Anda di halaman 1dari 53

MATERI

SULAMAN BORDIR
PEMBUATAN HIASAN BUSANA

KD 3.2 Menganalisis rancangan (lab sheet) sulaman bordir pada


suatu produk
KD 4.2 Membuat rancangan (lab sheet) sulaman bordir pada suatu
produk
KD 3.3 Menerapkan sulaman bordir pada suatu produk
KD 4.3 Membuat sulaman bordir pada suatu produk

SMK NEGERI 3 PURWOKERTO


Jalan A.Yani No. 70, Karanganjing,Sokanegara, kec. Purwokerto Tim.,Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah Kode
Pos 53116
Indonessia merupakan negara yan memiliki banyak kerajinan / keterampilan tradisional
salah satunya bordir dan sulam. Bordir atau sulam adalah hiasan yang dibuat diatas kain
atau bahan-bahan lain dengan jarum jahit dan benang. Selain benang, hiasan untuk sulam
atau bordir dapat menggunakan bahan-bahan seperti potongan logam, mutiara, manik-
manik, bulu burung, dan payet. Diantara jenis tusukan yang umum dikenal dalam menyulam
adalah tusuk rantai, tusuk jelujur, tusukkelim, dan tusuk silang. Selain dijahit dengan tangan,
sulaman dibuat dengan mesin jahit dan mesin jahit bordir komputer. Kain dan benang yang
dipakai untuk seni bordir berbeda-beda menurut tempat dan negara.

Sejak ribuan tahun yang lalu, kain atau benang wol, linen, dan sutra sudah dipakai untuk
membuat sulaman. Selain benang dari wol, linen, dan sutra, sulaman modern menggunakan
benangsulam dari katun atau rayon. Biasanya sulam diterapkan pada bagian-bagian
tertentu, seperti pinggiran, sambungan, dan sudut-sudut yang dianggap perlu. Sulam pita
adalah sulaman yang  menggunakan pita berbagai ukuran dan bahan untuk membuat motif-
motif bunga. Pita memberi efek tiga dimensi karena ukuran pita lebih besar dari benang.
Hasil sulaman pita juga lebih dekoratif karena bahan pita yang lebih beragam.

1. Pengertian

Dalam kamus besar bahasa indonesia (KBBI, 2005) sulam atau bordir adalah hiasan dari
benang yang dijahitkan pada kain. Lebih lanjut Suhersono menjelaskan pengerjaan hiasan ini
sangat sederhana, pada awalnya pembuatan hiasan dengan teknik sulam (bordir) hanya
dikerjakan dengan tangan menggunakan alat berupa jarum dan benang sebagai bahannya.
Benang yang sudah dipasang pada jarum ditusuk-tusuk pada kain, kemudian munculah
istilah macam-macam tusuk yang pada akhirnya disebut dengan istilah sulam. Dengan
berkembangnya teknologi pengerjaan sulam (bordir) meningkat dengan memakai alat bantu
berupa mesin jahit, dan mesin khusus untuk bordir, sehingga pengerjaannya menjadi lebih
cepat. sejak saat itulah orang indonesia mulai menggunakan istilah bordir, sampai pada
akhirnya diciptakan mesin bordir pengembangan dari computer yang biasa disebut dengan
bordir komputer.

Dari keterangan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa sebenarnya istilah sulam dan bordir
itu sama, yaitu hiasan dari benang yang dijahitkan pada kain. Meskipun sampai saat ini
masih banyak orang yang menganggap sulam dan bordir itu berbeda. Mereka beranggapan
bahwa sulam adalah yang dikerjakan dengan tangan, sedangkan bordir adalah yang
dikerjakan dengan mesin.

Sulam (bordir) telah mengallami perkembangan yang cukup pesat. Untuk memenuhi
tuntunan pasar. Sekarang sulam (bordir) tidak hanya menggunakan benang dan kain saja.
Untuk menyulam selain menggunakan benang juga menggunakan bahan lain seperti pita,
sserat alam, bahkan ada yang dikombinasi dengan manik-manik atau payet. Sedangkan
bahan yang disulam sekarang tidak hanya menggunakan kain saja, tetapi sudah
menggunakan bahan lain seperti kulit, tenunan serat  alam dan sebagainya.

2|Page
2. Sejarah Bordir

Apabila bicara soal sejarah dan asal-usulnya, teknik bordir adalah salah satu teknik menghias
tekstil yang sudah dilakukan sejak lama, yaitu sekitar abad ke 5 hingga ke 3 SM di Tiongkok
pada masa peperangan antar kawasan sebelum mereka bersatu untuk pertama kalinya di
bawah dinasti Qin.

Pada tahun 300-700 Masehi, teknik bordir ini juga ditemukan pada periode migrasi Swedia,
meskipun tampaknya teknik bordir ini sudah ada sejak jaman yang lebih kuno lagi, karena
bangsa Yunani Kuno kerap menyebut Dewi Athena sebagai yang memberkati manusia
dengan ketrampilan untuk menyulam atau bordir.

Sepanjang sejarah, penerapan bordir ini sangatlah beragam, mulai dari menyulam bendera
dengan logo kerajaan, menyulam seragam para prajurit, menyulam pakaian sehari-hari atau
untuk bangsawan, dan teknik ini sering diasosiasikan ke dalam legenda serta cerita rakyat di
Eropa.

Pada masa kesultanan Ottoman di Turki pada abad ke 16, bordir menjadi ketrampilan yang
banyak digunakan, mulai dari menyulam kaligrafi bernuansa islami, menyulam seragam,
bendera, sepatu, sandal, bantal, dan bahkan pada ikat pinggang kulit yang sering mereka
kenakan.

Teknik bordir semakin berkembang dengan pesat pada masa Revolusi Industri di Eropa,
terutama pada saat ditemukannya mesin bordir pertama kali oleh Josué Heilmann, seorang
warga negara asal Perancis, pada tahun 1832.

Hingga saat ini, seiring dengan perkembangan teknologi, mesin bordir yang semakin canggih
juga berperan penting dalam menjadikan ketrampoilan ini semakin mudah dikerjakan, dan
bahkan terkadang suatu pakaian disebut terlihat lebih eksklusif apabila dihiasi dengan bordir
ketimbang menggunakan sablon
3. Alat untuk Membordir

A. Mesin Bordir
Mesin bordir adalah mesin khusus untuk membuat bordir. Mesin tersebut proses kerjanya ada
yang menggunakan kaki (manual), ada juga yang digerakkan dengan motor (high speed). Mesin
bordir merupakan peralatan yang kali pertama harus dipersiapkan karena alat itu langsung
digunakan dalam proses membordir.

1. permukaan dasar mesin


2. badan mesin
3. penutup dasar mesin
4. roda atas
5. roda bawah
6. injakan

Gambar 1.1 Mesin Manual

Sumber : http://www.mesinjahitpelita.com

Gambar 2.2 Mesin Bordir High Speed

Sumber: http://q-mach.com

B. Perlengkapan Membordir
Selain mesin sebagai alat utama dalam membordir, ada juga alat pendukung sebagai berikut.
1. Alat Pengukur
Alat pengukur adalah alat yang digunakan untuk mengukur bahan atau mengukur letak motif
yang akan kita buat pada saat membordir. Alat pengukur tersebut biasa disebut pita ukuran
dengan panjang 150 cm atau 60 inci dan lebar 1 cm - 1,5 cm.

Gambar 2.3 Alat Pengukur


2. Alat Pembuat Pola/Penggores
Alat pembuat pola di sini adalah alat yang digunakan untuk membuat gambar/desain. Membuat
gambar/desain biasanya dilakukan pada kertas minyak. Peralatan untuk membuat pola di
antaranya adalah kertas minyak, penggaris, dan pensil/bolpoin.

Gambar 2.4 Alat Pembuat Pola

(a.kertas minyak, b. Penggaris, c. Pensil/ bolpoint)

3. Alat Pemotong
Alat pemotong adalah peralatan membordir yang digunakan untuk memotong kain/bahan pada
saat membordir. Alat pemotong yang digunakan saat ini adalah gunting kertas, gunting bahan,
dan gunting bordir. Gunting bordir memiliki ciri khas pada bagian depannya. Bentuknya sedikit
melengkung, yang berfungsi menggunting sisa benang pada hasil bordiran agar tidak mengenai
bahan utama sehingga hasilnya baik dan rapi.

b
a

Gambar 2.5 Alat Pemotong

(a.Gunting Bahan, b. Gunting Kertas, c. Gunting Bordir)

5|Page
4. Alat Pemberi Tanda
Alat pemberi tanda adalah semua peralatan bordir yang digunakan untuk memindahkan
motif/gambar desain pada kain/bahan. Alat- alat untuk memberi tanda tersebut, yaitu kapur
jahit, kertas karbon, pensil tumpul/bolpoin kosong, dan plastik bening dengan fungsi yang
berbeda.
Kapur jahit ada yang berbentuk segitiga, ada pula yang seperti pensil, yang berfungsi memberi
tanda pada bahan.
Kertas karbon dipergunakkan saat motif/gambar pada kertas minyak dipindahkan pada
kain/bahan. Warna kertas karbon bermacam- macam agar pada saat memindahkan motif warna
karbon dapat disesuaikan dengan warna bahan dan setelah selesai membordir, bahannya dalam
keadaan bersih.
Pensil tumpul/bolpoin kosong yang tintanya sudah habis dipergunakan pada saat memindahkan
motif. Jadi, gambar motif ditekan oleh pensil tumpul/bolpoin kosong di atas plastik bening.
Plastik bening berfungsi sebagai pelindung gambar motif yang ada pada kertas minyak agar tidak
bersentuhan langsung dengan pensil/ bolpoin kosong sehingga motif tidak mudah rusak.

