î
nama Tuhan bagi bangsa India yang secara harfiah berarti ì Pe-
nguasa Tertinggi.î
Pastur Hart: Tentunya Anda menyadari bahwa ada ahli-ahli
yang menyatakan bahwa ramalan-ramalan ini hanyalah teks-teks
yang disisipkan, yang disusun setelah zaman Yesus, hanya untuk
mem-beri kesan akan keautentikan wahyu Veda... Bagaimanapun,
ra-malan adalah...
Satyaraja Dasa: Apa bukti yang mereka miliki bahwa itu adalah
teks sisipan? Kami menghadirkan tradisi zaman purba yang re-
putasinya tidak bisa disangkal jadi beban pembuktian ada di
pihak mereka. Mereka hanya meraba-raba dalam kegelapan.
Ke-nyataannya, satu-satunya alasan mengapa mereka memiliki
ke-curigaan seperti itu adalah karena mereka melihat apa yang
DIALOG TIMUR-BARAT 103
terjadi di dalam tradisi Yudea-Kristen...Tetapi, ini sepenuhnya
adalah urusan yang berbeda.
Apabila Anda memiliki kultur yang sadar akan kekacauan yang
bisa terjadi jika kita mengubah-ubah sesuatu, kecil rasa cemas
yang timbul bahwa orang akan menyisipkan sesuatu ke dalam
teks-teks kitab suci. Para penganut tradisi Veda, karena memiliki
keyakinan penuh bahwa kitab suci dan, memang, keseluruhan
tata cara kehidupan Veda adalah wahyu Ilahi, mereka bahkan
tidak akan berpikir untuk mengubah bahkan suatu nuansa yang
paling halus sekalipun.
Jika Anda mempelajari tradisi Veda, Anda akan melihat
makanan, bumbu-bumbuan, model kepala gundul, pakaian para
penganut masa kini menggunakan jenis pakaian yang sama
dengan yang dikenakan oleh para pendahulunya pada masa
silam! Kadangkala para penyembah Krishna dikritik karena
hal ini: ì Mengapa Anda tidak berusaha untuk setidak-tidaknya
menyesuaikan cara ber-pakaian Anda dengan cara berpakaian
zaman modern?î orang sering bertanya seperti itu.
Walaupun pada umumnya dikritik karena hal-hal seperti ini,
justru inilah yang memberikan jaminan bahwa teks-teks kitab suci
tidak akan diubah. Jika suatu kelompok agama tidak mengubah
bahkan sesuatu yang bersifat eksternal seperti cara berpakaian
dan model rambut, maka betapa lebih yakinnya kita bahwa me-
reka tidak akan pernah berpikir untuk mengubah teks kitab suci
agamanya. Bagi penganut budaya Veda, hal demikian sungguh
tidak terpikirkan.
Tidak. Tradisi Veda bukan sesuatu yang bersifat inovatif
[pem-baharuan] dan perubahan. Tradisi Veda bersifat kekal dan
konsisten.
Pastur Hart: Ya, saya mengerti. Apakah ada ramalan lain tentang
insan suci agung dari kebudayaan lain? Ini terasa aneh di dalam
wahyu Veda, dan saya menyukainya. Kebanyakan tradisi keaga-
maan hanya berisi ramalan tentang orang suci dan resi-resi dari
garis mereka sendiri. Tetapi, kitab suci Veda tidak segan-segan
merambah keluar. Rupanya Veda meramalkan kepribadian-ke-
104 DIALOG TIMUR-BARAT

pribadian dari semua tradisi keagamaan. Hal ini memberikan pe-


nekanan tambahan atas keuniversalan ajaran Veda bahwa ajaran
Veda bersifat non-sektarian dan meliputi seluruhnya.
Satyaraja Dasa: Merupakan kenyataan yang tidak bisa dibantah
bahwa Nabi Muhammad juga diramalkan di dalam teks Veda.
Nama beliau disebutkan di dalam Bhavishya Purana. Lebih jauh
disebutkan bahwa beliau berdakwah kepada pemuja berhala
kelas rendah yang memang benar demikian adanya dan bahwa
be-liau adalah ì satu yang suci di antara mereka yang buta huruf.î
Dan hal ini juga dibenarkan beliau dikenal sebagai orang buta
huruf. Sebenarnya Nabi Muhammad disebutkan di dua tempat,
di dalam Bhavishya Purana dan di dalam Atharva Veda, Kanda
20, shukta 127, mantra 1-3. Semua ini ada di sana...
Pastur Hart: Ini informasi yang menakjubkan, jika kita merenung-
kannya... Sekarang, mari kita berbicara tentang pemujaan. Konsep
tentang ì Krishnaî tidak dikenal dalam kebanyakan tradisi agama.
Kebanyakan tradisi agama tidak memiliki konsep yang jelas ten-
tang Tuhan. Jadi, seperti Yesus dan Nabi Muhammad mereka
memberikan ajaran-ajaran kepada para pengikutnya sejauh yang
mereka mampu. Tetapi di mana kedudukan mereka? Misalnya,
jika mereka mengantarkan para pengikutnya sampai tingkat
ter-bebaskan, tetapi tidak mampu memberikan ì Krishna,î atau
Sosok Pribadi, lalu ke manakah para pengikutnya akan menuju?
Satyaraja Dasa: Anda bertanya tentang banyak hal sekaligus...Hal
ini sangat rumit...Para pengikut Yesus tentunya menuju kepada
Yesus. Gita mengajarkan bahwa jika seseorang melakukan pe-
mujaan dengan cara tertentu, cara pemujaan itu akan menentukan
arah tujuannya setelah kematian. Ini adalah jawaban umum untuk
pertanyaan yang Anda ajukan...Jika seseorang terbebaskan dari
dunia material [moksa], tetapi tidak memiliki keterangan spesifik
tentang Tuhan dalam aspek pribadi-Nya jika dia tidak mengenal
ì Krishnaî  kadangkala dikatakan bahwa orang yang demikian
pergi menuju Mahesha-dhama. Ini adalah tempat tinggal Dewa
Siva, dan terletak di antara dunia material dan dunia spiritual. Dari
sini kemudian mereka dapat bergerak lebih maju. Keterangan ini
DIALOG TIMUR-BARAT 105
diberikan di dalam Chaitanya Charitamrita (madhya 8, bab 21,
teks 54, penjelasan).
Pastur Hart: Tetapi secara umum, ke manakah para pemuja itu
akan pergi? Sesuai dengan konsep mereka tentang Tuhan, pastilah
mereka menuju tingkat pencapaian tertentu...
Satyaraja Dasa: Pada dasarnya ada tiga konsep tentang
Tuhan Brahman, Paramatma, dan Bhagavan. Menurut ajaran-
ajaran Sri Chaitanya, Brahman yang tidak dapat dimengerti
adalah tujuan dari para pemikir yang berspekulasi, yang telah
sempurna dalam upayanya tersebut. Dengan kata lain, orang
yang mengarahkan proses spekulasinya sepenuhya kepada
Yang Mahakuasa menja-dikannya sebagai suatu jenis yoga dapat
mencapai suatu tingkat spiritual tertentu yang belum sempurna.
Dalam hal ini, konsep seseorang tentang Tuhan pada umumnya
adalah abstrak, seperti yang terdapat dalam ajaran Muhammad
dan Yesus.
Sesungguhnya, Brahman adalah cahaya spiritual yang memancar
dari badan Tuhan. Cahaya itu dikenal sebagai Brahmajyoti. Bagi
orang yang belum mampu melampauinya, cahaya itu kelihatan
tidak berbeda dengan Tuhan, seperti halnya sinar matahari nam-
pak bagi pandangan mata manusia sama dengan matahari itu
sendiri. Sebagai manusia yang ada di bumi, kita tidak mampu
melihat wujud khusus matahari, dengan berbagai bagiannya.
Seperti itu juga, orang yang berada pada jalan keinsafan Brahman,
baik mereka menyadarinya ataupun tidak, sering salah mengira
sinar yang terpancar dari badan Tuhan sebagai wujud dan sosok
pribadi Tuhan.
Pastur Hart: Kelihatannya bahwa, walau banyak tradisi dan
agama dunia mengklaim berpaham personalistik [Tuhan yang
berwujud], dalam kenyataannya sebagian besar mereka terkurung
dalam jalan Brahman ini, sebab keterangan spesifik tentang wujud
Tuhan sa-ngat kurang adanya.
Satyaraja Dasa: Ya. Saya kira demikianlah kebenarannya.
Pastur Hart: Tolong jelaskan dua tingkat keinsafan Tuhan
lainnya.
106 DIALOG TIMUR-BARAT

