SULAMAN BORDIR
PEMBUATAN HIASAN BUSANA
Sejak ribuan tahun yang lalu, kain atau benang wol, linen, dan sutra sudah dipakai untuk
membuat sulaman. Selain benang dari wol, linen, dan sutra, sulaman modern menggunakan
benangsulam dari katun atau rayon. Biasanya sulam diterapkan pada bagian-bagian
tertentu, seperti pinggiran, sambungan, dan sudut-sudut yang dianggap perlu. Sulam pita
adalah sulaman yang menggunakan pita berbagai ukuran dan bahan untuk membuat motif-
motif bunga. Pita memberi efek tiga dimensi karena ukuran pita lebih besar dari benang.
Hasil sulaman pita juga lebih dekoratif karena bahan pita yang lebih beragam.
1. Pengertian
Dalam kamus besar bahasa indonesia (KBBI, 2005) sulam atau bordir adalah hiasan dari
benang yang dijahitkan pada kain. Lebih lanjut Suhersono menjelaskan pengerjaan hiasan ini
sangat sederhana, pada awalnya pembuatan hiasan dengan teknik sulam (bordir) hanya
dikerjakan dengan tangan menggunakan alat berupa jarum dan benang sebagai bahannya.
Benang yang sudah dipasang pada jarum ditusuk-tusuk pada kain, kemudian munculah
istilah macam-macam tusuk yang pada akhirnya disebut dengan istilah sulam. Dengan
berkembangnya teknologi pengerjaan sulam (bordir) meningkat dengan memakai alat bantu
berupa mesin jahit, dan mesin khusus untuk bordir, sehingga pengerjaannya menjadi lebih
cepat. sejak saat itulah orang indonesia mulai menggunakan istilah bordir, sampai pada
akhirnya diciptakan mesin bordir pengembangan dari computer yang biasa disebut dengan
bordir komputer.
Dari keterangan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa sebenarnya istilah sulam dan bordir
itu sama, yaitu hiasan dari benang yang dijahitkan pada kain. Meskipun sampai saat ini
masih banyak orang yang menganggap sulam dan bordir itu berbeda. Mereka beranggapan
bahwa sulam adalah yang dikerjakan dengan tangan, sedangkan bordir adalah yang
dikerjakan dengan mesin.
Sulam (bordir) telah mengallami perkembangan yang cukup pesat. Untuk memenuhi
tuntunan pasar. Sekarang sulam (bordir) tidak hanya menggunakan benang dan kain saja.
Untuk menyulam selain menggunakan benang juga menggunakan bahan lain seperti pita,
sserat alam, bahkan ada yang dikombinasi dengan manik-manik atau payet. Sedangkan
bahan yang disulam sekarang tidak hanya menggunakan kain saja, tetapi sudah
menggunakan bahan lain seperti kulit, tenunan serat alam dan sebagainya.
2|Page
2. Sejarah Bordir
Apabila bicara soal sejarah dan asal-usulnya, teknik bordir adalah salah satu teknik menghias
tekstil yang sudah dilakukan sejak lama, yaitu sekitar abad ke 5 hingga ke 3 SM di Tiongkok
pada masa peperangan antar kawasan sebelum mereka bersatu untuk pertama kalinya di
bawah dinasti Qin.
Pada tahun 300-700 Masehi, teknik bordir ini juga ditemukan pada periode migrasi Swedia,
meskipun tampaknya teknik bordir ini sudah ada sejak jaman yang lebih kuno lagi, karena
bangsa Yunani Kuno kerap menyebut Dewi Athena sebagai yang memberkati manusia
dengan ketrampilan untuk menyulam atau bordir.
Sepanjang sejarah, penerapan bordir ini sangatlah beragam, mulai dari menyulam bendera
dengan logo kerajaan, menyulam seragam para prajurit, menyulam pakaian sehari-hari atau
untuk bangsawan, dan teknik ini sering diasosiasikan ke dalam legenda serta cerita rakyat di
Eropa.
Pada masa kesultanan Ottoman di Turki pada abad ke 16, bordir menjadi ketrampilan yang
banyak digunakan, mulai dari menyulam kaligrafi bernuansa islami, menyulam seragam,
bendera, sepatu, sandal, bantal, dan bahkan pada ikat pinggang kulit yang sering mereka
kenakan.
Teknik bordir semakin berkembang dengan pesat pada masa Revolusi Industri di Eropa,
terutama pada saat ditemukannya mesin bordir pertama kali oleh Josué Heilmann, seorang
warga negara asal Perancis, pada tahun 1832.
Hingga saat ini, seiring dengan perkembangan teknologi, mesin bordir yang semakin canggih
juga berperan penting dalam menjadikan ketrampoilan ini semakin mudah dikerjakan, dan
bahkan terkadang suatu pakaian disebut terlihat lebih eksklusif apabila dihiasi dengan bordir
ketimbang menggunakan sablon
3. Alat untuk Membordir
A. Mesin Bordir
Mesin bordir adalah mesin khusus untuk membuat bordir. Mesin tersebut proses kerjanya ada
yang menggunakan kaki (manual), ada juga yang digerakkan dengan motor (high speed). Mesin
bordir merupakan peralatan yang kali pertama harus dipersiapkan karena alat itu langsung
digunakan dalam proses membordir.
Sumber : http://www.mesinjahitpelita.com
Sumber: http://q-mach.com
B. Perlengkapan Membordir
Selain mesin sebagai alat utama dalam membordir, ada juga alat pendukung sebagai berikut.