Gambar 2.6 Alat Pemberi Tanda

(a. Kapur Jahit, b. Pensil Jahit, c. Kertas Karbon, d. Plastik bening)

5. Alat Perlengkapan Membordir


Dalam membordir ada juga yang disebut perlengkapan membordir. Fungsinya agar pekerjaan
membordir dapat diselesaikan dengan cepat. Alat perlengkapan membordir, yaitu jarum mesin
bordir, jarum pentul, pendedel, raam/pemidangan.
Jarum mesin bordir adalah jarum yang biasa digunakan untuk membordir. Jarum bordir biasanya
digunakan nomor 9 atau 11.
Jarum pentul biasanya digunakan untuk menyemat bahan dan motif agar tidak bergerak pada saat
memindahkan motif. Bagian kepala jarum ini biasanya berbentuk bulat besar, yang terbuat dari
plastik dan bagian ujungnya berbentuk runcing dan tajam yang terbuat dari logam.
Pendedel atau biasa disebut pembuka jahitan digunakan untuk membuka bordiran yang salah.
Alat ini terbuat dari logam dengan pegangan plastik.

6|Page
Raam/pemidangan adalah alat bantu membordir berbentuk bulat dengan lubang di bagian
tengah, yang terdiri atas dua bagian dan ukurannya sedikit berbeda sehingga satu sama lain dapat
berimpitan. Pemidangan merupakan alat yang digunakan untuk mengencangkan

Gambar 2.7 Alat Perlengkapan Membordir

(a. Jarum Mesin Bordir, b. Jarum Pentul, c. Pendedel, d. Pemidangan)

bahan/kain agar kain tidak berkerut dan rata ketika dibordir, serta alat bantu untuk
menggerakkan kain dengan cara memegang bagian tepi pemidangan.

6. Alat Pengepres dan Finishing


Alat pengepres merupakan alat yang digunakan untuk memberikan bentuk yang tetap pada
bagian-bagian bordir dengan cara disetrika.

Gambar 2.8 Alat Pengepres dan Finishing

(a. Setrika, b. Solder)

Dengan demikian, alat yang digunakan untuk pengepresan ini adalah setrika. Selain setrika. alat
finishing dalam membordir adalah solder, yang dipergunakan untuk melubangi bahan/kain pada
bordiran jenis kerancang.

7|Page
4. Ragam Motif Bordir

A. Merancang dan Menerapkan Motif


Membuat motif merupakan pekerjaan menyusun, merangkai, memadukan bentuk dasar motif
sedemikian rupa sehingga tercipta sebuah gambar atau motif baru yang indah, serasi, bernilai
seni dan original yang tidak terlepas dari kaitan kaidah umum dan kaidah khusus (Suhersono,
2004: 19).
Kaidah umum adalah syarat yang harus dipahami dan dikuasai pada saat membuat
motif/gambar. Untuk itu, kaidah umum yang harus diketahui sebelum membuat motif/gambar
adalah mengetahui alat dan fungsinya dalam pembuatan motif/gambar, merencanakan
motif/gambar, dan melakukan banyak pelatihan membuat motif/gambar. Kaidah khusus adalah
sesuatu yang bersifat estetis, seperti proporsi, komposisi, dan nilai seni.
Apabila dalam pembuatan gambar kaidah tersebut diperhatikan, hal itu akan menghasilkan
desain bordir yang menarik dan indah dipandang. Selain kaidah tersebut, kualitas hasil bordiran
juga sangat ditentukan oleh hal berikut ini, yaitu mesin bordir, teknik pengerjaan, dan
pengusaan teknik pembordir. Komponen tersebut sangat menetukan hasil akhir suatu karya
bordir.

B. Motif Ragam Hias Bordir


Hal pertama yang kita lakukan sebelum membordir adalah membuat motif/desain. Agar
menghasilkan karya bordir yang baik motif/desain yang dibuat harus baik pula. Desain adalah
hasil karya yang tersusun atas garis, arah, bentuk, ukuran, warna, value, serta tekstur.
Pada dasarnya bordir dibuat untuk menghias kain, yang berfungsi memperindah dan
mempercantik kain tersebut. Motif ragam hias bordir yang dapat digunakan untuk menghias
kain, di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Motif Alam
Motif alam adalah motif yang sangat dipengaruhi
oleh bentuk alam nyata. Perwujudannya seperti
bentuk tumbuhan, bentuk hewan, bulan, bintang,
matahari, gunung, dan pelangi.

2. Motif dekoratif
Motif dekoratif adalah motif yang bentuknya
dipengaruhi oleh bentuk alam, tetapi
disederhanakan dan digayakan tanpa
meninggalkan bentuk aslinya dengan pengolahan
secara imajinatif dan khayalan, misalnya bunga,
daun, hewan, tumbuhan yang digayakan seperti
bunga, daun, hewan, yang tetap terlihat/terkesan
pada motif tersebut.

3. Motif geometris
Motif geometris adalah motif yang memiliki bentuk
teratur dan dapat diukur oleh alat ukur, seperti persegi,
lingkaran, dan segitiga. Motif geometris merupakan motif
tertua dalam ragam hias karena sudah dikenal sejak
zaman prasejarah. Motif ini berkembang dari mulai
bentuk titik, garis atau bidang yang berulang dari mulai
pola yang sederhana sampai dengan pola yang rumit.

4. Motif abstrak
Motif abstrak adalah motif yang tidak dikenali
kembali objek asalnya atau memang benar-
benar abstrak, dapat juga dikatakan bentuk
yang tidak nyata berhubungan visualisasi
bentuk kasat mata. Motif abstrak ini
menggunakan bentuk yang bebas ataupun
dapat juga berbentuk abstrak ekspresif atau
geometri.

C. Penempatan Hiasan
Penempatan motif/gambar berperan penting dalam pembuatan hiasan bordir ini. Apabila
penempatannya tepat, hasilnya akan baik. Perlu juga diingat bahwa susunan motif/gambar tidak
boleh merusakkan struktur dari benda atau bidang. Penempatan hiasan bordir ini terdiri atas hal
berikut.
1. Hiasan Tepi
Hiasan ini diletakkan pada bagian tepi benda dan dapat berupa pinggiran dari suatu
benda.

9|Page
2. Hiasan Pusat
Hiasan ini diletakkan di sekeliling titik pusat dari
suatu benda.

3. Hiasan Sudut
Hiasan ini disusun pada sudut benda yang mendekati tepi suatu benda.

10 | P a g e
5. Jenis-jenis Mesin Bordir
1) Mesin Bordir Setik Lurus
Mesin bordir setik lurus adalah mesin jahit biasa atau sering disebut mesin
pancal. Disebut pancal karena untuk menggerakkan mesin tersebut menggunakan
tenaga manusia. Untuk itu, dalam mengoperasikannya diperlukan gerakan tangan
dan kaki yang seirama. Mesin jahit ini merupakan mesin jahit yang pertama kali
dipergunakan untuk membordir.
Hasil bordiran dari mesin jahit setik lurus ini bergantung pada keterampilan
yang dimiliki pemakainya. Bila yang mengerjakan bordiran tersebut sudah
profesional, maka hasilnya akan bagus sesuai dengan yang diharapkan. Bila kurang
profesional maka akan terjadi kebalikannya. Keuntungan menggunakan mesin bordir
setik lurus adalah dapat digunakan untuk bermacam-macam tusuk atau lebih
bervariasi.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat menggunakan mesin bordir
setik lurus adalah sepatu mesin dilepas dan gigi mesin harus diturunkan. Gigi mesin
biasanya terletak di sebelah kanan mesin bagian bawah. Bila mesin tidak
mempunyai pengatur gigi mesin, maka perlu dibantu dengan plat bordir.

Alat-alat yang diperlukan pada saat menggunakan mesin bordir setik lurus
adalah pemidangan, gunting kain, gunting bordir, dan jarum mesin (ukuran 9 atau
11 atau disesuaikan dengan jenis dan ketebalan kain yang akan dibordir). Bahan
yang diperlukan di antaranya adalah kain utama (bahan atau kain yang akan
dibordir), kertas tela/roti untuk kain dari jenis trico/tula, dan kain keras/kain kapas
untuk kain yang tipis, kain-kain perca untuk aplikasi dengan hiasan bordir, benang
bordir (katun warna-warni, emas, dan perak).

Di bawah ini (gambar 2.1 dan gambar 2.2.) akan dikemukakan contoh gambar

11 | P a g e
mesin bordir setik lurus (mesin pancal), berikut komponennya:

Gambar 2.1 Mesin Bordir Setik Lurus (Mesin pancal)

Gambar 2.2 Komponen Mesin bordir Setik Lurus

a) Langkah-Langkah Dalam Membuat Bordir Dengan Mesin Setik Lurus.


Secara umum langkah-langkah yang harus dilakukan sebagai persiapan dalam
menggunakan mesin pancal untuk membuat hiasan bordir adalah sebagai berikut:
(1) Mempersiapkan bahan-bahan yang diperlukan
Siapkan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membordir. Bahan-bahan yang
dibutuhkan tersebut harus disesuaikan dengan model serta motif yang diinginkan.
Umumnya, bahan-bahan yang dibutuhkan tersebut adalah kain utama, kertas tela,
kertas roti, kain- kain untuk menyambung bila dengan pemidangan tidak cukup atau
kurang, kain-kain perca untuk aplikasi bordir, benang bordir warna- warni, benang
katun, kain keras atau viselin (lapisan), karbon jahit (menjiplak garis motif pada
kain), benang koord dll. Seperti diketahui, bahwa terdapat banyak sekali jenis tusuk
bordir, termasuk variasinya. Maka dari itu, ada kemungkinan untuk masing-masing
tusuk membutuhkan bahan yang sedikit berbeda.

