Anda di halaman 1dari 9

Hendra Setiawan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Hendra Setiawan  (lahir di  Pemalang,  Jawa Tengah,  24 Agustus  1984; umur 30


tahun) adalah salah satu pemain  bulu tangkis  Indonesia. Hendra Setiawan adalah
seorang atlit yang merupakan pemeluk nasrani atau kristen ini mengawali karirnya
berpasangan dengan  Markis Kido  dan menduduki peringkat ke-2 dunia  IBF  untuk
ganda putra. Gelar yang pernah didapat adalah juara dunia 2007 di Malaysia, juara
China Super Series 2007 dan Hongkong Super Series 2007. Pada tahun 2008 juga
menjadi pasangan Kido/Setiawan juara di Malaysia Super Series.
Hendra Setiawan  bersama pasangannya  Markis Kido  berhasil meraih medali
emas keenam untuk Indonesia di  Olimpiade Beijing 2008  untuk cabang bulu tangkis
ganda putra. Di partai final pada tanggal  16 Agustus 2008  itu, mereka berhasil
menaklukkan pasangan  RRC  Cai Yun/Fu Haifeng  melalui pertarungan sengit 3 set
dengan skor 12-21, 21-11, 21-16.
Semenjak penghujung tahun 2012,  Hendra Setiawan  berpasangan dengan
Mohammad Ahsan  yang sebelumnya berpasangan dengan  Bona Septano  sedangkan
Markis Kido  bermain tandem di ganda putra dengan Alvent Yulianto  dan di ganda
campuran dengan sang adik,  Pia Zebadiah.
Prestasi pertama yang diraih oleh  Hendra Setiawan  dengan  Mohammad Ahsan
adalah pada tahun  2012  sebagai semi finalis di YONEX Denmark Open 2012 sedangkan
pada tahun  2013  berhasil menyabet dua gelar superseries yakni sebagai juara di
Maybank Malaysia Open Superseries dan Djarum Indonesia Superseries Premier. Dalam
kedua laga final kejuaraan tersebut Hendra/ Ahsan mengalahkan lawan yang sama,
yaitu  :Lee Yong-dae  dan  Ko Sung-hyun  dua set langsung. Sekali lagi, mereka
mengalahkan ganda korea tersebut di final  2013 Singapore Super Series dengan skor
21-15 21-18. Pada ajang  Kejuaraan Dunia BWF 2013, Hendra/ Ahsan berhasil meraih
gelar juara setelah mengalahkan pasangan  Mathias Boe  dan  Carsten Mogensen  asal
Denmark  dengan skor 21-13 23-21.
Pada tahun 2014, Hendra dan Ahsan kembali membuat harum nama bangsa 
Indonesia. Ganda putra peringkat satu dunia ini sukses merebut gelar juara All
England 2014 nomor Ganda Putra. Di final pasangan ini sukses menekuk ganda
Jepang,  Hiroyuki Endo  dan  Kenichi Hayakawa, dua set langsung 21-19 21-19.
Nama : Hanifah
Kelas : VIII-I / 81