1. Alat Pengukur
Alat pengukur adalah alat yang digunakan untuk mengukur bahan atau mengukur letak motif
yang akan kita buat pada saat membordir. Alat pengukur tersebut biasa disebut pita ukuran
dengan panjang 150 cm atau 60 inci dan lebar 1 cm - 1,5 cm.
3. Alat Pemotong
Alat pemotong adalah peralatan membordir yang digunakan untuk memotong kain/bahan pada
saat membordir. Alat pemotong yang digunakan saat ini adalah gunting kertas, gunting bahan,
dan gunting bordir. Gunting bordir memiliki ciri khas pada bagian depannya. Bentuknya sedikit
melengkung, yang berfungsi menggunting sisa benang pada hasil bordiran agar tidak mengenai
bahan utama sehingga hasilnya baik dan rapi.
b
a
5|Page
4. Alat Pemberi Tanda
Alat pemberi tanda adalah semua peralatan bordir yang digunakan untuk memindahkan
motif/gambar desain pada kain/bahan. Alat- alat untuk memberi tanda tersebut, yaitu kapur
jahit, kertas karbon, pensil tumpul/bolpoin kosong, dan plastik bening dengan fungsi yang
berbeda.
Kapur jahit ada yang berbentuk segitiga, ada pula yang seperti pensil, yang berfungsi memberi
tanda pada bahan.
Kertas karbon dipergunakkan saat motif/gambar pada kertas minyak dipindahkan pada
kain/bahan. Warna kertas karbon bermacam- macam agar pada saat memindahkan motif warna
karbon dapat disesuaikan dengan warna bahan dan setelah selesai membordir, bahannya dalam
keadaan bersih.
Pensil tumpul/bolpoin kosong yang tintanya sudah habis dipergunakan pada saat memindahkan
motif. Jadi, gambar motif ditekan oleh pensil tumpul/bolpoin kosong di atas plastik bening.
Plastik bening berfungsi sebagai pelindung gambar motif yang ada pada kertas minyak agar tidak
bersentuhan langsung dengan pensil/ bolpoin kosong sehingga motif tidak mudah rusak.
6|Page
Raam/pemidangan adalah alat bantu membordir berbentuk bulat dengan lubang di bagian
tengah, yang terdiri atas dua bagian dan ukurannya sedikit berbeda sehingga satu sama lain dapat
berimpitan. Pemidangan merupakan alat yang digunakan untuk mengencangkan
bahan/kain agar kain tidak berkerut dan rata ketika dibordir, serta alat bantu untuk
menggerakkan kain dengan cara memegang bagian tepi pemidangan.
Dengan demikian, alat yang digunakan untuk pengepresan ini adalah setrika. Selain setrika. alat
finishing dalam membordir adalah solder, yang dipergunakan untuk melubangi bahan/kain pada
bordiran jenis kerancang.
7|Page
4. Ragam Motif Bordir
1. Motif Alam
Motif alam adalah motif yang sangat dipengaruhi
oleh bentuk alam nyata. Perwujudannya seperti
bentuk tumbuhan, bentuk hewan, bulan, bintang,
matahari, gunung, dan pelangi.
2. Motif dekoratif
Motif dekoratif adalah motif yang bentuknya
dipengaruhi oleh bentuk alam, tetapi
disederhanakan dan digayakan tanpa
meninggalkan bentuk aslinya dengan pengolahan
secara imajinatif dan khayalan, misalnya bunga,
daun, hewan, tumbuhan yang digayakan seperti
bunga, daun, hewan, yang tetap terlihat/terkesan
pada motif tersebut.
3. Motif geometris
Motif geometris adalah motif yang memiliki bentuk
teratur dan dapat diukur oleh alat ukur, seperti persegi,
lingkaran, dan segitiga. Motif geometris merupakan motif
tertua dalam ragam hias karena sudah dikenal sejak
zaman prasejarah. Motif ini berkembang dari mulai
bentuk titik, garis atau bidang yang berulang dari mulai
pola yang sederhana sampai dengan pola yang rumit.
4. Motif abstrak
Motif abstrak adalah motif yang tidak dikenali
kembali objek asalnya atau memang benar-
benar abstrak, dapat juga dikatakan bentuk
yang tidak nyata berhubungan visualisasi
bentuk kasat mata. Motif abstrak ini
menggunakan bentuk yang bebas ataupun
dapat juga berbentuk abstrak ekspresif atau
geometri.
C. Penempatan Hiasan
Penempatan motif/gambar berperan penting dalam pembuatan hiasan bordir ini. Apabila
penempatannya tepat, hasilnya akan baik. Perlu juga diingat bahwa susunan motif/gambar tidak
boleh merusakkan struktur dari benda atau bidang. Penempatan hiasan bordir ini terdiri atas hal
berikut.
1. Hiasan Tepi
Hiasan ini diletakkan pada bagian tepi benda dan dapat berupa pinggiran dari suatu
benda.
9|Page
2. Hiasan Pusat
Hiasan ini diletakkan di sekeliling titik pusat dari
suatu benda.
3. Hiasan Sudut
Hiasan ini disusun pada sudut benda yang mendekati tepi suatu benda.
10 | P a g e
5. Jenis-jenis Mesin Bordir
1) Mesin Bordir Setik Lurus
Mesin bordir setik lurus adalah mesin jahit biasa atau sering disebut mesin
pancal. Disebut pancal karena untuk menggerakkan mesin tersebut menggunakan
tenaga manusia. Untuk itu, dalam mengoperasikannya diperlukan gerakan tangan
dan kaki yang seirama. Mesin jahit ini merupakan mesin jahit yang pertama kali
dipergunakan untuk membordir.