Satyaraja Dasa: Paramatma adalah Tuhan yang ada di hati setiap


makhluk hidup, dan Tuhan yang menembus segala sesuatu,
masuk ke dalam setiap atom.
Pastur Hart: Ah, ini adalah wujud Vishnu. Sebenarnya, saya
adalah seorang panentheis, orang yang percaya bahwa Tuhan
ada di da-lam segala sesuatu. Saya rasa itu mungkin mirip dengan
tingkat keinsafan Paramatma.
Satyaraja Dasa: Ya, Paramatma adalah perbanyakan tingkat
kedua dari Karanodakashayi Vishnu. Dia adalah bagian (amsa)
dari Krishna.
Pastur Hart: Ini adalah Tuhan yang berada di mana-mana. Saya
kira ini dapat dibandingkan dengan Roh Kudus dalam teologi
Kristen.
Satyaraja Dasa: Saya sependapat. Secara tradisi, aspek
Paramatma Tuhan dilihat oleh para yogi yang bermeditasi.
Paramatma adalah Tuhan yang berhubungan dengan dunia
material dan dengan jiva-atma yang datang ke dunia material ini.
Paramatma memiliki dua aspek. Aspek yang pertama, Bhaga-
vadangatva, masuk ke dalam hati setiap makhluk hidup di dunia
material. Yang kedua, Jagadgatattva, masuk ke dalam setiap atom,
dan dengan demikian membuat dunia material ini memiliki aspek
kenyataan sebab tanpa kehadiran-Nya, tidak ada sesuatu yang
bisa eksis. Sekarang, saya tahu bahwa penjelasan ini terdengar
seperti panteistik [segalanya adalah Tuhan]....
Pastur Hart: Sebenarnya, Rudolph Otto telah membuat
perbedaan yang jelas antara panteisme (ì segalanya adalah
Tuhanî ) dan teo-panisme (ì Tuhan adalah segalanyaî ). Otto
berargumen bahwa paham panteis, yang mengangkat dunia ke
arah Yang Mutlak, tidak hadir di India.
Saya tidak tahu apa sebenarnya yang dihadirkan oleh
perbedaan itu. Ada sebuah pernyataan oleh Meister Eckhart
yang kelihatan-nya bisa memberi sedikit penerangan mengenai
hal ini. Dia me-ngatakan bahwa ada tiga jalan untuk mengenal
Tuhan. Jalan yang pertama dia sebut ì pengetahuan pagi,î yaitu
ketika orang me-ngenal Tuhan di dunia ini dalam fenomena alam.
DIALOG TIMUR-BARAT 107
Orang melihat dunia ini dan ia dapat melihat kehadiran Tuhan
di dalam segala sesuatu. Cara kedua untuk mengenal Tuhan
disebut ì pengetahuan senja,î yakni ketika orang melihat alam
material ada di dalam Tuhan. Dalam tahap ini mereka melangkah
dari kecenderungan memfokuskan perhatian kepada dunia
sebagai pusat. Mereka ti-dak lagi melihat dunia terlebih dahulu
lalu melihat Tuhan ada di dunia, melainkan mereka sekarang
melihat Tuhan terlebih dahulu, kemudian seluruh dunia berada
di dalam Tuhan.
Satyaraja Dasa: Apa tingkat yang ketiga menurut pandangan
Eckhart?
Pastur Hart: Melihat Tuhan sendiri, melampaui dunia ini sepe-
nuhnya.
Satyaraja Dasa: Ini kesadaran Krishna....Hm....Mari kita lanjutkan
menuju keinsafan Bhagavan. Inilah puncaknya. Chaitanya Maha-
parabhu menganjurkan keinsafan ini. Kita hendaknya mendekati
Tuhan sebagai sesosok pribadi. Kata bhagavan berarti ì Dia yang
memiliki segala kehebatan secara penuh.î Suatu kekuatan yang
abstrak maupun ì roh yang ada di mana-manaî belum memiliki
semua kualitas mulia secara utuh. Tetapi Tuhan, dalam wujud asli-
Nya, pasti memiliki semua kualitas seperti itu secara sempurna
dan utuh. Kenyataannya, inilah kualifikasi utama-Nya.
Orang suci masa lampau India telah menggolongkan semua
ke-muliaan tersebut menjadi enam sifat dasar: kekuatan,
ketampanan, kekayaan, kemasyhuran, pengetahuan, dan
ketidakterikatan. Jadi, Tuhan tentunya adalah sumber dari semua
sifat mulia ini. Kita dapat memperlihatkan sifat-sifat ini dalam
takaran yang kecil karena kita adalah bagian tak terpisahkan dari
sumber tersebut tetapi Tuhan pasti memperlihatkan semuanya
secara penuh. Itulah Tuhan.
Kita harus melayani Tuhan, sebab kita tunduk kepada-Nya, dan
inilah kedudukkan dasar kita. Ketika kita menyadari hal ini, lalu
mengabdikan hidup kita untuk pelayanan kepada-Nya Bhakti-
yoga itu berarti kita ada dalam jalan pulang kembali kepada
108 DIALOG TIMUR-BARAT

Tuhan Yang Maha Esa. Orang yang bertemu dengan Personalitas


Tertinggi itu Bhagavan Sri Krishna akan mencapai tempat tinggal
tertinggi Tuhan.
Pastur Hart: Adakah tingkat yang lebih rendah atau lebih tinggi
di tempat tinggal Tuhan itu?
Satyaraja Dasa: Oh ya. Tanpa batas. Secara umum, seperti halnya
manifestasi-manifestasi Krishna tidak ada batasnya, demikian pula
tempat tinggal Krishna tidak ada batasnya. Vrindavana adalah
tingkat yang tertinggi, dan di sinilah Krishna dalam wujud asli-Nya
menikmati kegiatan bersama kawan-kawan kekal-Nya.
Tetapi mari kita mulai dari permulaan. Di atas empat belas ba-
gian alam semesta material, ada alam untuk insan-insan yang telah
terbebaskan [moksa], dan ada juga tempat tinggal Dewa Shiva,
seperti yang sudah saya sebutkan. Yang lebih tinggi daripada
itu adalah Paravyoma, di mana terdapat avatara-avatara dan ma-
nifestasi sebagian dari Krishna yang tak terhitung jumlahnya.
Se-seorang dapat masuk ke salah satu planet Vaikuntha ini sesuai
dengan wujud tertentu Tuhan yang dipujanya.
Kemudian, di atas dunia spiritual yang tanpa batas ini ada
Krishnaloka, yang juga dikenal dengan nama Goloka. Menurut
aneka jenis kegiatan dan perilaku dari rekan-rekan intim Tuhan,
Goloka termanifestasi dalam tiga wujud wilayah yang berbeda:
Dvaraka, Mathura, dan Goloka (kadangkala Krishna mewujudkan
tiga tempat ini di bumi, seperti saat Krishna muncul 5000 tahun
silam). Tiga tempat ini saya sebutkan berdasarkan urutan tingkat
kemuliaan dan manisnya hubungan, di mana Goloka adalah yang
paling manis dari ketiganya, sebab di sinilah keintiman menguasai
segalanya. Itulah sebabnya kadangkala tempat itu disebut sebagai
wilayah bagian dalam dari Goloka.
Pastur Hart: Ini adalah kosmologi yang sangat terperinci, atau
kosmologi yang transenden, jika Anda tidak keberatan saya
me-nyebutnya demikian. Nampaknya jelas bahwa manifestasi
khusus kerajaan Tuhan ini dimaksudkan secara khusus untuk
rekan-rekan intim Tuhan...
Satyaraja Dasa: Ya, untuk bisa pergi ke sana, mereka harus
DIALOG TIMUR-BARAT 109
mengetahui siapa Krishna...
Pastur Hart: Benar, jika kita tidak sadar akan Krishna sebagai
sesosok pribadi, kita tidak akan bisa mengarahkan doa kita
kepada-Nya. Dan mungkin kita tidak akan mencapai kerajaan-
Nya, seperti yang sudah Anda jelaskan. Tetapi, janganlah kita
meremehkan kekuatan doa. Tuhan Mahakarunia.
Saya kira Anda akan sependapat bahwa jika kita berdoa dengan
tulus maka Tuhan akan mengantarkan kita kepada seseorang
yang mengenal Krishna secara langsung. Ini mungkin benar.
Tetapi, bagaimana dengan mereka yang mungkin memiliki
hubungan kekal dengan salah satu wujud Tuhan yang lain? Saya
berpendapat bahwa doa sangatlah intim, dan orang yang doanya
ditujukan kepada Yesus lambat-laun akan dibimbing oleh beliau.
Dan me-reka akan menuju ke mana Yesus membawa mereka.
Satyaraja Dasa: Tentu saja...
Pastur Hart: Banyak pengagum mistik Kristen mungkin
mengakui keistimewaan doa-doa para santo agung, dan mereka
mungkin berpikir bahwa pengalaman para ahli mistik itu ada di
luar jang-kauan para praktisi zaman modern. Rasa pesimis yang
demikian saya kira muncul karena orang Kristen modern sebagian
besar ti-dak menyadari tradisi meditasi yang pada suatu masa
mendominasi Kekristenan di Timur Tengah. Tradisi dari apa yang
dinamakan Pastur Padang Pasir, sangat mengingatkan kita akan
tradisi Veda, yang menekankan hidup sederhana dan kekhusukan
kepada Tuhan. Jalan yang sama ini terbuka bagi kita saat ini.
Santo Antonius mendirikan sekolah meditasi yang sistematik
pada tahun 310 Masehi. Bertempat enam puluh mil di sebelah
selatan Kairo, santo ini membimbing ribuan pastur Kristen dan
mengarahkan meditasi mereka. Anda tahu, para pengikut Rosi-
crucian dan Freemason adalah juga seperti yogi-yogi sejenis itu.
Saya kira apa yang saya katakan adalah bahwa ada aliran-aliran
lain di dalam Kristen. Suatu aliran yang sangat mendalam. Saya
sampaikan kepada Anda bahwa tradisi tersebut, secara kese-
luruhan, telah mengarah kepada sesuatu yang dangkal. Tetapi,
110 DIALOG TIMUR-BARAT

