Anda di halaman 1dari 6

Artikel Penelitian

Karakteristik Pasien Penyakit Paru


Obstruktif Kronik Stabil Dikaitkan dengan
Kebiasaan Merokok Berdasarkan
Nilai Indeks Brinkman di Rumah Sakit
Islam Jakarta (RSIJ) Sukapura
Fani Shamara, Muhammad Fachri

Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta

Abstrak
Pendahuluan: Risiko PPOK meningkat seiring dengan lamanya merokok dan jumlah batang
rokok yang dihisap per hari.
Tujuan: Mengetahui karakteristik pasien PPOK stabil terkait dengan kebiasaan merokok
berdasarkan nilai indeks Brinkman.
Metode: Penelitian deskriptif dengan desain penelitian potong lintang. Pengambilan data
secara total sampling dan pengolahan data menggunakan software SPSS 20.
Hasil: Sampel dalam penelitian ini adalah 43 pasien, pasien PPOK stabil terbanyak adalah
laki-laki, usia terbanyak 60-69 tahun, pendidikan terakhir terbanyak SLTP, perkerjaan
terbanyak pensiunan/tidak memiliki pekerjaan, IMT terbanyak normoweight, derajat PPOK
stabil terbanyak, derajat sedang dan derajat berat. Hasil penilaian indeks Brinkman?
Kesimpulan: Sebagian besar pasien adalah yang memiliki kebiasaan merokok dengan kategori
perokok berat dengan derajat PPOK sedang.
Kata Kunci: PPOK, merokok, indeks brinkman

Korespondensi: Muhammad Fachri


E-mail: dr.muhammadfachri@gmail.com

564 J Indon Med Assoc, Volum: 64, Nomor: 12, Desember 2014
Karakteristik Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik Stabil Dikaitkan dengan Kebiasaan Merokok

Charactersitic of Chronic Obstructive Pulmonary Disease


Patients Related to Smoking Habit Brinkman Index Value in
Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) Sukapura

Fani Shamara , Muhammad Fachri

Program Medical Study Faculty of Medicine and Health, University of Muhammadiyah Jakarta

Abstract
Introduction: The risk of COPD increases along with duration of smoking and number of
cigarettes smoked per day.
Objective: To find out the characteristic of COPD patients related to brinkman index of smoking
habits .
Methods: This is a descriptive study with cross-sectional study design. Total sampling data
retrieval and data processing using SPSS 20 software.
Results: From 43 subjects we found most stable COPD patients were male, age 60-69 years, their
last education was junior high school, mostly they were retired / not having a job, had normoweight
BMI, degree of stable COPD were moderate and severe.
Conclusion: Most subjects had smoking category of heavy smokers and moderate COPD de-
grees.
Keywords: COPD, smoking, Brinkman index