Hasil bordiran dari mesin jahit setik lurus ini bergantung pada keterampilan
yang dimiliki pemakainya. Bila yang mengerjakan bordiran tersebut sudah
profesional, maka hasilnya akan bagus sesuai dengan yang diharapkan. Bila kurang
profesional maka akan terjadi kebalikannya. Keuntungan menggunakan mesin bordir
setik lurus adalah dapat digunakan untuk bermacam-macam tusuk atau lebih
bervariasi.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat menggunakan mesin bordir
setik lurus adalah sepatu mesin dilepas dan gigi mesin harus diturunkan. Gigi mesin
biasanya terletak di sebelah kanan mesin bagian bawah. Bila mesin tidak
mempunyai pengatur gigi mesin, maka perlu dibantu dengan plat bordir.
Alat-alat yang diperlukan pada saat menggunakan mesin bordir setik lurus
adalah pemidangan, gunting kain, gunting bordir, dan jarum mesin (ukuran 9 atau
11 atau disesuaikan dengan jenis dan ketebalan kain yang akan dibordir). Bahan
yang diperlukan di antaranya adalah kain utama (bahan atau kain yang akan
dibordir), kertas tela/roti untuk kain dari jenis trico/tula, dan kain keras/kain kapas
untuk kain yang tipis, kain-kain perca untuk aplikasi dengan hiasan bordir, benang
bordir (katun warna-warni, emas, dan perak).
Di bawah ini (gambar 2.1 dan gambar 2.2.) akan dikemukakan contoh gambar
11 | P a g e
mesin bordir setik lurus (mesin pancal), berikut komponennya:
Mempersiapkan mesin setik lurus menjadi mesin yang akan digunakan untuk
membordir, diperlukan persiapan sebagai berikut:
15 | P a g e
(e) Memasukkan kumparan ke dalam rumah kumparan
Kumparan yang telah berisi benang katun dimasukkan ke dalam rumah
kumparan (sekoci). Sisakan ujung benang dari kumparan lebih kurang 10 cm.
Tujuannya agar pada saat mengambil atau menarik bawah, maka sisa ujung benang
tersebut terangkat keluar. Untuk memasukkan kumparan ke dalam rumah
kumparan, masukkan kumparan ke dalam rumah kumparan, lalu lewatkan sisa ujung
benang melalui alur yang benar atau melalui celah-celah yang ada pada rumah
kumparan (lihat caranya dari modul piranti menjahit).
(f) Menurunkan gigi mesin
Untuk menurunkan gigi mesin, putarlah sekrup pengatur gigi mesin ke kiri. Bila
mesin tidak memiliki pengatur gigi mesin, maka dapat digunakan plat bordir. Plat
bordir dipasangkan di atas plat gigi mesin.
(g) Mengatur jarak setikan
Pada gambar komponen mesin pancal tampak bahwa pengatur jarak setikan
terletak di sebelah kanan mesin dan bernomor. Semakin kecil nomornya, maka
semakin panjang jarak setikannya, dan semakin besar nomor, maka semakin kecil
jarak setikannya. Bila pengatur jarak setikan dinaikkan ke atas sekali atau melebihi
nomor terbesar, maka hasil setikan akan mundur. Untuk membuat hiasan bordir,
maka jarak setikan terletak pada batas garis tengah. Ini menunjukkan bahwa setikan
untuk bordiran adalah setikan normal untuk menjahit biasa.
(h) Memasang benang atas
Pemasangan benang atas untuk membuat hiasan bordir adalah sama, yaitu
seperti memasang benang atas bila menjahit biasa. Pemasangan ini dumulai dengan
meletakkan benang pada tiang kelos benang, lalu melewati pengait benang atas,
piringan pemegang benang atas, pengungkit benang. Setelah melalui
16 | P a g e
beberapa pengait benang, baru benang dimasukkan ke lubang jarum. Untuk lebih
jelasnya lihat pada modul piranti menjahit.
(i) Mengeluarkan benang bawah
Sama halnya bila menjahit biasa, maka untuk membuat hiasan bordir pun
benang bawah sebaiknya dikeluarkan dahulu, sehingga di atas mesin terdapat dua
buah benang (benang atas dan benang bawah). Tujuan mengeluarkan benang
bawah adalah agar pada saat awal membuat hiasan bordir, benangnya tidak
menggulung yang dapat merusak hasil bordirannya. Untuk mengeluarkan benang
bawah, naikkan tiang pengangkat jarum, kemudian tusukkan jarum ke bawah sambil
memegang ujung benang atas. Angkat kembali jarum tersebut untuk mengambil
benang bawah dan ambillah. Selanjutnya, kedua benang tersebut diletakkan di
bagian belakang tiang pengangkat jarum.
(j) Mengatur tegangan benang
Pengatur tegangan benang pada mesin biasanya ada dua, yaitu tegangan
benang atas dan tegangan benang bawah. Tegangan benang atas terletak di sebelah
kiri mesin dan biasanya bernomor. Tegangan benangan bawah adalah sekrup pada
kumparan. Untuk membuat hiasan bordir, tegangan diatur sampai memperoleh
tegangan benang yang diinginkan. Untuk mengecek apakah tegangan benangnya
sudah tepat dilakukan dengan cara menarik kedua benang atas dan bawah secara
bersamaan ke arah belakang. Bila pada saat ditarik benang bawah putus, maka
tegangan benang dikendorkan dengan cara memutar sekrup kumparan ke kiri
(mengendorkan). Demikian pula bila benang bagian atas putus maka tegangan
benang atas harus dikendorkan yang berarti tegangan benang atas diputar ke nomor
yang lebih kecil.