Icuk Sugiarto
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Icuk Sugiarto

Icuk Sugiarto  (lahir di  Solo,  Jawa Tengah,  4 Oktober  1962; umur 51 tahun)
adalah juara dunia  bulu tangkis  tahun  1983, yang juga adalah legenda tunggal putra
bulu tangkis Indonesia bersama  Liem Swie King, Lius Pongoh,  Hastomo Arbi,  Kartono,
dll serta pahlawan bulu tangkis Indonesia  di era  1980-an  bersama pemain - pemain
bulu tangkis Indonesia  yang lainnya. Ia sekarang menjadi salah satu staf ahli 
menporadi eranya  SBY-JK.
Icuk dikenal sebagai atlet bulu tangkis yang kerap menjuarai pertandingan baik
di dalam maupun luar negeri. Kiprahnya dalam dunia bulu tangkis memuncak pada
saat dia memenangkan kejuaraan bulu tangkis tingkat dunia yang telah
memberikannya gelar  Juara Dunia pada tahun 1983  dan 1986. Teknik – teknik tajam
yang dahulu digunakannya pada setiap pertandingan seakan melegenda. Bahkan hingga
kini, diusianya yang ke 46, beliau masih belum kehilangan kelihaiannya dalam bemain
bulu tangkis. Hal ini dibuktikan dengan kepiawaiannya melatih anak didiknya di klub
PB Pelita Bakrie.
Suami dari  Hj. Nina Yaroh  dan ayah dari Natassia Octaviani Sugiarto, Tommy
Sugiarto, dan Jauza Fadhilla Sugiarto ini seakan tak dapat dipisahkan dari bulu tangkis.
Kendati kariernya menjadi atlet bulu tangkis telah selesai, namun dia tetap berjuang
dengan segala cara untuk meningkatkan permainan atlet – atlet bulu tangkis Indonesia
agar selalu dapat menorehkan prestasi tertinggi pada setiap pertandingannya.
Latar belakang dan keluarga
Putera ke tiga dari tujuh bersaudara dari pasangan  Harjo Sudarmo  dan
Ciptaningsih  (alm) ini sudah menunjukkan bakatnya dalam bermain bulu tangkis
semenjak menginjak usia 12 tahun. Orang tua Icuk sendiri tak pernah menyia –
nyiakan bakat yang dimiliki puteranya itu. Sejak dini Icuk digembleng di klub di
daerahnya, Solo, hingga akhirnya dia diboyong ke Jakarta.
Icuk memulai pendidikan formalnya di  SD Negeri 3 Kratonan  dan  SMP Negeri
1  yang keduanya berada di  Solo. Karena kemampuannya yang dirasa semakin lama
semakin meningkat, Icuk pun mendapatkan kesempatan untuk hijrah ke Jakarta untuk
melanjutkan pendidikannya di  SMA Negeri Ragunan.
Pada tahun 1983 Icuk menikah dengan Hj. Nina Yaroh seorang atlet bulu
tangkis putri nasional dari  Medan, dan pada tahun 1984 pasangan tersebut dianugrahi
anak pertama mereka, Natassia Octaviani Sugiarto, dan menyusul Tommy Sugiarto dan
si bungsu Jauza Fadhilla Sugiarto pada tahun 1988 dan 1999.
Tommy Sugiarto sendiri saat Ini sedang merintis karier pada bidang yang sama
dengan yang digeluti oleh sang ayah, bulu tangkis, yang telah membawanya sebagai
atlet bulu tangkis terbaik di level 14 tahun ke bawah untuk tingkat DKI Jakarta.
Tommy terpilih sebagai tunggal keempat  tim Piala Thomas Indonesia tahun 2008.
Prestasinya bisa dibilang membanggakan Icuk. di usia 14 tahun, dia sudah bisa
membawa  Klub Bulu Tangkis Pelita Bakrie  tempat ia bernaung menjadi juara umum
ditingkat cabang PBSI Jakarta Barat dengan meraih gelar di nomor  Tunggal Remaja 
dan  Taruna serta  Ganda Remaja Putra.
Tommy saat itu juga sudah mampu tampil di ajang bulu tangkis nasional,
Samsung - SGS II  yang diselenggarakan di Bandung, di partai pamungkas dan berhasil
menembus final tunggal remaja. 2 tahun belakangan ini prestasinya bisa dibilang
lumayan. Tampaknya teladan ayahnya menjadikannya selalu berusaha lebih keras dari
waktu ke waktu sehingga diharapkan dapat menyaingi reputasi ayahnya di bidang bulu
tangkis kelak.
Tampaknya Icuk Sugiarto memang tak dapat jauh dari dunia bulu tangkis.
Karena selain Tommy Sugiarto yang telah mengikuti jejaknya untuk menjadi pemain
bulu tangkis profesional, Hj. Nina Yaroh, sang istri, saat ini juga menjabat sebagai
Ketua Kepengurusan cabang  PBSI  daerah Jakarta Barat. Terbukti sekali kecintaan Icuk
pada bulu tangkis sangat tinggi, karena baginya bulu tangkis bukan lagi sekadar olah
raga yang dapat mendatangkan medali dari pertandingan – pertandingan dalam dan
luar negeri, namun lebih pada sesuatu yang telah merekatkan hubungannya dengan
keluarga.
Kiprah keatletan Icuk Sugiarto
Icuk kecil terlihat sudah tertarik pada bulu tangkis sejak berusia 12 tahun.
Nampaknya orang tua Icuk tak ingin melepaskan minat dan bakat yang dimiliki
putranya maka pada tahun 1974 Icuk pun dimasukkan ke dalam klub bulu tangkis
pertamanya, yaitu  Klub taruna, kemudian pindah ke klub  Abadi  Sekolah Atlet ragunan.
Dari tempat ini Icuk mendapat banyak pelajaran berharga yang membuatnya
semakin mantap menitipkan hatinya pada olah raga yang pada awalnya dipopulerkan
di Inggris ini.