(2) Mempersiapkan motif dan hasil jadi yang dibuat


Setelah menentukan apa yang akan dibuat, kemudian menyiapkan bahan,
lalu membordir. Membordir bisa dilakukan dengan dua cara. Cara pertama, kain
yang telah dipotong langsung dibordir. Cara kedua, baju yang sudah jadi baru
dibordir. Untuk menentukan cara yang mana yang akan dipilih, perlu dilihat tingkat
12 | P a g e
kesulitan pada saat membordirnya serta letak motif. Pada kenyataannya, untuk
mempermudah membordir lebih baik dilakukan pada pada saat kain masih dalam
bentuk potongan karena tidak banyak penghalangnya, atau bukan dalam bentuk
yang sudah jadi.
Langkah berikutnya adalah menentukan motif yang diinginkan. Untuk pemilihan
motif ini harus disesuaikan dengan bidang, letak pola hiasan, dan tusuk bordir yang
akan digunakan. Seperti diketahui bahwa motif merupakan pola hiasan yang dapat
mengambil sumber ide dari apa saja yang ada di bumi ini, misalnya dari manusia,
binatang, tumbuh-tumbuhan, suasana alam dan lain sebagainya. Motif bordir
biasanya berasal dari sumber-sumber di atas, tetapi yang lebih dominan untuk motif
bordir adalah tumbuh-tumbuhan, khususnya motif bunga. Untuk sumber-sumber
ide lainnya, biasanya banyak digunakan untuk aplikasi bordir (misalnya, motif
binatang, pohon, bentuk tubuh manusia dll). Selain dari sumber-sumber ide di atas,
pada saat ini banyak sekali buku-buku yang memberikan berbagai motif pola hiasan
yang dapat dipergunakan untuk berbagai kegunaan. Dengan demikian, yang perlu
diperhatikan adalah pandai- pandai memilih motif atau tidak asal memilih motif. Bila
tidak tepat dalam pemilihannya, maka hasil jadinya akan banyak mengecewakan
Setelah menentukan motif yang akan dibuat, maka buatlah motif tersebut pada
kertas, biasanya kertas yang digunakan adalah kertas roti. Kertas roti adalah kertas
tembus pandang, sehingga bila motif tersebut dikutip dari motif yang sudah ada,
dapat langsung dijiplak atau dipindahkan pada kertas roti. Selanjutnya, tentukan
pula tusuk bordir yang akan digunakan (lihat modul sebelumnya). Dalam pemilihan
tusuk-tusuk bordir tersebut harus memperhatikan bentuk motif, serta jenis kain
yang akan dibordiri. Selain itu, yang perlu diperhatikan pula adalah keserasian
mengkombinasikan warna bahan dengan warna benang. Setelah semua hal di atas
dilakukan, maka perlu segera dibelikan segala keperluan yang dibutuhkan untuk
membordir. Keperluan itu meliputi mulai dari benang bordir, benang katun, kain
keras yang tipis tanpa lem untuk diletakkan di bagian bawah kain yang akan
dibordir, karbon jahit untuk memindahkan motif dari kertas roti ke kain yang akan
dibordir, serta keperluan lain yang disesuaikan dengan tusuk-tusuk yang akan
digunakan.
Bila semua bahan telah disiapkan, selanjutnya ambillah potongan kain yang
13 | P a g e
akan dibordir. Siapkan kertas roti yang sudah ada motifnya serta karbon jahit untuk
memindahkan garis motifnya pada kain. Setelah itu, jiplakkan motif dari kertas roti
tersebut ke kain dengan bantuan karbon jahit dan alat penekan (misalnya pinsil
tumpul). Bila menjiplak telah selesai, maka pada potongan kain tersebut akan
tampak motif hasil jiplakan tersebut. Untuk karbon jahitnya, pilih yang berbeda
warna, dan usahakan tidak terlalu keras menekannya, cukup sampai nampak di
mata.

(3) Mempersiapkan Mesin Bordir dengan Mesin Setik Lurus

Mempersiapkan mesin setik lurus menjadi mesin yang akan digunakan untuk
membordir, diperlukan persiapan sebagai berikut:

(a) Membersihkan dan meminyaki mesin setik lurus


Kelancaran mesin bordir setik lurus bergantung pada pemeliharaan dan
kebersihan. Bila tidak dipergunakan, sebaiknya mesin ditutup untuk mencegah debu
menempel pada mesin. Pembersihan bergantung pada sering-tidaknya mesin itu
digunakan. Setiap selesai digunakan, bersihkanlah sisa-sisa benang dan debu, baik
pada bagian luar maupun bagian dalam mesin dan selanjutnya mesin ditutup.
Beberapa bulan sekali mesin perlu dibersihkan secara menyeluruh. Mesin yang
dipergunakan setiap hari memerlukan pemeliharaan yang lebih banyak. Untuk
pemeliharan mesin agar tidak mengganggu atau menghambat pada saat
menggunakannya, maka mesin perlu diminyaki (untuk lebih jelasnya lihat modul
tentang pemeliharaan piranti menjahit).
(b) Mengisi benang pada kumparan
Perhatikan pada saat menggisi kumparan atau sepul tidak boleh terlalu penuh
dan harus merata atau tidak bergelombang. Cara mengisi benang pada kumparan
adalah masukkan kumparan ke dalam penggulung benang (lihat komponen mesin
jahit), dan perhatikan cara memasukkannya. Caranya adalah masukkan kumparan
dalam posisi bagian yang berlubang di tengah, lalu dimasukkan pada penggulung
benang, dan mengenai bagian kawat yang menonjol. Setelah kumparan masuk
dengan benar, lalu dengan bantuan tangan di tekan ke dalam (lihat dalam modul
piranti menjahit).
Setelah siap untuk mengisi, letakkan benang katun untuk bordir pada tiang
14 | P a g e
kelos benang. Lewatkan benang pada pengait benang atas dan pengait benang
bawah. Siapkan kumparannya dengan cara menggulung sedikit benang. Selanjutnya,
masukkan kumparan pada penggulung benang seperti yang dilakukan di atas. Agar
tempat jarum mesin tidak bergerak pada saat mengisi kumparan, maka roda putar
dikunci dengan cara diputar ke kanan. Setelah itu, jalankan mesin dan mulailah
menggulung benang sampai terisi penuh dan merata, kemudian benang baru
dipotong. Selanjutnya putar kembali roda putar ke arah kiri agar mesin bisa
dijalankan sebagaimana mestinya (Cara memasangnya lihat modul piranti menjahit).
(c) Melepas sepatu mesin
Seperti telah disebutkan di atas , bahwa bila mesin pancal akan digunakan
untuk membuat hiasan bordir, maka sepatu mesin harus dilepas. Untuk membuka
sepatu mesin yaitu dengan cara melepaskan sekrupnya.
(d) Memasang jarum mesin
Untuk memasang jarum mesin, tiang pengangkat jarum dinaikkan setinggi-
tingginya, sekrup jepitan jarum dilonggarkan. Setelah itu, jarum dipasang dan sekrup
dikencangkan kembali. Perhatikan cara memasukkan jarumnya, bagian yang
mendatar menempel pada mesin (lihat modul piranti menjahit). Untuk membuat
bordir, maka gunakan jarum yang ukurannya kecil, yaitu ukuran 9 dan 11. Dengan
menggunakan jarum ukuran kecil tersebut, maka dapat dihasilkan hasil bordiran
yang halus atau tidak kasar.

15 | P a g e
(e) Memasukkan kumparan ke dalam rumah kumparan
Kumparan yang telah berisi benang katun dimasukkan ke dalam rumah
kumparan (sekoci). Sisakan ujung benang dari kumparan lebih kurang 10 cm.
Tujuannya agar pada saat mengambil atau menarik bawah, maka sisa ujung benang
tersebut terangkat keluar. Untuk memasukkan kumparan ke dalam rumah
kumparan, masukkan kumparan ke dalam rumah kumparan, lalu lewatkan sisa ujung
benang melalui alur yang benar atau melalui celah-celah yang ada pada rumah
kumparan (lihat caranya dari modul piranti menjahit).
(f) Menurunkan gigi mesin
Untuk menurunkan gigi mesin, putarlah sekrup pengatur gigi mesin ke kiri. Bila
mesin tidak memiliki pengatur gigi mesin, maka dapat digunakan plat bordir. Plat
bordir dipasangkan di atas plat gigi mesin.
(g) Mengatur jarak setikan
Pada gambar komponen mesin pancal tampak bahwa pengatur jarak setikan
terletak di sebelah kanan mesin dan bernomor. Semakin kecil nomornya, maka
semakin panjang jarak setikannya, dan semakin besar nomor, maka semakin kecil
jarak setikannya. Bila pengatur jarak setikan dinaikkan ke atas sekali atau melebihi
nomor terbesar, maka hasil setikan akan mundur. Untuk membuat hiasan bordir,
maka jarak setikan terletak pada batas garis tengah. Ini menunjukkan bahwa setikan
untuk bordiran adalah setikan normal untuk menjahit biasa.
(h) Memasang benang atas
Pemasangan benang atas untuk membuat hiasan bordir adalah sama, yaitu
seperti memasang benang atas bila menjahit biasa. Pemasangan ini dumulai dengan
meletakkan benang pada tiang kelos benang, lalu melewati pengait benang atas,
piringan pemegang benang atas, pengungkit benang. Setelah melalui

16 | P a g e
beberapa pengait benang, baru benang dimasukkan ke lubang jarum. Untuk lebih
jelasnya lihat pada modul piranti menjahit.
(i) Mengeluarkan benang bawah
Sama halnya bila menjahit biasa, maka untuk membuat hiasan bordir pun
benang bawah sebaiknya dikeluarkan dahulu, sehingga di atas mesin terdapat dua
buah benang (benang atas dan benang bawah). Tujuan mengeluarkan benang
bawah adalah agar pada saat awal membuat hiasan bordir, benangnya tidak
menggulung yang dapat merusak hasil bordirannya. Untuk mengeluarkan benang
bawah, naikkan tiang pengangkat jarum, kemudian tusukkan jarum ke bawah sambil
memegang ujung benang atas. Angkat kembali jarum tersebut untuk mengambil
benang bawah dan ambillah. Selanjutnya, kedua benang tersebut diletakkan di
bagian belakang tiang pengangkat jarum.
(j) Mengatur tegangan benang
Pengatur tegangan benang pada mesin biasanya ada dua, yaitu tegangan
benang atas dan tegangan benang bawah. Tegangan benang atas terletak di sebelah
kiri mesin dan biasanya bernomor. Tegangan benangan bawah adalah sekrup pada
kumparan. Untuk membuat hiasan bordir, tegangan diatur sampai memperoleh
tegangan benang yang diinginkan. Untuk mengecek apakah tegangan benangnya
sudah tepat dilakukan dengan cara menarik kedua benang atas dan bawah secara
bersamaan ke arah belakang. Bila pada saat ditarik benang bawah putus, maka
tegangan benang dikendorkan dengan cara memutar sekrup kumparan ke kiri
(mengendorkan). Demikian pula bila benang bagian atas putus maka tegangan
benang atas harus dikendorkan yang berarti tegangan benang atas diputar ke nomor
yang lebih kecil.