Pendahuluan harapan hidup manusia dan dapat diatasinya penyakit


Saat ini kita semua sedang berhadapan dengan suatu degeneratif lainnya serta kemajuan industri yang tidak dapat
bencana medis terbesar terkait dengan penyakit yang dipisahkan dengan polusi udara dan lingkungan. Hal ini
disebabkan oleh rokok. Empat belas penyakit fatal yang menyebabkan gangguan kualitas hidup diusia lanjut pada
ditimbulkan akibat rokok diduga pada tahun 2030 akan pasien maupun keluarganya. Prevalensi PPOK pada populasi
menjadi penyebab kematian terbesar di dunia.1 Data World umum diperkirakan 1% dan meningkat secara bertahap hingga
Health Organization (WHO) menyebutkan di negara lebih 10% pada kelompok umur diatas 40 tahun.4,5
berkembang jumlah perokoknya 800 juta orang, hampir tiga Jumlah penderita PPOK di Indonesia meningkat dari
kali lipat negara maju sedangkan di seluruh dunia diperkirakan waktu ke waktu. Faisal Yunus dkk. melaporkan bahwa PPOK
terdapat 1,26 miliar perokok.2 Dari angka ini Indonesia menduduki peringkat ke-5 dari jumlah pasien yang berobat
menempati urutan keempat terbanyak yaitu 60 persen laki- serta menduduki peringkat 4 dari jumlah pasien yang dirawat
laki dan 4 persen perempuan berusia 15 tahun ke atas.1 di RS Persahabatan dari tahun 1997 sampai tahun 1999.
Ancaman tembakau dan asap rokok pada saat ini sudah Diprediksi angka ini akan terus meningkat karena pajanan
merupakan masalah dunia yang memberikan perhatian besar. terus menerus dengan faktor risiko seperti merokok dan polusi
Setiap tahun ada 4 juta orang yang meninggal akibat serta semakin meningkatnya jumlah orang berusia lanjut oleh
kebiasaan merokok, ini berarti satu kematian setiap 8 menit.1,3 karena meningkatnya usia harapan hidup orang Indonesia.
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit Penyakit ini memberikan dampak yang besar terhadap kualitas
paru kronik yang ditandai dengan hambatan aliran udara di hidup penderita dan keluarganya.6,7
saluran napas yang tidak sepenuhnya reversibel, progresif Kebiasaan merokok yang menyebabkan kecanduan
dan berhubungan dengan respon inflamasi yang abnormal cukup berat.1 Umumnya perokok menjadi adiksi dengan
terhadap partikel dan gas berbahaya. PPOK masih menjadi nikotin pada saat remaja sebagai periode yang dipenuhi
masalah global di dunia karena merupakan penyebab ke-4 keingintahuan atau coba-coba dan akhirnya ketagihan
angka kesakitan dan kematian di Amerika Serikat. Organisasi sehingga menjadi perokok sepanjang hidupnya.8 Merokok
kesehatan dunia memperkirakan pada tahun 2020 PPOK adalah faktor risiko utama bagi PPOK. 9 Risiko PPOK
menjadi urutan ke-3 di dunia penyebab angka kesakitan dan meningkat seiring dengan lamanya merokok dan jumlah
kematian baik di negara maju maupun berkembang akibat batang rokok yang dihisap per hari. Merokok meningkatkan
meningkatnya kebiasaan merokok, meningkatnya usia risiko PPOK dengan mempercepat penurunan fungsi paru

J Indon Med Assoc, Volum: 64, Nomor: 12, Desember 2014 565
Karakteristik Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik Stabil Dikaitkan dengan Kebiasaan Merokok