17 | P a g e
menggunakan pemidangan, dengan posisi bagian yang ada motifnya terletak di
tengah-tengah pemidangan. Oleh karena itu, sesuaikan ukuran pemidangan dengan
luas bidang motif. Bila tidak memungkinkan, proses pemidangan dapat dilakukan
berulang-ulang sampai semua motif sudah dibordir. Pengaruh pemasangan
pemidangan yang tidak tepat serta pemilihan pemidangan yang salah, akan
berpengaruh terhadap hasil akhir bordir, misalnya kain menjadi berkerut bahkan
bisa rusak bila terlalu kencang pemidangannya. Dengan demikian, pada saat
pemasangan pemidangan harus pas kencangnya dan permukaan kainnya rata.
18 | P a g e
Alat-alat penunjang dan bahan yang dibutuhkan untuk membordir dengan
menggunakan mesin khusus bordir sama dengan alat penunjang dan bahan yang
digunakan jika membordir dengan mesin pancal. Berikut ini merupakan contoh
mesin khusus bordir :
b c
b) Mempersiapkan motif
Setelah menentukan model motif yang akan dibuat, potonglah kain tersebut
sesuai dengan pola busana yang akan dibuat. Setelah menentukan motif yang
diinginkan, baik dari ide sendiri maupun menjiplak dari motif yang telah ada, maka
salinlah pada kertas roti dan sesuaikan dengan luas bidangnya. Selanjutnya,
19 | P a g e
pindahkan motif pada kertas roti tersebut pada potongan pola yang telah dibuat.
Jiplak motif tersebut dengan menggunakan karbon jahit serta pensil tumpul untuk
menekannya pada kain. Perhatikan cara penggunaan atau pemakaian karbon,
jangan sampai terlalu tebal, cukup sampai nampak di mata saja. Setelah motif
menempel atau nampak, langkah selanjutnya adalah mempersiapkan mesin khusus
bordirnya.
(1) (2)
22 | P a g e
(1) (2)
Gambar 2.12 Hasil jadi bordiran dengan menggunakan mesin khusus bordir
23 | P a g e
3) Bordir Komputer
Perkembangan teknologi komputer berimbas pada perkembangan mesin bordir.
Hal ini disebabkan telah tercipta komputer khusus bordir. Bordir komputer diciptakan
untuk memenuhi kebutuhan industri bordir secara besar-besaran untuk menghasilkan
bordiran dalam jumlah yang banyak. Mesin bordir komputer diprogram melalui
komputer sehingga menghasilkan bordiran yang relatif lebih rapi dan bentuk
bordirannya seragam.
Bordir komputer meliputi perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (
software). Perangkat keras meliputi seperangkat mesin bordir komputer yang terdiri
dari beberapa mata/unit, mulai dari mata 1 sampai dengan sekian puluh unit.
Perangkat lunaknyanya berupa program khusus bordir. Mengoperasikan atau
menjalankan perangkat lunak tersebut memerlukan Personal Computer (PC) minimal
Pentium 2. Dalam Perangkat lunak tersedia beberapa motif bordir, pengguna hanya
tinggal memilih motif atau memodifikasinya melalui program yang sudah disediakan.
Apabila diinginkan motif lain atau desain sendiri, buat dahulu motif di kertas atau
motif yang sudah ada kemudian dibidai (scanning) untuk memasukkan gambar motif
pada komputer. Setelah masuk dalam program komputer, kemudian diubah sesuai
dengan yang diinginkan, termasuk memilih tusuk- tusuk bordir yang diinginkan serta
warna-warna yang akan digunakan. Bila motif yang diinginkan telah selesai,
selanjutnya motif bordir dapat digunakan untuk diproduksi.
Alat-alat penunjang yang diperlukan adalah pemidangan berbagai bentuk (bulat
atau lonjong) mulai dari ukuran yang terkecil sampai yang terbesar. Gunting kain dan
gunting bordir, serta jarum khusus bordir komputer. Di bawah ini contoh dari mesin
bordir komputer:
24 | P a g e
Gambar 2. 13 Mesin Bordir Komputer 1 unit
25 | P a g e
langkah-langkah yang harus dipersiapkan sebelum bordir komputer dioperasikan
adalah sebagai berikut.
(a) Menyiapkan benang bordir
Masukkan benang bordir warna-warni pada tiang-tiang benang mesin bordir
komputer. Untuk masing-masing mata komputer bisa terdiri dari 10 sampai 15 benang
bordir warna warni. Bila bordir komputer memiliki 20 mata, maka dibutuhkan benang
bordir sebanyak 200 sampai 250 buah benang bordir. Untuk benang bagian bawah,
menggunakan benang katun. Letakkan benang katun ini pada tempatnya. Bila di setiap
mata ada 10 sampai 15 benang bordir, maka jarum yang yang terletak di bawah
jumlahnya sama dengan jumlah benang di atasnya. Masukkan benang-benang
tersebut sesuai dengan alur jarumnya (satu benang satu jarum).
26 | P a g e
ke lubang jarum, maka mesin harus dimatikan dulu, dan setelah benang terpasang
pada lubang jarum, maka mesin dihidupkan lagi, begitu seterusnya sampai semua
motif sudah selesai dibordir.