(k) Persiapan untuk membordir


Setelah mengatur tegangan benang atas, langkah selanjutnya mesin bordir
setik lurus sudah siap untuk membuat hiasan bordir. Bila bahan serta motif telah
disiapkan, jangan lupa pada saat akan memulainya, pengatur sepatu mesin tetap
diturunkan. Hal ini biasa dilakukan seperti halnya memulai menjahit biasa.
Selanjutnya pasanglah bahan yang telah bermotif tersebut dengan

17 | P a g e
menggunakan pemidangan, dengan posisi bagian yang ada motifnya terletak di
tengah-tengah pemidangan. Oleh karena itu, sesuaikan ukuran pemidangan dengan
luas bidang motif. Bila tidak memungkinkan, proses pemidangan dapat dilakukan
berulang-ulang sampai semua motif sudah dibordir. Pengaruh pemasangan
pemidangan yang tidak tepat serta pemilihan pemidangan yang salah, akan
berpengaruh terhadap hasil akhir bordir, misalnya kain menjadi berkerut bahkan
bisa rusak bila terlalu kencang pemidangannya. Dengan demikian, pada saat
pemasangan pemidangan harus pas kencangnya dan permukaan kainnya rata.

(4) Membordir dengan Mesin Setik Lurus Apabila


membordir dengan menggunakan mesin pancal,
maka tangan kiri berfungsi sebagai
penggerak/pengajak, sedangkantangan kanan
berfungsi sebagai penahan atau penekan pemidangan.
Pada saat membuat setikan/loncatan, gerak tangan
dan kaki harus seirama, sehingga pada saat
membordir tidak kaku atau tegang dalam
menggerakkannya. Contoh hasil jadi bordiran dengan
menggunakan mesin setik lurus

2) Mesin Khusus Bordir


Mesin khusus bordir merupakan mesin yang dirancang hanya untuk digunakan
membordir. Biasanya tidak dapat dipergunakan untuk keperluan lain. Bentuk fisik
serta komponen mesin khusus bordir jauh berbeda dengan mesin setik lurus. Mesin
khusus bordir digerakkan dengan menggunakan pijakan dinamo dan stang
penggerak untuk menentukan jarak setikan/loncatannya. Stang penggerak terletak
di bagian bawah mesin sebelah kanan. Penggunaannya dilakukan dengan cara
menggeser stang dengan kaki. Lebar kecilnya geseran akan menentukan jarak
setikannya. Mesin khusus bordir merupakan jenis mesin high speed (kecepatan
tinggi), sehingga dalam waktu yang sama dapat membordir lebih cepat
dibandingkan dengan mesin bordir setik lurus. Oleh karena itu, mesin bordir banyak
dipakai oleh usaha atau industri bordir.

18 | P a g e
Alat-alat penunjang dan bahan yang dibutuhkan untuk membordir dengan
menggunakan mesin khusus bordir sama dengan alat penunjang dan bahan yang
digunakan jika membordir dengan mesin pancal. Berikut ini merupakan contoh
mesin khusus bordir :

b c

Gambar 2.4 Mesin khusus bordir (a) tampak samping atas,


(b) tampak keseluruhan, (c) tampak samping bawah

Secara umum langkah-langkah yang harus dipersiapkan dalam menggunakan


mesin khusus bordir ini adalah sebagai berikut:
a) Mempersiapkan bahan yang diperlukan
Siapkan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membordir. Carilah atau buatlah
motif yang sesuai dengan bentuk bidang. Tentukan warna benang apa yang akan
dibuat (serasikan dengan warna bahan). Pilih tusuk apa saja yang akan digunakan.
Hal ini berkaitan dengan bahan apa saja yang harus dipersiapkan. Setelah
ditentukan semua, maka siapkanlah semua bahan tersebut agar tidak menghambat
proses membordirnya.

b) Mempersiapkan motif
Setelah menentukan model motif yang akan dibuat, potonglah kain tersebut
sesuai dengan pola busana yang akan dibuat. Setelah menentukan motif yang
diinginkan, baik dari ide sendiri maupun menjiplak dari motif yang telah ada, maka
salinlah pada kertas roti dan sesuaikan dengan luas bidangnya. Selanjutnya,
19 | P a g e
pindahkan motif pada kertas roti tersebut pada potongan pola yang telah dibuat.
Jiplak motif tersebut dengan menggunakan karbon jahit serta pensil tumpul untuk
menekannya pada kain. Perhatikan cara penggunaan atau pemakaian karbon,
jangan sampai terlalu tebal, cukup sampai nampak di mata saja. Setelah motif
menempel atau nampak, langkah selanjutnya adalah mempersiapkan mesin khusus
bordirnya.

c) Membersihkan dan meminyaki mesin khusus bordir


Sama halnya dengan mesin setik lurus, maka mesin khusus bordiri pun
memerlukan pemeliharaan yang cukup baik. Cara membersihkannua adalah dengan
memberi minyak pada mesin, sehingga akan memperlancar atau tidak menghambat
penggunaannya. Setiap selesai digunakan bersihkanlah sisa-sisa benang dan debu,
baik dari bagian dalam maupun luar. Mesin yang dipergunakan setiap hari
memerlukan pemeliharaan yang lebih banyak. Hal ini disebabkan oleh bergeraknya
mesin secara terus menerus sehingga perlu diminyaki agar mesin tidak cepat rusak
serta dibersihkan setiap hari pula.

d) Mengisi benang pada kumparan


Kumparan yang digunakan untuk mesin khusus bordir berbeda dengan
kumparan untuk mesin pancal. Rangkain cara mengisi kumparannya pun jelas
berbeda. Setelah kumparan terisi benang, maka kumparan dimasukkan ke dalam
rumah kumparan. Selanjutnya, dimasukkan dalam mesin. Cara untuk mengisi
kumparan adalah dengan meletakkan benang bordir pada tiang benang, kemudian
lewatkan pada piringan pemegang benang yang terletak di belakang. Lilitkan ujung
benangnya pada kumparan dengan posisi benang berada di bawah. Masukkan
kumparan pada penggulung kumparan, tekan ke dalam, dan selanjutnya injak
dinamo, seperti tampak pada gambar 2.5.

(1) (2) (3)

Gambar 2.5 Cara mengisi kumparan mesin khusus bordir.


20 | P a g e
e) Memasang jarum
Jarum yang digunakan untuk mesin
khusus bordir ini adalah jarum khusus mesin
bordir. Hampir sama cara memasangnnya, yaitu
dengan membuka atau melongggarkan sekrup
jarummya. Selanjutnya, memasukkan jarum
lebih kurang 1 cm. Selanjutnya, sekrup
dikencangkan kembali. Bila jarum terlalu tinggi memasukkannnya, ada
kemungkinan tidak dapat menarik benang, dan bila terlalu pendek
memasukkannya dapat mengakibatkan jarum bordir putus. Bentuk jarum mesin bordir
berbeda dengan jarum mesin pancal, bagian atas jarum mesin khusus bordir tidak
terdapat lempengan tetapi membulat sampai separuh jarum.
Pada bagian bawahnya terdapat cekungan, dan cekungan ini pada saat dipasang
harus terletak di bagian belakang. Dengan cara seperti ini, maka benang dimasukkan
dari bagian depan ke belakang.

f) Memasukkan kumparan ke dalam rumah kumparan


Kumparan yang telah berisi benang, dimasukkan dalam rumah kumparan dengan
cara melewati celah-celah benangnya, kemudian dimasukkan pada gulungan kawat
kecil yang terdapat pada kumparan. Setelah tepat memasukkannya, berikutnya adalah
memasukkan rumah kumparan yang telah berisi kumparan tersebut ke dalam mesin.
Pegang klep kumparan dengan tangan kanan, selanjutnya masukkan rumah kumparan
dengan posisi bukaan klep kumparan terletak di sebelah kanan. Dalam
memasukkannya harus yang tepat atau sampai berbunyi. Bila telah berbunyi berarti
cara memasukkannnya sudah tepat.

(1) (2) (3)

Gambar 2.7 Cara memasukkan kumparan ke dalam rumah kumparan


(1) (2)

Gambar 2.8 Cara memasukan kumparan ke dalam mesin

g) Memasang benang atas


Cara memasang benang pada mesin khusus bordir jelas berbeda dengan mesin
setik lurus, karena komponennya pun berbeda. Cara memasangnya adalah mulai dari
meletakkan benang bordir pada tiang benang yang telah disediakan, kemudian
masukkan pada kedua tiang yang berada di atas mesin. Masukkan benang pada lubang
tiang pertama lalu masukkan benang pada tiang kedua. Selanjutnya masukkan pada
lubang pengait benang yang terletak di depan mesin (ada tiga lubang), lalu masukkan
pada lubang pertama, dari bawah terus ke atas masukkan pada lubang ketiga.
Lewatkan pada piringan benang, kaitkan pada kawat, masukkan pada lubang naik-
turunnya benang. Selanjutnya, lewatkan pada pengait-pengait benang di bawahnya
dan terakhir masukkan pada lubang jarum dari bagian depan. Seperti halnya mesin
pancal, dalam mesin khusus bordir pun, benang bawah harus dikeluarkan dahulu
sebelum memulai membordir, agar tidak merusak hasil bordiran.