seiring pertambahan usia.1 Derajat berat merokok dapat dinilai Tabel 1. Karakteristik Berdasarkan Jumlah Pasien PPOK
menggunakan indeks brinkman.10 Stabil di Klinik Paru RSIJ Sukapura Periode Maret
2013-September 2014
Metode
Karakteristik n (43) %
Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
observasional analitik dengan metode potong lintang yang Usia
40-49 5 11,6
dilaksanakan di Klinik Paru Rumah Sakit Islam Jakarta 50-59 13 30,3
Sukapura Periode 18 Maret 2013-27 September 2014. Populasi 60-69 16 37,2
target dari penelitian ini adalah pasien PPOK stabil. Kriteria 70-79 9 20,9
inklusi adalah pasien PPOK stabil usia >40 tahun. Kriteria Jenis Kelamin
Laki-laki 37 86
ekslusi dalam penelitian ini adalah pasien dengan data rekam Perempuan 6 14
medik dan nomor rekam medik tidak lengkap, pasien yang Pendidikan
memiliki penyakit pernapasan selain PPOK seperti Tidak sekolah 3 7
tuberkulosis paru dan asma. Sampel dalam penelitian ini SD 11 25,6
SMP 13 30,2
ditentukan dengan cara total sampling. Pada penelitian ini, SMA 8 18,6
data didapatkan dari buku register PPOK, buku rekam medik S1 8 18,6
dan wawancara pasien. Pekerjaa n
Tidak Bekerja 12 27,9
Hasil Ibu Rumah Tangga 6 14,0
Supir 4 9,3
Tabel 1 menunjukkan karakteristik pasien PPOK stabil. Buruh 6 14,0
Penelitian dilakukan terhadap penderita PPOK stabil dengan Pegawai 7 16,3
subjek sebanyak 43 orang. Kelompok usia terbanyak dalam Pelayar 1 2,3
Wiraswasta 5 11,6
penelitian ini adalah kelompok usia 60-69 tahun sebanyak 16 Pedagang 1 2,3
orang (37,2%) sedangkan kelompok terendah adalah usia Security 1 2,3
40-49 tahun sebanyak 5 orang (11,6%). Sebagian besar Status Perokok
penderita PPOK stabil di Rumah Sakit Islam Jakarta Sukapura Perokok 38 88,4
Bukan Perokok 5 11,6
Periode 18 Maret 2013-27 September 2014 adalah laki-laki Kebiasaan Merokok
yaitu sebanyak 37 orang (86%). Pendidikan terakhir terbanyak Perokok ringan 0 0
adalah SLTP sebanyak 13 orang (30,2%) sedangkan Perokok sedang 19 44,2
kelompok terendah adalah tidak sekolah sebanyak 3 orang Perokok berat 19 44,2
Bukan perokok 5 11,6
(7%). Pekerjaan terbanyak dalam penelitian adalah Indeks Masa Tubuh
pensiunan/tidak memiliki pekerjaan sebanyak 12 orang Normoweight 31 72,1
(27,9%) dan kelompok terendah adalah dengan pekerjaan Overweight 4 9,3
pelayar sebanyak 1 orang (2,3%), pedagang sebanyak 1 Underweight 8 18,6
Klasifikasi derajat PPOK
orang (2,3%) dan security sebanyak 1 orang (2,3%). Sebagian Derajat 1 6 14,0
besar penderita PPOK stabil adalah perokok yaitu sebanyak Derajat 2 29 67,4
38 orang (88,4%) dan yang bukan perokok sebanyak 5 orang Derajat 3 5 11,6
(11,6%). Kebiasaan merokok pasien PPOK stabil terbanyak Derajat 4 3 7,0
adalah perokok sedang sebanyak 19 orang (44,2%) dan
perokok berat sebanyak 19 orang (44,2%), untuk bukan
perokok sebanyak 5 orang (11,6%) dan perokok ringan yang signifikan antara jenis kelamin dengan kategori indeks
sebanyak 0 orang (0%). Indeks masa tubuh pasien PPOK brinkman dengan P-value = 0.00 (p<=Ho ditolak).
stabil terbanyak adalah normoweight sebanyak 31 orang Didapatkan hubungan yang signifikan antara pendidikan
(72,1%), kategori underweight sebanyak 8 orang (18,6) dan terakhir dengan kategori Indeks Brinkman dengan P-value
kelompok kategori terendah adalah overweight sebanyak 4 = 0,05 (p< = Ho ditolak). Terdapat hubungan yang signifikan
orang (9,3%). Klasifikasi derajat pasien PPOK terdiri dari antara pekerjaan dengan indeks brinkman dengan P-value
derajat 1(ringan) yaitu 6 orang (14,0%), derajat 2 (sedang) = 0,039 (p<= Ho ditolak). Tidak ada hubungan yang
sebanyak 29 orang (67,4%), derajat 3 (berat) sebanyak 5 or- signifikan antara IMT dengan indeks Brinkman dengan P-
ang (11,6%) dan derajat 4 yaitu sebanyak 3 orang (7,0%). value=0,86 (p>= H gagal ditolak). Tidak terdapat hubungan
Tabel 2 menunjukkan hubungan kebiasaan merokok yang signifikan antara Indeks Brinkman dengan berbagai
dengan karakteristik pasien PPOK stabil. Didapatkan tidak derajat PPOK stabil. Analisis secara Bivariant dengan
ada hubungan yang signifikan antara usia dengan indeks menggunakan uji hipotesis komparatif kategorik tidak
brinkman dengan P-value = 0,59 (p> = Ho gagal ditolak). berpasangan dengan menggunakan uji chi-square dengan
Sedangkan berdasarkan jenis kelamin didapatkan hubungan mengelompokkan derajat PPOK menjadi derajat 1 sampai

566 J Indon Med Assoc, Volum: 64, Nomor: 12, Desember 2014
Karakteristik Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik Stabil Dikaitkan dengan Kebiasaan Merokok