Bila pembordiran telah selesai, selanjutnya pemidangan diambil dari mesin
bordir komputer, kemudian dilepaskan pemidangannya dari potongan kain yang telah
dibordir. Letakkan hasil bordiran pada tempat yang telah disediakan, kemudian
dilanjutkan untuk pembordiran selanjutnya. Di bawah ini merupakan contoh hasil jadi
bordiran dengan menggunakan mesin bordir komputer:
27 | P a g e
6. Persiapan Membordir Pada Busana
1) Cara Memasang Kain Keras
Biasanya pada saat membordir selalu menggunakan kain keras untuk lapisan
bawah bordiran. Hal ini bertujuan agar hasil bordirannya lebih rapi dan licin. Hal ini
dilakukan, baik pada mesin pancal, mesin khusus bordir maupun bordir komputer yang
menggunakan kain keras untuk lapisan bawah bordirannya. Kain keras yang digunakan
adalah kain keras yang tipis dan tidak ada lemnya. Kadang-kadang bila tidak
menggunakan kain keras digunakan kertas biasa, yang bila kena air akan mudah
dilepaskan. Bila menggunakan kain keras, biasanya dibiarkan tetap menempel atau
hanya digunting bagian pinggirannya saja, tetapi biasanya ada yang ingin di lepas,
dengan demikian hal ini tergantung selera yang buat/pesan.
Bahan yang diperlukan untuk praktik memasang kain keras ini adalah potongan
kain yang sudah ada motifnya, benang bordir, kain keras, dan karbon jahit untuk
menjiplak. Alat-alat yang dibutuhkan adalah mesin bordir, alat tulis, pemidangan, dan
seterika. Adapaun cara memasang kain keras adalah sebagai berikut.
(1) Siapkan potongan kain yang sudah bermotif (misalnya, pada bagian dada).
(2) Ukurlah lebar atau panjang motif untuk menentukan berapa banyak kain keras yang
dibutuhkan. Biasanya bentuk kain keras yang dipotong menyesuaikan bentuk asli
motifnya. Bila motif bordiran berbentuk bulat, maka pengambilan kain keras pun
dipotong bulat. Bila motif bordiran memanjang, maka kain keras dipotong memanjang
pula. Usahakan pemotongan kain keras agak banyak dilebihkan dari besarnya motif. Hal
ini dimaksudkan agar pada saat menggunakan pemidangan, kain kerasnya pun ikut
terkena pemidangan. Hal ini bertujuan agar tidak mengganggu pada saat proses
pembordiran.
Kain keras
(3) Setelah kain keras dipotong, maka letakkanlah kain keras tersebut di bawah motif
bordiran. Bila menggunakan mesin pancal atau mesin khusus bordir, supaya kain keras
tersebut tidak bergeser kemana-mana, maka sebaiknya kain keras tersebut dilekatkan
dengan cara dijelujur sekelilingnya.
(4) Setelah kain keras dijelujur sekeliling dengan kain yang akan dibordir, selanjutnya ambil
pemidangan. Pilih pemidangan sesuai dengan bidang motif, bila motif memanjang ambil
pemidangan yang lonjong, dan bila bentuknya bulat, pilih pemidangan yang bulat pula.
Pasangkanlah pemidangan tersebut dengan pas dan rata agar hasil bordirannya bagus.
Setelah itu, potongan kain tersebut siap untuk dibordir.dengan posisi kain keras di
bawah motif bordiran.
29 | P a g e
:
Pemidangan
Gambar 2.2.4 Kain keras yang sudah terpasang pemidangan dan siap untuk dibordir
2) Menyambung Kain
Biasanya peletakkan bordiran pada busana tidak selalu di bagian tengah saja, tetapi
dapat diletakkan pula pada bagian pinggir atau sudut bagian-bagian busana. Untuk
bagian-bagian yang sulit dipasang pemidangan, seperti terletak di pinggir atau sudut-
sudut maka perlu dilakukan penyambungan kain. Dengan demikian, tujuan
menyambungan kain pada saat membordir agar memudahkan pada saat akan
menggunakan pemidangan. Untuk menggunakan pemidangan, maka bagian yang akan
dibordir mempunyai bidang yang cukup luas untuk terpasangnya pemidangan. Motif-
motif yang biasa menggungkan kain sambungan adalah bagian pinggiran tengah muka,
pinggiran lengan, pinggiran bawah baju, pinggiran antar garis leher dan lain-lain. Posisi
motif di pinggir akan sulit pada saat akan menggunakan pemidangan, karena sepotong
atau sebagian kainnya tidak ada. Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan
sambungan kain agar dapat terpasang oleh pemidangan.
Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk menyambung kain adalah potongan kain
yang telah ada motifnya, kain keras, dan kain untuk sambungan (katun). Alat-alat yang
dibutuhkan di antaranya adalah mesin pancal, gunting, dan perlengkapan untuk
menjahit biasa. Adapun cara menyambung kainnya adalah sebagai berikut:
a. Menyiapkan bahan dan alat yang disebutkan di atas.
b. Menyiapkan potongan kain yang sudah bermotif (misalnya, pada bagian tengah muka).
30 | P a g e
Gambar 2.2.5 Potongan kain yang sudah bermotif
c. Siapkan pula kain untuk sambungannya yang dapat terbuat dari kain apa saja, asal tidak
melar atau mulur. Potonglah kain untuk sambungan tersebut sampai sepanjang
motifnya. Usahakan ada kelebihan kain yang cukup lebar agar pas bila dipasang
pemidangan. Usahakan lebar kain tersebut 2 atau 3 kali lebar motif atau sampai selebar
pemidangan yang akan dipakai.