(1) (2)

Gambar 2.9 Cara memasang benang atas

22 | P a g e
(1) (2)

Gambar 2.10 Gambar cara mengeluarkan benang bawah

h) Persiapan untuk membordir


Ambil salah satu potongan kain yang telah
bermotif tersebut. Selanjutnya, pasangkan pada
pemidangan dengan tepat. Letakkan pada bagian
bawah tiang jarum dan jangan lupa menurunkan
pengatur sepatu mesin.

Selanjutnya, mulailah membordir sesuai dengan


yang diinginkan. Perhatikan posisi tangan, seperti
pada gambar 2.11. Selesaikan bordirannya sampai semua motif sudah terisi dengan
tusuk-tusuk bordirnya. Gambar 2.12 merupakan contoh hasil bordiran dengan
menggunakan mesin khusus bordir.

Gambar 2.12 Hasil jadi bordiran dengan menggunakan mesin khusus bordir

23 | P a g e
3) Bordir Komputer
Perkembangan teknologi komputer berimbas pada perkembangan mesin bordir.
Hal ini disebabkan telah tercipta komputer khusus bordir. Bordir komputer diciptakan
untuk memenuhi kebutuhan industri bordir secara besar-besaran untuk menghasilkan
bordiran dalam jumlah yang banyak. Mesin bordir komputer diprogram melalui
komputer sehingga menghasilkan bordiran yang relatif lebih rapi dan bentuk
bordirannya seragam.
Bordir komputer meliputi perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (
software). Perangkat keras meliputi seperangkat mesin bordir komputer yang terdiri
dari beberapa mata/unit, mulai dari mata 1 sampai dengan sekian puluh unit.
Perangkat lunaknyanya berupa program khusus bordir. Mengoperasikan atau
menjalankan perangkat lunak tersebut memerlukan Personal Computer (PC) minimal
Pentium 2. Dalam Perangkat lunak tersedia beberapa motif bordir, pengguna hanya
tinggal memilih motif atau memodifikasinya melalui program yang sudah disediakan.
Apabila diinginkan motif lain atau desain sendiri, buat dahulu motif di kertas atau
motif yang sudah ada kemudian dibidai (scanning) untuk memasukkan gambar motif
pada komputer. Setelah masuk dalam program komputer, kemudian diubah sesuai
dengan yang diinginkan, termasuk memilih tusuk- tusuk bordir yang diinginkan serta
warna-warna yang akan digunakan. Bila motif yang diinginkan telah selesai,
selanjutnya motif bordir dapat digunakan untuk diproduksi.
Alat-alat penunjang yang diperlukan adalah pemidangan berbagai bentuk (bulat
atau lonjong) mulai dari ukuran yang terkecil sampai yang terbesar. Gunting kain dan
gunting bordir, serta jarum khusus bordir komputer. Di bawah ini contoh dari mesin
bordir komputer:

24 | P a g e
Gambar 2. 13 Mesin Bordir Komputer 1 unit

Langkah-langkah penggunaan mesin bordir komputer adalah sebagai berikut:


(1) Mempersiapkan bahan-bahan yang diperlukan
Bahan-bahan yang diperlukan untuk membordir dengan mesin bordir
komputer adalah kain utama, kain keras untuk lapisan bordirannya, benang bordir
warna-warni, benang katun untuk benang bawah, dan disket kosong untuk diisi
program bordir. Kain utama dipotong sesuai dengan model yang diproduksi, misalnya
busana muslim pria (taqwa). Setelah kain dipotong, pisahkan bagian yang akan diberi
bordir. Jangan lupa dalam proses pemisahan ini perlu dipilah berdasarkan seri
tertentu, agar baju-baju tersebut tidak tertukar. Misalnya potongan kain yang akan
dibordir adalah potongan kedua badan bagian depan dan kedua saku tempelnya.
Dengan demikian yang perlu dipisahkan adalah kedua potongan kain tersebut.

(2) Menyiapkan motif dan sampel yang akan dibuat


Sebelum membuat motif, masukkan disket ke dalam disk drive, kemudian
komputer dijalankan. Motif bordiran dibuat melalui program komputer dengan
bantuan perangkat lunak yang dimiliki komputer tersebut. Selanjutnya memilih tusuk-
tusuk bordiran yang diinginkan, memprogram pola motif tersebut sesuai dengan letak,
warna benang, dan ukurannya. Bila semua telah selesai diprogram, langkah
selanjutnya adalah menyalin model atau desain bordir ke disket.
(3) Mempersiapkan mesin bordir komputer
Sama halnya dengan mesin-mesin bordir lain, maka bordir komputer tetap harus
dipelihara dan dibersihkan secara teratur, apalagi bila tiap hari dioperasikan. Bersihkan
dari sisa-sisa benang dan debu, baik dari luar maupun dari dalam mesin. Selanjutnya,

25 | P a g e
langkah-langkah yang harus dipersiapkan sebelum bordir komputer dioperasikan
adalah sebagai berikut.
(a) Menyiapkan benang bordir
Masukkan benang bordir warna-warni pada tiang-tiang benang mesin bordir
komputer. Untuk masing-masing mata komputer bisa terdiri dari 10 sampai 15 benang
bordir warna warni. Bila bordir komputer memiliki 20 mata, maka dibutuhkan benang
bordir sebanyak 200 sampai 250 buah benang bordir. Untuk benang bagian bawah,
menggunakan benang katun. Letakkan benang katun ini pada tempatnya. Bila di setiap
mata ada 10 sampai 15 benang bordir, maka jarum yang yang terletak di bawah
jumlahnya sama dengan jumlah benang di atasnya. Masukkan benang-benang
tersebut sesuai dengan alur jarumnya (satu benang satu jarum).

(b) Menyiapkan pemidangan


Jenis pemidangan yang digunakan sudah merupakan rangkain atau satu set
dengan mesin bordir komputer. Gunakan pemidangan sesuai dengan bentuk dan
ukuran motif. Pasangkan pemidangan pada potongan bahan yang akan di bordir. Atur
dengan baik dan tepat sehingga letak pemidangan berikut potongan kainnya kuat dan
rata. Lakukan pada semua potongan kain yang akan dibordir. Selanjutnya letakkan
masing-masing pemidangan yang sudah tertempel oleh potongan kain tersebut di
bawah masing-masing mata mesin bordir komputer.

(c) Siap menjalankan bordir komputer


Sebelum mesin bordir dijalankan, terlebih dulu lakukan pengecekan/inspeksi,
pada peletakkan, pemasangan, maupun dari pemilihan warna benang dan sebagainya.
Hal ini dimaksudkan agar kesalahan atau kekurangan dapat diperbaiki sebelum mesin
dioperasikan. Masukkan disket yang sudah berisi program bordir ke dalam bordir
komputer. Kemudian operator dapat mengoperasikan mesin bordir sesuai dengan
program dan jumlah produksi. Jarum bordir yang akan berjalan akan sesuai dengan
warna benang yang digunakan. Bila bordir hanya menggunakan satu warna benang,
maka jarum yang akan jalan hanya satu, dan seterusnya.
Secara otomatis mesin bordir komputer akan berhenti bila ada benang yang putus.
Untuk itu operator selalu mengecek benang- benang dan jarum, dan setiap ada
benang yang putus segera dipasangkan kembali. Pada saat benang akan dimasukkan

26 | P a g e
ke lubang jarum, maka mesin harus dimatikan dulu, dan setelah benang terpasang
pada lubang jarum, maka mesin dihidupkan lagi, begitu seterusnya sampai semua
motif sudah selesai dibordir.
Bila pembordiran telah selesai, selanjutnya pemidangan diambil dari mesin
bordir komputer, kemudian dilepaskan pemidangannya dari potongan kain yang telah
dibordir. Letakkan hasil bordiran pada tempat yang telah disediakan, kemudian
dilanjutkan untuk pembordiran selanjutnya. Di bawah ini merupakan contoh hasil jadi
bordiran dengan menggunakan mesin bordir komputer:

Gambar 2. 14. Hasil bordiran dengan bordir komputer

27 | P a g e
6. Persiapan Membordir Pada Busana
1) Cara Memasang Kain Keras
Biasanya pada saat membordir selalu menggunakan kain keras untuk lapisan
bawah bordiran. Hal ini bertujuan agar hasil bordirannya lebih rapi dan licin. Hal ini
dilakukan, baik pada mesin pancal, mesin khusus bordir maupun bordir komputer yang
menggunakan kain keras untuk lapisan bawah bordirannya. Kain keras yang digunakan
adalah kain keras yang tipis dan tidak ada lemnya. Kadang-kadang bila tidak
menggunakan kain keras digunakan kertas biasa, yang bila kena air akan mudah
dilepaskan. Bila menggunakan kain keras, biasanya dibiarkan tetap menempel atau
hanya digunting bagian pinggirannya saja, tetapi biasanya ada yang ingin di lepas,
dengan demikian hal ini tergantung selera yang buat/pesan.
Bahan yang diperlukan untuk praktik memasang kain keras ini adalah potongan
kain yang sudah ada motifnya, benang bordir, kain keras, dan karbon jahit untuk
menjiplak. Alat-alat yang dibutuhkan adalah mesin bordir, alat tulis, pemidangan, dan
seterika. Adapaun cara memasang kain keras adalah sebagai berikut.
(1) Siapkan potongan kain yang sudah bermotif (misalnya, pada bagian dada).

Gambar 2.2.1 Kain yang bermotif

(2) Ukurlah lebar atau panjang motif untuk menentukan berapa banyak kain keras yang
dibutuhkan. Biasanya bentuk kain keras yang dipotong menyesuaikan bentuk asli
motifnya. Bila motif bordiran berbentuk bulat, maka pengambilan kain keras pun
dipotong bulat. Bila motif bordiran memanjang, maka kain keras dipotong memanjang
pula. Usahakan pemotongan kain keras agak banyak dilebihkan dari besarnya motif. Hal
ini dimaksudkan agar pada saat menggunakan pemidangan, kain kerasnya pun ikut
terkena pemidangan. Hal ini bertujuan agar tidak mengganggu pada saat proses
pembordiran.