seperti halnya tradisi mana pun, pada hakikatnya ia hadir pada


dua tingkat satu tingkat yang dangkal dan yang lainnya lebih
mendalam.
Saya kira bahwa banyak kebenaran yang terdapat dalam
kesa-daran Krishna juga diungkap (sebagai ilham) kepada para
pengikut Yesus. Bagaimanapun, bukankah Yesus pernah berkata
kepada mereka: ì Kepadamu telah diberikan rahasia Kerajaan
Allah, tetapi kepada orang-orang luar segala sesuatu disampaikan
dalam per-umpamaan.î (Markus 4.11)?
Jadi rahasia yang lebih dalam tersedia bagi orang-orang Kristen
yang tulus. Tetapi, tentu itu akan merupakan perjuangan yang
berat. Adalah benar bahwa garis perguruan kami sudah tidak
ada lagi. Keterangan yang diberikan di dalam Alkitab memang
kurang. Tetapi Tuhan memberikan inspirasi (ilham) kepada me-
reka yang tulus, dan Tuhan memberi mereka pemahaman yang
lebih dalam tentang kitab suci mereka.
Satyaraja Dasa: Pemahaman yang lebih dalam itu pasti tercakup
dalam semua prinsip dasar kesadaran Krishna prinsip-prinsip
yang kebanyakan orang Kristen sekarang tidak bersedia untuk
mempertimbangkannya.
Pastur Hart: Yang Anda maksudkan seperti empat dasar...
Satyaraja Dasa: Ya, tidak makan daging, tidak berjudi, tidak ber-
zinah, dan tidak minum-minuman keras tidak sama sekali! bahkan
minuman anggur pada saat Komuni pun tidak.
Pastur Hart: Tidak diragukan lagi bahwa ada sejumlah orang
Kristen masa kini yang mengerti nilai dari empat prinsip dasar ini,
tetapi, ya, saya sependapat dengan Anda jika mereka benar-benar
menjadi ì sadar akan Kristusî atau ì sadar akan Krishna,î mereka
akan menghargai pemikiran-pemikiran ini, jika tidak me-reka
bisa jadi secara diam-diam mempraktikkannya. Tetapi, sedikit
anggur saat Komuni...
Satyaraja Dasa: Prinsip-prinsip ini masih merupakan prinsip-
prin-sip dasar di bawah keagamaaan. Orang bahkan belum dapat
di-anggap menganut agama jika ia tidak mengikuti prinsip itu...
Pastur Hart: Baiklah. Tapi marilah kita lanjutkan sebentar. Apa
DIALOG TIMUR-BARAT 111
yang saya coba katakan adalah bahwa seseorang yang benar-
benar menjadi penganut Kristen akan mencapai kerajaan Tuhan
jika dia tulus berdoa. Dan alam khusus yang dicapainya akan
memiliki corak khusus terkait Yesus.
Satyaraja Dasa: Saya sudah menyetujui pendapat itu. Tetapi,
me-reka juga harus mengikuti prinsip-prinsip...
Pastur Hart: Ya.
Satyaraja Dasa: Bagaimanapun, Anda tidak benar-benar sedang
menjelaskan tentang rata-rata orang Kristen. Anda sedang meng-
uraikan tentang beberapa biarawan yang tidak jelas keberada-
annya...
Pastur Hart: Ya, sayangnya hal itu memang benar. Anda tahu,
kata ì biarawanî [monk] berasal dari bahasa Yunani monos, yang
artinya ì sendiri.î Biarawan biasanya tinggal di padepokan seder-
hana dan mengembangkan meditasinya kepada Tuhan. Orang
Kristen pada umumnya, tidaklah pernah mengembangkan kei-
nginan untuk bisa khusuk sepenuhnya seperti ini.
Satyaraja Dasa: Ya. Dan kata bahasa Yunani monos dapat di-
telusuri berasal dari kata bahasa Sanskerta muni, yang, sekali
lagi, memiliki makna yang mirip. Biarawan atau biksu di India
disebut ì muni.î Tetapi, perbedaanya adalah bahwa dalam per-
adaban Veda setiap orang diharapkan, setidaknya pada tahap
tertentu dalam hidupnya, merasakan seperti apa kehidupan
biksu itu. Meditasi dan kekhusukan diri dilakukan oleh semua
bagian anggota masyarakat, setidaknya pada satu masa tertentu
dalam hidupnya.
Pastur Hart: Anda benar-benar menguasai dan memahami apa
yang Anda pelajari.
Satyaraja Dasa: Oh, Anda terlalu memuji...
Pastur Hart: Saya juga tertarik akan hubungan antara Kristen dan
filsafat India, seperti yang Anda ketahui. Dan saya sangat percaya
bahwa keduanya pada puncaknya adalah satu sebab Tuhan itu
satu. Bukankah demikian? Agama juga satu. Satu Tuhan, satu
agama. Mungkin tradisi Kristen sebenarnya tumbuh dari sistem
Veda. Baru-baru ini saya menemukan bahwa Origen, seorang
112 DIALOG TIMUR-BARAT

Pendiri Gereja, adalah bagian dari perguruan Kateketik di Mesir.


Guru Origen adalah Clement dari Alexsandria, dan guru Clement
adalah seorang ahli kebatinan yang dikenal dengan nama Pan-
taenus yang, menurut kisah-kisah Coptic, menghabiskan banyak
waktunya di India.
Satyaraja Dasa: Ah, Anda lihat sendiri. Ini menarik...
Pastur Hart: Oh tentu, dan inilah yang membangkitkan teknik
meditasi dan doa yang saya kemukakan sebelumnya. Pastur Pa-
dang Pasir. Ajaran Pantaenus berhubungan dengan kawannya
yang lain, Dionysius dari Areopagite. Dionysius memahami
pe-tualangan spiritual sebagai suatu proses meditasi mendalam.
Dan ia menulis tentang meditasinya, dan juga menyanyikannya.
Banyak santo Kristen dan teolog menerima teks Dionysius se-
bagai peta atau cetak biru yang bernilai, untuk tonggak perjalanan
spiritual mereka. Walaupun hal ini tidak dikenal secara luas,
ba-nyak teolog dan pendiri biara Abad Pertengahan menerima
cara pandang Dionysius dan menggunakannya untuk menyusun
ajaran mereka sendiri. Victorines, Albertus Magnus, Bonaventura,
Meister Eckhart, dan banyak yang lainnya semua berhutang budi
kepada teks bahasa Syria karya Dionysius itu.
Satyaraja Dasa: Tetapi di mana ajaran itu sekarang?
Pastur Hart: Yah, ada beberapa pihak yang dengan tulus
mencoba membawa ajaran Kristen keluar dari aliran utama dan
mengem-balikan ke akarnya...Tetapi, yang demikian tidak bisa
bertahan, dan dikepung oleh sejenis paham eklektik ì Abad
Baruî ...Saya kira ada Pastur Bede Griffith, Matthew Fox, David
Steindl-Rast Bersaudara...Saya tidak yakin Anda akan tertarik
mengetahuinya. Sementara memang ajaran mereka kurang lebih
didasarkan pada konsep guru-guru spiritual, mereka banyak
dipengaruhi oleh apa yang Anda akan sebut ì impersonalisme,î
bahkan lebih daripada orang yang mereka lampaui...
Satyaraja Dasa: Saya pikir demikian. Saya sudah membaca
be-berapa ajaran Matthew Fox...tidak benar-benar cukup untuk
dapat menarik kesimpulan.
Pastur Hart: Bagaimanakah mengenai doa-doa dalam tradisi
DIALOG TIMUR-BARAT 113
Veda? Saya tahu bahwa doa adalah suatu hal utama proses yang
dimak-sudkan untuk zaman ini. Anda tahu, ketika saya masih
kanak-kanak, kesan saya mengenai spiritualitas India adalah
orang kurus kering yang duduk di atas tempat tidur paku dan
mengucapkan ì omî terus-menerus. Saya memiliki pemahaman
sendiri tentang mantra ì om.î Seperti halnya Alkitab berbicara
tentang ì sabda,î saya kira mungkin ini dihadirkan dalam tradisi
Timur sebagai ì om.î Tetapi, apa yang diuraikan oleh kitab Veda?
Apakah ì omî itu?
Satyaraja Dasa: ì Omî juga bersifat impersonal. Tapi jangan me-
mandang rendah hal ini. ì Omî adalah keberadaan Krishna dalam
suara. Ketika Brahma makhluk pertama yang diciptakan ber-
usaha mengucapkan suara seruling Sri Krishna, suara ì omî inilah
yang muncul. ì Omî adalah sebuah biji-mantra, kesucian penda-
huluan untuk gayatri yang termasyhur itu, yang diucapkan oleh
para pendeta India tiga kali sehari.
Pastur Hart: Adakah uraian lain mengenai ì omî ini dalam kitab
suci Veda? Maksud saya, ì omî ini kelihatannya mengambil porsi
yang besar dalam filsafat India...
Satyaraja Dasa: Teks Veda menguraikan bahwa ì omî sebenarnya
adalah wujud perpendekan dari ì omkara,î mantra yang terdiri
atas tiga huruf: A, U, dan M. Guru-guru suci dalam garis perguruan
Gaudiya Vaishnava menganalisis ì omî berdasarkan unsur pokok
menurut abjad. Hal ini didasarkan pada penjelasan terperinci atas
huruf-huruf Sanskerta itu sendiri, termasuk ilmu asal usul kata
(etimologi) dari kata Sanskerta ì omkaraî itu. Singkatnya, huruf
pertama ì A,î mewakili Krishna. Huruf kedua, ì U,î mewakili energi
Krishna, yaitu Radharani. Dan huruf ketiga, ì M,î mewakili para
makhluk hidup. Maka kemudian, secara bersama-sama ketiga
hu-ruf itu mewakili total keberadaan, dan sebagai sebuah mantra,
dengan demikian ia sangat perkasa.
Pastur Hart: Rupanya ì omî ini lebih daripada apa yang saya pi-
kirkan. Rupanya ì Omî ini menyangkut keseluruhan filsafat Anda.
Satyaraja Dasa: Dalam satu makna memang demikian.
Sebenarnya ì omî ini adalah biji-mantra yang sedemikian
114 DIALOG TIMUR-BARAT