Kain sambungan
31 | P a g e
Gambar 2.2.7 Cara menyambung kain dengan kain yang sudah bermotif
e. Bila telah siap, maka ambillah pemidangan, dan pasangkanlah kedua potongan kain yang
bersambung tersebut dengan cermat dan rapi, seperti layaknya kain yang tidak ada
sambungannya.
Pemidangan
f. Bordirlah potongan kain yang sudah bermotif tersebut sesuai dengan jenis bordiran
yang diinginkan. Bila motifnya panjang, lakukan sampai beberapa kali menggunakan
pemidangan atau sampai semua motif dibordir semua.
32 | P a g e
7. Pengetahuan Teknik Dasar Bordir
Untuk mendapatkan hasil bordir yang baik harus didukung oleh keterampilan teknik bordir.
Keterampilan teknik yang baik akan menghasilkan kualitas bordir yang bermutu. Sebelum
membordir, ada tahap persiapan yang harus kita lakukan.
• Menyiapkan Mesin Bordir
Gambar 4.7.a. Meletakkan Plastik Gambar 4.7 menusukkan jarum pentul pada
Gambar 4.8 mengutip/memindahkan motif Gambar 4.9 Mengambil Bahan yang Telah
Diberi Motif
34 | P a g e
• Memasangkan Bahan pada Pemidangan
35 | P a g e
Setelah melakukan tahap persiapan, langkah selanjutnya adalah membordir sesuai dengan
motif/gambar yang telah dibuat sebelumnya. Untuk pengerjaannya digunakan teknik yang
disesuaikan dengan motif/ gambar. Untuk itu, teknik yang dapat dikuasai dalam membordir adalah
sebagai berikut.
37 | P a g e
C. Tusuk Loncat Panjang
Tusuk loncat panjang atau biasa disebut dengan tusuk pipih lebar merupakan salah satu teknik
dalam membordir. Tusuk ini dikatakan tusuk locat panjang karena tusuk tersebut dibuat dengan
loncat di antara dua setikan. Cara pembuatan tusuk loncat panjang adalah sebagai berikut.
1. Lakukan tahap persiapan.
2. Mulailah membordir dengan membuat tusuk suji cair/setik pada motif yang akan dibuat
sesuai dengan namanya, yaitu tusuk loncat di antara dua setikan, Setelah itu, buat lagi
tusuk suji cair/setik yang disesuaikan dengan motif dan dengan jarak setikan sesuai
dengan yang diinginkan.
3. Setelah selesai membuat tusuk suji cair/setikan, buatlah setikan loncat panjang yang
meloncati garis pada tusuk suji cair/setik yang telah dibuat sebelumnya dengan arah
yang disesuaikan dengan motif yang ada.
D. Tusuk Sasak
Tusuk sasak biasa juga disebut dengan tusuk seret. Dalam pembuatan teknik tusuk sasak ini
gunakan tusuk loncat panjang dan loncat pendek yang pengerjaannya secara tidak beraturan. Cara
pembuatannya adalah sebagai berikut.
1. Lakukan tahap persiapan.
2. Berilah tusuk suji cair/setik pada sekeliling motif/desain.
3. Isilah motif dengan menggunakan tusuk panjang pendek.
Pembuatan tusuk sasak ini dapat menggunakan berbagai macam warna benang. Pada saat
penggantian benang, perhatikan agar penyebaran warna benang dapat menyebar dengan baik
sehingga warna benang dapat menyatu.
38 | P a g e
E. Tusuk Granit
Tusuk granit sering juga disebut dengan tusuk apel, yang pengerjaannya menggunakan tusuk suji
cair/setik dengan cara berputar-putar. Perputarannya dikerjakan secara beraturan dan searah. Cara
pengerjaan tusuk granit adalah sebagi berikut.
a. Lakukan tahap persiapan.
b. Setik sekeliling motif dengan menggunakan tusuk suji cair dan
selesaikan dengan tusuk loncat pendek.
c. Apabila motif yang kita buat di dalamnya terdapat gambar tangkai atau tulang daun,
kerjakan terlebih dahulu motif tersebut.
d. Isilah seluruh motif dengan tusuk granit/sasak dengan jarak
beraturan dan searah.
39 | P a g e
8. Penerapan Bordir pada Berbagai Material Busana
Penerapan bordir pada berbagai material busana adalah pengaplikasian bordir pada
berbagai bahan pakaian/busana. Busana yang dimaksudkan dalam materi ini adalah termasuk
juga pelengkap busana terutama milineries (topi, selendang, syal, saputangan, kaos tangan, kaos
kaki, dompet dll.). Seperti diketahui bahwa bahan busana atau tekstil berasal dari serat alam dan
buatan. Pada saat ini, produksi tekstil banyak berasal dari serat buatan, karena biaya produksi
lebih murah dibandingkan mengunakan serat alam. Bahan pakaian yang 100 % terbuat dari serat
alam harganya sangat mahal, sehingga produsen memproduksinya dalam jumlah yang terbatas.
Biasanya untuk konsumsi orang- orang tertentu saja atau pesanan.
Perkembangan teknologi tekstil menghasilkan bermacam-macam tekstil yang berasal dari
serat buatan, dengan nama jenis kain yang beraneka ragam. Nama-nama jenis kain yang dikenal
pada saat ini di antaranya adalah bahan crepe, linen, jeans, georgette, jersey, tule, bahan kaca,
silk taffeta, silk organza, velvet, sutera, ulam usus, satin, chiffon, tanggerine, parasit, kaos, dll.