Kejuaraan
Tak lengkap rasanya jika perjuangan melewati hari demi hari di kamp pelatihan
tanpa diuji di lapangan pertandingan. Icuk mengikuti pertandingan bulu tangkis skala
internasional pertamanya pada tahun 1979 yang membuatnya menyandang predikat
sebagai Juara I Single ASEAN pelajar. Pertandingan demi pertandingan dilewatinya
dengan gilang gemilang. Tak kurang dari tiga puluh pertandingan menjadi saksi
kemenangannya. Hingga akhirnya pada tahun 1983, Icuk Sugiarto, atas nama
Indonesia menyabet gelar yang paling bergengsi di dunia bulu tangkis:  Juara Dunia
Single.

Tahun Prestasi

1979 Juara I Single Asean Pelajar

1980 Juara I Double Nasional.

1981 Juara I Double India Terbuka.

1981 Juara Double PON IX.

1982 Juara I Double Asian Games.

1982, 1986 & 1988 Juara I Single Indonesia Terbuka.

1985 Juara Single PON X.


1983 s/d 1987 Juara Nasional.

1983 s/d 1986 Juara I Taiwan Terbuka.

1983 Juara Dunia Single.

1984 Juara I Single Malaysia Terbuka

1984 & 1985 Juara I Single Thailand Terbuka

1984 Juara I Single Belanda Terbuka

1985 Juara I Single Piala Dunia ALBA

1985, 1987 & 1989 Juara Single Sea Games

1986 Juara I Single China Terbuka

1986 Juara I Single Piala Dunia 555

1987 Runner Up Single All England

1988 Juara I Single Perancis Terbuka

1988 Juara I Single Hongkong Terbuka

1984, 1986, 1988 &


Team Thomas Cup
1990
1983, 1984 & 1985 Team Asia

Penghargaan
Perjuangannya membela nama bangsa tidak hanya sekali dua kali dilakukannya.
Pemerintah pun tampaknya tidak menutup mata pada bakat dan prestasi yang
diraihnya. Berbagai macam penghargaan diberikan padanya sebagai salah satu bentuk
apresiasi yang diberikan pemerintah padanya. Sebut saja gelar  atlet terbaik  yang
dianugrahkan sebanyak 4 kali oleh  SIWO PWI  padanya sebanyak 4 kali dalam kurun
waktu sepuluh tahun,  Bintang jasa Kelas I  dari  Menpora, hingga  Bintang Satya Lencana
Kebudayaan  yang dianugrahkan  Presiden RI  pada tahun 1991.