pentingnya sehingga kata tersebut sudah masuk ke dalam


banyak bahasa sebagai kata yang mewakili Tuhan. Umpamanya,
dalam bahasa Inggris semua uraian penting tentang Tuhan
menggunakan kata ì omî ini sebagai akar katanya. ì Omî masuk
ke dalam bahasa Inggris melalui awalan omni, sehingga kata-kata
seperti omnipoten [Mahaperkasa], om-niscient [Mahatahu], dan
omnipresent [Maha-ada] adalah uraian yang tepat tentang Tuhan
dan semuanya diawali dengan ì omî sebagai akar katanya.
Orang-orang Kristen menggunakan kata ì amenî pada akhir
doanya, bukankah demikian?
Pastur Hart: Ya...
Satyaraja Dasa: Itu juga ada hubungannya dengan ì om,î atau
AUM. Orang Islam juga mengucapkan ì aminî yang pada dasarnya
memiliki makna yang sama. Kata itu menandakan Tuhan.
Tetapi, kembali ke pertanyaan awal Anda mengenai sifat doa
dalam tradisi Veda, doa yang utama tentunya adalah maha-mantra
Hare Krishna: Hare Krishna, Hare Krishna, Krishna Krishna, Hare
Hare, Hare Rama, Hare Rama, Rama Rama, Hare Hare. Doa ini
dimaksudkan untuk diucapkan sama seperti seorang anak kecil
memanggil ibunya. Dengan sangat tulus dan penuh perhatian.
Pada dasarnya, doa ini bisa dimengerti dengan cara sebagai
be-rikut: Mantra ini adalah sebuah permohonan. Radharani (Ibu
Hara) sedang dimohonkan bentuk seruan dari Hara adalah Hare.
Untuk alasan apakah kita berseru? Mengapa kita memanggil
Radharani? Untuk alasan yang tidak lain daripada agar kita di-
sibukkan dalam pelayanan kepada Tuhan. Inilah kemumian
maha-mantra. Terjemahan langsungnya adalah sebagai berikut:
ì Tuhan hamba. Oh energi utama Tuhan, yang dikenal sebagai
Srimati Radharani, mohon sibukkan hamba dalam pelayanan
ke-pada-Mu.î Krishna dan Rama keduanya adalah nama primer
(utama) Tuhan.
Pastur Hart: Mengapa doa itu ditujukan kepada Radharani?
Satyaraja Dasa: Menurut tradisi Vaishnava, orang mendekati
Tuhan melalui potensi atau shakti-Nya. Seperti Yesus, dalam
satu makna, adalah avesha, potensi atau shakti Tuhan, dan
DIALOG TIMUR-BARAT 115
orang Kristen men-dekati Tuhan melalui beliau. Demikian pula,
Radharani adalah potensi internal yang asli, sehingga orang
mendekati Krishna melalui karunia Radharani.
Seperti guru spiritual dari Srila Prabhupada berkata, ì Radharani
adalah Belahan yang dikuasai, sedangkan Krishna adalah Belahan
yang menguasai. Bersama-sama, Krishna dan Radharani adalah
Kebenaran Mutlak. Dua Belahan Kebenaran Tertinggi. Tetapi
ke-dua-duanya adalah Yang Tertinggi.î Radharani khususnya
dikenal sebagai penyembah [bhakta] tertinggi, sebagai yang
paling mampu memuaskan Krishna. Tentu saja, Radharani mampu
melakukan hal ini sebab Radharani tidak lain dari manifestasi
feminin Tuhan.
Pastur Hart: Saya ingat Anda pernah mengatakan bahwa dewa
Shiva adalah penyembah yang paling agung.
Satyaraja Dasa: Oh, dalam ranah pengaruh beliau itu memang
benar. Sebagaimana kitab suci menyebutkan, vaishnavanam
yatah shambhu: ì Shiva adalah penyembah yang paling agung.î
Anda tahu, Brahmaji diterima sebagai penyembah yang paling
agung dalam ranah beliau, yang dikenal sebagai karma-mishra-
bhakti. Kemudian, dewa Shiva adalah yang paling agung dalam
jnana-mishra-bhakti. Terutama golongan yogi dan jnani akan
merasa bahwa dewa Shiva adalah penyembah Tuhan yang paling
agung. Tetapi, di atas Shiva masih ada hirarki penyembah yang
disebutkan di dalam kitab suci.
Di antara para penyembah (para Bhakta), Maharaja Prahlada
diterima sebagai yang utama. Meskipun demikian, para Pandava
diterima sebagai yang lebih agung daripada Prahlada. Hal ini
disebutkan di dalam Bhagavatam. Beberapa di antara para Yadava
bahkan lebih agung daripada para Pandava. Yang utama di antara
para Yadava, kenyataannya, adalah seorang penyembah agung
yang dikenal sebagai Uddhava. Akan tetapi, para gopi bahkan
melampui Uddhava, dimana Uddhava sendiri ingin mencapai
rasa cinta kasih mereka terhadap Krishna. Kemudian, di antara
para gopi, Radharani adalah yang paling agung. Radharani adalah
116 DIALOG TIMUR-BARAT