Jenis bahan-bahan material busana tersebut ada yang lembut, transparan, agak tebal, dan tebal.
Untuk bahan-bahan yang tipis atau transparan digunakan tusuk-tusuk bordir yang halus atau
tidak terlalu lebar dengan motif kecil-kecil. Untuk bahan yang lembut dan tebal dapat
menggunakan berbagai tusuk serta motif yang bebas.
Pada dasarnya hampir semua material busana dapat dihiasi dengan bordiran. Yang
penting dalam pengerjaannya perlu kehati-hatian terutama untuk material -material busana
yang halus/transparan, dan bahannya cepat sobek.
Bordiran pada busana berfungsisebagai hiasan atau ornamen. Ornamen berasal dari
bahas Yunani yaitu ornare yang berarti hiasan atau perhiasan. Dengan demikian. Pengertian
ornamen adalah hiasan/perhiasan suatu benda agar nampak menjadi indah. Benda yang dapat
dihias bukan hanya busana saja tetapi benda lain juga bisa, misalnya lenan rumah tangga
(sarung bantal, seprei, serbet, taplak meja dll), keramik, tekstil, hiasan dinding dan lain-lain.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan menerapkan bordir pada
berbagai material busana adalah agar busana yang telah dibordir akan menjadi lebih indah.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dalam menerapkan bordir pada berbagai material busana
tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Pemasangannya memerlukan pengetahuan,
ketelitian, kehati- hatian, dan rasa keindahan. Oleh karena itu, bila tidak tepat pada saat
penempatan bordir, maka benda yang dibordir tidak menjandi indah tetapi akan tampak tidak
serasi.
Tujuan penggunaan bordiran pada berbagai material busana pada umumnya untuk
40 | P a g e
memunculkan titik pusat perhatian, penunjang, dan sebagai motif. Penerapan titik pusat
perhatian pada busana dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu dengan pengulangan,
ukuran, kontras, dan susunan. Dengan demikian, bila ingin menempatkan bordiran sebagai titik
pusat perhatian perlu memperhatikan hal-hal tersebut. Oleh karena itu, penempatan bordiran
tidak hanya sekedar di tempatkan saja, tetapi perlu memperhatikan kriteria penggunanaan titik
pusat perhatian tersebut. Contoh penerapan bordiran dengan cara pengulangan, misalnya
menempatkan bordiran bersusun dua, ukuran (hiasan bordiran yang berukuran besar), kontras
(busana polos diberi bordir), susunan (busana yang memiliki hiasan bordiran pada satu tempat,
misalnya di sudut pinggang yang berdraperi).
Bordiran sebagai penunjang bertujuan agar busana yang dikenakan tampak lebih indah,
serasi, dan sesuai dengan yang diinginkan. Misalnya, hiasan bordiran yang terletak pada
pinggiran busana (pinggiran kerudung, pinggiran rok/blus/lengan).
Bordiran sebagai motif adalah penggunaaan hiasan bordir pada seluruh permukaan
busana. Misalnya seluruh permukaan bahan atau kain tersebut penuh dengan bordiran baik
dalam bentuk serak atau yang lainnya.
Hendaknya hindari penempatan bordiran pada tarikan-tarikan busana, karena selain
mengganggu aktifitas, juga tampak kurang indah. Misalnya, penempatan pada sisi panggul,
jahitan tangan, bawah ketiak, jahitan tengah belakang, dan bagian bawah perut ke bawah.
Dengan demikian, penempatan bordiran pada busana perlu mempertimbangkan hal-hal di atas.
Berikut akan disajikan beberapa contoh gambar dari penerapan bordir pada berbagai
material busana dari kain yang transparan (tule, organdi), halus dan lembut (georgette, chiffon,
bahan kaca, ulam usus), agak halus (crepe, silk taffeta, sutera, silk organza, velvet, satin,
tanggerine), agak tebal (linen, jeans), kain parasit, dan kaos.
Penerapan bordir pada bahan tule Bahan tule
adalah bahan yang tipis dan transparan. Bordiran pada bahan tule dapat diterapkan pada kebaya
panjang. Motif bordir dapat divariasikan dengan mutiara dan payet. Letak motif bisa pada
garis leher, pinggiran lengan tengah muka, serta yang menyebar secara serak. Detail motif
bordirnya terletak di sebelah kanan gambar. Warna benang bordir yang digunakan sewarna
dengan warna bahan, dan untuk memberi kesan mengkilap, maka di variasikan dengan payet
yang berwarna perak (gbr.3.3.1).
41 | P a g e
Gambar 3.3. 1 Penerapan bordir pada bahan tule (Hardiman 2003)
Gambar 3.3. 2 Penerapan bordir pada bahan organdi (Sumber: Hardiman (ed)., 2003)
42 | P a g e
Penerapan bordir pada kain kaca
Bahan kaca termasuk pada bahan yang tipis, transparan dan mengkilap. Contoh
penerapan bordir pada bahan kaca ini diterapkan pada kebaya. Bordiran pada kebaya ini hanya
terletak pada bagian pinggiran saja. Hal itu dimaksudkan agar tidak memberi kesan terlalu
ramai, karena bahan kaca itu sendiri sudah mengkilap. Warna benang bordir yang digunakan
diserasikan dengan bahan, atau menggunakan warna yang senada dengan bahan. Tusuk Bordir
yang digunakan adalah tusuk terawang. Contoh bordir yang diterapkan pada bahan kaca dapat
dilihat pada gambar 3.3.3.