Kain keras

Gambar 2. 2. 2 Pemotongan kain keras

(3) Setelah kain keras dipotong, maka letakkanlah kain keras tersebut di bawah motif
bordiran. Bila menggunakan mesin pancal atau mesin khusus bordir, supaya kain keras
tersebut tidak bergeser kemana-mana, maka sebaiknya kain keras tersebut dilekatkan
dengan cara dijelujur sekelilingnya.

Gambar 2.2.3 Meletakkan kain keras di bawah motif

(4) Setelah kain keras dijelujur sekeliling dengan kain yang akan dibordir, selanjutnya ambil
pemidangan. Pilih pemidangan sesuai dengan bidang motif, bila motif memanjang ambil
pemidangan yang lonjong, dan bila bentuknya bulat, pilih pemidangan yang bulat pula.
Pasangkanlah pemidangan tersebut dengan pas dan rata agar hasil bordirannya bagus.
Setelah itu, potongan kain tersebut siap untuk dibordir.dengan posisi kain keras di
bawah motif bordiran.

29 | P a g e
:

Pemidangan

Gambar 2.2.4 Kain keras yang sudah terpasang pemidangan dan siap untuk dibordir

2) Menyambung Kain
Biasanya peletakkan bordiran pada busana tidak selalu di bagian tengah saja, tetapi
dapat diletakkan pula pada bagian pinggir atau sudut bagian-bagian busana. Untuk
bagian-bagian yang sulit dipasang pemidangan, seperti terletak di pinggir atau sudut-
sudut maka perlu dilakukan penyambungan kain. Dengan demikian, tujuan
menyambungan kain pada saat membordir agar memudahkan pada saat akan
menggunakan pemidangan. Untuk menggunakan pemidangan, maka bagian yang akan
dibordir mempunyai bidang yang cukup luas untuk terpasangnya pemidangan. Motif-
motif yang biasa menggungkan kain sambungan adalah bagian pinggiran tengah muka,
pinggiran lengan, pinggiran bawah baju, pinggiran antar garis leher dan lain-lain. Posisi
motif di pinggir akan sulit pada saat akan menggunakan pemidangan, karena sepotong
atau sebagian kainnya tidak ada. Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan
sambungan kain agar dapat terpasang oleh pemidangan.
Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk menyambung kain adalah potongan kain
yang telah ada motifnya, kain keras, dan kain untuk sambungan (katun). Alat-alat yang
dibutuhkan di antaranya adalah mesin pancal, gunting, dan perlengkapan untuk
menjahit biasa. Adapun cara menyambung kainnya adalah sebagai berikut:
a. Menyiapkan bahan dan alat yang disebutkan di atas.
b. Menyiapkan potongan kain yang sudah bermotif (misalnya, pada bagian tengah muka).

30 | P a g e
Gambar 2.2.5 Potongan kain yang sudah bermotif

c. Siapkan pula kain untuk sambungannya yang dapat terbuat dari kain apa saja, asal tidak
melar atau mulur. Potonglah kain untuk sambungan tersebut sampai sepanjang
motifnya. Usahakan ada kelebihan kain yang cukup lebar agar pas bila dipasang
pemidangan. Usahakan lebar kain tersebut 2 atau 3 kali lebar motif atau sampai selebar
pemidangan yang akan dipakai.

Kain sambungan

Gambar 2.2.6 Potongan kain yang akan disambung

d. Setelah kain sambungan tersebut dipotong, selanjutnya sambungkan kampuh kedua


potongan kain tersebut. Jahitlah atau sambung dari bagian belakang (bagian buruk
kain), sehingga yang nampak di atas (bagian baik kain) adalah sambungan jahitannya.
Jahitlah sampai sebatas motif yang ada pada potongan kain yang akan dibordir.

31 | P a g e
Gambar 2.2.7 Cara menyambung kain dengan kain yang sudah bermotif

e. Bila telah siap, maka ambillah pemidangan, dan pasangkanlah kedua potongan kain yang
bersambung tersebut dengan cermat dan rapi, seperti layaknya kain yang tidak ada
sambungannya.

Pemidangan

Gambar 2.2.8 Pemasangan pemidangan

f. Bordirlah potongan kain yang sudah bermotif tersebut sesuai dengan jenis bordiran
yang diinginkan. Bila motifnya panjang, lakukan sampai beberapa kali menggunakan
pemidangan atau sampai semua motif dibordir semua.

32 | P a g e
7. Pengetahuan Teknik Dasar Bordir

Untuk mendapatkan hasil bordir yang baik harus didukung oleh keterampilan teknik bordir.
Keterampilan teknik yang baik akan menghasilkan kualitas bordir yang bermutu. Sebelum
membordir, ada tahap persiapan yang harus kita lakukan.
• Menyiapkan Mesin Bordir

Gambar 4.1 Menyiapkan Mesin

• Memindahkan Motif ke Bahan

Gambar 4.2 Menyiapkan Alat dan Bahan


Gambar

Gambar 4.7.a. Meletakkan Plastik Gambar 4.7 menusukkan jarum pentul pada

kain yang sudah dilapisi karbon dan plastik

Gambar 4.8 mengutip/memindahkan motif Gambar 4.9 Mengambil Bahan yang Telah
Diberi Motif

34 | P a g e
• Memasangkan Bahan pada Pemidangan

Gambar 4.10 Persiapan Gambar 4.11 Memasangkan


Kain pada
Pemidangan

• Memasukkan pemidangan pada mesin bordir dengan posisi pemidangan


ada di bagian bawah tempat jarum, bagian baik kain yang akan dibordir
menghadap ke atas.

Gambar 4.12 Memasangkan


Bahan pada Mesin Bordir

35 | P a g e
Setelah melakukan tahap persiapan, langkah selanjutnya adalah membordir sesuai dengan
motif/gambar yang telah dibuat sebelumnya. Untuk pengerjaannya digunakan teknik yang
disesuaikan dengan motif/ gambar. Untuk itu, teknik yang dapat dikuasai dalam membordir adalah
sebagai berikut.

A. Tusuk Suji Cair


Tusuk suji cair atau biasa juga disebut dengan tusuk setik merupakan salah satu tusuk hias yang
biasa digunakan pada teknik bordir. Tusuk suji terbagi atas tusuk suji cair, tusuk suji cair setengah
penuh, dan tusuk suji cair penuh.
1. Membuat Tusuk Suji Cair
a. Lakukan tahap persiapan.
b. Setelah posisi raam sudah betul, mulailah membordir dengan
membuat tusuk suji cair/setik mesin pada sekeliling motif.

Gambar 4.13 Langkah Pembuatan Tusuk Suji Cair

2. Membuat tusuk suji cair setengah penuh


a. Lakukan tahap persiapan.
b. Mulailah membordir dengan membuat tusuk suji cair pada sekeliling motif, lalu
ulangi dengan cara yang sama pada sebagian motif secara berimpitan dan rapat.

Gambar 4.14 Langkah Pembuatan Tusuk Suji Cair Setengah Penuh


3. Membuat tusuk suji cair penuh
a. Lakukan tahap persiapan.
b. Mulailah membordir dengan membuat tusuk suji cair pada sekeliling motif,
kemudian penuhi seluruh motif dengan tusuk suji cair secara berimpitan dan rapat.

Gambar 4.15 Langkah Pembuatan Tusuk Suji Cair Penuh

Gambar 4.16 Hasil Tusuk Suji Cair

B. Tusuk Loncat Pendek


Tusuk loncat pendek dikenal juga dengan tusuk pipih, yang berfungsi menutup tusuk suji cair
dengan kerapatan yang penuh. Cara pengerjaan tusuk ini adalah sebagai berikut.
1. Lakukan tahap persiapan.
Mulailah membordir dengan membuat tusuk suji cair pada sekeliling motif, kemudian
ulangi dengan cara memenuhi sebagian motif secara berimpitan dan rapat dengan tusuk
pipih.

Gambar 4.17 Langkah Pembuatan Tusuk Loncat Pendek

37 | P a g e
C. Tusuk Loncat Panjang
Tusuk loncat panjang atau biasa disebut dengan tusuk pipih lebar merupakan salah satu teknik
dalam membordir. Tusuk ini dikatakan tusuk locat panjang karena tusuk tersebut dibuat dengan
loncat di antara dua setikan. Cara pembuatan tusuk loncat panjang adalah sebagai berikut.
1. Lakukan tahap persiapan.
2. Mulailah membordir dengan membuat tusuk suji cair/setik pada motif yang akan dibuat
sesuai dengan namanya, yaitu tusuk loncat di antara dua setikan, Setelah itu, buat lagi
tusuk suji cair/setik yang disesuaikan dengan motif dan dengan jarak setikan sesuai
dengan yang diinginkan.
3. Setelah selesai membuat tusuk suji cair/setikan, buatlah setikan loncat panjang yang
meloncati garis pada tusuk suji cair/setik yang telah dibuat sebelumnya dengan arah
yang disesuaikan dengan motif yang ada.

Gambar 4.18 Tusuk Loncat Panjang Sumber : Dok Pribadi

D. Tusuk Sasak
Tusuk sasak biasa juga disebut dengan tusuk seret. Dalam pembuatan teknik tusuk sasak ini
gunakan tusuk loncat panjang dan loncat pendek yang pengerjaannya secara tidak beraturan. Cara
pembuatannya adalah sebagai berikut.
1. Lakukan tahap persiapan.
2. Berilah tusuk suji cair/setik pada sekeliling motif/desain.
3. Isilah motif dengan menggunakan tusuk panjang pendek.

Gambar 4.19 Tusuk Sasak

Pembuatan tusuk sasak ini dapat menggunakan berbagai macam warna benang. Pada saat
penggantian benang, perhatikan agar penyebaran warna benang dapat menyebar dengan baik
sehingga warna benang dapat menyatu.