penyembah yang paling agung...Radharani adalah Tuhan dalam


peran sebagai seorang penyembah...Dan ketika Radharani dan
Krishna muncul sebagai Chaitanya Mahaprabhu, maka inilah
ma-nifestasi tertinggi bhakti...
Pastur Hart: Jadi, kita mendekati Krishna melalui Radharani...
Satyaraja Dasa: Dalam satu makna, Radharani juga tidak bisa
kita jangkau, seperti halnya Krishna, jadi orang harus mencari
ka-runia Radharani melalui seorang guru yang bonafide yang
ada dalam garis perguruan. Seorang guru yang demikian adalah
pe-layan dekat Srimati Radharani. Guru membantu Radharani
dalam pelayanan Radharani kepada Krishna.
Pastur Hart: Mengapa kita tidak mampu mendekati Radharani?
Satyaraja Dasa: Radharani adalah Tuhan juga. Radharani adalah
Perempuan pasangan abadi dari Lelaki Personalitas Tertinggi
Tuhan Yang Maha Esa, Sri Krishna. Dalam satu makna, tentu
saja, keduanya sangat bisa didekati. Tapi orang hanya harus
mengetahui bagaimana cara mendekatinya. Cara pendekatan
ini diberikan oleh guru spiritual yang bonafide, yang mewakili
Pasangan Rohani itu Radha dan Krishna di dunia material ini.
Pastur Hart: Bagaimana hubungan antara Pasangan Rohani ter-
sebut? Apakah Radha dan Krishna dianggap bersahabat? Apakah
Mereka menikah? Bisakah seperti itu? Maksud saya bisakah hal
tersebut dipahami seperti itu?
Satyaraja Dasa: Tidak. Kita tidak boleh membandingkan konsep
kehidupan kita dengan Tuhan. Tuhan tidak terbatas. Keduanya
transenden sepenuhnya. Tuhan dalam dua aspek. Hanya itu...
Ini hal yang sangat dalam...Yang pasti Keduanya bukan sahabat,
bukan sahabat dalam makna ajaran Plato. Namun juga Mereka
hendaknya jangan dipahami sebagai kekasih seperti dalam paham
duniawi. Mereka kekasih spiritual saling menikmati pergaulan
satu sama lain secara transenden. Yang ada di dunia material ini
hanyalah pantulan terputar-balik dari hal tersebut. Tetapi, dalam
hubungan Mereka tidak ada hawa nafsu atau rasa ekploitasi. Cinta
Mereka murni, sepenuhnya tanpa kepentingan hawa nafsu. Tidak
tercemar oleh keduniawian.
DIALOG TIMUR-BARAT 117
Pastur Hart: Apakah Mereka dianggap menikah dalam suatu
makna?
Satyaraja Dasa: Hal ini bersifat sangat rahasia...Kita akan mem-
bahas hal ini nanti... Hubungan percintaan Mereka diakui sebagai
yang tertinggi. Radharani adalah pasangan kekal Krishna. Tidak
menikah...Tetapi juga tersirat makna menikah...Dalam tradisi
Tamil, Mereka menikah. Juga di dalam Matsya Purana. Rupa
Gosvami menggambarkan pernikahan Mereka di dalam babak
kesepuluh dari karya beliau yang berjudul Lalita Madhava, yakni
sebuah pertunjukkan drama tentang hubungan-hubungan intim
Mereka. Jiva Goswami juga, di dalam karya beliau yang berjudul
Gopal Champu...
Hal yang utama untuk dimengerti adalah bahwa maha-mantra
adalah sebuah doa yang ditujukan pertama kepada Radharani
kemudian kepada Krishna. Ini akan memberi Anda suatu makna
lebih tingginya kedudukan Radharani. Krishna bergantung
kepada Radharani, dan Radharani bergantung kepada Krishna.
Intensitas cinta Mereka saling meningkatkan satu sama lain.
Keilahian Me-reka saling meningkatkan. Tetapi, tetap saja Krishna
mengambil kedudukan tunduk kepada Radharani. Radharani
menawan hati Krishna sepenuhnya. Jadi, untuk benar-benar
mendapatkan karu-nia Krishna, orang harus mendapatkannya
melalui Radharani.
Pastur Hart: Manifestasi feminin Tuhan.
Satyaraja Dasa: Tentunya seperti itu. Jika Tuhan benar-benar
sem-purna dan mutlak atau absolut, Tuhan juga pasti memiliki
mani-festasi feminin. Jika tidak demikian maka ada kekurangan
pada Tuhan.
Pastur Hart: Mereka yang menganut paham feminis akan
menyukai hal ini!
118 DIALOG TIMUR-BARAT
DIALOG TIMUR-BARAT 119

BAB ENAM
*SRI CHAItANYA DAN YESUS KRIStUS*
*VASUdEVA DAttA*
*KEbAHAGIAAN ROHANI DALAM BHAKtI*
*MAHAbHAVA & SAINS TENtANG CINtA*
*CINtA KASIH KEpAdA TUHAN DALAM PERpISAHAN*
*TUjUAN TERtINGGI*

Pastur Hart: Tidak bisa dihindari diri saya berpikir tentang per-
samaan antara kehidupan Sri Chaitanya dan kehidupan Yesus
Kristus. Sebagai contoh, mereka masing-masing melakukan ke-
ajaiban, atau perbuatan yang luar biasa seperti membangkitkan
orang dari kematian. Setelah terjadinya keajaiban itu, kedua ke-
pribadian rohani itu melarang mereka yang menyaksikan untuk
mengatakan kepada orang lain tentang apa yang telah mereka
saksikan.
Di dalam Alkitab, setelah banyak penyangkalan, Yesus pada
akhirnya menerima julukan ì Anak Allahî dan mengakui sifat-sifat
mesiahnya, atau ì sang juru selamat.î Ada banyak makna di dalam
pernyataan Yesus ì Aku adalahî di dalam kitab Markus, sebab
dengan cara demikian, dikatakan bahwa Yesus telah menegaskan
Keilahiannya.
Demikian pula, ketika Sri Chaitanya pertama-tama melakukan
keajaiban, Dia meminta agar para saksi merahasiakan apa yang
telah mereka lihat. Tetapi, pada akhimya Sri Chaitanya meng-
ungkap Keillahian-Nya secara penuh, seperti yang terjadi di
ha-laman rumah Shrivas Pandit. Di sana, seperti yang Anda
ketahui, sementara Sri Chaitanya berada di atas ì singgasana
Vishnu,î secara implisit Dia mengungkap bahwa diri-Nya adalah
avatara yang ditunggu-tunggu untuk zaman ini. Kenyataannya,
Sri Caitanya memperlihatkan Keilahian-Nya kepada semua yang
120 DIALOG TIMUR-BARAT

hadir dan ada banyak orang yang hadir.


Satyaraja Dasa: Ya, ada banyak yang dapat diperbandingkan.
Tetapi perbedaan-perbedaan yang ada juga hendaknya diketahui.
Chaitanya Mahaprabhu adalah manifestasi gabungan Radha dan
Krishna Dia adalah sang Adi Purusha, Insan Yang Asli, dalam
wujudNya yang paling rahasia.
Menurut tradisi Veda, Dia adalah svayam bhagavan, atau sum-
ber dari semua inkarnasi Tuhan. Sumber awal ini pertama-tama
memperbanyak diri menjadi dua kategori dasar Ketuhanan tat-
ekatma rupa, yang pada intinya identik dengan wujud asli-Nya,
tetapi bisa jadi berbeda dalam tampilan, dan avesha, yang pada
umumnya adalah makhluk hidup yang diberi kuasa rohani. Yesus
termasuk dalam kategori avesha ini...
Pastur Hart: Jika Anda merasa bahwa perbandingan antara Yesus
Kristus dan Sri Chaitanya tidak sepadan...
Satyaraja Dasa: Saya tidak mengatakan bahwa perbandingan
itu tidak sepadan. Tetapi perbedaannya juga jangan diabaikan.
Pastur Hart: Baiklah, apakah ada seseorang dalam tradisi Veda
yang Anda pikir akan lebih tepat untuk diperbandingkan dengan
Yesus Kristus?
Satyaraja Dasa: Ada satu kepribadian yang sangat spesial, pe-
nyembah agung Sri Chaitanya. Namanya adalah Vasudeva Dattta.
Dalam keseluruhan tradisi Veda mungkin tidak ada seorang pun
yang berbelas kasih atas penderitaan roh-roh yang jatuh di dunia
material ini seperti yang beliau perlihatkan. Rasa belas kasihnya
tidak ada bandingnya.
Vasudeva Datta memohon kepada Sri Chaitanya dalam cara
yang secara persis mengingatkan kita akan Yesus Kristus. ì Hati
hamba hancur,î beliau mengutarakan kepada Sri Chaitanya,
ì menyaksikan penderitaan mereka. Hamba mohon Anda
berkenan mengambil reaksi dosa semua mahluk hidup, dan
menempatkannya di atas kepala hamba. Biarlah hamba yang
menanggung penderitaan atas semua dosa mereka.î
Vasudeva Datta ingin menderita untuk selamanya di neraka jika
hal itu dapat meringankan penderitaan semua makhluk hidup.
DIALOG TIMUR-BARAT 121
Semua makhluk hidup. Vasudeva Datta tidak membeda-bedakan.
Seluruh 8.400.000 jenis kehidupan berhak mendapatkan karu-
nianya. Beliau tidak menghindari satu pun di antara mereka.
Cinta-kasih beliau merangkul semuanya.
Kadangkala dikatakan bahwa jika Anda adalah orang baik-baik,
dan Anda berserah-diri kepada Yesus atau hanya beriman saja
kepada Yesus maka Anda dibebaskan dari segala reaksi dosa. Kita
mendengar hal ini berulang kali î Yesus mati untuk dosa kita!î
Tapi Vasudeva Datta ingin menerima dosa setiap orang apakah
mereka pengikutnya ataupun bukan. Apakah mereka memiliki
kepercayaan atau keimanan kepada beliau ataupun tidak.
Sebenarnya, Anda mesti membaca cerita ini di dalam Chaitanya
Charitamrita (madhya 6). Cerita ini menyayat hati. Dan sangat
mengingatkan akan cinta kasih Yesus Kristus. Kenyataannya
Vasudeva Datta diagungkan dalam teks itu sebagai ì kepribadian
pengorbananî itu sendiri, dan sebagai ì Cinta Kasih Universalî
itu sendiri.
Pastur Hart: Itu sangat menarik.
Satyaraja Dasa: Ya. Ada banyak simbolis Yesus dalam uraian
ini. Vasudeva Datta adalah inkarnasi dari Maharaja Prahlada,
seorang bhakta yang sempurna. Dikuasakan sepenuhnya oleh
Tuhan. Seperti halnya Yesus beliau dikuasakan secara khusus,
Anak Allah.
Pastur Hart: Kadangkala dikatakan bahwa Yesus adalah satu-
satunya Anak Allah.
Satyaraja Dasa: Tapi Alkitab menyebutkan, ì Kepada semua
yang menerima-Nya, diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak
Allah.î (Yohanes 1.12). Di samping itu, mengapakah Anda atau
saya dapat memiliki banyak anak, sedangkan Tuhan tidak? Apa-
kah Tuhan tidak berkemampuan seperti itu? Jika kita mengatakan
bahwa kita bisa memiliki banyak anak tapi Tuhan hanya bisa
punya satu anak, sama saja dengan mengatakan bahwa kita mam-
pu melakukan sesuatu yang tidak mampu dilakukan Tuhan. Hal
ini menjadi penyangkalan terhadap difinisi kita tentang Tuhan.
Anda lihat, kesulitan muncul tatkala kita tidak memahami
122 DIALOG TIMUR-BARAT