Tabel 2. Distribusi Hubungan Karakteristik

Karakteristik Indeks Brinkman p-value


Bukan Perokok Perokok Ringan Perokok Sedang Perokok Berat
N % N % N % N %

Usia
40-49 1 3,3 0 0 3 6,9 1 3,3
50-59 2 4,7 0 0 4 9,3 7 16,3 0,59
60-69 2 4,7 0 0 9 20,9 5 11,6
70-79 0 0 0 0 2 4,7 7 16.3
Jenis Kelamin
Laki-laki 0 0 0 0 17 39,5 20 46,6 0,00
Perempuan 5 11.6 0 0 1 2,3 0 0
Pendidikan
Tidak sekolah 2 4,7 0 0 0 0 1 2,3
SD 1 3,3 0 0 6 13,6 4 9,3
SMP 1 2,3 0 0 3 6,9 0 20,9 0,05
SMA 1 2,3 0 0 5 11,6 2 4,7
S1 0 0 0 0 4 9,4 4 9,3
Pekerjaan
Tidak bekerja 3 6,9 0 0 4 9,3 5 11,6
Ibu Rumah Tangga 2 4,7 0 0 3 6,0 1 2,3
Supir 0 0 0 0 2 4,7 2 4,7
Buruh 0 0 0 0 1 2,3 5 11,6
Pegawai 0 0 0 0 5 11,6 2 4,7 0.039
Pelayar 0 0 0 0 0 0 1 2,3
Wiraswasta 0 0 0 0 2 4,7 2 4,7
Pedagang 0 0 0 0 0 0 1 2,3
Security 0 0 0 0 1 2,3 0 0
IM T
Normoweight 3 6,9 0 0 13 30,4 15 34,9
Underweight 1 3,3 0 0 3 6,9 4 9,3 0,86
Overweight 1 2 0 0 2 4,7 1 2,3
Derajat PPOK
Derajat 1 2 4,7 0 0 3 6,9 1 2,3
Derajat 2 1 3,3 0 0 11 25,7 18 41,9 0,11
Derajat 3 2 4,7 0 0 3 6,9 1 3,3
Derajat 4 0 0 0 0 1 3,3 0 0

dengan 4 dan mengelompokkan indeks brinkmann menjadi Pendidikan pasien pada penelitian ini menunjukkan
bukan perokok, perokok ringan, perokok sedang dan berat. bahwa pasien PPOK stabil yang berobat di Klinik Paru Rumah
Sakit Islam Sukapura pada 18 Maret 2013-27 September 2014
Diskusi sebagian besar berpendidikan terakhir SLTP sebanyak 30,2%.
Karakteristik Subjek Penelitian Hasil ini berbeda dengan penelitian Muhammad Fachri yang
melaporkan jumlah penderita PPOK terbanyak pasien dengan
Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok
pendidikan terakhir SD sebanyak 50,0%.11
usia 60-69 tahun merupakan kelompok usia pasien PPOK
Pekerjaan pasien PPOK stabil yang berobat di Klinik
stabil terbanyak yang berobat di Klinik Paru Rumah Sakit
Paru RSIJ Sukapura dalam penelitian ini mayoritas adalah
Islam Jakarta Sukapura Periode 18 Maret 2013 – 27 Septem-
pensiunan/tidak bekerja sebanyak 30,2% dan hasil ini sama
ber 2014. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
dengan penelitian dari Oka Wijaya et al di poli paru RS Saiful
Muhammad Fachri yang melaporkan perbandingan nilai
Anwar Malang jumlah terbanyak adalah pensiunan. 12
hormon testosteron dan growth hormone pada berbagai
Indeks masa tubuh (IMT) pasien PPOK stabil dalam
derajat PPOK stabil memperoleh jumlah penderita PPOK
penelitian ini mayoritas adalah normoweight sebanyak 72.1%.
terbanyak dengan rerata 65 tahun.11 Jenis kelamin pada
Hasil ini sama dengan dengan penelitian Muhammad Fachri
penelitian ini didapatkan mayoritas laki-laki sebanyak 86,%
yang melaporkan jumlah pasien dengan IMT terbanyak adalah
dan hasil ini sesuai dengan gambaran penderita PPOK yang
normoweight yaitu sebanyak 78,6%.11
dirawat di Bagian Pulmunologi FK UI atau SMF Paru RSUP
Sebagian besar pasien PPOK stabeil dalam penelitian ini
Persahabatan dimana 86,2% penderita PPOK adalah laki-
adalah perokok yaitu 88,4% sedangkan bukan perokok
laki.6
sebanyak 11.6%. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian

J Indon Med Assoc, Volum: 64, Nomor: 12, Desember 2014 567
Karakteristik Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik Stabil Dikaitkan dengan Kebiasaan Merokok

Muhammad Fachri pasien PPOK yang merokok lebih banyak 0,59 (p<= Ho gagal ditolak) yang berarti tidak ada hubungan
dari bukan perokok yaitu 53,6%.11 Hasil penelitian ini juga yang signifikan antara IMT dengan kebiasaan merokok.
sesuai dengan penelitian Firdausi di RSUD dr. Soedarso Penelitian ini sejalan dengan penelitian Wanda Gautami pada
Pontianak yang memperoleh riwayat merokok 48,3% dan tidak tahun 2013, bahwa tidak didapatkannya hubungan bermakna
ada riwayat merokok 15,7%.13 antara variabel indeks masa tubuh dengan kebiasaan
Kategori kebiasan merokok pada pasien PPOK dalam merokok.16
penelitian ini didapatkan mayoritas kebiasaan merokok pasien
adalah perokok sedang dan perokok berat sebanyak 44,2%. Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Derajat PPOK
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Octaria Prabaningtyas Stabil
mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Sebelas Pada penelitian ini didapatkan mayoritas pasien dengan
Maret Surakarta yang menyatakan bahwa kecenderungan PPOK stabil derajat 2/sedang dengan kebiasaan merokok
penderita PPOK mempunyai riwayat merokok berat sebesar kategori perokok berat sebanyak 18 orang (41,9%) dengan p-
73,10%.13 Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian value = 0,11 (p>= Ho gagal ditolak) yang berarti tidak ada
Muhammad Fachri yang melaporkan indeks brinkman pada hubungan yang signifikan. Penelitian ini tidak sejalan dengan
pasien PPOK stabil umumnya ringan dan sedang.11 penelitian Ika Nugraha, bahwa perokok dengan kategori
Mayoritas indeks brinkman dalam penelitian ini adalah perokok berat mengalami PPOK derajat sedang 8 kali lebih
derajat 2 atau derajat sedang yaitu 67,4%. Hal ini sejalan besar dibandingkan dengan indeks brinkman berat yang
dengan penelitian Muhammad Fachri yang melaporkan mengalami PPOK ringan.17
indeks brinkman pada pasien PPOK stabil umumnya ringan
dan sedang.11 Kesimpulan
Pasien PPOK stabil yang berobat di RSIJ Sukapura
Hubungan Usia dengan Kebiasaan Merokok
terbanyak termasuk indeks brinkman kategori perokok
Pada penelitian didapatkan tidak ada hubungan yang sedang dan berat, berjenis kelamin laki–laki, tidak memiliki
signifikan antara usia dengan kebiasaan merokok. Hasil pekerjaan tetap dan memiliki indeks masa tubuh yang nor-
penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh mal.
Abiyoso et al yang menyatakan bahwa kasus banyak Pada kerakteristik jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan
ditemukan yang menyatakan tidak ada hubungan usia pasien PPOK stabil memiliki hubungan nilai indeks brinkman
dengan berat derajat indeks brinkman.14 dan secara statistik signifikan. Kebiasaan merokok pasien
PPOK stabil berdasarkan indeks brinkman terbanyak adalah
Hubungan jenis kelamin dengan kebiasaan merokok perokok berat pada PPOK derajat sedang, namun secara
Jenis kelamin laki-laki dengan kategori perokok berat statistik tidak signifikan.
lebih banyak dibandingkan jenis kelamin perempuan dan
didapatkan P-value = 0.00 (p>= Ho ditolak) yang berarti Daftar Pustaka
ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan 1. Tobing NH. Rokok dan Kesehatan Respirasi. Jakarta: FKUI;2002.
kategori kebiasaan merokok. Fajriawan dkk mengemukakan p. 20-58.
bahwa di Indonesia pada penelitian terakhir jumlah perokok 2. Aditama TY. Masalah Merokok dan Penanggulangannya. Ikatan
Dokter Indonesia. Jakarta;2001.p. 1-19.
laki-laki diatas 10 tahun sekitar 52.9% dan perempuan hanya 3. Aditama TY. Paru Kita Masalah Kita. 2002. Available from
3.6%.4 URL:http://www.idionling.org
4. Fajriwan, Yusuf A. Merokok Pasif. J Respir Indo.1999;22:22-25.
Hubungan Pendidikan dengan Kebiasaan Merokok 5. Fabbri LM, Luppi F, Beghge B, Rabe KF. Update in chronic ob-
structive pulmonary disease 2005. Am J Respir Crit Care
Pendidikan terakhir SLTP dengan kategori perokok berat Med.2006;173:1056-65.
lebih banyak dibandingkan SD, tidak sekolah, SLTA dan S1. 6. Yunus F. Gambaran penderita PPOK yang dirawat di bagian
pulmonologi FKUI/RSUP Persahabatan Jakarta. J Respir
Berdasarkan tabel diatas didapatkan P-value = 0,05 (p<=
Indo.2000;20:64-8.
Ho ditolak) yang berarti ada hubungan yang signifikan antara 7. Yunus F. Gambaran penderita PPOK yang dirawat di bagian
pendidikan terakhir dengan kebiasaan merokok. Hal ini tidak pulmonologi FK UI / SMF Paru RSUP Persahabatan. J Respir
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Adiningsih bahwa Indo.2000;45:64-74.
8. Britton J, Jarvis M, Mc Neil A, Bates C, Cuthbertson L, Godfrey
dalam survey ditemukan kecenderungan perilaku merokok
C. Penanganan adiksi nikotin, 2002. Available from URL:http://
sejak usia sekolah dasar.15 members.aol.com/profchm/dav.
9. Nadel JA. Obstructive disease: general principles and diagnostic
Hubungan IMT dengan Kebiasaan Merokok approach, In: Murray Jf: Text Book of Respiratory Medicine.
Philadelphia: W.B. Saunders Co;2000. p. 1158-72.
Pasien yang normoweight dengan kategori perokok 10. Brinkman GL, Coates EO. The effect of bronchitis, smoking and
berat didapatkan lebih banyak dibandingkan underweight occupation on ventilation. Am Rev Respir Dis. 1962;87:684-93.
dan overweight. Berdasarkan tabel diatas didapatkan P-value 11. Fachri M, Yunus F, Wiyono WH. Perbandingan Nilai Hormon