38 | P a g e
E. Tusuk Granit
Tusuk granit sering juga disebut dengan tusuk apel, yang pengerjaannya menggunakan tusuk suji
cair/setik dengan cara berputar-putar. Perputarannya dikerjakan secara beraturan dan searah. Cara
pengerjaan tusuk granit adalah sebagi berikut.
a. Lakukan tahap persiapan.
b. Setik sekeliling motif dengan menggunakan tusuk suji cair dan
selesaikan dengan tusuk loncat pendek.
c. Apabila motif yang kita buat di dalamnya terdapat gambar tangkai atau tulang daun,
kerjakan terlebih dahulu motif tersebut.
d. Isilah seluruh motif dengan tusuk granit/sasak dengan jarak
beraturan dan searah.

Gambar 4.20 Tusuk Granit

F. Tusuk Belah Kopi


Karena bentuknya seperti kopi, tusuk ini diberi nama tusuk belah kopi. Tusuk ini menggunakan
tusuk pipih yang membentuk lingkaran dengan ujung yang menyatu, dan bagian tengahnya diisi
penuh dengan teknik blok. Cara pengerjaan tusuk ini adalah sebagai berikut.
1. Lakukan tahap persiapan.
2. Setik sekeliling motif dengan menggunakan tusuk suji
cair.
3. Isilah setengah bagian motif dengan menggunakan
tusuk loncat
panjang yang membentuk lingkaran dengan ujung
yang menyatu.
4. Lakukan cara yang sama pada bagian sisi yang lainnya
sehingga hasil
bordiran terlihat seperti belah kopi.

Gambar 4.21 Tusuk Belah Kopi

39 | P a g e
8. Penerapan Bordir pada Berbagai Material Busana

Penerapan bordir pada berbagai material busana adalah pengaplikasian bordir pada
berbagai bahan pakaian/busana. Busana yang dimaksudkan dalam materi ini adalah termasuk
juga pelengkap busana terutama milineries (topi, selendang, syal, saputangan, kaos tangan, kaos
kaki, dompet dll.). Seperti diketahui bahwa bahan busana atau tekstil berasal dari serat alam dan
buatan. Pada saat ini, produksi tekstil banyak berasal dari serat buatan, karena biaya produksi
lebih murah dibandingkan mengunakan serat alam. Bahan pakaian yang 100 % terbuat dari serat
alam harganya sangat mahal, sehingga produsen memproduksinya dalam jumlah yang terbatas.
Biasanya untuk konsumsi orang- orang tertentu saja atau pesanan.
Perkembangan teknologi tekstil menghasilkan bermacam-macam tekstil yang berasal dari
serat buatan, dengan nama jenis kain yang beraneka ragam. Nama-nama jenis kain yang dikenal
pada saat ini di antaranya adalah bahan crepe, linen, jeans, georgette, jersey, tule, bahan kaca,
silk taffeta, silk organza, velvet, sutera, ulam usus, satin, chiffon, tanggerine, parasit, kaos, dll.
Jenis bahan-bahan material busana tersebut ada yang lembut, transparan, agak tebal, dan tebal.
Untuk bahan-bahan yang tipis atau transparan digunakan tusuk-tusuk bordir yang halus atau
tidak terlalu lebar dengan motif kecil-kecil. Untuk bahan yang lembut dan tebal dapat
menggunakan berbagai tusuk serta motif yang bebas.

Pada dasarnya hampir semua material busana dapat dihiasi dengan bordiran. Yang
penting dalam pengerjaannya perlu kehati-hatian terutama untuk material -material busana
yang halus/transparan, dan bahannya cepat sobek.
Bordiran pada busana berfungsisebagai hiasan atau ornamen. Ornamen berasal dari
bahas Yunani yaitu ornare yang berarti hiasan atau perhiasan. Dengan demikian. Pengertian
ornamen adalah hiasan/perhiasan suatu benda agar nampak menjadi indah. Benda yang dapat
dihias bukan hanya busana saja tetapi benda lain juga bisa, misalnya lenan rumah tangga
(sarung bantal, seprei, serbet, taplak meja dll), keramik, tekstil, hiasan dinding dan lain-lain.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan menerapkan bordir pada
berbagai material busana adalah agar busana yang telah dibordir akan menjadi lebih indah.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dalam menerapkan bordir pada berbagai material busana
tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Pemasangannya memerlukan pengetahuan,
ketelitian, kehati- hatian, dan rasa keindahan. Oleh karena itu, bila tidak tepat pada saat
penempatan bordir, maka benda yang dibordir tidak menjandi indah tetapi akan tampak tidak
serasi.
Tujuan penggunaan bordiran pada berbagai material busana pada umumnya untuk

40 | P a g e
memunculkan titik pusat perhatian, penunjang, dan sebagai motif. Penerapan titik pusat
perhatian pada busana dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu dengan pengulangan,
ukuran, kontras, dan susunan. Dengan demikian, bila ingin menempatkan bordiran sebagai titik
pusat perhatian perlu memperhatikan hal-hal tersebut. Oleh karena itu, penempatan bordiran
tidak hanya sekedar di tempatkan saja, tetapi perlu memperhatikan kriteria penggunanaan titik
pusat perhatian tersebut. Contoh penerapan bordiran dengan cara pengulangan, misalnya
menempatkan bordiran bersusun dua, ukuran (hiasan bordiran yang berukuran besar), kontras
(busana polos diberi bordir), susunan (busana yang memiliki hiasan bordiran pada satu tempat,
misalnya di sudut pinggang yang berdraperi).

Bordiran sebagai penunjang bertujuan agar busana yang dikenakan tampak lebih indah,
serasi, dan sesuai dengan yang diinginkan. Misalnya, hiasan bordiran yang terletak pada
pinggiran busana (pinggiran kerudung, pinggiran rok/blus/lengan).
Bordiran sebagai motif adalah penggunaaan hiasan bordir pada seluruh permukaan
busana. Misalnya seluruh permukaan bahan atau kain tersebut penuh dengan bordiran baik
dalam bentuk serak atau yang lainnya.
Hendaknya hindari penempatan bordiran pada tarikan-tarikan busana, karena selain
mengganggu aktifitas, juga tampak kurang indah. Misalnya, penempatan pada sisi panggul,
jahitan tangan, bawah ketiak, jahitan tengah belakang, dan bagian bawah perut ke bawah.
Dengan demikian, penempatan bordiran pada busana perlu mempertimbangkan hal-hal di atas.
Berikut akan disajikan beberapa contoh gambar dari penerapan bordir pada berbagai
material busana dari kain yang transparan (tule, organdi), halus dan lembut (georgette, chiffon,
bahan kaca, ulam usus), agak halus (crepe, silk taffeta, sutera, silk organza, velvet, satin,
tanggerine), agak tebal (linen, jeans), kain parasit, dan kaos.
 Penerapan bordir pada bahan tule Bahan tule
adalah bahan yang tipis dan transparan. Bordiran pada bahan tule dapat diterapkan pada kebaya
panjang. Motif bordir dapat divariasikan dengan mutiara dan payet. Letak motif bisa pada
garis leher, pinggiran lengan tengah muka, serta yang menyebar secara serak. Detail motif
bordirnya terletak di sebelah kanan gambar. Warna benang bordir yang digunakan sewarna
dengan warna bahan, dan untuk memberi kesan mengkilap, maka di variasikan dengan payet
yang berwarna perak (gbr.3.3.1).

41 | P a g e
Gambar 3.3. 1 Penerapan bordir pada bahan tule (Hardiman 2003)

 Penerapan bordir pada bahan organdi


Bahan organdi adalah tipis dan transparan serta mengkilap. Penerapan bordir pada bahan
organdi harus memperhatikan sifat bahannya yang mengkilap. Untuk memberi kesan tidak
terlalu ramai, maka motif bordirnya hanya terletak di bagian pinggirannya saja. Misalnya, pada
pinggiran garis leher, tengah muka, lengan, dan pinggiran kebaya. Pilih motif kecil-kecil sesuai
dengan bahannya yang transparan. Warna benang bordir diserasikan dengan warna bahan,
yaitu menggunakan warna yang senada dengan warna bahan. Tusuk Bordir yang digunakan
adalah variasi suji Inggris dan tusuk loncat pendek, seperti tampak pada gambar 3.3.2.

Gambar 3.3. 2 Penerapan bordir pada bahan organdi (Sumber: Hardiman (ed)., 2003)

42 | P a g e
 Penerapan bordir pada kain kaca
Bahan kaca termasuk pada bahan yang tipis, transparan dan mengkilap. Contoh
penerapan bordir pada bahan kaca ini diterapkan pada kebaya. Bordiran pada kebaya ini hanya
terletak pada bagian pinggiran saja. Hal itu dimaksudkan agar tidak memberi kesan terlalu
ramai, karena bahan kaca itu sendiri sudah mengkilap. Warna benang bordir yang digunakan
diserasikan dengan bahan, atau menggunakan warna yang senada dengan bahan. Tusuk Bordir
yang digunakan adalah tusuk terawang. Contoh bordir yang diterapkan pada bahan kaca dapat
dilihat pada gambar 3.3.3.

Gambar 3.3.3 Penerapan bordir pada bahan kaca (Sumber: Hardiman (ed)., 2003)

43 | P a g e
 Penerapan bordir pada bahan georgette
Bahan georgette termasuk pada bahan yang halus dan lembut. Penerapan bordir pada
bahan georgette diterapkan untuk busana muslim seperti tampak pada gambar 3.3.4.
Bordirannya dapat diletakkan pada bagian dada dan lengan. Motif bordir yang unik dapat
memberi kesan bernuansa etnik, sehingga nampak elegan bagi pemakainya. Warna benang
bordir yang digunakan diserasikan dengan warna bahan, yaitu menggunakan warna yang lebih
muda dari bahan. Tusuk Bordir yang digunakan adalah tusuk panjang pendek.