bahwa kita semua adalah anak-anak Allah. Yesus adalah anak


Allah yang baik, tetapi kita juga hendaknya menjadi anak-anak
Allah yang baik. Maka kita akan terhitung di antara anak-anak
Allah. ì Dapat-kah kita menjadi sebaik Yesus?î seseorang mungkin
bertanya. Menurut Yesus sendiri, kita hendaknya bukan hanya
menjadi sebaik beliau, tapi menjadi sempurna. ì Karena itu
haruslah kamu sempurna,î Yesus mengatakan, ì sama seperti
Bapamu di sorga adalah sempurna,î (Matius 5.48). Menjadi anak
Allah berarti menginsafi kedudukan dasar kita sebagai pelayan
Tuhan.
Pastur Hart: Kemudian Anda akan menerima argumen bah-
wasannya Yesus adalah satu-satunya anak Allah yang ì ditu-
runkan,î tapi bahkan ini pun tidak akurat. Jika orang mempelajari
kitab Perjanjian Lama, ia akan menemukan bahwa anak-anak
Israel semua disebut anak ì kandungî Allah. Urusan mengenai
ì hanya satu-satunya putraî ini hanyalah doktrin Gereja. Sedikit
sekali hubungannya dengan Kekristenan yang sejati.
Satyaraja Dasa: Tentu, sebenarnya apa ì Kristen yang sejatiî itu.
Semakin kita membicarakannya, semakin sulit kita memahaminya.
Pastur Hart: Begini, esensi Kristen adalah mencintai Tuhan. Apa
pun yang barangkali sudah terjadi sehubungan dengan tradisi
Alkitab karena pengaruh sejarah...keputusan Dewan Gereja,
Paus yang buruk, penyisipan-penyisipan ke dalam Alkitab...
puncaknya, hilangnya garis perguruan...saya sangat meyakini
bahwa beberapa orang yang beruntung, dalam dua ribu tahun
terakhir ini, telah menggenggam intisari agama melalui ajaran-
ajaran inti dari Yesus. Ambilah contoh Thomas Merton, ini akan
sulit disangkal...
Satyaraja Dasa: Mohon jangan salah paham dengan saya. Saya
tidak menyangkal apa pun. Saya sangat yakin bahwa mereka
yang hatinya tulus lambat-laun akan mengembangkan cinta
kasih rohani kepada Tuhan, dan apa pun nama yang mereka
sebut untuk cara pendekatan mereka, apakah Yahudi, Kristen,
Islam, Hindu, atau apa pun itu kurang lebih adalah bahasan yang
ku-rang begitu penting. Sebenarnya itu hal-hal yang dapat kita
DIALOG TIMUR-BARAT 123
bahas bersama.
Akan tetapi, sebagai suatu proses tingkat lanjut untuk
mencapai tingkat tertinggi cinta kasih rohani, dengan tegas saya
meng-anjurkan tradisi Veda. Tradisi ini adalah kearifan spiritual
yang sangat dihormati dan merupakan wahyu yang paling
lengkap yang dikenal manusia, dan ini mendorong orang untuk
mengambil manfaat darinya. Tradisi apa pun yang orang sukai
secara pribadi, ada banyak yang dapat diperoleh melalui tradisi
Veda. Setelah menerima apa yang ditawarkan oleh tradisi Veda,
orang dapat menerapkan kearifan ini pada cara apa pun yang
disukainya sebagai pilihan pribadinya.
Pastur Hart: Ya, saya dapat menghargai hal itu. Saya sudah mem-
baca bahwa wahyu Veda dibandingkan dengan ì studi keagamaan
tingkat pasca-sarjana,î Jadi, saya merasa nyaman dengan hal itu.
Poin yang saya maksudkan adalah bahwa telah ada pecinta-
pencinta Tuhan yang agung di dalam tradisi Kristen. Tentu, sebagai
sebuah proses, barangkali banyak kekurangannya, terutama de-
wasa ini, tetapi ada beberapa contoh yang bisa diteladani: Santa
Teresa dari Avila, Santo Fransiskus dari Assisi, Santo John dari
Cross, dan banyak yang lainnya. Para ahli mistik sudah mengem-
bangkan rasa cinta kasih yang besar kepada Tuhan dalam tradisi
Kristen. Hal ini kurang lebih dapat dibandingkan dengan cinta
yang diperlihatkan oleh Sri Chaitanya Mahaprabhu...
Satyaraja Dasa: Dengan pemahaman seperti ini, Anda sedang
berjalan di atas lapisan es yang tipis. Saya setuju dengan Anda
bahwa ada rasa cinta kasih Tuhan di dalam diri para ahli mistik
Kristen. Tetapi bahkan jika mereka diakui sudah mengembangkan
cinta kasih rohani tingkat maju, Anda tidak bisa membanding-
kannya dengan dengan cinta kasih rohani yang diperlihatkan
oleh Chaitanya Mahaprabhu.
Cinta kasih rohani yang tanpa batas hanya dapat dirasakan
oleh insan yang tanpa batas. Sri Chaitanya adalah Krishna
sendiri Tuhan Yang Maha Esa dalam peran sebagai seorang
penyembah Tuhan. Itulah sebabnya Sri Chaitanya bisa mengalami
mahabhava atau wujud paling dalam dari cinta kasih rohani.
124 DIALOG TIMUR-BARAT

Mahabhava ini bahkan tidak dialami oleh semua wujud Tuhan


yang lain, apalagi roh-jiva biasa. Hal itu adalah sebuah potensi
khusus Tuhan.
Sebelum masa Sri Chaitanya, hanya Srimati Radharani, Pasangan
Perempuan dari Laki-Laki Personalitas Tuhan Yang Maha Esa,
yang mengalami keadaan prema atau cinta kasih rohani tingkat
tinggi yang tanpa batas ini. Beberapa di antara para gopi, gadis-
gadis gembala sapi yang sangat dekat, yang telah memberikan
seluruh hidup mereka kepada Sri Krishna juga mengalami maha-
bhava ini. Mungkin juga para penyembah agung lainnya, yang
memiliki hubungan yang sangat intim dengan Sri Krishna, atas
karunia Krishna dapat mengalami keadaan yang menyerupai
mahabhava ini. Tetapi hal ini jarang dicapai.
Pastur Hart: Yah, mungkin para mistik Kristen tidak mengalami
tingkat cinta kasih rohani yang sama.
Satyaraja Dasa: Itu tidak menjadi soal. Para mistik agung Kristen,
yang sudah Anda sebutkan, mungkin mengalami suatu refleksi
dari cinta yang demikian. Terbaik yang bisa mereka capai. Tetapi
tolong pahami bahwa bahkan refleksi cinta ini pun sudah meru-
pakan suatu peristiwa yang penuh karunia yang jarang dicapai.
Karena itu, khususnya cinta kasih rohani Mahaprabhu bukanlah
hal biasa. Tidak ada insan dari dimensi ini atau dari dimensi
mana pun (tetapi khususnya dimensi ini) yang dapat mencapai
tingkat yang setinggi itu. Meskipun memang benar bahwa kita
harus bercita-cita dengan segala cara untuk hal itu. Cita-cita yang
demikian akan membawa kita setidaknya sejauh yang kita sebagai
mahluk yang terbatas dapat jangkau.
Pastur Hart: Menurut tradisi Veda, sampai di manakah tingkat
tertinggi cinta kasih kepada Tuhan yang dapat dicapai oleh
mahluk yang terbatas, seperti Anda atau saya?
Satyaraja Dasa: Kita bisa mencapai tingkat Uttama-bhakti, tetapi
ini sangat tinggi. Pada dasarnya ada sembilan tingkat kesempur-
naan sebelum seseorang memasuki kerajaan cinta kasih rohani.
Sebelum sembilan tingkat ini, kita mungkin memiliki sejumlah
anda-bishbas, atau keyakinan buta. Menurut pendapat saya,
DIALOG TIMUR-BARAT 125
nampaknya kebanyakan agamawan sekarang mentok dalam
tingkat ini. Akan tetapi, jika seseorang cukup beruntung untuk
melangkah maju, maka ia dapat memulai perjalanannya menuju
cinta kasih rohani.
Langkah nyata pertama di jalan menuju kesempurnaan rohani
adalah Shraddha. Shraddha adalah sejenis ì keyakinan,î tetapi
berbeda dengan keyakinan buta. Shraddha adalah keyakinan
berdasarkan pengalaman. Keyakinan yang berlandaskan pada
pengetahuan yang diperoleh. Setelah berulang kali mengalami
kelahiran dan kematian reinkarnasi seseorang mengembang-
kan semacam pengetahuan intuisi tentang Tuhan. Pengetahuan
maupun keinsafan yang sejati mungkin masih kurang, tetapi
keyakinan yang murni tumbuh secara alamiah. Inilah tingkat
pertama kemajuan spiritual yang murni. Berikutnya ada sadhu-
sangga, yang artinya bergaul dengan para penyembah Tuhan.
Jika Anda mengalami sesuatu yang lebih tinggi di atas kehidupan
duniawi biasa, secara alamiah Anda akan mencari orang lain yang
memiliki pengalaman yang sama. Kemudian bhajana-kriya, atau
inisiasi oleh guru spiritual yang dapat dipercaya. Tidak banyak
orang dewasa ini bisa mencapai tingkat ini.
Sekarang, jika seseorang cukup beruntung untuk mencapai
ting-kat menemukan seorang guru spiritual yang bonafide dan
me-nerima diksa dari beliau, maka ia layak untuk benar-benar
melangkah maju pada jalan spiritual. Setelah menerima diksa,
seseorang mulai mengalami anartha-nivritti, suatu tingkat ke-
hidupan talkala orang mulai melepaskan beban sang roh dari
kebiasaan-kebiasaan buruk yang tidak diinginkan. Setelah tingkat
ini, sampailah ia pada tingkat nishta, atau ì kemantapanî dalam
disiplin bhakti. Dari kemantapan hati seperti itu kemudian akan
berkembang ruchi, atau ì rasa.î Setelah seseorang mengembang-
kan rasa spiritual yang lebih tinggi ini, ia menjadi mantap dalam
jalan cinta kasih rohani tingkat permulaan ini disebut ashakti.
Dari tingkat ashakti ini orang segera memasuki bhava, atau
ì tahap awalî dari cinta kasih rohani yang sejati. Dan dari sini
orang melanjutkan menuju prema, dan berbagai tingkat cinta
126 DIALOG TIMUR-BARAT

