Icuk Sugiarto
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Icuk Sugiarto
Icuk Sugiarto (lahir di Solo, Jawa Tengah, 4 Oktober 1962; umur 51 tahun)
adalah juara dunia bulu tangkis tahun 1983, yang juga adalah legenda tunggal putra
bulu tangkis Indonesia bersama Liem Swie King, Lius Pongoh, Hastomo Arbi, Kartono,
dll serta pahlawan bulu tangkis Indonesia di era 1980-an bersama pemain - pemain
bulu tangkis Indonesia yang lainnya. Ia sekarang menjadi salah satu staf ahli
menporadi eranya SBY-JK.
Icuk dikenal sebagai atlet bulu tangkis yang kerap menjuarai pertandingan baik
di dalam maupun luar negeri. Kiprahnya dalam dunia bulu tangkis memuncak pada
saat dia memenangkan kejuaraan bulu tangkis tingkat dunia yang telah
memberikannya gelar Juara Dunia pada tahun 1983 dan 1986. Teknik – teknik tajam
yang dahulu digunakannya pada setiap pertandingan seakan melegenda. Bahkan hingga
kini, diusianya yang ke 46, beliau masih belum kehilangan kelihaiannya dalam bemain
bulu tangkis. Hal ini dibuktikan dengan kepiawaiannya melatih anak didiknya di klub
PB Pelita Bakrie.
Suami dari Hj. Nina Yaroh dan ayah dari Natassia Octaviani Sugiarto, Tommy
Sugiarto, dan Jauza Fadhilla Sugiarto ini seakan tak dapat dipisahkan dari bulu tangkis.
Kendati kariernya menjadi atlet bulu tangkis telah selesai, namun dia tetap berjuang
dengan segala cara untuk meningkatkan permainan atlet – atlet bulu tangkis Indonesia
agar selalu dapat menorehkan prestasi tertinggi pada setiap pertandingannya.
Latar belakang dan keluarga
Putera ke tiga dari tujuh bersaudara dari pasangan Harjo Sudarmo dan
Ciptaningsih (alm) ini sudah menunjukkan bakatnya dalam bermain bulu tangkis
semenjak menginjak usia 12 tahun. Orang tua Icuk sendiri tak pernah menyia –
nyiakan bakat yang dimiliki puteranya itu. Sejak dini Icuk digembleng di klub di
daerahnya, Solo, hingga akhirnya dia diboyong ke Jakarta.
Icuk memulai pendidikan formalnya di SD Negeri 3 Kratonan dan SMP Negeri
1 yang keduanya berada di Solo. Karena kemampuannya yang dirasa semakin lama
semakin meningkat, Icuk pun mendapatkan kesempatan untuk hijrah ke Jakarta untuk
melanjutkan pendidikannya di SMA Negeri Ragunan.
Pada tahun 1983 Icuk menikah dengan Hj. Nina Yaroh seorang atlet bulu
tangkis putri nasional dari Medan, dan pada tahun 1984 pasangan tersebut dianugrahi
anak pertama mereka, Natassia Octaviani Sugiarto, dan menyusul Tommy Sugiarto dan
si bungsu Jauza Fadhilla Sugiarto pada tahun 1988 dan 1999.
Tommy Sugiarto sendiri saat Ini sedang merintis karier pada bidang yang sama
dengan yang digeluti oleh sang ayah, bulu tangkis, yang telah membawanya sebagai
atlet bulu tangkis terbaik di level 14 tahun ke bawah untuk tingkat DKI Jakarta.
Tommy terpilih sebagai tunggal keempat tim Piala Thomas Indonesia tahun 2008.
Prestasinya bisa dibilang membanggakan Icuk. di usia 14 tahun, dia sudah bisa
membawa Klub Bulu Tangkis Pelita Bakrie tempat ia bernaung menjadi juara umum
ditingkat cabang PBSI Jakarta Barat dengan meraih gelar di nomor Tunggal Remaja
dan Taruna serta Ganda Remaja Putra.
Tommy saat itu juga sudah mampu tampil di ajang bulu tangkis nasional,
Samsung - SGS II yang diselenggarakan di Bandung, di partai pamungkas dan berhasil
menembus final tunggal remaja. 2 tahun belakangan ini prestasinya bisa dibilang
lumayan. Tampaknya teladan ayahnya menjadikannya selalu berusaha lebih keras dari
waktu ke waktu sehingga diharapkan dapat menyaingi reputasi ayahnya di bidang bulu
tangkis kelak.
Tampaknya Icuk Sugiarto memang tak dapat jauh dari dunia bulu tangkis.
Karena selain Tommy Sugiarto yang telah mengikuti jejaknya untuk menjadi pemain
bulu tangkis profesional, Hj. Nina Yaroh, sang istri, saat ini juga menjabat sebagai
Ketua Kepengurusan cabang PBSI daerah Jakarta Barat. Terbukti sekali kecintaan Icuk
pada bulu tangkis sangat tinggi, karena baginya bulu tangkis bukan lagi sekadar olah
raga yang dapat mendatangkan medali dari pertandingan – pertandingan dalam dan
luar negeri, namun lebih pada sesuatu yang telah merekatkan hubungannya dengan
keluarga.
Kiprah keatletan Icuk Sugiarto
Icuk kecil terlihat sudah tertarik pada bulu tangkis sejak berusia 12 tahun.
Nampaknya orang tua Icuk tak ingin melepaskan minat dan bakat yang dimiliki
putranya maka pada tahun 1974 Icuk pun dimasukkan ke dalam klub bulu tangkis
pertamanya, yaitu Klub taruna, kemudian pindah ke klub Abadi Sekolah Atlet ragunan.
Dari tempat ini Icuk mendapat banyak pelajaran berharga yang membuatnya
semakin mantap menitipkan hatinya pada olah raga yang pada awalnya dipopulerkan
di Inggris ini.
Kejuaraan
Tak lengkap rasanya jika perjuangan melewati hari demi hari di kamp pelatihan
tanpa diuji di lapangan pertandingan. Icuk mengikuti pertandingan bulu tangkis skala
internasional pertamanya pada tahun 1979 yang membuatnya menyandang predikat
sebagai Juara I Single ASEAN pelajar. Pertandingan demi pertandingan dilewatinya
dengan gilang gemilang. Tak kurang dari tiga puluh pertandingan menjadi saksi
kemenangannya. Hingga akhirnya pada tahun 1983, Icuk Sugiarto, atas nama
Indonesia menyabet gelar yang paling bergengsi di dunia bulu tangkis: Juara Dunia
Single.
Tahun Prestasi
Penghargaan
Perjuangannya membela nama bangsa tidak hanya sekali dua kali dilakukannya.
Pemerintah pun tampaknya tidak menutup mata pada bakat dan prestasi yang
diraihnya. Berbagai macam penghargaan diberikan padanya sebagai salah satu bentuk
apresiasi yang diberikan pemerintah padanya. Sebut saja gelar atlet terbaik yang
dianugrahkan sebanyak 4 kali oleh SIWO PWI padanya sebanyak 4 kali dalam kurun
waktu sepuluh tahun, Bintang jasa Kelas I dari Menpora, hingga Bintang Satya Lencana
Kebudayaan yang dianugrahkan Presiden RI pada tahun 1991.
Tahun Penghargaan
Tahun Jabatan
2000 – 2004 Ketua Dewan Pimpinan Pusat Garda Muda Merah Putih.
2004 – 2005 Ketua Bidang Pembinaan Prestasi & Pelatnas PB. PBSI.