Tahun Penghargaan

1983 Warga Teladan Kelas I di Solo dari Pemda.

1984 Mendapat tanda jasa Bintang Kelas I dari MENPORA.

1986 Atlet Terbaik Asia Pilihan Wartawan China.

1982, 1983, 1986 &


Atlet Terbaik Indonesia Pilihan SIWO PWI.
1988

Mendapat Bintang Satya Lencana Kebudayaan dari Presiden


1991
R.I.

1997 Mendapat Bintang Satya Jasa dari PB. PBSI.

1999 Mendapat Bintang Service Award dari IBF.

2007 Mendapat Gadget Award Kategori Tokoh Olahraga 2007.


Kiprah paska keatletan
Kendati Icuk Sugiarto telah menggantungkan raketnya pada tahun 1989, namun
sang  Juara Dunia tahun 1983  ini seakan tak mau melupakan bidang yang telah
membesarkan namanya. Merasa memiliki tanggung jawab untuk memajukan dunia
dunia bulu tangkis dalam negeri agar tak pernah kalah dengan negara – negara lain,
Icuk pun masih tetap meluangkan waktunya untuk berkiprah dalam dunia bulu tangkis
walau saat ini berada di balik layar.
Saat ini Ia tercatat sebagai pelatih di  PB Pelita Bakrie. Kerja kerasnya telah
membuahkan hasil dengan mencetak atlet-atlet muda handal semisal  Candra Wijaya, 
Nova Widianto,  Markis Kido,  Vita Marissa,  Toni Gunawan  Tak berhenti sampai disitu,
segudang kegiatan yang terkait dengan bulu tangkis pun dilakoninya. Pada saat Icuk
menjabat sebagai  Ketua Pengurus Daerah DKI Jakarta  juga salah satu  Pengurus PB
PBSI  dan tak hanya itu, dia pun dipercaya oleh  Menegpora Adhyaksa Dault  untuk
menjabat posisi  Staf Ahli Menegpora  untuk periode tahun 2004 hingga sekarang.
Sebagai mantan atlet, tak aneh rasanya jika dia sangat mengerti kebutuhan
para  atlet bulu tangkis. Dimulai dari sarana dan prasarana hingga program pelatihan
yang diharapkan merata dari pusat hingga daerah. Ia berpendapat jika bibit-bibit
unggul tidaklah harus berasal dari pusat, namun juga dapat digali di daerah-daerah,
oleh karena itu pelakuan atlet baik yang berada di pusat maupun di daerah haruslah
sama.
Tidak hanya atlet saja yang menjadi perhatiannya, namun juga basib para
mantan atlet yang telah berjasa mengharumkan nama bangsa baik pada kancah
nasional maupun internasional. Masalah-masalah yang terkait dengan keadaan ekonomi
dan status kewarganegaraan mantan atlet (dan atlet saat ini) juga tak luput dari
perhatiannya. Keinginannya saat ini adalah lebih meningkatkan prestasi  bulu tangkis 
Indonesia  di kancah internasional yang sempat selama beberapa tahun ini mati suri
dengan membangun  struktur organisasi  yang kuat pada tubuh  PBSI.

Tahun Jabatan

1989 – Sekarang Ketua Umum PB. Pelita Bakrie.

1997 – 2001 Direktur Pemandu Bakat PB. PBSI

1996-1999 & 1999-


Ketua Umum Pengcab PBSI Jakarta Barat.
2002

2002-2006 & 2006- Ketua Umum Pengda PBSI DKI Jakarta.


2010

1994 – Sekarang Ketua Dewan Pimpinan Pusat Generasi Muda Kosgoro.

1994 – 1999 Ketua Dewan Pimpinan Pusat KNPI.

2000 – 2004 Ketua Dewan Pimpinan Pusat Garda Muda Merah Putih.

2005 – 2008 Anggota Majelis Pemuda Indonesia DPP KNPI

1998 Caleg DPR RI.

2004 – 2005 Ketua Bidang Pembinaan Prestasi & Pelatnas PB. PBSI.

Ketua Umum Pengurus Pusat IANI (Ikatan Atlet Nasional


2007 – 2011
Indonesia).

2004 – Sekarang Staf Khusus MENPORA R.I.

2005 – Sekarang Komisaris Utama PT. Cipta Langit Biru

Penasehat BPPOP (Badan Pusat Penyelenggara Olahraga


2005 – Sekarang
Profesional)

Ketua Departemen Olahraga DPP Partai Persatuan


2007- 2012
Pembangunan

2006- Sekarang Tim Ahli Lembaga Anti Doping Indonesia.

2007-2011 Ketua bidang dana PERTINA


2007 – Sekarang Ketua Umum Yayasan Peduli Atlet Indonesia / YPAI

Anda mungkin juga menyukai