kasih kepada Tuhan. Jadi inilah sembilan tingkat kesempurnaan.


Pastur Hart: Penjelasan itu sangat ilmiah. Anda tahu, dalam
satu makna, ini sangatlah menarik bahwa ì cintaî diuraikan
dalam suatu cara yang ilmiah dan linier. Cinta dan sains hampir
sepenuhnya bertentangan. Jadi, terasa agak aneh membicarakan
hal tersebut dengan cara seperti ini.
Di pihak lain, segala sesuatu yang ada memiliki hukum-hukum
fungsi tertentu, dan cinta tentunya bukan perkecualian. Akan
me-rupakan keberuntungan bagi kita jika kita mempelajari secara
ilmiah kisah insan-isan agung yang sudah berhasil dalam me-
ngembangkan cinta kasih rohani kepada Tuhan. Dengan cara
demikian, dengan mempelajari proses dan perilaku mereka, kita
dapat mengikuti jejak langkah mereka.
Di dalam Alkitab, tiga kata bahasa Yunani digunakan untuk
mengelompokkan bermacam-macam tipe cinta: (1) Eros, yang
pada dasarnya merupakan keterikatan yang berkembang di antara
lelaki dan perempuan; (2) Philadelphia, yang mengacu pada
perasaan di antara sahabat, dan (3) Agape ini menunjuk cinta
kasih kepada Tuhan. Tetapi hanya sejauh inilah perbedaan ketiga
tingkatan ini diuraikan. Tingkat perbedaannya tidak sejelas seperti
yang di-uraikan secara panjang lebar dalam tradisi Veda. Baik
Agustinus maupun Aquinas telah mencoba mengelompokkannya
dengan cara seperti itu, dengan keakuratan dan kesuksesan yang
lebih rendah daripada penganut Veda.
Satyaraja Dasa: Ya. Dalam Bhakti-rasamrita-sindhu karya Rupa
Gosvami, yang secara ilmiah menguraikan tingkat-tingkat ke-
majuan cinta kasih rohani, beliau membimbing kita sepanjang
jalan sampai tingkat Uttama-bhakti. Ini adalah tingkat tertinggi
prema, atau cinta kasih rohani, yang dapat dicapai oleh makhluk
hidup biasa seperti kita.
Tetapi Rupa Gosvami bahkan menapak lebih jauh di dalam
karya beliau yang berjudul Ujjvala-nilamani. Dalam karya tersebut
beliau memberikan rincian mengenai tingkat-tingkat yang secara
umum berada di luar jangkauan kita. Beliau berbicara mengenai
mahabhava dan ujjvala-rasa. Ini adalah jenis cinta kasih rohani
DIALOG TIMUR-BARAT 127
yang dialami oleh Sri Chaitanya. Sang Gosvami merinci tingkat-
tingkat yang sangat maju ini agar kita dapat memahami sesuatu
mengenai sifat-sifat rohani Tuhan. Sebagai tambahan, beliau
mem-berikan informasi ini agar para mukta-jiva, atau insan-insan
yang sudah terbebaskan dapat mencita-citakan pencapaian ke
tingkat yang lebih tinggi dengan tunduk kepada para rekan kekal
Tuhan yang senantiasa bebas.
Pastur Hart: Saya sangat terkesan dapatkah Anda menjelaskan
lebih jauh mengenai tingkat-tingkat mulia cinta kasih rohani ini?
Mendengarkan tentang hal ini sebagai sebuah sains sungguh me-
nyenangkan. Pemikiran bahwa suatu kebudayaan kebudayaan
Veda cukup maju untuk mendokumentasikan dan mengelom-
pokkan hal-hal ini mengejutkan pikiran saya.
Satyaraja Dasa: Tentu saja, saya hanya dapat menjelaskan hal-
hal ini sebagaimana yang disampaikan di dalam garis perguruan
Gaudiya Vaishnava kami. Lebih spesifik lagi, saya hanya dapat
menjelaskan semua ini sebagaimana yang dijelaskan di dalam
buku-buku guru spiritual saya, Sri Srimad A. C. Bhaktivedanta
Swami Prabhupada. Dalam hal ini keinsafan saya sendiri terhadap
bahasan ini tentunya menjadi sangat penting. Tetapi sebagai
pelayanan untuk...
Pastur Hart: Ya, tolong, saya sangat ingin mendengar lebih
banyak lagi...Misalnya, apa kontribusi khusus Sri Chaitanya
terhadap teo-logi rasa? Apa yang diajarkan Sri Chaitanya mengenai
cinta kasih rohani tingkat tinggi?
Satyaraja Dasa: Sri Caitanya mengajarkan, melalui kata-kata dan
perbuatan, kenikmatan rohani yang khusus dari madhurya-rasa,
atau hubungan cinta antara kekasih. Rasa ini mengekspresikan
diri dalam dua wujud: Vipralambha dan Sambhoga.
Vipmlambha adalah cinta antara kekasih dalam perpisahan.
Inilah kontribusi khusus Sri Chaitanya. Sambhoga menunjukkan
ì persatuanî atau terwujudnya cinta itu. Vipralambha, menurut Sri
Chaitanya, adalah perwujudan tertinggi madhurya-rasa karena
secara alami meningkatkan intensitas cinta dan meningkatkan
kebahagiaan Sambhoga. Penantian saat Vipralambha membuat
128 DIALOG TIMUR-BARAT

penyatuan Sambhoga menjadi lebih kuat.