568 J Indon Med Assoc, Volum: 64, Nomor: 12, Desember 2014
Karakteristik Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik Stabil Dikaitkan dengan Kebiasaan Merokok

Testorteron dan Growth Hormone Pada Berbagai Derajat Penyakit presented at: Pertemuan Ilmiah Paru Millenium;2002; Surabaya,
Paru Obstruktif Kronik Stabil. J Respir Indo. 2012;32:208-17. Indonesia. p. 1-6.
12. Wijaya O, Sartono TR, Djajalaksana S. Peningkatan persentase 15. Adiningsih. Pengaruh nilai anak dan jumlah anak. Jakarta: Raja
makrofag dan neutrofil pada sputum penderita penyakit paru Grafindo Persada. 2007. p. 30-32.
obstruktif kronik berhubungan dengan tingginya skor COPD as- 16. Gautami W. Hubungan kondisi lingkungan rumah susun dengan
sessment test (CAT). J Respir Indo. 2012;32:240-9. prevalensi penyakit respirasi kronis di Jakarta [Skripsi]. Jakarta,
13. Firdausi. Hubungan derajat obstruksi paru dengan kualitas hidup Indoneisa: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2013.
penderita PPOK di RSUD dr. Soedarso Pontianak [Skripsi]. 17. Nugraha I. Hubungan derajat berat merokok berdasarkan indeks
Pontianak, Indonesia: Fakultas Kedokteran Universitas brinkman dengan derajat berat PPOK [Skripsi]. Surakarta, Indo-
Tanjungpura; 2014. nesia: Akper Patria Husada; 2013.
14. Abiyoso. Diagnostik dini penyakit paru obstruktif kronik. Paper

J Indon Med Assoc, Volum: 64, Nomor: 12, Desember 2014 569

Anda mungkin juga menyukai