Gambar 3.3.3 Penerapan bordir pada bahan kaca (Sumber: Hardiman (ed)., 2003)
43 | P a g e
Penerapan bordir pada bahan georgette
Bahan georgette termasuk pada bahan yang halus dan lembut. Penerapan bordir pada
bahan georgette diterapkan untuk busana muslim seperti tampak pada gambar 3.3.4.
Bordirannya dapat diletakkan pada bagian dada dan lengan. Motif bordir yang unik dapat
memberi kesan bernuansa etnik, sehingga nampak elegan bagi pemakainya. Warna benang
bordir yang digunakan diserasikan dengan warna bahan, yaitu menggunakan warna yang lebih
muda dari bahan. Tusuk Bordir yang digunakan adalah tusuk panjang pendek.
Gambar 3.3.4 Penerapan bordir pada bahan georgette (Sumber: Hardiman (ed)., 2002)
bagian luar dengan motif hiasan bordir pinggiran dan hiasan sudut. Tusuk bordir yang digunakan
adalah tusuk loncat pendek dengan motif yang kecil- kecil. Hal ini sangat cocok untuk bahan yang
tipis atau halus. Pada contoh berikut terkesan serasi karena menggunakan benang bordir yang
disesuaikan dengan warna bagian dalam blusnya.
44 | P a g e
Gambar 3.3.5. Penerapan bordir pada bahan chiffon (Hardiman: 2002)
45 | P a g e
Gambar 3.3.6. Penerapan bordir pada bahan crepe (Hardiman: 2003)
Bahan silk taffeta termasuk pada bahan yang halus. Penerapan bordir pada bahan silk
taffeta diterapkan pada gaun dengan garis pinggang di atas panggul. Bordiran terletak pada garis
pinggang dengan motif bunga mawar dengan ukuran yang cukup besar yang berfungsi sebagai
hiasan pinggiran. Warna benang bordir diserasikan dengan warna busananya. Tusuk bordir yang
digunakan adalah tusuk sasak, seperti contoh pada gambar 3.3.7.
46 | P a g e
organza dapat diterapkan pada gaun tunik yang pas badan, leher bulat, dan lengan pendek
(gambar 3.3.8). Lengan sebelah kanan yang dibordir menggunakan model lengan raglan,
sehingga lengan yang dibordir ini merupakan titik pusat perhatian pada gaun tersebut. Bordiran
pada lengan mengikuti bentuk lengan raglan, sehingga bentuk motif bordiran tersebut sangat
pas letaknya untuk lengan tersebut. Untuk menambah kesan mewah, bordiran tersebut
divariasikan pula dengan tempelan mutiara dan payet (detail motif bordirnya dapat di lihat di
sebelah kanan masing-masing gambar). Warna benang bordir diserasikan dengan warna gaun.
Tusuk bordir yang digunakan adalah tusuk sasak dan loncat pendek/panjang.
Gambar 3.3.8 Penerapan bordir pada bahan silk organza (Wongsawang (ed)
Penerapan bordir pada bahan sutera Bahan sutera termasuk pada bahan yang halus dan
lembut. Penerapan bordir pada bahan sutera diterapkan pada kebaya (gambar 3.3.9).
47 | P a g e
Bordirannya berupa hiasan pinggiran, baik pinggiran tengah muka, pinggiran bawah kebaya, dan
pinggiran lengan. Bentuk motifnya kecil- kecil tetapi penuh atau padat. Agar terkesan lebih
mewah, maka digunakan benang bordir dari emas. Penggunaan benang bordir warna emas ini
sangat serasi dengan warna kebayanya yang berwarna merah maron. Detail motif bordirnya
terletak di sebelah kanan gambar. Tusuk bordir yang digunakan adalah tusuk loncat pendek.
Gambar 3.3.9 Penerapan bordir pada bahan sutera (Hardiman (ed), 2003)
48 | P a g e
Gambar 3.3.10 Penerapan bordir pada bahan velvet
(Sumber: Wongsawang (ed).)
Penerapan bordir pada bahan satin Bahan satin termasuk pada bahan yang lembut akan
Tetapi tidak selembut sutera. Penerapan bordir pada bahan satin diterapkan pada kebaya
modifikasi yang berbentuk pendek tanpa kancing bukaan dan dikenakan bersama camisol
dengan bukaan kancing di depan. Bordir tersebut dapat dikenakan juga pada kain panjang dari
bahan batik yang memiliki tumpang di depan. Bordiran pada kebaya merupakan motif hiasan
pinggiran dengan menggunakan tusuk terawang. Benang bordir yang digunakan diserasikan
dengan warna kebayanya
49 | P a g e
Penerapan bordir pada bahan tanggerine
Bahan tanggerine banyak mengandung bahan yang berasal dari kapas, sehingga bahannya
lembut dan nyaman dipakainya. Bordir pada bahan tanggerine diterapkan pada busana muslim
pria atau dikenal dengan baju taqwa. Bordiran terletak di bagian tengah muka dan dada, motifnya
dibuat memanjang sehingga memberi kesan pemakainya menjadi lebih tinggi. Biasanya motif
bunga kecil-kecil dan warna benang bordir kontras dengan warna bajunya. Tusuk bordir yang
digunakan adalah tusuk suji cair.
51 | P a g e
Gambar 3.3.15 Penerapan bordir pada bahan jeans
(Sumber: Hardiman (ed)., 2002)
52 | P a g e
Gambar 3.3.17 Penerapan bordir pada bahan parasit
53 | P a g e