Pastur Hart: Tolong teruskan...
Satyaraja Dasa: Di dunia spiritual, ketika yang mencintai dan
yang dicintai bertemu, itu disebut yukta (ì terhubungî ). Sebelum
bertemu, mereka disebut ayukta (ì tidak terhubungî ). Tetapi aspek
ayukta ini terwujud dalam bentuk yang lebih dinamis seiring
de-ngan semakin mendalamnya hubungan. Dan ini membuat
ke-inginan untuk bertemu semakin menguat dan rasa manisnya
tidak mampu dijelaskan.
Rasa manis, pada kenyataannya, perlahan-lahan menjadi kiasan
yang populer dalam menguraikan tingkat-tingkat cinta kasih
rohani yang merasuk di dalam tradisi Vaishnava. Para filsuf kami
yang paling ortodok membandingkan tingkat-tingkat cinta kasih
rohani ini dengan berbagai perwujudan rasa manis gula, mulai
dari bibit batang tebu, pohon tebu, air tebu, gula cair, gula kasar,
gula murni, manisan gula, dan gula batu.
Masing-masing perwujudan ini semakin mengental, dan tingkat-
tingkat rasa manis ini dibandingkan dengan gambaran secara
cer-mat tingkat-tingkat cinta kasih kepada Tuhan: sneha (ì rasa sa-
yangî ), maan (ì kesal karena keinginan tidak terpenuhiî ), pranaya
(ì cintaî ), raga (ì keterikatanî ), anuraga (ì di bawah keterikatanî ),
bhava (ì kebahagiaan rohaniî ) dan mahabhava (ì kebahagiaan
rohani yang luar biasaî ).
Pastur Hart: Saya tenggelam. Apakah bisa lebih dalam lagi?
Satyaraja Dasa: [tertawa] Kita baru di permukaan...filsafat Vaish-
nava begitu dalam...Kita dapat mendiskusikan munculnya sifat
feminin kita yang asli (prakrti). Maksudnya, kita semua adalah
perempuan dalam hubungan dengan Tuhan, Sang Penikmat
Ter-tinggi (purusa), Dengan demikian, para jiva mengambil sifat
fe-minin dalam hubungan dengan Dia, Tuhan Yang Maha Esa.
Tentu saja, di dunia spiritual bukannya tidak ada anggota laki-
lakinya ada para gopa, para laki-laki gembala sapi, sebagaimana
halnya ada para gopi, gadis-gadis gembala sapi. Tetapi aspek
feminin membangkitkan hubungan yang paling intim.
Sebagai contoh, mari kita membahas tentang berbagai sub-divisi
DIALOG TIMUR-BARAT 129
yang ada pada tingkat tertinggi cinta kasih rohani kepada Tuhan:
Svakiya dan Parakiya.
Secara singkat, yang dimaksud svakiya adalah hubungan per-
cintaan menurut cara yang menjadi kebiasaan atau umum, seperti
dalam ikatan pernikahan. Tetapi Parakiya-rasa secara khusus
diagungkan oleh Sri Chaitanya sebagai puncak tertinggi dalam
hubungan cinta kasih rohani. Rupa Gosvami mendefinisikan
dia yang ada dalam jenis rasa parakiya sebagai orang yang
mem-persembahkan dirinya sendiri kepada Krishna menurut
sifat raga, atau keterikatan alamiahnya kepada Krishna, tanpa
memasuki ikatan pernikahan resmi. Cintanya begitu mendalam
sehingga ia tidak peduli akan pantas atau tidaknya tindakan yang
dila-kukannya, meskipun kitab suci menyalahkan tindakannya
itu sebagai tindakan dari orang yang tidak setia. Dia mengambil
resiko terberat itu untuk Krishna. Disebabkan oleh cinta.
Menurut Sri Chaitanya, pelayan-pelayan paling intim Sri Krishna
dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok yang berbeda: (1)
para Lakshmi di Paravyoma, atau hubungan sebagai permaisuri
di sisi mewah kerajaan Tuhan, (2) para Mahishi di Dvaraka dan
Mathura, yakni para dewi agung dalam sifat antara kemewahan
dan rasa hubungan manis; dan (3) para gopi di Vrindavana, di
tanah Vraja. Para gopi inilah tingkat rasa hubungan manis yang
tertinggi, sebab gadis-gadis gembala sapi yang sederhana ini
ber-lindung kepada cinta kasih Tuhan sepenuhnya, tanpa terkait
dengan aspek kemewahan Tuhan.
Para Laksmi dan Mahishi adalah para svakiya, sementara para
gopi satu-satunya yang merupakan para parakiya. Di antara para
gopi ada yang sudah menikah dengan penyembah lainnya, dan
ada beberapa yang masih sendiri. Akan tetapi, kedua jenis gopi
ini menganggap Krishna sebagai suami sejati mereka. Walaupun
menurut pandangan duniawi Krishna hanyalah upapati, atau
kekasih gelap, bagi mereka. Inilah hubungan-hubungan para
pelayan yang paling rahasia di alam spiritual yang paling rahasia.
Pastur Hart: Itukah yang terjadi di dunia spiritual? Ya, dan
130 DIALOG TIMUR-BARAT

sekarang sudah terpikirkan, dan pastilah demikian. Tuhan


Mahabesar, dan hubungan cinta kasih-Nya juga berada dalam
tataran mahabesar. Apa yang sudah Anda uraikan jelaslah
merupakan kata terakhir dalam kerohanian. Jika kita menganggap
kegiatan-kegiatan (lila) Sri Krishna sebagai fenomena yang
bersifat material, kita pasti sudah berbeuat kesalahan yang sangat
besar. Tetapi, fenomena material, jika saya boleh sebutkan, pasti
ada hubungan dengan fenomena spiritual, sedikitnya dalam
beberapa hal. Dan saya kira sekarang saya sudah memahami
mengapa demikian adanya.
Sebagaimana halnya kita diciptakan menurut wujud Tuhan, jadi,
demikian pula halnya dengan hubungan antar pribadi di dunia
ini diciptakan menurut ì hubungan-hubungan rohani,î seperti
jenis-jenis hubungan yang baru saja Anda uraikan antara Krishna
dan para gopi. Koreksi saya jika saya salah, tetapi kebenaran ini
dapat diterapkan pada semua aspek dunia material dan dunia
spiritual. Apa yang coba saya katakan adalah bahwa untuk segala
sesuatu yang bersifat material, ada padanan spiritualnya. Itulah
sebabnya hubungan Sri Krishna dengan para gopi boleh jadi
kelihatan se-perti hubungan material, tapi sebenarnya tidaklah
demikian. Saya dapat memahaminya sekarang...
Satyaraja Dasa: Ya. Tapi ingat, dunia spiritual dan dunia material
adalah berlawanan. Dengan demikian apa yang dianggap paling
buruk di dunia material ini, adalah hal yang tertinggi di dunia
spiritual. Oleh sebab itu, parakiya-rasa diterima sebagai yang
paling tinggi di alam spiritual. Namun hubungan yang demikian
di dunia material, akan termasuk dalam hubungan kelas rendah.
Tetapi harus diingat bahwa tatkala kita berbicara mengenai
Krishna dan para gopi, kita sedang berbicara mengenai insan-
insan rohani tingkat tertinggi. Dan mereka tidaklah dibelenggu
oleh badan material. Hal ini penting. Dalam hubungan mereka
di luar pernikahan itu, tidak ada setitik pun hubungan badaniah.
Hubungan cinta kasih rohani yang demikian hanya mampu
dimengerti oleh insan-insan suci yang telah menginsafi jati diri.
Ini bukanlah sesuatu yang murahan.
DIALOG TIMUR-BARAT 131
Kenyataannya, dianjurkan agar orang membaca sembilan
skanda awal Srimad-Bhagavatam terlebih dahulu sebelum
mulai mem-baca Skanda Sepuluh, yang membicarakan topik-
topik rahasia ini. Jika seseorang tidak mempelajari sembilan
skanda awal di bawah bimbingan guru spiritual yang bonafide,
ia akan salah menganggap hubungan Krishna dan para gopi
sebagai hal yang bersifat material. Jadi, diperlukan sejumlah
informasi mengenai latar belakang filsafat, demikian pula langkah
penyucian yang diperlukan, untuk mengerti kejadian-kejadian
transenden tersebut.
Saya memperkenalkan hal ini kepada Anda hanya untuk me-
rangsang minat Anda. Tetapi, jika Anda benar-benar ingin mera-
sakan uraian tentang kegiatan-kegiatan paling dalam Tuhan, saya
sangat menganjurkan agar Anda membaca Srimad-Bhagavatam
dan Chaitanya-caritamrita, khususnya sebagaimana kitab-kitab
suci tersebut dijelaskan di dalam garis perguruan oleh Yang Maha
Berkarunia Srila Prabhupada.
Pastur Hart: Saya akan lakukan itu saya akan pesan buku-buku
itu. Saya harus katakan bahwa saya sangat menikmati dialog ini,
dan saya pikir orang-orang yang berpikiran terbuka di seluruh
dunia juga dapat melakukan diskusi seperti ini. Kelihatannya
bahwa perang serta prasangka sosial dan agama disebabkan oleh
karena orang menghindari percakapan seperti ini. Ada sesuatu
bisa diperoleh dengan mempelajari semua tradisi agama, bukan
hanya yang diperoleh dari agama kita sendiri.
Khususnya ajaran Vaishnava dari India, ajaran purba sanatana
dharma, atau ì fungsi kekal sang rohî  banyak yang bisa di-peroleh
dengan mempelajari sistem teologi yang paling kompleks ini.
Khususnya saya menghargai penjelasan Anda, dan saya ber-harap
agar kita dapat melanjutkan untuk melakukan dialog yang sama.
Kesadaran Krishna menambahkan suatu dimensi baru dalam
praktik Kekristenan saya, sehingga dengan senang hati saya
menambahkan Krishna...
Satyaraja Dasa: Di India, ada suatu ungkapan kuno: kanu bina
gita nahi. Yang artinya bahwa ì tanpa Krishna, tidak ada nyanyian.î
Pastur Hart: Terima kasih banyak.

Anda mungkin juga menyukai