Gambar 3.3.4 Penerapan bordir pada bahan georgette (Sumber: Hardiman (ed)., 2002)

 Penerapan bordir pada bahan chiffon


Bahan chiffon termasuk juga pada bahan yang halus dan lebut serta agak tembus terang.
Bordir pada bahan chiffon antara lain dapat diterapkan untuk busana muslim. Busana muslim ini
terdiri dari blus batas panggul dengan celana panjang, dan bagian luarnya berupa blus panjang
dari bahan chiffon seperti tampak pada gambar 3.3.5. Bagian yang dibordir adalah blus

bagian luar dengan motif hiasan bordir pinggiran dan hiasan sudut. Tusuk bordir yang digunakan
adalah tusuk loncat pendek dengan motif yang kecil- kecil. Hal ini sangat cocok untuk bahan yang
tipis atau halus. Pada contoh berikut terkesan serasi karena menggunakan benang bordir yang
disesuaikan dengan warna bagian dalam blusnya.

44 | P a g e
Gambar 3.3.5. Penerapan bordir pada bahan chiffon (Hardiman: 2002)

 Penerapan bordir pada bahan crepe


Bahan crepe termasuk pada bahan yang halus dan lembut. Bordir pada bahan crepe dapat
diterapkan pada modifikasi kebaya pendek yang di bagian dalamnya terdapat kamisol. Motif
bordir pada kebaya tersebut kecil- kecil sesuai dengan kebayanya yang pendek serta bahannya
yang halus. Motifnya berupa hiasan pinggirannya saja, baik pada pinggiran lengan maupun
pinggiran bagian badan. Pada sarung diberi bordiran yang motifnya berupa buket bunga dengan
variasi mutiara dan payet. Tusuk bordir yang digunakan adalah variasi dari tusuk loncat
pendek dan panjang. Bordiran pada kebaya menggunakan warna benang bordir yang
berwarna-warni yang disesuaikan dengan warna kain sarungnya, seperti tampak pada gambar
3.3.6.

45 | P a g e
Gambar 3.3.6. Penerapan bordir pada bahan crepe (Hardiman: 2003)

 Penerapan bordir pada bahan silk taffeta

Bahan silk taffeta termasuk pada bahan yang halus. Penerapan bordir pada bahan silk
taffeta diterapkan pada gaun dengan garis pinggang di atas panggul. Bordiran terletak pada garis
pinggang dengan motif bunga mawar dengan ukuran yang cukup besar yang berfungsi sebagai
hiasan pinggiran. Warna benang bordir diserasikan dengan warna busananya. Tusuk bordir yang
digunakan adalah tusuk sasak, seperti contoh pada gambar 3.3.7.

Gambar 3.3.7. Penerapan bordir pada bahan silk taffeta


(Sumber: Wongsawang (ed).)

 Penerapan bordir pada bahan silk organza


Bahan silk organza termasuk pada bahan yang halus. Penerapan bordir pada bahan silk

46 | P a g e
organza dapat diterapkan pada gaun tunik yang pas badan, leher bulat, dan lengan pendek
(gambar 3.3.8). Lengan sebelah kanan yang dibordir menggunakan model lengan raglan,
sehingga lengan yang dibordir ini merupakan titik pusat perhatian pada gaun tersebut. Bordiran
pada lengan mengikuti bentuk lengan raglan, sehingga bentuk motif bordiran tersebut sangat
pas letaknya untuk lengan tersebut. Untuk menambah kesan mewah, bordiran tersebut
divariasikan pula dengan tempelan mutiara dan payet (detail motif bordirnya dapat di lihat di
sebelah kanan masing-masing gambar). Warna benang bordir diserasikan dengan warna gaun.
Tusuk bordir yang digunakan adalah tusuk sasak dan loncat pendek/panjang.

Gambar 3.3.8 Penerapan bordir pada bahan silk organza (Wongsawang (ed)

 Penerapan bordir pada bahan sutera Bahan sutera termasuk pada bahan yang halus dan
lembut. Penerapan bordir pada bahan sutera diterapkan pada kebaya (gambar 3.3.9).

47 | P a g e
Bordirannya berupa hiasan pinggiran, baik pinggiran tengah muka, pinggiran bawah kebaya, dan
pinggiran lengan. Bentuk motifnya kecil- kecil tetapi penuh atau padat. Agar terkesan lebih
mewah, maka digunakan benang bordir dari emas. Penggunaan benang bordir warna emas ini
sangat serasi dengan warna kebayanya yang berwarna merah maron. Detail motif bordirnya
terletak di sebelah kanan gambar. Tusuk bordir yang digunakan adalah tusuk loncat pendek.

Gambar 3.3.9 Penerapan bordir pada bahan sutera (Hardiman (ed), 2003)

 Penerapan bordir pada bahan velvet


Bahan velvet termasuk pada bahan yang halus dan lembut. Penerapan bordir pada
bahan velvet diterapkan pada gaun bermotif dengan garis pinggang pas panggul dan
menggunakan lengan panjang yang diberi lipit di bagian bahunya. Bordiran terletak di samping
kanan atas panggul dengan motif setangkai bunga yang memiliki dedaunan. Tusuk yang
digunakan adalah tusuk sasak, tusuk loncat pendek, dan panjang. Warna benang bordir yang
digunakan dibuat kontras dengan gaun, dan hanya menggunakan satu warna benang agar
tidak terkesan ramai. Busana ini dapat digunakan untuk acara yang terkesan resmi atau untuk
pesta.

48 | P a g e
Gambar 3.3.10 Penerapan bordir pada bahan velvet
(Sumber: Wongsawang (ed).)

 Penerapan bordir pada bahan satin Bahan satin termasuk pada bahan yang lembut akan
Tetapi tidak selembut sutera. Penerapan bordir pada bahan satin diterapkan pada kebaya
modifikasi yang berbentuk pendek tanpa kancing bukaan dan dikenakan bersama camisol
dengan bukaan kancing di depan. Bordir tersebut dapat dikenakan juga pada kain panjang dari
bahan batik yang memiliki tumpang di depan. Bordiran pada kebaya merupakan motif hiasan
pinggiran dengan menggunakan tusuk terawang. Benang bordir yang digunakan diserasikan
dengan warna kebayanya

Gambar 3.3.11 Penerapan bordir pada bahan satin


(Sumber: Hardiman (ed)., 2003)

49 | P a g e
 Penerapan bordir pada bahan tanggerine
Bahan tanggerine banyak mengandung bahan yang berasal dari kapas, sehingga bahannya
lembut dan nyaman dipakainya. Bordir pada bahan tanggerine diterapkan pada busana muslim
pria atau dikenal dengan baju taqwa. Bordiran terletak di bagian tengah muka dan dada, motifnya
dibuat memanjang sehingga memberi kesan pemakainya menjadi lebih tinggi. Biasanya motif
bunga kecil-kecil dan warna benang bordir kontras dengan warna bajunya. Tusuk bordir yang
digunakan adalah tusuk suji cair.

Gambar 3.3.12 Penerapan bordir pada bahan


tanggerine (Hardiman 2002)

 Penerapan bordir pada bahan linen


Bordir pada bahan linen diterapkan pada busana muslim. Celana panjangnya dibuat dari
bahan lurik begitu pula ujung lengannya. Bordirannya terletak di bagian tengah muka, bentuknya
memanjang, dan motifnya berbentuk batik kawung. Motif bordiran seperti ini akan memberi kesan
tinggi dan anggun bagi pemakainya. Warna benang bordirnya diserasikan dengan warna bajunya.
Tusuk bordir yang digunakan adalah tusuk loncat pendek.
Gambar 3.3.13 Penerapan bordir pada bahan linen
(Sumber: Hardiman (ed).,2002)

 Penerapan bordir pada kain sulam usus


Penerapan bordir pada kain sulam usus (berasal dari Lampung) dikenakan pada kebaya.
Kain sulam usus ini tipis atau transparan dan bertekstur. Bentuk kebayanya panjang dengan garis
leher model Sunda dan kain panjangnya dari batik sebagi Lampung. Dengan demikian, sangat
serasi dengan kebayanya. Bordirannya berupa aplikasi dari bunga dan dibuat sebagai motif hiasan
pinggiran. Warna benangnya diserasikan dengan warna kebayanya.

Gambar 3.3.14. Penerapan bordir pada kain ulam usus


(Sumber: Hardiman (ed), 2003.)

 Penerapan bordir pada bahan soft jeans


Bahan soft jeans termasuk pada bahan yang agak tebal. Penerapan bordir pada bahan soft
jeans dapat diterapkan pada busana muslim. Bordiran terletak di bawah garis leher dan pinggiran
lengan. Bentuk motifnya disesuaikan bentuk garis lehernya. Bagian atas motif menyebar atau
lebat, kemudian makin ke bawah motifnya makin mengecil. Motif bordiran seperti ini akan
memberi kesan lebih tinggi bagi pemakainya. Warna benang yang digunakan beberapa macam dan
tetap diserasikan dengan warna bajunya. Tusuk bordir yang digunakan adalah tusuk loncat pendek
dan panjang.

51 | P a g e
Gambar 3.3.15 Penerapan bordir pada bahan jeans
(Sumber: Hardiman (ed)., 2002)

 Penerapan bordir pada bahan kaos


Penerapan bordir pada bahan kaos diterapkan pada kaos tanpa lengan. Bordirannya
disesuaikan dengan bentuk garis lehernya. Bentuk motif bagian atasnya melebar dan makin ke
bawah makin menyempit. Tusuk bordir yang digunakan adalah tusuk terawang. Warna benang
bordirnya disesuaikan dengan warna kaosnya, sehingga memberi kesan anggun dan feminim bagi
pemakainya.

Gambar 3.3.16 Penerapan bordir pada bahan kaos

 Penerapan bordir pada bahan parasit


Bahan parasit adalah bahan yang tidak menyerap air, sehingga banyak dipergunakan untuk
jaket, tas, topo dll. Contoh penerapan bordir pada bahan parasit adalah pada topi yang merupakan
salah satu pelengkap busana. Bordirannya terletak di bagian tengah topi, motifnya berupa
binatang. Warna benangnya diserasikan dengan warna topinya. Tusuk bordir yang digunakan
adalah tusuk loncat pendek dan panjang.

52 | P a g e
Gambar 3.3.17 Penerapan bordir pada bahan parasit

53 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai